Hermeneutika Dan an Ulumul Qur

download Hermeneutika Dan an Ulumul Qur

If you can't read please download the document

Transcript of Hermeneutika Dan an Ulumul Qur

HERMENEUTIKA DAN PENGEMBANGAN ULUMUL QURAN PENDAHULUAN Buku ini hadir untuk memberi solusi tentang perdebatan hermeneutika dalam khasanah keilmuan islam. Penulis mengambil posisi sebagai penengah dalam artian teori hermeneutika dapat dipakai dalam pengembangan ulumul quran dan penafsiran al-quran. Buku ini ditulis secara singkat dan padat agar mudah dicerna dengan baik. Buku ini dibagi dalam tiga bab. Bab pertama memaparkan define hermeneutika dan sejarah perkembangannya. Bab kedua berisi aliran-aliran hermeneutika yaitu aliran obyektivis, aliran obyektivis-cum-subyektivis dan aliran subyektivis. Bab ketiga berisi analisis dan refleksi apakah hermeneutika dapat diaplikasikan atau tidak dalam pengembangan Ulumul Quran dan penafsiran al-Quran. I. DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN HERMENEUTIKA A. Definisi dan Ruang Lingkup Hermeneutika Secara etimologis, kata hermeneutika diambil dari bahasa Yunani, yakni hermeneuein, yang berarti menjelaskan. Kata tersebut kemudian diserap dalam bahasa Jerman Hermeneutik dan bahasa Inggris hermeneutics. Kata tersebut didefinisikan secara beragam dan bertingkat (Hans-Georg Gadamer). Menurut Gadamer hermeneutik adalah seni praktis, yakni techne, yang digunakan dalam hal-hal seperti ceramah, menafsirkan bahasa-bahasa lain, menerangkan dan menjelaskan teksteks, dan sebagai dasr dari semua seni memahami, sebuah seni yang secara khusus dibutuhkan ketika makna sesuatu (teks) itu tidak jelas. Menurut Friedrich Schleier adalah seni memahami secara benar bahasa orang lain, khususnya bahasa tulis. Menurut Franz Peter Burkard adalah seni menafsirkan teks, dan dalam arti yang lebih luas hermeneutika adalah refleksi teoritis tentang metode-metode dan syarat-syarat pemahaman. Menurut Ben Vedder dan Mathias Jung ada 4 terma tentang hermeneutika yaitu Hermeneuse (penafsiran), Hermeneutika, Hermeneutika filosofis dan filsafat hermeneutis.1

B. Sejarah Singkat Perkembangan Hermeneutika Sejarah perkembangan hermeneutika terbagi dalam tiga bagian: sejarah hermeneutika teks mitos, hermeneutika teks Bibel dan sejarah hermeneutika umum. 1. Hermeneutika Teks Mitos Pengagasnya adalah Homer dan Hesoid, mereka menguak makna terdalam di balik katakata. Obyek penafsirannya adalah teks kanonik (telah dibukukan) baik kitab suci, hukum, puisi maupun mitos. 2. Hermeneutika Teks Bibel Philo Von Alexandrian bapak penafsiran allegoris yang melalukan penafsiran Perjajian Lama secara mendalam dan melodis. Penafsiran yang tekenal adalah tentang Kidung Agung dalam Perjajian Lama yang memuat kisah erotis. Dia menekankan makna allegoris ketika dia mengatakan yang dipandang adalah jiwanya bukan hurufnya. Hal ini dilakukan dasarnya adalah respon kontradiktif terhadap penafsiran literal kaum Yahudi terhadap ayat-ayat hukum Perjajian Lama. Origenes mengembangkan dualisme makna yang dikemukakan Philo dengan menambah makna satu lagi. Dia membedakan makna teks kedalam tiga macam: literal, moral dan ruhani/spiritual. Makna literal dipuruntukan bagi orang awam, makna moral bisa diserap mereka yang lebih mendalam keyakinan dan keagamaannya dan makna ruhani bisa diserap mereka yang pemahaman keagamaannya lebih mendalam lagi. Para teolog kristen abad pertengahan mengembangkan dan mensistematiskan lebih lanjut gagasan Philo dan Origenes dalam 4 makna: literal, allegoris, moral dan anagogis/eskatologis. Aurelius Agustinus melektakan dasar pemikiran yang terkait dengan teori simbol (semiotik), filsafat bahasa, sastra dan hermeneutika. Petrus Abaelardus lebih memfokuskan pemikirannya pada problem internal teks-teks Bibel. Marthin Luther berpendapat Bibel menafsirkan dirinya sendiri (Bibel tidak ditafsirkan menurut perspekatif tradisi Kristen/Gereja).

3. Hermeneutika Umum Perbedaan hermeneutika klasik dan modern adalah wilayah obyek kajiannya, kalau hermeneutika klasik hanya pada teks kanonik sedang hermeneutika modern lebih luas lagi tidak hanya teks kanonik saja. Ahli hermeneutika umum pada masa modern dibagi dalam dua bagian: pada masa awal dan pada tahap kedua. Tokoh masa awal adalah Johann Cornad Dannhauer. Pada tahap dua pelopornya adalah Ernst Schleiermacher dan Wilhelm Dilthey. II. RAGAM DAN ALIRAN HERMENEUTIKA (UMUM) MODERN A. Aliran Obyektivis Adalah aliran yang lebih menekankan pad pencarian makna asal dari obyek penafsiran (teks tertulis, teks diucapkan, perilaku, simbol-simbol kehidupan dll.). Jadi, penafsiran adalah upaya merekonstruksi apa yang dimaksud oleh pencipta teks. Diantara yang bisa digolongkan dalam aliran ini adalah pemikiran Schleiermacher dan Dilthey. Schleiermacher lahir pad tahun 1768 di Breslau (Jerman) dalam keluarga Protestan. Tahun 1810 dia diangkat sebagai profesor teologi di Universitas Berlin. Dia meninggal pada tahun 1834. Pemikirannya adalah bahwa hermeneutika (seni memahami) terbagi dalam tiga tingkatan: pemahaman mekanik dalam hal kehidupan keseharian, pemahaman yang didasarkan atas pengalaman dan pemahaman artistik terhadap ungkapan dan tulisan yang sulit dipahami. Bentuk hermeneutikanya adalah hermeneutika grammatikal dan psikologis. Hermeneutika grammatikal adalah penafsiran yang didasarkan pada analisa bahasa. Prinsip dan kaidahnya adalah pertama, segala hal yang ada dalam ungkapan tertentu yang menuntut penentuan (makna) yang lebih tepat hanya dapat ditetapkan melalui bidang bahasa yang telah diketahui oleh pengarang dan audiens orisinil/aslinya. Kedua, makna setiap kata pada tempat tertentu harus ditentukan sesuai dengan kebersamaannya dengan kata-kata lain yang berada di sekitarnya. Ketiga, kosakata (bahasa) dan sejarah era pengarang dipandang sebagai keseluruhan, yang darinya tulisan-tulisannya harus dipahami sebagai bagian, dan keseluruhan pada gilirannya harus dipahami dari bagian-bagianya. Hermeneutika psikologis adalah penafsiran yang menambahkan aspek kejiwaan pengarangnya. Metodenya adalah Divinatori dan perbandingan. Metode divinatori adalah metode3

dimana seseorang mentransformasikan dirinya kedalam jiwa orang lain dan mencoba memahami orang itu secara langsung. Metode perbandingan adalah bahwa seseorang mufasir berusaha memahami seseorang dengan cara membandingkannya dengan orang lain, dengan asumsi bahwa mereka sama memiliki yang universal atau dengan kata lain kesamaan-kesamaan. Kedua metode tersebut tidak bisa dipisahkan. Ada dua bentuk kesalahpahaman yaitu kesalahpahaman kualitatif dan kesalahpahaman kuantitatif. Seginya ada kesalahpahaman positif dan kesalahpahaman aktif. Untuk menghindari kesalahpahaman ada dua cara pertama dengan analisis historis yang bernuansa obyektif dan kedua dengan analisis divinatori yang bernuansa obyektif. B. Aliran Obyektivis-cum-Subyektivis Adalah aliran yang berada di tengah-tengah antara dua aliran. Aliran ini memberi keseimbangan antara pencarian makna asal teks dan peran pembaca dalam penafsiran. Yang bisa dimasukkan dalam kategori ini adalah pemikiran Gadamer dan Gracia. Hans Georg Gadamer dilahirkan di Marburg tahun 1900. Tahun 1929 dia menyelesaikan Habilitation, sebuah penelitian pasca doktor sebagai salah satu syarat untuk menjadi profesor di universitas. Karyanya yang berjudul Wahrheit und Methode merupakan buku tentang hermeneutika yang berpengaruh di dunia barat. Teori-teori pokok hermeneutika Gadamer. Pertama, teori kesadaran keterpengaruhan oleh sejarah. Kedua, teori prapemahaman. Ketiga, teori pengabungan/asimilasi horison. Keempat, teori penerapan/aplikasi. Jorge J.E. Gracia adalah seorang profesor dalam bidang filsafat di Department of Philosophy, Universitat Buffalo di New York. Lahit tahun 1942 di Kuba. Selain ahli filsafat dia juga memberi perhatian terhadap masalah-masalah etnistas, identitas, nasionalisme dll. Interpretasi menurut Gracia melibatkan tiga hal: teks yang ditafsirkan, panfasir dan keterangan tambahan. Fungsi penafsiran ada tiga macam yaitu fungsi historis, fungsi makna dan fungsi implikatif. Interpretasi terbagi menjadi dua yaitu interpretasi tekstual dan interpretasi non tekstual.

C. Aliran Subyektivis Adalah aliran yang lebih menekankan pada peran pembaca/penafsir dalam pemaknaan terhadap teks. Pemikiran-pemikiran yang tergolong aliran ini beragam. Ada yang sangat subyektivis, yakni dekonstruksi dan reader-response criticism, ada juga agak subyektivis, yakni post strukturalisme, dan ada juga yang kurang subyektivis yakni strukturalisme. Strukturalisme dan semiotika banyak digunakan dalam kajian sastra dan memiliki konsep dan premis yang sama. Ferdinand de Saussures mengatakan bahwa kita bisa saling memahami hanya karena kita sepakat dengan arti kombinasi-kombinasi suara (kata dan kalimat). Analisis strukturalis dan semiotik terhadap teks, seni, dan realita manusia bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang objek yang dikaji.

III. RELEVANSI HERMENEUTIKA DALAM PENGEMBANGAN ILMU TAFSIR/ULUMUL QURAN A. Integrasi Ilmu dalam Tradisi dan Khasanah Islam Upaya mensintesiskan kajian islam dengan disiplin ilmu sekuler bukanlah hal baru dalam dunia islam. Pada awalnya dilakukan kaum Mutazilah dalam upaya mengabungkan teologi islam dengan filsafat Yunani. Abu i-Hudhayl al-Allaf mensinteskan Atomismus Yunani dengan teologi Islam. Fakhrudin al-Razi memasukkan temuan-temuan ilmiah pada masanya dala tafsirnya untuk menunjukkan kemukjizatan al-Quran. Pada masa modern sarjana-sarjana muslim yang antusias dengan pengembangan keilmuan islam, seperti Amin al-Khuli berpendapat perlu adanya mengunakan teori-teori sastra modern dalam menafsirkan Ganda). al-Quran. Paradigma Fazlur Rahman dan mengemukan integrasi teori double yang movement(Gerakan interkoneksi keilmuan

dipropagandakan Amin Abdullah. B. Argumentasi Visibilitas Hermeneutika untuk diintegrasikan ke dalam Ilmu Tafsir

5

Penulis berasumsi dalam buku ini bahwa ide-ide hermeneutik dapat diaplikasikan kedalam ilmu tafsir, bahkan adapat memperkuat metode penafsiran al-Quran. Asumsi ini didasarkan atas beberapa argumentasi. Pertama, secara terminologis hermeneutika dan ilmu tafsir pada dasarnya tidaklah berbeda. Kedua, yang membedakan keduanya selain sejarah kemunculannya, adalah ruang lingkup dan obyek pembahasannya, tapi sama-sama mengkaji teks. Ketiga, memang benar obyek utama ilmu tafsir adalah teks al-Quran dan hermeneutik adalah teks Bibel, tetapi sama-sama wahyu Tuhan. C. Kemiripan Aliran Hermeneutika Umum dan Tipologi Pemikiran Tafsir Kontemporer Melihat kecenderungan aliran-aliran hermeneutika penulis berpendapat bahwa terdapat kemiripan aliran dan kecenderungan penafsiran dengan apa yang terjadi dalam tradisi penafsiran al-Quran pada saat ini, maka terbagilah dalam beberapa aliran. Pertama, pandangan quasiobyektivis tradisional. Kedua, pandangan quasi-obyektivis modernis. Ketiga, pandangan subyektivis. Pertama, pandangan quasi-obyektivis tradisional. Adalah suatu pandangan bahwa ajaranajaran al-Quran harus dipahami, ditafsirkan dan diaplikasikan pada situasi diman al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad dan disampaikan kepada generasi muslim awal. Kelemahannya adalah tidak memperhatikan kenyataan dan para ulama yang memiliki pandangan ini tidak tertarik untuk memperbarui pemahaman al-Quran untuk menjawab permasalahan orang modern. Kedua, pandangan quasi-obyektivis modernis. Adalah pandangan yang hampir mirip dengan yang pertama tetapi ada tambahan dengan menambah ilmu-ilmu modern. Ketiga, pandangan subyektivis. Adalah pandangan yang berpendapat bahwa setiap penafsiran sepenuhnya merupakan subyektivitas penafsir, karena itu kebenaran bersifat relatif. D. Signikansi Hermeneutika bagi Pengembangan Ilmu Tafsir/Tawil 1. Signifikansi Hermeneutika Gracia dalam studi dan penafsiran al-Quran (1) Membangun Ulumul Quran/Ilmu Tafsir yang Sophisticated dan Filosofis Menurut al-Zarkasyi ada tiga aktivitas penting dalam menafsirkan al-Quran:

memahami, menjelaskan dan mengeluarkan. Dalam tafsir lama hanya ada satu yang ditonjolkan tapai yang lain tidak. Maka untuk menyempurnakanya Gracia memberi solusi untuk ini dengan teorinya. Hasilnya tafsir lebih Sophisticated dan Filosofis. (2) Memperkuat Etika dalam Penafsiran Teori pluralitas penfasiran, keberagaman fungsi penfasiran dan truth value serta sisi obyektivis dan subyektivis panefsiran yang dikemukan Gracia dapat memperkuat etika dalam penafsiran teks al-Quran. 2. Elaborasi Kesesuaian Hermeneutika Gadamer dengan Aspek-aspek Ulumul Quran (1) Teori Kesadaran Sejarah dan Teori Prapemahaman dan Kehati-hatian dalam Menafsirkan teks al-Quran (2) Teori Fusion of Horison dan Dirasat ma hawla al-Nashsh (3) Teori Aplikasi dan Interpretasi Mana-cum-Maghza E. Penutup Integrasi hermeneutika ke dalam ilmu tafsir adalah sangat mugkin dilakukan. Bukti bahwa hermeneutika aliran obyektivis-cum-subyektivis dan aliran subyektivis visible untuk dipakai memperkuat aspek metodis penafsiran al-Quran.

7