Hidrosefalus.doc

10
HIDROSEFALUS I. Pengertian Hidrocephalus adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan intrkranial yang disebabkan karena adanya penumpukan cerebrospinal fluid didalam ventrikel otak (Sharon & Terry; 1993; 292). Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001). Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007). Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010) II. Anatomi dan Fisiologi 1

Transcript of Hidrosefalus.doc

HIDROSEFALUSI. Pengertian

Hidrocephalus adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan intrkranial yang disebabkan karena adanya penumpukan cerebrospinal fluid didalam ventrikel otak (Sharon & Terry; 1993; 292).Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).

Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)II. Anatomi dan Fisiologi

CSS dibentuk di dalam system ventrikel serebrum, terutama oleh pleksus koroideus. Masing-masing dari keempat ventrikel mempunyai jaringan pleksus koroideus, yang terdiri atas lipatan vilosa dilapisi oleh epitel dan bagian tengahnya mengandung jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah. Cairan dibentuk melalui sekresi dan difusi aktif. Terdapat sumber CSS nonkonroid, tetapi aspek pembentukan cairan ini masih belum diketahui sebelumnya. Sistem ventrikel terdiri atas sepasang ventrikel lateral, masing-masing dihubungkan oleh akuaduktus Sylvii ke ventrikel keempat tunggal yang terletak di garis tengah dan memiliki tiga lubang keluar, sepasang foramen Luschka di sebelah lateral dan sebuah foramen magendie di tengah. Lubang-lubang ini berjalan menuju ke sebuah system yang saling berhubungan dan ruang subaraknoid yang mengalami pembesaran fokal dan disebut sisterna. Sisterna pada fosa posterior berhubungan dengan ruang subaraknoid diatas konveksitas serebrum melalui jalur yang melintasi tentorium. Ruang subaraknoid spinalis berhubungan dengan ruang subaraknoid intrakranium melalui sisterna basalis.

Aliran CSS netto adalah dari ventrikel lateral menuju ventrikel ketiga kemudian ke ventrikel keempat lalu ke sisterna basalis, tentorium, dan ruang subaraknoid di atas konveksitas serebrum ke daerah sinus sagitalis, tempat terjadinya penyerapan ke dalam sirkulasi sistemik. Aliran cairan ruang subaraknoid spinalis adalah ke arah sefalad. Sebagian besar penyerapan CSS terjadi melalui vilus araknoidalis dan masuk kedalam saluran vena sinus sagitalis, tetapi cairan juga diserap melintasi lapisan ependim system ventrikel dan di ruang subaraknoid spinalis.

Pada orang dewasa normal, volume total CSS adalah sekitar 150 mL, yang 25 % nya terdapat di dalam system ventrikel. CSS terbentuk dengan kecepatan sekitar 20 mL/jam, yang mengisyaratkan bahwa perputaran CSS terjadi tiga sampai empat kali sehari. Pembentukan CSS tetap berlangsung walaupun tekanan intrakranial meningkat, kecuali apabila tekanan tersebut sangat tinggi. Dengan demikian, harus terjadi penyerapan cairan untuk mengakomodasi volume CSS yang dibentuk setiap hari.

III. Etiologi Dan KarakteristikHidrosefalus disebabkan oleh

1. Kelainan kongenital; gangguan perkembangan janin didalam rahim.

2. Stenosis aquaduktus serebri penekanan suatu massa terhadap foramen Luschka, foramen Magendi, ventrikel IV, dan foramen Monroe. Akibat adanya perdarahan pada fosa posterior yang menyumbat saluran ventrikel yang terjadi pasca trauma.

3. . Didapat ;

*. Infeksi di sebabkan oleh perlengketan meningen akibat infeksi dapat terjadi pelebaran ventrikel pada masa akut ( misal ; Meningitis )

*. Neoplasma

*. Perdarahan , misalnya perdarahan otak sebelum atau sesudah lahir.

Berdasarkan letak obstruksi CSS, hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :

Hidrosefalus Non-obstruktif / komunikan1) Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.

Hidrosefalus obstruktif / non komunikan

2) Hidrosefalus Obstruktif merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan penumpukan cairan pada otak, yaitu cerebro spinal fluid sehingga terjadi pembengkakan akibat adanya gangguan aliran cairan serebro spinal (CSS) dalam sistim ventrikel atau pada jalan keluar ke ruang subarakhnoid. Obstruksi disini merupakan istilah yang digunakan untuk membandingkan hidrosefalus yang disebabkan oleh produksi berlebih dari cairan serebro spinal (CSS).Selama ini, hidrosefalus digambarkan dengan anak-anak dengan ukuran kepala yang lebih besar dari normal. Padahal, penyakit ini bisa menyerang orang dewasa. Insiden pada bayi baru lahir yaitu 3 per 1,000, dimana bayi laki-laki dan bayi wanita itu insidensnya sama, namun ada pengecualian pada Bickers-Adams sindrom, dimana X-link hidrosefalus yang ditransmisikan wanita dan manifestasinya pada laki-laki.Banyak pada dewasa diatas 50 tahun , dan insiden pada pria lebih banyak. hidrosefalus usia dewasa terjadi sekitar 40 persen dari total kasus hidrosefalus. Namun dari hasil penelitian di RS. Dr Sardjito, kasus hidrosefalus dewasa 30,5 persen. Deteksi dini dan terapi yang tepat membuat keadaan penderita hidrosefalus menjadi lebih baik.

IV. Manifestasi klinis

Adapun gejala klinis dari penyakit ini adalah sakit kepala, kesadaran menurun, kejang, kelemahan saraf, inkontinensia urin (sulit menahan buang air kecil), nyeri kepala diikuti gejala muntah, dan gangguan penglihatan. Bahkan bila hidrosefalus dewasa tidak segera diatasi bisa sampai menyebabkan kebutaan. Bila sudah buta tidak bisa mengembalikan penglihatannya lagi. Bila kesadaran penderita hidrosefalus menurun bisa meninggal.

V. Pathofisiologi

VI. KlasifikasiKlasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :

1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).

2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.

3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.VII. Pemeriksaan penunjang

a) Rongtegen Kepala : Terlihat tengkorak mengalalami penipisan dengan sutura yang terpisah-pisah dan pelebaran vontanela

b) Transiluminasi : Terjadi penyebaran cahaya diluar sumber sinar melebihi dari batas.

c) CT scan : Dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adanya massa pada luar kepala.

d) USG.

e) Pemeriksaan cairan serebrospinal.

VIII. Penatalaksanaan :

1) Pengobatan dengan pembedahan (operasi)

Untuk mengangkat penyebab obstruksi, misalnya neoplasma, kista, atau hematom. Pemasangan Shunt yang bertujuan untuk mengalirkan cairan serebrospinal yangberlebihan dari ventrikel ke ruang ekstrakranial, misalnya ke rongga peritonium, atrium kanan, dan rongga pleural.

2) Non Pembedahan (Tapping) :

Pemberian acetazolamide dan isosorbide atau furosemid untuk mengurangi cairan serebrospinal

Pelaksanaan Tapping :

Alat dan bahan ; sarung tangan steril , doek berlobang, kasa steril, kapas dan plester, jarum spuit 10 cc, anti septik Povidon iodini dan alkohol 70%, tabung reaksi jika diperlukan.

Prosedur ; Pasien dalam posisi telentang tentukan daerah tapping (Ventrikel kanan dan kiri), lakukan tindakan anti sepsis disekitar daerah tapping dan tutup dengan doek steril, dimana daerah tapping dibiarkan terbuka, tentukan kembali daerah tapping dengan menekan ibu jari tangan yang telah mamakai sarung tangan, tusukkan jarum pada tempat yang telah ditentukan dan lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar, cabut dan tutup lubang tusukan dengan kasa bethadin dan plaster.

IX. PrognosisKeberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi yang bertahan memiliki kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk.

Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005).

Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidisipliner. (Darsono, 2005)

X. Komplikasi Peningkatan tekanan intrakranial Kerusakan otak Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus. KematianDAFTAR PUSTAKA

Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.

Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.

Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.

Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.

http://www.singhealth.com.sg/http://asuhankeperawatanklien.blogspot.com/

Integritas Kulit

Mobilitas Fisik

Kelaianan Konginital

Obstruksi salah satu tempat pembentukan (Ventr, III/IV)

Obstruksi pd duktus rongga tenggorokan

Ggn Obstruksi CSS (Foramen Monroi, luscha & Magendie)

Jumlah CSS meningkat

Infeksi

Keradangan jaringan otak

Obstruksi tempat pembentukan / penyerapan CSS

Rangsangan produksi

CSS

Neoplasma

Perdarahan

Meningkatnya jumlah cairan dalam ruang sub arachnoid

Meningkatkan jumlah cairan dalam ruang subarachnoid

Peningkatan tekanan terhadap jaringan otak (internal) dan tengkorak (eksternal) Sutura belum menutup sempurna.

Peningkatan TIK

Resiko tinggi Cidera

Pembesaran relatif otak / kepala

Gangguan rasa Nyaman : Nyeri

Ganggyuan Aktivitas.

PAGE 7