PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT...

106
PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT WAJIBAH DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT DALAM PERSFEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM (Analisis Penetapan Nomor.86/Pdt.p/2012/PA.JB) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy) Oleh: NENENG KHOSYATILLAH NIM.1110044100070 K O S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436 H / 2015 M

Transcript of PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT...

Page 1: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT

WAJIBAH DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT DALAM

PERSFEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM

(Analisis Penetapan Nomor.86/Pdt.p/2012/PA.JB)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh:

NENENG KHOSYATILLAH

NIM.1110044100070

K O S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H / 2015 M

Page 2: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT

WAJIBAH DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT DALAM

PERSFEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM

(Analisis Penetapan Nomor.86/Pdt.p/2012/PA.JB)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh:

NENENG KHOSYATILLAH

NIM.1110044100070

Di Bawah Bimbingan:

Dr. Isnawati Rais, MA

NIP: 195710271985032001

K O S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435 H / 2014 M

Page 3: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 4: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 5: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

vi

ABSTRAK

Neneng Khosyatillah. NIM: 1110044100070. Penetapan Bagian Warisan

Bagi Non Muslim Dengan Wasiat Wajibah di Pengadilan Agama Jakarta Barat

Dalam Persfektif Kompilasi Hukum Islam (Analisis Penetapan Nomor.

86/Pdt.p/2012/PA.JB). Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi Hukum

Keluarga (Ahwal al-Syakhshiyyah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435H/2014M. X+ 78 halaman + 30

halaman lampiran.

Skripsi ini menyimpulkan bahwa: Pertama, Berdasarkan pertimbangan

perkara No. 86/Pdt.P/2012/PA.JB hakim menetapkan perkara warisan Non-Muslim

secara tekstual berdasarkan KHI Pasal 209 dan Hadis. Majelis hakim Pengadilan

Agama Jakarta Barat memberikan penetapan kepada anak non-Muslim dengan jalan

wasiat wajibah. Kedua, Dasar pembagian wasiat wajibah menurut Kompilasi Hukum

Islam, menetapkan bahwa antara anak angkat dan orang tua angkat terbina hubungan

saling berwasiat. Dalam Pasal 209 ayat (1) dan ayat (2) berbunyi: (1). Harta

peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai dengan 193 tersebut di

atas, sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak menerima wasiat wajibah diberi

wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkatnya. (2)

Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-

banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya. Ketiga, Pandangan hukum

Islam terhadap penetapan No. 86/Pdt.p/2012/PA.JB bahwa ahli waris non-Muslim

tidak mendapatkan bagian ahli waris dari pewaris karena terhalang perbedaan agama,

maka sesuai ketentuan pasal 174 Kompilasi Hukum Islam dan Al-Qur’an surah An-

Nisa ayat 11, pengadilan berpendapat bahwa ahli waris almarhum pewaris yang sah

menurut hukum hanyalah seorang istri dan 5 orang anak kandungnya. Maka dari itu

hakim tidak menjadikan anak non-Muslim sebagai ahli waris, akan tetapi hakim

memutuskan anak non-Muslim tersebut berhak menerima bagian dari harta warisan

dengan jalan wasiat wajibah yang ketentuan diatur di dalam Pasal 209 KHI.

Kata Kunci : Hukum Warisan, Wasiat Wajibah, Kewarisan Non Muslim.

Pembimbing : Dr. Isnawati Rais, MA.

Daftar Pustaka : Tahun 1973 s.d Tahun 2014.

Page 6: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan kita

Nabi besar Muhammad saw beserta kerabat dan para sahabatnya.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Almarhum H. Rain dan

Ibunda Hj. Iyum Yati yang selalu memberikan dukungan baik materil ataupun moril

serta bimbingan, kasih sayang, dan do’a tanpa kenal lelah dan bosan. Somoga Allah

senantiasa membalas kasih sayang tulus mereka serta memberikan kesehatan, panjang

umur dan senantiasa memberikan perlindungan kepada mereka.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis

temukan. Namun, syukur Alhamdulillah atas rahmat, inayah dan izin-Nya, serta

kesungguhan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung segala kesulitan dan hambatan yang penulis rasakan dapat

diatasi dengan baik, sehingga pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Maka dari itu, sudah sepantasnya pada kesempatan kali ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. H. J.M. Muslimin, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

viii

2. Bapak Kamarusdiana, S.Ag, MH dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag. selaku Ketua

Program Studi dan Sekretaris Program studi Hukum Keluarga Islam Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Isnawati Rais, MA. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran selama membimbing penulis.

4. Penguji I Bapak Prof. Dr. H. M Atho Mudhar dan Penguji II Ibu Hj. Hotnida

Nasution MA selaku dosen penguji munaqosah terimakasih banyak atas tambahan

ilmunya yang telah merevisi dan memberikan nilai yang memuaskan kepada

penulis, terimakasih banyak atas semuanya.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada lingkungan Program Studi

Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya

kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

6. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum dan Perpustakaan Utama yang telah membantu penulis dalam pengadaan

referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

7. Kepada kakak-kakak dan adik-adikku yang senantiasa ada dan berupaya

membantuku dalam menempuh kuliah baik berupa semangat, canda tawa, serta

waktu. Terima kasih untuk selalu memberikan semangat dan membantu penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis : Rifki Abdurrahman, NengUzma, Sainah,

Inayah Maily, Khoirunnisa, Arinie, Rena Soraya, Aulia, Fauzan, Fajrul, Zidni,

Page 8: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

ix

Fadhilatunisa, Irfan, dan semua teman-teman Peradilan Agama Angkatan 2010

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memeberikan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang

berlipat ganda. Sungguh, hanya Allah SWT yang dapat membalas ketulusan,

kebaikan dan kasih sayang yang telah mereka berikan kepada penulis dengan balasan

yang setimpal.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun senantiasa penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Ciputat, 5 Januari 2015

Penulis

Page 9: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... v

ABSTRAK .............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ............................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7

D. Metode Penelitian.......................................................................... 8

E. Review Studi Terdahulu ................................................................ 11

F. Sistematika Penulisan ................................................................... 12

BAB II TEORI MENGENAI WARISAN DAN WASIAT WAJIBAH ...... ..14

A. Pengertian dan Dasar Hukum Warisan ......................................... 14

B. Rukun, Syarat dan Penghalang Mewarisi ..................................... ..20

C. Pengertian Wasiat dan Dasar Hukum Wasiat ............................... 28

D. Wasiat Wajibah menurut Fiqih dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

....................................................................................................... 33

Page 10: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

xi

BAB III PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT .............. . 45

A. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Jakarta Barat ........................ 45

B. Visi Dan Misa ............................................................................... 48

C. Struktur Organisasi ....................................................................... 49

D. Letak Geografis ............................................................................. 51

E. Laporan Tahunan Perkara 2012 dan 2013 .................................... 52

BAB IV ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA ........................... 54

A. Duduk Perkara Dan Pihak Yang Terlibat...................................... 54

B. Pertimbangan Dan Putusan Majelis Hakim.... .............................. 61

C. Tinjauan Kompilasi Hukum Islam Terhadap Penetapan Nomor.

86/Pdt.p/2012/PA.JB ..................................................................... 67

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 73

A. Kesimpulan ................................................................................... 73

B. Saran .............................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Surat Mohon Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi

2. Surat Keterangan Permohonan Data/Wawancara

3. Surat Jawaban Pengadilan Agama Jakarta Barat

4. Salinan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat No. 86/Pdt.p/2012/PA.JB

5. Hasil Wawancara Skripsi

Page 11: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah telah menetapkan aturan main bagi kehidupan manusia di atas dunia

ini. Aturan ini dituangkan dalam bentuk titah atau kehendak Allah tentang perbuatan

yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia. Aturan Allah tentang tingkah

laku manusia secara sederhana adalah syariah atau hukum syara’ yang sekarang ini

disebut hukum Islam.

Di antara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia yang ditetapkan

Allah adalah aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan pemilikan yang timbul

sebagai akibat dari suatu kematian. Harta yang ditinggalkan oleh seseorang yang

telah meninggal memerlukan pengaturan tentang siapa yang berhak menerimanya,

berapa jumlahnya dan bagaimana cara mendapatkannya.1

Pada dasarnya semua harta adalah milik Allah SWT. Manusia diberi harta dan

hak seluas-luasnya atas harta itu sebagai suatu titipan dan sekaligus ujian untuk

digunakan dijalan Allah SWT. Jika harta tersebut digunakan di jalan Allah, maka

Allah akan memberikan pahala yang berlipat-lipat, pahala itulah yang sebelumnya

1 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenada Media, cet. 1 2004), h.3.

Page 12: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

2

harus dicari. Sementara harta hanyalah sebatas sarana atau alat untuk mendapatkan

pahala tersebut.2

Hukum waris menduduki tempat amat penting dalam hukum Islam. Ayat-ayat

Al-Quran mengatur waris dengan jelas dan terperinci. Hal ini dapat dimengerti sebab

masalah warisan pasti dialami oleh setiap orang.3

Aturan tentang waris tersebut ditetapkan oleh Allah melalui Firman-Nya yang

terdapat dalam Al-Quran Surah An-Nisa ayat:7

Artinya: “Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan

karib kerabat; dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta

peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut

bagian yang telah ditetapkan”.

Sebab-sebab kewarisan itu meliputi: pertama, adanya hubungan kekerabatan

atau nasab, seperti ayah, ibu, anak, cucu, saudara-saudara kandung, seayah, seibu, dan

sebagainya. Kedua, adanya hubungan perkawinan yaitu suami istri, meskipun belum

pernah berkumpul, atau telah bercerai, tetapi dalam masa iddah talak raj’i. Ketiga,

adanya hubungan wala’ yaitu hubungan antara bekas budak dengan orang yang

merdekakannya, apabila bekas budak itu tidak mempunyai ahli waris yang berhak

menghabiskan seluruh harta warisan. Dan yang keempat, hubungan sesama Islam,

yaitu baitu mal yang menampung harta warisan orang yang tidak meninggalkan ahli

2 Otje Salman dan Mustafa Haffas, Hukum Waris Islam, (Bandung: PT Rafika Aditama,

2006), h. 18.

3 Al-Utsmain dan Syaikh Muhammad bin Shalih, Panduan Praktis Hukum Waris Menurut Al-

Quran dan As-Sunnah Yang Shahi, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), h.2.

Page 13: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

3

waris sama sekali dengan sebab-sebab tersebut sebelumnya. Dengan demikian, harta

orang Islam yang tidak mempunyai ahli waris itu diwarisi oleh umat Islam.4

Adapun penghalang mewarisi ialah tindakan atau hal-hal yang dapat

menggugurkan hak seseorang untuk mewarisi beserta adanya sebab-sebab dan syarat-

syarat mewarisi. Penghalang-penghalang kewarisan tersebut meliputi:

Pertama, Perbudakan. Para ulama klasik sepakat bahwa budak tidak berhak

waris karena dianggap tidak cakap mengurusi harta miliknya. Segala sesuatu yang

dimiliki budak secara langsung menjadi milik tuannya, hal ini didasarkan pada nash

Al-Quran dalam Surah An-Nahl ayat: 75.Kedua, Pembunuhan. Para fukaha klasik

sepakat bahwa pembunuhan menjadi penghalang mewarisi bagi si pembunuh

terhadap harta peninggalan orang yang telah dibunuhnya. Hal ini didasarkan pada

sabda Nabi yang mengatakan: “Tidak sesuatu pun bagi pembunuh hak dari

warisan”.Ketiga, Perbedaan Agama. Ketentuan penghalang ketiga ini didasarkan pada

Hadis Nabi yang mengatakan: “Tidak mewarisi seorang muslim terhadap orang kafir,

dan tidak mewarisi orang kafir terhadap orang muslim”.5

Terkait berbeda agama yang dimaksud bagi non Muslim terlarang mewarisi

harta orang Islam, sebaliknya mereka berbeda pendapat tentang boleh tidaknya orang

Islam mewarisi kepada orang non Islam. Jika pada kasus pertama menunjuk

kemungkinan terjadinya murtadnya seorang muslim dari agama Islam berarti

4 Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan Hukum

Positif di Indonesia, cet. II,(Jakarta: Sinar Grafindo, 2011), h. 74-75.

5 Habiburrahman, Rekontruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2011, h.19

Page 14: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

4

terhadap ayah saudara dan anaknya yang beragama Islam ia tidak ada lagi hak

mewarisinya, maka pada kasus kedua boleh jadi dalam keluarga seorang yang bukan

Islam seperti seorang anak laki-lakinya masuk Islam maka bagi kelompok sunni

hubungan kewarisan tetap menjadi terputus dan sebaliknya bagi kelompok Syiah

Imamiyah berpendapat bahwa ia tetap berhak untuk mewarisi orang tuanya yang kafir

(tanpa berhak untuk diwarisi oleh orang kafir).6

Pada dasarnya ketentuan Allah yang berkenaan dengan warisan telah jelas

maksud, arah dan tujuannya. Hal-hal yang memerlukan penjelasan, baik yang sifatnya

menegaskan ataupun merinci, telah disampaikan oleh Rasulullah saw. Melalui

hadisnya. Namun demikian penerapannya masih menimbulkan wacana pemikiran dan

pembahasan di kalangan para pakar hukum Islam yang kemudian dirumuskan dalam

ajaran yang bersifat normatif. Aturan tersebut yang kemudian diabadikan dalam

lembaran kitab fiqih serta menjadi pedoman bagi umat muslim dalam menyelesaikan

permasalahan yang berkenaan dengan kewarisan.7

Para ahli hukum Islam (jumhur ulama) sepakat bahwa orang non Islam (kafir)

tidak dapat mewarisi harta orang Islam lantaran status orang non muslim (kafir) lebih

rendah. Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 141:

Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang

kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman”.

6 A. sukri Sarmadi, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif, cet. I, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 1997), h. 29.

7Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 5.

Page 15: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

5

Dari teori-teori yang telah penulis sampaikan, penulis melihat praktik di

Pengadilan Agama Jakarta Barat yang memutuskan pembagian harta warisan kepada

pewaris non Muslim dengan jalan wasiat wajibah yang besarnya maksimal sepertiga

bagian tetapi tidak boleh lebih besar dari bagian ahli waris yang sederajat.

Berdasarkan pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam perkara No.

86/Pdt.P/2012/PA.JB, setelah dilakukan proses persidangan dan para pemohon hadir

serta telah mengajukan bukti-bukti dan keterangan para saksi yang dinyatakan sah

oleh Majelis Hakim sesuai dengan pasal 165 HIR, bukti-bukti serta keterangan para

saksi dari para pemohon tersebut telah menerangkan secara jelas dan saling berkaitan

satu sama lain dan juga berdasarkan pengakuan dari para pemohon itu sendiri yang

menerangkan bahwa ada salah satu ahli waris yang bernama Pemohon I terbukti

bukan beragama Islam akan tetapi beragama Katolik sampai waktu pewaris

meninggal dunia.

Dalam penetapannya, perkara No. 86/Pdt.P/2012/PA.JB tidak memberikan

bagian waris kepada saudara atau ahli waris yang berbeda agama melalui Kewarisan

Islam dengan alasan yang jelas sesuai dengan hadits Nabi Muhammad saw. yaitu:

ال يرث المسلم الكافر وال الكافر المسلم.

Artinya:“Tidaklah seorang muslim mewarisi seorang non muslim (kafir) dan

tidak pula seorang non muslim (kafir) mewarisi seorang muslim.”

Dan juga di dalam ketentuan Kompilasi Hukum Islam pasal 171 huruf (c)

yang menyatakan bahwa ahli waris adalah “Orang yang pada saat meninggal dunia

mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama

Page 16: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

6

Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.”8 Ketentuan

keberagamaan seseorang dapat ditentukan lewat identitasnya, hal ini jelas dalam pasal

172 yang berbunyi “Ahli waris dilihat beragama Islam apabila diketahui dari Kartu

Identitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan bayi yang baru lahir

atau anak yang belum dewasa, beragama menurut ayahnya atau lingkungannya.”9

Penulis tertarik melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi

yang berjudul: Penetapan Bagian Warisan Bagi Anak Non Muslim Dengan

Wasiat Wajibah di Pengadilan Agama Jakarta Barat Dalam Persfektif

Kompilasi Hukum Islam (Analisis Penetapan Nomor. 86/Pdt.p/2012/PA.JB).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas dan menimbulkan

interprestasi yang berbeda dari tujuan penulisan skripsi, maka penulis membatasi

masalah berkenaan dengan wasiat wajibah kepada ahli waris yang berbeda agama

dalam analisis penetapan bagian warisan bagi anak non muslim denganwasiat

wajibah dalam penetapan perkara No. 86/Pdt.p/2012/PA.JB.

2. Perumusan Masalah

Menurut peraturan yang berlaku di dalam Al-Quran, Hadis, maupun

Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa pembagian wasiat wajibah kepada ahli waris

8Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan &

Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara, 2007), h.290

9Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan &

Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara, 2007), h.290

Page 17: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

7

yang berbeda agama tidak dapat diberikan. Dasar hukum berbeda agama sebagai

pengahalang saling mewarisi dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 141:

“Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang

kafir untuk menguasai orang-orang yang beriman”.

Sedangkan kenyataan yang ada di lapangan wasiat wajibah dapat diberikan

kepada ahli waris yang berbeda agama seperti yang diputuskan Pengadilan Agama

Jakarta Barat dalam penetapan perkara No. 86/ Pdt.p/2012/ PA.JB.

Rumusan masalah di atas, penulis merinci dalam beberapa pertanyaan sebagai

berikut:

a. Apa dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat

dalam memutuskan Perkara Nomor. 86/Pdt.p/2012/PA.JB?

b. Apa dasar pembagian wasiat wajibah menurut Kompilasi Hukum

Islam?

c. Bagaimana pandangan hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam

terhadap penetapan Nomor. 86/Pdt.p/2012/PA.JB?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Agama

Jakarta Barat dalam memutuskan Perkara No. 86/Pdt.p/2012/PA.JB.

b. Untuk mengetahui dasar pembagian wasiat wajibah menurut

Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Page 18: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

8

c. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan Kompilasi Hukum

Islam terhadap penetapan Nomor. 86/Pdt.p/2012/PA.JB.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, hasil studi ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Memperluas pengetahuan hukum, khususnya hukum keperdataan

Islam dibidang kewarisan. Khususnya kewarisan anak non muslim

menurut hukum Islam.

b. Pengembangan wawasan hukum tentang pengetahuan hukum

khususnya perkara-perkara yang menyangkut permaslahan perkara

waris agar menyikapinya secara lebih objektif dengan mengadakan

sosialisasi terhadap masyarakat selalu pelaksana hukum.

c. Dengan adanya penelitian ini akan diperoleh informasi mengenai

penyelesaian kasus tentang pembagian harta waris yang non muslim.

D. Metode Penelitian

Dalam menyususn penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan beberapa

metode, yaitu:

1. Pendekatan Masalah

Penelitian ini merupakan penggabungan dari penelitian pendekatan normative

dan penelitian empiris. Penelitian normative dilakukan dengan cara mempelajari data

sekunder berupa buku-buku dan Kompilasi Hukum Islam yang berkaitan dengan

Page 19: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

9

masalah yang dibahas.10

Sedangkan penelitian empiris dilakukan dengan menganalisa

putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat.

2. Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder, yaitu:

a. Data Primer, yaitu data yang bersifat utama dan penting yang

memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi berkaitan

dengan penelitian, yaitu:

1) Salinan putusan atau berkas perkara gugat waris Pengadilan

Agama Jakarta Barat Nomor Perkara 86/Pdt.P/2012/PA.JB.

2) Informasi dari hakim dan atau panitera yang menangani perkara

gugat waris perkara Pengadilan Agama Jakarta Barat Nomor

Perkara 86/Pdt.P/2012/PA.JB.

Kemudian data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan

menghubungkan dengan masalah yang dikaji.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengadakan studi

pustaka atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan.

Dokumen yang dimaksud adalah Al-Quran, Al-Hadis, Undang-undang, Kompilasi

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta:PT RajawaliPers, 1995), h. 13-14.

Page 20: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

10

Hukum Islam dan Peraturan-peraturan lainnya, buku-buku karangan ilmiah serta

buku-buku lainnya yang berkaitan dengan masalah ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

a. Menganalisis Putusan pengadilan Agama Jakarta Barat Nomor Perkara

86/Pdt.P/2012/PA.JB.

b. Interview atau wawancara dengan mengumpulkan data dari responden

yang dipilih yaitu Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat yang

menangani masalah ini.

4. Teknik Analisa Data

Bahan yang telah diperolah lalu diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa

sehingga agar menjadi sistematis dalam menjawab permasalahan yang telah

dirumuskan. Data-data yang ada dianalisis sehingga dapat membantu sebagai dasar

acuan dan pertimbangan hukum yang berguna dalam pengambilan keputusan

penetapan konsep pembagian waris anak non muslim di Pengadilan Agama Jakarta

Barat.11

Metode penelitian ini juga bersumber dari buku pedoman penulisan

skripsiyang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2012.

11

Burhan Bungi, Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi Ke Arah Ragam

Varian Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), h.36.

Page 21: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

11

E. Review Studi Terdahulu

Beberapa penelitian yang penulis temukan yang membahas tentang kajian

yang terkait dengan penelitian ini antara lain adalah:

1. Penulis yang bernama Hilma Yuniasti tahun 2012, dengan judul

skripsi “Pembagian wasiat wajibah kepada ahli waris yang berbeda

agama (Studi analisis putusan Pengadilan Agama perkara Nomor.

339/Pdt.G/2000/PA.JB)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

dasar pertimbangan hakim dalam putusan Nomor

339/Pdt.G/2000/PA.JB serta untuk mengetahui pembagian wasiat

wajibah kepada ahli waris beda agama. Perbedaan dengan penulis

bahas adalah tidak membahas masalah pembagian wasiat wajibah bagi

ahli waris non muslim penulis hanya membahas status ahli waris anak

non muslim menurut pengadilan agama Jakarta Barat No.

86/Pdt.p/2012/PA.JB.

2. Penulis yang bernama Ahya Burhani tahun 2012, dengan judul skripsi

“Status ahli waris non muslim dalam pembagian waris (Analisis

komprarasi penetapan Nomor. 42/P3HP/2007/PA.JS dengan Nomor.

165/Pdt.p/2009/PA.JS)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

dasar pertimbangan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam

menetapkan perkara komprarasi no. 42/P3HP/2007/PA.JS dengan No.

165/Pdt.p/2009/PA.JS) serta bagaimana status ahli waris non muslim

dalam pembagian harta waris. Perbedaan dengan yang penulis bahas

Page 22: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

12

penulis tidak menggunakan analisa komprarasi tetapi penulis hanya

menganalisa dari satu putusan yaitu penetapan pengadilan agama

Jakarta Barat No. 86/Pdt.p/2012/PA.JB.

3. Penulis yang bernama Syarifuddin tahun 2010, dengan judul skripsi

“Praktik pembagian waris beda agama di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan (analisis penetapan perkara No. P3HP/2007/PA.JS).penelitian

ini menganalisa tentang dasar pertimbangan waris beda agama, faktor-

faktor, serta pertimbangan hakim dalam penetapan perkara No.

P3HP/2007/PA.JS). perbedaan dengan penulis adalah tidak membahas

secara meluas tentang penetapan ahli waris beda agama akan tetapi

penulis hanya terbatas pada penetapan ahli waris anak non muslim.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai pertimbangan dalam mempermudah penulisan skripsi saya ini,

penulis menyusun melalui sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab,

dimana pada setiap babnya dibagi atas sub-sub bab, dengan penjelasan yang terinci,

agar memudahkan pembaca.

Berdasarkan pada materi skripsi yang penulis bahas, secara sistematis

penyusun skripsi ini terbagi sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, studi riview dan

sistematika penulisan.

Page 23: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

13

Bab II: Tinjauan teori mengenai warisan anak non muslim, berisikan

pengertian dan dasar hukum warisan, rukun dan syarat waris, pengertian wasiat dan

dasar hukum wasiat dan wasiat wajibah menurut fiqih dan Kompilasi Hukum Islam

(KHI).

Bab III: Berisikan mengenai pemaparan profil Pengadilan Agama Jakarta

Barat yaitu sejarah singkat Pengadilan Agama Jakarata Barat, visi dan misi, letak

geografis, struktuk organisasi, dan laporan tahunan perkara.

Bab IV: Berisikan mengenai analisis putusan Pengadilan Agama yaitu duduk

perkara dan pihak yang terlibat, pertimbangan dan putusan majelis hakim, dan

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Nomor. 86/Pdt.p/2012/PA.JB.

BabV: Penutup, berisikan kesimpulan dan saran-saran.

Page 24: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

14

BAB II

TINJAUAN TEORI MENGENAI WARISAN NON MUSLIM

A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM WARISAN

1. Pengertian Warisan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia warisan adalah sesuatu yang

diwariskan, seperti harta, nama baik, harta pustaka, mendapatkan yang tidak

sedikit jumlahnya.1

Menurut istilah warisan adalah harta diambil dari kata at-tirkah, yaitu

harta yang ditinggalkan mayit secara mutlak. Ibni Hazm menetapkan ini dan

berkata, “Sesungguhnya Allah mewajibkan warisan terkait harta yang

ditinggalkan manusia setelah dia mati, bukan terkait sesuatu yang bukan harta.

Adapun dengan hak-hak, maka tidak ada yang diwariskan kecuali yang

berkaitan dengan harta atau termasuk dalam makna harta. Seperti hak

kebersamaan, pengembangan, dan hak tinggal di tanah yang dimonopoli

untuk bangunan dan penanaman. Ini menurut Madzhab Maliki, Madzhab

Syafi‟i dan Madzhab Hambali mencakup seluruh harta dan hak yang

ditinggalkan oleh mayit, baik hak-hak itu berkaitan dengan harta maupun

yang tidak berkaitan dengan harta.2

1 Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,

2008), ed.IV, h. 1557.

2 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 5, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), cet-1, h.

605.

Page 25: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

15

Dalam rangka memahami kaidah-kaidah serta seluk beluk hukum

waris, hampir tidak dapat dihindarkan untuk terlebih dahulu memahami

beberapa istilah yang lazim dijumpai dan dikenal. Istilah-istilah dimaksud

tentu saja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengertian hukum

waris itu sendiri. Beberapa istilah tersebut beserta pengertiannya seperti dapat

disimak berikut ini:

a. Waris berarti orang yang berhak menerima pusaka (peninggalan) orang

yang telah meninggal.

b. Warisan berarti harta peninggalan, pusaka, dan surat wasiat.

c. Pewaris adalah orang yang memberi pusaka, yakni orang yang meninggal

dunia dan meninggalkan sejumlah harta kekayaan, pusaka, maupun surat

wasiat.

d. Ahli waris yaitu sekalian orang yang menjadi waris, berarti orang-orang

yang berhak menerima harta peninggalan pewaris.

e. Mewarisi yaitu mendapat harta pusaka, biasanya segenap ahli waris adalah

mewarisi harta peninggalan pewarisnya.3

f. Proses pewarisan istilah proses pewarisan mempunyai dua pengertian atau

dua makna, yaitu:

1) Berarti penerusan atau penunjukan para waris ketika pewaris masih

hidup;

3Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,

2008), ed.IV, h. 1556-1557.

Page 26: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

16

2) Berarti pembagian harta warisan setelah pewaris meninggal.

Dalam rumusan Kompilasi Hukum Islam Pasal 171 huruf a tentang

hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak

kepemilikan harta peninggalan (Tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa

yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing. Dan

tentang ahli waris Pasal 171 huruf c adalah orang yang pada saat meninggal

dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris

beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum menjadi ahli waris.4

2. Sumber Hukum Warisan

Dasar dan sumber utama dari hukum Islam, sebagai hukum agama

Islam adalah nash atau teks yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Nabi. Ayat-ayat Al-Qur‟an dan As-Sunnah Nabi yang secara langsung

mengatur kewarisan itu adalah sebagai berikut:5

a. Al-Qur‟an, merupakan sebagian besar sumber hukum waris yang banyak

menjelaskan ketentuan-ketentuan tiap-tiap ahli waris, seperti tercantum

dalam surat An-Nisa ayat 11, 12, dan 176:

1) Surah An-Nisa ayat 11:

4Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (

Jakarta: Direktorat PembinaanPeradilan Agama, 2002), h. 81.

5 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 7.

Page 27: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

17

Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka

untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama

dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu

semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga

dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja,

Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa,

bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika

yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak

mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka

ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai

beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-

pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat

atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan

anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang

lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari

Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

(QS. An-Nisa : 11).

2) Surah An-Nisa ayat 12:

Page 28: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

18

Artinya: Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang

ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak.

jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat

seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat

yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri

memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak

mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri

memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah

dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-

hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan

yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi

mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang

saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari

kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara

seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang

sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau

sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada

ahli waris). (QS. An-Nisa : 12).

3) Surat An-Nisa ayat 176:

Artinya: Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah).

Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu):

jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan

mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang

perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan

saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara

perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara

perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta

Page 29: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

19

yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris

itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian

seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara

perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu

tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nisa

: 176).

Pada ayat di atas, Allah Swt, menyebutkan bagian warisan untuk

saudara laki-laki dan saudara perempuan yang tidak seibu, di mana keadaan

mereka terbagi menjadi tiga: pertama, bersama-sama tanpa ketentuan bagian

yang tetap. Kedua, jika yang mewarisi perempuan dan dia sendirian, dia

akan mendapatkan ½ (seperdua). Sedangkan bila ahli waris itu dua orang

anak perempuan atau lebih, bagian mereka adalah 2/3 (dua pertiga). Ketiga,

jika yang mewarisi harta peninggalan adalah anak laki-laki dan perempuan,

mereka dapat mewarisi dengan ketetapan anak laki-laki mendapat dua kali

lipat bagian anak perempuan.6

b. Sunnah Nabi

Hadis Nabi Muhammad SAW. Yang secara langsung mengatur

kewarisan adalah sebagai berikut:

1. Hadis Nabi dari Abdullah Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari:

6 Aldizar Addys dan Fathurrahman, Hukum Waris, (Jakarta: Senayan Abadi

Publishing, 2004), cet. 1, h. 18.

7 Al-Bukhori, Shahih Bukhariy, Juz. IV, (Cairo: Daar wa Mathba‟ Asy-Sya‟biy. t.t.),

h. 181.

Page 30: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

20

Artinya: “Berikanlah faraidh (bagian yang ditentukan) itu kepada

yang berhak dan selebihnya berikanlah kepada laki-laki dari

keturunan laki-laki yang terdekat”. (Riwayat Bukhori).

B. RUKUN, SYARAT DAN PENGHALANG MEWARISI

1. Rukun Waris

Rukun menurut bahasa, sesuatu dianggap rukun apabila posisinya kuat

dan dijadikan sandaran, seperti ucapan: “saya berukun kepada Umar”.

Maksudnya adalah “saya bersandar pada pendapat Umar”.

Menurut istilah, rukun adalah keberadaan sesuatu yang menjadi bagian

atas keberadaan sesuatu yang lain. Dengan kata lain, rukun adalah sesuatu

yang keberadaannya mampu menggambarkan sesuatu yang lain, baik sesuatu

itu hanya bagian dari sesuatu yang lain maupun yang mengkhususkan sesuatu

itu.

Dengan demikian, rukun waris adalah sesuatu yang harus ada untuk

mewujudkan bagian harta waris di mana bagian harta waris tidak akan

ditemukan bila tidak ada rukun-rukunnya. Rukun-rukun untuk mewarisi ada 3

(tiga):8

1. Al-Muwarrits (الموّرث(, yaitu orang yang meninggal dunia atau mati, baik

mati hakiki maupun mati hukmiy suatu kematian yang dinyatakan oleh

keputusan hakim atas dasar beberapa sebab, kendati sebenarnya ia belum

mati, yang meninggalkan harta atau hak.

8 Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Mesir, Ahkamul-Muwaarits fil

Fiqhil-Islami, (Mesir: Maktabah ar-Risalah ad-Dauliyyah, 2001), h. 27-28.

Page 31: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

21

2. Al-Wa`rits (الوارث), adalah orang yang akan mewarisi harta peninggalan si

Muwarrits lantaran mempunyai sebab-sebab untuk mewarisi. Pengertian

ahli waris di sini adalah orang yang mendapat harta waris, karena memang

haknya dari lingkungan keluarga pewaris. Namun, tidak semua keluarga

dari pewaris dinamakan ahli waris. Demikian pula orang yang berhak

menerima harta warisan mungkin saja di luar ahli waris.

Dalam Al-Qur‟an surah An-Nisa ayat 8 Allah berfirman:

Artinya: “dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim

dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan

ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik”.(QS. An-Nisa: 8).

3. Al-Mauruts (الموروث), yaitu harta benda yang menjadi warisan. Sebagian

ulama faraidh menyebutkan dengan mirats atau irts. Termasuk dalam

kategori warisan adalah harta-harta atau hak-hak yang mungkin dapat

diwariskan, seperti hak qishash (perdata), hak menahan barang yang

belum dilunasi pembayarannya, dan hak menahan barang gadaian.

Itulah tiga rukun waris. Jika salah satu dari rukun tersebut tidak ada,

waris-mewarisi pun tidak bisa dilakukan. Barang siapa yang meninggal

dunia dan tidak mempunyai harta waris, maka waris-mewarisi pun tidak

bias dilakukan karena tidak terpenuhuinya rukun-rukun waris.

Page 32: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

22

2. Syarat Warisan

Lafal syuruth‟ syarat-syarat adalah jamak dari syarth „syarat‟. Menurut

bahasa, syarat berarti tanda, seperti syarth as-sa‟ah „tanda-tanda hari kiamat‟.

Allah Swt berfirman dalah surah Muhammad ayat 18:

Artinya: Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat

(yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena

Sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka Apakah faedahnya bagi

mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang?

(QS.Muhammad: 8).

Lafazh syarth juga diartikan „pasukan yang menjaga keamanan dengan

tanda‟ karena mereka mempunyai tanda yang mereka ketahui. Sedangkan

syarat menurut istilah adalah sesuatu yang karena ketiadaannya, tidak akan

ada hukum. Misalnya, thaharah „bersuci‟ adalah syarat sahnya solat. Jika tidak

bersuci sebelum melakukan solat, niscaya solatnya tidak sah. Akan tetapi,

melakukan thaharah bukan berarti ketika hendak sholat saja.9

Dengan demikian, apabila tidak ada syarat-syarat waris, berarti tidak

ada pembagian harta waris. Meskipun syarat-syarat waris terpenuhi, tidak

serta merta harta waris dapat langsung dibagikan. Contoh untuk kasus ini

adalah keberadaan ahli waris yang masih hidup merupakan salah satu syarat

untuk mewarisi harta si mayit. Jika syarat hidupnya ahli waris tidak terpenuhi,

9 Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Mesir, Ahkamul-Muwaarits fil

Fiqhil-Islami,h. 28-29.

Page 33: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

23

tentunya pembagian harta waris juga tidak bisa dilakukan. Meskipun syarat-

syarat itu telah terpenuhui, tidak serta-merta ahli waris mendapatkan harta

waris, karena ahli waris dapat terhalang oleh ahli waris yang lain untuk

mendapatkan bagian dari harta waris kendati syarat mendapatkan harta waris

telah terpenuhi. Oleh karena itu, persoalan warisan memerlukan syarat-syarat

sebagai berikut.

a. Kematian pihak yang mewariskan dengan kematian yang hakiki atau

berdasarkan penetapan hukum. Misalnya hakim menetapkan kematian

orang yang dinyatakan hilang. Ketetapan hukum ini menjadikannya

seperti orang yang benar-benar sudah mati. Atau kematiannya didasarkan

pada prediksi. Misalnya seseorang melakukan tindak pemukulan terhadap

seorang wanita hamil hingga akibatnya janinnya gugur dalam keadaan

mati. Dalam perkara ini diprediksi bahwa janin yang gugur tersebut

sempat hidup sebelum gugur meskipun belum benar-benar terwujud

setelah itu.

b. Kehidupan ahli waris setelah kematian pemberi warisan meskipun

ditetapkan secara hukum. Seperti janin yang dikandung, dia dinyatakan

hidup dalam pandangan hukum (bukan hakikatnya) tidak lain karena

dimungkinkan bahwa nyawanya masih belum ditiupkan ke dalam dirinya.

Jika kehidupan ahli waris belum diketahui setelah kematian pemberi

warisan, seperti orang yang tenggelam, terbakar, dan tertimpa reruntuhan,

maka tidak ada saling mewarisi di antara mereka jika mereka termasuk

Page 34: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

24

orang-orang yang saling mewarisi, dan harta masing-masing dari mereka

dibagikan kepada ahli warisnya yang hidup.

c. Mengetahui sebab-sebab yang mengikat ahli waris dengan si mayit,

seperti garis kekerabatan, perkawinan dan perwalian. Maksudnya, ahli

waris harus mengetahui bahwa dirinya adalah termasuk ahli waris dari

garis kerabat nasab (kerabat yang tidak memperoleh bagian tertentu, tetapi

mendapatkan sisa dari ashab Al-furudh atau mendapat seluruh

peninggalan bila tidak ada ashab Al-furudh seorang pun), atau garis

perkawinan, atau dari garis kerabat nasab dan perkawinan, atau dari garis

wala‟. Hal yang seperti itu diberlakukan karena setiap garis keturunan

memiliki hokum yang berbeda-beda.10

3. Penghalang Mewarisi

Orang yang terhalang hak pewarisannya adalah orang yang memenuhi

sebab pewarisan namun memiliki suatu status pada dirinya yang

menghilangkan keberhakan terhadap warisan darinya. Orang seperti ini

disebut mahrum (orang yang tidak mendapatkan bagian). Faktor-faktor yang

menghalangi mewarisi ada tiga:11

10 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 5, h. 607.

11 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 5, h. 608.

Page 35: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

25

a. Perbudakan (hamba sahaya)

Sebagai budak, baik statusnya sebagai budak itu penuh maupun tidak

penuh. Para ulama sepakat bahwa perbudakan merupakan suatu hal yang

menjadi penghalang mewarisi berdasarkan petunjuk umum dari nash

sharih yang menafikan kecakapan bertindak seorang hamba dalam segala

bidang, yaitu Firman Allah Swt surah An-Nahl ayat 76:

Artinya: Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang

seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan Dia menjadi beban atas

penanggungnya, ke mana saja Dia disuruh oleh penanggungnya itu, Dia

tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan

orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan Dia berada pula di atas

jalan yang lurus? (QS. An-Nahl: 76).

b. Pembunuhan

Pembunuh disengaja yang dilarang. Jika hali waris membunuh

pemberi warisan kepadanya secara zalim, maka menurut kesepakatan

ulama pembunuh itu tidak berhak mendapatkan warisan darinya. Ini

berdasarkan hadis yang diriwayatkan Nasai bahwa Rasulullah Saw

bersabda:

Artinya: “Pembunuh tidak mendapat apa-apa”.

Page 36: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

26

Kecuali pembunuhan disengaja lantaran adanya permusuhan. Para

ulama berbeda pendapat mengenai hal ini. Syafi‟i mengatakan, “Setiap

pembunuhan menghalangi warisan meskipun dilakukan oleh anak kecil

atau orang gila, dan walaupun dengan alasan yang dibenarkan, seperti

penerapan sanksi hukum atau qishash”. Mazhab Maliki mengatakan,

“Pembunuhan yang menghalangi warisan adalah pembunuhan disengaja

lantaran permusuhan, baik pembunuhan itu dilakukan secara langsung

maupun dengan perantara”. Undang-undang yang berlaku menerapkan

Mazhab Maliki ini yang tertera pada butir kelima darinya yang berbunyi:

“Di antara faktor-faktor yang menghalangi warisan adalah pembunuhan

terhadap pemberi warisan dengan disengaja, baik pembunuhan itu yang

melakukannya sendiri, sebagai salah seorang yang terlibat dalam

pembunuhan itu yang melakukannya sendiri, sebagai salah seorang yang

terlibat dalam pembunuhan, maupun sebagai saksi palsu yang secara

hukum kesaksiannya berkonsekwensi pada hukuman mati dan

pelaksanaanya, jika pembunuhan itu tidak dibenarkan tidak pula dengan

alasan tertentu. Dengan ketentuan, pembunuh berakal sehat, baligh yang

telah mencapai usia lima belas tahun. Yang dikategorikan sebagai alasan

adalah pembelaan yang dilindungi secara hukum terhadap tindak

kesewenang-wenangan.

Page 37: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

27

c. Perbedaan Agama

Perbedaan agama. Muslim tidak dapat mewarisi kafir, dan kafir

pun tidak dapat mewarisi muslim. Ini berdasarkan hadis yang

diriwayatkan Bukhari Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari

Usamah bin Zaid, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

Artinya: “Muslim tidak mewarisi kafir, dan kafir tidak mewarisi

muslim”.

Ada riwayat lain dari Mu‟adz, Mu‟awiyah, Ibnu Musayyab,

Masruq, dan Nakha‟I bahwa sesungguhnya seorang muslim itu mewarisi

dari seorang kafir namun tidak sebaliknya. Sama seperti seorang muslim

laki-laki boleh menikah dengan kafir perempuan dan seorang muslim

perempuan tidak boleh menikah dengan laki-laki kafir. Orang-orang non

muslim boleh saling mewarisi satu sama lain karena dianggap memeluk

satu agama.12

Dari pemaparan teori tentang penghalang mewarisi terdapat tiga hal

yang menyebabkan seseorang tidak berhak mewarisi harta si pewaris yakni,

berbudakan, pembunuhan, dan perbedaan agama. Salah satunya dari ketiga

hal tersebut yaitu perbedaan agama, penulis mengangkatnya dengan judul

dalam pokok bahasan penelitian penulis di Pengadilan Agama.

12

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 5, h. 609

Page 38: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

28

C. PENGERTIAN WASIAT DAN DASAR HUKUM WASIAT

1. Pengertian Wasiat

Istilah wasiat berasal dari bahasa Arab yang berarti taushiyah, kata

kerjanya berasal dari ausha, dan secara etimologi wasiat berarti pesan, nasehat

dan juga diartikan mensyariatkan.13

Diartikan juga oleh Wahbah Zuhaili

dalam bukunya Fiqih Islam Wa Adillatuhu sebagai janji kepada orang lain

untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu semasa hidupnya atau setelah

meninggalnya: aushaitu lahu au ilaih; aku memberikan pesan atau perintah

untuknya; berarti aku menjadikannya sebagai washi (pelaksana) yang akan

menguasai orang setelahnya (pihak penerima/ mushaa „alaih). Artinya ini

popular dengan istilah kata washaayah.14

Secara terminologis, Sayyid Sabiq mengemukakan wasiat adalah

pemberian seorang kepada orang lain, berupa benda, piutang, atau manfaat,

agar si penerima memiliki pemberian itu setelah si pewasiat meninggal

dunia.15

Dalam pengertian syara`, wasiat adalah pernyataan atau perkataan

seseorang kepada orang lain bahwa ia memberikan hartanya kepada orang

13

Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan,

(Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012), h. 43.

14

Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu, Jilid. X, Penerjemah. Abdul Hayyie

al-Kattani, dkk, Cet.I, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 154.

15

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 5, h. 588.

Page 39: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

29

lain, membebaskan utang orang itu atau memberi manfaat sesuatu barang

kepunyaan setelah ia meninggal dunia.16

Dalam kamus besar bahasa Indonesia wasiat adalah pesan terakhir

yang disampaikan oleh orang yang akan meninggal (biasanya berkenaan

dengan harta kekayaan dan sebagainya).17

Wasiat dalam pengertian ilmu fiqih (hukum Islam) adalah sebagai

berikut:

a. Menurut al-Ibyani, wasiat adalah system kepemilikan yang disandarkan

kepada keadaan sesudah matinya orang yang berwasiat secara sukarela,

dapat berupa benda atau manfaatnya.

b. Menurut Sayid Sabiq, wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang

lain, baik berupa benda, hutang atau manfaat dengan syarat orang yang

menerima wasiat itu memiliki kemampuan menerima hibbah setelah

matinya orang yang berwasiat. Sedangkan pengertian wasiat menurut

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 171 huruf (f), yaitu “pemberian

suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang akan

berlaku setelah pewaris meninggal dunia”. 18

16

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 5, cet.IV, (Jakarta: PT

Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 194.

17

Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. III, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 1270.

18

Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang

Kompilasi Hukum Islam, cet. II, (Bandung, Fokusmedia, 2007), h. 56.

Page 40: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

30

Dapat disimpulkan bahwa wasiat adalah pesan terakhir yang

disampaikan oleh orang yang akan meninggal (biasanya berkenaan dengan

harta kekayaan dan sebgainya), sedangkan wasiat wajibah adalah tindakan

yang dilakukan pengusa atau hakim sebagai aparat Negara untuk memaksa

atau memberi putusan wasiat bagi orang yang telah meninggal dunia, yang

diberikan kepada orang tertentu dalam keadaan tertentu pula. Maka wasiat dan

wasiat wajibah memiliki titik temu yakni kedua-duanya berupa perintah untuk

melaksanakan suatu pekerjaan tertentu yang pelaksanaannya berlaku setelah

meninggalnya pewasiat atau ahli waris.

2. Dasar Hukum Wasiat

Dasar hukum wasiat itu ialah Al-Qur‟an, As-Sunnah, Ijma serta dalam

konteks hukum Islam di Indonesia Kompilasi Hukum Islam merupakan aturan

yang dipedomani.19

Dasar hukum wasiat yaitu:

a. Al-Qur‟an

Sebagaimana Firman Allah SWT surah Al-baqarah ayat 180:

Artinya: “diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu

kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,

Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini

adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Baqarah,2:

180).

19

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet. VI, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003), h. 440.

Page 41: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

31

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu

menghadapi kematian, sedang Dia akan berwasiat, Maka hendaklah

(wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua

orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan

dimuka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian”. (QS. Al-Ma‟idah, 5:

106).

Ayat tersebut memberikan petunjuk perlunya persaksian yang adil

dalam wasiat, yakni pemberian kesaksian yang sebenarnya, dan akan lebih

memberi keyakinan apabila saksi itu disumpah terlebih dahulu sebelum

memberikan kesaksiannya, tetapi apabila terdapat kecurigaan dalam

persaksian tersebut maka ahli waris boleh mengganti saksi sampai

ditemukan saksi yang adil meskipun berlainan agama.20

b. As-Sunnah

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: bukanlah hak seorang muslim yang

mempunyai sesuatu yang ingin diwasiatkan bermalam (diperlambat)

selama dua malam, kecuali wasiatnya telah dicatat disisi-Nya”. (Mutafaq

Alaih).

20

Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, h.

50. 21

Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz. III, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), h. 186.

Page 42: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

32

Selain itu hadis yang diriwayatkan oleh Sa‟ad bin Abi Waqqas r.a.

ujarnya:

Artinya: “Rasulullah Saw datang mengunjungi saya ketika berada di

Mekkah (kota yang ditinggalkan Nabi tidak suka mati didalamnya) pada

saat saya menderita sakit keras. Rasulullah mendoakan: semoga Allah

Merahmati mu wahai Ibn „Afra. Saya bertanya kepada Rasul: bolehkah

saya mewasiatkan seluruhnya harta? Rasulullah menjawab: tidak, saya

pun bertanya kembali: separuh wahai Rasul? Rasulullah menjawab:

tidak. Saya pun bertanya kembali: sepertiga wahai Rasulullah?

Rasulullah menjawab: berikanlah sepertiga, karena sepertiga sudah

banyak adalah lebih baik meninggalkan ahli waris dalam keadaan kaya

dari pada dalam keadaan miskin yang menadahkan tangan kepada orang

banyak. (HR. Bukhori).

Hadis-hadis tersebut yang bersumber dari sanad yang sama, yaitu

Sa‟ad bin Abi Waqqas, meskipun redaksi yang berbeda, dengan melihat

perawinya Imam al-Bukhari dan Muslim, cukup kuat dijadikan dasar

hukum pelaksanaan wasiat. Dengan demikian dapat dipahami wasiat itu

penting, selain sebagai pelaksanaan ibadah dan juga untuk investasi

kehidupan di akhirat, ia akan memberi manfaat bagi kepentingan orang

lain atau masyarakat pada umumnya. Meskipun realisasinya dibatasi

maksimal 1/3 dari harta si pewaris. Ini dimaksudkan agar hak-hak ahli

22

Abi „abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Bardizbah Al-Bukhori,

Shohih al-Bukhori, Juz, 5 (Mesir: 1985), h. 5.

Page 43: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

33

waris tidak terkurangi, sehingga mengakibatkan kehidupan mereka

terlantar.23

c. Ijma

Kaum muslimin sepakat bahwa pelaksanaan wasiat merupakan

syariat Allah dan Rasul-Nya. Ijma demikian di dasarkan pada ayat-ayat

Al-Qur‟an dan as-Sunnah seperti dikutip diatas.24

Menurut penulis dasar hukum wasiat di atas dengan wasiat

wajibah masih berkaitan dikarenakan dasar hukum wasiat wajibah sama

dengan seperti dasar hukum wasiat. Dikarenakan wasiat wajibah adalah

salah satu pembaruan hukum Islam dan secara tekstual tidak terdapat

dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

D. Wasiat Wajibah Menurut Fiqih Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

1. Wasiat Wajibah Menurut Fiqih

Wasiat wajibah adalah wasiat yang harus dilaksanakan otomatis oleh

Pengadilan Agama sekalipun tidak diwasiatkan sebelum orang yang berwasiat

meninggal. Di Indonesia sendiri konsep wasiat wajibah ini dipakai untuk

menyelesaikan permasalahan anak angkat.25

23

Al-Faqih Abdul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad Ibnu Rusyd,

Biyadatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid. Penerjemah Imam Ghazali Said, dkk,

(Jakarta: Pustaka Amani, 2007), h. 369-370.

24

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, h. 445.

25

Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, cet. VIII, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2004), h. 110.

Page 44: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

34

Sedangkan di kalangan ulama Imam Mazhab istilah al-wasiyyah al-

wajibah (wasiat wajibah), yaitu suatu wasiat yang diperuntukan kepada para

ahli waris atau kerabat yang tidak memperoleh bagian harta warisan dari

orang yang wafat, karena adanya halangan syarak, misalnya berwasiat kepada

ibu atau ayah yang beragama non Muslim, karena berbeda agama menjadi

penghalang bagi seseorang untuk menerima warisan.26

Pada dasarnya memberikan wasiat merupakan tindakan ikhtiyariyah,

yakni suatu tindakan yang dilakukan atas dorongan kemauan sendiri dalam

keadaan bagaimanapun. Dengan demikian, pada dasarnya seseorang bebas

apakah membuat atau tidak membuat wasiat. Akan tetapi, sebagian ulama

berpendapat bahwa kebebasan untuk membuat wasiat atau tidak, itu hanya

berlaku untuk orang-orang yang bukan kerabat dekat. Mereka berpendapat

bahwa untuk kerabat dekat yang tidak mendapatkan warisan, seseorang wajib

membuat wasiat.27

Dalam menetapkan hukum wasiat wajibah ini terdapat perbedaan

pendapat ulama. Jumhur ulama, termasuk mazhab yang empat, berpendapat

wasiat seperti ini sifatnya hanya dianjurkan, bukan wajib, dengan tujuan untuk

membantu meringankan yang bersangkutan dalam menghadapi kesulitan

26

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Vol. VI, (Jakarta: PT Ichtiar Baru

Van Hoeve), h. 1930.

27

Moh. Muhibbin, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan Hukum Positif di

Indonesia, cet. II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 148.

Page 45: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

35

hidup. Akan tetapi sebagian ulama fikih lainnya, seperti Ibnu Hazm, Imam

Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir at-Tabari dan Abu Bakr bin Abdul Aziz

berpendapat bahwa wasiat seperti ini hukumnya wajib, dengan alasan Surah

Al-Baqarah ayat 180. Menurut mereka, perintah untuk berwasiat dalam ayat

itu adalah untuk para ahli waris yang terhalang mendapatkan warisan.28

2. Pembagian Wasiat Wajibah Menurut Fiqih

a. Pendapat yang Memberlakukan Wasiat Wajibah

Sebagian ulama berpendapat wasiat kepada ibu, bapak dan kerabat

masih tetap diberlakukan. Mereka yang berpendapat demikian diantaranya

yaitu Abi Abdillah Muhammad bin Umar al-Razi, Sayyid Qutub,

Muhammad Abduh, Qatadah, Muqattil bin Hayya, Ibnu Abbas dan al-

Hasan.29

Ulama yang memberlakukan wasiat wajibah tersebut mengemukakan

alasan kebolehannya dapat dikategorikan pada tiga kelompok, yaitu:

1) Kelompok yang menyatakan seluruh ayat al-Qur‟an adalah muhkamat,

artinya tidak ada nasakh (nasikh mansukh) dalam al-Qur‟an. Jadi ayat

180 surat al-Baqarah tersebut (ayat wasiat) tidak dinasakh (dihapus

atau dihilangkan hukumnya) baik oleh ayat-ayat (mawaris) al-Qur‟an

maupun al-Hadis.

28 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Vol. VI, h. 1930.

29 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris: Hukum Kewarisan

Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h. 164.

Page 46: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

36

2) Kelompok yang menyatakan bahwa ayat washiyat tersebut (QS. Al-

Baqarah ayat 180) yang bersifat umum yakni meliputi ibu bapak dan

kerabat, ditakhsis oleh ayat mawaris (QS.An-Nisa ayat 11-12) dan

hadis menyatakan bahwa tidak ada wasiat bagi ahli waris. Jadi

menurut mereka ayat 180 surat Al-Baqarah tersebut hanya berlaku

untuk ibu bapak dan kerabat yang menurut ketentuan umum pewaris

tidak mendapat bagian (penerimaan) harta peninggalan pewaris.

Sedangkan ibu bapak dan kerabat yang mendapatkan warisan

dikeluarkan keumuman ayat wasiat diatas.

3) Kelompok yang menyatakan surat Al-Baqarah ayat 180 tersebut

dinasakh oleh ayat mawaris tetapi hanya sebagian yakni sebatas ibu,

bapak dan kerabat yang mendapatkan harta peninggalan. Jadi, ayat

tersebut masih berlaku bagi ibu bapak dan kerabat yang tidak menjadi

ahli waris atau tidak menerima bagian warisan (mereka tidak termasuk

bagian yang dinasakh). Ini adalah pendapat Ibnu Abbas, al-Hasan,

Masruq, al-Dhahak, Muslim bin Yassar dan al-„Ala bin Ziyad.30

b. Pendapat Yang Tidak Memberlakukan Wasiat Wajibah

Menurut pendapat Ibnu Umar dan Baidhawi menyatakan bahwa

ketentuan wasiat wajibah bagi walidain dan aqrabin yang tidak

mendapatkan bagian (penerimaan) harta peninggalan, dalam ayat 180

30

Suparman Usman dan Yusuf Somawinata Fiqh Mawaris : Hukum Kewarisan

Islam, h. 165.

Page 47: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

37

surah Al-Baqarah, tetap ada dan diberlakukan, ada pula yang menyatakan

bahwa ketentuan tersebut telah dinasakh, dan dinyatakan tidak berlaku

lagi.

Ulama yang menyatakan tidak ada ketentuan wasiat wajibah,

dalam mengemukakan ketidakberlakuannya, dapat dikategorikan ke dalam

empat kelompok, yaitu:

1) Kelompok yang menyatakan bahwa ketentuan wasiat wajibah, dalam

ayat 180 surat al-Baqarah tidak dapat diberlakukan karena ayat-ayat

tersebut telah dinasakh oleh ayat-ayat mawaris.

2) Kelompok yang menyatakan bahwa ketentuan wasiat wajibah dalam

ayat 180 surat Al-Baqarah tidak dapat diterapkan dan dilaksanakan

karena ayat tersebut telah dinasakh oleh hadis la washiyyata li

waritsin, bukan oleh ayat-ayat mawaris.

3) Kelompok yang menyatakan wasiat wajibah dalam ayat 180 surat Al-

Baqarah tidak dapat diberlakukan karena telah dinasakh oleh ayat

mawaris dan hadis Rasulullah SAW. Ini adalah pendapat al-Baidhawi.

4) Kelompok yang menyatakan bahwa ketentuan wasiat wajibah dalam

ayat 180 surat Al-Baqarah tidak dapat diterapkan dan dilaksanakan

karena ayat tersebut telah dinasakh oleh ijma‟. Ini adalah pendapat

Ibnu Katsir.

Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa perbedaan pendapat para

ulama mengenai keberadaan ketentuan wasiat wajibah terletak pada

Page 48: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

38

pemberlakuan mereka mengenai nasakh (dihapus atau dihilangkan hukumnya)

terhadap nash (Al-Qur‟an). Mereka yang menyatakan ayat Al-Qur‟an

(termasuk ayat 180 surah Al-Baqarah) dapat dinasakh, baik oleh ayat Al-

Qur‟an, al-Hadis, maupun Ijma‟, sama sekali tidak membolehkan wasiat

wajibah. Sedangkan mereka yang tidak memberlakukan nasakh, mereka yang

memberlakukan nasakh tetapi terhadap ayat 180 surah Al-Baqarah tersebut

hanya nasakh sebagian, dan mereka yang menyatakan bahwa ayat tersebut

hanya ditakhshish oleh ayat mawaris, membolehkan pemberian wasiat

wajibah terhadap walidain dan aqrabin yang tidak mendapatkan bagian

(penerimaan) harta peninggalan pewaris.

Pembagian Wasiat Wajibah Menurut Kompilasi Hukum Islam

Ketentuan wasiat wajibah, pada hakikatnya diatur dalam Kompilasi

Hukum Islam (KHI) di Indonesia, yaitu untuk anak atau orang tua angkat

diatur bagiannya sebagaimana ahli waris lainnya. Adapun bagiannya seperti

yang tertera dalam Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa:

a. Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan pasal 176 sampai

dengan 193 KHI. Sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak

menerima wasiat diberi wasiat wajibah, sebanyak-banyaknya 1/3 dari

harta warisan anaknya.

b. Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat, diberi wasiat wajibah

sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya.

Page 49: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

39

Kutipan di atas untuk menunjukkan bahwa KHI hanya membatasi

pemberian wasiat wajibah pada anak angkat atau orang tua angkat.31

Menurut penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan Kompilasi

Hukum Islam di Indonesia mempunyai ketentuan tersendiri tentang konsep

wasiat wajibah ini, yaitu membatasi orang berhak menerima wasiat wajibah

ini hanya kepada anak angkat dan orang tua angkat saja. Dalam Pasal 209

Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa harta peninggalan anak angkat

dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai dengan Pasal 193. Terhadap orang tua

angkat yang tidak menerima wasiat diberikan wasiat wajibah sebanyak

sepertiga dari harta warisan anak angkatnya. Sedangkan terhadap anak angkat

yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak sepertiga dari

harta orang tua angkatnya. Tidak diketahui pasti mengapa Kompilasi Hukum

Islam di Indonesia memberikan konsep wasiat wajibah ini hanya terbatas

kepada anak angkat dan orang tua angkat saja.

Ketentuan wasiat wajibah, sampai saat ini, masih belum dilaksanakan

oleh umat Islam, khususnya di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan

yang berkembang di tengah-tengah masyarakat yang menunjukkan bahwa

ketentuan wasiat wajibah tersebut belum memasyarakat, dan banyak

Pengadilan Agama yang masih tetap berpegang pada prinsip Hajb mahjub

serta tidak memberikan bagian kepada dzawil ahram selama masih ada

31

Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang

Kompilasi Hukum Islam, cet. II, (Bandung, Fokusmedia, 2007), h. 66.

Page 50: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

40

ashhabul furudh dan `ashabah (kalaupun ada beberapa pengadilan yang telah

melaksanakannya, itu pun tidak secara tegas mengikuti prinsip wasiat

wajibah).

Kenyataan yang terjadi di Indonesia, agaknya juga dialami oleh

Negara-negara mayoritas Islam lainnya. Karena menurut pendapat Suparman

Usman hanya ada lima Negara, yakni Mesir, Pakistan, Tunisia, Syiria dan

Maroko, yang telah melaksanakan ketentuan wasiat wajibah tersebut

(memasukannya dalam perundang-undangan).32

Sedangkan menurut Tahir

Mahmood ada enam Negara, yakni Mesir, Pakistan, Tunisia, Syiria, Maroko

dan Jordania.

Di bawah ini di jelaskan ketentuan wasiat wajibah yang diberlakukan

di tiga Neagara (dari lima negara tersebut):33

1. Ketentuan wasiat wajibah di Mesir termuat dalam “Qanunul Wasiat”

(Egyption Law of Bequest), yaitu Undang-undang Wasiat Mesir Nomor

71 Tahun 1946.

Pasal 76

“Maka wajiblah diberikan wasiat kepada keturunan tersebut sebesar

bagian ini (yaitu bagian warisan yang mestinya diterima oleh orang

tuanya seandainya ia masih hidup) dalam batas maksimal 1/3, dengan

32 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata Fiqh Mawaris : Hukum Kewarisan

Islam, h. 176.

33 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata Fiqh Mawaris : Hukum Kewarisan

Islam, h. 177-179.

Page 51: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

41

syarat ia bukan ahli waris dan tidak pernah mendapat hadiah dari

pewaris sebesar kewajiban tersebut, apabila nilainya lebih kecil dari

jumlah kewajiban tersebut, maka wajib diberikan kepadanya wasiat

sekedar menyempurnakan atau melengkapi jumlah bagian yang

diwajibkan tersebut”.

Pasal 77

“Apabila si mayit berwasiat kepada orang yang wajib baginya wasiat

melebihi dari jumlah yang seharusnya ia terima, maka kelebihannya itu

adalah wasiat ikhtiyariyah. Sedangkan apabila wasiatnya kurang dari

apa yang seharusnya ia terima, maka wajiblah untuk disempurnakan atau

dipenuhi bagiannya itu”.

Pasal 78

“wasiat wajibah didahulukan dari wasiat yang lainnya. Apabila mayit

tidak berwasiat kepada orang yang wajib baginya berwasiat, dan ia

berwasiat kepada yang lainnya, maka orang yang wajib baginya wasiat

tersebut berhak menerima bagian yang seharusnya ia terima dari sisa 1/3

tirkah seandainya mencukupi. Apabila tidak, maka baginya dan bagi

yang diberi wasiat lainnya dalam batas 1/3 tersebut.

2. Prinsip-prinsip ketentuan wasiat wajibah yang diberlakukan di Mesir,

dengan sedikit perubahan, dimuat dalam perundang-undangan Maroko,

yakni Code of Personal Status, yang tercantum pada Pasal 266 sampai

dengan 269.

Page 52: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

42

Perbedaan mendasar dari kedua perundang-undangan tersebut terletak

pada cucu yang mana sajakah yang berhak menerima wasiat wajibah. Hal

ini sebagaimana dikemukakan Abdullah Siddik sebagai berikut:

“Menurut Undang-undang Maroko wasiat wajibah dilakukan terhadap

keturunan dari seluruh generasi, tetapi hanya dari anak laki-laki yang

mati lebih dahulu dari si mayit”.

Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa menurut Undang-undang

Maroko orang yang berhak menerima wasiat wajibah hanyalah para cucu

(dan seterusnya ke bawah) dari keturunan anak laki-laki, sedangkan cucu

atau para cucu dari keturunan anak perempuan (sekalipun dalam tingkat

pertama) tidak berhak menerimanya. Ketentuan wasiat wajibah yang

diberlakukan di Maroko tersebut sama dengan ketentuan yang

diberlakukan di Suriah.

3. Sebagaimana di Maroko, prinsip-prinsip ketentuan wasiat wajibah yang

diberlakukan di Mesir, dengan sedikit perubahan, dimuat dan

diberlakukan pula di Tunisia, yakni dalam Qanunul ahwalussyahsiyah

(Tunisia Law Personal Status).

Perbedaannya terletak pada ketentuan yang menyatakan bahwa

penerimaan wasiat wajibah hanya diberikan kepada cucu atau para cucu,

baik laki-laki maupun perempuan dari anak laki-laki atau anak

perempuan dalam tingkat pertama (first generation).

Page 53: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

43

“Mengenai wasiat wajibah artikel 192 menetapkan yang menyimpang

sedikit dari ketentuan Undang-undnag Mesir bahwa wasiat wajib dapat

dilakukan hanya terhadap para cucu, baik laki-laki maupun perempuan

yang mati lebih dulu dari si pewaris, yaitu lelaki mendapat dua bagian

dan perempuan satu bagian”.

4. prinsip-prinsip ketentuan wasiat wajibah yang diberlakukan di Jordania

jika seseorang meninggal dan anak laki-lakinya telah telah meninggal

sebelum atau bersanya meninggalkan anak-anak sendiri, aka nada

kewajiban bagi anak cucunya tersebut dari 1/3 warisan sahnya dihibahkan

sebanyak yang ditentukan dibawah ini:

(a) kewajiban Hibah untuk anak cucu tersebut harus setara dengan

pembagian yang ayahnya miliki di dalam warisan jika dia masih

hidup; tetapi tidak melebihi 1/3 dari warisan

(b) anak cucu tersebut tidak berhak terhadap hibah jika mereka adalah ahli

waris dari leluhur ayahnya, kake atau nenek; atau dimana dia telah

diwariskan atau dihadiahi oleh mereka semasa hidupnya bila dia telah

diwariskan oleh mereka kurang dari itu, saldo akan jatuh tempo, dan

jika dia telah diwariskan lebih dari itu maka kelebihannya harus

dianggap sebagai warisan tambahan; dan jika dia telah diwariskan oleh

hanya beberapa dari mereka, yang lain harus diberikan jatuh

temponya;

Page 54: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

44

(c) warisan itu harus untuk anak laki-laki dan anak dari anaknya anak

laki-laki, betapapun kecilnya, satu atau lebih, harus memenuhi aturan

pembagian ganda untuk laki-laki dan pengecualian oleh masing-

masing leluhur dari keturunannya tetapi bukan dari yang lain; dan

setiap keturunan mendapatkan bagian dari leluhurnya saja.

(d) Kewajiban hibah tersebut harus diprioritaskan diatas warisan

tambahan dalam pembuangan dari 1/3 warisan.34

Dari uraian di atas, dapat dipahami Pertama, menurut Undang-undang

Mesir yang berhak menerima wasiat wajibah adalah keturunan dari anak laki-

laki seluruh generasi sedangkan keturunan dari anak perempuan hanya

generasi pertama saja. Kedua, menurut Undang-undang Maroko dan Suriah

yang berhak menerima wasiat wajibah hanyalah keturunan dari anak laki-laki

sedangkan keturunan dari anak perempuan sekalipun generasi pertama tidak

berhak menerima wasiat wajibah tersebut. Sedangkan yang Ketiga, menurut

Undang-undang Tunisia orang yang berhak menerima wasiat wajibah hanya

keturunan generasi pertama dari anak laki-laki maupun perempuan.

34

Tahir Mahmood, Personal Law In Islamic Countries, (New Delhi: Times Press,

1987), h. 86.

Page 55: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

45

BAB III

PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT

A. SEJARAH SINGKAT PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT

Sebagai salah satu Pengadilan Agama yang berada di wilayah Jawa-

Madura, semula eksistensi dan kewenangan absolutnya berdasarkan Stbl.1882

No. 152 dan Stbl 1937 No.116 dan 610, berada diawah Mahkamah Islam Tinggi

Surakarta. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 71

Tahun 1976 dengan telah dibentuknya Cabang Mahkamah Islam Tinggi Bandung,

maka Pengadilan Agama Jakarta Barat berada dibawah cabang Mahkamah Islam

Tinggi Bandung tersebut.

Selanjutnya istilah Mahkamah Islam Tinggi dirubah menjadi Pengadilan

Tinggi (PTA). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 61 Tahun

1985 tanggal 16 Juli 1985 Pengadilan Tinggi Agama Surakarta dipindahkan ke

Jakarta yang realisasi perpindahan tersebut baru terlaksana pada tanggal 30

Oktober 1987. Dengan demikian secara otomatis wilayah hukum Pengadilan

Agama yang ada di Jakarta yang semula termasuk wilayah hukum Pengadilan

Tinggi Agama Bandung menjadi wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama

Jakarta.

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 69 Tahun 1963 kantor

Pengadilan Agama Jakarta Barat di bentuk, sejak ditetapkan menjadi Pengadilan

Agama Jakarta Barat yang berdiri sendiri, semula Pengadilan Agama Jakarta

Barat berkantor di Bendungan Hilir, kemudian pindah kantor ke Gedung

Page 56: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

46

Fatahilah (sekarang gedung museum fatahilah) milik Pemda DKI Jakarta, dan

setelah itu kantor Pengadilan Agama Jakarta Barat pindah dan menempati tanah

wakaf yang dipinjamkan oleh ahli waris dari Yayasan Pendidikan Al Islamiyah

yang berada di wilayah Kampung Kecil Kebayoran Lama selama kurang lebih 20

tahun, setelah itu baru menempati gedung Pemerintah daerah DKI Jakarta yang

terletak di wilayah Cengkareng Barat hingga saat ini. Sejak diundangkannya

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana

telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan terakhir dirubah

dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, maka

makin jelas peran dan kewenangan Pengadilan Agama umumnya dan khususnya

Pengadilan Agama Jakarta Barat di wilayah yuridiksinya.

Sejak ditetapkanya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 yang

merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang

Ketentuan Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman, maka pembinaan administrasi

dan financial Pengadilan Agama khususnya Pengadilan Agama Jakarta Barat

yang semula berada di bawah Departemen Agama dialihkan ke Mahkamah

Agung beserta badan-badan peradilan lainnya. Berdasarkan Kepres Nomor 21

Tahun 2004 bagi peradilan agama, peralihan tersebut efektif mulai tahun 2004.

Pengadilan Agama Jakarta Barat sejak berdirinya hingga saat ini telah dipimpin

oleh 14 (empat belas) orang Ketua yaitu :

Page 57: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

47

No. Nama Pimpinan Periode

1 KH. A.Rafie bin M.Toha Periode 1967 hingga 1973;

2 H. Alimi, B.A Periode 1973 hingga 1982;

3 Drs. H. Muhail Periode 1982 hingga 1988;

4 H. Abdullah, S.H. Periode 1988 hingga 1993;

5 Drs. H.W.S. Mustofa, S.H.,M.H. Periode 1993 hingga 1997;

6 Drs. H.M.Kosasih, S.H.,M.H. Periode 1997 hingga 1999;

7 Drs. H.M.Yamin A., S.H.,M.H. Periode 1999 hingga 2002;

8 Drs. H.M.Harahaf, S.H., M.H. Periode 2002 hingga 2004;

9 Drs. Purwosusilo, S.H., M.H. Periode 2004;

10 Drs. H.M. Samun Abduh, SQ Periode 2004 hingga 2006;

11 Drs. H. Harun, S.H. Periode 2006 hingga 2008;

12 Drs. H. Musfizal Musa, S.H.,M.H. Periode 2008 hingga 2011;

13 Drs. H. Yusuf Buchori, SH., MSI Periode 2011 hingga 2013;

14 Drs. H. Abd. Hakim, MHI. Periode 2013 hingga saat ini;

Pengadilan agama Jakarta Barat sebagaimana instansi yang melaksanakan

tugas kekuasaan kehakiman dalam menjalankan tugasnya yang menjadi landasan

hukum dan landasan kerjanya adalah:

1. Undang-undang Dasar 1945

2. Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang pokok-pokok kekuasaan

kehakiman

3. Undnag-undang Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

4. Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tetang Perkawinan

5. Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama

6. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaan

undang-undang Nomor 1 tahun 1974.

Page 58: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

48

7. Keputusan Menteri Agama RI Nomor KMA/ 004/ SK/ II/ 1992 tanggal 24

Februari 1992 tentang susunan organisasi dan tata kerja kepaniteraan

Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama dan Keputusan Menteri

Agama RI Nomor 303 tahun 1990 tentang susunan organisasi dan tata kerja

kesekertariatan Pengdilan Agama dan Pengadilan TinggiAgama.

8. Keputusan Menteri Agama RI Nomor KMA/ 001/ SK/ I/ 1991 tanggal 24

Januari 1991 tentang pola pidana dalam Pengadilan Agama dan Pengadilan

Tinggi Agama.

9. Keputusan Menteri Agama RI Nomor KMA/006/ SK/ III/ 1994 tentang

pengawasan dan evaluasi atas hasil pengawasan oleh pengadilan tingkat

banding dan pengadilan tingkat pertama.

10. Undang-undang dan Peraturan Perundang-undangan lainnya yang berkaitan

dengan tugas dan wewenang Pengadilan Agama.

11. Keputusan Presiden Nomor 21 tahun 2004 tentang perubahan satu bab

dibawah Mahkamah Agung RI.1

B. VISI DAN MISI

A. VISI

Mewujudkan Badan Peradilan Yang Agung

B. MISI

Memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan proses sederhana,

cepat dan biaya ringan serta ramah dalam melayani masyarakat pencari

1 Pengadilan Agama Jakarta Barat, artikel diakses pada 29 Juni 2014 dari http://pajb.net

Page 59: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

49

keadilan. Mewujudkan rasa keadilan pada masyarakat pencari keadilan sesuai

dengan UU dan Peraturan hukum yang berlaku. Melakukan kekuasaan

kehakiman yang mandiri dan tidak memihak serta terhindar dari campur

tangan pihak lain.

Memperbaiki akses pelayanan agar masyarakat dapat mudah untuk

mendapatkan informasi. Mewujudkan institusi peradilan yang bermatabat dan

moralitas agar masyarakat dapat dipercaya dan menghormatinya. Membuka

akses informasi secara luas dengan mengunakan sarana informasi teknologi.

C. STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan surat keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 004

tahun 1992 tentang susunan organisasi serta surat keputusan Menteri Agama

RI Nomor 303 tahun 1990 tentang susunan organisasi ditetapkan bahwa

struktur organisasi Pengadilan Agama Jakarta Barat sebgaimana berlaku pada

Pengadilan Agama di lingkungan Departemen Agama RI, adalah sebagai

berikut:

a. Ketua : Drs. Abdul Hakim, MH.

b. Wakil Ketua : Drs. H. Moch Sukkri, SH, MH

c. Dewan Hakim : 1. Drs. H. M. Ridwan Ustha E, MH

2. Drs. Masiran Malkan

3. Drs. Hafni Nalisa

4. Drs. H. Dahlan Siregar, SH, MH

5. Drs. H. Ahmad, M. Hum

Page 60: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

50

6. Drs. H. Ubaidillah

7. Drs. H. Shonhaji, MH

8. Drs. H Badruddin, MH

9. Drs. M. Rizal, SH, MH

d. Panitera / Sekertaris : Eliakim Sihotang, SH

e. Wakil Sekertaris : Yuni Winarti, SHI

f. Wakil Panitera : Hj. Umi Salamah. T, SH, MH

g. Ka. Sub Keuangan : Siti Rohmah, SE, SH

h. Ka. Sub Kepegawaian : Suryatiningsih, SH

i. Ka. Sub Umum : Drs. Syamsuddin, MM

j. Panmud Permohonan : Gunadi, SH, MH

k. Panmud Gugatan : Syamsul Rizal, SH

l. Panmud Hukum : Adri Syarifuddin S, SH, MH

m. Panitera Pengganti : 1. Atiyah Shaufanah, SH

2. Patimah, SH

3. Muhlis, SH

n. Jurusita : Saparno, SH

o. Jurusita Pengganti : 1. Burhamzah

2. Abdul Ghofur

3. Imam Syabani Choir

Page 61: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

51

D. Letak Geografis

Wilayah hukum Pengadilan Agama Jakarta Barat meliputi wilayah

kota Jakarta Barat yang terdiri dari 8 (delapan ) Kecamatan 57 (lima puluh

tujuh) kelurahan yaitu:

A. Kecamatan Kebun Jeruk

B. Kecamatan Cengkareng

C. Kecamatan Grogol Petamburan

D. Kecamatan Tambora

E. Kecamatan Taman Sari

F. Kecamatan Palmerah

G. Kecamatan Kembangan

H. Kecamatan Kalideres

Adapun batas wilayah Pengadilan Agama Jakarta Barat, yaitu:

1) Utara : Kabupaten Tangerang dan Kota Madya Jakarta Utara

2) Timur : Kota Madya Jakarta Utara da Kota Madya Jakarta Pusat

3) Selatan : Kota Madya Jakarta Selatan dan Kota Madya Tangerang

4) Barat : Kota Madya Tangerang.2

2 Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Barat Tahun 2014, h. 41

Page 62: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

52

E. Laporan Rekapitulasi Perkara Tahunan 2012 Dan 2013

a. Laporan rekapitulasi perkara tahun 2012

Menurut data yang diperoleh dari Pengadilan Agama Jakarta Barat jumlah

perkara yang diterima berjumlah 1904 dan yang diputus pada tahun 2012 berjumlah

1785 perkara sebagaimana terlihat table I.

Tabel. I. jumlah perkara yang diterima dan diputus oleh Pengadilan

Agama Jakarta Barat pada tahun 2012 menurut rincian bulan.

No. Bulan Sisa

bulan

lalu

Masuk

2012

Jumlah Cabut Putus Jumlah Sisa

Sisa Perkara Tahun 2011 376

1. Januari 376 149 525 9 108 117 408

2. Februari 408 161 569 5 131 136 433

3. Maret 433 132 565 2 145 147 418

4. April 418 176 594 5 126 131 463

5. Mei 463 190 653 13 186 199 454

6. Juni 454 149 603 12 145 157 446

7. Juli 446 122 568 7 154 161 407

8. Agustus 407 78 485 5 113 118 367

9. September 367 212 579 3 120 123 456

10. Oktober 456 214 670 8 157 165 505

11. November 505 162 667 6 185 191 476

12. Desember 476 159 635 9 131 140 495

Jumlah 376 1904 2280 84 1701 1785 495

Diolah dari data kantor Pengadilan Agama Jakarta Barat.

Page 63: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

53

b. Laporan rekapitulasi perkara tahun 2013

Menurut data yang diperoleh dari Pengadilan Agama Jakarta Barat jumlah

perkara yang diterima berjumlah 2248 dan yang diputus pada tahun 2013 berjumlah

1558 perkara sebagaimana terlihat table II.

Tabel. II. Jumlah perkara yang diterima dan diputus oleh Pengadilan

Agama Jakarta Barat pada tahun 2012 menurut rincian bulan.

No Bulan Sisa

lalu

Terima Cabut Kabul Tolak NO Gugur Coret Sisa

kini

Sisa Perkara Tahun 2012 495

1. Januari 495 158 11 165 0 1 5 3 468

2. Februari 468 169 5 126 1 3 4 3 495

3. Maret 495 173 11 140 0 1 3 6 507

4. April 507 212 19 138 1 0 5 6 550

5. Mei 550 225 15 183 1 1 3 3 569

6. Juni 569 169 14 143 1 1 4 4 571

7. Juli 571 122 20 169 3 2 1 4 494

8. Agustus 494 162 4 108 1 1 4 10 528

9. September 528 245 18 157 1 1 3 5 588

10. Oktober 588 239 11 148 1 3 4 6 654

11. November 654 200 12 128 0 0 3 6 705

12. Desember 705 174 12 164 1 0 10 2 690

Jumlah 495 2248 152 1769 11 14 49 58 690

Diolah dari data kantor Pengadilan Agama Jakarta Barat.

Page 64: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

54

BAB IV

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

A. DUDUK PERKARA DAN PIHAK YANG TERLIBAT

1. Duduk Perkara

Berdasarkan surat permohonannya tertanggal 03 Oktober 2012, telah

mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama Jakarta Barat dan selanjutnya

terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama tersebut dibawah perkara No.

86/Pdt.P/2012/PA.JB tanggal 05 Oktober 2012, dan dengan perubahan oleh kuasa

hukumnya tersebut, yang pada pokoknya telah mengemukakan hal-hal sebagai

berikut:

1) Bahwa pada tanggal 4 Februari 2011 telah meninggal dunia seorang laki-laki

bernama xxxx sebagai PEWARIS, agama Islam, pekerjaan pensiunan, sesuai

surat keterangan pelaporan kematian dari Kelurahan Palmerah Nomor: xxxx

tanggal 7 februari 2011, selanjutnya disebut Pewaris;

2) Bahwa pada waktu Pewaris meninggal dunia, ayahnya bernama kedua orang

tuanya telah meninggal terlebih dahulu dari Pewaris;

3) Bahwa pada masa hidupnya Pewaris menikah dua kali yaitu dengan ISTERI 1

PEWARIS 1, PEMOHON II, PEMOHON III dan PEMOHON IV, sedangkan

pernikahan kedua dengan ISTERI II PEWARIS, dan dalam perkawinan

tersebut telah lahir 2 orang anak yaitu: PEMOHON V dan PEMOHON VI;

Page 65: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

55

4) Bahwa isteri pertama Pewaris bernama xxxx telah meninggal dunia pada

tanggal 24 April 2012, sedangkan isteri kedua Pewaris bernama xxxx telah

meninggal dunia pada tanggal 6 September 2008;

5) Bahwa dengan demikian ahli waris dari almarhum PEWARIS adalah seorang

isteri dan 6 orang anak yaitu:

a) ISTERI 1 PEWARIS (isteri)

b) PEMOHON 1

c) PEMOHON II

d) PEMOHON III

e) PEMOHON IV

f) PEMOHON V

g) PEMOHON VI

6) Bahwa Para Pemohon bermaksud memohon penetapan ahli waris dari

almarhun PEWARIS yaitu untuk mengurus harta peninggalan almarhum

tersebut;

7) Bahwa berdasarkan uraian dalil-dalil tersebut diatas, maka Para Pemohon

memohon dengan hormat kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta

Barat untuk mangabulkan permohonan Para Pemohon dengan menjatuhkan

penetapan sebagai berikut:

a) Mengabulkan permohonan Para Pemohon

b) Menetapkan ahli waris almarhum PEWARIS adalah seorang isteri dan 6

(enam) orang anak kandung yaitu:

Page 66: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

56

a. ISTERI I PEWARIS (Isteri)

b. PEMOHON I

c. PEMOHON II

d. PEMOHON III

e. PEMOHON IV

f. PEMOHON V

g. PEMOHON VI

c) Menetapkan biaya perkara menurut hukum;

Menimbang, bahwa dalam persidangan Para Pemohon telah hadir dan

tetap pada permohonannya;

Menimbang, bahwa selanjutnya dibacakanlah permohonan Para

Pemohon tersebut diatas yang dimaksud dan tujuannya tetap dipertahankan

oleh Para Pemohon;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalilnya, Para Pemohon

telah mengajukan bukti surat berupa:

1) Foto copy Surat Kutipan Akta Nikah atas nama PEWARIS dengan

ISTERI I PEWARIS, bermaterai cukup, sesuai aslinya, diberi tanda P-1;

2) Foto copy Surat Keterangan Kematian atas nama almarhum PEWARIS

dari lurah Palmerah, tertanggal 7 Februari 2011, bermaterai cukup, sesuai

aslinya, diberi tanda P-2;

Page 67: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

57

3) Foto copy Surat Kematian atas nama Almarhumah ISTERI II PEWARIS

dari lurah Cempaka Baru, tertanggal 5 Februari 2010, bermaterai cukup,

sesuai aslinya, diberi tanda P-3

4) Foto copy Kartu Keluarga atas nama PEWARIS, No. xxxxxx tanggal 17

Desember 2010, bermaterai cukup, sesuai aslinya, diberi tanda P-4;

5) Foto copy Surat Sertifikat Medis Penyebab Kematian dari Dinas

Kesehatan DKI Jakarta, tanggal 22 April 2012, bermaterai cukup, sesuai

aslinya, diberi tanda P-5;

6) Foto copy Kutipan Akta Kelahiran atas nama PEMOHON I No. xxxxx,

tanggal 31 Desember 1983, bermaterai cukup, sesuai aslinya, diberi tanda

P-6;

7) Foto copy Kutipan Akta Kelahiran atas nama PEMOHON II No. xxxxx,

tanggal 31 Desember 1983, bermaterai cukup, sesuai aslinya, diberi tanda

P-7

8) Foto copy Kutipan Akta Kelahiran atas nama PEMOHON II No. xxxxx,

tanggal 31 Desember 1983, bermaterai cukup, sesuai aslinya, diberi tanda

P-8

9) Foto copy Kutipan Akta Kelahiran atas nama PEMOHON II No. xxxxx,

tanggal 31 Desember 1983, bermaterai cukup, sesuai aslinya, diberi tanda

P-9

10) Foto copy Kutipan Akta Kelahiran atas nama PEMOHON II No. xxxxx,

tanggal 8 Maret 1984, bermaterai cukup, sesuai aslinya, diberi tanda P-10

Page 68: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

58

11) Foto copy Kutipan Akta Kelahiran atas nama PEMOHON II No. xxxxx,

tanggal 8 Maret 1984, bermaterai cukup, sesuai aslinya, diberi tanda P-11

12) Foto copy Surat Keterangan Warisan tertanggal 6 Juni 2011, bermaterai

cukup, sesuai aslinya, diberi tanda P-12.

Menimbang, bahwa selain bukti surat-surat, Para Pemohon juga telah

mengajukan saksi-saksi sebagai berikut:

1) SAKSI I, umur 61 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta, tinggal di Kota

Jakarta Barat;

Bahwa saksi tersebut setelah bersumpah secara agama Islam, kemudian

memberikan keterangan pada pokoknya sebagai berikut:

a. Bahwa saksi adalah tetangga Para Pemohon;

b. Bahwa saksi kenal dengan PEWARIS dan ISTERI I PEWARIS serta

ISTERI II PEWARIS, mereka suami isteri sah dan sekarang mereka

telah meninggal dunia;

c. Bahwa PEWARIS mennggal dunia tanggal 4 Februari 2011 sedangkan

ISTERI II, meninggal dunia tahun 2008, dan ISTERI I PEWARIS

meninggal dunia tahun 2012;

d. Bahwa suami PEWARIS dengan ISTERI I PEWARIS dikaruniai 4

orang anak yaitu PEMOHON I, PEMOHON II, PEMOHON III dan

PEMOHON IV, sedangkan perkawinan PEWARIS dengan ISTERI II

PEWARIS, telah lahir dua orang anak yaitu PEMOHON V dan

PEMOHON VI;

Page 69: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

59

e. Bahwa hubungan antara Para Pemohon dengan almarhum PEWARIS

semasa hidupnya adalah baik-baik dan tidak pernah ada permusuhan

atau perbuatan pidana tertentu diantara mereka;

f. Bahwa Para Pemohon beragama Islam, kecuali PEMOHON I

beragama Katolik, dan almarhum PEWARIS juga beragama Islam

sampai ia meninggal dunia, juga dalam keadaan muslim;

g. Bahwa almarhum PEWARIS meninggalkan harta warisan yang hingga

sekarang belum dibagi kepada ahli warisnya;

2) SAKSI 2, umur 30 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta, tinggal di Kota

Jakarta Timur;

Bahwa saksi tersebut telah memberikan keterangan dibawah sumpahnya,

antara lain menerangkan:

a. Bahwa saksi kenal dengan Para Pemohon;

b. Bahwa saksi kenal dengan almarhum PEWARIS dan almarhumah

ISTERI II PEWARIS, mereka adalah suami isteri sah dan mempunyai

dua orang anak yaitu PEMOHON V dan PEMOHON VI;

c. Bahwa saksi pernah kerja dirumah PEWARIS dan ISTERI II

PEWARIS ketika mereka sebagai suami isteri, yaitu selama 3 tahun;

d. Bahwa ISTERI II PEWARIS meninggal dunia 2008, sedangkan

PEWARIS meninggal dunia tahun 2011;

Page 70: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

60

e. Bahwa setahu saya PEWARIS mempunyai dua orang isteri, isteri

pertamanya bernama xxxx ISTERI II sebagai PEWARIS, dan

mempunyai 4 orang anak, hanya namanya saksi tidak tahu;

f. Bahwa hubungan antara almarhum PEWARIS dengan anak-anaknya

tidak pernah ada permusuhan atau perbuatan pidana tertentu;

Menimbang, bahwa Para Pemohon atau kuasanya menyatakan

tidak keberatan dengan keterangan saksi-saksi tersebut, dan menyatakan

sudah cukup dengan keterangan dan bukti-bukti yang diajukan;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini maka

ditunjuk hal ihwal sebagaimana tercatat dalam berita acara sidang.

2. PIHAK YANG TELIBAT

1) PEMOHON I, umur 45 tahun, jenis kelamin perempuan, agama katolik,

Pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, Tempat tinggal di Kota Jakarta

Barat. Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON I;

2) PEMOHON II, umur 43 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam,

Pendidikan SMA, Pekerjaan wiraswasta, Tempat tinggal di Kota Jakarta

Barat. Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON II;

3) PEMOHON III, umur 41 tahun, jenis kelamin perempuan, agama Islam,

Pendidikan D3, Pekerjaan ibu rumah tangga, Tempat tinggal di Kota Jakarta

Barat. Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON III;

Page 71: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

61

4) PEMOHON IV, umur 38 tahun, jenis kelamin perempuan, agama Islam,

Pendidikan SI, pekerjaan Karyawan swasta, Tempat tinggal di Kota Jakarta

Pusat. Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON IV;

5) PEMOHON V, umur 32 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam,

Pendidikan Diploma I, Pekerjaan wiraswasta, Tempat tinggal di Kota Jakarta

Utara. Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON V;

6) PEMOHON VI, umur 31 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam,

Pendidikan SI, Pekerjaan Karyawan swasta, Tempat tinggal di Kota Jakarta

Utara. Selanjutnya disebut sebagai PEMOHON IV;

Pemohon I s/d VI dalam hal ini memberikan kuasa kepada JOKO UMBORO

R, SH. Advokat, sesuai surat kuasa khusus tertanggal 1 Oktober 2012,

selanjutnya disebut sebagai PARA PEMOHON.1

B. PERTIMBANGAN DAN PUTUSAN MAJELIS HAKIM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Para Pemohon adalah

sebagaimana terurai diatas;

Menimbang, bahwa setelah diteliti surat permohonan Para Pemohon dan

dihubungkan dengan keterangannya dimuka sidang, maka yang menjadi pokok

perkara dalam permohonan ini adalah tentang penetapan ahli waris dari almarhum

PEWARIS, untuk kepentingan mengurus harta peninggalan almarhum tersebut;

Menimbang, bahwa pada dasarnya tugas pokok Pengadilan adalah

menyelesaikan sengketa diantara para pihak, namun demikian Pengadilan boleh

1 Salinan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat, Penetapan No. 86/Pdt.p/2012/PA.JB.

Page 72: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

62

mengadili perkara permohonan (voluntair) jika perkara tersebut diatur oleh

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau ada kepentingan

hukumnya;

Menimbang, bahwa perkara ini adalah perkara permohonan penetapan ahli

waris dari mereka yang beragama Islam, maka sesuai ketentuan Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Pasal 49 dan

diubah dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, Pengadilan Agama secara

absolut berwenang untuk mengadili perkara ini, dan pula dalam perkara

permohonan aquo ada kepentingan hukumnya yaitu untuk mengurus harta

peninggalan almarhum PEWARIS;

Menimbang, bahwa bukti-bukti yang diajukan Pemohon pada dasarnya

telah memenuhi ketentuan hokum sebagaimana diatur dalam Pasal 164 HIR dan

Pasal 1866 KUHPerdata serta ketentuan hokum Syar’y yang berkaitan dengan

pembuktian perkara perdata, dan karenanya dapat dipertimbangkan;

Menimbang, bahwa sesuai surat permohonannya, Para Pemohon sebagian

besar berdomisili diwilayah hukum Pengadilan Agama Jakarta Barat, dan mereka

sepakat telah memilih berperkara di Pengadilan Agama Jakarta Barat, maka

sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 jo.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 jo. Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009,

maka Pengadilan Agama Jakarta Barat berwenang secara relative untuk

memeriksa perkara ini;

Page 73: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

63

Menimbang, bahwa sesuai bukti P-1 dan keterangan saksi-saksi telah

terbukti pula bahwa PEWARIS pada masa hidupnya beristeri dua orang dan

dalam perkawinan tersebut telah lahir 6 (enam) orang anak yaitu Para Pemohon;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-2, P-3 dan P-5 serta keterangan

saksi-saksi, telah terbukti pula bahwa PEWARIS telah meninggal dunia pada

tanggal 4 Februari 2011, selanjutnya disebut almarhum, dan isteri keduanya

bernama ISTERI II PEWARIS telah meninggal dunia terlebih dahulu yaitu pada

tanggal 6 September 2008, sedangkan isteri pertama bernama ISTERI I

PEWARIS telah meninggal dunia pada tanggal 24 April 2012;

Menimbang, bahwa selanjutnya siapakah yang menjadi ahli waris dari

almarhum PEWARIS, dan yang berhak untuk mewarisi harta peninggalan

almarhum, maka perlu diteliti lebih lanjut;

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Pasal 171 huruf (c), dinyatakan bahwa ahli waris adalah orang yang hidup pada

saat meninggalnya pewaris, mempunyai hubungan darah atau hubungan

perkawinan dengan pewaris, beragama Islam, dan tidak terhalang karena hokum

untuk menjadi ahli waris;

Menimbang, bahwa sesuai dengan keterangan Para Pemohon serta

kesaksian saksi-saksi telah terbukti bahwa ketika PEWARIS meninggal dunia

tanggal 4 Februari 2011, ahli waris yang hidup adalah seorang isteri yaitu ISTERI

I PEWARIS dan 6 orang anaknya yaitu Para Pemohon, sedangkan isteri

Page 74: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

64

almarhum bernama ISTERI II PEWARIS dan kedua orang tua almarhum telah

dahulu meninggal dunia dari pada almarhum;

Menimbang, bahwa Pemohon I bernama xxxxx mengaku beragama

Katolik, maka meskipun Pemohon I adalah anak kandung almarhum PEWARIS,

namun karena berlainan agama dengan almarhum, maka Pemohon I terhalang

untuk menjadi ahli waris almarhum. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 171 huruf (c)

dan 172 Kompilasi Hukum Islam, serta sabda Rasulullah Saw riwayat Imam

Buchori dan Muslim yang berbunyi:

ال يرث المسلم الكافروالالكافر المسلم

“ Orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang non Islam, dan

sebaliknya orang non Islam tidak dapat pula mewarisi harta orang Islam”.

Menimbang, bahwa sesuai keterangan saksi-saksi pula bahwa hubungan

kekeluargaan antara Pemohon II s/d VI dengan almarhum PEWARIS semasa

hidupnya tetap terjalin baik dan tidak ada tersangkut urusan pidana antara yang

satu kepada yang lainnya, mereka sama-sama beragama Islam dan tidak ada

halangan lainnya untuk saling mewaris sebagaimana dimaksud Pasal 173

Kompilasi Hukum Islam (KHI);

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, maka

sesuai ketentuan Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam dan al-Qur’an Surat an-Nisa

ayat 11, pengadilan berpendapat bahwa ahli waris almarhum PEWARIS yang sah

menurut hukum hanyalah seorang isteri dan 5 orang anak kandungnya yaitu

ISTERI I PEWARIS dan Pemohon II s/d VI;

Page 75: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

65

Menimbang, bahwa meskipun Pemohon I tidak termasuk ahli waris dari

almarhum PEWARIS, namun Pemohon I berhak menerima bagian dari harta

warisan almarhum PEWARIS dengan jalan wasiat wajibah yang besarnya

maksimal sepertiga bagian dari harta yang ditinggalkan oleh pewaris tetapi tidak

boleh lebih besar dari bagian ahli waris yang sederajat yaitu Para Pemohon

selaku anak kandung almarhum PEWARIS;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

diatas, maka permohonan Para Pemohon patut dikabulkan;

Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini adalah perkara permohonan

(voluntair), maka Para Pemohon patut dibebani membayar biaya perkara ini;

Mengingat segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

hokum syar’y yang berkaitan dengan perkara ini:

MENETAPKAN

1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon;

2. Menyatakan PEWARIS telah meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 2011;

3. Menyatakan ahli waris almarhum PEWARIS yang meninggal dunia pada

tanggal 4 Februari 2011 adalah seorang isteri dan 5 (lima) orang anak

kandungnya, yaitu:

a. PEWARIS (isteri);

b. PEMOHON I (Anak);

c. PEMOHON II (Anak);

d. PEMOHON III (Anak);

Page 76: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

66

e. PEMOHON IV (Anak);

f. PEMOHON V (Anak);

4. Menyatakan Pemohon I (Anak) berhak mendapat wasiat wajibah dari harta

warisan almarhum PEWARIS;

5. Membebankan kepada Para Pemohon untuk membayar biaya perkara yang

hingga kini dihitung sebesar Rp. 566.000,- (lima ratus enam puluh enam ribu

rupiah);

Demikian penetapan ini dijatuhkan di Jakarta Barat pada hari Rabu

tanggal 31 Oktober 2012 M, bertepatan tanggal 15 DzulHijjah 1433 H, oleh kami

Drs. H. Yusuf Buchori, SH, MSI. Sebagai Hakim Ketua, Drs. H. Shonhaji, MH

dan Drs. Sanusi, MH, masing-masing sebagai Hakim Anggota, penetapan mana

dibacakan pada hari itu juga oleh Hakim Ketua tersebut dalam sidang yang

terbuka untuk umum dengan dibantu oleh Gunadi, SH, MH sebagai Panitera

Pengganti, serta dihadiri oleh Para Pemohon atau Kuasanya;

Hakim Anggota I: Hakim Ketua:

DRS. SHONHAJI, MH DRS. H. YUSUF BUCHORI, SH, MSI

Hakim Anggota II:

DRS. SANUSI, MH

Page 77: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

67

Panitera Pengganti

GUNADI, SH, MH

Perincian biaya perkara:

1. Biaya Pendaftaran ………. Rp. 30.000,-

2. Biaya Proses ……………. Rp. 75. 000,-

3. Biaya Panggilan ……….... Rp. 450.000,-

4. Biaya Redaksi …………... Rp. 5.000,-

5. Biaya Materai …………… Rp. 6.000,-

Jumlah …………… Rp. 566.000,-

C. TINJAUAN KOMPILASI HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN

NOMOR. 86/Pdt.p/2012/PA.JB

Hakim sebagai penegak hukum mempunyai posisi sentral dalam

penerapan hukum. Hakim tidak hanya dituntut agar dapat berlaku adil tetapi ia

juga harus mampu menafsirkan undang-undang secara aktual sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan

masyarakat pencari keadilan dengan tetap mempertimbangan aspek keadilan,

kepastian hukum dan nilai kemanfaatannya.2 Melalui putusan-putusannya seorang

hakim tidak hanya menerapkan hukum yang ada dalam teks undang-undang tetapi

sesungguhnya ia juga melakukan pembaharuan-pembaharuan hukum ketika

2Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama (Jakarta:

Prenada Media Grup, 2008), h.278-285

Page 78: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

68

dihadapkan pada masalah-masalah yang diajukan kepadanya dan belum diatur

dalam undang-undang ataupun telah ada aturan tetapi dipandang tidak relevan

dengan keadaan dan kondisi yang ada (hakim menciptakan hukum baru (jadge

made law).3

Pada dasarnya putusan itu dituntut untuk menciptakan keadilan dan untuk

itu hakim melakukan penilaian dan pemeriksaan berdasarkan peristiwa dan fakta-

fakta di dalam proses persidangan. Maka dalam putusan hakim yang perlu

diperhatikan adalah pertimbangan hukumnya, sehingga dapat dinilai apakah

putusan yang telah dijatuhkan cukup memenuhi alasan yang obyektif ataukah

tidak. Hakim di lingkungan Peradilan Agama di Indonesia sebagai salah satu

penegak hukum Islam ternyata juga telah melaksanakan fungsi menetapkan

putusan terhadap perkara-perkara yang diajukan kepadanya dengan terlebih

dahulu mengemukakan pertimbangan-pertimbangan hukum pada putusannya

tersebut.

Dalam hukum Islam warisan tidak dapat diberikan kepada ahli waris yang

berbeda Agama. Hal ini dijelaskan dengan pertimbangan hakim tidak hanya pada

hukum yuridis tapi memakai sosiologis dan filosofis.4 Dan asasnya menggunakan

kesepakatan.

Penulis akan menganalisis penetapan Pengadilan Agama Jakarta Barat

mengenai penetapan wasiat wajibah bagi ahli waris non Muslim.

3Moh. Muhibbin. Pembaharuan Hukum Waris Islam Di Indonesia. h.3

4 Wawancara Pribadi dengan Drs. M. Rizal. Jakarta, 12 Mai 2014.

Page 79: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

69

Berdasarkan pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam perkara No.

86/Pdt.P/2012/PA.JB, setelah dilakukan proses persidangan dan para pemohon

hadir serta telah mengajukan bukti-bukti dan keterangan para saksi yang

dinyatakan sah oleh Majelis Hakim sesuai dengan pasal 165 HIR, bukti-bukti

serta keterangan para saksi dari para pemohon tersebut telah menerangkan secara

jelas dan saling berkaitan satu sama lain dan juga berdasarkan pengakuan dari

para pemohon itu sendiri yang menerangkan bahwa ada salah satu ahli waris yang

terbukti bukan beragama Islam akan tetapi beragama Katolik sampai waktu

pewaris meninggal dunia yaitu sebagai Pemohon I.

Dalam penetapannya, perkara No. 86/Pdt.P/2012/PA.JB tidak memberikan

bagian warisan kepada ahli waris yang berbeda agama melalui Kewarisan Islam

dengan alasan yang jelas sesuai dengan hadits Nabi Muhammad saw. yaitu:

Artinya: “Tidaklah seorang muslim mewarisi seorang non muslim (kafir)

dan tidak pula seorang non muslim (kafir) mewarisi seorang

muslim”.

Dan di dalam ketentuan Kompilasi Hukum Islam pasal 171 huruf (c) yang

menyatakan bahwa ahli waris adalah “Orang yang pada saat meninggal dunia

mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris,

beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.”5

5Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan &

Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara, 2007), h.290

Page 80: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

70

Ketentuan keberagamaan seseorang dapat ditentukan lewat identitasnya, hal ini

jelas dalam pasal 172 yang berbunyi “Ahli waris yang dipandang beragama Islam

apabila diketahui dari Kartu Identitas atau pengakuan atau amalan atau

kesaksian, sedangkan bayi yang baru lahir atau anak yang belum dewasa,

beragama menurut ayahnya atau lingkungannya.”6

Adapun pembagian wasiat wajibah yang diputus oleh hakim Pengadilan

Agama Jakarta Barat, dalam memutuskan perkara No. 86/Pdt.P/2012/PA.JB yang

penulis teliti, berdasarkan pertimbangan Majelis Pengadilan Agama Jakarta Barat

memberikan bagian warisan berupa wasiat wajibah kepada ahli waris non

Muslim. Majelis berpendapat bahwa apabila yang lainnya bisa diberi wasiat

wajibah seperti yang diberikan kepada anak angkat atau orang tua angkat yang

dalam hukum Islam yang bukan merupakan ahli waris atau tidak mempunyai

hubungan darah, apalagi terhadap anak yang mempunyai hubungan darah maka

ia bisa mendapatkan wasiat wajibah, jika ahli waris yang lain tidak keberatan.

Majelis dalam penetapannya menggunakan metode qiyas untuk menafsirkan

Pasal 209 KHI ini7. Selain itu majelis lebih mengedepankan mashlahah yang

akan timbul setelah adanya penetapan dari perkara ini. Ketika ahli waris tidak

keberatan saudaranya yang berbeda agama diberikan warisan, maka diberilah

6Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan &

Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara, 2007), h.290

7 Ayat 1: harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai dengan 193

tersebut. Sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah

sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkatnya.

Page 81: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

71

warisan tapi tidak dalam bentuk far’ul (bagian).

Kemudian diperkuat lagi oleh para saksi pada saat proses persidangan

yang menyatakan bahwa Pemohon I beragama Katolik, sedangkan Pemohon II

sampai dengan Pemohon VI adalah beragama Islam, maka hakim dalam

penetapannya tidak menjadikan Pemohon I sebagai ahli waris yang mustahak

(orang yang berhak) karena terhalang oleh perbedaan agama.8

Jadi Pemohon I tidak termasuk ahli waris dari almarhum Pewaris, namun

Pemohon I berhak menerima bagian dari harta warisan almarhum Pewaris

dengan jalan wasiat wajibah yang besarnya maksimal 1/3 bagian tetapi tidak

boleh lebih besar dari bagian ahli waris yang sederajat yaitu para Pemohon

selaku anak kandung almarhum Pewaris.

Jadi berdasarkan apa yang diuraikan diatas dapat dikatakan konsep wasiat

wajibah dan siapapun yang berhak menerima wasiat wajibah terdapat perbedaan

pendapat antara putusan Pengadilan Agma Jakarta Barat dengan ketentuan

Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang sebelumnya sudah diuraikan oleh penulis

dengan tambahannya dalam Pasal 171 huruf (c ) yang menyatakan bahwa ahli

waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah

atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang

karena hukum untuk menjadi ahli waris.9

Karena konsep wasiat wajibah yang diatur dalam perundang-undangan di

8 Salinan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat Nomor. 86/Pdt.p/ 2012/ PA.JB.

9Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan &

Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara, 2007), h.290

Page 82: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

72

Indonesia, hanya diperuntukan bagi anak angkat atau orang tua angkat, dan

pembagiannya bagi mereka tidak melebihi dari 1/3 dari ahli waris yang lainnya.

Sekalipun Pengadilan Agama Jakarta Barat memberikan hak wasiat

wajibah kepada ahli waris non Muslim, namun patut dihargai sebagai suatu hasil

ijtihad dalam upaya mengaktualisasikan nilai-nilai hukum kewarisan Islam di

tengah-tengah masyarakat Indonesia yang majemuk dalam banyak hal, baik

social, budaya, hukum maupun agama. Agar hukum Islam tidak kehilangan jati

dirinya sebagai agama yang rahmatan lil’ alamin.

Page 83: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

73

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan di uraian sebelumnya maka penulis dapat menarik

kesimpulan menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:

1. Berdasarkan pertimbangan perkara No. 86/Pdt.P/2012/PA.JB hakim

menetapkan perkara warisan Non-Muslim secara tekstual berdasarkan KHI

Pasal 209 dan Hadis. Majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat

memberikan penetapan kepada anak non-Muslim dengan jalan wasiat

wajibah. Anak yang non-Muslim tersebut tidak bisa di jadikan sebagai ahli

waris di sebabkan perbedaan agama. Majelis hakim mengqiyaskan kepada

anak angkat yang di atur dalam Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam, dengan

alasan bahwa anak angkat dan orang tua angkat saja bisa menerima wasiat

wajibah padahal tidak ada hubungan darah dengan pewaris. Maka menurut

hakim ahli waris yang terhalang pun bisa untuk menerima wasiat wajibah,

karena dia masih memiliki hubungan darah hanya saja dia tidak berhak untuk

mendapatkan warisan melalui jalur dzawil arham, kemudian hakim tidak

hanya merujuk kepada landasan yuridis akan tetapi hakim memakai landasan

sosiologis dan filosofis, asasnya menggunakan kesepakatan. Adapun yang

dimaksud landasan yuridis yaitu ayat Al-Qur’an, hadits, Kompilasi Hukum

Islam, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hal ini yang

Page 84: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

74

menjadikan ahli waris non muslim terhalang menjadi ahli waris yang berhak

sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 11, hadits dan

Pasal 171 huruf c, Pasal 172, Pasal 173 dan Pasal 174 Kompilasi Hukum

Islam.

2. Dasar pembagian wasiat wajibah di atur dalam Pasal 209 Kompilasi Hukum

Islam (KHI) yang menerangkan bahwa:

a. Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan pasal 173 sampai dengan

193 KHI. Sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak menerima wasiat

diberi wasiat wajibah, sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan anaknya.

b. Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat, diberi wasiat wajibah

sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya. Kompilasi

Hukum Islam di Indonesia mempunyai ketentuan tersendiri tentang konsep

wasiat wajibah ini, yaitu membatasi orang berhak menerima wasiat wajibah

ini hanya kepada anak angkat dan orang tua angkat saja.

Dasar pembagian wasiat wajibah menurut Kompilasi Hukum Islam,

menetapkan bahwa antara anak angkat dan orang tua angkat terbina hubungan

saling berwasiat. Dalam Pasal 209 ayat (1) dan ayat (2) berbunyi: (1). Harta

peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai dengan 193

tersebut di atas, sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak menerima

wasiat wajibah diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta

warisan anak angkatnya. (2) Terhadap anak angkat yang tidak menerima

Page 85: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

75

wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang

tua angkatnya.

3. Pandangan hukum Islam terhadap penetapan No. 86/Pdt.p/2012/PA.JB bahwa

ahli waris non-Muslim tidak mendapatkan bagian ahli waris dari pewaris

karena terhalang perbedaan agama seperti sabda Rasulullah Saw yang

berbunyi:

ال يرث المسلم الكافر وال الكافر المسلم.

Artinya:“Tidaklah seorang muslim mewarisi seorang non muslim (kafir) dan

tidak pula seorang non muslim (kafir) mewarisi seorang muslim.”

Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, maka sesuai ketentuan pasal

174 Kompilasi Hukum Islam dan Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 11,

pengadilan berpendapat bahwa ahli waris almarhum pewaris yang sah

menurut hukum hanyalah seorang istri dan 5 orang anak kandungnya. Adapun

pandangan Kompilasi Hukum Islam (KHI) terhadap penetapan No.

86/Pdt.p/2012/PA.JB bahwa ahli waris non-Muslim tidak termasuk ahli waris,

hal ini diatur dalam Pasal 171 huruf (c) yang menyatakan seorang ahli waris

adalah orang yang hidup pada saat meninggalnya pewaris, mempunyai

hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam,

dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. Maka dari itu

hakim tidak menjadikan anak non-Muslim sebagai ahli waris, akan tetapi

hakim memutuskan anak non-Muslim tersebut berhak menerima bagian dari

harta warisan dengan jalan wasiat wajibah yang ketentuan diatur di dalam

Page 86: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

76

Pasal 209 KHI.

SARAN

Dari pemaparan di atas, saran penulis sebagai berikut:

1. Perlu adanya pelaksanaan penyuluhan mengeai pembagian wasiat wajibah

kepada ahli waris yang berbeda agama dengan cara mensosialisasikannya

melalui seminar-seminar, agar pembagian wasiat wajibah tersebut dapat

diketahui dan dijalankan oleh masyarakat dari berbagai kalangan.

2. Kepada Pengadilan Agama khususnya di Pengadilan Agama Jakarta Barat

dalam menerima, memeriksa, dan memutus perkara waris khususnya

mengenai perkara permohonan penetapan ahli waris yang terdapat ahli waris

non muslim didalamnya agar lebih cermat dan teliti dengan memberikan

alasan-alasan yang jelas sehingga penetapan tersebut menghasilkan kepastian

hukum serta rasa keadilan di tengah-tengah masyarakat.

3. Hakim dalam memberikan putusan, perlu memperhatikan faktor yang

seharusnya diterapkan profisional yaitu: keadilan, kepastian hukumnya dan

manfaat.

Page 87: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

77

DAFTAR PUSTAKA

Al- Qur’an al-Karim.

Abi Abdillah, Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim al-Bukhari. Shahih Bukhari Juz

IV. Beirut: Daarul Ahya al-Kitab al-Arabiyah, 1985.

Al-Utsmain dan Syaikh Muhammad bin Shalih. Panduan Praktis Hukum Waris

Menurut Al-Quran dan As-Sunnah Yang Shahi. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir,

2006.

Allusy, Syeh Abdillah Abdussalam. Ibanah al-Ahkam Fi Syarhi Bulughul Maram Juz

III. Beirut: Dar El-Fikr, 2004.

al-Shiddieqy, Hasbi. Fiqhul Mawaris: Hukum-Hukum Warisan dalam Syari’at Islam.

Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

Ash-Shabuni, Muhammad Ali. Pembagian Waris Menurut Islam. Penerjemah A.M.

Basmallah. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Bungi, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi Ke Arah

Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers, 2004.

Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedi Hukum Islam. Vol. VI. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hoeve.

Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.

Jakarta: Direktorat PembinaanPeradilan Agama, 2002.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam 5. cet.IV. Jakarta: PT

Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.

Habiburrahman. Rekontruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia. Jakarta:

Kementerian Agama RI, 2011.

Hazairin. Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Qur’an dan Hadith. Jakarta: PT.

Tintamas Indonesia, 1982.

Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. ed.IV. Jakarta: PT. Gramedia,

2008.

Page 88: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

78

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar. Ahkamul Mawaarits fil-Fiqhil-Islami.

Penerjemah Aldizar, Addys dan Fathurrahman. Hukum Waris. Jakarta:

Senayan Abadi Publishing, 2011.

Kementerian Agama RI. Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer di

Indonesia. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012.

Mahmood, Tahir. Personal Law In Islamic Countries. New Delhi: Times Press, 1987.

Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975.

Jakarta: Erlangga, 2001.

Makinuddin.“Bagian Ahli Waris Non Muslim Melalui Wasiat Wajibah”. Artikel

diakses pada 24 Mei 2014 dari http://ejournal.sunan-ample.ac.id.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama.

Jakarta: Prenada Media Grup, 2008.

Muhibbin, Mohammad dan Wahid Abdul. Hukum Kewarisan Islam: Sebagai

Pembaruan Hukum Positif di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet.

IV. Jakarta : Balai Pustaka, 2007.

Rahman, Fatchur. Ilmu Waris. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1994.

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia. cet. VI. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah. cet.I. Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009.

Sajuti, Thalib. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia. cet. VIII. Jakarta: Sinar

Grafika, 2004.

Salman, Otje dan Mustafa Haffas. Hukum Waris Islam. Bandung: PT Rafika

Aditama, 2006.

Sarmadi A. Sukri, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif, cet. I.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997.

Suparman, Eman. Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW.

Bandung: refika aditama, 2007.

Page 89: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

79

Suma, Muhammad Amin. Keadilan Hukum Waris Islam:Dalam Pendekatan Teks dan

Konteks. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Sofyan, Yayan. Islam Negara (Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam

Hukum Nasional). Jakarta: RMBooks, 2012.

Syarifuddin, Amir. Hukum Kewarisan Islam. cet. I. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Tim Penulis Fakultas Syari’ah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta:

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2012.

Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang

Kompilasi Hukum Islam. cet. II. Bandung, Fokusmedia, 2007.

Tono, Sidik. Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan.

Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012.

Usman, Suparman dan Somawinata Yusuf, Fiqh Mawaris: Hukum Kewarisan Islam.

Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan &

Kompilasi Hukum Islam. Bandung: Citra Umbara, 2007.

Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adilatuhu. Jilid. X, Penerjemah. Abdul Hayyie al-

Kattani, dkk, Cet.I. Jakarta: Gema Insani, 2011.

Page 90: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 91: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 92: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 93: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 94: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 95: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 96: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 97: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 98: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 99: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 100: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 101: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 102: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 103: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama
Page 104: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

1

HASIL WAWANCARA

1. Siapa nama Bapak dan apa posisi bapak saat ini di Pengadilan Agama Jakarta

Barat?

Jawaban:

Nama saya Drs. M. Rizal, SH, MH. Posisi saya saat ini sebagai hakim

Pengadilan Agama Jakarta Barat.

2. Menurut bapak, apa pengertian dari wasiat wajibah dalam Kompilasi Hukum

Islam?

Jawaban:

Wasiat wajibah adalah sebuah ketentuan yang diberikan oleh hakim dalam

menetapkan atau memutuskan suatu perkara. Dalam memutuskan perkara

hakim pun tidak boleh berpaling dari konteks KHI yang ada.

3. Menurut bapak, bagaimana konsep wasiat wajibah di Indonesia?

Jawaban:

Konsep wasiat wajibah tidak hanya untuk anak angkat dan orang tua angkat

saka, akan tetapiu bergantung pula pada ijtihad hakim. Dalam memutuskan

hakim memandang kepada mashlahah yang akan timbul dan tidak boleh

bertentangan dengan syari’at Islam. Dan adapun pertimbangan hakim tidak

hanya pada hukum yuridis tetapi hakim memakai hukum sosiologis dan

filosofis. Dalam hukum Islam warisan tidak dapat diberikan kepada ahli waris

yang berbeda agama begitu pula pendapat majelis dalam menetapkan perkara

Page 105: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

2

ini. Akan tetapi majelis memberikan terobosan lain berupa wasiat wajibah

kepada ahli waris yang tidak beragama Islam.

4. Apa yang melatarbelakangi wasiat wajibah dalam KHI diberikan hanya

kepada anak angkat dan orang tua angkat? Sedangkan di Negara Mesir dan

Negara-negara Islam lainnya wasiat wajibah diperuntukan bagi cucu yang

terhalang?

Jawaban:

Yang melatarbelakangi pembentukan wasiat wajibah berbeda dengan negara-

negara Islam adalah karena memiliki tujuan untuk membentuk hukum-hukum

baru sehingga dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul

dimasyarakat. Berbedanya isi wasiat wajibah yang ada dalam KHI dengan

wasiat wajibah yang ada dalam negara muslim merupakan suatu warna dalam

studi keilmuan, sehingga civitas akademika dapat membahas mengenai

perbedaan tersebut.

5. Dalam KHI disebutkan bahwa wasiat wajibah hanya diperuntukan bagi anak

angkat dan orang tua angkat, kemudian mengapa majelis hakim menetapkan

ahli waris yang murtad untuk mendapat wasiat wajibah?

Jawaban:

Majelis berpendapat, Pasal 209 KHI yang menjadi dasar pertimbangan utama

mengapa majelis memberikan bagian warisan berupa wasiat wajibah, karena

majelis berpendapat bahwa apabila yang lainnya bisa diberi wasiat wajibah

seperti yang diberikan kepada anak angkat dan orang tua angkat yang dalam

Page 106: PENETAPAN BAGIAN WARISAN NON MUSLIM DENGAN WASIAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...penetapan bagian warisan non muslim dengan wasiat wajibah di pengadilan agama

3

hukum Islam bukan merupakan ahli waris atau tidak mempunyai hubungan

darah, akan tetapi KHI membuat terobosan hukum. Majelis berpendapat

bahwa anak yang non-Islam ini bisa juga untuk mendapatkan wasiat wajibah,

apalagi ahli waris yang lain tidak keberatan, yang menjadi pokok adalah ahli

waris yang lain tidak keberatan. Majelis dalam penetapannya menggunakan

metode qiyas untuk menafsirkan Pasal 209 KHI ini, selain itu majelis lebih

mengedepankan mashlahah yang akan timbul setelah adanya penetapan dari

perkara ini. Ketika ahli waris tidak keberatan saudaranya yang berbeda agama

diberikan warisan, maka diberilah warisan tapi tidak dalam bentuk far’ul.

Masing-masing mempunyai bagian, anak angkat mempunyai bagian begitu

pun ahli waris yang non-Islam. Akan tetapi ahli waris non-Islam disini hanya

mendapatkan harta warisnya saja tidak dapat dimasukkan sebagai ahli waris.

Sehingga tidak ada yang saling dikedepankan satu sama lain, karena keduanya

mendapatkan bagian masing-masing. Bagian untuk wasiat wajibah yaitu

maksimal 1/3 dari harta yang ditinggalkan untuk keduanya baik berserikat

ataupun tidak.

Narasumber

Drs. M. Rizal, SH, MH.