hh
-
Upload
alind-davinci-ayyin -
Category
Documents
-
view
219 -
download
3
description
Transcript of hh
ARTIKEL PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDIDIKAN,
PENGHASILAN YANG DIMILIKI DAN STATUS PEKERJAAN
TERHADAP POTENSI KOLESTEROL PADA ORANG LANJUT USIA
Disusun oleh:
Azrin Agmalina
NIM 102012327
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA BARAT
2015
ABSTRAK
Kolesterol biasa ditemui pada orang yang telah berusia dewasa hingga lanjut usia. Hal
ini dikarenakan penumpukan lemak yang telah lama sedangkan tubuh lambat laun tidak mampu
bekerja dengan optimal. Selain makan makanan tinggi kolesterol dan kurang berolahraga,
faktor risiko penyakit jantung dan stroke lainnya adalah kebiasaan merokok, stress, diabetes
melitus, obesitas, serta hipertensi.
Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan sampel sebanyak 54 orang. Metode
analisis data yang digunakan adalah chi square dan deskripsi karakteristik responden. Variable
yang digunakan didalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang berusia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, dan status pekerjaan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara berusia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, dan status pekerjaan terhadap potensi kolesterol
tinggi pada orang lansia. Hal ini tinjukkan dari hasil analisis chi squre dengan nilai p value
sebesar 0,631, 0,804, 0,078, dan 0,463 dimana keseluruhannya kurang dari taraf kesalahan
5%.
Kata kunci : chi square, kolesterol, deskripsi karakteristik responden.
1
Abstract
Colesterol is often can be found at people with age from adult until old. the thing is
because of axunge cumulation that continues too long, while the body goes slow that make
can’t handle the work with good. beside of food with high colesterol and less fitness, the risk
factor of heart and stroke disease is the manners of smoking, stress, diabetes, melitus, obesity,
also hypertension.
This research is a survey research with total value almost 54 people. Analysis data
method where used is chi square and respondent charactheristics description. Variable where
used in this research is respondents charateristics by age, sex, grade school, wealth, and job.
The result of research show that is no connection between age, sex, grade school,
wealth, and job with the potention of high colesterol at old people. This can be showed from chi
square analysis result with p value amount 0,631, 0,804, 0,078, and 0,463 where the overall
less from 5% fault.
Key words: chi square, cholesterol, descriptions responden characteristic.
PENDAHULUAN
Populasi penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan termasuk di Indonesia
yang awalnya hanya terjadi di negara maju (Watson dalam Simanullang dkk, 2011), disebabkan
oleh karena meningkatnya umur harapan hidup. Peningkatan umur harapan hidup ini
disebabkan oleh 3 hal yaitu: (1) kemajuan dalam bidang kesehatan, (2) meningkatnya sosial
ekonomi dan (3) meningkatnya pengetahuan masyarakat.1
Kemajuan teknologi di era sekarang ini membawa banyak pengaruh bagi masyarakat.
Termasuk dampak kesehatan bagi sebagian masyarakat. Muncul berbagai macam jenis
penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup masyarakat. Selain itu tuntutan hidup membuat
sebagian besar masyarakat Indonesia menjadi berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Kebutuhan hidup yang meningkat ini mendorong para pembisnis untuk menjadikan
sebagai peluang usaha. Banyak bermunculan rumah makan mendorong banyak orang ingin
meluangkan waktu untuk mencoba cita rasanya. Bahkan tidak jarang dari masyarakat yang
mengabaikan tentang kesehatan akibat tidak menjaga pola makan.2
Kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat akan dampak buruk akibat tidak menjaga
pola makan sepertinya masih membayang-bayangi masyarakat Indonesia. Salah satu akibat
2
dari tidak menjaga gaya hidup dengan baik adalah berakibat dari timbulnya kolesterol yang
tinggi atau high kolesterol. Sedangkan seseorang yang mengalami kolesterol tinggi lama
kelamaan akan mengakibatkan stroke dan penyempitan arteri di jantung yang berdampak pada
penyakit jantung.3
Kolesterol biasa ditemui pada orang yang telah berusia dewasa hingga lanjut usia. Hal
ini dikarenakan penumpukan lemak yang telah lama sedangkan tubuh lambat laun tidak mampu
bekerja dengan optimal. Menurut Nugroho dalam Simanullang dkk, 2011, jika pemerintah dan
berbagai program pembangunan tidak mengantisipasi keadaan ini maka keberadaan lansia
akan menjadi bom waktu. Dengan meningkatnya jumlah lansia maka akan membutuhkan
penanganan yang serius karena secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran, baik secara
fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh akan membuat
lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Selain itu pada lansia
juga sering terjadi ketergantungan fisik, tidak dapat lagi melakukan aktivitas sehari-hari sendiri
oleh karena adanya penyakit. Adanya peningkatan jumlah lansia juga akan membuat masalah
kesehatan yang dihadapi akan semakin kompleks terutama yang berkaitan dengan masalah
penuaan (Nugroho, dalam Simanullang dkk, 2011). 1
Selain makan makanan tinggi kolesterol dan kurang berolahraga, faktor risiko penyakit
jantung dan stroke lainnya adalah kebiasaan merokok, stress, diabetes melitus, obesitas, serta
hipertensi. Merokok atau minum alcohol akan meningkatkan risiko stroke sampai 200%.
Menurut survey yang dilakukan oleh Yayasan Jantung Indonesia, masyarakat kita sebetulnya
sudah tahu semua faktor risiko ini, tapi tidak ada usaha untuk mencegah atau menghindarinya.
Meski banyak menimpa usia tua, stroke di usia muda harus diwaspadai. Gaya hidup tidak sehat
membuat mereka yang berusia muda, yaitu antara 18 – 45 tahun semakin berisiko terkena
stroke. Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi makanan berlemak meningkatkan risiko stroke
di kalangan ini.3
Strok merupakan salah satu akibat dari kolesterol tinggi. Menurut WHO (World Health
Organization) tahun 2012, kematian akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan
oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan
tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara
patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan pencetus
beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan
memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat akibat
metabolisme glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak (Rico dkk, 2008).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat
3
seiring bertambahnya umur. Seseorang menderita stroke karena memiliki perilaku yang dapat
meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan
tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang aktivitas fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan
risiko terkena penyakit stroke (Aulia dkk, 2008).4
Gaya hidup sering menjadi penyebab berbagai penyakit yang menyerang usia produktif,
karena generasi muda sering menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya
mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat. Selain banyak
mengkonsumsi kolesterol, mereka mengkonsumsi gula yang berlebihan sehingga akan
menimbulkan kegemukan yang berakibat terjadinya penumpukan energi dalam tubuh (Suryani.
2014). Gaya hidup yang kurang baik biasanya dialami oleh orang yang bekerja. Keterbatasan
waktu yang dimiliki membuat orang yang sibuk jarang berolahraga. Selain itu orang yang
bekerja memiliki penghasilan sehingga sering meluangkan waktu untuk membeli makanan yang
tanpa disadari bahwa terlalu sering mengkonsumsi makanan yang enak-enak menyebabkan
penumpukan lemak dan dapat mengakibatkan kolesterol menjadi tinggi. Berdasarkan
keterangan di atas maka penelitian ini ingin mengetahui tentang hubungan antara jenis kelamin,
tingkat pendidikan, penghasilan yang dimiliki dan status pekerjaan dengan kolesterol pada
orang lanjut usia.5
Tujuan penelitian
hubungan antara jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan yang dimiliki dan status
pekerjaan terhadap tingkat kolesterol pada pasien lanjut usia.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian kolesterol
Asal kata kolesterol berasal dari bahasa Yunani, chole yang berarti empedu, dan stereo
yang berarti padat. Kolesterol adalah senyawa lemak yang lunak, berbentuk seperti lilin yang
ditemukan di antara lipid dalam aliran darah dan dalam semua sel tubuh. Diperlukan untuk
membentuk membran sel, hormon, dan fungsi-fungsi tubuh lainnya (Mackay dalam Hafidz,
2014).6
Kolesterol diukur dalam satuan milligram per desiliter darah yang biasa disingkat mg/dL
(Nurrahmani, dalam Hafidz, 2014). Kadar kolesterol darah diukur dalam satuan mg/dL, maka
pengkategoriannya sesuai dengan hasil pertemuan ATP III (pertemuan Adult Treatment Panel
yang ketiga) yang diadakan oleh National Cholesterol Education Program (NCEP) adalah
sebagai berikut:
4
Tabel 1. Kategori Kadar Kolesterol Total Darah Menurut Adult Treatment Panel (ATP) III.6
Kadar kolesterol (mg/dL) Kategori
< 200 Optimal
200-239 Ambang batas
≥ 240 Tinggi
Jika kadar kolesterol dalam darah lebih dari 200 mg/dL, maka akan beresiko penyakit
jantung. Pada tahun 1985 diterbitkan rekomendasi National Cholesterol Education Program
(NCEP) yang pertama. Rekomendasi dasar bahwa kolesterol dalam darah tidak melebihi 200
mg/dL masih berlaku hingga saat ini mengikuti pembaharuan pada tahun 2002 (Durstine dalam
Badriyah, L. 2013).7
Bahaya kolesterol
Kelebihan kolesterol dalam tubuh terutama berkaitan dengan aterosklerosis yaitu
pengendapan lemak dalam dinding pembuluh darah sehingga distensibilitas pembuluh darah
menurun (Fatmah dalam Badriyah, L. 2013). Menurut penelitian, proses aterosklerosis telah
terjadi sejak anak-anak. Proses ini akan terus berlangsung seiring dengan pertambahan umur.
Proses aterosklerosis menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah menjadi tidak elastis,
memperkecil diameter pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah, dan
mengakibatkan sumbatan embolus pada pembuluh darah akibat terlepasnya plal aterosklerosis
pada dinding pembuluh darah.8
Plak dapat menebal di dinding pembuluh darah namun tidak semua plak menempel
kuat. Sebagian plak bersifat rapuh dan mudah lepas dari dinding pembuluh darah yang dapat
terjadi kapan saja dan menimbulkan suatu serangan tiba-tiba seperti jantung dan strok. Berikut
ini berbagai dampak kronik dan akut dari kadar kolesterol tinggi (Garnadi dalam Badriyah, L.
2013).9
a. Stroke
Aterosklerosis pada pembuluh darah otak menyebabkan penyakit serebrovaskular atau
penyakit pembuluh darah otak seperti stroke. Stroke merupakan masalah kesehatan yang
utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius
yang dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang
5
mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia
produktif maupun usia lanjut (Junaidi dalam Purwaningtiyas, 2014).10
b. Jantung coroner
Kadar Kolesterol tinggi dipengaruhi oleh seringnya mengkonsumsi makanan yang tinggi
kolesterol. Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, akan semakin besar peluangnya
untuk menaikkan kadar kolesterol total dan menurunkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar HDL darah yang rendah akan berpengaruh pada rasio total kolesterol dan
HDL, yang dapat digunakan untuk memprediksi risiko Penyakit Jantung Koroner. Mintalangi
(2013).11
Kadar kolesterol yang tinggi merupakan 56% faktor yang berkontribusi besar dalam
penyebab terjadinya PJK (Mackay dalam Hafidz, 2014). Kolesterol dalam darah diedarkan
oleh lipoprotein, diantaranya ada dua jenis lipoprotein utama, yaitu Low Density Lipoprotein
(LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL) (Bull & Morrell dalam Hafidz, 2014). Konsekuensi
hiperlipidemia yang paling penting adalah peningkatan kolesterol serum, terutama
peningkatan LDL yang merupakan predisposisi terjadinya aterosklerosis serta meningkatnya
risiko terjadinya PJK (Fathoni dalam Hafidz, 2014). Sedangkan HDL bersifat protektif
terhadap kemungkinan pengendapan aterosklerosis. Hasil studi menunjukkan konsentrasi
tinggi kolesterol HDL dalam sirkulasi membantu mencegah PJK (Mensink, et al dalam
Hafidz, 2014).12
c. Aterosklerosis pada pembuluh darah tungkai
Aterosklerosis pada pembuluh darah tungkai menyebabkan penyakit arteri perifer. Keadaan
ini paling sering terjadi pada pembuluh darah kaki. Sumbatan pada pembuluh darah kaki
menyebabkan keluhan nyeri, kram, bahkan menimbulkan komplikasi berupa gangrene pada
kaki. Pasien yang mengalami penyakit arteri perifer berisiko mendapatkan serangan jantung.
Badriyah, L. (2013).13
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol total
Banyak faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol total darah. Menurut National
Heart Lung and Blood Instituse (NHLBI) faktor yang mempengaruhi tingginya kadar kolesterol
total dibagi dalam faktor resiko yang dapat diubah dan faktor resiko yang tidak dapat diubah.
Faktor resiko yang dapat diubah misalnya indeks massa tubuh, aktifitas fisik, dan asupan zat
6
gizi. Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah jenis kelamin, umur, dan
genetik.14
1. Umur
Pada umur beranjak dewasa dan tua orang akan semakin rawan dengan
serangan kolesterol tinggi. Pada umur dewasa dan tua biasanya orang cenderung tidak
aktif bergerak seperti remaja dan anak-anak (Mumpuni dan Wulandari, 2011). Pada
umumnya dengan bertambahnya umur orang dewasa, aktifitas fisik menurun, massa
tubuh tanpa lemak menurun, sedangkan jaringan lemak bertambah (Soetardjo, 2011).
Perubahan komposisi tubuh akibat menua menyebabkan penurunan massa
tanpa lemak dan massa tulang, sedangkan massa lemak tubuh meningkat. Perubahan
tersebut karena aktifitas beberapa jenis hormone yang mengatur metabolism menurun
sesuai dengan umur (seperti insulin, hormone pertumbuhan dan androgen) sedangkan
yang lain meningkat (seperti prolactin). Penurunan beberapa jenis hormone ini
menyebabkan penurunan massa tanpa lemak sedangkan peningkatan aktifitas hormone
lainnya meningkatkan massa lemak. Hal tersebut juga disebabkan karena menurunnya
aktifitas fisik dengan bertambahnya umur yang pada akhirnya menyebabkan
menurunnya angka metabolism basal (Soetardjo, 2011).14
Penelitian dari Cooper Clinic, Dallas-USA tentang pengaruh umur terhadap profil
lemak darah pada laki-laki (2000 orang) dan perempuan (589 orang) didapatkan bahwa
kenaikan kolesterol total pada laki-laki seiring dengan bertambahnya umur. Kolesterol
total dan LDL mengalami kenaikan laju kecepatan yang sama. Banyak peneliti
menyimpulkan bahwa semakin tua seseorang, makin berkurang kemampuan atau
aktifitas reseptor LDL-nya, sehingga menyebabkan LDL darah meningkat dan
mempercepat terjadinya penyumbatan arteri. Penyebab lainnya bahwa semakin tua
seseorang, makin banyak yang menderita obesitas atau perswentase lemak tubuh
naik.14
2. Jenis kelamin
Hormon seks pada wanita estrogen diketahui dapat menurunkan kolesterol
darah dan hormone seks pria yaitu andogen dapat meningkatkan kadar kolesterol darah
(Fatimah dalam Simanullang dkk, 2011). Maka dari itu kurangnya hormone estrogen
akibat menopause pada perempuan menyebabkan atopi jaringan, meningkatnya lemak
7
perut, meningkatnya kolesterol total dan lebih beresiko mengalami penyakit jantung
(Krinke, 2002).15
Pada wanita prevalensi kolesterol total tinggi meningkat berhubungan dengan
meningkatnya umur pada semua ras. Beberapa studi didapatkan setelah menopause
diperkirakan 5-19% wanita mengalami peningkatan kadar kolesterol total (Krummer,
1996). Penelitian Aerobic Center di Dallas USA menyimpulkan bahwa estrogen pada
perempuan dianggap sebagai faktor proteksi penyakit jantung. Perempuan mengalami
perubahan di dalam tubuh berkaitan dengan menopause. Pada awal pre-menopause,
estrogen mencegah terbentuknya plak pada arteri dengan menaikkan kadar HDL,
menurunkan kadar LDL dan kolesterol total. Setelah menopause, perempuan
mengalami tingkat kadar estrogen menurun sehingga memiliki resiko tinggi penyakit
jantung (Soeharto, dalam Simanullang dkk, 2011).16
Hasil penelitian Murti dalam Simanullang dkk, 2011) menunjukkan terdapat
perbedaan kadar kolesterol total dengan jenis kelamin. Hal ini selaras dengan hasil
penelitian Madupa dalam Simanullang dkk, 2011) yang menyatakan adanya hubungan
bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat kolesterol total. Perempuan mempunyai
resiko kolesterol total tinggi (≥200 mg/dL) 2,19 kali dibandingkan laki-laki. Namun hasil
penelitian Iriani (2005) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan jenis kelamin dengan
resiko terjadinya hiperkolesterolemia pada lansia.17
3. Makanan
Faktor yang menyebabkan kadar kolesterol darah meningkat adalah dengan
memakan makanan yang berasal dari hewan secara berlebihan. Dikarenakan binatang
menghasilkan kolesterol sendiri, sebagaimananya manusia. Bila memakan hewan atau
hasil produk dari hewan, seperti susu, keju, mentega dan telur, akan memperoleh
banyak kolesterol, jauh lebih banyak daripada yang dibutuhkan atau dapat ditangani
secara aman oleh tubuh manusia. Tetapi berbeda dengan tumbuhan yang tidak
mengandung kolesterol. Ekowatiningsih, D (2014).5
Kolesterol membantu mengangkut lemak yang sudah diolah dari hati ke seluruh
tubuh. Pembuluh darah sebagai penghubungnya. Setelah menjalankan proses
sebelumnya, kolesterol kembali ke hati dan mengulang lagi proses sebelumnya. Setelah
ditelan, lemak atau makanan yang masuk ke lambung kemudian ke usus halus untuk
dicerna dan diserap.10
8
Beberapa potongan LDL dapat tersangkut disepanjang dinding pembuluh darah
dan akan mempersempit pembuluh darah. Peran dari HDL adalah melepaskan LDL
yang tersangkut di dinding-dinding pembuluh darah dan mengirimkannya kembali ke
hati. Ketika seseorang mengkonsumsi lemak secara berlebihan, akan banyak kolesterol
jahat atau LDL yang menyangkut di dinding pembuluh darah, dan tidak ada kolesterol
baik atau HDL yang akan melepaskannya. Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kadar kolesterol meningkat tinggi, dan yang paling utamanya adalah
makanan yang mengandung nabati atau yang berasal dari hewan, obesitas dan
kurangnya olahraga. Ada juga penyebab lainnya yaitu, diet tinggi lemak jenuh, kolesterol
dan kalori berlebihan, gagal ginjal, penyalahgunaan alkohol secara akut, pemakaian
obat-obat tertentu dan faktor keturunan.4
Pola hidup sehat
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam kehidupan manusia kesehatan
merupakan hal terpenting, karena untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tubuh tetap bugar
dalam menjalakan aktifitas seharihari. Agar kesehatan tetap terjaga dengan baik maka perlu
menjaga pola hidup seharisehari. Pola hidup sehat dapat dilakukan dengan olahraga, makanan
yang bergizi, istirahat yang cukup dan juga lingkungan yang sehat. Ekowatiningsih, D (2014).13
Olahraga merupakan kegiatan yang mudah dilakukan, namun kebanyakan masyarakat
mengabaikannya. Olahraga sebenarnya sumber kesehatan bagi tubuh. Olahraga yang teratur
dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti dapat menurunkan darah
tinggi, menguatkan tulang-tulang, meningkatkan HDL (kolesterol baik), dan juga akan
memberikan kebugaran.17
Mengkonsumsi makanan merupakan sumber tenaga bagi tubuh, karena didalam
makanan terdapat kebutuhan bagi tubuh, oleh karena itu manusia harus mengetahui tentang
makanan yang dibutuhkan bagi tubuh. Namun ada sebagian masyarakat yang belum
mengetahui bahwa makanan yang dibutuhkan oleh tubuh dan makanan yang tidak dibutuhkan
oleh tubuh. Makanan yang baik bagi tubuh ialah makanan yang memberikan kebutuhan yang
cukup bagi tubuh. Makanan yang dapat mengurangi kadar kolesterol jahat dalam tubuh ialah
buah-buahan. Rahmianti dkk (2014).8
Selain buah-buahan, makanan yang dapat mengurangi kadar kolesterol jahat didalam
tubuh adalah susu rendah lemak, yoghurt, susu kedelai, ikan dan putih telur. Mengkonsumsi
terlalu banyak lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol di dalam tubuh. Lemak jenis ini
9
dapat ditemukan pada daging jeroan, keju, minyak kelapa, daging, telur, kue-kue, dan berbagai
jenis makanan yang digoreng.9
METODOLOGI
Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei, survei merupakan satu jenis
penelitian yang banyak dilakukan oleh peneliti dalam berbagai bidang. Penelitian ini
menggunakan rancangan cross sectional, yaitu peneliti dengan menggunakan data yang
menunjukkan titik waktu tertentu atau pengumpulannya dilakukan dalam waktu bersamaan.
(Sugiyono, 2008)
Populasi dan sampel penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan.(Sugiyono, 2008). Penelitian ini populasinya adalah konsumen di
laboratorium. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien lanjut usia dengan usia yang melakukan
pengecekan kolesterol.
Kriteria sampel kontrol pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi, yaitu:
1. Merupakan konsumen di laboratorium clinis.
2. Usia lebih dari 60 tahun
b. Kriteria esklusi, yaitu:
Selain konsumel di laboratorium clinis.
Variabel penelitian
1. Variable Bebas (independent Variabel)
Variable Independent penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
penghasilan yang dimiliki oleh pasien, dan status pekerjaan.
2. Variable Terikat (Dependent Variabel)
Variable dependen penelitian ini adalah hasil pengecekan kolesterol total pasien.
10
Definisi operasional variabel
Variabel bebas atau independen di dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, penghasilan yang dimiliki oleh pasien, dan status pekerjaan. Skala dari
variabel bebas ini adalah nominal. Variabel terikat atau dependen di dalam penelitian ini berupa
hasil pengukuran kolesterol total. Pengukuran kolesterol total ini merupakan rasio dengan
satuan mg/dL. Selain dengan menggunakan skala rasio, hasil pengukuran kolesterol total ini
diubah dalam bentuk nominal berdasarkan kategori yang telah dipaparkan di bab sebelumnya.
Metode Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan mengenai
gambaran dari masing-masing variabel dan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik (Saryono, 2011).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui interaksi dua
variabel atau hubungan/keterkaitan antara dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif
maupun korelatif (Saryono, 2011). Hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen dianalisis menggunakan uji independen t dan uji chi square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian meliputi demografi responden yaitu usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, penghasilan, dan status pekerjaan. Berikut ini ditampilkan hasil analisis data berupa
tabel dan grafik.
1. Karakteristik responden
Usia responden
usia f %
60 20 37
61 1 1.9
62 4 7.4
63 5 9.3
64 2 3.7
65 8 14.8
66 2 3.7
11
68 2 3.7
70 3 5.6
71 1 1.9
72 3 5.6
75 1 1.9
77 1 1.9
80 1 1.9
Total 54 100
Usia yang menjadi sampel responden merupakan orang lanjut usia. Usia terendah
responden adalah 60 tahun ada sebanyak 20 orang atau sebesar (37%) dan tertinggi berusia
80 tahun sebanyak 1 orang atau sebesar (1,9%).
Jenis kelamin
sex f %laki-laki 5 9.3
perempuan 49 90.7Total 54 100
Responden mayoritas berjenis kelamin perempuan. Ada sebanyak 49 orang atau
sebanyak 90,7% perempuan melakukan pengecekan kolesterol. Hal ini dapat dikatakan lebih
banyak perempuan yang memiliki gejala kolesterol tinggi sehingga mereka melakukan
pengecekan kolesterol total. Informasi tersebut dapat pula disajikan dalam bentuk diagram
lingkaran sebagai berikut:
laki-laki; 5
perempuan; 49
sex
12
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa prosentase perempuan pada responden
penelitian lebih banyak daripada laki-laki. Karakteristik selanjutnya adalah tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan
tingkat pendidikan f %rendah 44 81.5sedang 6 11.1tinggi 4 7.4
Total 54 100
Tingkat pendidikan mayoritas data penelitian adalah memiliki tingkat pendidikan yang
rendah. sedangkan hanya ada beberapa responden yang berasal dari tinggat pendidikan tinggi.
Berikut ini disajikan diagram lingkaran untuk memudahkan analisis secara visual.
rendah81%
sedang11%
tinggi7%
tingkat pendidikan
Dari gambar di atas terlihat bahwa ada sebanyak 44 orang atau sebanyak 82%
responden berasal dari kalangan pendidikan rendah. Hanya ada 4 orang atau sebanyak 7%
saja yang berasal dari tingkat pendidikan tinggi.
Penghasilan
penghasilan f %
ada 25 46.3
tidak ada 29 53.7
Total 54 100
13
Penghasilan merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan meningkatkan tingkat
ekonomi seseorang. Semakin tinggi tingkat ekonomi orang maka akan semakin memiliki
keinginan untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan. Hal inilah yang dapat memacu
penyebab kolesterol dimasa yang akan datang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian
besar responden justri tidak memiliki penghasilan. Terlihat dalam diagram lingkaran berikut ini:
ada46%tidak ada
54%
penghasilan
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa mayoritas responden tidak ada penghasilan
yaitu sebanyak 29 orang atau sebanyak 54%.
Status memiliki pekerjaan
status f %
kerja 52 96.3
tidak kerja 2 3.7
Total 54 100
Dari pengumpulan informasi mengenai status kepemilikan pekerjaan diketahui ada
sebanyak 52 orang atau sebanyak 96,3% memiliki pekerjaan. Sedangkan sisanya hanya ada 2
orang atau sebanyak 3,7% responden tidak bekerja. Berikut ini dapat pula dilihat dalam bentuk
diagram lingkaran.
kerja96%
tidak kerja4%
status
14
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa responden yang bekerja lebih mendominasi
pada sampel penelitian.
2. Analisis Univariat
Data penelitan yang berupa nilai kolesteral total dapat dirubah dalam tiga kategori.
Berikut ini hasil analisis kolesterol total.
Kolesterol total
total kolesterol f %
optimal 7 13
ambang batas 16 29.6
tinggi 31 57.4
Total 54 100
Hasil dari penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki kolesterol total
yang tinggi. Ada sebanyak 31 orang atau sebesar 57,4% responden masuk dalam
kolesterol tinggi. Dan hanya 7 orang atau sebanyak 13% responden yang dinyatakan
optimal hasil kolesterol totalnya.
3. Analisis Bivariat
Analisis selanjutnya adalah analisis bivariate. Analisis ini menghubungkan antara
karakteristik responden dengan tingkat kolesterol hasil pemeriksaan pasien. Analisis yang
digunakan adalah chi square dengan hasil sebagai berikut:
Hasil analisis chi square antara karakteritik responden dengan tingkat kolesterol total
optimal
ambang
batas
tinggi
p
sex laki-laki 0 2 30.63
1perempuan
7 14 28
Total 7 16 31tingkat pendidikan rendah
6 13 25
0.804
sedang 1 1 4
tinggi 0 2 2
Total 7 16 31
penghasilan ada 6 6 13 0.07
15
8tidak ada 1 10 18
Total 7 16 31
kerja kerja 7 16 290.46
3tidak kerja
0 0 2
Total 7 16 31
Hubungan antara total kolesterol dengan hemoglobin
Correlations
total kolesterol (mg/dL) hemoglobin
total kolesterol (mg/dL) Pearson Correlation 1 .566**
Sig. (2-tailed) .000
N 54 54
hemoglobin Pearson Correlation .566** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 54 54
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil dari analisis diketahui bahwa tidak ada variabel yang p valuenya kurang dari
dengan taraf kesalahan 5%. Sehingga dapat dikatakan bahwa jenis kelamin, tingkat pendidikan,
penghasilan, dan status kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap dampak
kolesterol orang lanjut usia. Selain itu pemeriksaan hemoglobin terhadap pasien ternyata
memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kolesterol. Hal ini ditunjukkan dari nilai p
value sebesar 0,000 dimana kurang dari taraf kesalahan 5%.
Berdasarkan hasil analisis maka dapat dikatakan bahwa orang yang telah lanjut usia
sebagian besar memiliki kolesterol yang tinggi. Akan tetapi kolesterol tinggi yang dimiliki oleh
lansia tersebut tidak berkaitan dengan jenis kelamin, rendahnya tingkat pendidikan, status
memiliki pekerjaan dan status memiliki penghasilan.
Kolesterol tinggi yang dimiliki oleh responden tersebut dapat berasal dari gaya hidup
atau pola hidup lansia pada waktu muda yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini
dikarenakan faktor utama yang dapat menyebabkan munculnya kolesterol adalah gaya hidup.
Pola makan yang kurang diperhatikan, keterbatasan waktu untuk olahraga, dan tingkat stress
dapat membuat penumpukan lemak yang lama-lama akan berdampak pada tingginya kolesterol
total.
Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa belum tentu seseorang dengan tingkat
pendidikan rendah lebih banyak terserang kolesterol. Seseorang baik tingkat pendidikan tinggi
16
maupun rendah ada yang sadar akan pentingnya hidup sehat namun tak sedikit pula yang
kurang sadar akan kesehatannya sendiri.
Namun jika dilihat dari frekuensinya terlihat bahwa orang yang bekerja lebih banyak
yang memiliki kolesterol tinggi daripada yang tidak bekerja. Hal ini dapat dikatakan bahwa pola
hidup yang kurang sehat akibat keterbatasan waktulah yang menyebabkan munculnya
kolesterol.
Kolesterol berasal dari makanan yang berlemak dan mengendap dalam darah sehingga
menjadi kental. Jika penderitanya tidak meluangkan waktu untuk olahraga maka lemak akan
semakin menunpuk. Dampak terburuknya adalah dapat menyumbat pembuluh darah dan
mengakibatkan stroke atau penyakit jantung.
Daftar pustaka1. Bandana, S. Diet And Lifestyle: Its Association With Cholesterol Levels Among Nomad
Tribal Pipulations Of Rajasthan. International Journal of Medicine and Blomedical.2012. journal . Vol 12(1).h.40-45.
2. Anugrah, A. Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja di SMA Katolik Cendrawasih Makassar. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin:2012.h.20-30.
3. Badriyah, L. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Kolesterol Total Pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat UIN Jakarta: 2013.h.12-20.
4. Ekowatiningsih, Arifuddin. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Gaya Hidup Dengan Upaya Pencegahan Strok Pada Penderita Hipertensi Di Ruang Rawat Jalan RSU. Haji Makassar. 2014. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol 5 (4).h.1721-1725
5. Hafidz, M. Hubungan Antara Rasio Kadar Kolesterol Total Terhadap High Desity Lipoprotein (HDL) Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di RSUD DR. Moewardi. Naskah Publikasi FK UMS: Surakarta;2014.h.43-50.
6. Mintalangi, M. Perbandingan Kadar Kolesterol Total Pada Masyarakat Semi Kota dan Desa di Kabupaten Minahasa Selatan. Artikel Kesehatan FKM USR: Manado;2014.h.87-90.
7. Purwaningtiyas, P. Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Stroke Usia Dewasa Muda Di RSUD DR Moewardi Surakarta. Program Studi Kesehatan Masyarakat. FIK UMS: Surakarta;2014.h.30-3.
8. Rahmianti. Hubungan Pola Makan, Status Gizi, dan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Suku Bugis Di Kelurahan Sapang Kabupaten Pangkep. Jurnal Kesehatan
17
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin;2014.h.15-20.
9. Simanullang, P.Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Status Kesehatn Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan. Jurnal Kesehatan: Medan;2011.h.21-25.
10. Suryani. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Stroke Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk:2014. Vol. 2(1).h.66-69.
11. Listyana DA, Mardiana, Prameswari NG. Obesitas dan kadar kolesterol darah total. Jurnal kesehatah masyarakat: 2013. Vol 9(1).h.37-43.
12. Davis. Atherosklerosis an inflammatory process. International journal medicine: 2015. Vol 7(3).h.72-5.
13. Macgill HC. Association of coronary heart disease risk factors with the intermediate lesions of atherosclerosis. Journal Atheriosclerosis thromb vascular biologi: 2000. Vol 20(8).h.55-60.
14. Hashemi Nazari, shakiba, tohid.et all. High density lipoprotein cholesterol a protective or a risk factor for developing coronary heart disease. Journal clinical lipidol: 2015 .Vol 9(4).h.553-558.
15. Ahaneku GI,Osuji, Anisiuba. Lipid and some other cardiovascular risk factor. Journal medical health: 2015. Vol 5(4).h.284-291.
16. Riyadina. Determinan penyakit stroke. Jurnal kesehatan masyarakat nasional: 2013. Vol 7(6).h.50-55.
17. Lymann MD. Gardner C, Millan MD. Pathology of atherosclerosis: 2014. Vol 11(1).h.92-108.
18