HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus...

86
HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus Masyarakat Suku Betawi Kampung Baru Kelurahan Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : Ricky Halim 11140440000076 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1441H/2019M

Transcript of HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus...

Page 1: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS

(Studi Kasus Masyarakat Suku Betawi Kampung Baru Kelurahan Sukabumi Selatan

Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Ricky Halim

11140440000076

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1441H/2019M

Page 2: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan
Page 3: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan
Page 4: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan
Page 5: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

iv

ABSTRAK

Ricky Halim. 11140440000076. HIBAH DAN WASIAT DALAM

PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus Masyarakat Suku Betawi Kampung Baru

Kelurahan Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat) Skripsi,

Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/ 2019 M, hal.ix+57

Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui praktek pembagian

waris pada keluarga yang didalamnya melakukan praktek hibah dan wasiat di

Kampung Baru, kemudian mengetahui analisis perbedaan antara praktek hibah,

wasiat dan waris secara Islam dan Praktek hibah, wasiat dan waris masyarakat suku

Betawi Kampung Baru. Yang diwawancarai adalah 6 orang yang keluarganya

melakukan praktek hibah sebagai warisan, 3 orang yang keluarganya melakukan

praktek wasiat sebagai warisan dan 1 orang yang keluarganya melakukan praktek

pembagian waris secara Islam.

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan empiris. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder. Data primer berupa hasil wawancara yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini. Dari hasil wawancara diketahui setidaknya ada beberapa alasan yang

mendasari hibah dan wasiat sebagai cara pembagian waris tersebut yaitu: menjaga

persaudaraan keluarga agar tidak putus, faktor ekonomi, faktor pendidikan agama

khusunya dalam hal waris, dan menghormati orang tua. Data sekunder berupa data

yang sudah tersusun dalam buku atau literatur lainnya yang mempunyai hubungan

dengan fokus penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui

wawancara dan studi kepustakaan. Analisa data dilakukan dengan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) 6 dari 10 sampel dalam penelitian ini

melakukan pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan hibah dengan

pembagian yang berbeda, 3 dari 10 sampel dalam penelitian ini melakukan

pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan wasiat dengan pembagian yang

melebihi 1/3. 1 dari 10 sampel dalam penelitian ini melakukan pembagian warisan

dilakukan dengan mempraktikan waris secara Islam tetapi terjadi kendala dalam

prakteknya, b) praktek diatas dilihat dari aspek hukum Islam adalah hal yang belum

sesuai dengan hukum Islam karena menurut hukum Islam hibah dilakukan secara

sertamerta sedangkan masyarakat suku Betawi Kampung Baru tidak sertamerta,

wasiat diberikan kepada yang bukan ahli waris sedangkan masyarakat suku Betawi

Kampung Baru untuk ahli waris.

Kata kunci : Hibah, Wasiat, Waris, Betawi, Kampung Baru, Tradisi Betawi

Pembimbing :Dr. Abdurrahman Dahlan, MA.

Daftar Pustaka : 1972 – 2014

Page 6: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

v

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرمحن الرحيم

Segala puji bagi Allah Swt, tuhan semesta alam, yang telah memberikan

limpahan rahmat dan karunianya kepada umat manusia di muka bumi ini,

khususnya kepada penulis. Shalawat beriringan salam disampaikan kepada Nabi

Muhammad Saw, keluarga serta para sahabatnya yang merupakan suri tauladan

bagi seluruh umat manusia.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menerima bantuan dari

berbagai pihak, sehingga dapat terselesainya atas izinya-Nya. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, khususnya

kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Wakil

Dekan I, II, dan III fakultas Syariah dan Hukum

2. Dr. Mesraini, M.Ag. Ketua Progam Studi Hukum Keluarga beserta Sekretaris

Prodi Hukum Keluarga, yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi

kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

3. Dr. Abdurrahman Dahlan, MA ., sebagai dosen pembimbing skripsi penulis,

yang telah sabar dan terus memberikan arahannya untuk membimbing penulis

dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Atep Abdurofiq, S.Ag, M.Si ., Dosen penasehat akademik penulis, yang telah

sabar mendampingi hingga semester akhir dan telah membantu penulis dalam

merumuskan desain judul skripsi ini dan seluruh Dosen Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan

membimbing penulis selama masa perkuliahan. yang tidak bisa penulis sebut

semuanya tanpa mengurangi rasa hormat penulis.

Page 7: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

vi

5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahaan,

yang tidak bisa penulis sebut semuanya tanpa mengurangi rasa hormat

penulis

6. Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staf

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Staf Perpustakaan Daerah

Sumenep yang telah memberikan pelayanan kepada penulis serta memberikan

fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

7. Para narasumber yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan data-

data terkait penelitian ini, bapak Rahmatullah Umar S.Pd, bapak Ahmad

Kayis S.Si, bapak Abdul Haris, ibu Maimunah, ibu Hj. Afiyyah, bapak

Sarbini, bapak H. M Atta, bapak Damin, bapak Khusairi, dan bapak Amrulloh

S.O.S.

8. Teristimewa buat keluarga, ayah H. Supyan dan ibu Hj. Aryanah, yang tak

pernah berhenti untuk memberikan dukungan dan mendoakan penulis dalam

menempuh pendidikan. Adik Ichsan Maulana dan Annisa Humairah yang tak

pernah berhenti memberikan support kepada penulis. Nenek Hj. Aliyah,

Paman Ahmad Aryadi. yang telah memberikan support langsung secara moril

maupun materil.

9. Teman-teman seperjuangan penulis Alvin Saputa, Ilham Nur Hakim, Ahmad

Bayhaqi S.H, Irfan Anshori S.H, Chairil Fuadi S.H, Faris Hilmawan,

Faizuluddin, Rifky Akbari S.H, Riski Ade Putra S.H, Fabian Hutamaswara

Susilo S.H, Fajri Ilhami S.H, Renaldi Irawan, Pernanda Priatna yang

senantiasa meluangkan waktu berdiskusi dengan penulis perihal skripsi ini.

10. Teman-teman Hukum Keluarga UIN Jakarta khususnya angkatan 2014, yang

telah berbagi ilmu dan bertukar pikiran dengan penulis. Semoga ilmu yang

kita dapatkan menjadi ilmu yang bermanfaat.

11. The Jakmania Kebon Jeruk, The Jakmania Kebon Jeruk Zona Sukabumi

Selatan, dan Jakampus UIN yang selalu memberikan semangat kepada

penulis.

Page 8: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

vii

12. Annesya Novia Nuraini yang selalu membantu dan memberikan support

kepada penulis.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

semoga Allah membalasnya. Aamin

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya khususnya untuk

mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.

Jakarta, 30 September 2019

Penulis

Ricky Halim

Page 9: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...........................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................iii

ABSTRAK ........................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................v

DAFTAR ISI .....................................................................................................ix

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 3

C. Tujuan dan Manfaat Penulis .................................................. 4

D. Kajian Studi Terdahulu ......................................................... 5

E. Metode Penelitian .................................................................. 7

F. Sistematika Penulisan ............................................................ 9

BAB II HIBAH, WASIAT DAN KEWARISAN DALAM ISLAM

A. Hibah Dalam Islam ................................................................ 11

1. Pengertian Hibah .............................................................. 11

2. Dasar Hukum Hibah ......................................................... 12

3. Rukun dan Syarat Hibah ................................................... 13

4. Hikmah Melaksanakan Hibah ........................................... 14

B. Wasiat Dalam Islam .............................................................. 14

1. Pengertian Wasiat ............................................................. 14

2. Dasar Hukum Wasiat ........................................................ 15

3. Rukun dan Syarat Wasiat .................................................. 17

4. Hikmah Melaksanakan Wasiat ......................................... 18

Page 10: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

ix

C. Waris Dalam Islam

1. Pengertian Waris ............................................................. 19

2. Dasar Hukum Kewarisan ................................................. 20

3. Rukun dan Syarat Kewarisan Islam ................................ 23

4. Sejarah Kewarisan Islam ................................................. 24

5. Hikmah melaksanakan Ilmu Waris ................................. 26

BAB III PROFIL KELURAHAN SUKABUMI SELATAN

KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT

A. Kondisi Geografis dan Letak Wilayah .................................. 27

B. Demografis ............................................................................ 28

C. Sejarah Kebudayaan Betawi .................................................. 33

BAB IV PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS MASYARAKAT SUKU

BETAWI KAMPUNG BARU

A. Penemuan Penelitian ............................................................. 37

B. Analisa Penelitian .................................................................. 45

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 56

B. Saran-Saran ............................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Warisan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa harta

benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya, setelah digunakan untuk

keperluan pewaris selama sakit sampai meningalnya, biaya pengurusan jenazah

(tajhiz), pembayaran utang dan pemberian untuk kerabat. Sedangkan pewaris adalah

orang yang pada saat meninggal atau dinyatakan meninggal berdasarkan putusan

Pengadilan beragama islam meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan.

Sedangkan ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai

hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama islam dan

tidak terhalang karna hukum untuk menjadi ahli waris1.

Hak Waris Seseorang tidaklah muncul secara tiba tiba, tetapi keberadaannya

didasari oleh sebab-sebab tertentu yang berfungsi mengalihkan dari pada hak hak

yang telah meninggal dunia. Ahli waris merupakan perseorangan yang akan

menerima pembagian warisan seperti karena adanya hubungan perkawinan dan

hubungan darah (keturunan).2

Ditinjau dari jumlah bagian yang di peroleh saat menerima hak waris,

memang terdapat ketidaksamaan. Akan tetapi hal tersebut bukan berarti tidak adil,

karna keadilan dalam pandangan Islam tidak hanya diukur dengan jumlah yang

didapat saat menerima hak waris tetapi juga kepada kegunaan dan kebutuhan.

Warisan peralihan harta setelah orang tua meninggal, ada juga peralihan harta yang

mana pemberian tersebut bersifat sukarela, tanpa mengharapkan adanya

1Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, pasal 171 ayat a-e (Jakarta:CV

AkademikaPressindo,2010), h. 155. 2M.Ali Hasan, Hukum Warisan Dalam Islam (Jakarta, Karya Unipress, 1996), Cet.6, h. 12.

Page 12: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

2

kontraprestasi dari pihak penerima pemberian, dan pemberian itu dilangsungkan pada

saat si pemberi masih hidup disebut dengan hibah.3

Hukum Islam memperbolehkan seseorang memberikan atau menghadiahkan

sebagian atau seluruh kekayaannya ketika masih hidup kepada orang lain yang

disebut “Intervivos”. Di dalam Hukum Islam jumlah harta seseorang yang dapat

dihibahkan itu tidak terbatas. Berbeda dengan pemberian melalui surat wasiat yang

terbatas pada sepertiga dari harta peninggalan yang bersih.4

Seperti yang terjadi pada masyarakat suku Betawi Kampung Baru kelurahan

Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat ini misalnya, seperti sudah

menjadi tradisi turun menurun dari zaman dahulu hingga sekarang, para orang tua

akan membagikan harta kekayaan mereka kepada anak-anaknya ketika ia masih

hidup atau setelah anak-anaknya menikah.

Namun ketika di kemudian hari orang tua meninggal maka harta yang masih

ada (selain yang dihibahkan) juga akan dibagi kepada ahli warisnya. Akan tetapi

pembagiannya tidak sesuai dengan ketentuan hukum waris. Misal harta hanya dibagi

kepada anak-anaknya saja, sedangkan ahli waris lainnya seperti istri, bapak/ibu, dan

lain-lain yang menurut al-Quran berhak atas harta warisan tidak mendapat bagian.

Bagian anak pun tidak pula sesuai dengan bilangan yang ditetapkan al-Quran yaitu

antara anak laki-laki dan perempuan 2:1 (dua untuk laki-laki dan 1 untuk perempuan)

tetapi dibagi sama rata atau sesuai kesepakatan.

Tidak jarang pembagian harta sepeninggal orang tua akan menimbulkan

perselisihan diantara mereka (anak-anaknya), karna perbedaan bagian, adanya

keinginan menguasai dan sebagainya.

Maka dari itu para orang tua lebih memilih cara hibah untuk membagikan

harta kekayaannya.Walaupun hukum waris yang ditetapkan al-Quran telah

menetapkan secara rinci bagian-bagian para ahli waris yang berhak. Namun karena

3Mardani, Hukum Kewarisan islam Di Indonesia (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2015),

cet.2, h. 125. 4Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW (Bandung:

PT RefikaAditama,2007), Cet.2, h. 81.

Page 13: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

3

alasan-alasan tertentu masyarakat terkadang mengesampingkan hukum waris dan

memilih jalan hibah sebagai cara untuk membagikan harta kekayaannya. Karena

dirasa lebih dapat menghindarkan terjadinya perselisian.

Dari uraian diatas penulis ingin mengetahui alasan atau faktor yang membuat

masyarakat memilih cara hibah dalam praktek pembagian warisan. Berangkat dari

latar belakang diatas maka penulis akan melakukan penelitian tarhadap permasalahan

tersebut. Kemudian hasil peneliatian tersebut akan penulis tuangkan dalam sebuah

karya ilmiah berbentuk skripsi yang berjudul “HIBAH DAN WASIAT DALAM

PEMBAGIAN WARIS (Studi Masyarakat suku Betawi Kampung Baru Kelurahan

Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat)”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan masalah

1. Identifikasi Masalah

Masyarakat Betawi melakukan pembagian warisnya semasa orang tua

masih hidup, yang mana apabila pemberian harta ketika masih hidup itu disebut

hibah, dan ada juga yang memberikan suatu pesan dengan mempeta petakan

hartanya untuk dikemuadian hari tidak terjadi saling iri, yang mana sering disebut

wasiat. Praktek hibah dan wasiat pada masyarakat Betawi tetap dianggap sebagai

pembagian warisan.

2. Pembatasan Masalah

Keluasan kajian skripsi ini tidak hanya pada satu kelompok masyarakat

tertentu saja, tetapi sangat luas. Untuk itu perlu adanya pembatasan pada suatu

tema yaitu “Hibah Dan Wasiat Dalam Pembagian Warisan”. Dan agar

penelitian ini dapat terarah dan tersusun secara sistematis maka penulis

membatasi penelitian permasalahan tersebut pada masyarakat suku Betawi

Kampung Baru Kelurahan Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta

Barat.

Berdasarkan luasnya masalah di atas dan mempermudah pembahasan

dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah skripsi ini sebagai

berikut:

Page 14: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

4

a. Praktek hibah dan wasiat dalam pembagian waris masyarakat suku Betawi

Kampung Baru Kelurahan Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk,

Jakarta Barat.

b. Perbedaan konsep hibah dan waris.

c. Peneliti hanya memfokuskan penelitian dari tahun 2010 sampai 2019.

3. Perumusan Masalah

Rumusan Masalah tersebut penulis rinci dalam beberapa pertanyaan

sebagai berikut:

a. Bagaimana pemahaman suku Betawi masyarakat Kampung Baru tentang

konsep hibah,wasiat dan waris menurut hukum Islam?

b. Bagaimana praktek hibah dalam pembagian waris masyarakat suku Betawi

Kampung Baru?

c. Bagaimana kedudukan hukum praktek hibah dalam pembagian waris

masyarakat suku Betawi Kampung Baru dalam pandangan hukum Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penilitian ini betujuan untuk mengungkap fakta hukum tentang alasan

atau faktor pengutamaan hibah dan wasiat dalam pembagian harta yang

dipraktekan masyarakat suku Betawi Kampung Baru Kelurahan Sukabumi

Selatan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang sering kali diasumsikan

sebagai harta warisan.

Selanjutnya peneliti diharapkan untuk menemukan jawaban-jawaban

sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan pemahaman masyarakat suku Betawi Kampung

Baru Kelurahan Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat

tentang hukum hibah, wasiat dan waris.

Page 15: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

5

b. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui bagaimana praktek pembagian harta

warisan masyarakat suku Betawi Kampung Baru Kelurahan Sukabumi

Selatan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

c. Menganalisis kedudukan hukum Islam pada praktek hibah, wasiat dan waris

masyarakat suku Betawi Kampung Baru Kelurahan Sukabumi Selatan

Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat umum khususnya

masyarakat suku Betawi Kampung Baru Kelurahan Sukabumi Selatan

Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat dalam menambah wawasan,

pengalaman, dan pengetahuan tentang materi kajian yang akan dibahas

dalam permasalahan tersebut.

b. Hasil Penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai acauan untuk Peneletian

selanjutnya.

D. Review Studi Terdahulu

Sebelum penentuan judul bahasan dalam skripsi ini, penulis melakukan

review kajian terdahulu yang berkaitan dengan judul yang penulis bahas. Review

kajian terdahulu yang berkaitan dengan penulis diantaranya:

Skripsi dengan judul “Hibah dan Wasiat dalam analisis Perbandingan antara

Undang-Undang Hukum Perdata dan Kompilasi Hukum Islam” Muhammad Abduh,,

jurusan AhwalSyakhsiyyah Fakultas Syari’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,

2008. Dalam penelitian tersebut, Muhammad Abduh lebih cenderung membahas

perbedaan dan persamaan antara Hibah dan wasiat5.

Skiripsi dengan judul “Tinjauan Mengenai sistem Hibah Harta kepada Anak

Angkat menurut Kompilasi Hukum Islam” oleh Solikul Mutohar, Fakultas Hukum

5 Muhammad Abduh, “Hibah Dan Wasiat Dalam Analisis Perbandingan Antara Undang-

Undang Hukum Perdata Dan Kompilasi Hukum Islam.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah, Universitas

Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2008)

Page 16: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

6

Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010,Mutohar lebih Fokus kepada Kompilasi

Hukum Islam, tanpa melihat dan meneliti praktek yang sebenarnya6.

Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Hukum Kewarisan di Perkampungan

Budaya Betawi Srengseng Sawah, Jakarta Selatan” oleh Achmad Fachmi Ramdhan,

jurusan Hukum Keluarga Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2014, Achmad lebih focus kepada pelakasanaan pembagian warisan di

Srengseng Sawah, Jakarta Selatan7.

Jurnal Diskursus Islam dengan judul “Eksistensi Hukum Waris Adat Dalam

Masyarakat Muslim Di Kota Gorontalo Dalam Prespektif Sejarah”. Yang ditulis oleh

Hamid Pongoliu, Usman Jafar, Mawar Djalaluddin, Nur Taufiq Sanusi dosen IAIN

Gorontalo8. Jurnal ini membahas tentang hukum waris adat Gorontalo yang

bertentangan dengan hukum waris Islam.

Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum dengan judul “Hukum Waris Islam Dipandang

Dari Perspektif Hukum Berkeadilan gender”. Yang ditulis oleh Maryati Bachtiar9.

Jurnal ini membahas tentang kesamaan hak dalam waris anatara laki-laki dan

perempuan.

Jurnal Hukum Keluarga Islam dengan judul “Integritas Hukum Islam Dan

Hukum Adat Dalam Pewarisan Masyarakat Bugis Bone (Studi di Kecamatan

Palakka)”. Yang ditulis oleh Asni Zubair, Muljan dan Rosita. Jurnal ini membahas

6 Solikul Mutohar, “Hibah Orang Tua Terhadap Terhadap Anak Antara Pemerataan Dan

Keadilan Perspektif Hukum Islam.” (Skripsi S-1 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret Surakata,

2010). 7 Achmad Fachmi Ramdhan, “Pelaksanaan Hukum Kewarisan di Perkampungan Budaya

Betawi Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah, Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014). 8Hamid Pongoliu dkk, ”Eksistensi Hukum Waris Adat Dalam Masyarakat Muslim Di Kota

Gorontalo Dalam Prespektif Sejarah” Jurnal Diskursus Islam, volume 6, No 2, (Agustus 2018).

9Maryati Bachiar “Hukum Waris Islam Dipandang Dari Perspektif Hukum Berkeadilan

Gender” Jurnal ilmiah ilmu hukum, volume 3, No 2, (2012).

Page 17: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

7

tentang integritas hukum Islam dan hukum adat dalam pewarisan yang dijalankan

masyarakat Bugis.10

Jurnal Yuridis dengan judul “Kedudukan Ahli Waris Yang Penerima Hibah

Dari Orang Tua terhadap Ahli Waris Lainnya Pada Proses Pembagian Waris”. Yang

ditulis oleh Umar Haris Sanjaya dan Muhammad Yusuf Suprapton. Jurnal ini

membahas tentang keberadaan dari ahli waris yang mendapatkan hibah dari orang tua

semasa hidupnya, sehingga ahli waris lainnya dan belum menerima hibah.11

Sementara itu, penyusun dalam penelitian ini menitikberatkan pada masalah

Pemahaman masyarakat tentang hukum waris dan alasan mengapa masyarakat lebih

mengutamakan hibah dan wasiat dari pada waris untuk membagikan hartanya di

Kampung Baru Kelurahan Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

E. Metode Penelitian

Metode (Yunani-methodos) Adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan

upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah kerja untuk dapat memahami obyek

yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

penelitian hukum kualitatif yaitu dinyatakan dengan pernyataan dan tentu tidak

dinyatakan dengan angka. Penelitian kualitatif merupakan strategi inquiry yang

menekankan pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol

maupun deskripsi tentang suatu fenomena12

.

bersifat kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan

hasil dari penelitian yang penulis dapatkan melalui hasil penelitian. Selain itu,

10

Asni Zubair dkk “Integritas Hukum Islam Dan Hukum Adar Dalam Pewarisan Masyarakat

Bugis Bone ( Studi di Kecamatan Palakka )” Jurnal hukum keluarga Islam, volume II. No 2 ( Januari -

Juni 2016 ).

11Umar Haris Sanjaya dan Muhammad Yusuf Suprapton “Kedudukan Ahli Waris Yang

Penerima Hibah Dari Orang Tua terhadap Ahli Waris Lainnya Pada Proses Pembagian Waris”

Jurnal Yuridis, volume 4, No 2 ( Desember 2017 ). 12

A. Muri Yusuf. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan

(Jakarta: Kencana, 2014), h. 329.

Page 18: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

8

penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan data.13

2. Pendekatan Penelitian

Penulis dalam hal ini menggunakan pendekatan sosiologi hukum yang

melihat hukum sebaliknya bahwa hukum tidak bisa lepas dari kehidupan

masyarakat, kedua-duanya adalah saling menguatkan ketika proses pembuatan

maupun ketika diberlakukan. Sehingga muncul istilah hukum yang sesuai dengan

hukum yang hidup ditengah masyarakat.14

3. Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dandata sekunder yang didefinisikan sebagai berikut:

a. Data Primer adalah sumber data yang didapat langsung dari sumber asli.

Dengan demikian, data primer merupakan data yang diperoleh dari lokasi

penelitian yang tentunya berkaitan dengan pokok penulisan. Peneliti akan

mengkaji dan meneliti sumber data yang diperoleh dari hasil penelitian,

dengan cara mengumpulkan secara langsung informasi lisan masyarakat.

b. Data sekunder adalah data yang mencakup buku-buku, hasil-hasil penelitian

yang berwujud laporan dan sebagainya. Berupa tulisan para pakar bidang

hibah, wasiat dan kewarisan.

c. Data tersier yaitu berbagai data yang bersumber dari masyarakat.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan dua teknik, yaitu:

a. Dokumentasi, yakni pengumpulan data melalui studi kepustakaan atau

penelitian kepustakaan yang berkaitan dengan judul, dimana penelitian

tersebut dilakukan dengan cara mengkaji buku-buku, dokumen-dokumen,

artikel, jurnal dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan pembahasan.

13

Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1992) h. 10. 14

M. Chairul Basrun Umanallo, Sosiologi Hukum (Fam Publishing, 2016), cet.2, h. 57.

Page 19: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

9

b. Wawancara, yakni melakukan penelitian lapangan dengan cara datang secara

langsung ke lapangan yang menjadi objek penelitian dan melakukan

wawancara dengan para pihak terkait, seperti tokoh-tokoh masyarakat atau

para pelaku. Metode wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam.

5. Teknik Pengolahan Data

a. Seleksi Data: setelah memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam

penulisan ini baik melalui wawancara maupun dokumentasi, kemudian data

dan informasi tersebut diperiksa agar tidak terjadi kekeliruan

b. Klarifikasi Data: setelah data-data dan informasi diperiksa, lalu diklarifikasi

dalam bentuk jenis tertentu, kemudian diambil satu kesimpulan.

c. Analisis data dilakukan setelah data-data dan informasi telah tekumpul,

selanjutnya dianalisa untuk membuat suatu konklusi (kesimpulan).

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini merujuk pada

prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman penulisan

skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan secara garis besar dapat dikategorikan sebagai

berikut:

Bab pertama tentang pendahuluan. Dalam bab ini penulis akan menguraikan

latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab kedua tentang waris dan hibah. Meliputi pengertian dan dasar hukum

hibah, wasiat dan waris, serta syarat dan rukun hibah, wasiat dan waris.

Bab ketiga tentang profil Kampung Baru Kelurahan Sukabumi Selatan

Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, sejarah kebudayaan betawi, dan deskripsi

objek penelitian. Meliputi hal-hal yang berkaitan dengan letak geografis, keadaan

Page 20: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

10

demografis, dan keadaan sosiologis masyarakat Kampung Baru Kelurahan Sukabumi

Selatan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Bab keempat tentang analisa praktek penggunaan hibah dan wasiat dalam

pembagian harta waris.

Bab lima tentang penutup berisi kesimpulan dan saran.

Page 21: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

11

BAB II

HIBAH, WASIAT DAN KEWARISAN DALAM ISLAM

A. Hibah Dalam Islam

1. Pengertian Hibah

Hibah secara etimologi adalah semilirnya angin, maksudnya perpindahan

kepemilikan barang dari seseorang ke yang lainnya.1Hibah secara terminologi

adalah suatu pemberian yang bersifat sukarela, tanpa mengharapkan adanya

kontraprestasi dari pihak penerima pemberian dan pemberian itu dilangsungkan

pada saat si pemberi masih hidup.2

Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 171 ayat G Hibah adalah

pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada

orang lain yang masih hidup untuk dimiliki.3

Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 211 hibah dari orang tua

dapat diperhitungkan sebagai waris.4

Hibah dalam artian luas, yaitu hibah mencakup sedekah dan hadiah.

Hibah yaitu memberikan sesuatu kepada orang lain tanpa imbalan (pengganti).

Sedekah yaitu memberikan sesuatu kepada orang lain karena mengharapkan

pahala di akhirat, sementara hadiah yaitu memberikan sesuatu kepada orang lain

untuk memuliakan atau menghormati orang yang menerimanya. Oleh karna itu,

setiap sedakah dan hadiah itu hibah, dan tidak setiap hibah itu sedekah atau

hadiah.5

2. Dasar Hukum Hibah

1Imam Abubakar „Usman bin Muhammad Syato Addimyati Albakri, I‟anatu At Tholibin Juz

(Semarang: Pustaka „alawiyyah, 1996), h. 141. 2Mardani, Hukum Kewarisan islam Di Indonesia, h. 125.

3Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h. 156.

4Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h. 164.

5Mardani, Hukum Kewarisan islam Di Indonesia, h.126.

Page 22: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

12

Untuk Menentukan dasar hukum hibah dalam al-Quran secara langsung

tidak di temukan. Dalam al-Quran, kata hibah digunakan dalam konteks

pemberian anugerah Allah SWT kepada utusan-utusannya, doa-doa yang

dipanjatkan oleh hamba-hambanya, terutama para nabi dan menjelaskan sifat

Allah yang maha member karunia. Namun dapat digunakan petunjuk petunjuk

dan anjuran secara umum agar seseorang memberikan sebagian rezekinya kepada

orang lain.6 Allah SWT berfirman:

سكي و ا بن …ال على حبو ذوى القر ىب و اليتمى و امل

...ئل السبشيل و السا واتى امل

(711)البقرة :

….“dan memberikan harta yang dicintainya, kepada kerabat, anak yatim,

orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-

minta”…(Al-Baqarah 177).7

Kerabat adalah orang keluarga dekat dan yang paling dekat, yatim adalah

mereka yang tidak dibiayai hidupnya dan bapaknya sudah meninggal, mereka

orang-orang lemah dan belum baligh, masakin (miskin) adalah mereka orang-

orang yang tidak tercukupi sandang, pangan, dan papannya, musafir adalah

mereka yang melakukan perjalan yang bukan maksiat, yang sudah tidak

mempunyai biaya.8

د فيما ي عطى ولده ال يل لرجل أن ي عطى عطية أو ي هب ىبة ف ي رجع فيها إال الوال

“Tidak halal bagi seseorang memberikan suatu pemberian kemudian ia

memintanya kembali kecuali ayah pada apa yang ia berikan kepada anaknya

(maka boleh diminta kembali).(HR. Imam Ahmad & Abu Daud, An-Nasa‟i,

Tirmidzi, Ibnu Majah)9

6

Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada,2013), cet.1, h. 375. 7 Al-Quran Terjemah.

8Al-imam Imaduddin Ismail bin Umar bin Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Juz 1, (Libanon:

Alqutub alilmiah), h.191. 9Imam Ibnu Hajar al-asqalani, Bulughum Maram No 856,(Surabaya: Darul Ilmu), h. 192.

Page 23: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

13

Para ulama berpendapat tentang hibah yang ditarik kembali oleh orang

tua. Menurut Imam Malik, orang tua diperbolahkan rujuk dalam hibah yang telah

diberikan kepada anaknya. Kecuali bila barang yang dihibahkan telah berubah

keadaannya, maka bila demikian dia tidak boleh merujuknya.10

Menurut Imam

Abu Hanifah dan Imam Al Hadawiyah, hibah boleh diambil kembali kecuali

hibah yang diberikan kerabat. Menurut Imam Syafi‟I dan jumhur ulama

berpendapat haram mengambil kembali barang hibah.11

3. Rukun dan Syarat Hibah

Rukun adalah unsur yang harus dipenuhi ketika sesuatu hendak

dilaksanakan. Apabila rukun hibah tersebut belum terpenuhi maka belum

dikatakan sebagai hibah. Karena rukun ini lah suatu perbuatan bisa dikatakan

hibah.12

a. Rukun Hibah

1) Orang yang menghibahkan.

2) Orang yang menerima hibah.

3) Harta yang dihibahkan.

4) Lafadz hibah.13

b. Syarat Hibah

1) Orang yang memberi hibah, syaratnya:berakal sehat, dan bertindak

tanpa paksaan.

2) Orang yang menerima hibah, penerima hibah adalah setiap orang, baik

perorangan maupun badan hukum, serta layak untuk memiliki barang

yang dihibahkan kepadanya, cakap melakukan perbuatan hukum.

3) Barang yang di hibahkan tidak ada batasan.

a) Barang tersebut ada sewaktu terjadinya hibah.

10

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Bandung: PT Al Ma‟arif, 1987), h. 191. 11

Imam Muhammad bin Ismail al-Amir al-Yamani, Sulubussalam jilid 3,(t.t., t.p.,t.th), h.

1251. 12

Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 378. 13

Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, h. 129.

Page 24: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

14

b) Barang tersebut berharga dalam kajian Islam.

c) Barang tersebut dapat diserahterimakan.

d) Barang itu adalah milik pemberi hibah.

4) Sighat/Ikrar, hibah pada dasarnya dapat dilakukan secara lisan

dihadapan dua orang saksi yang memenuhi syarat dengan serah terima,

dan bersifat singkronisasi antara apa yang diucapkan dan yang diserah

dan terima.14

4. Hikmah Melaksanakan Hibah

Islam menganjurkan agar umat Islam suka memberi, karna dengan

memberi lebih baik dari pada menerima. Pemberian harus ikhlas, tidak ada

pamrih/motif apa-apa, kecuali untuk mencari keridhoan Allah dan untuk

mempererat tali persaudaraan/persahabatan.15

Hikmah dan manfaat

disyariatkannya hibah adalah sebagai berikut:

a. Memberikan hibah dapat menghilangkan penyakit dengki, yakni penyakit

yang terdapat dihati dan dapat merusak nilai-nilai keimanan.

b. Hibah dapat mendatangkan rasa saling mengasihi dan menyayangi.

c. Hibah atau hadiah dapat menghilangkan rasa dendam.16

B. Wasiat Dalam Islam

1. Pengertian Wasiat

Wasiat berasal dari kata bahasa Arab yaitu washiyyah ( الىصية ) yang

menurut fiqh Islam bermacam macam pengertian yang diberikan wasiat.17

Wasiat

secara etimologi adalah, mempertemukan sesuatu dengan hal lain, yang diambil

14

Imam Abubakar „Usman bin Muhammad Syato Addimyati Albakri, I‟anatu AtTholibin Juz

3, h.144. 15

Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 3: Muamalat, (Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 1993), h.

75. 16

Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, h.132. 17

Idris ramulyo, Hukum kewarisan Islam (t.t, Ind-Hill,Co, 1984), cet.1, h.232.

Page 25: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

15

dari kata al iishol ( اإليصال ).18

Wasiat secara termonologi adalah penyerahan harta

secara sukarela dari seseorang kepada pihak lain yang berlaku setelah wafat, baik

harta itu berbentuk materi maupun berbentuk manfaat.19

Dilingkungan fuqaha, istilah washiyyah dibedakan dengan istilah isha‟

atau pemberian ( تبرع) ‟Istilah washiyyah didefisinikan sebagai tabarru .عصاء

suatu hak kepemilikan secara gratis yang direalisasikan pasca kematian,

sedangkan istilah isha‟ didefisinikan sebagai membuat komitmen „ahdu (عهد)

atau menetapkan otoritas tasaruf isbat at-tasarruf (إثبات التصرف ) kepada pihak

tertentu yang akan merealisasikan urusan tertentu pasca kematian.20

2. Dasar Hukum Wasiat

a. Al-Quran

Wasiat merupakan salah satu ajaran Islam yang bersumber dari al-

Quran, yang pada bagian awal dari datangnya ajaran Islam, wasiat adalah

suatu kewajiban bagi setiap orang yang meninggal apabila meninggalkan

harta.21

Allah SWT berfirman:

را الوصية للوالدين والق ربي كتب عليكم إذا حضر أحدكم الموت إن ت رك خي ) ٠٨١بالمعروف حقا على المتقي )

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan

(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat

untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah)

kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.(Al-Baqarah:180)

18

Imam Abubakar „Usman bin Muhammad Syato Addimyati Albakri, I‟anatu At Tholibin Juz

3, h.198. 19

Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam (Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada,2004), cet.1, h. 128. 20

Sulaiman bin Muhammad al-Bujayrimi, Hasiyat al-Bujayrimi „ala Sarh Manhaj At-

Tullab,(Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah Juz 4, 2013), cet.2, h. 45. 21

Kementrian Agama Republik Indonesia, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem pembagian harta

peningalan (Jakarta:Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), cet.1, h. 48.

Page 26: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

16

Ketentuan wajibnya wasiat di-nasakh dengan firman Allah SWT yang

berbunyi:

﴾٠٠﴿النساء:من ب عد وصية يوصي با أو دين

(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang

ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya.(An-Nisa‟:11)22

Mansukhnya ayat tersebut ditegaskan oleh sabda Nabi Muhammad SAW

yang berbunyi:

شرحبيل بن مسلم قال سعت أبا أمامة قال سعت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول

إن اللو عز وجل قد أعطى كل ذي حق حقو فل وصية لوارث

Syurahbil bin Muslim ia berkata : saya mendengar Abu Umamah berkata

"Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "

sesungguhnya Allah 'Azza Wa Jalla telah memberikan kepada setiap

yang memiliki hak, maka tidak ada wasiat bagi pewaris.23

Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas. Ibnu Umar pun

mengakatakan, “ayat mengenai wasiat di-nasakh dengan ayat tentang

warisan‟. Setelah hukum wajib wasiat di-nasakh, maka tetaplah hukum

disunnahkan wasiat untuk diberikan kepada orang yang tidak memiliki hak

waris.24

b. Hadits

لت ي إال ووصيتو مكتوبة عنده ما حق امرئ مسلم لو شيء يوصي فيو يبيت لي

22

Al-Quran Terjemah. 23

Muhammad „Abdul Aziz al-Halidi, Sunan Abi Dawud (Lebanon: Dar Al-Kotob Al-

Ilmiyah,2011), cet. 3, h.503. 24

WahbahAZ-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu (Jakarta:Gema Insani,2011),cet. 1, h.158.

Page 27: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

17

Artinya: Tidaklah seseorang mewasiatkan suatu hak untuk seorang

muslim, lalu wasiatnya belum ditunaikan hingga dua malam, kecuali

wasiatnya itu ditulis di sisinya (HR Bukhori dan Muslim)25

Apabila ingin berwasiat kepada seseorang atau atas nama lembaga,

maka hendaknya wasiat itu telah ditulis dalam akta otentik sekurang-

kurangnya dalam dua malam artinya sesegera mungkin wasiat itu dibuat

sejak niat wasiat itu telah menjadi keputusannya.26

c. Ijma‟

Para ulama sepakat bahwa hukum wasiat itu sunnah muakkadah.27

3. Rukun dan Syarat Wasiat

Fuqaha berbeda pendapat tentang rukun dan syarat-syarat wasiat sehingga

wasiat itu sah dilaksanakan. Menurut Sayyid Sabiq bahwa rukun wasiat itu hanya

menyerahkan dari orang yang berwasiat saja, selebihnya tidak perlu.28

Namun

pada umumnya para fuqaha membagi menjadi 4 rukun wasiat:

a. Orang yang berwasiat, Syarat orang yang berawasiat adalah baliqh (dewasa),

berakal sehat (aqil), bebas menyatakan kehendak, merupakan tindakan

Tabarru‟, beragama Islam.29

b. Orang yang menerima wasiat, Syarat orang yang menerima wasiat adalah dia

bukan ahli waris yang memberikan wasiat, orang yang diberi wasiat ada

pada saat pemberi wasiat mati,baik mati secara benar-benar maupun secara

perkiraan, penerima wasiat tidak membunuh orang yang memberi wasiat.30

c. Harta yang diwasiatkan, Syarat harta yang diwasiatkan adalah harta itu

kepunyaan sendiri pewasiat secara penuh, hartanya bernilai menurut Islam,

25

Imam Muhammad bin Ismail al-Amir al-Yamani, Sulubussalam jilid 3, (t.t., t.p.,t.th), h.

1284. 26

Kementrian Agama Republik Indonesia, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem pembagian

harta peningalan, h. 60. 27

Imam Abubakar „Usman bin Muhammad Syato Addimyati Albakri, I‟anatu At Tholibin Juz

3, h.198. 28

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 4, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006), h. 315. 29

Idris ramulyo, Hukum kewarisan Islam (t.t, Ind-Hill,Co, 1984), cet.1, h 235. 30

Mardani, Hukum Kewarisan islam Di Indonesia, h.113.

Page 28: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

18

bermanfaat bagi yang menerima wasiat, ada pada saat wasiat berlangsung,

jumlah harta yang diwasiatkan tidak melebihi sepertiga dari seluruh

kekayaan pewasiat, kecuali semua ahli waris menyetujuinnya.31

d. Sighat/Ijab merupakan perkataan yang dapat dipahami tentang wasiat yang

keluar dari pemberi wasiat32

4. Hikmah Wasiat

Banyak sekali hikmah-hikmah penting yang kita dapat dalam

menjalankan syariat Allah SWT, khususnya pemberian wasiat, berwasiat sama

halnya dengan memberi bahkan Rosulullah SAW bersabda

اوية مع بن ق رة بن عن أبيو قال قال رسول اللو عليو وسلم من حضرتو الوفاة فأوصى وكانت عن

وصيتو على كتاب اللو كانت كفارة لما ت رك من زكاتو ف حياتو

dari Mu'awiyah bin Qurrah, dari ayahnya, ia berkata; Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa ketika diambang

kematian berwasiat dengan wasiat yang dibenarkan oleh kitabullah maka

wasiatnya akan menjadi pelebur bagi apa yang dia tinggalkan dari zakatnya

pada masa hidupnya”.33

Antara lain:

a. Wasiat mendekatkan diri pelakunya kepada Allah SWT.

b. Wasiat dapat menambah kebaikan pewasiat

c. Wasiat dapat menolong dan memberikan. keluasan ekonomi kepada

penerima wasiat.34

C. Waris Dalam Islam

1. Pengertian Waris

31

Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Hibah dan Wasiat di Indonesia (Yogyakarta,

Gadjah Mada University Press,2011), cet.1, h. 85-86. 32

WahbahAZ-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h.160. 33

Abi „Abdillah Muhammad bin Yazin, Sunan Ibnu Majah (Kairo:Dar al-Ilmiyah,2017), h.

302. 34

Mardani, Hukum Kewarisan islam Di Indonesia, h.112.

Page 29: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

19

Kewarisan merupakan bentuk dasar dari kata waris yang mendapatkan

imbuhan ke- dan akhiran –an. Waris al irtsu (اإلرث ) secara etimologi adalah

sebuah ketetapan al mafrudhoh (المفروضة) karna didalamnya terdapat bagian-

bagian yang sudah ditetapkan kepada ahli waris.35

Waris secara terminologi adalah suatu hak yang bisa diserakan yang

menetap pada penerima hak setelah matinya pewaris.36

Namun secara

terminologi demikian memiliki definisi lain diantaranya: menurut Prof. Dr. Amir

Syarifuddin di dalam bukunya Hukum Kewarisan Islam, hukum kewarisan islam

adalah “seperangkat peraturan tertulis berdasarkan wahyu Allah SWT dan

sunnah Nabi Muhammad SAW tentang hal ihwal peralihan harta dari yang telah

mati kepada yang masih hidup, yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat

untuk semua yang beragama Islam”.37

Harta warisan adalah segala sesuatu benda

atau yang bernilai kebendaan yang dapat dimiliki, yang ditinggalkan oleh orang

yang meninggal dunia yang dibenarkan oleh syara‟ dan dapat diwarisi oleh para

ahli waris. Segala sesuatu benda atau yang bernilai kebendaan harus diartikan

dalam cakupan yang lebih luas yaitu:

a. Kebedaan atau sifat yang bernilai kebendaan, seperti benda tetap, benda

bergerak, piutang orang yang mati yang menjadi tanggungan orang lain, dan

lain sebagainya.

b. Hak-hak kebendaan, seperti hak paten terhadap karya seni, buku, merek, dan

lain sebagainya.

c. Hak-hak diluar kebendaan, seperti hak khiyar, hak syufa ‟ ah, hak

memanfaatkan barang, dan lain sebagainya.

d. Benda-benda yang bersangkutan dengan hak orang lain, seperti benda yang

sedang digadaikan, benda maskawin yang terhutang, barang yang dibeli dan

35

Syekh Sulaiman bin Muhammad, Hasiyah al-Bujairomi Alasyarah Manhajutullab Juz 3, h.

273. 36

Hasan bin Ahmad al-Kaf, Takrirot Assadidah Qismul Buyu‟walfaraidl (Tarim: Darul Mirots

an-Nabawi, t.th), h. 203. 37

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam (Jakarta: Kencana, 2005), cet. 2, h.8.

Page 30: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

20

telah dibayar tetapi barangnya belum diterima ketika mati, dan lain

sebagainya.38

2. Dasar Hukum Kewarisan

Adapun penggalian hukumnya adalah dari al-Quran, al,Hadits dan Ijma‟:39

a. Al-Quran

Ayat-ayat suci al-Quran yang berisi ketentuan hukum waris

sebahagian besar terdapat dalam surat An-Nisa, dianataranya sebagai

berikut:40

Allah SWT berfirman:

نصيب ما ت رك الوالدان والق ربون ما قل للرجال نصيب ما ت رك الوالدان والق ربون وللنساء ﴾٧﴿النساء: نصيبا مفروضا منو أو كث ر

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa

dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta

peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut

bahagian yang telah ditetapkan.”(An-Nisa:7)41

Dalam ayat di atas merupakan salah satu sumber hukum dari hukum

waris yang menjelaskan seorang anak pasti akan memperoleh hak waris dari

harta peninggalan yang dijadikan Allah (sebagai hak yang telah ditetapkan)

artinya hak yang pasti yang harus diserahkan kepada mereka dari kedua orang

tuanya baik laki-laki ataupun perempuan.

Asbabun nuzul dari ayat di atas ialah sahabat Sa‟id bin Jubair dan

Qotadah berkata orang orang musrik pada zamannya menyerahkan seluruh

38

Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, (Jakarta:

Kementrian Agama Republik Indonesia), h. 27. 39

WahbahAZ-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h.160. 40

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Prespektif Islam, dan BW (Bandung:

PT.Refika Aditama, 1985), h. 11. 41

Al-Quran Terjemah.

Page 31: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

21

hartanya kepada laki-laki dewasa saja dan tidak mewarikan harta kepada

wanita dan anak-anak kecil seperserpun,42

Ayat al-Quran yang lainnya pun menjelaskan tentang bagian-bagian

hak waris,43

Allah SWT berfirman:

ساء ف وق اث نت ي ف لهن ث لثا فإن كن ن للذكر مثل حظ الن ث ي ي يوصيكم اللو ف أوالدكم هما السدس ما ت رك إن وإن كانت واحدة ف لها النصف ما ت رك ولب ويو لكل واحد من

فإن كان لو إخوة فلمو لث فإن ل يكن لو ولد وورثو أب واه فلمو الث كان لو ولد آباؤكم وأب ناؤكم ال تدرون أي هم أق رب لكم من ب عد وصية يوصي با أو دين السدس

﴾٠٠﴿النساء: إن اللو كان عليما حكيما فريضة من اللو ن فعا

“Allah mensyari´atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-

anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua

orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari

dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika

anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan

untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta

yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang

yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya

(saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu

mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.

(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia

buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan

anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih

dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”44

Allah mewasiatkan atau memerintah mengenai bagian dari hak anak-

anak yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua anak

perempuan. Jika ketiga mereka itu berkumpul, maka bagi yang laki-laki

seperdua harta dan bagi kedua anak perempuan seperdua pula. Sedangkan jika

42

Al-Imam Imaduddin Ismail bin Umar bin Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Juz 1, h.412. 43

Ashari Abta dan Djunaidi Abd. Syukur, Ilmu Waris al-Faraidl deskripsi Berdasarkan

Hukum Islam Praktis dan Terapan (Yogyakarta: Pustaka Hukmah Perdana,2005), h. 4. 44

Al-Quran Terjemah.

Page 32: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

22

hanya laki-laki itu tunggal, maka ia menghabisi semua harta yang disebut

ashobah. Jika anak perempuan lebih dari dua orang maka bagi mereka dua

pertiga harta yang ditinggalkan. Ini merupakan ketetapan dari Allah

sesungguhnya allah maha mengetahui terhadap makhluknya ( lagi maha

bijaksana ) tentang peraturan-peraturan yang diberikannya kepada mereka;

artinya dia tetap bersifat bijaksana dalam semuanya itu.

b. Hadits

Keutamaan ilmu waris besar. Nabi Muhammad SAW memerintahkan

umat Islam untuk belajar muwari/faraidl Nabi Muhammad saw, bersabda:

ي رفع من امت )رواه ت علموا الفريض وعلموىا فان ها نصف العلم وىو ي نسى وىو اول شيئ ابن ماجة والدرقطىن(

“Belajarlah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada manusia maka

sesungguhnya (ilmu) faraidh adalah separoh ilmu agama dan ia akan

dilupakan (oleh manusia) dan merupakan ilmu yang pertama diambil dari

ummatku (HR. Ibnu Majah dan Daruqutni)45

Penisbatannya kepada ilmu-ilmu lain. Ia adalah bagian dari ilmu, lebih

spesifik dari pada ilmu hisab namun berbeda dengan keduanya. Sebagaimana

diketahui, bahwa objek ilmu fiqih adalah perbuatan mukallaf, sementara

pembagian peninggalan warisan termasuk pekerjaan mereka.46

c. Ijma‟

Ijma‟ adalah kesepakatan para sahabat dan para ulama tentang

ketentuan warisan dalam al-Quran dan hadist karna telah disepakati oleh

para sahabat dan ulama.47

45

Imam Jalaluddin as-Suyuti, al-Jami al-soghir (Indonesia: Dar Al-qutub Al-arabiyyah, t.th)

h. 131 46

WahbahAZ-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h.160. 47

Suparman Usman dan Yusuf somawitana, Hukum Kewarisan Islam (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2002), cet.2, h. 21.

Page 33: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

23

3. Rukun dan Syarat Kewarisan Islam

a. Orang yang memberikan waris. Yakni, orang mati yang meniggalkan harta.

Syaratnya: Dalam masalah Muwarrits ulama membedakan mati itu ada 3

macam:

1) Mati yang bersifat haqiqi (mati yang sebenarnya)

2) Mati secara hukmy, yaitu terhadap orang yang hilang yang oleh

pengadilan di anggap telah mati.

3) Mati taqdiri (mati menurut dugaan), ialah suatu kematian yang bukan

haqiqi dan hukmy, tetapi semata-mata berdasarkan dugaan keras.

Misalnya kematian seorang bayi yang baru di lahirkan akibat terjadinya

pemukulan terhadap perut ibunya atau pemaksaan agar ibunya

meminum racun. Kematian tersebut semata-mata berdasarkan dugaan

keras, sebab dapat juga disebabkan oleh yang lain, namun keras jugalah

perkiraan atas akibat perbuatan semcam itu.

b. Orang yang mewarisi. Yakni, orang yang berhak mendapatkan warisan

karena sebab-sebab yang akan di jelaskan, meskipun dia tidak benar-benar

mengambilnya karena suatu halangan. Dia berhak mendapatkan warisan dari

orang lain karna kedekatannya baik secara hakiki maupun hukmi. Syaratnya:

Orang yang menerima warisan (ahli waris) masih hidup, pada saat kematiaan

Muwarrits.Tidak ada penghalang untuk mendapatkan warisan.Tidak terhijab

atau tertutup secara penuh oleh ahli waris yang lebih dekat.48

Perkawinan.

Hubungan kekerabatan/Nasab, ditinjau dari garis keras yang

menghubungkan nasab antara yang mewarisi dengan pewaris, dapat di

golongkan dalam tiga golongan:

1) Furu‟, yaitu anak turun (cabang) dari si mati.

2) Ushul, yaitu leluhur (pokok atau asal) yang menyebabkan adanya si mati

48

Mardani, Hukum Kewarisan islam Di Indonesia, h.29.

Page 34: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

24

3) Hawasyi, yaitu keluarga yang dihubungkan si meninggal dunia melalui

garis menyamping seperti saudara, paman, bibi, dan anak turunnya

dengan tidak membeda-bedakan laki-laki atau perempuan.

a) Hubungan sebab Al-Wala‟

b) Hubungan semasa Islam49

Yang menjadi penghalang penerima waris, Perbudakan,

pembunuhan, berlainan agama, murtad50

c. Yang diwarisi. Yakni, peninggalan. Al-Mauruts dinamakan juga Miraats dan

Irts, yaitu harta yang ditinggalkan oleh orang yang di tinggalkan oleh orang

yang mewariskan atau hak-hak yang mungkin diwariskan. Seperti hak

qishash, hak menahan barang yang dijual karena sudah terpenuhinya harga,

dan hak barang gadaian karena terpenuhinya pembayaran utang.51

4. Sejarah kewarisan Islam

a. Kewarisan pada masa pra-keIslaman

Pada zaman Jahiliyah Bangsa Arab tergolong salah satu Bangsa yang gemar

mengembara dan perang.Mata pencarian mereka yang utama adalah berdagang

yang dilakukan dengan cara menempuh jarak yang sangat jauh dan berat.

Permusahan anatara kabilah dengan kabilah lain sering kali menyebabkan

peperangan, yang menang berhasil membawa harta rampasan. Pada tradisi

pembagian harta waris mereka berpegang teguh pada tradisi nenek moyang mereka

yang mana anak-anak yang belum dewasa dan anak perempusan dilarang

mempusakai harta peninggalan ahli warisnya yang telah meninggal, karna kaum

wanita, anak kecil dan orang lanjut usia tidak mampu mencari nafkah, tidak

sanggup berperang dan merampas harta musuh, Sebab-sebab mereka berhak

menerima harta warisan adalah sebagai berikut:

1) Karna hubungan kerabat

49

Moh.Muhubbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam”Sebagai Pembaruan Hukum

Positif di Indonesia”(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet.1, h. 72. 50

Idris ramulyo, Hukum kewarisan Islam, h. 40. 51

WahbahAZ-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 346.

Page 35: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

25

2) Karena janji setia

3) Karna pengangkatan anak52

b. Kewarisan pada masa awal Islam

Pada awal islam ada beberapa sebab pusaka-mempusakai disamping

karena adanya hubungan kerabat atau pertalian nasab, yaitu sebagai berikut:

1) Pertalian kerabat, nasab

2) Pengangkatan anak

3) Janji prasetia

4) Hijrah dari Mekah ke Madinah

5) Persaudraan antara Muhajirin dan Anshor53

Para Muslimin di Makkah, berada dalam keadaan lemah dan

berjumlah kecil memerlukan pertolongan. Tatkala Rasulullah telah hijrah ke

Madinah, Rosulullah mengikat tali persaudaraan antara golongan Muhajirin

dengan Anshor, maka apabila seseorang muhajirin apabila meninggal tidak

mempunyai seseorang wali muhajirin yang sama-sama berhijrah maka harta

peninggalannya diwarisi oleh saudaranya yang Anshori.54

5. Hikmah melaksanakan ilmu waris

Sesuatu hal yang mutlak perlu diingat orang islam ialah bahwa harta itu

sejatinya bukan untuk di nikmati seorang diri, melainkan untuk dinikmati

bersama-sama anggota keluarga yang lain, bahkan kadar dan keadaan tertentu,

dalam harta kekayaan itu tersedia hak-hak sosial yang harus diberikan kepada

yang berhak.55

a. Memperkuat hubungan kerabat dan kasih saying yang bersifat tabiat

52

Moh.Muhubbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam”Sebagai PembaruanHukum

Positif di Indonesia”, h. 32. 53

Ashari Abta dan Djunaidi Abd. Syukur, Ilmu Waris al-Faraidl deskripsi Berdasarkan

Hukum Islam Praktis dan Terapan, h. 4. 54

T.M Hasbi Ash;shiddieqy, Fiqhul Mawaris Hukum;Hukum Warisan Dalam Syari‟at Islam

(Jakarta: Bulan Bintang,1972), cet.1, h. 16. 55

Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, h. 127.

Page 36: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

26

b. Menghilangkan kesubhatan yang berada dalam harta warisan yang sering

kali terjadi didalam harta warisan dan melepaskan rasa was-was yang

muncul dari gangguan setan.56

56

Ali Ahmad al-Jarjawi, Hikmatutasyri‟wasfalsafatuhu Juz 2 (T.tp., Dar al-Fikr t.th ), h. 2.

Page 37: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

27

BAB III

PROFIL KELURAHAN SUKABUMI SELATAN KECAMATAN

KEBON JERUK JAKARTA BARAT

A. Kondisi Geografis dan Letak Wilayah

Wilayah kecamatan Kebon Jeruk merupakan salah satu kecamatan di wilayah

Administri Jakarta Barat, terdiri atas 7 kelurahan, 70 RW dan 713 RT. Berdasarkan

surat keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 171 tahun 2007, luas wilayah

kecamatan Kebon Jeruk adalah 17,63 km2

dengan masing masing kelurahan;

kelurahan Sukabumi Selatan 1,57 km2, kelurahan Sukabumi Utara 1,57 km

2,

kelurahan Kelapa Dua 1,50 km2, kelurahan Kebon Jeruk 3,69 km

2, kelurahan Duri

Kepa 3,87 km2, kelurahan Kedoya Selatan 2,28 km

2, kelurahan Kedoya Utara 3,15

km2. Dengan letak wilayah 106

022’42’’ BT – 106

058’18’’ BT, 5

019’12’’ LS –

6023’54’’ LS. Dengan batas wilayah Utara: kelurahan Wijaya Kesuma kecamatan

Grogol Petamburan Jakarta Barat, Timur: kelurahan Kemanggisan kecamatan

Palmerah Jakarta Barat, Selatan: kecamatan Kebayoran lama Jakarta Selatan,

kecamatan Ciledug Banten, dan Barat : kecamatan Kembangan Jakarta barat.1

Sukabumi Selatan dahulu dikenal masyarakat umum dengan nama Sukabumi

Udik. Hingga saat ini tidak ditemui dokumen apapun yang dapat menjelaskan latar

belakang maupun alasan di balik pemilihan nama Sukabumi Udik, Secara resmi

Sukabumi Udik berganti nama menjadi Sukabumi Selatan pada tahun 1987 melalui

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1746 Tahun

1987 tentang Pemecahan Kelurahan Ciganjur Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan,

dan Kelurahan Kedoya, Kembangan, Kota Bambu, Tanjung Duren, Serta Penggantian

Nama Kelurahan Sukabumi Udik, Sukabum iIlir, Meruya Udik, Meruya Ilir, Wilayah

Kota Administrasi Jakarta Barat. Dengan letak wilayah Sukabumi Selatan terletak di

6o13’4.26’’ LS dan 106

o46’11.27’’ BT, luas dan batas wilayah Sukabumi Selatan

1Katalog Kecamatan Kebon Jeruk BPS:11020013174020 diakses 15 Mei 2019 jam 13.30

WIB.

Page 38: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

28

berdasarkan keputusan gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 171

tahun 2007 tentang penataan, penetapan batas dan luas Wilayah Kelurahan di

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Kelurahan Sukabumi Selatan memiliki luas

wilayah 156,88 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Utara: Pos

Pengumben, Kel. Kelapa Dua, dan Kel. Sukabumi Utara, Selatan: Jl. Al Falah I, II,

dan Jl. Persatuan Amal Mulia, Barat: Kali Pesanggrahan, Kel. Srengseng, Timur: Jl.

Raya Kebayoran Lama, Kel. Grogol Selatan. Secara geologis, seluruh daratan terdiri

dari endapan Pleistocene yang terdapat pada± 50 m di bawah permukaan tanah.

Kondisi topografi Sukabumi Selatan seluruhnya merupakan dataran rendah dengan

ketinggian permukaan berkisar antara 12 hingga 21 meter di atas permukaan laut.2

B. Demografis

Wilayah kelurahan Sukabumi Selatan sama halnya dengan kelurahan lainnya,

dalam hal kependudukan, tiap tahun jumlah penduduk di Kelurahan Sukabumi

Selatan terus bertambah, begitu juga dengan pembangunan fisik kian berkembang,

mengikuti arus perubahan dan perkembangan zaman. Data yang penulis peroleh dari

buku laporan kelurahan Sukabumi Selatan sebagai barikut;

Grafik 1: Penduduk Kecamatan Kebon Jeruk

2Katalog Kecamatan Kebon Jeruk BPS:11020013174020 diakses 15 Mei 2019 jam 13.30

WIB.

Penduduk Kecamatan Kebon Jeruk

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Page 39: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

29

Grafik 2: Penduduk Kelurahan Sukabumi Selatan

Lingkungan geografis meliputi iklim, tanah, dan sumber-sumber mineral yang

terkandungdi dalamnya akan mempengaruhi sifat mata pencaharian penduduknya.

Sedangkan tingkat kebudayaan akan mempengaruhi kegiatan penduduk dalam

usahanya. Begitu pula mata pencaharian penduduk di wilayah kelurahan Sukabumi

Selatan berbeda-beda.3

Beberapa pekerjaan masyarakat yang tercatat dalam laporan volume by system

bedasarkan pekerjaan kelurahan Sukabumi Selatan sebagai berikut.

Grafik 3: Jenis Pekerjaan Penduduk Kelurahan Sukabumi Selatan

3Katalog Kecamatan Kebon Jeruk BPS:11020013174020 diakses 15 Mei 2019 jam 13.30

WIB.

Penduduk Kelurahan Sukabumi Selatan

Jumlah Penduduk

Laki-laki

Perempuan

IRT Pelajar/Mahasiswa PNS TNI

Polisi Besi Logam Karyawan Swasta Karyawan BUMN

DPRD Pedagang Wirausaha Industri

Kontruksi Transportasi Karyawan Honorer Buruh Harian Lepas

Tukang Jahit Penata Rambut Seniman Pendeta

Page 40: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

30

Berdasarkan bagan diatas bahwa masyarakat kelurahan Sukabumi Selatan

lebih mendominasi dalam sektor swasta.4

Dalam segi agama secara obyektif, agama yang dianut di wilayah Kebon

Jeruk beranekaragam yaitu Islam, Kristen, Hindu, Budha dan aliran kepercayaan

lainnya. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan

Sukabumi Selatan beragama Islam. Dari segi sosial keagamaan, masyarakat

Sukabumi Selatan cukup ramah dan bersahaja. Kepedulian mereka terhadap sesama

sangatlah tinggi. Pada saat merayakan Maulid, tahlilan dan kegiatan keagamaan

lainnya, mereka biasanya bergotong-royong dengan saling membawa berbagai jenis

makanan atau bahan pokok makanan seperti beras, minyak dan lain sebagainya.5

Kepedulian mereka juga tampak disaat musibah datang, seperti banjir,

meninggalnya seorang warga, dan lain-lain. Mereka beramai-ramai membantu korban

musibah tersebut dengan mengumpulkan uang secara kolektif tanpa adanya batasan

materi. Bantuan yamg mereka tujukan kepada semua yang membutuhkan tanpa

melihat status sosial dan agama. Pembinaan bidang keagamaan di kelurahan ini dapat

berjalan dengan baik karena ditopang oleh banyaknya tempat pendidikan, tempat

ibadah dan fasilitas lainnya yang cukup memadai.6

Dari sumber yang didapatkan diketahui bahwa sarana peribadatan kebon jeruk

berjumlah 257 buah, dengan rincian masjid 11 buah, mushallah 31 buah, dan majlis

ta’lim 215 buah. Tidak dapat dipungkiri, dalam hal keagamaan masyarakat Sukabumi

Selatan ialah masyarakat yang agamis. Banyaknya masjid, mushallah, dan majlis

ta’lim menjadi wadah tersendiri atas kegiatan keagamaan mereka. Daerah yang

memiliki banyak kyai, ustadz, dan ustadzah, maupun guru ngaji ini menjadikannya

kental dengan nuansa Islam. Jumlah Penduduk di Kecamatan Kebon Jeruk menurut

agama yang dianut:

4Katalog Kecamatan Kebon Jeruk BPS:11020013174020 diakses 15 Mei 2019 jam 13.30

WIB. 5Katalog Kecamatan Kebon Jeruk BPS:11020013174020 diakses 15 Mei 2019 jam 13.30

WIB. 6Katalog Kecamatan Kebon Jeruk BPS:11020013174020 diakses 15 Mei 2019 jam 13.30

WIB.

Page 41: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

31

Grafik 4: Agama yang dianut di Kecamatan Kebon Jeruk

Sedangakan jumlah penduduk menurut agama yang dianut di Kelurahan

Sukabumi Selatan

Grafik 5: Agama yang dianut di Kelurahan Sukabumi Selatan

Islam 79%

Katolik 7%

Protestan 10%

Budha 4%

Konghucu 0% Hindu

0%

Agama yang dianut di Kecamatan Kebon Jeruk

Islam

Katolik

Protestan

Hindu

Budha

Page 42: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

32

Masyarakat betawi di kelurahan Sukabumi Selatan mayoritas beragama

Islam, bermazhab imam Syafi’i. Jumlah keseluruhan penduduk menurut agama yang

dianut di Kelurahan Sukabumi Selatan mencapai 42.448 jiwa.7

Pendidikan Salah satu penunjang keberhasilan tujuan pembangunan nasional,

majunya tingkat dan mutu pendidikan serta sumber daya manusia akan

mempengaruhi suasana pembangunan. Begitu pula di wilayah Kelurahan Sukabumi

Selatan tingkat pendidikan dan sumber daya manusia akan mempengaruhi suasana

pembangunan, berikut ini beberapa pendidikan masyarakat yang tercatat dalam

laporan volume by system bedasarkan pendidikan kelurahan Sukabumi Selatan

sebagai berikut: 8

Grafik 6: Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sukabumi Selatan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan

diwilayah Kelurahan Sukabumi Selatan Jakarta barat sudah cukup tinggi dan

memadai sehingga sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan terutama di

bidang hukum. Pembangunan di bidang hukum dikatakan berhasil apabila tercipta

7Katalog Kecamatan Kebon Jeruk BPS:11020013174020 diakses 15 Mei 2019 jam 13.30

WIB. 8Katalog Kecamatan Kebon Jeruk BPS:11020013174020 diakses 15 Mei 2019 jam 13.30

WIB.

Tingkat Pendidikan di kelurahan Sukabumi Selatan

Belum Sekolah

SD

SMP

SMA

S-1

Page 43: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

33

suasana baru yaitu penduduk yang mempunyai kesadaran hukum yang tinggi.

Kesadaran hukum akan melekat di hati masyarakat apabila masyarakat memiliki

pendidikan formal dan informal yang cukup baik. Karena tingkat pendidikan yang

cukup tinggi dan memadai, seharusnya warga di wilayah Kelurahan Sukabumi

Selatan lebih mengutamakan hukum waris islam yang sudah ditentukan di al-quran.9

Jumlah penduduk di Kelurahan Sukabumi Selatan tercatat pada akhir tahun

2016 sebanyak 42.883 jiwa dan 11.964 KK dengan laju pertumbuhan penduduk

sebesar 0,76 persen. Penyebaran penduduk di Kelurahan Sukabumi Selatan terbesar

berada di RW.03 dengan 20,1persen sedangkan yang terendah berada di RW.06

sebesar 1,8 persen. Sementara tingkat kepadatan penduduk Kelurahan Sukabumi

Selatan mencapai angka 27.334 jiwa per km2.10

C. Sejarah Kebudayaan Betawi

Betawi adalah suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta, dan

wilayah sekitarnya yang termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini

biasa pula disebut “Orang Betawi”, “Melayu Betawi”, atau “Orang Jakarta” (atau

Jakarte menurut logat setempat). Nama Betawi itu berasal dari kata Batavia nama

yang diberikan oleh Belanda pada zaman penjajahan dulu. Etnik Betawi memiliki

latar belakang sejarah yang telah melewati rentang waktu yang cukup panjang. Sejak

lebih dari 400 tahun yang lalu, masyarakat Betawi yang kemudian menjadi

masyarakat seperti yang dikenal sekarang merupakan hasil dari suatu proses

asimilasi. Masyarakat itu dengan budayanya merupakan hasil pembauran berbagai

unsur budaya berbagai bangsa, dan suku bangsa yang berasal dari berbagai daerah di

Indonesia.11

9Katalog Kecamatan Kebon Jeruk BPS:11020013174020 diakses 15 Mei 2019 jam 13.30

WIB. 10

Katalog Kecamatan Kebon Jeruk BPS:11020013174020 diakses 15 Mei 2019 jam 13.30

WIB. 11

M. J. Melalatoa, Betawi dalam Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia, (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), h. 6.

Page 44: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

34

Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta

dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya.

Mengenai asal mula kata Betawi, menurut para ahli dan sejarahwan ada beberapa

acuannya:

1. Pitawi (bahasa Melayu Polynesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini

mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Batu Jaya. Menurut

Ridwan Saidi sejarahwan Betawi mengaitkan bahwa Kompleks bangunan di

Batu Jaya, Karawang merupakan sebuah Kota suci yang tertutup, sementara

Karawang, merupakan kota yang terbuka.

2. Betawi (Bahasa Melayu Brunei) di mana kata "Betawi" digunakan untuk

menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten

Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M.

3. Flora guling Betawi (cassia glauca), famili papilionaceae yang merupakan jenis

tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta

kokoh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk

pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau. Tanaman guling Betawi

banyak tumbuh di Nusa Kelapa dan beberapa daerah di pulau Jawa dan

Kalimantan. Sementara di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, guling Betawi

disebut Kayu Bekawi. Ada perbedaan pengucapan kata "Betawi" dan "Bekawi"

pada penggunaan kosakata "k" dan "t" antara Kapuas Hulu dan Betawi Melayu,

pergeseran huruf tersebut biasa terjadi dalam bahasa Melayu.12

Sebagai suatu tempat yang terletak di pinggir pantai, dalam proses perjalanan

sejarahnya, menjadi kota pelabuhan dan dagang. Kota ini kemudian menjadi pusat

kota administrasi, politik, dan bahkan menjadi salah satu pusat untuk memperoleh

pendidikan di Indonesia. Sifat dan ciri Kota Jakarta yang demikian itu telah

memungkinkan menjadi arena tempat pembauran berbagai etnik yang ada di

12

https://budaya-indonesia.org/Suku-Betawi diakses Rabu 23 Agustus 2019 jam 14.00 WIB.

Page 45: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

35

Indonesia, dan bahkan berbagai bangsa yang berasal dari berbagai penjuru dunia.

Mereka datang dengan berbagai macam kepentingan, dan juga dengan latar belakang

kebudayaan yang berbeda pula. Pembauran itu telah melahirkan suatu masyarakat dan

kebudayaan baru bagi penghuni Kota Jakarta tadi, yang kemudian dikenal sebagai

“Orang Betawi”.13

Bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa yang berbaur dan yang kemudian

mewujudkan kebudayaan baru tadi dalam periode waktu yang berbeda-beda. Pihak-

pihak yang datang itu antara lain ialah orang Portugis, Cina, Belanda, Arab, India,

Inggris, Jerman; dan dari daerah-daerah di Indonesia, misalnya Jawa, Melayu, Bali,

Bugis, Sunda, Banda, dan lain-lain. Pada periode yang lebih akhir variasi suku bangsa

yang datang menjadi lebih banyak lagi. Kemudian diketahui bahwa berbagai unsur

budaya terpadu menjadi satu budaya yang disebut kebudayaan Betawi tadi.

Perpaduan itu tercermin dalam bahasa, kepercayaan, kesenian, teknologi, seperti

pakaian, makanan, dan lain-lain. Sebagai contoh, kebudayaan Betawi diselipi unsur

budaya Portugis terutama dalam hal bahasa. Sampai dengan abad ke-18 bahasa

Portugis pernah menjadi bahasa pergaulan (lingua franca) di kalangan masyarakat

yang tinggal di Jakarta tadi. Pengaruh Portugis ini terasa pula dalam seni musik, yang

kemudian dikenal menjadi musik keroncong, juga tari-tarian, pakaian warna hitam,

dan lain-lain. Kebudayaan Portugis ini masuk melalui orang Mardijkers, yaitu orang

yang semula berasal dari Malabar, India, yang telah menyerap budaya Portugis.14

Demikian pula kebudayaan Cina telah banyak pula memberikan pengaruhnya di

kalangan penduduk Jakarta. Orang-orang Cina yang datang ke Jakarta sebenarnya

berasal dari etnik yang ,berbeda di daerah asalnya di daratan Cina. Masing-masing

etnik itu menggunakan bahasa tersendiri, yaitu bahasa Hokkien, Teo-Chiu, Hakka,

dan Katon. Di Jakarta, unsur budaya Cina yang terserap ke dalam budaya Betawi

13

M. J. Melalatoa, Betawi dalam Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia, (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), h.7. 14

M. J. Melalatoa, Betawi dalam Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia, (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), h. 7.

Page 46: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

36

adalah unsur bahasa, kesenian, dan makanan. Pengaruh kesenian Cina tercermin

dalam irama-irama lagu, alat-alat musik, bahkan nama-nama keseniannya sendiri.15

Kesenian memang merupakan salah satu unsur budaya yang pada hakikatnya

lebih mudah dinikmati dan diterima oleh pihak-pihak yang berlatar budaya berbeda.

Penikmatan keindahan itu tidak terhalang oleh batas suku bangsa atau bangsa.

Rupanya hal inilah yang menyebabkan tidak terhalang masuknya kesenian Cina,

seperti gambang rancag, atau rebana sebagai unsur budaya Arab, atau topeng dari

unsur budaya Sunda, dan lain-lain. Pengaruh kebudayaan Arab masuk melalui orang

Moors (berasal dari kata Mouro, yaitu istilah Portugis untuk orang Muslim).

Pengaruh Arab ini sudah berlangsung sejak abad ke-19, dan pengaruh itu tampak

dalam bahasa, kesenian, dan lain-lain. Pengaruh lain berasal dari Belanda, misalnya

dalam sistem mata pencaharian, pendidikan.16

15

M. J. Melalatoa, Betawi dalam Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia, (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), h 8. 16

M. J. Melalatoa, Betawi dalam Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia, (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), h. 8.

Page 47: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

37

BAB IV

DESKRIPSI DAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP

PEMAHAMAN DAN PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS MASYARAKAT

SUKU BETAWI KAMPUNG BARU

A. Penemuan Penelitian

1. Segi Pemahaman

Pemahaman Hibah, Wasiat dan Waris Masyarakat Suku Betawi Kelurahan

Sukabumi Selatan. Bagaimana caranya untuk mengetahui pemahaman masyarakat

Suku Betawi Kampung Baru tentang hibah, wasiat dan waris peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan sebagai berikut apa itu hibah? Apa itu wasiat? Apa itu waris?

Dan diantara jawaban responden dalam memahami konsep hibah, wasiat dan waris

sebagai berikut:

a. Rahmatullah menjelaskan bahwa hibah merupakan suatu pemberian yang

diberikan secara cuma cuma dari orang tua yang sudah meninggal kepada

ahli warisnya semasa orang tuanya masih hidup dan yang tidak

mempunyai satu kekuatan hukum secara pasti dalam al quran atau

sunnah. Wasiat adalah suatu pesan yang harus dilaksanakan oleh

warisnya, yang mana pesan tersebut merupakan titipan perintah dari

orang tua mereka sebelum meninggal dalam hal harta peninggalan.

Warisan adalah Suatu tatacara yang diberikan allah melalui nash alquran

dalam hal proses pembagian harta peninggalan dari harta orang tua yang

sudah meninggal.1

b. Ahmad kayis menjelaskan bahwa hibah adalah hadiah yang diberikan

kepada seseorang dan tidak ada syarat orang itu family atau bukan bisa

juga penerima hibah ini suatu lembaga. Wasiat adalah sesuatu yang di

amanatkan untuk diberikan kepada orang tertentu atau lembaga setelah si

1Rahmatullah Umar, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 9 Juli 2019.

Page 48: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

38

musi(orang yang memberi wasiat) wafat. Waris adalah harta peninggalan

orang tua yang diberikan kepada anak atau cucu atau sanak famili

menurut ketentuan tertentu dalam aturan islam.2

c. Abdul Haris menjelaskan bahwa hibah adalah hadiah yang diberikan

kepada seseorang ketika si pemberi masih hidup, pemberiannya sesuai

keinginan si pemberi. Wasiat adalah amanah yang diberikan ke seseorang

yang harus dilaksanakan setelah orang tua meninggal. Waris adalah harta

yang dibagikan setelah orang tua meninggal laki satu prempuan

setengah.3

d. Maimunah menjelaskan bahwa hibah adalah apa saja yang diberikan

kepada seseorang secara cuma cuma. Wasiat adalah pesan orang yang

harus dilakukan sesuai ketentuankapan harus dilakukannya. Waris adalah

harta warisan yang diperuntukan anak anaknya.4

e. Sarbini menjelaskan bahwa hibah adalah pemberian secara sukarela untuk

seseorang dan berlaku setelah akad hibah dilakukan. Wasiat adalah

ucapan orang tua yang ingin meninggal dan dilakukan diwaktu yang

sudah ditentukan. Waris adalah harta yang dipunyai orang tua dan

dibagikan setelah salah satu meninggal. Misal ayah meningal ya yang

dapet ibu dan anak anaknya.5

f. Hj. Afiyyah menjelaskan bahwa hibah adalah pembagian harta ketika

orang tua masih hidup. Wasiat adalah amanah orang tua kepada anaknya

harus dilakukan sesuai waktu yang disepakati. Waris adalah pembagian

harta dari orang tua (sudah meniggal) kepada ahli waris.6

g. Atta menjelaskan bahwa hibah adalah sebelum orang tua meninggal

sudah membagikan harta warisannya. Wasiat adalah amanah tentang apa

2Ahmad kayis, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 9 Juli 2019

3Abdul Haris, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 10 Juli 2019.

4Maimunah, Masyakat, Wawacara Pribadi, Kampung Baru, 10 Juli 2019.

5Sarbini, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 10 Juli 2019.

6Hj. Afiyyah, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 10 Juli 2019.

Page 49: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

39

saja yang harus dilakukan sesuai dengan waktu yang disepakati. Waris

adalah setelah orang tua meniggal harta peninggalannya di bagikan sesuai

ketentuan alquran.7

h. Damin menjelaskan bahwa hibah adalah orang tua masih hidup dan

hartanya sudah dibagikan kepada anak anaknya tapi belom boleh di

suratin, dan belom boleh dikuasai sebelum orang tua itu meninggal.

Wasiat adalah amanah yang disampaikan kepada seseorang yang berlaku

sesuai kesepakatan pada saat mengucapkan wasiat. Waris adalah setelah

orang tua meninggal harta orang tua baru di bagikan sesuai ketentuan

islam.8

i. Ahmad Khusair menjelaskan bahwa hibah adalah pemberian hadiah

sesuatu keseseorang atau lembaga. Wasiat adalah pesan atau amanah

yang diberikan orang tua dan harus dilakukan setelah orang tua

meninggal. Waris adalah adalah pembagian harta yang ditinggalkan orang

tua setelah orang tua meninggal.9

j. Amrullah menjelaskan bahwa hibah adalah pemberian secara cuma cuma

yang diberikan kepada seseorang ataupun lembaga. Wasiat adalah pesan

yang diberikan kepada seseorang yang harus dilakukan. Waris adalah

harta yang dibagiakan setelah orang tua meninggal.10

Dari uraian diatas dapat diketahui dalam hal pemahaman hibah, wasiat dan

waris masyarakat suku Betawi Kampung Baru terdapat variasi sebagai berikut:

Masyarakat suku Betawi Kampung Baru memberikan pendapat tentang hibah bahwa

hibah itu adalah suatu pemberian atau hadiah yang diberikan kepada seseorang atau

lembaga secara cuma-cuma. Wasiat adalah pesan atau amanah yang diberikan

sesorang dan berlaku setelah sipemberi wasiat meninggal. Waris adalah pembagian

harta orang tua yang dilakukan setelah orang tua meninggal.

7H.M. Atta, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 11 Juli 2019.

8M. Damin, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 11 Juli 2019.

9Khusairi, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 11 Juli 2019.

10Amrullah, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 11 Juli 2019.

Page 50: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

40

Ada perbedaan pendapat tentang hibah ada yang berpendapat bahwa

penyerahan harta dilakukan setelah akad hibah selesai dilakukan, ada yang

berpendapat harta hibah belum boleh dikuasai atau diberikan sebelum orang tua

meninggal. Perbedaan pendapat juga terdapat dari pemahaman waris, ada yang

berpendapat bahwa waris hanya diperuntukan untuk anak-anaknya saja,

sedangkan ada juga yang berpendapat bahwa waris diperuntukan bukan hanya

anak-anak saja akan tetapi famili lain yang tidak terhalang akan mendapatkan

waris juga.

2. Segi Praktek

Praktek-praktek hibah dan wasiat dalam pembagian masyarakat suku Betawi

Kampung Baru adalah sebagai berikut:

a. Praktik Pembagian waris yang dilakukan keluarga Rahamtullah,

informasi yang diberikan oleh Rahamatullah lebih cenderung azas

musyawarah keluarga, dengan alasan karena dari orang tua tinggal bapak

dan sudah tua maka keluarga Rahmatullah melakukan musyawarah dalam

pembagian hibah untuk warisan, dan semua sepakat pada apa yang

diberikan orang tua, akan tetapi tetap berlakunya nanti setelah bapak

meninggal.11

b. Praktek pembagian waris yang dilakukan keluarga Ahmad Kayis,

informasi yang diberikan Ahmad Kayis melakukan hibah harta yang

dipunyai oleh orang tua dibagi sesuai musyawaroh keluarga. seperti anak

pertama dan kedua yang sudah nikah saya sudah dikasih rumah, dan

begitpun adik adik nanti sudah dikasih jatah tanah atau tempat yang

nantinya akan dibangun rumah ketika mereka berkeluarga, dan apabila

nanti setelah orang tua meninggal masih ada sisah harta maka akan kami

11

Rahmatullah Umar, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 9 Juli 2019.

Page 51: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

41

lakukan musyawarah setelah urusan dunia orang tua seperti utang piutang

terlaksanakan.12

c. Praktek pembagian waris yang dilakukan keluarga Abdul Haris, informasi

yang berikan oleh Abdul Haris melakukan praktik hibah, cara

pembagiannya pertama saya menyebutkan harta yang saya punya

kemudian kami musyawarah untuk menetukan bagian yang anak anak

inginkan, tanpa ada paksaan ataupun intimidasi, sebenarnya saya yang

ingin menentukan bagian bagian mereka tapi karna mereka semua sudah

dewasa dan menikah saya mempersilahkan mereka musyawarah dan

memilih bagiannya masing masing.13

d. Praktek pembagian waris yang dilakukan keluarga Maimunah, Informasi

yang diberikan oleh Maimunah melakukan praktek hibah dengan alasan

adanya faktor yang mana dulu tanah yang didepan mau dijual dan tanah

yang depan ada bagian anak laki lakinya maka dari itu sehabis dijual hasil

duitnya yang laki langsung kasih sedangkan yang prempuan dikasih

tanah, tapi nih dikeluarga saya tetep prempuan yang paling tua dan kecil

sama atau setara dengan laki laki, ya memang anak laki-laki, kakak

pertama dan adik paling kecil dikeluarga saya mempunyai ekonomi jauh

dibawah saya, sedangkan saya dan adik saya yang satu dibagi lebih kecil

dari pada yang lain dan praktek ini disaksikan oleh ulama setempat.14

e. Praktek pembagian waris yang dilakukan keluarga Sarbini, Informasi

yang diberikan oleh Sarbini melakukan praktek pembagian secara Islam,

akan tetapi dikeluarga kami banyak yang tidak sepakat, ada yang

meminta sama rata, ada yang meminta dirinya lebih banyak karna

menjaga orang tua, kalo saya tetap berpedoman pada syariat islam yakni

satu untuk laki laki setengah untuk prempuan, akan tetapi keluarg kami

12

Ahmad kayis, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 9 Juli 2019 13

Abdul Haris, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 10 Juli 2019. 14

Maimunah, Masyarakat, Wawacara Pribadi, Kampung Baru, 10 Juli 2019.

Page 52: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

42

masih belum menemukan titik terang dalam pembagian waris yang sudah

terjadi sejak lama, berbagai cara sudah kami tempuh melalui musyawarah

keluarga dan menghadirkan ulama setempat untuk meminta petunjuk dan

meminta bantuan membagikan harta waris orang tua kami,tetapi tetap saja

adik adik saya masih ingin pembagian harta waris ini sesuai dengan

ketentuan mereka masing-masing, sejak tahun 2010 masalah pembagian

waris dikeluarga saya belum kelar karna masing masing mempunyai ego

yang sangat tinggi.15

f. Praktek pembagian waris yang dilakukan dalam keluarga Hj. Afiyyah,

informasi yang diberikan oleh Hj. Afiyyah melakukan praktek wasiat,

dengan alasan orang tua saya sudah meninggal sejak saya kecil, sebelum

saya menikah baru diadakan musyawarah tentang apa yang diwasiatkan

orang tua saya kepada abang saya dahulu sebelum mereka meninggal, dan

semua yang sudah ditentukan oleh wasiat orang tua kepada anak anaknya

kami terima dan sepakati, demi keharmonisan keluarga.16

g. Praktek pembagian waris yang dilakukan keluarga H. Atta, informasi

yang diberikan oleh H. Atta melakukan praktek wasiat, sebelum orang tua

saya meninggal anak yang paling tua yakni abang saya dipanggil dan

diajak bicara oleh orang tua, dan setelah orang tua saya meninggal dan

utang piutang sudah selesai, abang saya mengadakan musyawarah

bersama adik adiknya untuk memberi tahu bahwa orang tua sebelum

meninggal sudah memberikan harta waris sesuai bagian masing masing

melalui surat wasiat yang berikan kepada abang saya, sempat tejadi

perselisihan kecil antar adik abang, akan tetapi perselihan itu dapat

diselesaikan dengan cara baik-baik, dan semua sepakat dengan apa yang

15

Sarbini, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 10 Juli 2019. 16

Hj. Afiyyah, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 10 Juli 2019.

Page 53: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

43

dituliskan didalam surat wasiat walaupun tidak sesuai harapan masing

masing anak.17

h. Praktek pembagian waris yang dilakukan keluarga Damin, informasi yang

diberikan Damin melakukan praktek hibah, dengan alasan orang tua saya

dulu sudah sakit sakitan, anak anaknya dikumpulkan dan memberi tau

harta orang tua berapa dan dimana saja, setelah ditanya sama ayah, mau

dibagiin sekarang ama nanti saja kalian yang atur setelah ayah meninggal,

Kami belum ada yang bisa menjawab pada hari itu, selang satu minggu

kakak tertua saya mengumpulkan adik-adiknya untuk mencari jawaban

dari pertanyaan ayah, setelah musyawarah kami sepakat untuk dibagikan

sekarang sebelum orang tua meninggal karena takut ada masalah ketika

nanti pembagian dilakukan setelah ayah meninggal, ya memang

kendalanya kami tidak terlalu mengerti metode pembagian waris secara

Islam yang sebenarnya, walaupun memang banyak ulama, tapi kan malu

nanti kalau cuma gara-gara harta aja berantem. tiga hari kemudian kami

ngadep ke ayah, musyawarah dilakukan dengan kondisi anak-anak

lengkap demi mencari kesamaan dan keikhlasan jumlah harta sesuai

bagiannya masing masing.18

i. Praktek pembagian waris yang dilakukan keluarga Khusairi, informasi

yang diberikan Khusairi melakukan praktek wasiat secara lisan, ibu saya

menyampaikan pesan keabang saya yang tertua bahwa dahulu sebelum

ayah meninggal sudah meninggalkan pesan kepada ibu saya, dan setelah

ibu saya sudah sangat tua ibu saya menyapaikan wasiat tentang harta

untuk anak anaknya dengan jumlah yang sudah ditentukan. Setelah ibu

saya meninggal abang saya mengumpulkan adik-adikya dan

menyampaikan apa yang disampaikan oleh ibu saya tentang harta yang

sudah ditentukan oleh ayah dan ibu saat mereka masih hidup, akan tetapi

17

H.M. Atta, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 11 Juli 2019. 18

M. Damin, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 11 Juli 2019.

Page 54: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

44

setelah dibagikan bagiannya masing masing dengan abang saya, saya

merasa ada yang janggal dibagian saya, setelah saya hitung dengan

hukum waris Islam bagian saya terlalu banyak yakni tiga banding satu,

saya takut ada yang iri dengan saya, setelah itu saya meminta untuk

musyawarah kembali dan menyampaikan bahwa harta saya kalau dihitung

dengan syariat Islam kelebihan, akan tetapi abang, kakak, dan adik saya

menerima hal tersebut karena hal itu sudah diwasiatkan oleh orang tua

kami.19

j. Praktek pembagian waris yang dilakukan keluarga Amrulloh, informasi

yang diberikan oleh Amrulloh melakukan praktek hibah dengan alasan

ketika orang tua sudah tua dan mulai sakit sakitan. Bapak saya

memberikan hak kepada anak anaknya untuk menentukan bagiannya

masing masing karna bapak saya tidak mau terjadi keributan. Setelah satu

tahun orang tua saya meninggal kakak saya meninggal, kakak saya

memberikan tanggung jawab harta hibah yang sudah diberikan oleh orang

tua saya ke kakak saya kepada saya ketika kakak saya sudah sakit parah

dan sampai saat ini saya bingung kakak-kakak saya sudah meninggal,

yang pertama ada yang mempunyai ahli waris tapi kakak saya sebelum

meninggal memberikan amanah kepada saya untuk mengelolah harta

kakak saya, sayapun tetap memberikan nafkah ke anak kakak saya, dan

satu lagi kakak saya tidak mempunyai ahli waris, dan sebelum kakak saya

meninggal tidak meninggalkan pesan apapun.20

Dari uraian diatas dapat diketahui dalam hal praktek pembagian waris suku

Betawi Kampung Baru terdapat variasi sebagai berikut: Praktek masyarakat suku

Betawi Kampung Baru ada yang melakukan praktek hibah dengan bertujuan agar

anak-anaknya mengetahui harta yang dimiliki orang tuanya dan memberikan hak-hak

19

Khusairi, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 11 Juli 2019. 20

Amrullah, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kampung Baru, 11 Juli 2019.

Page 55: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

45

mereka secara langsung. Praktek wasiat yang dilakukan masyarakat suku Betawi

Kampung Baru dikarenakan orang tua mereka sudah sangat tua dan mempercayai

hanya kepada satu anak yang menurut orang tua dapat memegang amanah, ada juga

yang melakukannya karna orang tua sudah sakit-sakitan dan anak-anak mereka masih

ada yang belum cukup umur untuk dibagikan hibah pada saat itu. Ada juga yang

melakukan praktek waris Islam akan tetapi terjadi kendala karena adanya keegoisan

sesama saudara.

B. Analisa Penelitian

Masyarakat suku Betawi Kampung Baru Kelurahan Sukabumi Selatan

melakukan pembagian harta warisnnya sebelum orang tua meninggal yang mana

sering disebut hibah, oleh karena itu penulis akan melakukan peninjauan persamaan

dan perbedaan pembagian harta waris secara syariat Islam dengan praktek

pembagian harta waris masyarakat suku Betawi Kampung Baru Kelurahan Sukabumi

Selatan

1. Segi Pemahaman

Persamaan Perbedaan

Pemahaman masyarakat suku Betawi

Kampung baru tentang hibah sama

dengan apa yang disyariatkan Islam,

menurut masyarakat suku Betawi

tentang pengertian hibah adalah

memberikan harta atau sesuatu yang

bermanfaat ketika pihak pemberi

masih hidup. Sedangkan hibah

menurut Islam adalah suatu pemberian

yang bersifat sukarela, tanpa

mengharapkan adanya imbalan dari

pihak penerima pemberian dan

pemberian itu dilangsungkan pada saat

si pemberi masih hidup.

Pemahaman masyarakat suku Betawi

Perbedaan yang sangat terlihat dari

pemahaman masyarakat suku Betawi

Kampung Baru tentang hibah adalah,

sebagian masyarakat suku Betawi

Kampung Baru berpendapat bahwa

hibah itu bersifat mengikat kecuali

antara orang tua dan anak, sebagian

lainnya berpendapat bahwa hibah itu

tidak bersifat mengikat baik antara

orang tua dan anak maupun dengan

orang lain. Menurut salah satu

respondent yang peneliti wawancara

menyebutkan bahwa hibah tidak

mempunyai satu kekuatan hukum

secara pasti dalam al-Quran dan

Page 56: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

46

Uraian tentang persamaan dan perbedaan pemahaman hibah, wasiat dan wasiat

menurut hukum Islam dan masyarakat suku Betawi Kampung Baru Kelurahan

Sukabumi Selatan, berdasarkan uraian dari bab dua dan bab tiga maka dapat diliat

persamaan dan perbedaan sebagai berikut.

2. Segi Praktek

Selanjutnya uraian tentang persamaan dan perbedaan praktek hibah, wasiat

dan wasiat menurut hukum Islam dan masyarakat suku Betawi Kampung Baru

Kelurahan Sukabumi Selatan diuraikan sebagai berikut.

Kampung baru tentang wasiat sama

dengan apa yang disyariatkan Islam,

menurut masyarakat suku Betawi

Kampung Baru wasiat adalah pesan

atau amanah yang disampaikan

kepada seseorang dalam bentuk

ucapan atau lisan dan dilaksanakan

sesuai waktu yang disebutkan dalam

isi wasiat tersebut. Sedangkan wasiat

menurut Islam adalah penyerahan

harta secara sukarela dari seseorang

kepada pihak lain yang berlaku setelah

wafat, baik harta itu berbentuk materi

maupun berbentuk manfaat.

Pemahaman masyarakat suku Betawi

Kampung baru sama dengan apa yang

disyariatkan hukum Islam tentang

waris adalah, menurut masyarakat

suku Betawi Kampun Baru waris

adalah harta yang dimiliki orang tua

dan dibagikan sesuai bagian yang

sudah ditetapkan di al-Quran dan

hadist. Sedangkan menurut hukum

Islam waris adalah suatu hak yang

bisa diserakan yang menetap pada

penerima hak setelah matinya pewaris.

hadits. Sedangkan dalam islam itu

bersifat mengikat, al-Quran jelas ada

petunjuk dan anjuran secara umum

agar seseorang memberikan sebagian

rezekinya kepada orang lain.

Sedangkan dalam pemahaman tentang

wasiat dan waris tidak ada perbedaan

antara pemahaman wasiat dan waris

menurut hukum Islam dan

pemahaman wasiat dan waris menurut

masyarakat suku Betawi Kampung

Baru yaitu berlakunya wasiat dan

waris setelah pemberi wasiat dan

pewaris meninggal.

Page 57: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

47

Segi Persamaan Segi Perbedaan

Dalam praktek hibah masyarakat suku

Betawi kampung Baru dilakukan oleh

orang tua kepada anak-anaknya yang

mana biasanya dilakukan untuk

mempermudah ekonomi anak tersebut.

Sedangkan praktek hibah menurut

hukum Islam yang mana hibah

dilakukan ketika yang memberikan

dan yang diberi hibah masih hidup dan

adanya barang yang dihibahkan.

Dalam praktek wasiat masyarakat

suku Betawi Kampung Baru sama

seperti apa yang diajarkan oleh

syariat, yang mana pelaksanaan

praktek wasiat dilakukan setelah

pemberi wasiat itu meninggal, atau

sesuai waktu yang ditentukan pada isi

wasiat tersebut.

Dalam praktek waris, sebagian

masyarakat suku Betawi Kampung

Baru sama seperti apa yang diajarkan

oleh syariat, yang mana pelaksanaan

praktek pembagian waris dilakukan

setelah orang tua meninggal dan

bagian-bagiannya susuai apa yang ada

di al-Quran.

Perbedaan dari Praktek hibah, pada

sebagian masyarakat Betawi

Kampung Baru ada perbedaan yang

sangat mendasar antara hibah secara

syariat Islam dan hibah yang berlaku

pada masyarakat suku Betawi

Kampung Baru dalam hal praktek

hibah yaitu praktek hibah secara

syariat Islam harta yang dihibahkan

berlaku sertamerta. Sedangkan praktek

hibah yang belaku pada sebagian

masyarakat suku Betawi Kampung

Baru berpindahnya harta yang

dihibahkan bukan sertamerta akan

tetapi setelah orang tua meninggal.

Perbedaan selanjutnya hibah secara

Islam adalah harta yang dihibahkan

kepada anak tetap berlaku sertamerta

tetapi tidak mengikat dan dapat di

ambil kembali kecuali kepada selain

anak. Sedangkan sebagian masyarakat

Kampung Baru harta yang dihibahkan

kepada anak tidak berlaku sertamerta

atau berlaku setelah orang tua

meninggal.

Perbedaan praktek wasiat secara Islam

dengan praktek wasiat masyarakat

suku Betawi Kampung Baru adalah

wasiat secara Islam itu dipergunakan

untuk seseorang yang tidak termasuk

ahli waris yang mendapatkan warisan

baik itu ahli waris yang terhijab

maupun orang lain, suatu lembaga

yang mana harta yang diwasiatkan

tidak lebih dari sepertiga harta warisan

sedangkan prakteknya adalah wasiat

yang dilakukan masyarakat Kampung

Baru adalah wasiat harta untuk ahli

waris.

Perbedaan selanjutnya adalah tentang

jumlah harta yang diwasiatkan,

Page 58: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

48

menurut Islam jumlah harta yang

boleh diwasiatkan adalah sepertiga

dari harta kekayaan pewasiat apabila

lebih dari sepertiga maka harus dapat

persetujuan ahli waris. Sedangkan

praktenya pada masyarakat Kampung

Baru adalah harta yang diwasiatkan

lebih dari sepertiga dan tanpa adanya

persetujuan ahli waris.

Perbedaan praktek pembagian waris

secara Islam dengan praktek

pembagian waris masyarakat suku

Betawi Kampung Baru adalah warisan

dalam Islam dibagikan setelah pewaris

meninggal sedangkan praktek

pembagian waris masyarakat

Kampung Baru melakukan praktek

hibah dan wasiat yang mana harta

dibagikan dan ditentukan sebelum

pewaris meninggal, dan dimaksudkan

sebagai harta warisan

Perbedaan selanjutnya tentang jumlah

harta yang dibagikan, jumlah harta

yang dibagikan dalam kewarisan

Islam sudah ditentukan dalam al-

Quran dan hadist, sedangkan praktek

yang dilakukan masyarakat Kampung

Baru adalah sama rata, atau sesuai

keinginan pewaris atau ahli waris,

dikarenakan praktek pembagian waris

dilakukan dengan hibah dan wasiat.

Perbedaan selanjutnya adalah tentang

ahli waris. Ahli waris pada Islam ada

macam-macam ahli waris, seperti

pewaris mempunyai bagian-bagian

yang sudah ditentutan seperti al-

furudh al-muqaddarah ( bagian yang

sudah ditentukan ) dalam jumlah atau

porsi pembagian waris yaitu; 1/2, 1/4,

1/8, 2/3, 1/3, 1/6, dan ashobah. Dalam

segi golongan tentang ahli waris sudah

diatur, seperti; ashabul furudh/dzawil

Page 59: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

49

Sebagaimana hasil jawaban-jawaban wawancara, diperoleh analisa bahwa

pada prinsipnya masyarakat suku Betawi Kampung Baru mengetahui tentang masalah

hukum kewarisan baik hukum kewarisan Islam ataupun hukum kewarisan adat.

Hukum adat yang dimaksud oleh peneliti adalah hukum yang dilakukan secara turun

temurun oleh sekelompok masyarakat. Hukum kewarisan adat yang dimaksud adalah

hukum kewarisan Betawi.

Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat suku Betawi Kampung Baru

masih sangat minim. Hal ini dilatarbelakangi dengan proses sosialisasi hukum yang

tidak sampai kepada masyarakat, kurangnya proses sosialisasi yang dilakukan, seperti

aturan-aturan produk hukum yang telah dihasilkan tetapi hasil produk hukum itu

tidak sampai kepada masyarakat. Padahal masyarakat memiliki peranan penting.

Aturan produk hukum tersebut tidak hanya proses sosialisasi yang menjadi penyebab

kurangnya pemahaman masyarakat. Selain itu, penyebab lainnya yaitu kurangnya

kesadaran masyarakat tentang masalah kewarisan.

Secara umum memang masyarakat mengetahui tentang hukum kewarisan

Islam. Pengetahuan yang diperoleh masyarakat berasal dari ustadz/kyai. Ternyata

masyarakat masih berkeyakinan ustadz/kyai sebagai media pembelajaran. Sedangkan

sumber informasi aturan kewarisan Betawi berasal dari kebiasaan keluarga yang

dilakukan secara turun temurun, karena alasan inilah masyarakat lebih memilih

menggunakan hukum kewarisan adat dibanding hukum kewarisan Islam.

Dalam masyarakat Betawi Kampung Baru khusus hibah kepada anak

dianggap sekaligus sebagai waris hal ini terbukti bahwa berpindahnya objek-objek

hibah tidak berlaku sertamerta akan tetapi berlaku setelah orang tua meninggal, pada

furud, ashobah, dan gabungan.

Sedangkan dalam masyarakat

Kampung Baru tidak ada macam-

macam ahli waris, hanya anak yang

berhak mendapatkan harta waris dari

pewaris (orang tua).

Page 60: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

50

dasarnya hal ini bukan hibah akan tetapi wasiat, akan tetapi disebut wasiat juga

keberatan karena wasiat tidak berlaku untuk ahli waris maka disini terlihat adanya

penyimpangan pada satu sisi hibah harus berlaku sertamerta sedangkan wasiat hanya

berlaku untuk bukan ahli waris sedangkan warisan berlaku setelah pewaris meninggal

dan bagiannya sesuai dalam al-Quran, disini masyarakat pada umumnya memahami

bahwa hibah yang dilaksanakan orang tua kepada anak dianggap sebagai yang

ditentukan ketika orang tua masih hidup dan seolah-olah hibah padahal yaitu hampir

sama cara pembagian warisan.

Masyarakat suku Betawi Kampung baru dalam memahami konsep hibah yaitu

hibah dilakukan ketika seseorang masih hidup dan boleh memberikan apa saja yang

tidak bertentangan oleh syariat kepada seseorang. Akan tetapi dalam memahami

konsep hibah masyarakat suku Betawi Kampung Baru tidak memahami bahwa hibah

secara Islam dilakukan secara sertama, masyarakat suku Betawi Kampung Baru

hanya memahami konsep pemahamannya saja tidak memahami tentang kapan

berlakunya harta yang sudah dihibahkan. Sedangkan yang dikatakan Menurut

Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 171 ayat G Hibah adalah pemberian suatu

benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang

masih hidup untuk dimiliki.21

Dalam memahami konsep wasiat masyarakat suku Betawi Kampung baru

yaitu wasiat adalah pesan yang disampaikan tentang pemberian harta kepada anak

yang berlakunya pesan tersebut setelah orang tua atau pewasiat meninggal.

Sedangkan konsep wasiat menurut Islam wasiat adalah pesan yang disampaikan

tentang pemberian harta kepada yang bukan ahli waris berlakunya pesan tersebut

setelah sipewasiat meninggal dan harta yang diwasiatkan maksimal satu pertiga dari

harta pewasiat.

Dalam memahami konsep waris masyarakat suku Betawi Kampung baru yaitu

waris yaitu berpindahnya harta setelah orang tua meninggal kepada anak-anaknya.

21

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, h. 156.

Page 61: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

51

Sedangkan konsep waris menurut Islam waris yaitu segala sesuatu benda atau yang

bernilai kebendaan yang dapat dimiliki, yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal

dunia yang dibenarkan oleh syara’ dan dapat diwarisi oleh para ahli waris.22

Berpindahnya harta setelah pewaris meninggal, yang disebut pewaris bukan hanya

orang tua akan tetapi bisa juga dari anak, dan yang disebut ahli waris bukan hanya

anak akan tetapi orang tua bisa disebut juga ahli waris apabila anak yang meninggal.

Praktek hibah yang dilakukan masyarakat suku Betawi kampung Baru yakni

bagi rata atau anak-anaknya menentukan bagiannya masing-masing dan berlaku

setelah orang tua meninggal, akan tetapi ada juga dari salah satu responden yang

kecewa atas hibah yang diberikan oleh orang tuanya karena mendapatkan harta yang

lebih sedikit dari anak perempuan lainnya.

Praktek wasiat masyarakat suku Betawi Kampung Baru, yakni sering sekali

diberikan wasiat oleh orang tuanya untuk masa masa yang akan datang. Sebagian

orang tua yang melakukan praktek wasiat dalam hal pembagian waris dengan cara

orang tua mempercayai satu anaknya dalam memegang kendali harta orang tuanya,

bahkan dengan satu anak itu orang tua juga sering memberi wasiat dalam penetepan

hak-hak dalam bagian pembagian warisan.

Praktek hibah dan wasiat dalam pembagian waris masyarakat suku Betawi

Kampung Baru bukanlah hal yang baru dilakukan, praktek ini sudah dilakukan dari

orang tua dahulu, praktek ini dilakukan karna ada berbagai macam faktor yang mana

faktor yang paling utama adalah mengindari keributan yang akan terjadi antar

keluarga, ada juga faktor lainnya seperti untuk membantu ekonomi anak yang rendah,

ada juga yang tidak mengerti tentang pembagian waris yang benar secara Isla

Praktek hibah dan wasiat pada masyarakat Kampung Baru belum sejalan

dengan sistem hibah dan wasiat secara Islam, karna dalam prakteknya pembagian

hibah berlaku sertamerta dan wasiat berlaku bukan untuk ahli waris dan bagiannya

maksimal satu pertiga dari harta pewasiat,

22

Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, h. 27.

Page 62: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

52

Wasiat dalam pembagian waris sebenarnya dilakukan untuk orang yang

terhijab dalam pembagian waris, seperti untuk cucu yang orang tuanya masih hidup,

akan tetapi wasiat yang digunakan pada masyarakat suku betawi Kampung Baru tetap

untuk ahli warisnya melalui anak tertua atau yang dipercaya oleh orang tua, praktek

yang dilakukan masyarakat suku Betawi Kampung Baru tidak sesuai dengan sabda

Nabi Muhammad SAW tentang tidak adanya wasiat bagi ahli waris yang berbunyi:

شرحبيل بن مسلم قال سعت أبا أمامة قال سعت رسول الل ه صل ى الل ه عليه وسل م ي قول إن الل ه عز

وجل قد أعطى كل ذي حق حق ه فل وصي ة لوارث

Syurahbil bin Muslim ia berkata : saya mendengar Abu Umamah berkata

"Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "

sesungguhnya Allah 'Azza Wa Jalla telah memberikan kepada setiap yang memiliki

hak, maka tidak ada wasiat bagi pewaris.23

Hibah dan wasiat mempunyai kedudukan yang hampir sama dalam pembagian

waris pada masyarakat suku Betawi Kampung Baru yang pada dasarnya wilayah

Kampung Baru yang mana mayoritas beragama Islam, banyak pengajian, pesantren

dan ulama betawi.

Masyarakat suku Betawi Kampung Baru dalam pembagian waris secara Islam

belum mempraktekan dengan baik dan benar, masyarakat suku Betawi Kampung

Baru mempraktekan pembagian waris dengan melakukan praktek hibah dan wasiat,

akan tetapi prakteknya pun tidak sesuai dengan praktek hibah dan wasiat secara

Islam.

Adapun salah satu dari sepuluh masyarakat yang penulis wawancarai

melakukan praktek pembagian waris secara Islam mendapatkan kendala, yang mana

keluarganya saling iri tentang pembagian harta secara Islam, sudah hampir 9 tahun

masalah waris ini belum selesai dikeluarganya. Keluarga tersebut sudah meminta

ulama setempat untuk membagikan bagian bagian secara Islam dengan ketentuan

yang ada pada al-Quran dan hadits, akan tetapi sebagian dari keluarga masih tetap

ingin mendapakan lebih dari apa yang ditentukan.

23

Muhammad ‘Abdul Aziz al-Halidi, Sunan Abi Dawud, h.503.

Page 63: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

53

Praktek pembagian waris secara Islam seharusnya menjadi pelajaran bagi

keluarga bahwa ketentuan yang sudah ada pada al-Quran seharusnya dijalankan

dengan baik, bukan malah terjadi pertengkaran atau kesalah pahaman antar keluarga.

Dengan itu, dapat dikatakan bahwa esensi kewarisan dalam Al-Qur’an adalah

proses pelaksanaan hak-hak pewaris kepada ahli warisnya dengan pembagian harta

pusaka melalui tata cara yang telah ditetapkan oleh nash. Atau lebih khusus dapat

dicatat bahwa apabila seseorang telah wafat, maka siapa ahli warisnya yang terdekat

dan berapa saham yang diterima setiap ahli waris. Dalam pembagian waris harus ada

dan diketahui wafatnya pemberi waris secara hakiki atau menurut hukum.

Pembandingan tirkah tidak mungkin dilaksanakan, sehingga muwaris

(pemberi waris) nyata-nyata telah mati, atau hakim telah menetapkan kematiannya.

Inilah yang dimaksud dengan mati secara hukum. Apabila hakim menetapkan

kematiannya berdasarkan butki-bukti, maka ketika itu dimungkinkan membagikan

harta peninggalannya kepada ahli waris. Bahwa pembagian hibah dan wasiat dalam

pembagian waris suku Betawi Kampung Baru nampaknya tidak sinkron tidak seperti

apa yang dijelaskan dalam Islam tentang hibah, wasiat, dan waris bahwa hibah harus

dilakukan secara sertamerta, wasiat bukan untuk ahli waris dan maksimal harta yang

diberikan satu per tiga (1\3).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti diketahui bahwa walaupun

dalam pembagian waris masyarakat suku Betawi Kampung Baru merujuk kepada

agama, tetapi pada kenyataan lain berbeda. Perbedaan tersebut antara lain dalam

pewarisan yakni pewaris masih hidup atau yang disebut dengan perencanaan waris

berupa hibah yang telah dibagikan masing-masing kepada ahli waris, dengan alasan

ketika pewaris masih hidup lebih mengerti dan lebih nurut, untuk mengantisipasi

terjadi pertengkaran dan saling membunuh.

Dalam hukum waris Islam pewarisan baru berlaku ketika ada seseorang yang

meninggal dunia. Wasiat dan hibah berkaitan dengan pembagian waris, memiliki

beragam variasi dalam praktik, yaitu: Seseorang menentukan kepada siapa saja harta

yang dimilikinya nantinya akan berpindah tangan setelah ia meninggal dunia, seorang

Page 64: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

54

melakukan pembagian hartanya kepada keluarganya dan pembagian ini berlaku,

setelah ia mati dan seketika.

Sedangkan persamaan dalam pembagian harta waris suku Betawi Kampung

Baru dengan hukum Islam yakni meskipun bagian laki-laki lebih besar dibandingkan

perempuan pada suku Betawi tetap berbeda karena dalam Islam bagiannya dua

banding satu. Sedangkan dalam suku betawi lebih besar tetapi belum tentu dua

banding satu, karena anak laki-laki adalah umara dan tanggung jawab yang besar bagi

keluarganya, persamaan yang lain yakni, harta warisan yang ditingalkan oleh pewaris

dapat diwarisi kepada ahli waris setelah hak-haknya orang tua terpenuhi seperti;

pembayaran hutang serta kewajiban sadaqah dan kewajiban lain yang belum sempat

dilakukan semasa hidupnya pewaris.

Kesimpulannya adalah masyarakat suku Betawi Kampung Baru melakukan

praktek pembagian waris dengan sistem musyawarah atau mereka lebih kenal dengan

hibah dan wasiat, akan tetapi praktek tersebut sebenarnya tidak sama dengan

ketentuan Islam, karena dalam Islam sudah mengatur siapa saja yang mendapatkan

waris dan bagian-bagiannya.24

Praktek yang dilakukan dengan sistem hibah dan

wasiat di masyarakat suku Betawi Kampung Baru juga belum sesuai aturan hibah dan

wasiat secara Islam.

Hibah yang dilakukan masyarakat Kampung Baru tidak dilakukan sertamerta

akan tetapi menunggu orang tua meninggal. tentang porsi pebagiaanya ada yang sama

rata antara laki-laki dan perempuan ada juga yang laki-laki mendapat lebih dari dua

bagian, ada juga sebagian anak perempuan medapatkan sama seperti laki-laki

sedangkan sebagiannya lagi lebih sedikit. Praktek wasiat yang dilakukan masyarakat

Kampung Baru juga berbeda dengan ketentuan wasiat dalam Islam dimana praktek

wasiat yang masyarakat Kampung Baru lakukan untuk ahli waris dan porsinya tidak

sesuai dengan aturan wasiat yang sebenarnya adalah untuk orang yang terhijab untuk

24

Syekh Sulaiman bin Muhammad, Hasiyah al-Bujairomi Alasyarah Manhajutullab Juz 3, h.

273.

Page 65: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

55

mendapatkan waris, kerabat dekat, lembaga dan bagiannya tidak lebih dari satu per

tiga (1\3).25

25

Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Hibah dan Wasiat di Indonesia, h. 85-86.

Page 66: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab sebelumnya sebagai jawaban atas rumusan masalah maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari segi pemahaman tentang hibah wasiat dan waris sebagian besar masyarakat

Betawi Kampung Baru memahami makna yang sesuai dengan apa yang terdapat

dalam syariat Islam, tetapi ada juga yang memahami berbeda dari apa yang ada

dalam syariat Islam.

2. Dari segi praktek sebagian besar masyarakat suku Betawi Kampung baru

menggunakan istilah waris padahal istilah waris yang mereka maksud sebenarnya

adalah praktek hibah, hal itu terbukti dari sebagian besar masyarakat

membagikan harta warisan ketika hidup kepada anak-anaknya, dan itu

dimaksudkan sebagai pembagian warisan, padahal yang dimaksud waris secara

Islam adalah pembagian harta yang dilakukan setelah pewaris meninggal, hanya

sebagian kecil saja yang mempraktekan waris secara Islam. Pada umumnya

masyarakat Betawi Kampung Baru tidak mau melaksanakan waris Islam karena

apabila melakukan praktek Islam akan terjadi perselisihan antar keluarga.

Sebagian kecil masyarakat Betawi Kampung Baru, dari mereka yang

mendapatkan bagian waris paling kecil memberi alasan bahwa hukum waris

Islam tidak memenuhi rasa keadilan karena adanya perbedaan bagian. perbedaan

lain, adalah dalam waris Islam apabila ada saudara sedangkan yang meninggal

hanya meninggalkan istri dan anak perempuan sehingga tidak terjadi ashobah

maka saudara dapat, sedangkan dalam praktek masyarakat Betawi Kampung

Baru saudara tidak dapat warisan.

3. Praktek hibah dan wasiat dalam pembagian waris sebenarnya belum sesuai dari

arti kata makna waris secara syariat Islam, karena harta warisan itu dibagikan

Page 67: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

57

setelah pewaris meninggal, hibah dilakukan ketika yang memberikan hibah

masih hidup sedangkan wasiat diberikan bukan untuk ahli waris dan

pelaksanaannnya setelah pemberi wasiat meninggal dan porsi dari pemberian

wasiat maksimal satu per tiga (1/3) harta pemberi wasiat.

B. Saran-saran

Saran-saran yang penulis anggap relevan adalah sebagai berikut: Perlu adanya

penyuluhan yang lebih luas dan komprehensif kepada masyarakat Islam khususnya

masyarakat tentang hibah, wasiat dan waris terutama tentang keadilan substansi

dalam bidang warisan

Page 68: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abd. Syukur, Djunaidi Ashari Abta dan, Ilmu Waris al-Faraidl deskripsi

Berdasarkan Hukum Islam Praktis dan Terapan. Yogyakarta: Pustaka Hukmah

Perdana. 2005

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: CV Akademika

Pressindo. 2010

al-Halidi, Muhammad „Abdul Aziz. Sunan Abi Dawud. Lebanon: Dar Al-Kotob Al-

Ilmiyah. 2011

al-Jarjawi, Ali Ahmad. Hikmatutasyri‟wasfalsafatuhu Juz 2. T.tp., Dar al-Fikr t.th

al-Kaf, Ahmad bin Hasan, Takrirot Assadidah Qismul Buyu‟walfaraidl. Tarim: Darul

Mirots an-Nabawi, t.th

Al-Quran Terjemah

Anshori, Abdul Ghofur. Filsafat Hukum Hibah dan Wasiat di Indonesia. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. 2011

Ash shiddieqy, T.M Hasbi. Fiqhul Mawaris Hukum;Hukum Warisan Dalam Syari‟at

Islam. Jakarta: Bulan Bintang.1972

Hasan. M.Ali. Hukum Warisan Dalam Islam. Jakarta: Karya Unipress. 1996

Ismail, Al-imam Imaduddin bin Umar bin Ibnu Katsir. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1.

Libanon: Alqutub alilmiah

Kementrian Agama Republik Indonesia. Kedudukan Wasiat Dalam Sistem

pembagian harta peningalan. Jakarta:Kementrian Agama Republik Indonesia.

2012

Page 69: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Mardani, Hukum Kewarisan islam Di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

2015

Melalatoa, M. J. Betawi dalam Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995

Muhammad bin Yazin, Abi„Abdillah. Sunan Ibnu Majah. Kairo:Dar al-Ilmiyah.2017

Muhammad, Imam bin Ismail al-Amir al-Yamani. Sulubussalam jilid 3

Ramulyo, Idris. Hukum kewarisan Islam. IND-HILL.CO.1984

Rofiq, Ahmad. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.2013

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah 4. Jakarta: Pena Pundi Aksara. 2006

Somawitana, Yusuf dan Suparman Usman. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Gaya

Media Pratama. 2002

Sulaiman bin Muhammad al-Bujayrimi, Hasiyat al-Bujayrimi „ala Sarh Manhaj At-

Tullab,(Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah Juz 4. 2013

Sulaiman, Syekh bin Muhammad. Hasiyah al-Bujairomi Alasyarah Manhajutullab

Juz 3. Beirut Libanon: Darul Qutub al-Ilmiah, t.th

Suma, Muhammad Amin. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. 2004

Suparman, Eman. Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW.

Bandung: PT Refika Aditama. 2007

Syarifuddin, Amir. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Kencana.2005

Tono, Sidik. Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan.

Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia

Page 70: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Umanallo, M. Chairul Basrun, Sosiologi Hukum. Fam Publishing. 2016

Usman, Imam Abubakar bin Muhammad Syato Addimyati Albakr, I‟anatu At

Tholibin Juz 3. Semarang: Pustaka „alawiyyah. 1996

Wahid, Abdul dan Moh.Muhubbin. Hukum Kewarisan Islam”Sebagai Pembaruan

Hukum Positif di Indonesia”. Jakarta: Sinar Grafika. 2009

Wasito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama. 1992

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.

Jakarta: Kencana. 2014

Zuhdi. Masjfuk. Studi Islam Jilid 3: Muamalat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1993

B. Skripsi dan Jurnal

Abduh, Muhammad. “Hibah Dan Wasiat Dalam Analisis Perbandingan Antara

Undang-Undang Hukum Perdata Dan Kompilasi Hukum Islam. Skripsi S-1

Fakultas Syariah. Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang.

2008)

Bachiar, Maryati. “Hukum Waris Islam Dipandang Dari Perspektif Hukum

Berkeadilan Gender” Jurnal ilmiah ilmu hukum. 2012

Mutohar, Solikul. “Hibah Orang Tua Terhadap Terhadap Anak Antara Pemerataan

Dan Keadilan Perspektif Hukum Islam. Skripsi S-1 Fakultas Hukum.

Universitas Sebelas Maret Surakata, 2010

Pongoliu dkk, Hamid. ”Eksistensi Hukum Waris Adat Dalam Masyarakat Muslim Di

Kota Gorontalo Dalam Prespektif Sejarah” Jurnal Diskursus Islam Agustus

2018

Page 71: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Ramdhan, Achmad Fachmi. “Pelaksanaan Hukum Kewarisan di Perkampungan

Budaya Betawi Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.”. Skripsi S-1 Fakultas

Syariah. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014

Suprapton, Muhammad Yusuf dan Umar Haris Sanjaya. “Kedudukan Ahli Waris

Yang Penerima Hibah Dari Orang Tua terhadap Ahli Waris Lainnya Pada

Proses Pembagian Waris” Jurnal Yuridis. Desember 2017

Zubair dkk, Asni. “Integritas Hukum Islam Dan Hukum Adar Dalam Pewarisan

Masyarakat Bugis Bone. Studi di Kecamatan Palakka.” Jurnal hukum keluarga

Islam 2016

C. Internet

https://budaya-indonesia.org/Suku-Betawi diakses Rabu 23 Agustus 2019 jam 14.00

WIB

Katalog Kecamatan Kebon Jeruk BPS:11020013174020 diakses 15 mei 2019 jam

13.30WIB

D. Wawancara

Interview Pribadi dengan Abdul Haris, Masyarakat, Kampung Baru, 10 Juli 2019.

Interview Pribadi dengan Afiyyah, Masyarakat, Kampung Baru, 10 Juli 2019.

Interview Pribadi dengan Ahmad kayis, Masyarakat, Kampung Baru, 9 Juli 2019

Interview Pribadi dengan Amrullah, Masyarakat, Kampung Baru, 11 Juli 2019.

Interview Pribadi dengan H.M. Atta, Masyarakat, Kampung Baru, 11 Juli 2019.

Interview Pribadi dengan Khusairi, Masyarakat, Kampung Baru, 11 Juli 2019.

Interview Pribadi dengan M. Damin, Masyarakat, Kampung Baru, 11 Juli 2019.

Interview Pribadi dengan Maimunah, Masyakat, Kampung Baru, 10 Juli 2019.

Interview Pribadi dengan Rahmatullah Umar, Masyarakat, Kampung Baru, 9 Juli

2019.

Page 72: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Interview Pribadi dengan Sarbini, Masyarakat, Kampung Baru, 10 Juli 2019.

Page 73: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Peratanyaan wawancara:

1. Apakah bapak/ibu mengetahui pengertian waris menurut islam?

2. Apakah bapak/ibu mengetahui pengertian hibah menurut islam?

3. Apakah bapak/ibu mengetahui pengertian wasiat menurut islam?

4. Bagaimana cara bapak/ibu mempratekkan pembagian waris pada keluarga?

5. Apa saja yang mempengaruhi praktek hibah dan wasiat dalam pembagian waris?

6. Apa akibat yang akan timbul jika tidak mempraktekan hibah dan wasiat dalam

pembagian waris di keluarga bapak/ibu?

7. Apakah bapak tau sejarahnya mengapa masyarakat lebih mengutamakan hibah dan

wasiat dari pada pembagian waris?

Rahmatullah Umar S.Pd

Warisan adalah Suatu tatacara yang diberikan allah melalui nash alquran dalam hal proses

pembagian harta peninggalan dari harta orang tua yang sudah meninggal.

Hibah adalah merupakan suatu pemberian yang diberikan secara cuma cuma dari orang

tua yang sudah meninggal kepada ahli warisnya semasa orang tuanya masih hidup dan

yang tidak mempunyai satu kekutatan hukum secara pasti dalam al quran atau sunnah.

Wasiat adalah suatu pesan yang harus dilaksanakan oleh warisnya, yang mana pesan

tersebut merupakan titipan perintah dari orang tua mereka sebelum meninggal dalam hal

harta peninggalan.

Praktik pembagian hibah/wasiat dalam keluarga? kalo dari keluarga saya kemarin lebih

cenderung azas musyawarah keluarga, karna dari orang tua saya tinggal bapak dan sudah

tua maka saya dan adik adik saya musyawarah dalam pembagian hibah untuk warisan,

apabila semua sepakat bisa dilaksanakan hibahnya, dan alhamdulillah keluarga kami

sepakat dalam penentuan hibah dari bapak kami, tapi tetap berlakunya nanti setelah bapak

kami meninggal.

Apa yang mempengaruhi keluarga bapak melakukan praktik hibah dalam pembagian harta

waris? faktor pendidikan agama dan pemahan pendidikan tentang ilmu waris, faktor

lingkungan, faktor kekuatan kerjasama dan keharmonisan keluarga. Ada juga yang

pemahaman dalam ilmu agama dan ilmu warisnya cukup mengerti tapi karna keluarga dan

Page 74: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

orang tua maunya hibah ya kita mau tidak mau harus mengikuti, dari pada tidak dikasih,

begitu pula sebaliknya apabila dari orang tuanya paham dalam ilmu agama dan waris tapi

anak-anaknnya ingin melakukan hibah orang tuapun terpaksan mengikuti keinginan anak

anaknya.

Apa akibat yang akan timbul jika tidak mempraktekan hibah dan wasiat dalam pembagian

waris di keluarga? dampaknya ada posistif dan negatif, positifnya sisi keharmonisan

keluarga tetap baik, negatifnya akan dilihat dikeluarga itu ada suatu permasalahan dalam

pembagian waris yang mana harus kembali ke alquran dan hadits, bahkan walaupun sudah

mengikuti apa yang ada di al quran/sunnah tatacara pembagainnya keluarga itu tetap

bertengkar saling memusuhi satu sama lain bahkan dari dulu hingga sekarang, bahkan ada

juga yang permasalahan pembagian waris dengan mengikuti al quran/sunnah ada yang

belum kelar.

Sejarah: memang terjadi dari dari orang orang terdahulu. Maka dari itu para ahli waris

memegang pedoman bakti kepada orang tua.

Salah atau tidak: tidak salah karna tidak ada larangannya untuk melakukan hibah sebagai

waris dan perintah secara langsung untuk mengikuti syariat islam dalam pembagian harta

peninggalan, karna dari tata bahasa kalimat di alquran itu kalimat khobar bukan

amer/perintah.

Ahmad Kayis S.si

Waris adalah harta peninggalan orang tua yang diberikan kepada anak atau cucu atau

sanak famili menurut ketentuan tertentu dalam aturan islam.

Hibah adalah hadiah yang diberikan kepada seseorang dantidak ada syarat orang itu family

atau bukan bisa juga penerima hibah ini suatu lembaga.

Wasiat adalah sesuatu yang di amanatkan untuk diberikan kepada orang tertentu atau

lembaga setelah si musi(orang yang memberi wasiat) wafat).

Praktek pembagian harta waris di keluarga? Melakukan hibah harta yang di punyai oleh

orang tua dibagi sesuai musyawaroh keluarga . Kaya saya dan abang saya yang sudah

nikah saya sudah dikasih rumah, dan begitpun adik adik saya nanti sudah dikasih jatah

tanah/tempat yang nantinya akan dibangun rumah ketika mereka berkeluarga, dan apabila

nanti setelah orang tua meninggal masih ada sisah harta maka akan dilakukan musyawarah

setelah urusan dunia orang tua seperti utang piutang terlaksanakan.

Page 75: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Apa saja yang mempengaruhi keluarga bapak melakukan praktek hibah dalam pembagian

waris? ada beberapa faktor: yang pertama karena dalam keluarga mempunyai anak dengan

sifat yang berbeda beda, misal kaya kasus 1 banding setengah ada yang tidak menerima

takut ada rasa iri, maka melakukan hibah dulu sisahnya baru pecah waris. Kedua jaga

perasaan bukan menafikan agama tapi disini lah orang tua yang mempunyai rasa kasih

sayang kepada anak anaknya dan tidak mau anak-anaknya salah pengertian kepada orang

tua kalo ada pembedaan kasih sayang kesalah satu anaknya.

Apa akibat yang akan timbul jika tidak mempraktekan hibah dan wasiat dalam pembagian

waris di keluarga? sesuai pendidikan agama yang dikasih orang tuanya, kalo pengetahuan

dari anak anaknya kurang mengerti bahkan tidak mengetahui tatacara waris besar

kemungkinan anak anaknya saling ribut karna pengetahuan anak anaknya belum sampai

mana yang dapet lebih besar mana yang lebih kecil.

Apakah bapak tau sejarahnya mengapa masyarakat lebih mengutamakan hibah dan wasiat

dari pada pembagian waris? biasanya orang orang dulu punya harta banyak dan punya

anak banyak, kalo pecah waris bisa saling iri.

Salah atau tidak? ada ikhtilaf besar atau kecilnya pembagian harta ke anak, apakah boleh

100% ke 1 anak atau tidak boleh.

Abdul Haris

Waris adalah harta yang dibagikan setelah orang tua meninggal laki 1 prempuan setengah

Wasiat adalah amanah yang diberikan ke seseorang yang harus dilaksanakan setelah orang

tua meninggal

Hibah adalah hadiah yang diberikan kepada seseorang ketika si pemberi masih hidup,

pemberiannya sesuai keinginan si pemberi..

Praktek pembagian harta waris di keluarga? Dikeluarga saya memakai praktek hibah,

dikeluarga saya memakai praktik hibah, cara pembagiannya pertama saya menyebutkan

harta yang saya punya kemudian musyawarah bagian bagian yang anak anak inginkan,

tanpa ada paksaan ataupun intimidasi.

Apa yang mempengaruhi keluarga bapak melakukan praktik hibah dalam pembagian harta

waris? Pendidikan agama dari keluarga saya dan ekonomi anak-anak saya.

Page 76: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Apa akibat yang akan timbul jika tidak mempraktekan hibah dan wasiat dalam pembagian

waris di keluarga? Ya ribut.

Apakah bapak tau sejarahnya mengapa masyarakat lebih mengutamakan hibah dan wasiat

dari pada pembagian waris? kurang tau sih, tapi ya taunya dari kakek ke orang tua saya

dari orang tua saya ke saya.

Salah atau tidak? Tidak karna ya orang punya harta kan ada yang banyak ada yang tidak

kalau yang banyak enak bisa hibah, bisa wasiat kalo yang tidak punya harta ya gak tidak

bagi bagi warisan.

Maimunah

Waris adalah harta warisan yang diperuntukan anak anaknya.

Wasiat adalah pesan orang yang harus dilakukan sesuai ketentuan kapan harus

dilakukannya.

Hibah adalah apa saja yang diberikan ke seseorang secara cuma cuma.

Praktek pembagian harta waris di keluarga? Dulu tanah yang didepan mau dijual dan yang

depan ada bagian anak laki lakinya maka dari itu sehabis dijual hasil duitnya yang laki

langsung kasih sedangkan yang prempuan dikasih tanah, tapi nih dikeluarga saya tetep

prempuan yang paling tua dan kecil sama/setara dengan laki laki, ya memang anak laki-

laki, kakak pertama dan adik paling kecil dikeluarga saya mempunyai ekonomi jauh

dibawah saya dan kakak saya yang diatas saya, dan disaksikan ada kiai setempat.

Apa yang mempengaruhi keluarga ibu melakukan praktik hibah dalam pembagian harta

waris? ya karna ada keperluan, keluarga saya karena tanah mau dijual jadi langsung

sekalian dibagi bagi jatahnya, juga faktor pendidikan agama dan pengetahuan tentang

waris Islam.

Apa akibat yang akan timbul jika tidak mempraktekan hibah dan wasiat dalam pembagian

waris di keluarga? Ya berantem, tuh enyak dari dulu emaknye dah meninggal ampe

sekarang udah meninggal ya perebutan warisan dan permusuhannye turun ke anak

anaknya.

Apakah ibu tau sejarahnya mengapa masyarakat lebih mengutamakan hibah dan wasiat

dari pada pembagian waris? Ya taunya dari nenek saya, keatasnnya tidak tau.

Sarbini

Page 77: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Waris adalah harta yang dipunyai orang tua dan dibagikan setelah salah satu meninggal.

Misal ayah meningal ya yang dapet ibu dan anak anaknya.

Wasiat adalah ucapan orang tua yang ingin meninggal dan dilakukan diwaktu yang sudah

ditentukan.

Hibah Adalah pemberian secara sukarela untuk seseorang dan berlaku setelah akad hibah

dilakukan.

Praktek pembagian harta waris dikeluarga? Memakai praktik pembagian secara Islam,

akan tetapi dikeluarga kami banyak yang tidak sepakat, ada yang meminta sama rata, ada

yang meminta dirinya lebih banyak karna menjangga orang tua, kalo saya tetap

berpedoman pada syariat islam yakni satu untuk laki laki setengah untuk prempuan, akan

tetapi pembagian waris ini sudah sejak lama kami tempuh melalui musyawarah keluarga

dan menghadirkan ulama Kampung baru untuk meminta petunjuk dan meminta bantuan

membagikan harta waris orang tua kami, sejak tahun 2010 masalah waris di keluarga saya

juga belum kelar karna masing masing mempunyai keegoisan.

Apa yang mempengaruhi keluarga bapak melakukan praktik waris secara Islam dalam

pembagian harta waris? ya karena memang harta warisan dibagikan setelah orang tua

meninggal dengan bagian-bagian yang sudah ditentukan oleh Allah SWT, tapi ya seperti

inilah keluarga saya banyak yang tidak paham dengan ilmu waris.

Apa akibat yang akan timbul jika tidak mempraktekan hibah dan wasiat dalam pembagian

waris di keluarga? Ya biasanya berantem ada juga yang sampe lapor polisi, ada juga yang

ke orang pintar (dukun) buat aneh anehin orang yang hartanya lebih banyak.

Apakah bapak tau sejarahnya mengapa masyarakat lebih mengutamakan hibah dan wasiat

dari pada pembagian waris? saya kurang tau sejarahnnya kaya gini dilakuin dari zaman

orang tua dulu.

Hj. Afiyyah

Waris adalah pembagian harta dari orang tua (sudah meniggal) kepada ahli waris.

Wasiat adalah amanah orang tua kepada anaknya harus dilakukan sesuai waktu yang

disepakati.

Hibah adalah pembagian harta ketika orang tua masih hidup.

Praktek pembagian harta waris di keluarga? Pakai cara wasiat, Karena orang tua saya

sudah meninggal sejak saya kecil, sebelum saya menikah baru diadakan musyawarah

Page 78: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

tentang apa yang diwasiatkan orang tua saya kepada abang saya dahulu sebelum mereka

meninggal, dan semua yang sudah ditentukan oleh wasiat orang tua kepada anak anaknya

kami terima dan sepakat, demi keharmonisan keluarga.

Apa yang mempengaruhi keluarga bapak melakukan praktik wasiat dalam pembagian

harta waris? karena masih ada anak kecil seperti saya yang kala itu misalkan tidak ada

wasiat dari orang tua mungkin saya tidak dapat harta warisan.

Apa akibat yang akan timbul jika tidak mempraktekan hibah dan wasiat dalam pembagian

waris di keluarga? Ya pasti berantem, apalagi yang ngerasa ngurusin orang tua dimasa

tuanya dengan tujuan dapet harta warisan yang lebih banyak, pasti kan terus

memperjuangkan demi mendapatkan harta warisan yang banyak.

Apakah ibu tau sejarahnya mengapa masyarakat lebih mengutamakan hibah dan wasiat

dari pada pembagian waris? dari dulu udah ada, emang diajarinnye ama orang tua dulu

suruh bagiin harta kita kalo kira kira kalo udah tua.

H.M. Atta

Waris adalah setelah orang tua meniggal harta peninggalannya di bagikan sesuai ketentuan

alquran

Wasiat adalah amanah tentang apa saja yang harus dilakukan sesuai dengan waktu yang

disepakati

Hibah adalah sebelum orang tua meninggal sudah membagikan harta warisannya

Praktek pembagian harta waris di keluarga? Keluarga saya memakai praktik wasiat karna

sebelum orang tua saya meninggal anak yang paling tua yakni abang saya dipanggil dan

diajak bicara oleh orang tua, dan setelah orang tua saya meninggal dan utang piutang

sudah selesai, abang saya mengadakan musyawarah bersama adik adiknya untuk memberi

tahu bahwa orang tua sebelum meninggal sudah memberikan harta waris sesuai bagian

masing masing melalui surat wasiat yang berikan kepada abang saya, dan semua sepakat

dengan apa yang dituliskan didalam surat wasiat walaupun tidak sesuai harapan masing

masing anak.

Apa yang mempengaruhi keluarga bapak melakukan praktik wasiat dalam pembagian

harta waris? Saya tidak tau apa yang mempengaruhi orang tua saya melaukan praktik

seperti itu, yang saya tau setelah orang tua meninggal abang saya bilang ada wasiat yang

diberikan melaluinya, dan kami sepakat mengikuti wasiat dari orang tua kami.

Page 79: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Apa akibat yang akan timbul jika tidak mempraktekan hibah dan wasiat dalam pembagian

waris di keluarga? Ya berantem karna pasti ada yang serakah dan ada yang gak mau kalah.

Apakah bapak tau sejarahnya mengapa masyarakat lebih mengutamakan hibah dan wasiat

dari pada pembagian waris? ya memang dari dulu cara itu dipakai oleh orang tua kami.

M.Damin

Waris adalah setelah orang tua meninggal harta orang tua baru di bagikan sesuai ketentuan

islam

Wasiat adalah adalah amanah yang disampaikan kepada seseorang yang berlaku sesuai

kesepakatan pada saat mengucapkan amanah

Hibah adalah orang tua masih hidup dan hartanya sudah dibagikan kepada anak anaknya

tapi belom boleh di suratin, dan belom boleh dikuasai sebelum orang tua itu meninggal

Praktek pembagian harta waris di keluarga? Memakai hibah, karna orang tua saya dulu

sudah sakit sakitan, anak anaknya dikumpulkan dan memberi tau harta orang tua berapa

dan dimana saja dan langsung dimusyawarahkan dengan seluruh keluarga dengan mencari

kesamaan dan keikhlasan jumlah harta sesuai bagiannya masing masing.

Apa yang mempengaruhi keluarga bapak melakukan praktik hibah dalam pembagian harta

waris? Karena anak orang tua saya banyak, dari pada bertengkar dikemudian hari, lebih

baik dikasih tau bagian-bagiannya, jaga jaga supaya tidak terjadi saling iri satu sama lain

Apa akibat yang akan timbul jika tidak mempraktekan hibah dan wasiat dalam pembagian

waris di keluarga? Ya pasti berantem, karna dipembagian pasti ada yang tidak menerima

Apakah bapak tau sejarahnya mengapa masyarakat lebih mengutamakan hibah dan wasiat

dari pada pembagian waris? sejarahnya ya memang ada dari orang tua dulu

Khusairi

Waris adalah adalah pembagian harta yang ditinggalkan orang tua setelah orang tua

meninggal

Wasiat adalah pesan atau amanah yang diberikan orang tua dan harus dilakukan setelah

orang tua meninggal.

Hibah adalah pemberian hadiah sesuatu keseseorang atau lembaga.

Page 80: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Praktek pembagian harta waris di keluarga? Keluarga saya memakai cara wasiat secara

lisan ke abang saya yang paling tua, tapi setelah saya itung bagian saya bukan 2 banding 1

tapi 3 banding 1. Setelah itu saya musyawarah, kakak-kakak saya nerima dengan

pemberian wasiat yang sudah di buat oleh orang tua.

Apa yang mempengaruhi keluarga bapak melakukan praktik wasiat dalam pembagian

harta waris? ya karena menghormati isi wasiat dari orang tua, dan yang saya tau tanah

orang tua saya itu banyak, makanya orang tua saya memberi wasiat melalu anak tertua

yang dipercayai bisa memberikan teladan kepada adik-adiknya dalam hal wasiat tersebut.

Apa akibat yang akan timbul jika tidak mempraktekan hibah dan wasiat dalam pembagian

waris di keluarga? Sesuai keegoisan masing masing anak, kalo ada satu yang serakah ya

pasti bakal ada pertengkaran.

Apakah bapak tau sejarahnya mengapa masyarakat lebih mengutamakan hibah dan wasiat

dari pada pembagian waris? kurang tau sih, tapi kayanya memang dari dulu, soalnya ya

praktik seperti ini memang sudah dilakuin dari jaman dulu.

Amrulloh

Waris adalah harta yang dibagiakan setelah orang tua meninggal

Wasiat adalah pesan yang diberikan kepada seseorang yang harus dilakukan

Hibah adalah pemberian secara cuma cuma yang diberikan kepada seseorang ataupun

lembaga.

Praktek pembagian harta waris di keluarga? Memakai praktik hibah ketika orang tua sudah

tua dan mulai sakit sakitan. Bapak saya memberikan hak kepada anak anaknya untuk

menentukan bagiannya masing masing karna bapak saya tidak mau terjadi keributan.

Setelah 1 tahun ayah saya meninggal kakak saya meninggal, kakak saya memberikan

tanggung jawab harta hibah yang sudah diberikan oleh orang tua saya ke kakak saya

kepada saya dan sampai saat ini saya bingung kakak-kakak saya sudah meninggal, yang

pertama mempunyai ahli waris, tapi kakak saya sebelum meninggal memberikan amanah

kepada saya untuk mengelolah harta kakak saya, sayapun tetap memberikan nafkah ke

anak kakak saya, dan satu lagi kakak saya tidak mempunyai ahli waris, dan sebelum kakak

saya meninggal tidak meninggalkan pesan apapun.

Page 81: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Apa yang mempengaruhi keluarga bapak melakukan praktik hibah dalam pembagian harta

waris? Karena ayah saya mempunyai kontrakan banyak, dari pada nantinya berebut

bagiaanya, orang tua mengambil langkah hibah.

Apa akibat yang akan timbul jika tidak mempraktekan hibah dan wasiat dalam pembagian

waris di keluarga? Pertengkaran anak anaknya, bahkan bisa sampai turun menurun.

Apakah bapak tau sejarahnya mengapa masyarakat lebih mengutamakan hibah dan wasiat

dari pada pembagian waris? ya memang sudah turun menurun dari orang tua orang tua

dulu tapi yang mempunyai harta banyak.

Page 82: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan

Dokumentasi Foto-Foto Dengan Narasumber

Page 83: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan
Page 84: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan
Page 85: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan
Page 86: HIBAH DAN WASIAT DALAM PEMBAGIAN WARIS (Studi Kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47990... · 2019-10-31 · pembagian warisan dilakukan dengan mempraktikan