hipertensi.doc

23
REFERAT HIPERTENSI Oleh : Ilham Ramadhanis S. Ked J500070074 Ovi Rizky Astuti S. Ked J500080039 Gita Chandra S, S. Ked J500080084 Pembimbing : dr. Hardiyanto, Sp.Rad KEPAMITERAAN KLINIK RADIOLOGI RSUD KARANGANYAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

description

hipertensi

Transcript of hipertensi.doc

Document

REFERATHIPERTENSIOleh :Ilham Ramadhanis S. KedJ500070074Ovi Rizky Astuti S. KedJ500080039Gita Chandra S, S. KedJ500080084Pembimbing :dr. Hardiyanto, Sp.RadKEPAMITERAAN KLINIK RADIOLOGIRSUD KARANGANYARFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 LEMBAR PENGESAHAN HIPERTENSIYang Diajukan Oleh:

Ilham Ramadhanis S. KedkJ500070074Ovi Rizky Astuti S. Ked J500080039Gita Chandra S, S. KedJ500080084Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pada hari Jumat tanggal 07 September 2013

Pembimbing

N

ama : dr. Hardiyanto, Sp.Rad

: (.......................................................)

Dipresentasikan di hadapan

N

amaS: dr. Hardiyanto, Sp.Rad

: (.......................................................)

Disahkan oleh

N

amaS: dr. Dewi Nirlawati

: (.......................................................)

KEPAMITERAAN KLINIK RADIOLOGI RSUD KARANGANYARFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2

2013BAB IPENDAHULUANA.kLatar BelakangH

ipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua

golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita

hipertensi terus bertambah, terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa

A

merika yang menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%,

ingapura 24,9%, dan Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi

berkisar 6-15%.

Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosis

adanya hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak

adanya gejala atau dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita

hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ

tubuh seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal,

otak, mata, serta organ tubuh lainnya sehingga hipertensi disebut sebagai

silent killer.

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh ke

dalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi

berlanjut menjadi krisis hipertensi dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-

70 tahun. Namun, krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan

tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan

teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi maupun komplikasi lainnya

menjadi kurang dari 1%.

B.kTujuanPenulisan referat ini bertujuan untuk lebih memahami tentang

hipertensi dan penatalaksanaannya.

3

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA.kDefinisiH

ipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam arteri. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut

sebagai hipertensi esensial. Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi

menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi

derajat 2. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7Klasifikasi Tekanan DarahTDS (mmHg)TDD (mmHg)N

ormal

< 120

dan

< 80

Prehipertensi

120-139

atau

80-90

H

ipertensi derajat 1

140-159

atau

90-99

H

ipertensi derajat 2

160

atau

100

Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan

darah menjadi hipertensi, yang tekanan darahnya 130-139/80-89 mmHg

sepanjang hidupnya memiliki 2 kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami

penyakit kardiovaskuler daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.

Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >

140 mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya

penyakit kardiovaskuler daripada tekanan darah diastolik.

Ri

siko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75

mmHg, meningkat 2 kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg.

Ri

siko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan

independen dari faktor risiko lainnya.

B.kEpidemiologi4

Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya

populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar

juga bertambah, di mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi

sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia

> 65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus

meningkat dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola

kurva mendatar) dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34%

dari seluruh pasien hipertensi.

ampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal

dari negara maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden

hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-

65

juta orang hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari data

N

H

N

ES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari

seluruh kasus hipertensi.

C.kPatofisiologiH

ipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis:

H

ipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum

diketahui penyebabnya (terdapat 90 % dari seluruh hipertensi).

H

ipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat

dari adanya penyakit lain.

A

dapun patofisiologi hipertensi berdasarkan etiologinya yaitu:

5

1.SHipertensi primer atau esensial

Peningkatan curah jantung (volume sekuncup x frekuensi denyut jantung)

dan peningkatan resistensi perifer total (TPR). Dibagi menjadi 2 yaitu:

a.SHipertensi hiperdinamik

Penyebab 1:

frekuensi denyut jantung atau volume ekstrasel

aliran balik vena

volume sekuncup (mekanisme Frank-Starling)

H

IPERTENSI

Penyebab 2:

aktivitas simpatis (dari SSP) atau respon terhadap katekolamin

curah jantung

H

IPERTENSI

b.SHipertensi resistensi

Penyebab:

-

aktivitas simpatis

-

respon terhadap katekolamin

-

konsentrasi angiotensin II

vasokonstriksi perifer

-

mekanisme autoregulasi

(a

rteriol)

-

hipertrofi otot vasokonstriktor

-

viskositas darah ( hematokrit)S HIPERTENSI

H

IPERTENSI kerusakan vaskuler TPR HIPERTENSI

MENETAP

2.S Hipertensi sekunder

6 Dibagi menjadi 3 yaitu:

a.SHipertensi renal

stenosis arteri renalis atau penyempitan arteriol dan kapiler ginjal

iskemik ginjal

pelepasan renin dari ginjal

renin

tumor

angiotensinogen angiotensin I

ACE

angiotensin II (oktapeptida)

lepaskan aldosteron

vasokontriktor berat

dari korteks adrenal

retensi Na dan curah jantung

TPR

tekanan darah

massa ginjal fungsional

hipertensi

hipertensi kronik

perubahan sekunder (hipertrofi dinding vaskuler, aterosklerosis)

b.SHipertensi hormonal

7 1)

indrom adrenogenital

pembentukan kortisol di korteks adrenal dihambat

pelepasan hormon adrenokortikotropik (ACTH) tidak dihambat

prekursor mineralokortikoid aktif kotisol dan aldosteron

retensi Na

hormon ekstrasel

curah jantung

H

IPERTENSI

2)SHiperaldosteronisme (sindrom Conn)

tumor korteks adrenal

lepaskan aldosteron (jumlah besar) tanpa mekanisme pengaturan

retensi Na di ginjal

curah jantung

H

IPERTENSI

3)

indrom Cushing

8

pelepasan ACTH tidak adekuat

konsentrasi glukokortikoid plasma

efek katekolamin

kerja mineralokortikoid dari kortisol

curah jantung

retensi Na

HIPERTENSI

4)SFeokromasitoma

tumor adrenomedula

katekolamin

kadar epinefrin tidak terkendali

curah jantung

H

IPERTENSI

5)SPil kontrasepsi

retensi Na

curah jantung

H

IPERTENSI

c.SHipertensi neurogenik

9 ensefalitis, edema serebri, perdarahan, tumor otak

perangsangan sentral kerja jantung berlebih

tekanan darah

H

IPERTENSI

edangkan patofisiologi hipertensi berdasarkan faktor risikonya yaitu:

1.SGenetik ( > )

2.SPenduduk kota > desa (hipertensi primer)

3.

tres psikologis kronis (berubungan dengan pekerjaan atau kepribadian)

stres psikologis

perangsangan jantung

absorpsi ginjal dan retensi Na

volume ekstrasel

tekanan darah (HIPERTENSI)

stres atau ketegangan fisik (olahraga)

pelepasan adrenalin dan nor-

adrenalin

vasokontriktif

tekanan darah sementara

4.

ensitif terhadap garam (insiden jika ada riwayat keluarga)

sensitif garam

respon terhadap katekolamin

curah jantung

H

IPERTENSI

5.SAsupan garam tinggi

10 ion natrium

retensi air

perkuat efek nor-adrenalin

volume darah bertambah (hiperviskositas)

vasokonstriksi

daya tahan pembuluh darah

H

IPERTENSI

6.SKonsumsi liquorice

ejenis gula-gula dibuat dari Succus liquiritiae yang mengandung

asam glizirinat dengan khasiat retensi air

tekanan darah jika

dimakan dalam jumlah besar.

7.SMerokok

N

ikotin

vasokonstriksi

tekanan darah.

8.SPil KB

Mengandung hormon estrogen

retensi garam dan air

tekanan darah.

9.SHormon pria dan kortikosteroid

Menyebabkan retensi air

tekanan darah.

10.Kehamilan

Uterus direnggangkan telalu banyak oleh janin

menerima

kurang darah

dilepaskan zat yang tekanan darah.

D.kManifestasi KlinisPada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala

w

alaupun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud

adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan

kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada

seseorang dengan tekanan darah yang normal.

11 Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul

gejala berikut:

akit kepala

Kelelahan

Mual-muntah

esak napas

Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,

mata, jantung, dan ginjal

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan penanganan segera

E.kDiagnosis1.SPemeriksaan dasar

Pengukuran tekanan darah yang sesuai standar dilakukan tidak hanya

sekali jika perlu dapat pada lebih dari sekali kunjungan.

2.SPemeriksaan mencari faktor risiko

Faktor risiko penting untuk menentukan risiko hipertensi dan stratifikasi

terhadap kejadian komplikasi kardiovaskuler yaitu:

a.SRisiko untuk stratifikasi

Derajat hipertensi

Wanita > 65 tahun

Laki-laki > 55 tahun

Perokok

Kolesterol total > 250 mg% (6,5 mmol/L)

Diabetes melitus

Ri

w

ayat keluarga penyakit kardiovaskuler lain

b.SRisiko lain yang mempengaruhi prognosis

Kolesterol HDL rendah

12

Kolesterol LDL meningkat

Mikroalbuminaria pada diabetes melitus

Toleransi glukosa terganggu

Obesitas

Tidak berolahraga (secondary lifestyle)

Fibrinogen meningkat

Kelompok risiko tinggi tertentu (sosio-ekonomi, ras, geografik)

c.SKerusakan organ sasaran

H

ipertrofi ventrikel kiri

Proteinuria atau kreatinin 1,2-2,0 mg%

Penyempitan a. retina lokal atau umum

Tanda aterosklerosis pada a. karotis, a. iliaka, maupun aorta

d.STanda klinis kelainan dengan penyakit

Penyakit serebrovaskuler: stroke iskemik, perdarahan serebral, TIA

Penyakit jantung: infark miokard, angina pektoris, revaskularisasi

koroner, gagal jantung kongestif

Re

tinopati hipertensi lanjut: perdarahan atau eksudat, edema papil

Penyakit ginjal: nefropati diabetik, GGK (kreatinin > 2 mg %)

Penyakit lain: diseksi aneurisma, penyakit arteri (simtomatik)

3.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan rutin harus dilakukan seperti:

Tes darah rutin

H

emoglobin dan hematokrit

Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula

Kimia darah untuk kalium (serum), kreatinin (serum), asam urat

(

serum), gula darah, total kolesterol (kolesterol total serum, HDL

serum, LDL serum, trigliserida serum)

Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin

13

Elektrokardiografi (EKG)

Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran seperti

adanya LVH

Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)

Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal

Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak

Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata

A

dapun pemeriksaan radiologi pada penderita hipertensi untuk melihat

adanya komplikasi meliputi:

a.SFoto thorak

Pada gambarS foto thorak Sposisi postero-anteriorS (PA)S terlihat

pembesaran jantung ke kiri, elongasi aorta pada hipertensi yang kronis,

dan tanda-tanda bendungan pembuluh paru pada stadium gagal jantung

hipertensi.

Pada hipertensi heart disease, keadaan awal batas kiri bawah jantung

menjadi bulat karena hipertrofi konsentrik ventrikel kiri. Pada keadaan

lanjut, apeks jantung membesar ke kiri dan bawah. Aortik knob

membesar dan menonjol disertai klasifikasi. Aorta asenden-desenden

melebar dan berkelok (elongasi aorta).

Gambaran kardiomegali dengan hipertensi pulmonal

b.SAngiografi

Pada angiografi ginjal memungkinkan penglihatan terhadap pembuluh

dan parenkim ginjal, aorta, dan hubungan ginjal ke aorta. Angiografi

14

ginjal dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi stenosis arteri ginjal

atau trombus ginjal dan menentukan faktor penyebab hipertensi atau

gagal ginjal serta mengevaluasi sirkulasi ginjal.

c.SMagnetic resonance angiographd.SComputed tomography angiographe.SDuplex doppler ultrasonographd

e

Gambaran stenosis a. renalis (a) MR angiografi dengan kontras (b)

angiografi ginjal konvensional (c) normal (d) CT angiografi (e) USG

duplex doppler renal

15

F.kTatalaksanaTujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

1.STarget tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi

(di

abetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg

2.SPenurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler

3.

Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

elain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor risiko atau

kondisi penyerta lainnya seperti diabetes melitus atau dislipidemia juga harus

dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.

Pengobatan hipertensi terdiri dari non-farmakologis dan farmakologis.

Terapi non-farmakologis dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan

tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor risiko serta

penyakit penyerta lainnya.

Terapi non-farmakologis terdiri dari:

Menghentikan merokok

Menurunkan berat badan berlebih

Menurunkan konsumsi alkohol berlebih

Latihan fisik

Menurunkan asupan garam

Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi

yang dianjurkan JNC 7 yaitu:

Diuretika terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (

A

ldo Ant)

Beta Blocker (BB)

Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)

16

Angiotensin II Receptor Blockery atau ATSReceptor Antagonisty atau

1

Blocker (ARB)

Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam

pengobatan hipertensi tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi

beberapa faktor yaitu:

Faktor sosio-ekonomi

Profil faktor risiko kardiovaskuler

A

da tidaknya kerusakan organ target

A

da tidaknya penyakit penyerta

V

ariasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi

Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk

penyakit lain

Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam

menurunkan risiko kardiovaskuler

17

Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman penanganan hipertensi

menyatakan bahwa keuntungan pengobatan antihipertensi adalah penurunan

tekanan darah itu sendiri, terlepas dari jenis obat antihipertensi yang

digunakan. Namun, terdapat pula bukti yang menyatakan bahwa jenis obat

antihipertensi tertentu memiliki kelebihan untuk kelompok pasien tertentu.

Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokkan pasien berdasarkan

pertimbangan khusus (special consederations) yaitu kelompok indikasi yang

memaksa (compelling indications) dan keadaan khusus lainnya (special situations).

Indikasi yang memaksa meliputi:

Gagal jantung

Pasca infark miokardium

Ri

siko penyakit pembuluh darah koroner tinggi

Diabetes melitus

Penyakit ginjal kronis

Pencegahan stroke berulang

Keadaan khusus lainnya meliputi:

Populasi minoritas

Obesitas dan sindrom metabolik

H

ipertrofi ventrikel kanan

Penyakit arteri perifer

H

ipertensi pada usia lanjut

H

ipotensi postural

Demensia

H

ipertensi pada perempuan

H

ipertensi pada anak dan dewasa muda

H

ipertensi urgensi dan emergensi

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap

dan target tekanan darah tinggi dicapai secara progresif dalam beberapa

18

minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa

kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali

sehari. Pilihan memulai terapi dengan 1 jenis obat antihipertensi atau dengan

kombinasi tergantung tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika

terapi dimulai dengan 1 jenis obat dalam dosis rendah dan kemudian tekanan

darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan

dosis obat tersebut atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah.

Efek samping umumnya bisa dihindarkan dengan dosis rendah baik tunggal

maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat

antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah tetapi terapi kombinasi

dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien

karena jumlah obat yang semakin bertambah.

Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien

hipertensi adalah:

CCB dan BB

CCB dan ACEI atau ARB

CCB dan diuretika

A

B dan BB

Kadang diperlukan 3 atau 4 kombinasi obat

Indikasi dan kontraindikasi jenis utama obat antihipertensi menurut

ESH meliputi: Kelas ObatIndikasiKI MutlaKI Tidak MutlaDiuretika (thiazide)

Gagal jantung kongestif,

usia lanjut, isolated systolic hypertension, ras

Afrika

Gout

Kehamilan

Diuretika (loop)

Insufisiensi ginjal, gagal

jantung kongestif

Diuretika (anti-

aldosteron)

Gagal jantung kongestif,

pasca infark miokardium

Gagal ginjal,

hiperkalemia

Penyekat

Angina pektoris, pasca

infark miokardium, gagal

jantung kongestif,

kehamilan, takiaritmia

Asma, penyakit paru

obstruktif menahun, AV

block (derajat 2 atau 3)

Penyakit pembuluh

darah perifer,

intoleransi glukosa, atlet

atau pasien yang aktif

19

secara fisik

Calcium antagonist (

dihydropiridine)

Usia lanjut, isolated systolic hypertension,

angina pektoris, penyakit

pembuluh darah perifer,

aterosklerosis karotis,

kehamilan

Takiaritmia, gagal

jantung kongestif

Calcium antagonist (verapamil, diltiazem)

Angina pektoris,

aterosklerosis karotis,

takikardia

supraventrikuler

AV block (derajat 2 atau

3)

, gagal jantung

kongestif

ACE-inhibitorGagal jantung kongestif,

disfungsi ventrikel kiri,

pasca infark miokardium,

non-diabetik nefropati,

nefropati DM tipe 1,

proteinuria

Kehamilan,

hiperkalemia, stenosis

arteri renalis bilateral

Angiotensin II receptor antagonist (ATI-blocker)

Nefropati DM tipe 2,

mikroalbuminaria

diabetik, proteinuria,

hipertrofi ventrikel kiri,

batuk karena ACE-I

Kehamilan,

hiperkalemia, stenosis

arteri renalis bilateral

-blocker Hiperplasia prostat

(BPH), hiperlipidemia

Hipotensi ortostatik

Gagal jantung kongestif

Tatalaksana hipertensi menurut JNC 7 meliputi: Klasifikasi Tekanan DarahTDS (mmHg)TDD (mmHg)Perbaikan Pola HidupTerapi Obat Awal tanpa Indikasi MemaksaTerapi Obat Awal dengan Indikasi MemaksaNormal

< 120

dan < 80

Dianjurkan

Prehipertensi

120-139

atau 80-89

Ya

Tidak indikasi

obat

Obat-obatan

untuk indikasi

yang memaksa

Hipertensi

derajat 1

140-159

atau 9- 99

Ya

Diuretika jenis

Thiazide untuk

sebagian besar

kasus, dapat

dipertimbangkan

ACE-I, ARB,

BB, CCB, atau

kombinasi

Obat-obatan

untuk indikasi

yang memaksa

Obat

antihipertensi

lain (diuretika,

ACE-I, ARB,

BB, CCB)

sesuai

20

kebutuhan

Hipertensi

derajat 2

160

atau 100

Ya

Kombinasi 2 obat

untuk sebagian

besar kasus

umumnya

diuretika jenis

Thiazide dan

ACE-I atau ARB

atau BB atau

CCB

G.kKomplikasiA

dapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:

A

terosklerosis

Penyakit jantung koroner

Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer

A

neurisma

Gagal jantung

troke

Edema paru

Gagal ginjal

Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)

indrom metabolik

H.kPrognosisH

ipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang

tepat. Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan

antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak

akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk

menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan

mengobati sebelum kerusakan terjadi.

21

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARANH

ipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan

masyarakat di seluruh dunia. Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan

ketetapan JNC VII (The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of Hight Blood Pressure).

Ketetapan ini juga telah disepakati badan kesehatan dunia (WHO), organisasi

hipertensi international (ISH), maupun organisasi hipertensi regional termasuk

Indonesia (InaSH) menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1,

dan hipertensi derajat 2.

Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosis adanya

hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala

atau dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan,

hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh seperti jantung (70%

penderita hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh

lainnya sehingga hipertensi disebut sebagai silent killer. Kunci untuk menghindari

komplikasi serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati sebelum

kerusakan terjadi. Edukasi dari dokter kepada pasien hipertensi sangatlah penting

terutama mengenai komplikasi dan pengaturan pola gaya hidup yang sehat..

22

DAFTAR PUSTAKAGaniswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi

FK-UI.

Gareth, B. Patofisiologi Hipertensi. British Medical Journal.

H

ughes, A.D. & Schachter. 1994. Hypertension and Blood Vessels. Br Med Bull.

50 : 356-70.

ilvia, A. & Lorraince. 2003. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

udoyo, A. W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV. Jakarta: FK-

UI.

23