hifema.doc

30
BAB I PENDAHULUAN Hifema, adalah terdapatnya darah dalam kamera okuli anterior akibat cedera pembuluh darah pada iris dan korpus siliaris. Cedera pembuluh darah iris maupun korpus siliaris, dapat terjadi akibat trauma, bedah intraokular, spontan ( karena penyakit sistemik ), mikrohemangioma iris, iris varix, neovaskularisasi, kelainan pembekuan darah, pasca trabekulektomi atau iridotomi , dan penggunaan agen antikoagulan . Apabila dalam posisi tegak, maka hifema akan terkumpul di bagian inferior kamera okuli anterior. Hifema dapat memenuhi seluruh kamera okuli anterior, kadang dapat terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Gejala dan tanda pada pasien hifema adalah nyeri disertai blefarospasme dan epifora. Hifema dibagi dalam dalam 4 derajat oleh Rakusin, berdasarkan volume darah pada kamera okuli anterior, sebagai berikut : Derajat 1 Hifema mengisi 1/4 bagian bilik mata depan. Derajat 2 Hifema mengisi 2/4 bagian bilik mata depan. Derajat 3 Hifema mengisi 3/4 bagian bilik mata depan. Derajat 4 Hifema mengisi seluruh bagian bilik mata depan. 1

Transcript of hifema.doc

I

BAB I

PENDAHULUANHifema, adalah terdapatnya darah dalam kamera okuli anterior akibat cedera pembuluh darah pada iris dan korpus siliaris. Cedera pembuluh darah iris maupun korpus siliaris, dapat terjadi akibat trauma, bedah intraokular, spontan ( karena penyakit sistemik ), mikrohemangioma iris, iris varix, neovaskularisasi, kelainan pembekuan darah, pasca trabekulektomi atau iridotomi , dan penggunaan agen antikoagulan .

Apabila dalam posisi tegak, maka hifema akan terkumpul di bagian inferior kamera okuli anterior. Hifema dapat memenuhi seluruh kamera okuli anterior, kadang dapat terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Gejala dan tanda pada pasien hifema adalah nyeri disertai blefarospasme dan epifora.

Hifema dibagi dalam dalam 4 derajat oleh Rakusin, berdasarkan volume darah pada kamera okuli anterior, sebagai berikut :

Derajat 1 Hifema mengisi 1/4 bagian bilik mata depan.

Derajat 2

Hifema mengisi 2/4 bagian bilik mata depan.

Derajat 3Hifema mengisi 3/4 bagian bilik mata depan.

Derajat 4

Hifema mengisi seluruh bagian bilik mata depan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi

A.1 uvea Koroid, korpus siliaris dan iris merupakan komponen dari uvea, yang merupakan lapisan vaskular bola mata(Ilyas,2007). Korpus siliaris (badan siliaris) adalah struktur melingkar yang menonjol ke dalam mata terletak di antara ora serrata dan limbus. Struktur ini merupakan perluasan lapisan khoroid ke arah depan. Korpus siliar disusun oleh jaringan penyambung jarang yang mengandung serat-serat elastin, pembuluh darah dan melanosit (Gartner dan Hiatt,1997). Korpus siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek seperti jari yang dikenal sebagai prosessus siliaris. Dari prosessus siliaris muncul benang-benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula lensa yang dikenal sebagai zonula zinii. Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid. Lapisan luar kaya akan pigmen dan merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan dalam yang tidak berpigmen merupakan lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak sensitif terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan mengeluarkan cairan filtrasi plasma yang rendah protein ke dalam bilik mata belakang (kamera okuli posterior) (Gartner dan Hiatt,1997).Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai muskulus siliaris. Satu berkas karena orientasinya akan menarik khoroid sehingga membuka kanal Schlemm untuk aliran humor akweus. Dua berkas lain yang menempel pada skleral spur berfungsi untuk mengurangi tekanan pada zonula Zinii sehingga lensa menjadi lebih tebal dan konveks.

Gambar 2.1 korpus siliaris

CB : ciliary body ( korpus siliaris )

CS : canalis schlemm ( kanal schlemm )Iris merupakan bagian yang paling depan dari lapisan uvea. Struktur ini muncul dari badan siliar dan membentuk sebuah diafragma di depan lensa. Iris juga memisahkan bilik mata depan dan belakang. Celah di antara iris kiri dan kanan dikenal sebagai pupil. Iris disusun oleh jaringan ikat longgar yang mengandung pigmen dan kaya akan pembuluh darah. Permukaan depan iris yang menghadap bilik mata depan (kamera okuli anterior) berbentuk tak teratur dengan lapisan pigmen yang tak lengkap dan sel-sel fibroblas. Permukaan posterior iris tampak halus dan ditutupi oleh lanjutan 2 lapisan epitel yang menutupi permukaan korpus siliaris. Permukaan yang menghadap ke arah lensa mengandung banyak sel-sel pigmen yang akan mencegah cahaya melintas melewati iris. Dengan demikian cahaya akan terfokus masuk melalui pupil.

Pada iris terdapat 2 jenis otot polos, yaitu otot dilatator pupil dan otot sfingter/konstriktor pupil. Kedua otot ini akan merubah diameter pupil. Otot dilatator pupil yang dipersarafi oleh persarafan simpatis akan melebarkan pupil, sementara otot sfingter pupil yang dipersarafi oleh persarafan parasimpatis (N. III) akan memperkecil diameter pupil (Wonodirekso dan Tambajong,1990).

Gambar 2.2. irisPerdarahan uvea, dibedakan menjadi bagian anterior dan posterior. Bagian anterior diperdarahi oleh 2 arteri siliar posterior longus yang menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 arteri siliuar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada korpus siliaris. Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15-20 arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.

A.2. bilik mataBilik mata dibagi menjadi 2 bagian yaitu kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. Kamera okuli anterior merupakan suatu ruangan yang dibatasi di sebelah depan oleh sisi belakang kornea dan di sebelah belakang dibatasi oleh lensa, iris dan permukaan depan badan siliar. Batas lateralnya adalah sudut iris atau limbus yang ditempati oleh trabekula yang merupakan tempat penyaluran humor akweus ke kanal schlemm. Kamera okuli posterior adalah ruangan yang dibatasi di sebelah depan oleh iris dan disebelah belakang oleh permukaan depan lensa dan zonula Zinii serta diperifer oleh prosessus siliaris.

Kedua bilik mata ini terisi oleh humor akweus, yaitu suatu cairan encer yang disekresi sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosessus siliaris. Cairan ini mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah, tetapi mengandung kadar protein yang rendah. Humor akweus disekresi secara kontinu ke dalam kamera okuli posterior, mengalir ke ruang kamera okuli anterior melalui pupil dan disalurkan melalui jaringan trabekula ke dalam kanal Schlemm. Dalam kondisi normal jumlah cairan yang disekresi dan dikeluarkan berimbang sehingga tekanan di dalam ruang mata ini berkisar kira-kira 23 mmHg. Bila terjadi sumbatan dalam pengeluaran cairan sementara sekresi berlangsung terus, maka tekanan dalam bola mata akan meningkat. Keadaan ini disebut glaukoma dan dapat mengakibatkan kerusakan retina dan kebutaan bila dibiarkan.

Gambar 2.3. bilik mata

Terdapat dua jalur utama keluarnya cairan akweus yaitu :1. Aliran keluar konvensional menyediakan mayoritas drainase aqueous menuju Trabecullar meshwork. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase cairan akweus juga meningkat. Aliran cairan akweus ke dalam kanalis Schelmm tergantung pada permukaan saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis Schelmm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena akueus).2. Aliran keluar non konvensional atau aliran keluar uveoskleral, menyediakan sisa drainase aliran keluar akweus dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera. Drainase akweus melawan tahanan jadi tekanan intraokular dijaga agar tetap lebih tinggi dibanding tekanan udara namun lebih rendah dibanding tekanan darah.

Gambar 2.4. Aliran Aqueos Humor NormalB. Definisi

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah dalam kamera okuli anterior (COA). Hifema terjadi apabila terdapat robekan pada pembuluh darah yang memperdarahi iris dan korpus siliaris. Dapat disebabkan oleh trauma tumpul, bedah intraokular, kelainan hematologi (pembekuan darah), trauma tembus, maupun pemakaian antikoagulan ( Ilyas,2007). C. Faktor Risiko

Faktor resiko hifema adalah aktifitas dan keadaan yang rentan menyebabkan robekan pada pembuluh darah iris dan korpus siliaris seperti trauma tumpul pada bola mata, bedah intraokular, kelainan pembekuan darah, penggunaan obat-obatan antikoagulan maupun neoplasma.D. EtiopatogenesisEtiopatogenesis untuk hifema pada prinsipnya sama, yakni hal apapun yang menyebabkan perdarahan pada pembuluh darah korpus siliaris dan atau iris.E. Manifestasi KlinisGejala : rasa sakit pada mata, fotofobia

Tanda : terdapat darah dalam kamera okuli anterior, epifora, blefarospasme

F. Diagnosis Diagnosis hifema, dibuat dengan ditemukan adanya darah dalam kamera okuli anterior melalui Inspeksi.1. Anamnesis

Dari anamnesis pasien hifema, biasanya didapatkan riwayat trauma benda tumpul, riwayat operasi, pemakaian antikoagulan tertentu atau memang ada kelainan pembekuan darah. 2. Pemeriksaan oftalmologi

Gambar 2.5 Hifema

pada pasien hifema, dalam pemeriksaan oftalmologi, yang lazim ditemukan adalah sebagai berikut :palpebra : edema

konjungtiva : hiperemis

kornea : keruh/jernih

iris : normal, bisa ada iridodialisis dan atau iridoplegia

pupil : bisa normal, bisa mid-dilatasi

visus : terdapat penurunan lapang pandang : normal, kecuali jika ada komplikasi

G. Penatalaksanaan

Darah pada hifema, berasal dari pembuluh darah korpus siliaris dan iris dan kamera okuli anterior dimana terdapat humor akweus. Oleh karena itu, pada prinsipnya darah pada hifema akan diabsorbsi sesuai dengan absorbsi humor akweus, yakni melalui trabecular meshwork untuk kemudian menuju kanalis schlemm dan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. Secara fisiologis, hifema akan diabsorbsi sempurna pada hari ke 3 sampai minggu kedua, tergantung dari grade hifema ( Soeroso,1980).Terapi hifema, dibagi menjadi 2 jenis, yakni konservatif dan dengan tindakan/operasi (Soeroso,1980) :1. Terapi konservatif Non medikamentosa Tirah baring sempurna ( bed rest total)Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepaIa diangkat (diberi aIas bantal) kurang dari 60 (1), Hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita meng-evaluasi jumlah perdarahannya.Ada persesuaian-pendapat dari banyak sarjana mengenai tirahbaring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus di-kerjakan bila menemui kasus hifema traumatik. BahkanDarr dan Rakusin menunjukkan bahwa dengan tirah ba-ring sempurna absorbsi dari hyphaema dipercepat dan sangatmengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder

Bebat mataBertujuan untuk mengistirahatkan mata ( Ilyas, 2000).. medikamentosa:Tujuan terapi hifema adalah :

1. Menghentikan perdarahan

2 Mencegah timbulnya perdarahan sekunder

2. Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan

mempercepat absorbsi

3. Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain

4. Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut diatas, obat-obatan yang digunakan untuk terapi hifema adalah sebagai berikut :

1. KoagulanGolongan obat koagulan ini dapat diberikan secara oral maupun parenteraI, berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan, misalnya : Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, vitamin K dan vitamin C

2. Midriatika dan MiotikaMasih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat goongan midriatika atau miotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri. Miotika memang akan mempercepat absorbsi, tapi meningkatkan kongesti dan midriatika akan mengistirahatkan perdarahan. Dianjurkan pemberian midriatika b ila didapatkan komplikasi iridiocyclitis berdasarkan penelitian, pemberian midriatika dan miotika bersama-sama dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari akan mengurangi perdarahan sekunder dibanding pemakaian salahsatu obat saja.3. KortikosteroidPemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangikomplikasi iritis, hemosiderosis kornea dan perdarahan sekunder. Selain itu, dapat pula diberikan prednison 40 mg/hari secara oral segera setelah terjadinya hyphaema guna mengurangi perdarahan sekunder4. AntibiotikUntuk mencegah infeksi. Sebaiknya menggunakan antibiotik spektrum luas5. Obat-obat antiglaukoma2. Operasi/tindakanTindakan/operasi, dilakukan apabila : Terdapat glaukoma sekunder yang tidak berkurang/menghilang denganpengobatan konservatif

kemungkinan timbulnya hemosiderosis cornea dan tidakada pengurangan dari tingginya hyphaema dengan perawat-an konservatif selama 3 - 5 hari bila pada hari kedua, darah masih mengisi 3/4 tinggi bilik mata depan Untukmencegah papil atrofi, dilakukan pembedahan apabila( Vaughan,dkk.,2000 ) :

TIO maksimal > 50mmHg selama 5 hari

TIO maksimal > 35mmHg selama 7 hari

Untuk mencegah imbibisi kornea, dilakukan jika ( Ilyas,2000 ) :

TIO rata-rata > 25mmHg selama 6 hari

Bila ada tanda-tanda imbibisi kornea

Untuk mencegah sinekia anterior perifer, dilakukan jika ( Ilyas,2000 ) :

Hifema total bertahan dalam 5 hari

Hifema difus selama 9 hariTindakan operasi yang digunakan untuk hifema adalah parasintesis, yakni tindakan untuk mengeluarkan koagulum dari COA. Teknik nya adlah dengan insisi kornea 2mm dari arah limbus menuju kornea yang sejajar dengan permukaan iris, kemudian dilakukan penekanan pada bibir luka ataupun aspirasi dengan spuit. Bila darah tidak keluar seluruhnya, maka COA di bilas dengan garam fisiologis. Luka insisi ini biasanya tidak perlu dijahit( Ilyas, 2007 ).

Gambar 2.6. ParasentesisH. KomplikasiKomplikasi yang paling sering ditemukan pada hifema traumatika adalah ; perdarahan sekunder, glaucoma sekunder dan hemosiderosis di samping komplikasi dari traumanya sendiri berupa : dislokasi dari lensa, ablatio retina, katarak dan irido dialysis. Besarnya komplikasi juga sangat tergantung pada tingginya hifema.1. Perdarahan sekunderKomplikasi ini sering terjadipada hari ke 3 sampai ke 6. sedangkan insidensinya sangat bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder ini timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya atau merupakan lanjutan dari perdarahan primernya

2. Glaukoma sekunder

Timbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatika disebabkan oleh tersumbatnya trabecular meshwork oleh butir-butir/gumpalan darah, in sidensinya 20%

3. Hemosiderosis comea

Hemosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan intraokuler. Dimana terjadi pengikatan hemoglobin dan siderin dari eritrosit oleh jaringan mata. Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (2tahun). Insidensinya 10%.I. Prognosis

Prognosis hifema, tergantung dari jumlah darah dalam bilik mata depan ( grade hifema ). Bila darah sedikit ( grade I II ) maka darah ini akan hilang dengan sempurna melalui absorbsi dan COA akan jernih dengan sempurna, atau prognosis baik. Namun, bila hifema adlah grade III dan IV, maka prognosis buruk, yang akan disertai dengan beberapa komplikasi ( Ilyas,2000 ).Hifema sekunder yang terjadi pada hari ke 5-7 sesudah trauma, biasanya akan lebih masif dibanding hifema primer dan dapat mamberikan rasa nyeri hebat.dapat terjadi keadaan yang disebut sebagai hemoftalmitis, yakni inflamasi intraokular akibat adanya darah yang penuh dalam bola mata ( Ilyas, 2000 ). BAB IIIPENYAJIAN KASUS

I. ANAMNESIS

Identitas

Nama

: Ny.RJenis Kelamin: PerempuanUmur

: 34 th

Alamat

: Jalan purnama, gang demangPekerjaan

: Rumah tanggaAgama

: IslamTanggal Masuk RS: 3 desember 2009Anamnesis dilakukan pada hari kamis, tanggal 3 desember 2009 pukul 12.00 WIB

Keluhan Utama

Mata merah dan penglihatan menurun pada mata kiri, serta ada darah dalam bola mata kiri.Riwayat Penyakit Sekarang

Anamnesis dilakukan pada hari kamis, 3desember 2009 pukul 12.00. Pasien datang dengan keluhan mata merah pada kedua mata, disertai rasa sakit dan pembengkakan kelopak kedua mata serta ada darah dalam bola mata pada mata kiri. Akibat jatuh terjerembab saat bekerja ( mengangkut air ). Pada pukul 09.30 pada hari yang sama. Pasien mengeluh penglihatan kedua mata terasa lebih kabur dari sebelum kejadian, dan terus menerus keluar air mata pada mata kiri. Sakit kepala, vertigo, mual dan muntah disangkal. Setelah kejadian, pasien dibawa ke Puskesmas setempat untuk diberikan tindakan segera (pukul 10.00 WIB). Kemudian dirujuk ke RSUD dr soedarso Pontianak.Pasien tidak pernah menderita keluhan serupa sebelumnya. Tidak ada riwayat masalah pembekuan darah maupun konsumsi obat-obatan antikoagulanII. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada hari kamis, tanggal 3 desember 2009 pukul 12.00 WIBKeadaan umum : tampak sakit sedang

OD

OS

Visus :

OD : 6/6 OS : 6/15PD : 63/60

Tekanan intra okuler : tidak dilakukanPosisi bola mata : ortho

Pergerakan bola mata :

OD

OS

Tes Isihara : tidak dilakukan Tes Konfrontasi :

OD

OS

III. RESUMESeorang wanita, umur 34 tahun datang berobat ke RS pada hari kamis 3 desember 2009 dengan keluhan mata merah dan pada kedua mata dan ada darah dalam bola mata kiri. Dialami sejak 2,5jam sebelum pemeriksaan dilakukan. Lapang pandang menyempit (-), nyeri kepala (-), kedua mata berar, silau (+), halo (-). Riwayat trauma (+) ( 2,5 jam yang lalu mata kiri pasien terbentur kayu ketika pasien jatuh terjerembab

Pemeriksaan oftalmologis :

Visus :OD : 6/6

OS : 6/15 Konjungtiva ODS : hiperemis (+), injeksi (-)

Edema kornea OS (+)

BMD ODS kesan dalam, hifema (+) Pupil OS bulat 3mm, OD dalam pengaruh midriatikum, refleks cahaya ODS(+)

Tes konfrontasi : lapang pandang normal

IV. DIAGNOSIS

Diagnosis kerja OD : edema palpebra et causa trauma tumpul OS : hifema grade II et causa trauma tumpulV. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANGDalam kasus hifema akut, untuk penegakan diagnosis belum perlu pemeriksaan penunjang. Untuk pemantauan terapi dan menilai ada tidaknya komplikasi, beberapa hari kemudian perlu pemeriksaan tekanan intraocularVI. TATALAKSANA

Medikamentosa :

Ciprofloxacin (antibiotik)

Caridex (inhibitor carbonat anhidrase, antiglaukoma) Timol (antagonis reseptor 2 adrenergik, antiglaukoma)

Propine (simpatomimetik, siklopegik)Non Medikamentosa :

Tirah baring dengan posisi kepala 60 terhadap tempat tidur dianjurkan untuk mengistirahatkan mata ( tidur )VII. PROGNOSIS

OD

Ad vitam

: bonam

Ad functionam: bonamAd sanactionam: dubia ad bonamOS

Ad vitam

: bonam

Ad functionam: bonam

Ad sanactionam: bonamBAB IV

PEMBAHASAN

Pasien Ny.R didiagnosis edema palpebra et causa trauma tumpul OD dan hifema + edema palpebra et causa trauma tumpul OS. berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi. Dari anamnesis didapatkan kronologi causa hifema berupa ada trauma benda tumpul 2,5 jam sebelum anamnesis dan pemeriksaan dilakukan. Trauma tumpul inilah yang dicurigai merupakan penyebab terjadinya hifema. Tanda dan gejala yang mendukung diagnosis yaitu mata merah dan penglihatan menurun pada mata kiri sejak trauma terjadi, serta edema palpebra ODS, blefarospasme ODS, lakrimasi OS dan fotofobia OS. Dari pemeriksaan oftalmologi OS didapatkan : visus OS 6/15, proyeksi baik; konjungtiva hiperemis (+), injeksi (-); edema kornea (+), BMD kesan dalam; pupil bulat , refleks cahaya (+); lensa jernih; dan tidak ada penyempitan lapang pandang.Pada pasien ini terapi yang diberikan adalah :

1. antibiotik spektrum luas yakni ciprofloxacin yang efektif untuk bakteri gram positif maupun negatif. Diberikan dengan tujuan untuk mencegah infeksi2. sikloplegik, yakni propine, yang bersifat simpatomimetik. Diberikan dengan tujuan untuk mengistirahatkan iris dengan mencegah kontraksi otot-otot iris, dimana selain mencegah perdarahan berulang bisa juga untuk mengurangi nyeri akibat gangguan pada vaskular akibat kontraksi dan dilatasi muskulus dilator dan konstriktor pupil3. antiglaukoma berupa caridex, yang merupakan golongan inhibitor karbonat anhidrase dan timol, yang merupakan golongan antagonis reseptor 2 adrenergik. Pemberian antiglaukoma ini bertujuan untuk mencegah komplikasi berupa bglaukoma sekunder. Selain itu, antiglaukoma juga berguna untuk mempercepat pengeluaran koagulum hifema melalui saluran humor akweus.Pada pasien ini, tidak diberikan koagulan, karena pada waktu pasien datang, hifema dalam keadaan stbil, tidak ada tanda-tanda perdarahan berlanjut. Hal ini dikarenakan trauma yang dialami tidak lah berat.

Selain terapi medikamentosa, pasien diterapi dengan tirah baring pada posisi kepala 60 dari tempat tidur dan disarankan mengistirahatkan mata dengan tidur.

Prognosis pasien ini, ditinjau dari vitam, fungsionam maupun sanactionamnya adalah bonam. Dimana pasien ini mengalami hifema ringan ( grade I ) dan segera ditangani ( dalam waktu 30 menit ditangani di puskesmas ) dilanjutkan dengan perawatan di rumah sakit secara konservatif.BAB V

KESIMPULANHifema merupakan keadaan dimana terdapat darah dalam kamera okuli anterior ( COA ), yang berasal dari pembuluh darah iris dan korpus siliaris. Keadaan apasaja yang menyebabkan cedera pada pembuluh darah iris dan atau korpus siliaris akan menimbulkan hifema.

Dibagi dalam 4 grade berdasarkan volume darah dalam COA. Makin tinggi grade nya, makin buruk prognosisnya. Pada prinsipnya hifema harus segera ditangani, untuk mencegah berkembangnya hifema menjadi grade yang lebih tinggi dan mencegah terjadinya komplikasi.Manifestasi klinis selain ditamukan darah dalam COA adalah berupa nyeri pada mata, epifora, blefarospasme, fotofobia dan penurunan visus.

Prinsip terapi pada hifema adalah menghentikan perdarahan, mencegah perdarahan sekunder, mencegah komplikasi, dan menangani keadaan lain yang menyertai. Pada dasarnya, hifema akan diabsorbsi sesuai dengan mekanisme absorbsi humor akweus. Oleh karena itu, ada beberapa terapi yang mirip dengan terapi glaukoma, disamping memang diberikan untuk mencegah komplikasi berupa glaukoma sekunder. Terapi dapat berupa konservatif maupun bedah. Terapi konservatif sendiri, terdiri dari medikamentosa dan non medikamentosa. Terapi bedah berupa parasentesis. Terapi bedah dilakukan apabila terapiokonservatif gagal.Prognosis pada hifema ditentukan oleh grade hifema. Grade I dan II prognosis baik, grade III dan IV prognosis buruk. Namun hal ini tidaklah mutlak. Karena pada dasarnya jika ditangani dengan segera dengan terapi yang memadai, prognosis hifema akan baik.

DAFTAR PUSTAKA1. Gartner, LP and Hiatt, J.L. 1997. Special Senses in: Color Textbook of Histology.USA : W.B. Saunder Company pp. 422-4422. http://www.kalbe.co.id/Perdarahan Bilik Mata Depan.pdf.ahmad soeroso.dikunjungi 07 desember 2009.3. Ilyas, S.2007. Ilmu Penyakit Mata. edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 4. Ilyas, S.2008. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

5. Vaughan, GD. Asbury, Taylor & Riordan-Eva.2001. Oftalmologi Umum. edisi 14. Alih Bahasa : Jan Tambajong & Brahm U. Pendit. Jakarta : Widya Medika. 6. Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) 1990. Organ-Organ Indera Khusus dalam Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), edisi V. Jakarta : EGC

. 22

Status Oftalmologis

OD

OS

Pergerakan (+), ptosis (-), lagoftalmos (-)

Palpebra

Pergerakan (+), edema (+), ptosis (-), lagoftalmos (-)

Hiperemis (-), sekret (-), injeksi (-), ulkus (-)

Konjungtiva

Hiperemis (+), sekret (-), injeksi (+), ulkus (-)

Edema (-), leukoma (-), ulkus (-)

Kornea

Edema (+), leukoma (-), ulkus (-)

Jernih, sudut mata normal, hipopion (-), hifema (-)

Bilik mata depan

Jernih, kesan dalam, hipopion (-), hifema (+)

Iris berwarna coklat, kripta (+), sinekia (-)Pupil bulat, 3 mm, refleks cahaya (+)

Iris/pupil

Iris berwarna coklat, kripta (+), sinekia (-)Pupil bulat, mid-dilatasi ( pada waktu px. Pupil sudah di midriasis ), refleks cahaya (+)

9