Web viewPuji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami bisa...
Transcript of Web viewPuji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami bisa...
HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL Definisi, Sejarah, Ruang Lingkup serta Jenis-jenis Hak Atas Kekayaan Intelektual
MAKALAHDibuat dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Dagang Semester IV
Tahun Akademik 2015-2016
Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dosen
Dr. M. Nur Yasin M.Ag
Oleh
KELOMPOK 1
A Saifur Rizal : 13220009
Herri Sutrisno : 13220212
Faurina Firda Devi A : 13220162
Ainun Nadifatul M : 13220080
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
حيم الر حمن الر الله بسم
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI)
Makalah ini diajukan guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Dagang,
dengan dosen pembimbing Bapak Dr. Muhammad Nur Yasin. M.Ag
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan
bermanfaat untuk pengembanngan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Malang, 1 Maret 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual..................................................3
B. Sejarah tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual...........................................4
C. Ruang Lingkup Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).............................6
D. Jenis-jenis Hak atas Kekayaan Intelektual....................................................7
1. Hak cipta (copyrights)...............................................................................8
2. Hak Kekayaan Industri............................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Lampiran.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara esensial Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) berbicara
mengenai hak atas kekayaan yang lahir dari intelektual manusia. Unsur-unsur
penting dalam HAKI meliputi tiga hal yaitu hak, manusia dan intelektual.
Kemudian dari ketiga unsur tersebut, terciptalah karya ciptaan. Untuk melindungi
karya-karya ciptaan tersebut diperlukan suatu aturan atau undang-undang
pemerintah yang mengatur perihal hasil pemikiran manusia tersebut. Sehingga
diharapkan tidak ada peluang bagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab
untuk meniru, memperbanyak serta memperdagangkan karya ciptaan orang lain.
Sub pokok bahasan kajian ini menekankan pada teori. Teori yang terkait
dalam hak kekayaan intelekul dari perspektif ilmu hukum adalah Natural Right
Theory yaitu dimana seorang pencipta mempunyai hak untuk mengontrol
penggunaan dan keuntungan dari ide, bahkan sesudah ide itu diungkapkan kepada
masyarakat. Utilitarian Theory sebagai alat untuk menyebar manfaat invensi tidak
hanya kepada inventor tetapi juga kepada masyarakat luas. Contract Theory
menyatakan bahwa sebuah paten merupakan perjanjian antara inventor dengan
pemerintah. Dengan menggunakan prinsip-prinsip keadilan, ekonomi, kebudayaan
dan sosial.
Praktik yang kita temui di lapangan ternyata belum sepenuhnya sesuai
dengan teori. Bisa jadi karena minimnya pemahaman perusahaan tentang hak
cipta atau merek, atau memang mereka sengaja melakukan pelanggaran. Misalnya
saja produk yang bernama “Mie Remes” yang hampir mirip dengan Mie Gemes,
Cola Cola dengan Coca Cola, Ayam Wong Suroboyo yang logonya sama dengan
logo Ayam Wong Solo dan masih banyak produk yang lain.
Sebenarnya jika memang kata Cola dalam Coca Cola sudah didaftarkan
maka tentunya pihak Cola Cola dapat dituntut karena kesamaan tersebut. Begitu
pula produk-produk yang lain yang mempunyai kesamaan atau kemiripan baik
1
dalam hal nama atau logo dapat dituntut di muka pengadilan karena dianggap
merampas ide dan kreasi orang lain. Idealnya setiap perusahaan yang akan
membuat suatu produk mengetahui perihal HAKI dan mematuhi ketentuan yang
ada di dalamnya. Sehingga pelanggaran pun dapat diminimalisir.
Memang kurangnya pemahaman terhadap kajian ini sedikit banyak
memicu terjadinya pelanggaran. Apalagi bagi mereka yang kurang sadar. Maka,
kajian dan sosialisasi tentang HAKI menjadi sangat urgen, terlebih bagi setiap
individu atau perusahaan yang akan membuat suatu produk agar tidak terjadi
masalah di kemudian hari. Maka pada tahun 2002 disahkanlah undang-undang
tentang HAKI, yang mengatur tata cara, pelaksanaan, dan penerapan HaKI di
Indonesia. Dengan adanya UU HAKI, diharapkan dapat lebih mengatur tentang
hak-hak seseorang terhadap karyanya, dan juga dapat menjerat pelaku kejahatan
HAKI.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hak Atas Kekayaan Intelektual serta bagaimana
prinsip-prinsipnya?
2. Bagaimana sejarah munculnya Hak Atas Kekayaan Intelektual?
3. Bagaiman Ruang Lingkup dari Hak Atas Kekayaan Intelektual?
4. Apa saja jenis-jenis yang tercakup dalam Hak Atas Kekayaan Intelektual?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hak Atas Kekayaan Intelektual serta
prinsip-prinsipnya.
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya Hak Atas Kekayaan Intelektual.
3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup dari Hak Atas Kekayaan Intelektual.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis yang tercakup dalam Hak Atas Kekayaan
Intelektual.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual
Secara sederana HAKI adalah suat hak yang timbul bagi hasil pemikiran
yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia. HAKI bisa juga
diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat sesuatu yang
berguna bagi orang lain.1 HAKI juga dapat dideskripsikan sebagai hak atas
kkayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. HAKI
dikategorikan sebagai ha katas kekayaan mengingat HAKI pada akhirnya
menghasilkan karya-karya intelektual berupa: pengetahun, seni, sastra, teknologi,
dimana dalam mewujudkannya membutuhkan pegorbanan tenaga, waktu, biaya,
dan pemikiran.2
Adapun prinsip-prinsip umum yang berlaku di dalam Hak Atas Kekayaan
Intelektual yaitu:3
1) Prinsip Keadilan
Berdasarkan prinsip ini, maka pencipta sebuah karya atau orang lain yang
bekerja membuahkan hasil dari kemampuan intelektualnya, wajar
memperoleh imbalan.
2) Prinsip Ekonomi
Dalam prinsip ini, suatu kepemilikan adalah wajar karena sifat ekonomis
manusia yang menjadikan hal itu satu keharusan untuk menunjang
kehidupannya di dalam masyarakat.
3) Prinsip Kebudayaan
Pada hakikatnya karya manusia bertujuan untuk memungkinkan hidup,
selanjutnya dari karya itu akan timbul pula suatu gerak hidup yang harus
menghasilkan lebih banyak karya lagi. Dengan demikian pertumbuhan dan
1 Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual,) (Jakarta : Erlangga, 2011), hal 2.2 Budi Agus Riswandi dan Muhammad Syamsuddin, Hak Kekayaan intelektul dan Budaya Hukum, (Jakarta : Grafindo Persada, 2005), hal 13.3 Gazalba Saleh. TRIPs-WTO dan HUKUM HAKI INDONESIA (Jakarta: RINEKA CIPTA, 2005), hlm. 14.
3
perkembangan karya manusia sangat besar artinya bagi peningkatan taraf
kehidupan, peradaban, dan martabat manusia.
4) Prinsip Sosial
Pemberian hal oleh hukum tidak boleh dibiarkan semata-mata untuk
memenuhi kepentingan perseorangan, akan tetapi harus memenuhi
kepentingan seluruh masyarakat.
B. Sejarah tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual
Salah satu aspek hukum yang perlu mendapat perhatian adalah apa yang
dinamakan dengan hak milik intelektual (intelectual property right). Karena hak
atas kekayaan intelektual (HAKI) ini berkaitan erat dengan aspek hukum lainnya
seperti aspek teknologi, aspek ekonomi, dan seni. Bahkan beberapa waktu yang
lalu seorang perancang model Italian bernama Piere Cardin, datang ke Indonesia
untuk meminta kepada pemerintah Indonesia agar lebih memperhatikan hasil
karya seseorang untuk tidak melakukan pembajakan karya secara “semau gue”.4
Hal ini menunjukkan bahwa pada dasawarsa terakhir ini, HAKI terus
dibicarakan tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga bangsa-bangsa dan negara-
negara lain yang mempunyai masalah yang sama. Dalam konteks hubungan antar
negara, HAKI telah menjadi salah satu isu yang terus menarik perhatian kalangan
bisnis.
Menurut hasil pengamatan Bambang Kesowo, SH., LL.M., sebagai
seorang ahli di bidang hukum Hak Milik Intelektual, selama ini menunjukkan
bahwa pada umumnya masyarakat kurang mengetahui secara benar mengenai hak
milik intelektual, apalagi mengenai kapan dan bagaimana harus menegakkan, atau
mempertahankan hak tersebut.5
Meskipun mereka hanya sedikit memahami bahwa dirinya mempunyai hak
yang menyangkut milik intelektual, tetapi pemahamannya sering kali masih rancu,
cara berpikir tentang batasan dan pengertian hak cipta, paten, dan merek sering
4 Farida Hasyim, Hukum Dagang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014) h. 184.5 Muhammad Djumhana dan Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997) h. 1.
4
dicampuradukkan. Sebuah contoh, seorang pengusaha yang memiliki merek
dagang sering meminta kepada kantor hukumnya agar merek tersebut bisa
“dipatenkan”. Mereka menganggap bahwa merek dagangnya adalah suatu hasil
temuan yang perlu dilindungi dengan surat paten, di sini terlihat cara berpikir
yang mencampuradukkan antara hak paten dengan hak merek.
Nah, belum efektifnya sistem hak milik intelektual tersebut dengan
kurangnya pemahaman masyarakat menjadi bertambah semakin memprihatinkan,
karena kondisi serupa juga berlangsung di kalangan aparat penegak hukum dan
praktisi hukum. Menurut Bambang Koesowo, S.H., LL.M., keadaan seperti itu
menurutnya, mempengaruhi tingkat kesadaran dan penghargaan masyarakat
terhadap hak-hak milik intelektual. Kondisi demikian perlu segera diperbaiki agar
sistem hak milik intelektual di Indonesia dapat dioperasikan secara lebih efektif.6
Kita ketahui bahwa HAKI timbul atau lahir karena adanya intelektualitas
seseorang sebagai inti atau objek pengaturannya. Oleh karena itu, pemahaman
terhadap hak ini pada dasarnya merupakan pemahaman terhadap hak atas
kekayaan yang timbul atau lahir dari intelektualitas manusia.
Banyak karya-karya yang lahir atau dihasilkan oleh manusia melalui
kemampuan intelektualitasnya, baik melalui daya cipta, rasa, dan karsa.
Perlindungan hukum terhadap hasil intelektualitas manusia seperti di bidang
teknologi, ilmu pengetahuan, seni, sastra, dal lain-lain perlu diperhatikan dengan
serius. Sebab karya manusia ini telah dihasilkan dengan suatu pengorbanan
tenaga, pikiran, waktu, bahkan biaya yang tidak sedikit. Pengorbanan demikian
tentunya menjadikan karya yang dihasilkan memiliki nilai yang patut dihargai.
Dengan adanya konsepsi berpikir sperti di atas, timbul kepentingan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan sistem perlindungan hukum atas kekayaan
(hak intelektualitas) tersebut. Sebagai karya yang dihasilkan dari intelektualitas
manusia, HAKI hanya dapat diberikan kepada penciptanya atau penemunya untuk
6 Muhammad Djumhana dan Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997) hal. 2.
5
menikmati atau memetik manfaat sendiri selama jangka waktu tertentu atau
memberi izin kepada orang lain guna melakukannya.7
Dalam sejarahnya, memang harus diakui bahwa konsep perlindungan
hukum HAKI bukanlah merupakan hal yang timbul dalam sistem hukum kita.
Konsep ini pertama tumbuh dan dikembangkan oleh bangsa asing. Namun begitu
budaya penghargaan terhadap jerih payah atas hasil karya dan hak seseorang juga
telah merupakan bagian dari budaya kita, sekalipun sikap dan budaya demikian
sejak dahulu berakar tanpa hukum tertulis yang mengaturnya.
C. Ruang Lingkup Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
Ruang lingkup atau objek kajian atau hal-hal yang diatur dalam HAKI
adalah karya-karya yang lahir dari kemampuan intelektual (daya pikir) manusia.
Ringkasnya, HAKI terkandung dalam semua ciptaan atau hal yang dibuat manusia
dengan memeras otaknya. Contohnya sangat banyak, mulai dari lagu atau musik,
lukisan, foto-foto, mesin-mesin baru yang hemat bahan bakar, rancangan
perangkat lunak komputer, karangan (berupa buku atau artikel), desain mebel
yang indah, desain konstruksi bangunan yang tahan gempa, kompor hemat listrik,
aneka produk kosmetik, dan lain sebagainya.8
Secara umum, ruang lingkup Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang
memerlukan perlindungan hukum secara Internasional yaitu:
1. Hak cipta dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta. Hak cipta
diberikan terhadap ciptaan dalam ruang lingkup bidang ilmu pengetahuan,
kesenian, dan kesusesteraan.
2. Merek.
3. Indikasi geografis.
4. Rancangan industri.
5. Paten. Paten diberikan dalam ruang lingkup di bidang teknologi, yaitu
ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam proses industri.
6. Desain layout dari lingkaran elektronik terpadu.
7 Farida Hasyim, Hukum Dagang, hal. 185.8 Haris dan Sally, Mengenal HAKI ,hal. 3.
6
7. Perlindungan terhadap rahasia dagang (undisclosed information).
8. Pengendalian praktek-praktek persaingan tidak sehat dalam perjanjian
lesensi.
D. Jenis-jenis Hak atas Kekayaan Intelektual
Secara hukum, Hak atas Kekayaan Intelektual dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu sebagai berikut:9
1. Hak cipta (copyrights)
2. Hak kekayaan indistri (industrial property rigts)
Hak kekayaan industri selanjutnya bisa dipilah lagi menjadi beberapa sub
jenis. Pemilihnnya bisa berbeda di tiap negara. Di Indonesia, pemilihannya
berdsarkan undang-undang yang tersedia, yakni:10
1. Paten
2. Merek atau merek dagang
3. Desain industri
4. Desain tata letak sirkuit terpadu
5. Rahasia dagang, serta
6. Varietes tanaman
Dengan demikian kita ini mengetahui bahwa hak cipta yang sering kita
dengar di media massa merupakan bagian dari HaKI. Istilah-istilah HaKI, paten
(sering disebut sebagai hak paten), dan merek acapkali dicampur-adukkan, dan
istilah-istilah itu bahkan dianggap sama saja, padahal satu sama lain berbeda.
HaKI pada dasarnya adalah hak privat (perdata), dalam arti seseorang
bebas untuk mengajukan permohonan bagi pendaftaran dan perlindungan atas
HaKI nya atau tidak. Jika tidak dilakukan ia tidak akan dituntut apa-apa, tetapi ia
akan rugi sendiri kalau orang lain seenaknya memanfaatkan, atau bahkan
mengaku-aku karya ciptaannya. Dengan adanya HaKI, diharapkan kreativitas
manusia juga akan terekomendasi dengan baik sehingga lebih mudah dan
akhirnya lebih murah, untuk memanfaatkan oleh masyarakat luas. Selain itu
9 Haris dan Sally, Mengenal HAKI ,hal. 14.10
7
melalui HaKI, berbagi karya akan dilindungi hukum sehingga terhindar dari
pembajakan, penyalahgunaan, dan perampasan.
1. Hak cipta (copyrights)
a) Makna Hak Cipta
Hak cipta (lambang internasionalnya) adalah hak eksklusif atau hak yang
hanya dimiliki si Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan
hasil karya atau hasil oleh gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak
cipta merupakan “hak untuk menyalin suatu ciptaan”, atau hak untuk menikmati
suatu karya secara sah. Hak cipta sekaligus juga memungkinkan pemegang hak
tersebut untuk membatasi pemanfaatan, dan mencegah pemanfaatan secara tidak
sah, atas suatu ciptaan.
Berbeda dengan hak merek dan hak paten yang bersifat konstitutif, hak
cipta bersifat deklaratif. Artinya, pencipta atau penerima hak mendapatkan
perlindungan hukum seketika setelah suatu ciptaan dilahirkan. Dengan kata lain,
hak cipta tidak perlu didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
(Ditjen HKI). Namun, ciptaan dapat didaftarkan dan dicatat dalam Daftar Umum
Ciptaan di Ditjen HKI guna memperkuat status hukumnya.
b) Hak-hak dalam Hak Cipta
Menurut UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, ciptaan yang
dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra berupa
buku-buku, program komputer, pamflet, tata letak karya tulis lain seperti
ceramah , kulia, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu.
Secara hukum hak cipta mengandung beberapa elemen hak (pengertian
hak adalah segala sesuatu yang layak/pantas/ diterima pihak tertentu). Hak-hak
yang dimiliki oleh pemilik atau hak cipta adalah hak untuk:
a. Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan
tersebut (termasuk, pada umumnya, salinan elektronik)
b. Mengimpor dan mengekspor ciptaan,
8
c. Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadapatasi
ciptaan),
d. Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum, menjual,
atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan “hak eksklusif” adalah bahwa hanya
pemegang atau pemilik hak ciptalah yang bebas melaksanakan pemanfaatan hak
cipta tersebut, sementara orang atau pihak lain dilarang melaksanakan
pemanfaatan hak cipta tersebut tanpa izin pemegang hak cipta. Di Indonesia, hak
eksklusif si pemegang hak cipta termasuk “kegiatan-kegiatan menerjemahkan ,
mengadaptasi mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan,
meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik,
meyiarkan, merekam ,dan mengkomuniaksikan suatu ciptaan kepada publik
malalui sarana apapun”.11
c) Pembatasan Hak Cipta
Disisi lain, UU NO. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta juga memuat
tentang Pembatasan Hak Cipta yang terkait tentang pendidikan. Hal ini terjadi
pada Bab II Lingkup Hak Cipta, bagian kelima Pembatasan Hak Cipta, serta Pasal
15. Tentang penggunaan literatur dalam mencantumkan sumber yang ditentukan,
atau kewajiban pemegang hak cipta yang bersangkutan untuk memberikan izin
kepada pihak lain untuk menerjemahkan dan atau memperbanyak ciptaan tersebut
atau dapat juga menunjuk pihak lain untuk melakukan penerjemahan atau
pembanyakan ciptaan tersebut dan lain-lain.
Hal-hal yang tidak termasuk hak cipta adalah catatan atau hasil-hasil rapat
persidangan terbuka lembaga-lembaga negara, peraturan perundang-undangan,
pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah, atau keputusan badan-badan
sejenis lainnya. Selain itu, menurut pasal 15 UU Nomor 19 Tahun 2002, segala
hal tertulis yang sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara jelas tidak
dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. Hal-hal yang tidak dapat didaftarkan
sebagai ciptaan:
11 Haris dan Sally, Mengenal HAKI ,hal. 16.
9
1. Ciptaan diluar bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra
2. Ciptaan yang tidak orisinil
3. Ciptaan yang bersifat abstrak
4. Ciptaan yang sudah merupakan milik umum
5. Ciptaan yang tidak sesuai dengan ketentuan pada Undang-Undang
Hak Cipta
d) Pelanggaran Hak Cipta
Pada dasarnya, pelanggaran hak cipta terjadi apabila materi hak cipta
tersebut digunakan tanpa izin dan harus ada kesamaan antara dua karya yang ada.
Si penuntut harus membuktikan bahwa karyanya ditiru atau dilanggar atau
dijiplak, atau karya lain tersebut berasal dari karya ciptaannya. Hak cipta juga
dilanggar bila seluruh atau bagian substansial dari ciptaan yang telah dilindungi
hak cipta telah di kopi. Tugas pengadilanlah untuk meneliti dan menilai apakah
bagian yang digunakan tersebut penting, memiliki unsur pembeda atau bagian
yang mudah dikenali. Substansi dimaksudkan sebagai bagian yang penting bukan
bagian yang dalam jumlah besar. Demikian pula, patut dipertimbangkan
keseimbangan hak atau kepentingan antara pemilik dan masyarakat sosial.
Menurut pasal 15 UU Hak Cipta Indonesia tahun 1997, kegiatan-kegiatan
dibawah ini tidak termasuk dalam pelanggaran hak cipta, yaitu sebagai berikut:
1. Memakai karya orang lain untuk maksud pendidikan, riset, tesis iptek,
penulisan laporan, kritik atau ulasan.
2. Mengutip semua atau sebagian dari karya orang lain dengan maksud
advokasi didalam atau diluar bidang.
3. Mengutip semua atau sebagian dari karya seseorang untuk kulia
pengajaran atau sains dan pemeran atau pertunjukan bebas biaya.
Menurut pasal 74 UU Hak Cipta Indonesia, pelanggaran bersifat perdana
adalah pelanggaran yang secara sengaja dilakukan untuk mereproduksi atau
mempublikasikan materi hak cipta. Pelanggran ini dikualifikasi sebagai
pelanggaran pidana untuk memperlihatkan, mendistribusikan atau menjual materi
10
hasil pelanggaran atas hak cipta.12 Tetapi, menurut UU Nomor 19 Tahun 2002,
ada beberapa hal yang dinyatakan tidak melanggar hak cipta (Pasala 14-18).
Pemanfaatan suatu karya atau ciptaan tidak dianggap melanggar hak cipta jika
sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas, dan hal itu untuk kegiatan
yang bersifat nonkomersial seperti kegiatan sosial, kegiatan dalam lingkup
pendidikan dan ilmu pengetahuan, serta kegiatan penelitian dan pengembangan,
selama hal itu tidak merugikan kepentingan yang wajar dari penciptanya.
Kepentingan yang wajar “kepentingan yang didasarkan pada keseimbangan dalam
menikmati manfaat ekonomi atas suaut ciptaan”,misalnya pengambilan ciptaan
untuk pertunjukan atau pementasan yang tidak dikenakan bayaran.
Selanjutnya khusus untuk pengutipan karya tulis, penyebutan atau
pencatuman sumber ciptaan yang dikutip harus dilakukan secara lengkap. artinya,
dengan mencantumkan sekuran-kurangnya nama pencipta, judul atau nama
ciptaan, dan nama penerbit jika ada, maka pemanfaatan dianggap tidak melanggar
hak cipta. Seorang pembeli program komputer boleh memuat salinan atas
program komputer itu sekedar seagai cadangan, bukan untuk dipinjamkan apalagi
disewakan atau dijual kepada pihak lain.
e) Contoh Kasus Napster
Napster adalah sebuah program komputer yang membuat para pelanggan
atau pengguna komputer dapat saling menukar musik lewat internet. Pelayanan ini
bersifat gratis. Hal itu menyebabkan para pengguna Napster memiliki akses yang
luas terhadap hampir seluruh jenis musik tanpa membayar. Kemudian organisasi
yang mewakili para musisi menuntut Napster atas pelanggaran hak cipta. Napster
beragumen bahwa mereka sendiri tidak mengkopi musik jadi belum melanggar
hak cipta. Hakim memperkuat argumen organisasi musisi yang menyatakan
bahwa Napster telah memfasilitasi pelanggaran dan dalam hal ini di anggap
cukup. Napster diputuskan bersalah dan membayar ganti rugi.13
12 Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hal. 6.13 Endang, Hak Kekayaan, hal. 48.
11
2. Hak Kekayaan Industri
Hak kekayaan industri itu sendiri dapat dipilah lagi menjadi beberapa sub-
jenis. Di indonesia, pemilahannya berdasarkan undang-undang yang sudah
tersedia, yakni:
a. Paten (Patent)
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.
Menurut UU Nomor 14 pasal 1 ayat 1 Tahun 2001, yaitu: Paten adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Investor atas hasil invensinya di
bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.
Yang dimaksud dengan investor adalah penemu atau pencipta suatu karya.
Sedangkan invensi adalah ide investor yang yang dituangkan ke dalam suatu
kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa
produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengenbangan produk atau proses.
Terdapat tiga kategori besar perihal sesuatu atau objek yang dapat
dipatenkan, yaitu: (a) Proses; (b) Mesin; (c) Barang yang diproduksi dan
digunakan. Ada empat alasan mengapa paten itu diciptakan:
1) Untuk mengadakan penciptaan itu sendiri;
2) Untuk menyebarluaskan penemuan yang sudah diperoleh;
3) Untuk menginvestasikan sumber daya yang diperlukan guna
melakukan eksperimen, produksi, dan pemasaran atas penemuan yang
ada;
4) Untuk mengembangkan dan menyempurnakan penemuan-penemuan
terdahulu.
12
b. Merk (Trademark)
Merk adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersbut yang memiliki
daya pembeda dan dipergunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
Pengertian merek menurut UU Nomor 15 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2001,
yaitu: Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Fungsi utama merek adalah untuk membedakan suatu produk barang atau
jasa, atau pihak pembuat/ penyedianya. Merek dibedakan atas: (1) merek dagang,
yaitu merek yang digunakan pada barang yang dierdagangkan; (2) merek jasa,
yaitu merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan.
Unsur-unsur yang harus dipenuhi sebuah merek: memiliki daya pembeda,
bukan milik umum, tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum.
Pasal 2 UU merek, mengatur mengenai jenis merek yaitu meliputi dua
jenis dalam UU ini, yaitu:14
1) Merek Dagang (Trade Marks)
Adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Contoh: Coca-Cola, Sanyo,
Honda.
2) Merek Jasa (Service Marks)
Adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnta. Contoh: Bank of America, Asuransi
Bumiputera, Hotel Hilton.
14 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 210.
13
c. Rahasia Dagang
1) Dasar Hukum
Dasar hukum perlindungan rahasia dagang di indonesia adalah UU. No. 30
Tahun 2000. UU yang memiliki 19 pasal tersebut disahkan pada tanggal 20
desember 2000. Ada 7 (tujuh) prinsip utama yang diatur oleh UU Rahasia Dagang
Indonesia, yaitu15 :
a) Informasi yang dilindungi oleh rahasiadagang haruslah dibidang
teknologi dan bisnis, memiliki nilai ekonomi dan dijaga kerahasiaanya.
b) Tidak ada batas waktu perlindungannya, selama pemilik rahasia dagang
mampu menjaga rahasianya, perlindungan akan terus berlanjut.
c) Perlindungan hukum dibawah rezim Rahasia Dagang tidak mensyaratkan
pendaftaran.
d) Hak-hak eksklusifyang diperoleh melalui rahasia dagang dapat dialihkan
kepada ahli waris melaluipewarisan, hibah, wasiat perjanjian terulis dan
sebab-sebab lain yang di benarkan oleh undang-undang.
e) Pelanggaran rahasia dagang terjadi jika seseorang dengan sengaja
mengungkap rahasia dagang dan mengingkari kesepakaan tertulis
maupun tidak tertulis.
f) Pengadilan yang berwenang dalam UU Rahasia dagang adalah
pengadilan Negeri. Namun, jika diselesaikan di luar pengadilan negeri
juga disediakan oleh UU Rahasia Dagang melalui Arbitrase dan
Alternatif penyelesaian sengketa.
g) Ketentuan pidana yang diatur dalam UU Rahasia dagang adalah termasuk
dalam kategori delik aduan. Mengadukan terlebih dahulu pelanggaran
yang telah terjadi.
2) Definisi
Rahasia dagang dalam undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang rahasia
dagang (UURD) Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa, rahasia dagang adalah
informasi yang tidak diketahui oleh umu di bidang teknologi dan bisnis,
15 Tomi, Hak Kekayaan Intelektual, hal.165.
14
mempunyai nilai ekonomikarena berguna dalam kegiatan usaha dan di jaga
kerahasiaanya oleh pemilik rahasia dagang. Sedangkan yang dimaksud dengan
hak rahasia dagang adalah haka atas rahasia dagang yang timbul berdasarkan
undang-undang rahasia dagang16.
3) Ruang lingkup
Di paparkan dalam pasal 2 UU No. 30 Tahun 2000 tentang Hukum
Dagang ruang lingkup perlindungan rahasia dagang Metode produksi, Metode
pengolahan, Metode penjualan, Informasi lain dibidang teknologi dan Bisnis yang
memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui masyarakat umum.
4) Persyaratan
Dalam pasal 3 UU No. 30 Tahun 2000 tentang Hukum Rahasia terdapat
empat poin penting diantaranya adalah :
a) Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi tersebut
bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaanya
melalui upaya bagaimana mestinya.
b) Informasi dianggap rahasia apabila informasi tersebut hanya diketahui
oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.
c) Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat kerahasia
informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau
usaha yang bersifat atau dapat meningkat keuntungan secara ekonomi.
d) Informasi dianggap dijaga kerahasiannya apabila pemilik atau para pihak
yang menguasainya telah melakukan langka-langkah yang layak dan
patut.
Dari apa yang tertuang dalam pasal 3 UU No. 30 Tahun 2000 tentang
Rahasia Dagang, ada tiga komponen penting didalamnya, yaitu :
a) Informasi bersifat rahasia
Bersifat rahasia artinya informasitersebut bukan menjadi milik umum atau
public domain. Jika rahasia dagang diketahui oleh 2 orang yang menjadi
pesaing dari pemilik rahasia dagang itu, kerahasian informasi akan hilang.
16 Yusran Isnaini, Buku Pintar Haki, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), hal.97.
15
b) Mempunyai nilai ekonomi
Nilai ekonomi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
ruang lingkup rahasia dagang, jika informasi tersebut memiliki nilai
ekonomi, perlindungan hukumyang diberikan dalam bentuk hak eksklusif
menjadi tidak berarti.
c) Dijaga kerahasiaanya
Pemilik rahasia dagang harus menjaga informasi yang bersifat rahasia dari
pihak-pihak yang dapat merugiakan kepentingannya.
5) Hak pemilik rahasia dagang17
Dalam apasal 4 UU Rahasia Dagang Pemilik rahasia dagang memiliki hak
untuk :
a. Menggunakn sendiri rahasia dagang yang dimilikinya,
b. Memberiakan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk
menggunakan rahasia dagang.
6) Perlindungan rahasia dagang
Suatu rahasia dagang akan mendapatkan perlindungan apabila informasi
tersebut sejatinya bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi dan dijaga
kerahassiaanya melalui upaya-upaya sebagaimana mestinya. Perlindungan rahasia
dagang meluputi18:
a) Metode produksi
b) Metode pengolahan
c) Metode penjualan
d) Informasi lain dibidang teknologi dan
e) Bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui masyarakat
umum.
Suatu informasi dianggap bersifat rahasia apabila informasi tersebut hanya
diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.
7) Pelanggaran
17 Tomi, Hak Kekayaan Intelektual, hal. 171.18 Tomi, Hak Kekayaan Intelektual, hal. 175.
16
Suatu tindak pelanggaran dalam rahasia dagang sering disebut breach of
confidence biasanya dikategorikan sebaia perbuata melawan hukum. Dalam UU
Rahasia Dagang Indonesia khususnya pasal 11-1 dinyatakan bahwa penegang hak
rahasia dagang memiliki suatu monopoli ataupun hak eksklusif, maksudnya
bahwa dia dapat mempergunakan sendiri rahasia dagang yang dimiliknya dan
memberikan lisensi kepada pihak lain atau melarang siapapun untuk
menggunakan rahasia dagang atau mengungka rahasia dagang untuk kegiatan
komersial19.
Jika ada pihak yang secara sengaja melakukan pelanggaran terhadap
rahasia dagang dengan sengaja mengunkapkan rahasia dagang dia bisa
dipidanakan dan keperdataan. Pelanggaran rseahasia dagang meliputi pelanggaran
perjanjian lisensi, pembongkaran rahasia yang yang seharusnya di rahasiakan dan
pengingkaran kesepakatan dengan pihak lain apabila ia memperolehatau
menguasai rahasia dagang dengan cara yang bertentangan dengan peraturan
perndang-undangan20.
Tuntutan perdata tidak menghilangkan hak negara untuk melakukan
tuntutan pidana. Ancaman pidana yang dapat dikenakan terhadap pelaku yakni
diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan denda paling banyak
tiga ratus juta rupiah.
8) Pengecualian pelanggaran21
Tidak semua pengungkapan rahasia dagang dapat dikatakan dalam
pelanggaran rahasia dagang. Jika pengungkapan sesuai denga pasal 15 dan
beberapa kategori tindakan rekayasa ulang atas produk atau yang sering disebut
dengan verse engineering merupakan pengecualian yang perlu diperhatiakn oleh
para pemilik rahasia dagang.
Jika rahasia dagang tersebut bersifat teknologi dan dapat mudah dibongkar
oleh orang lain melalui rekayasa ulang, sebaiknya informasi tersebut dilindungi
oleh paten bukan rahasia dagang. 19 Endang, Hak Kekayaan, hal .98.20 Tomi, Hak Kekayaan Intelektual, hal 17121 Endang, Hak Kekayaan, hal. 100.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana HAKI adalah suat hak yang timbul bagi hasil pemikiran
yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia. HAKI bisa juga
diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat sesuatu yang
berguna bagi orang lain. Adapun prinsip-prinsip dalam HAKI meliputi prinsip
keadilan, ekonomi, kebudayaan dan sosial.
Sejarah munculnya HAKI secara historis dapat dilihat dari adanya undang-
undang mengenai HAKI pertama kali ada di Venice, Italia yang menyangkut
masalah paten pada tahun 1470. caxton, Galileo dan Guttenberg tercatat sebagai
penemu-penemu yang muncul dalam kurun waktu tersebut, dan mempunyai hak
monopoli atas penemuan mereka.
Hukum-hukum tentang paten tersebut kemudian di adopsi oleh kerajaan
Inggris di jaman TUDOR tahun 1500-an dan kemudian lahir hukum mengenai
paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623). Amerika Serikat
baru mempunyai undang-undang paten tahun 1791.
Hak cipta adalah hak eksklusif atau hak yang hanya dimiliki oleh si
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil karyanya.
Pada dasarnya, hak cipta merupakan hak untuk menyalin suatu ciptaan atau hak
untuk menikmati suatu katya secara sah. Mengingat hak eksklutif itu mengandung
nilai ekonomis yang tidak semua orang bisa membayarnya, maka untuk adilnya
hak eksklusif dalam hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Hak kekayaan industri itu sendiri dapat dipilah lagi menjadi beberapa sub-
jenis. Di indonesia, pemilahannya berdasarkan undang-undang yang sudah
tersedia, yakni paten (patent), merk (trademark), Desain Industri, Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu (DTLST), Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman.
18
B. Lampiran
Berdasarkan hasil observasi kami di Pusat Penelitian dan Pengabdian
Bidang Sain, Teknologi, Industri, dan HKI (P3STIHKI) Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang. terkait
masalah Hak Atas Kekayaan Intlektual) hambatan yang sering terjadi terkait
masalah HAKI adalah pada hasil riset yang berhenti pada laporan, hambatan
adimistrasi dan juga karena ketidaktauan dari Inventor dalam mendaftarkan hasil
karya intelektualnya, untuk itu UM membuat lembaga yang menangani masalah
terkait HAKI yang diberi nama dengan Pusat Penelitian dan Pengabdian Bidang
Sain, Teknologi, Industri, dan HKI (P3STIHKI).
P3STIHKI LP2M UM dalam melakukan pengelolaan HKI bertugas untuk:22
1. mengidentifikasi potensi HKI yang memenuhi pemenuhan persyaratan
perlindungan HKI sesuai peraturan perundangan yang berlaku, potensi
komersial, dan potensi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
2. melakukan penilaian atau evaluasi bersama Tim Penilai HKI yang
dibentuk LP2M UM tentang kelayakan teknologi, kelayakan ilmiah, serta
keterkinian potensi HKI UM;
3. melakukan proses pengalihan HKI dari sivitas UM;
4. melakukan proses pendaftaran HKI ke Direktorat Jenderal HKI
Kementerian Hukum dan HAM;
5. melakukan kegiatan pemanfaatan HKI UM yang meliputi penjajagan dan
pencarian mitra kerja sama, pemegang lisensi prospektif, penyiapan per-
janjian lisensi, perjanjian riset dan pengembangan, serta kegiatan-kegiatan
pemanfaatan HKI UM yang dianggap perlu;
6. melakukan kegiatan mengelola portofolio HKI UM;
7. memfasilitasi kegiatan pengumpulan pendapatan hasil pemanfaatan HKI
UM yang berupa royalti dan pendapatan lainnya melalui rekening Rektor;
8. memfasilitasi kegiatan bantuan hukum HKI oleh UM;
22 Alfian Mizar, Wawancara (Malang, 02 Maret 2015)
19
9. melakukan sosialisasi dan pengembangan kepedulian sivitas UM terhadap
sistem HKI.
Sedangkan untuk pembagian Royaltinya diatur di PERATURAN
REKTOR UNIVERSITAS NEGERI MALANG NOMOR 24 TAHUN 2013
TENTANG PEDOMAN PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
(HKI). Pada pasal 10 disebutkan sebagai berikut :
Royalti dari HKI UM yang telah dikomersialisasikan setelah dikurangi
komponen biaya sebagaimana tersebut dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b dibagi
dengan persentase sebagai berikut:
a. inventor: 50 % (lima puluh persen)
b. fakultas/lembaga asal inventor 20 % (dua puluh persen)
c. UM 30 % (tiga puluh persen).
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Djumhana, Muhammad dan Djubaedillah. Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori
dan Prakteknya di Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997.
Hasyim, Farida. Hukum Dagang. Jakarta: Sinar Grafika, 2014.
Isnaini, Yusran. Buku Pintar Haki. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Mizar, Alfian. Wawancara (Malang, 02 Maret 2015)
Munandar, Haris dan Sitanggang Sally. Mengenal HAKI (Hak Atas Kekayaan
Intelektual). Jakarta: Erlangga, 2011.
Purwaningsih, Endang. Perkembangan Hukum INTELLECTUAL PROPERTY
RIGHTS. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Riswandi, Budi Agus dan Syamsuddin, Muhammad. Hak Kekayaan intelektul dan
Budaya Hukum. Jakarta: Grafindo Persada, 2005.
Saleh, Gazalba. TRIPs-WTO dan HUKUM HAKI INDONESIA. Jakarta: RINEKA
CIPTA, 2005.
Utomo, Tomi Suryo. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010.
22