hh

25
ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDIDIKAN, PENGHASILAN YANG DIMILIKI DAN STATUS PEKERJAAN TERHADAP POTENSI KOLESTEROL PADA ORANG LANJUT USIA Disusun oleh: Azrin Agmalina NIM 102012327 UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA FAKULTAS KEDOKTERAN JAKARTA BARAT 2015 ABSTRAK Kolesterol biasa ditemui pada orang yang telah berusia dewasa hingga lanjut usia. Hal ini dikarenakan penumpukan lemak yang telah lama sedangkan tubuh lambat laun tidak mampu bekerja dengan optimal. Selain makan makanan tinggi kolesterol dan kurang berolahraga, faktor risiko penyakit jantung dan stroke lainnya adalah kebiasaan merokok, stress, diabetes melitus, obesitas, serta hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan sampel sebanyak 54 orang. Metode analisis data yang digunakan adalah chi square dan deskripsi karakteristik responden. Variable yang digunakan didalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang berusia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, dan status pekerjaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara berusia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, dan 1

description

ddd

Transcript of hh

Page 1: hh

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDIDIKAN,

PENGHASILAN YANG DIMILIKI DAN STATUS PEKERJAAN

TERHADAP POTENSI KOLESTEROL PADA ORANG LANJUT USIA

Disusun oleh:

Azrin Agmalina

NIM 102012327

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

JAKARTA BARAT

2015

ABSTRAK

Kolesterol biasa ditemui pada orang yang telah berusia dewasa hingga lanjut usia. Hal

ini dikarenakan penumpukan lemak yang telah lama sedangkan tubuh lambat laun tidak mampu

bekerja dengan optimal. Selain makan makanan tinggi kolesterol dan kurang berolahraga,

faktor risiko penyakit jantung dan stroke lainnya adalah kebiasaan merokok, stress, diabetes

melitus, obesitas, serta hipertensi.

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan sampel sebanyak 54 orang. Metode

analisis data yang digunakan adalah chi square dan deskripsi karakteristik responden. Variable

yang digunakan didalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang berusia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, dan status pekerjaan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara berusia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, dan status pekerjaan terhadap potensi kolesterol

tinggi pada orang lansia. Hal ini tinjukkan dari hasil analisis chi squre dengan nilai p value

sebesar 0,631, 0,804, 0,078, dan 0,463 dimana keseluruhannya kurang dari taraf kesalahan

5%.

Kata kunci : chi square, kolesterol, deskripsi karakteristik responden.

1

Page 2: hh

Abstract

Colesterol is often can be found at people with age from adult until old. the thing is

because of axunge cumulation that continues too long, while the body goes slow that make

can’t handle the work with good. beside of food with high colesterol and less fitness, the risk

factor of heart and stroke disease is the manners of smoking, stress, diabetes, melitus, obesity,

also hypertension.

This research is a survey research with total value almost 54 people. Analysis data

method where used is chi square and respondent charactheristics description. Variable where

used in this research is respondents charateristics by age, sex, grade school, wealth, and job.

The result of research show that is no connection between age, sex, grade school,

wealth, and job with the potention of high colesterol at old people. This can be showed from chi

square analysis result with p value amount 0,631, 0,804, 0,078, and 0,463 where the overall

less from 5% fault.

Key words: chi square, cholesterol, descriptions responden characteristic.

PENDAHULUAN

Populasi penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan termasuk di Indonesia

yang awalnya hanya terjadi di negara maju (Watson dalam Simanullang dkk, 2011), disebabkan

oleh karena meningkatnya umur harapan hidup. Peningkatan umur harapan hidup ini

disebabkan oleh 3 hal yaitu: (1) kemajuan dalam bidang kesehatan, (2) meningkatnya sosial

ekonomi dan (3) meningkatnya pengetahuan masyarakat.1

Kemajuan teknologi di era sekarang ini membawa banyak pengaruh bagi masyarakat.

Termasuk dampak kesehatan bagi sebagian masyarakat. Muncul berbagai macam jenis

penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup masyarakat. Selain itu tuntutan hidup membuat

sebagian besar masyarakat Indonesia menjadi berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Kebutuhan hidup yang meningkat ini mendorong para pembisnis untuk menjadikan

sebagai peluang usaha. Banyak bermunculan rumah makan mendorong banyak orang ingin

meluangkan waktu untuk mencoba cita rasanya. Bahkan tidak jarang dari masyarakat yang

mengabaikan tentang kesehatan akibat tidak menjaga pola makan.2

Kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat akan dampak buruk akibat tidak menjaga

pola makan sepertinya masih membayang-bayangi masyarakat Indonesia. Salah satu akibat

2

Page 3: hh

dari tidak menjaga gaya hidup dengan baik adalah berakibat dari timbulnya kolesterol yang

tinggi atau high kolesterol. Sedangkan seseorang yang mengalami kolesterol tinggi lama

kelamaan akan mengakibatkan stroke dan penyempitan arteri di jantung yang berdampak pada

penyakit jantung.3

Kolesterol biasa ditemui pada orang yang telah berusia dewasa hingga lanjut usia. Hal

ini dikarenakan penumpukan lemak yang telah lama sedangkan tubuh lambat laun tidak mampu

bekerja dengan optimal. Menurut Nugroho dalam Simanullang dkk, 2011, jika pemerintah dan

berbagai program pembangunan tidak mengantisipasi keadaan ini maka keberadaan lansia

akan menjadi bom waktu. Dengan meningkatnya jumlah lansia maka akan membutuhkan

penanganan yang serius karena secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran, baik secara

fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh akan membuat

lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Selain itu pada lansia

juga sering terjadi ketergantungan fisik, tidak dapat lagi melakukan aktivitas sehari-hari sendiri

oleh karena adanya penyakit. Adanya peningkatan jumlah lansia juga akan membuat masalah

kesehatan yang dihadapi akan semakin kompleks terutama yang berkaitan dengan masalah

penuaan (Nugroho, dalam Simanullang dkk, 2011). 1

Selain makan makanan tinggi kolesterol dan kurang berolahraga, faktor risiko penyakit

jantung dan stroke lainnya adalah kebiasaan merokok, stress, diabetes melitus, obesitas, serta

hipertensi. Merokok atau minum alcohol akan meningkatkan risiko stroke sampai 200%.

Menurut survey yang dilakukan oleh Yayasan Jantung Indonesia, masyarakat kita sebetulnya

sudah tahu semua faktor risiko ini, tapi tidak ada usaha untuk mencegah atau menghindarinya.

Meski banyak menimpa usia tua, stroke di usia muda harus diwaspadai. Gaya hidup tidak sehat

membuat mereka yang berusia muda, yaitu antara 18 – 45 tahun semakin berisiko terkena

stroke. Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi makanan berlemak meningkatkan risiko stroke

di kalangan ini.3

Strok merupakan salah satu akibat dari kolesterol tinggi. Menurut WHO (World Health

Organization) tahun 2012, kematian akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan

oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan

tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara

patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan pencetus

beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan

memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat akibat

metabolisme glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak (Rico dkk, 2008).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat

3

Page 4: hh

seiring bertambahnya umur. Seseorang menderita stroke karena memiliki perilaku yang dapat

meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan

tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang aktivitas fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan

risiko terkena penyakit stroke (Aulia dkk, 2008).4

Gaya hidup sering menjadi penyebab berbagai penyakit yang menyerang usia produktif,

karena generasi muda sering menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya

mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat. Selain banyak

mengkonsumsi kolesterol, mereka mengkonsumsi gula yang berlebihan sehingga akan

menimbulkan kegemukan yang berakibat terjadinya penumpukan energi dalam tubuh (Suryani.

2014). Gaya hidup yang kurang baik biasanya dialami oleh orang yang bekerja. Keterbatasan

waktu yang dimiliki membuat orang yang sibuk jarang berolahraga. Selain itu orang yang

bekerja memiliki penghasilan sehingga sering meluangkan waktu untuk membeli makanan yang

tanpa disadari bahwa terlalu sering mengkonsumsi makanan yang enak-enak menyebabkan

penumpukan lemak dan dapat mengakibatkan kolesterol menjadi tinggi. Berdasarkan

keterangan di atas maka penelitian ini ingin mengetahui tentang hubungan antara jenis kelamin,

tingkat pendidikan, penghasilan yang dimiliki dan status pekerjaan dengan kolesterol pada

orang lanjut usia.5

Tujuan penelitian

hubungan antara jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan yang dimiliki dan status

pekerjaan terhadap tingkat kolesterol pada pasien lanjut usia.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian kolesterol

Asal kata kolesterol berasal dari bahasa Yunani, chole yang berarti empedu, dan stereo

yang berarti padat. Kolesterol adalah senyawa lemak yang lunak, berbentuk seperti lilin yang

ditemukan di antara lipid dalam aliran darah dan dalam semua sel tubuh. Diperlukan untuk

membentuk membran sel, hormon, dan fungsi-fungsi tubuh lainnya (Mackay dalam Hafidz,

2014).6

Kolesterol diukur dalam satuan milligram per desiliter darah yang biasa disingkat mg/dL

(Nurrahmani, dalam Hafidz, 2014). Kadar kolesterol darah diukur dalam satuan mg/dL, maka

pengkategoriannya sesuai dengan hasil pertemuan ATP III (pertemuan Adult Treatment Panel

yang ketiga) yang diadakan oleh National Cholesterol Education Program (NCEP) adalah

sebagai berikut:

4

Page 5: hh

Tabel 1. Kategori Kadar Kolesterol Total Darah Menurut Adult Treatment Panel (ATP) III.6

Kadar kolesterol (mg/dL) Kategori

< 200 Optimal

200-239 Ambang batas

≥ 240 Tinggi

Jika kadar kolesterol dalam darah lebih dari 200 mg/dL, maka akan beresiko penyakit

jantung. Pada tahun 1985 diterbitkan rekomendasi National Cholesterol Education Program

(NCEP) yang pertama. Rekomendasi dasar bahwa kolesterol dalam darah tidak melebihi 200

mg/dL masih berlaku hingga saat ini mengikuti pembaharuan pada tahun 2002 (Durstine dalam

Badriyah, L. 2013).7

Bahaya kolesterol

Kelebihan kolesterol dalam tubuh terutama berkaitan dengan aterosklerosis yaitu

pengendapan lemak dalam dinding pembuluh darah sehingga distensibilitas pembuluh darah

menurun (Fatmah dalam Badriyah, L. 2013). Menurut penelitian, proses aterosklerosis telah

terjadi sejak anak-anak. Proses ini akan terus berlangsung seiring dengan pertambahan umur.

Proses aterosklerosis menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah menjadi tidak elastis,

memperkecil diameter pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah, dan

mengakibatkan sumbatan embolus pada pembuluh darah akibat terlepasnya plal aterosklerosis

pada dinding pembuluh darah.8

Plak dapat menebal di dinding pembuluh darah namun tidak semua plak menempel

kuat. Sebagian plak bersifat rapuh dan mudah lepas dari dinding pembuluh darah yang dapat

terjadi kapan saja dan menimbulkan suatu serangan tiba-tiba seperti jantung dan strok. Berikut

ini berbagai dampak kronik dan akut dari kadar kolesterol tinggi (Garnadi dalam Badriyah, L.

2013).9

a. Stroke

Aterosklerosis pada pembuluh darah otak menyebabkan penyakit serebrovaskular atau

penyakit pembuluh darah otak seperti stroke. Stroke merupakan masalah kesehatan yang

utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius

yang dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang

5

Page 6: hh

mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia

produktif maupun usia lanjut (Junaidi dalam Purwaningtiyas, 2014).10

b. Jantung coroner

Kadar Kolesterol tinggi dipengaruhi oleh seringnya mengkonsumsi makanan yang tinggi

kolesterol. Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, akan semakin besar peluangnya

untuk menaikkan kadar kolesterol total dan menurunkan kadar High Density Lipoprotein

(HDL). Kadar HDL darah yang rendah akan berpengaruh pada rasio total kolesterol dan

HDL, yang dapat digunakan untuk memprediksi risiko Penyakit Jantung Koroner. Mintalangi

(2013).11

Kadar kolesterol yang tinggi merupakan 56% faktor yang berkontribusi besar dalam

penyebab terjadinya PJK (Mackay dalam Hafidz, 2014). Kolesterol dalam darah diedarkan

oleh lipoprotein, diantaranya ada dua jenis lipoprotein utama, yaitu Low Density Lipoprotein

(LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL) (Bull & Morrell dalam Hafidz, 2014). Konsekuensi

hiperlipidemia yang paling penting adalah peningkatan kolesterol serum, terutama

peningkatan LDL yang merupakan predisposisi terjadinya aterosklerosis serta meningkatnya

risiko terjadinya PJK (Fathoni dalam Hafidz, 2014). Sedangkan HDL bersifat protektif

terhadap kemungkinan pengendapan aterosklerosis. Hasil studi menunjukkan konsentrasi

tinggi kolesterol HDL dalam sirkulasi membantu mencegah PJK (Mensink, et al dalam

Hafidz, 2014).12

c. Aterosklerosis pada pembuluh darah tungkai

Aterosklerosis pada pembuluh darah tungkai menyebabkan penyakit arteri perifer. Keadaan

ini paling sering terjadi pada pembuluh darah kaki. Sumbatan pada pembuluh darah kaki

menyebabkan keluhan nyeri, kram, bahkan menimbulkan komplikasi berupa gangrene pada

kaki. Pasien yang mengalami penyakit arteri perifer berisiko mendapatkan serangan jantung.

Badriyah, L. (2013).13

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol total

Banyak faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol total darah. Menurut National

Heart Lung and Blood Instituse (NHLBI) faktor yang mempengaruhi tingginya kadar kolesterol

total dibagi dalam faktor resiko yang dapat diubah dan faktor resiko yang tidak dapat diubah.

Faktor resiko yang dapat diubah misalnya indeks massa tubuh, aktifitas fisik, dan asupan zat

6

Page 7: hh

gizi. Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah jenis kelamin, umur, dan

genetik.14

1. Umur

Pada umur beranjak dewasa dan tua orang akan semakin rawan dengan

serangan kolesterol tinggi. Pada umur dewasa dan tua biasanya orang cenderung tidak

aktif bergerak seperti remaja dan anak-anak (Mumpuni dan Wulandari, 2011). Pada

umumnya dengan bertambahnya umur orang dewasa, aktifitas fisik menurun, massa

tubuh tanpa lemak menurun, sedangkan jaringan lemak bertambah (Soetardjo, 2011).

Perubahan komposisi tubuh akibat menua menyebabkan penurunan massa

tanpa lemak dan massa tulang, sedangkan massa lemak tubuh meningkat. Perubahan

tersebut karena aktifitas beberapa jenis hormone yang mengatur metabolism menurun

sesuai dengan umur (seperti insulin, hormone pertumbuhan dan androgen) sedangkan

yang lain meningkat (seperti prolactin). Penurunan beberapa jenis hormone ini

menyebabkan penurunan massa tanpa lemak sedangkan peningkatan aktifitas hormone

lainnya meningkatkan massa lemak. Hal tersebut juga disebabkan karena menurunnya

aktifitas fisik dengan bertambahnya umur yang pada akhirnya menyebabkan

menurunnya angka metabolism basal (Soetardjo, 2011).14

Penelitian dari Cooper Clinic, Dallas-USA tentang pengaruh umur terhadap profil

lemak darah pada laki-laki (2000 orang) dan perempuan (589 orang) didapatkan bahwa

kenaikan kolesterol total pada laki-laki seiring dengan bertambahnya umur. Kolesterol

total dan LDL mengalami kenaikan laju kecepatan yang sama. Banyak peneliti

menyimpulkan bahwa semakin tua seseorang, makin berkurang kemampuan atau

aktifitas reseptor LDL-nya, sehingga menyebabkan LDL darah meningkat dan

mempercepat terjadinya penyumbatan arteri. Penyebab lainnya bahwa semakin tua

seseorang, makin banyak yang menderita obesitas atau perswentase lemak tubuh

naik.14

2. Jenis kelamin

Hormon seks pada wanita estrogen diketahui dapat menurunkan kolesterol

darah dan hormone seks pria yaitu andogen dapat meningkatkan kadar kolesterol darah

(Fatimah dalam Simanullang dkk, 2011). Maka dari itu kurangnya hormone estrogen

akibat menopause pada perempuan menyebabkan atopi jaringan, meningkatnya lemak

7

Page 8: hh

perut, meningkatnya kolesterol total dan lebih beresiko mengalami penyakit jantung

(Krinke, 2002).15

Pada wanita prevalensi kolesterol total tinggi meningkat berhubungan dengan

meningkatnya umur pada semua ras. Beberapa studi didapatkan setelah menopause

diperkirakan 5-19% wanita mengalami peningkatan kadar kolesterol total (Krummer,

1996). Penelitian Aerobic Center di Dallas USA menyimpulkan bahwa estrogen pada

perempuan dianggap sebagai faktor proteksi penyakit jantung. Perempuan mengalami

perubahan di dalam tubuh berkaitan dengan menopause. Pada awal pre-menopause,

estrogen mencegah terbentuknya plak pada arteri dengan menaikkan kadar HDL,

menurunkan kadar LDL dan kolesterol total. Setelah menopause, perempuan

mengalami tingkat kadar estrogen menurun sehingga memiliki resiko tinggi penyakit

jantung (Soeharto, dalam Simanullang dkk, 2011).16

Hasil penelitian Murti dalam Simanullang dkk, 2011) menunjukkan terdapat

perbedaan kadar kolesterol total dengan jenis kelamin. Hal ini selaras dengan hasil

penelitian Madupa dalam Simanullang dkk, 2011) yang menyatakan adanya hubungan

bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat kolesterol total. Perempuan mempunyai

resiko kolesterol total tinggi (≥200 mg/dL) 2,19 kali dibandingkan laki-laki. Namun hasil

penelitian Iriani (2005) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan jenis kelamin dengan

resiko terjadinya hiperkolesterolemia pada lansia.17

3. Makanan

Faktor yang menyebabkan kadar kolesterol darah meningkat adalah dengan

memakan makanan yang berasal dari hewan secara berlebihan. Dikarenakan binatang

menghasilkan kolesterol sendiri, sebagaimananya manusia. Bila memakan hewan atau

hasil produk dari hewan, seperti susu, keju, mentega dan telur, akan memperoleh

banyak kolesterol, jauh lebih banyak daripada yang dibutuhkan atau dapat ditangani

secara aman oleh tubuh manusia. Tetapi berbeda dengan tumbuhan yang tidak

mengandung kolesterol. Ekowatiningsih, D (2014).5

Kolesterol membantu mengangkut lemak yang sudah diolah dari hati ke seluruh

tubuh. Pembuluh darah sebagai penghubungnya. Setelah menjalankan proses

sebelumnya, kolesterol kembali ke hati dan mengulang lagi proses sebelumnya. Setelah

ditelan, lemak atau makanan yang masuk ke lambung kemudian ke usus halus untuk

dicerna dan diserap.10

8

Page 9: hh

Beberapa potongan LDL dapat tersangkut disepanjang dinding pembuluh darah

dan akan mempersempit pembuluh darah. Peran dari HDL adalah melepaskan LDL

yang tersangkut di dinding-dinding pembuluh darah dan mengirimkannya kembali ke

hati. Ketika seseorang mengkonsumsi lemak secara berlebihan, akan banyak kolesterol

jahat atau LDL yang menyangkut di dinding pembuluh darah, dan tidak ada kolesterol

baik atau HDL yang akan melepaskannya. Ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan kadar kolesterol meningkat tinggi, dan yang paling utamanya adalah

makanan yang mengandung nabati atau yang berasal dari hewan, obesitas dan

kurangnya olahraga. Ada juga penyebab lainnya yaitu, diet tinggi lemak jenuh, kolesterol

dan kalori berlebihan, gagal ginjal, penyalahgunaan alkohol secara akut, pemakaian

obat-obat tertentu dan faktor keturunan.4

Pola hidup sehat

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan

seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam kehidupan manusia kesehatan

merupakan hal terpenting, karena untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tubuh tetap bugar

dalam menjalakan aktifitas seharihari. Agar kesehatan tetap terjaga dengan baik maka perlu

menjaga pola hidup seharisehari. Pola hidup sehat dapat dilakukan dengan olahraga, makanan

yang bergizi, istirahat yang cukup dan juga lingkungan yang sehat. Ekowatiningsih, D (2014).13

Olahraga merupakan kegiatan yang mudah dilakukan, namun kebanyakan masyarakat

mengabaikannya. Olahraga sebenarnya sumber kesehatan bagi tubuh. Olahraga yang teratur

dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti dapat menurunkan darah

tinggi, menguatkan tulang-tulang, meningkatkan HDL (kolesterol baik), dan juga akan

memberikan kebugaran.17

Mengkonsumsi makanan merupakan sumber tenaga bagi tubuh, karena didalam

makanan terdapat kebutuhan bagi tubuh, oleh karena itu manusia harus mengetahui tentang

makanan yang dibutuhkan bagi tubuh. Namun ada sebagian masyarakat yang belum

mengetahui bahwa makanan yang dibutuhkan oleh tubuh dan makanan yang tidak dibutuhkan

oleh tubuh. Makanan yang baik bagi tubuh ialah makanan yang memberikan kebutuhan yang

cukup bagi tubuh. Makanan yang dapat mengurangi kadar kolesterol jahat dalam tubuh ialah

buah-buahan. Rahmianti dkk (2014).8

Selain buah-buahan, makanan yang dapat mengurangi kadar kolesterol jahat didalam

tubuh adalah susu rendah lemak, yoghurt, susu kedelai, ikan dan putih telur. Mengkonsumsi

terlalu banyak lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol di dalam tubuh. Lemak jenis ini

9

Page 10: hh

dapat ditemukan pada daging jeroan, keju, minyak kelapa, daging, telur, kue-kue, dan berbagai

jenis makanan yang digoreng.9

METODOLOGI

Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei, survei merupakan satu jenis

penelitian yang banyak dilakukan oleh peneliti dalam berbagai bidang. Penelitian ini

menggunakan rancangan cross sectional, yaitu peneliti dengan menggunakan data yang

menunjukkan titik waktu tertentu atau pengumpulannya dilakukan dalam waktu bersamaan.

(Sugiyono, 2008)

Populasi dan sampel penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan.(Sugiyono, 2008). Penelitian ini populasinya adalah konsumen di

laboratorium. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien lanjut usia dengan usia yang melakukan

pengecekan kolesterol.

Kriteria sampel kontrol pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi, yaitu:

1. Merupakan konsumen di laboratorium clinis.

2. Usia lebih dari 60 tahun

b. Kriteria esklusi, yaitu:

Selain konsumel di laboratorium clinis.

Variabel penelitian

1. Variable Bebas (independent Variabel)

Variable Independent penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

penghasilan yang dimiliki oleh pasien, dan status pekerjaan.

2. Variable Terikat (Dependent Variabel)

Variable dependen penelitian ini adalah hasil pengecekan kolesterol total pasien.

10

Page 11: hh

Definisi operasional variabel

Variabel bebas atau independen di dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, penghasilan yang dimiliki oleh pasien, dan status pekerjaan. Skala dari

variabel bebas ini adalah nominal. Variabel terikat atau dependen di dalam penelitian ini berupa

hasil pengukuran kolesterol total. Pengukuran kolesterol total ini merupakan rasio dengan

satuan mg/dL. Selain dengan menggunakan skala rasio, hasil pengukuran kolesterol total ini

diubah dalam bentuk nominal berdasarkan kategori yang telah dipaparkan di bab sebelumnya.

Metode Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan mengenai

gambaran dari masing-masing variabel dan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik (Saryono, 2011).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui interaksi dua

variabel atau hubungan/keterkaitan antara dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif

maupun korelatif (Saryono, 2011). Hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen dianalisis menggunakan uji independen t dan uji chi square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian meliputi demografi responden yaitu usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, penghasilan, dan status pekerjaan. Berikut ini ditampilkan hasil analisis data berupa

tabel dan grafik.

1. Karakteristik responden

Usia responden

usia f %

60 20 37

61 1 1.9

62 4 7.4

63 5 9.3

64 2 3.7

65 8 14.8

66 2 3.7

11

Page 12: hh

68 2 3.7

70 3 5.6

71 1 1.9

72 3 5.6

75 1 1.9

77 1 1.9

80 1 1.9

Total 54 100

Usia yang menjadi sampel responden merupakan orang lanjut usia. Usia terendah

responden adalah 60 tahun ada sebanyak 20 orang atau sebesar (37%) dan tertinggi berusia

80 tahun sebanyak 1 orang atau sebesar (1,9%).

Jenis kelamin

sex f %laki-laki 5 9.3

perempuan 49 90.7Total 54 100

Responden mayoritas berjenis kelamin perempuan. Ada sebanyak 49 orang atau

sebanyak 90,7% perempuan melakukan pengecekan kolesterol. Hal ini dapat dikatakan lebih

banyak perempuan yang memiliki gejala kolesterol tinggi sehingga mereka melakukan

pengecekan kolesterol total. Informasi tersebut dapat pula disajikan dalam bentuk diagram

lingkaran sebagai berikut:

laki-laki; 5

perempuan; 49

sex

12

Page 13: hh

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa prosentase perempuan pada responden

penelitian lebih banyak daripada laki-laki. Karakteristik selanjutnya adalah tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan

tingkat pendidikan f %rendah 44 81.5sedang 6 11.1tinggi 4 7.4

Total 54 100

Tingkat pendidikan mayoritas data penelitian adalah memiliki tingkat pendidikan yang

rendah. sedangkan hanya ada beberapa responden yang berasal dari tinggat pendidikan tinggi.

Berikut ini disajikan diagram lingkaran untuk memudahkan analisis secara visual.

rendah81%

sedang11%

tinggi7%

tingkat pendidikan

Dari gambar di atas terlihat bahwa ada sebanyak 44 orang atau sebanyak 82%

responden berasal dari kalangan pendidikan rendah. Hanya ada 4 orang atau sebanyak 7%

saja yang berasal dari tingkat pendidikan tinggi.

Penghasilan

penghasilan f %

ada 25 46.3

tidak ada 29 53.7

Total 54 100

13

Page 14: hh

Penghasilan merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan meningkatkan tingkat

ekonomi seseorang. Semakin tinggi tingkat ekonomi orang maka akan semakin memiliki

keinginan untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan. Hal inilah yang dapat memacu

penyebab kolesterol dimasa yang akan datang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian

besar responden justri tidak memiliki penghasilan. Terlihat dalam diagram lingkaran berikut ini:

ada46%tidak ada

54%

penghasilan

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa mayoritas responden tidak ada penghasilan

yaitu sebanyak 29 orang atau sebanyak 54%.

Status memiliki pekerjaan

status f %

kerja 52 96.3

tidak kerja 2 3.7

Total 54 100

Dari pengumpulan informasi mengenai status kepemilikan pekerjaan diketahui ada

sebanyak 52 orang atau sebanyak 96,3% memiliki pekerjaan. Sedangkan sisanya hanya ada 2

orang atau sebanyak 3,7% responden tidak bekerja. Berikut ini dapat pula dilihat dalam bentuk

diagram lingkaran.

kerja96%

tidak kerja4%

status

14

Page 15: hh

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa responden yang bekerja lebih mendominasi

pada sampel penelitian.

2. Analisis Univariat

Data penelitan yang berupa nilai kolesteral total dapat dirubah dalam tiga kategori.

Berikut ini hasil analisis kolesterol total.

Kolesterol total

total kolesterol f %

optimal 7 13

ambang batas 16 29.6

tinggi 31 57.4

Total 54 100

Hasil dari penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki kolesterol total

yang tinggi. Ada sebanyak 31 orang atau sebesar 57,4% responden masuk dalam

kolesterol tinggi. Dan hanya 7 orang atau sebanyak 13% responden yang dinyatakan

optimal hasil kolesterol totalnya.

3. Analisis Bivariat

Analisis selanjutnya adalah analisis bivariate. Analisis ini menghubungkan antara

karakteristik responden dengan tingkat kolesterol hasil pemeriksaan pasien. Analisis yang

digunakan adalah chi square dengan hasil sebagai berikut:

Hasil analisis chi square antara karakteritik responden dengan tingkat kolesterol total

optimal

ambang

batas

tinggi

p

sex laki-laki 0 2 30.63

1perempuan

7 14 28

Total 7 16 31tingkat pendidikan rendah

6 13 25

0.804

sedang 1 1 4

tinggi 0 2 2

Total 7 16 31

penghasilan ada 6 6 13 0.07

15

Page 16: hh

8tidak ada 1 10 18

Total 7 16 31

kerja kerja 7 16 290.46

3tidak kerja

0 0 2

Total 7 16 31

Hubungan antara total kolesterol dengan hemoglobin

Correlations

total kolesterol (mg/dL) hemoglobin

total kolesterol (mg/dL) Pearson Correlation 1 .566**

Sig. (2-tailed) .000

N 54 54

hemoglobin Pearson Correlation .566** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 54 54

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil dari analisis diketahui bahwa tidak ada variabel yang p valuenya kurang dari

dengan taraf kesalahan 5%. Sehingga dapat dikatakan bahwa jenis kelamin, tingkat pendidikan,

penghasilan, dan status kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap dampak

kolesterol orang lanjut usia. Selain itu pemeriksaan hemoglobin terhadap pasien ternyata

memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kolesterol. Hal ini ditunjukkan dari nilai p

value sebesar 0,000 dimana kurang dari taraf kesalahan 5%.

Berdasarkan hasil analisis maka dapat dikatakan bahwa orang yang telah lanjut usia

sebagian besar memiliki kolesterol yang tinggi. Akan tetapi kolesterol tinggi yang dimiliki oleh

lansia tersebut tidak berkaitan dengan jenis kelamin, rendahnya tingkat pendidikan, status

memiliki pekerjaan dan status memiliki penghasilan.

Kolesterol tinggi yang dimiliki oleh responden tersebut dapat berasal dari gaya hidup

atau pola hidup lansia pada waktu muda yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini

dikarenakan faktor utama yang dapat menyebabkan munculnya kolesterol adalah gaya hidup.

Pola makan yang kurang diperhatikan, keterbatasan waktu untuk olahraga, dan tingkat stress

dapat membuat penumpukan lemak yang lama-lama akan berdampak pada tingginya kolesterol

total.

Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa belum tentu seseorang dengan tingkat

pendidikan rendah lebih banyak terserang kolesterol. Seseorang baik tingkat pendidikan tinggi

16

Page 17: hh

maupun rendah ada yang sadar akan pentingnya hidup sehat namun tak sedikit pula yang

kurang sadar akan kesehatannya sendiri.

Namun jika dilihat dari frekuensinya terlihat bahwa orang yang bekerja lebih banyak

yang memiliki kolesterol tinggi daripada yang tidak bekerja. Hal ini dapat dikatakan bahwa pola

hidup yang kurang sehat akibat keterbatasan waktulah yang menyebabkan munculnya

kolesterol.

Kolesterol berasal dari makanan yang berlemak dan mengendap dalam darah sehingga

menjadi kental. Jika penderitanya tidak meluangkan waktu untuk olahraga maka lemak akan

semakin menunpuk. Dampak terburuknya adalah dapat menyumbat pembuluh darah dan

mengakibatkan stroke atau penyakit jantung.

Daftar pustaka1. Bandana, S. Diet And Lifestyle: Its Association With Cholesterol Levels Among Nomad

Tribal Pipulations Of Rajasthan. International Journal of Medicine and Blomedical.2012. journal . Vol 12(1).h.40-45.

2. Anugrah, A. Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja di SMA Katolik Cendrawasih Makassar. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin:2012.h.20-30.

3. Badriyah, L. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Kolesterol Total Pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat UIN Jakarta: 2013.h.12-20.

4. Ekowatiningsih, Arifuddin. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Gaya Hidup Dengan Upaya Pencegahan Strok Pada Penderita Hipertensi Di Ruang Rawat Jalan RSU. Haji Makassar. 2014. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol 5 (4).h.1721-1725

5. Hafidz, M. Hubungan Antara Rasio Kadar Kolesterol Total Terhadap High Desity Lipoprotein (HDL) Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di RSUD DR. Moewardi. Naskah Publikasi FK UMS: Surakarta;2014.h.43-50.

6. Mintalangi, M. Perbandingan Kadar Kolesterol Total Pada Masyarakat Semi Kota dan Desa di Kabupaten Minahasa Selatan. Artikel Kesehatan FKM USR: Manado;2014.h.87-90.

7. Purwaningtiyas, P. Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Stroke Usia Dewasa Muda Di RSUD DR Moewardi Surakarta. Program Studi Kesehatan Masyarakat. FIK UMS: Surakarta;2014.h.30-3.

8. Rahmianti. Hubungan Pola Makan, Status Gizi, dan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Suku Bugis Di Kelurahan Sapang Kabupaten Pangkep. Jurnal Kesehatan

17

Page 18: hh

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin;2014.h.15-20.

9. Simanullang, P.Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Status Kesehatn Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan. Jurnal Kesehatan: Medan;2011.h.21-25.

10. Suryani. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Stroke Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk:2014. Vol. 2(1).h.66-69.

11. Listyana DA, Mardiana, Prameswari NG. Obesitas dan kadar kolesterol darah total. Jurnal kesehatah masyarakat: 2013. Vol 9(1).h.37-43.

12. Davis. Atherosklerosis an inflammatory process. International journal medicine: 2015. Vol 7(3).h.72-5.

13. Macgill HC. Association of coronary heart disease risk factors with the intermediate lesions of atherosclerosis. Journal Atheriosclerosis thromb vascular biologi: 2000. Vol 20(8).h.55-60.

14. Hashemi Nazari, shakiba, tohid.et all. High density lipoprotein cholesterol a protective or a risk factor for developing coronary heart disease. Journal clinical lipidol: 2015 .Vol 9(4).h.553-558.

15. Ahaneku GI,Osuji, Anisiuba. Lipid and some other cardiovascular risk factor. Journal medical health: 2015. Vol 5(4).h.284-291.

16. Riyadina. Determinan penyakit stroke. Jurnal kesehatan masyarakat nasional: 2013. Vol 7(6).h.50-55.

17. Lymann MD. Gardner C, Millan MD. Pathology of atherosclerosis: 2014. Vol 11(1).h.92-108.

18