hidrologi waterbalance
-
Upload
deadianitar -
Category
Documents
-
view
54 -
download
3
description
Transcript of hidrologi waterbalance
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air adalah sumber daya alam yang dapat terbarukan dan dapat dijumpai dimana-mana,
meskipun secara kuantitas maupun kualitas masih terbatas keberadaan maupun
ketersediaannya baik ditinjau secarageografis maupun menurut musim. Oleh sebab itu,
peningkatan penggunaannya akan mengakibatkan intervensi manusia terhadap sumber daya
air makin besar. Hal tersebut akan memungkinkan terjadinya perubahan tatanan dan siklus
hidrologi wilayah seperti makin tidak meratanya sebaran dan keberadaan air, baik secara
spasial maupun temporal serta penurunan mutu air. Pada saat yang sama efisiensi
pemanfaatan dan penggunaaan air semakin rendah dan seringkali mengabaikan wilayah aliran
air tersebut berasal, atau daerah aliran sungai (DAS).
Seiring dengan perkembangan kota, maka sebagian besar kawasan hulu sungai-sungai di
Samarinda telah mengalami tekanan degradasi terutama akibat pembalakan, peningkatan
kebutuhan lahan untuk pemukiman, dan perubahan fungsi kawasan. Kondisi tersebut sangat
nyata terlihat pada kawasan rawa-rawa bantaran yang membentang disepanjang sungai,
sebagian besar telah berubah menjadi kawasan ekonomi dan pemukiman. Dampak langsung
yang dirasakan adalah terjadinya perubahan kesetimbangan air di sungai-sungai Samarinda
yang berwujud dengan kejadian kekeringan dan banjir yang semakin meluas dan sering
mendera berbagai aspek kehidupan.
Pada penelitian sebelumnya yaitu neraca air pada DAS Krang Mumus telah dijelaskan bahwa
DAS Karang Mumus telah kurang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya karena rendahnya
kualitas air sehingga sangat diperlukan relokasi agar Sungai Karang Mumus dapat
difungsikan kembali sebagaimana seharusnya.
Maksud dan tujuan penulisan ini adalah untuk dapat mengetahui kondisi kesetimbangan air
sungai-sungai di Samarindadan menganalisis ketersediaan air yang ada di samarinda agar
mencukupi kebutuhan air masyarakat.. Termasuk pencegahan banjir dan kekeringan pada
musim-musim tertentu.
1
B. Tujuan
- Mengetahui fungsi water balance pada musim penghujan
- Mengetahui fungsi water balance pada musim kemarau
- Mengetahui cara memaksimalkan penersediaan air tanah di Samarinda
2
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian Neraca Air
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada
periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus)
ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat
mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan
air sebaik-baiknya.
Kesetimbangan air dalam suatu sistem tanah-tanaman dapat digambarkan melalui sejumlah
proses aliran air yang kejadiannya berlangsung dalam satuan waktu yang berbeda-beda.
Beberapa proses aliran air dan kisaran waktu kejadiannya yang dinilai penting adalah:
Hujan atau irigasi (mungkin dengan tambahan aliran permukaan yang masuk ke petak atau
run off dan pembagiannya menjadi infiltrasi dan limpasan permukaan (genangan di
permukaan) dalam skala waktu detik sampai menit. Infiltrasi ke dalam tanah dan drainasi
(pematusan) dari dalam tanah melalui lapisan- lapisan dalam tanah atau lewat jalan pintas
seperti retakan yang dinamakan by-pass flow dalam skala waktu menit sampai jam. Drainase
lanjutan dan aliran bertahap untuk menuju kepada kesetimbangan hidrostatik dalam skala
waktu jam sampai hari.
Pengaliran larutan tanah antara lapisan-lapisan tanah melalui aliran massa (mass flow) .
Penguapan atau evaporasi dari permukaan tanah dalam skala waktu jam sampai hari.
Penyerapan air oleh tanaman dalam skala waktu jam hingga hari, tetapi sebagian besar terjadi
pada siang hari ketika stomata terbuka. Kesetimbangan hidrostatik melalui sistem perakaran
dalam skala waktu jam hingga hari, tetapi hampir semua terjadi pada malam hari pada saat
transpirasi nyaris tidak terjadi. Pengendali hormonal terhadap transpirasi (memberi tanda
terjadinya kekurangan air) dalam skala waktu jam hingga minggu.
Perubahan volume ruangan pori makro (dan hal lain yang berkaitan) akibat penutupan dan
pembukaan rekahan (retakan) tanah yang mengembang dan mengerut serta pembentukan dan
penghancuran pori makro oleh hewan makro dan akar. Peristiwa ini terjadi dalam skala waktu 3
hari hingga minggu. Pengaruh utama kejadian adalah terhadap aliran air melalui jalan pintas
(by-pass flow) dan penghambatan proses pencucian unsur hara.
B. Macam-macam Neraca Air
Model neraca air cukup banyak, namun yang biasa dikenal terdiri dari tiga model, antara lain:
1. Model Neraca Air Umum.
Model ini menggunakan data-data klimatologis dan bermanfaat untuk mengetahui
berlangsungnya bulan-bulan basah (jumlah curah hujan melebihi kehilangan air untuk
penguapan dari permukaan tanah atau evaporasi maupun penguapan dari sistem tanaman
atau transpirasi, penggabungan keduanya dikenal sebagai evapotranspirasi).
2. Model Neraca Air Lahan.
Model ini merupakan penggabungan data-data klimatologis dengan data-data tanah
terutama data kadar air pada Kapasitas Lapang (KL), kadar air tanah pada Titik Layu
Permanen (TLP), dan Air Tersedia (WHC = Water Holding Capacity). Kapasitas lapang
adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan tanah
tersebut akan terus-menerus diserap akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin
lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak lagi mampu menyerap airsehingga
tanaman menjadi layu. Kandungan air pada kapasitas lapang diukur pada tegangan 1/3
bar atau 33 kPa atau pF 2,53 atau 346 cm kolom air. Titik layu permanen adalah kondisi
kadar air tanah dimana akar-kar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah, sehingga
tanaman layu. Tanaman akan tetap layu pada siang atau malam hari. Kandungan air pada
titik layu permanen diukur pada tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau pF 4,18 atau 15.849
cm tinggi kolom air. Air tersedia adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu
selisih antara kapasitas lapang dan titik layu permanen.
3. Model Neraca Air Tanaman.
Model ini merupakan penggabungan data klimatologis, data tanah, dan data tanaman.
Neraca air ini dibuat untuk tujuan khusus pada jenis tanaman tertentu. Data tanaman yang
digunakan adalah data koefisien tanaman pada komponen keluaran dari neraca air.
Neraca air adalah gambaran potensi dan pemanfaatan sumberdaya air dalam periode
tertentu. Dari neraca air ini dapat diketahui potensi sumberdaya air yang masih belum
dimanfaatkan dengan optimal. Secara kuantitatif, neraca air menggambarkan prinsip
4
bahwa selama periode waktu tertentu masukan air total sama dengan keluaran air total
ditambah dengan perubahan air cadangan (change in storage). Nilai perubahan air
cadangan ini dapat bertanda positif atau negatif (Soewarno, 2000). Konsep neraca air
pada dasarnya menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk ke, yang
tersedia di, dan yang keluar dari sistem (sub sistem) tertentu. Secara umum persamaan
neraca air dirumuskan dengan (Sri Harto Br., 2000).
Yang dimaksud dengan masukan adalah semua air yang masuk ke dalam sistem, sedangkan
keluaran adalah semua air yang keluar dari sistem. Perubahan tampungan adalah perbedaan
antara jumlah semua kandungan air (dalam berbagai sub sistem) dalam satu unit waktu yang
ditinjau, yaitu antara waktu terjadinya masukan dan waktu terjadinya keluaran. Persamaan ini
tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar yang lainnya (siklus hidrologi) karena pada
hakikatnya, masukan ke dalam sub sistem yang ada, adalah keluaran dari sub sistem yang lain
dalam siklus tersebut.
C. Manfaat Neraca Air
Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain:
1. Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta
saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-
bulan yang defisit air.
2. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi
jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.
3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman
pangan hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan.
D. Komponen Neraca Air
Dalam menghitung neraca air ada beberapa komponen yang perlu di perhatikan,antara lain :
1. Kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori)
5
I = O ± ΔS
I = masukan (inflow)
O = keluaran (outflow)
Kapasitas penyimpanan air dikendalikan oleh tekstur tanah dan bahan organic yang ada
di dalam tanah. Kapasitas menyimpan air di dalam tanah dapat dijadikan sebagai input air
untuk disimpan dan dimanfaatkan saat masa-masa air sulit untuk didapatkan.
2. Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses penyerapan air atau aliran air ke dalam tanah melalui pori-pori
yang ada di permukaan tanah yang dipengaruhi leh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya
gravitasi menyebabkan aliran air menuju ke tempat yang lebih rendah dan gaya kapiler
menyebabkan air bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak dari daerah basah
menuju daerah yang lebih kering.
3. Run off
Run off atau air aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir di
permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan. Sebagian air yang tidak dapat
meresap mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Adapula air yang telah meresap
keluar lagi dari dalam tanah karena tanah telah jenuh terhadap air dan mengalir ke tempat
yang lebih rendah.
4. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah gabungan dari evaporasi dan trasnpirasi tumbuhan yang hidup di
permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanamandilepas ke atmosfer. Evaporasi
merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan
air. Transpirasi merupakan pergerakan air di dalam tumbuhan yang hilang melalui
stomata akibat diuapkan oleh daun.
5. Curah hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode
tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak
terjadi evaporasi, run off, dan infiltrasi.
6. Jenis vegetasi
Jenis vegetasi mempengaruhi proses transpirasi yang dilakukan oleh tumbuhan. Berbagai
jenis vegetasi juga berpengaruh terhadapproses transpirasi dan juga berpengaruh terhadap
jumlah air yang akan diuapkan ke atmosfer.
6
E. Hubungan Neraca Air dengan Siklus Hidrologi
Dalam konsep siklus hidrologi bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di permukaan bumi
dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk (input) dan keluar (output) pada jangka waktu
tertentu. Semakin cepat siklus hidrologi terjadi maka tingkat neraca air nya semakin dinamis.
Kesetimbangan air dalam suatu sistem tanah-tanaman dapat digambarkan melalui sejumlah
proses aliran air yang kejadiannya berlangsung dalam satuan waktu yang berbeda-beda.
F. Siklus Hidrologi
Gambar 1. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi dapat diartikan sebagai sirkulasi pergerakan air di bumi ke atmosfer
kemudian kembali lagi, pergerakan tersebut berlangsung secara kontinu. Hujan yang jatuh
sebagian tertahan oleh tumbuhan dan selebihnya jatuh ke permukaan tanah. Sebagian yang
jatuh ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah dan sebagian yang lain akan
melimpas di atas permukaan. Air yang meresap ke dalam tanah akan mengalir di dalam tanah
yang kemudian keluar sebagai mata air atau mengalir ke sungai dan akhirnya ke laut, siklus
ini berlangsung secara terus-menerus.
7
1. Hujan
Hujan merupakan kejadian turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi. Air yang turun
dapat berupa air hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Hujan juga sering disebut
presipitasi. Hujan merupakan sumber utama dari air yang mengalir di sungai.
2. Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses aliran air yang masuk ke dalam tanah (gerakan air vertikal.
Setelah lapisan atas jenuh, kelebihan air akan mengalir ke lapisan dibawahnya akibat
gaya gravitasi bumi. Proses masuknya air ke dalam tanah dan menjadi airtanah ini disebut
proses perkolasi.
3. Run off
Run off atau air aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir di
permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan. Sebagian air yang tidak dapat
meresap mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Adapula air yang telah meresap
keluar lagi dari dalam tanah karena tanah telah jenuh terhadap air dan mengalir ke tempat
yang lebih rendah.
4. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah gabungan dari evaporasi dan trasnpirasi tumbuhan yang hidup di
permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanamandilepas ke atmosfer. Evaporasi
merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan
air. Transpirasi merupakan pergerakan air di dalam tumbuhan yang hilang melalui
stomata akibat diuapkan oleh daun.
G. Langkah Analisa Neraca Air
Dalam melakukan analisa neraca air terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan agar hasil
yang didapat merupakan hasil yang cukup memuaskan. Berikut adalah langkah-langkah
dalam
menganalisa neraca air, yaitu :
1. Pengumpulan data
Data merupakan hal yang mutlak dibutuhkan dalam suatu perencanaan. Untuk menganalisa
neraca air, data-data yang dibutuhkan antara lain:
Peta geomorfologi, sumber data: Instansi
Peta lereng, sumber data: Instansi
Peta administrasi, sumber data: Instansi
8
Peta topografi, sumber data: Instansi
Peta tata guna lahan, sumber data: Instansi
Peta jenis tanah, sumber data: Puslittanak
Data suhu, sumber data: BMKG
Data dan peta hujan, sumber data: BMKG
Data debit, sumber data: balai PSDA, PU, BPDAS
Data kependudukan, sosial dan ekonomi, sumber data: BPS
2. Perhitungan hujan wilayah
Perhitungan hujan wilayah menggunakan metode isohiet, yaitu dengan menghubungkan titik-
titik dengan ketebalan hujan yang sama.
3. Langkah – langkah pembuatan garis isohiet:
Lokasi stasiun hujan dan ketebalan hujan digambarkan pada peta daerah yang ditinjau. Dari
nilai ketebalan hujan di stasiun yang berdampingan dibuat interpolasi dengan pertambahan
nilai yang ditetapkan. Dibuat kurva yang menghubungkan titik-titik interpolasi yang
mempunyai kedalaman hujan yang sama. Ketelitian tergantung pada pembuatan garis isohiet
dan intervalnya. Diukur luas daerah antara dua isohiet yang berurutan dan kemudian dikalikan
dengan nilai rerata dari nilai kedua garis isohoet. Jumlah dari hitungan pada butir d di atas
untuk seluruh garis isohyet dibagi dengan luas daerah yang ditinjau menghasilkan ketebalan
hujan rerata daerah tersebut.
4. Perhitungan median elevasi
Median elevasi digunakan untuk menghitung ketinggian rata-rata DAS dan juga untuk
menerapkan suhu rata-rata DAS.
5. Perhitungan suhu udara
Perhitungan suhu udara dilakukan apabila data belum tersedia.
6. Evapotranspirasi potensial
Evapotranspirasi adalah gabungan peristiwa penguapan dari tumbuh – tumbuhan dan air
permukaan. Dengan adanya evapotraspirasi, kita dapat mengetahui kebutuhan air tanaman
9
dan curah hujan pada suatu daerah tertentu. Kebutuhan air tanaman dapat berubah setiap
waktu sesuai dengan jumlah air di permukaan dan curah hujan pada hari tersebut.
7. Perhitungan neraca air
Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisa neraca airadalah dengan metode
Thornthwaite Mather. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui kondisi air secara
kuantitas dan funoff pada tiap bulannya pada satu tahun. Perhitungan metode Thornthwaite
Mather merupakan fungsi dari suhu udara, indeks panas bulanan, Water Holding Capacity dan
faktor koreksi lama penyinaran matahari berdasarkan kondisi lintang. Untuk menghitung
neraca air, maka langkah pertama adalah menghitung kebutuhan air.
8. Kualitas air
Kualitas air merupakan fungsi dari unsur-unsur baik fisika; kimia; dan biologi yang
terkandung di dalam aliran sungai. Kondisi kualitas air dikatakan tercemar apabila unsur yang
terkandung telah melebihi ambang toleransi yang diizinkan.
Kualitas air dibagi menjadi empat kelas, yakni:
a. Kelas I
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
b. Kelas II
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
c. Kelas III
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
d. Kelas IV
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Pengamatan
Pengamatan dilakukan di Bendungan Benanga, dan Polder Air Hitam
B. Waktu Penelitian
Pengamatan dilakukan pada 16 November 2015
C. Analisis Data
Untuk memulai analisis neraca air untuk mengatasi banjir dan kekeringan di kota Samarinda
adalah dengan metode analisis data. Data yang digunakan merupakan data primer dan data
sekunder sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik kota Samarinda dan berasal dari
jurnal tentang water balance sebelumnya. Data yang digunakan adalah:
1. Data Curah Hujan Tahunan
Bulan
Suhu Udara
Temperature
Kelembaba
n
Udara
Tekanan
Udara
Kecepata
n
Angin
Curah
Hujan
Penyinara
n
MatahariMin Max Mean
(oC) (oC) (oC) (%) (Mbs) (Knot) (mm) (%)
Januari 23.9 32.7 27.7 82 1 011,8 4 175.7 47
Februari 24.3 31.7 27.2 82 1 011,1 4 209.1 38
Maret 24.6 32.6 27.6 82 1 012,3 3 284.3 42
April 24.3 32.3 27.6 83 1 011,4 3 337.2 38
Mei 24.8 32 27.5 84 1 011,4 3 233.5 41
Juni 24.5 32.5 27.7 84 1 010,5 3 161 48
Juli 24.5 31.5 27.1 83 1 011,2 4 145.2 39
Agustus 24.6 31.8 27.2 82 1 012,1 4 90.2 45
Septembe
r
24.9 32.1 27.2 82 1 012,1 4 256 47
Oktober 24.8 32.5 27.5 83 1 012,7 3 223.1 44
Novembe 24.9 32.6 27.6 84 1 011,2 3 363.1 38
11
r
Desember 24.9 31.9 27.3 83 1 010,7 3 275.7 34
2013 24.6 32.2 27.4 83 1 011,5 3 237.8 42
2012 24.6 32.3 28 81 1 010,0 3 202 42
2011 23.8 32.9 27.3 82 1 011,3 3 249.2 39
2010 24 33.2 27.7 83 1 011,6 3 203.7 42
2009 24.5 32.4 28.4 82 1 007,6 3 180.3 43
Tabel 1. Data Curah Hujan Tahunan Samarinda
2. Data Jenis tanah di Samarinda
No. Jenis Tanah Presentase
1. Podsolik 57,57%
2. Gambut 24,68%
3. Asoslasi Podsolik 12,52%
4. Aluvial 5,23%
Tabel 2. Data Jenis Tanah Samarinda
a. Tanah gambut (organosol)
Tanah gambut berwarna hitam, memiliki kandungan air dan bahan organik yang tinggi,
memiliki pH atau tingkat keasaman yang tinggi, miskin unsur hara, drainase jelek, dan
pada umumnya kurang begitu subur. Jenis tanah ini terbatas untuk pertanian perkebunan
seperti karet, kelapa dan palawija.
b. Tanah aluvial
Tanah aluvial meliputi lahan yang sering mengalami banjir, sehingga dapat dianggap
masih muda. Sifat tanah ini dipengaruhi langsung oleh sumber bahan asal sehingga
kesuburannya pun ditentukan sifat bahan asalnya. Secara umum, sifat jenis tanah ini
mudah digarap, dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis
tanaman pertanian.
c. Tanah podzolik
Berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara
2.500 - 3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh air
hujan, sehingga kesuburannya berkurang. Berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona
12
iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 - 3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah basah
dan mudah mengalami pencucian oleh air hujan, sehingga kesuburannya berkurang.
3. Data Bendungan aktif di Samarinda
Nama Bendungan Kapasitas (m3) Luas (m2) Asal Air
Bendungan
Lempake
540000 180000 DAS Karang Mumus
Polder Air Hitam 150000 50000 DAS Sungai Karang
Asam
Tabel 3. Data Bendungan Aktif di Samarinda
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Grafik Perhitungan
Januari
Febru
ari
Maret
April MeiJuni
Juli
Agustu
s
Sebte
mber
Oktober
November
Desember
050
100150200250300350400
Grafik Curah Hujan Tahun 2013 Kota Samarinda
Series1
Bulan
(mm
)
Grafik 1. Curah hujan 2013
2009 2010 2011 2012 2013
Series1 180.3 203.7 249.2 202 237.8
25
75
125
175
225
275
Grafik Curah Hujan Kota SamarindaPeriode 2009-2013
(mm
)
Grafik 2. Curah Hujan 2009-2013
14
58%25%
13%
5%
Persentase Jenis Tanah di Kota Samarinda
PodsolikGambutAssoslasi PodsolikAluvial
Grafik 3. Jenis Tanah di Samarinda
B. Pembahasan
Berdasarkan data curah hujan kota Samarinda diketahui bahwa curah hujan tertinggi ada pada
bulan November dan curah hujan terendah ada pada bulan Agustus, sehingga untuk menjaga
keseimbangan air pada bulan dengan curah hujan tertinggi dan terendah memerlukan
perawatan yang berbeda. Perawatan inipun merupakan bagian dari water balance. Water
balance adalah perhitungan kesimbangan air yang ada dengan mempertimbangkan adanya
msaukan air yang berasal dari hujan dan keluaran air yaitu berupa infiltrasi air dari permukaan
tanah ke dalam tanah. Water balance ini dilai penting karena apabila dapat telah diketahui
perhitungan water balance maka dapat diperkirakan dan dipenuhinya kebutuhan air pada
kemarau dan dapat pula mengaloksikan air pada saat musim penghujan sehingga tidak
mengakibatkan adanya limpasan air hujan yang tinggi atau banjir yang dapat mengganggu
segala aspek kehidupan masyarakat.
Perawatan yang diperlukan pada musim penghujan adalah dengan perbaikan drainase air
sehingga air dapat mengalir sebagaimana mestinya ke sungai dan tidak menggenangi jalan
raya ataupun tempat yang tidak semestinya digenangi, langkah selanjutnya perlu juga
dilengkapi dengan penyediaan wadah untuk menampung air dari curah hujan mengingat pada
bulan-bulan ini tingginya angka curah hujan. Selain itu tidak juga lupa untuk melakukan
pengecekan terhadap daerah aliran sungai (DAS), mengingat DAS adalah suatu bagian
15
penting dari aliran air sehingga dapat mengalir dengan baik dan benar sesuai dengan
tempatnya.
Saluran air sebagai jalan air untuk mengalir haruslah berada dalam kondisi yang maksimal
apabila hendak memasuki musim penghujan, perlu dilakukan adanya pembersihan saluran air
atau drainase sehingga air dapat mengalir saat begitu banyaknya curah hujan yang turun.
Saluran air dapat menjadi jalan air sehingga dapat mengalir ke sungai dan bukan menjadi
wadah genangan air karena banyaknya sampah di dalam saluran air yang dapat pula
menyebabkan limpasan air ke jalan raya atau banjir.
Kota Samarinda memiliki wadah penampung air berupa waduk, yaitu waduk Benanga dan
Polder Air Hitam. Waduk tersebut dapat digunakan sebagai penampung air pada saat curah
hujan tinggi. Bendungan Benanga Lempake menampung debit air dari DAS Karang Mumus
yaitu dengan kapsitas maksimal 540.000 m3 dan Polder Air Hitam menampung debit air dari
DAS Karang Asam yaitu dengan kapsitas maksimal 150.000 m3. Jadi apabila curah hujan
tinggi dan menyebabkan pula tingginya debit aliran sungai sehingga air tersebut tertampung
di dalam waduk juga semakin tinggi, dan pada saat tertentu apabila air di dalam waduk telah
melebihi batas maksimal maka pintu air waduk tersebut dapat di buka dan menyebabkan
banjir besar bagi masyarakat sekitar daerah waduk. Maka dari itu agar waduk dapat
menampung air dengan maksimal dan tidak terjadinya kelebihan kapasitas waduk perlu pula
pemambahan jumlah waduk di kota Samarinda sehingga semakin banyak pula wadah untuk
menampung air ketika curah hujan di kota Samarinda sangat tinggi.
Air yang telah mengalir dari saluran air akan mengarah ke sungai dan melalui berbagai daerah
aliran sungai (DAS). DAS yang semestinya adalah daerah yang bebas dari daerah pemukiman
sehingga aliran air tidak terganggu dengan aktivitas masyarakat sekitar. Namun apabila
melihat kondisi DAS di kota Samarinda dapat dikatakan hampir seluruh DAS mengalami
kerusakan, karena DAS di kota Samarinda dijadikan sebagai daerah pemukiman masyarakat
dan menjadi wadah pembungan limbah baik limbah domestik ataupun limbah non domestik.
Hal ini pula yang menyebabkan air yang ada di sungai tidak dapat dimanfaatkan dengan baik
oleh masyarakat karena mengandung banyak bahan berbahaya dari berbagai limbah yang
dibuang ke sungai. Bukan hanya manfaat dari air yang berkurang akibat dari kerusakan DAS
tetapi yang terparah adalah menghilangnya fungsi DAS itu sendiri. DAS yang seharusnya
16
dialiri air namum airnya menjadi tergenang karena banyaknya sampah yang berada di sekitar
DAS yang menyebabkan air tidak dapat mengalir. Jadi dapat dipastikan DAS di seluruh kota
Samarinda sangat memerlukan perbaikan dan alih fungsi DAS ke fungsi yang seharusnya
terlebih apabila hendak memasuki musim penghujan sehingga DAS tersebut dapat
mengairkan air ke mana seharusnya air itu mengalir.
Oleh karena itu pada musim penghujan, water balance dengan cara ini sangatlah berdampak
pada keseimbangan alam dan juga aktivitas manusia di mana apabila terjadi musibah banjir
seluruh aktivitas masyarakat pasti akan terganggu pula.
Dilakukan pula perawatan yang berbeda untuk menjaga water balance pada saat musim
kemarau atau musim di mana dengan nilai curah hujan yang rendah yaitu menurut data curah
hujan tahun 2013 adalah pada bulan Agustus. Dapat diketahui bahwa apabila curah hujan
rendah maka pemasukan air ke badan air pun juga menjadi rendah, dampkanya dapat dilihat
dengan sungai-sungai banyak yang mengering ataupun menjdi surut sehingga tidak lagi dapat
digunakan sebagaimana mestinya saat air di dalam sungai tersebut dalam keadaan yang
normal.
Dampak terbesar yang dialami dengan sungai yang menjadi surut adalah teganggunya proses
produksi air oleh Instalasi Pengolahan Air, di mana pada hari-hari biasa proses produksi
menggunakan air baku yang berasal dari badan air (sungai) sehingga pada saat sungai menjadi
surut proses prosuksi menjadi bekeja ekstra untuk mengolah air sungai yang telah surut.
Bahkan tak jarang pula terjadi intrusi air laut yang menyebabkan air sungai menjadi
mengandung garam dengan konsentrasi yang tinggi. Apabila hal ini terjadi maka proses
produksi dan distribusi air harus dihentikan karena tingginya konsentrasi garam dalam air
dapat menyebabkan gangguan mesin pada instalasi pengolahan air. Tidak dilakukannya
proses produksi dan distrubusi air oleh Instalasi Pengolahan Air maka tidak adanya air yang
diterima oleh masyarakat.
Sangat diperlukan adanya sumber air yang lain selain sungai karena apabila telah terjadi
intrusi air laut maka air sungai tidak lagi dapat diolah dan didistribusikan kepada masyarakat.
Hal yang dapat mencegah terjadinya instrusi adalah dengan menjaga agar persediaan air
17
sungai tidak sampai menurun secara drastis. Dengan demikian air sunga tidak akan terintrusi
air laut dan proses prosduksi dan distribusi tetap dapat dilakukan.
Sumber air lain yang dapat digunakan adalah air tanah, karena di kota Samarinda sendiri
penggunaan air tanah masih kurang marak digunakan oleh masyarakat. Padalah persediaan air
tanah sangatlah banyak dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan. Memanfaatkan
air tanah dapat dengan menggunakan sumur yang langsung mencapai air tanah dengan begitu
masyarakat dapat langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Memanfaatkan air tanah secara masal oleh masyarakat akan pula menyebabkan terjadinya
pengurangan air tanah secara drastis dan dampak lainnya dapat pula menyebabkan permukaan
tanah mejadi turun. Oleh karena itu perlu juga dilakukan penjagaan kapasitas air tanah agar
tidak sampai kurang dan meyebabkan permukaan tanah menjadi turun.
Penjagaan kapasitas volume air tanah dapat dilakukan dengan menyeimbangkna pemasukan
dan pengeluaran air tanah tersebut, di mana apabila air tanah digunakan secara masal oleh
masyarakat berarti akan terjadi pengeluaran air tanah yang begitu banyak sehingga perlu juga
dilakukan pemasukan air tanah yang jumlahnya setara dnegan pengeluaran tersebut.
Penggunaan air tanah yang masal sebagai alteratif air baku pada saat musim kemarau berarti
pemasukan air tanah yang banyak dapat dilakukan pada saat musim hujan atau di bulan-bulan
dengan intensitas hujan yang tinggi. Pemasukan air tanah dapat dilakukan dengan
menyediakan daerah tangkapan air hujan yang di daerah tersebut air hujan dapat meresap
menuju tanah dnegan maksimal, biasanya daerah tersebut berada di daerah hulu sungai.
Di kota Samarinda sangat kurang adanya daerah tangkapan air hujan, oleh karena itu sangat
diperlukan adanya daerah tangkapan air hujan tersebut di kota Samarinda. Namun
berdasarkan data tanah yang ada di kota Samarinda, hanya sebagian saja tanah yang dapat
menyerap air dengan baik dan sebagiannnya lagi merupakan tanah yang tidak dapat meresap
air dengan baik bahkan ada yang tidak dapat menyerap air sama sekali. Tidak hanya faktor
banyaknya tanah yang tidak dapat meresap air, sebagian besar daerah di Samarinda pun telah
dilakukan pengaspalan sehingga menghalangi air menuju permukaan tanah. Dari
permasalahan ini dapat dibantu dengan pembuatan lubang biopori, di mana lubang biopori
18
dapat memudahkan aliran air menyerap ke dalam tanah sehingga semakin banyak pula air
yang meresap ke dalam tanah.
Pembuatan lubang biopori tidak hanya harus dilakukan di daerah tertentu di halaman rumah
pun dapat dibuat lubang biopori, karena dengan semakin banyaknya lubang biopori maka
dapat diasumsikan semakin banyak pula air yang meresap ke dalam tanah dan dapat pula
menambah cadangan air tanah untuk digunakan pada musim dengan curah hujan yang rendah
ataupun pada saat musim kemarau.
Prinsip penggunaan lubang biopori ataupun dengan memperbanyak dan memperluas daerah
tangkapan hujan di Samarinda tidak hanya bermanfaat untuk menyimpan cadangan air yang
akan digunakn di musim kemarau namum juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya luapan
air yang berlebihan yang dapat menyebabkan banjir di musim hujan. Di mana prinsip dari
lubang biopori dan daerah tangkapan air hujan adalah untuk mempercepat aliran air menuju
dalam tanah sehingga air hujan yang ada di permukaan tanah tidak akan menggenang dan
menyebabkan banjir namun dapat dengan cepat menyerap dan menjadi air tanah. Begitu juga
dengan menambah jumlah waduk di Samarinda karena waduk tersebut dapat berfungsi pada
musim penghujan untuk menahan debit sungai yang tinggi dan dapat pula sebagai cadangan
persediaan air di musim kemarau saat terjaidnya defisit air.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Fungsi water balance pada musim penghujan adalah ketika tingkat curah hujan
meningkat dan dengan periode tertentu sehingga menyebabkan banyaknya volume
air yang ada di permukaan tanah, dari perhitungan neraca air telah dipersiapkan
tindakan pencegahan adanya kelebihan air pada saat musim penghujan. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membersihkan sistem saluran air
sebelum memasuki musim penghujan, memperbaiki DAS yang telah rusak sehingga
dapat berfungsi dengan baik, dan langkah lain adalah memperluas daerah resapan air
sehingga tidak banyka air yang menggennag di permukan tanah dan menyebabkan
banjir.
2. Fungsi water balance pada musim kemarau adalah ketika musim ini akan terjadi
defisit air sehingga air menjadi sangat susah untuk didapatkan, bahkan dari Instalasi
Pengolahan Air sendiri juga kesulitan untuk memproduksi dan mendistribusikan air
ke masyarakat karena pada musim kemarau sangat besar peluang terjadinya intrusi
air laut yang menyebabkan tingginya konsentrasi garam dalam air baku(air sungai).
Dengan mengetahui akan terjadinya berbagai kesulitan tersebut melalui perhitungan
keseimbangan air telah dipersiapkan sumber air lain selain sungai yaitu air tanah,
pemanfaatan air tanah dapat dengan menggunakan sumur bor ataupun mata air yang
beasal dari air tanah. Namun data penggunaan air tanah secara masal perlu juga
pemeriksaan kapasitas air tanah agar tidak terjadi kekurangan volume air tanah yang
juga dapat menyebabkan turunnya permukaan tanah.
3. Pengoptimalan cadangan air tanah di Samarinda dapat dilakukan dengan membuka
lahan resapan air pada daerah dengan jenis tanah yang mudah menyerap air yang
biasanya terdapat di daerah hulu sungai, selain itu dapat pula membuka lahan hijau
yang nantinya tanh dan pohon-pohonnya dapat menyerap air dengan banyak dan
baik. Pada jenis tanah yang tidak mudah menyerap air dan daerah yang telah
dilakukan pengaspalan dapat dibuat lubang biopori yang akan membantu air untuk
dapat menyerap ke dalam tanah.
20
B. SARAN
1. Sebaiknya Pemerintah Kota Samarinda kedepannya lebih dapat memanfaatkan air
tanah untuk persediaan air selama musim kemarau. Hal ini dapat dengan memusatkan
distribusi air tanah kepada masyarakat sehingga tetap dapat mendapatkan air walaupun
musim kemarau dan air sungai mulai surut.
2. Sebaiknya Pemerintah Kota Samarinda kedepannya dapat lebih banyak membuka
lahan hijau atuapun lahan resapan air sebagai pemasok air tanah sehingga apabila air
tanah mulai banyak digunakan di Samarinda, kurangnya air tanah tersebut tidak
menyebabkan turunnya permukaan tanah.
3. Saran kepada Pemerintah Kota Samarinda untuk dapat membuat lebih banyak waduk
utnuk dapat menampung air hujan saat tingkat curan hujan tinggi dan dapat digunakan
sebagai penampung cadangan air saat sedang mengalami defisit air.
4. Saran kepada masyarakat untuk dapat lebih bijak dalam menggunakan air sehingga air
dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan tidak banyak yang terbuang begitu saja.
5. Saran kepada sesama mahasiswa khususnya Teknik Lingkungan untuk dapat ikut
menjaga lingkungan sekitar untuk tetap dapat lestari dan dapat memenuhi kebutuha
masyarakat sehari-hari tanpa mendatangkan musibah yang dapat merugikan
masyarakat tersebut pula.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad.1989.Konservasi tanah dan Air.Penerbit Institut Pertanian Bogor: Bogor
Nasir A.N, dan S. Effendy. 1999. Konsep Neraca Air Untuk PenentuanPola Tanaman. Kapita
Selekta Institut Pertanian Bogor: Bogor
Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. Nova: Bandung
Sri Harto, BR. 2000. Hidrologi: Teori Masalah, Penyelesaian. Nafri: Yogyakarta
22
LAMPIRAN
Bendungan Benangan Lempake
Bendungan Benanga Lempake
23
Polder Air Hitam
Polder Air Hitam
24