Hepatitis C 2003 (Ringkasan)
-
Upload
fatkhulimron -
Category
Documents
-
view
349 -
download
17
description
Transcript of Hepatitis C 2003 (Ringkasan)
i
KONSENSUS FKUI-PPHI
Tentang
PENATALAKSANAAN HEPATITIS C KRONIK • Pendahuluan
• Bagaimana Riwayat Alamiah Hepatitis C?
• Apakah pendekatan yang paling sesuai untuk
mendiagnosis dan memonitor pasien?
• Rekomendasi 1
• Rekomendasi 2
• Apakah terapi paling efektif untuk hepatitis C?
• Rekomendasi 3
• Pasien hepatitis C manakah yang sebaiknya diobati?
• Rekomendasi 4
• Rekomendasi 5
• Rekomendasi 6
• Apakah Rekomendasi pada Pasien untuk Mencegah
Penularan Hepatitis C?
• Rekomendasi 7
• Hal-hal yang Penting Untuk Memahami
Perkembangan Alamiah Infeksi Virus Hepatitis C
• Hal-hal yang Penting Untuk Memahami Terapi Virus
Hepatitis C
• Kesimpulan
22 Juni 2003
Unit Program Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PPKB/CME) FKUI
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Persatuan Peneliti Hati Indonesia
ii
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan bentuk apapun juga tanpa seizin penulis dan penerbit.
Diterbitkan pertama kali oleh : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, 2003 Penerbitan buku ini dikelola oleh : Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Koordinator Penerbitan: Prof. dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, SpAnd
dr. Hendra Utama, SpFK
ISBN 979-496-300-3
iii
KONSENSUS FKUI-PPHI
Tentang
PENATALAKSANAAN HEPATITIS C KRONIK
Susunan Panitia Konsensus Hepatitis C Kronik
FKUI-PPHI 2003
Ketua :
Prof. Dr. Nurul Akbar, SpPD-KGEH
Sekretaris:
Dr. Rino Alvani Gani, SpPD-KGEH
Dr. Tonny Loho, SpPK DMM
Anggota:
Prof. Dr. H. M. Sjaifoellah Noer, SpPD-KGEH
Prof. Dr. Ali Sulaiman, SpPD-KGEH, Ph.D, FACP
Prof. Dr. L.A. Lesmana, SpPD-KGEH, Ph.D, FACP, FACG
Prof.DR.Dr.Siti Aminah Abdurrachman, SpPD-KGEH
Prof. Dr. Pangarapen Tarigan, SpPD-KGEH
Prof. Dr. Lukman Hakim, SpPD-KGEH
Prof. Dr. Hernomo Kusumobroto, SpPD-KGEH
Dr. Unggul Budihusodo, SpPD-KGEH
Dr. Purnamawati, SpA(K)
Dr. Irsan Hasan, SpPD
Peserta :
Dr. H. Abimanyu, SpPD Banjarmasin
Dr. Abiran Nababan, SpPD-KGEH Medan
Dr. H. Achmad Fuad Bakry, SpPD-KGEH Palembang
Dr. Agus Sudiro Waspodo, SpPD-KGEH Jakarta
Dr. H. Ali Djumhana, SpPD-KGEH Bandung
Prof. Dr. HAM Akil, SpPD-KGEH Makasar
iv
Dr. Bambang Sutopo, SpPD Jambi
Dr. HR Aribowo T, SpPD Surabaya
Prof. DR. Dr. Harijono, SpPD-KGEH Surabaya
Dr. Hary Bagijo, SpPD Surabaya
Dr. Hirlan, SpPD-KGEH Semarang
Dr. Hotma Hutabarat, SpPD Jakarta
Dr. Johana Wirasmi Marwoto, SpPA Jakarta
Dr. Julianto Widjojo, SpPD-KGEH Bandung
Dr. Lukman Hatta Sunaryo, SpPD SpKL Balikpapan
Dr. Lukman Hakim Zein, SpPD-KGEH Medan
Dr. Nasrul Zubir, SpPD-KGEH Padang
Dr. Nelly Tandean Wenas, SpPD-KGEH Manado
Dr. Nyoman Purwadi, SpPD Denpasar
Dr. FX. Pridady, SpPD-KGEH Jakarta
Prof. Dr. Rifa i Amirudin, SpPD-KGEH Makasar
Dr. Soemarno, SpPD-KGEH Jakarta
Dr. F. Soemanto PM, MSc, SpPD-KGEH Semarang
Dr. Sukma W Merati, SpPA Jakarta
Dr. Siti Nurdjanah, M Kes, SpPD-KGEH Yogya
Dr. Suyatmi Awizar, SpPD-KGEH Semarang
Dr. H. Syadra Bardiman Rasyad, SpPD Palembang
Dr. H. Syafruddin, SpPD Jakarta
Dr. Widardjati, SpPD-KGEH Jakarta
Dr. Med. Waldemar Simanjuntak, SpPD-KGEH Jakarta
Prof. Dr. Yulius, SpPD-KGEH Padang
Dengan penghargaan atas kontribusi dalam persiapan manuskrip
konsensus :
Dr. Jack Pradono Handojo
Dr. Rosalina Saleh
Persiapan penyusunan buku ini didukung oleh : PT ROCHE INDONESIA
v
SAMBUTAN DEKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
Hepatitis C kronik merupakan penyakit hati kronik yang prevalensinya
termasuk salah satu yang tertinggi di dunia saat ini. Hal ini disebabkan
belum ada vaksin yang dapat mencegah penularan virus Hepatitis C,
sehingga penatalaksanaan Hepatitis C kronik sangat tergantung pada
terapi antivirus yang efektif. Pada saat ini telah dikembangkan terapi baru
antivirus Hepatitis C yaitu peggylated interferon dan ribavirln. Tetapi masih
ada kontroversi dalam Indikasi dan cara pemberiannya. Oleh karena itu
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyambut gembira kerja
sama dengan pihak Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) untuk
menerbitkan Buku Konsensus mengenai Penatalaksanaan Hepatitis C
Kronik. Penerbitan buku ini sejalan dengan kegiatan Unit Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB/CME) untuk secara teratur menerbitkan
buku tentang pedoman tata laksana dan yang sejenis.
Kegiatan ini diharapkan membantu FKUI untuk mencapai Visi FKUI,
yaitu menjadi salah satu Fakultas Kedokteran terkemuka di Asia
Pasifik pada tahun 2010.
Saya sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam kegiatan ini: PPHI, Unit PKB/CME FKUI, Balai Penerbit, disertai pula
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua kontributor yang
terlibat dalam penyusunan buku ini.
Prof, dr. H. Ali Sulaiman, PhD, Sp.PD-KGEH, FACG
Dekan
vi
SAMBUTAN KETUA PPHI
Assalamualaikum W.W.
Teman sejawat sekalian,
Hepatitis C merupakan masalah kesehatan yang besar. Sebagian
besar pasien HCV akan berkembang menjadi kronik yang berakhir dengan
sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler. Terapi untuk infeksi HCV masih
merupakan masalah yang sulit karena angka respons pengobatan yang
rendah dengan angka relaps yang tinggi. Imunisasi belum berhasil
dilakukan karena sifat virus yang tidak terduga prilakunya dan sangat
mudah bermutasi.
Interferon dengan kombinasi ribavirin masih merupakan terapi pilihan.
Angka keberhasilan juga makin bertambah dengan adanya pegylated
interferon. Disamping itu pengetahuan mengenai HCV juga bertambah
dengan pesat. Karena itu Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI)
merasa perlu untuk melakukan konsensus penatalaksanaan HCV baik
terapi, pencegahan maupun penyuluhan. HCV.
Saya atas nama Pengurus Besar PPHI mengucapkan selamat dan
terima kasih atas bantuan dari Cabang PPHI seluruh Indonesia.
Kebersamaan kita pada waktu pembuatan konsensus saya rasakan amat
menggembirakan sehingga waktu terasa amat cepat berlalu. Semoga
suasana seperti akan selalu tercipta pada Perhimpunan kita.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada penyandang dana PT.
Roche Indonesia sehingga konsensus PPHI yang ke 3 ini dapat
berlangsung dengan baik. Begitu pula kepada panitia yang telah bersusah
payah dalam menyelenggarakan acara ini. Untuk konsensus ini PPHI juga
telah bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Wassalamuiaikum WW.
Prof. Dr. Nurul Akbar SpPD, KGEH Ketua PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia
vii
DAFTAR ISI
• Susunan Panitia Konsensus Hepatitis C Kronik FKUI-PPHI 2003...... iii
• Sambutan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ............ v
• Sambutan Ketua PPHI ...................................................................... vi
• Daftar Isi ........................................................................................... vii
• Rekomendasi Penatalaksanaan Infeksi Hepatitis C Kronik .................. 1
• Pendahuluan ..................................................................................... 5
• Bagaimana Riwayat Alamiah Hepatitis C? .............................................. 6
• Apakah pendekatan yang paling sesuai untuk mendiagnosis
• dan memonitor pasien? .................................................................... 9
• Apakah terapi paling efektif untuk hepatitis C? ....................................... 14
• Pasien hepatitis C manakah yang sebaiknya diobati? .......................... 20
• Apakah Rekomendasi pada Pasien untuk Mencegah Penularan
• Hepatitis C? ....................................................................................... 25
• Hal-hal yang Penting Untuk Memahami Perkembangan Alamiah Infeksi
Virus Hepatitis C ............................................................................................. 29
• Hal-hal yang Penting Untuk Memahami Terapi Virus Hepatitis C ....... 30
• Kesimpulan....................................................................................................... 31
• Tentang Metode Pembuatan Konsensus PPHI ....................................... 33
• Penutup ............................................................................................................ 33
1
REKOMENDASI PENATALAKSANAAN INFEKSI
HEPATITIS C KRONIK
Rekomendasi 1.
Rekomendasi tentang kegunaan pemeriksaan HCV RNA
1.1. Pemeriksaan HCV-RNA yang positif memastikan diagnosis.
1.2. Bila HCV RNA tidak bisa diperiksa maka ALT > 2N dengan anti-HCV
positif dapat menegakkan diagnosis dengan menyingkirkan penyebab
lain
1.3. Pemeriksaan genotipe tidak diperlukan untuk penegakan diagnosis
1.4. Pemeriksaan HCV-RNA kuantitatif diperlukan pada anak dan dewasa
untuk penentuan pengobatan
1.5. Pemeriksaan genotipe diperlukan untuk menentukan lama terapi
Rekomendasi 2.
Rekomendasi mengenai biopsi hati
2.1. Pemeriksaan biopsi hati tidak harus dilakukan tetapi dianjurkan
sebelum diberikan terapi antivirus
2.2. Bila biopsi hati dapat dilakukan, terapi antivirus hanya diberikan pada
tingkat fibrosis F2 dan F3 (skor METAVIR)
2.3. Apabila ditemukan tingkat fibrosis F4 (skor METAVIR), terapi antivirus
dipertimbangkan bila usia < 65 tahun dan sirosis terkompensasi
Rekomendasi 3.
Rekomendasi tentang terapi antivirus
3.1. Terapi antivirus diberikan bila ALT > 2 UNL.
3.2. Untuk pengobatan hepatitis C, diberikan kombinasi Interferon dengan
Ribavirin
3.3. Ribavirin diberikan tiap hari, tergantung berat badan selama pemberian
Interferon dengan dosis:
a. < 55 kg diberikan 800 mg/hari
b. 56 - 75 kg diberikan 1000 mg/hari
2
c. > 75 kg diberikan 1200 mg/hari
3.4. Dosis Interferon konvensional 3, 4.5, 5 MIU seminggu 3 kali, tergantung
kondisi pasien
3.5. Pegylated Interferon alfa-2a diberikan 180 ug seminggu sekali selama
12 bulan pada genotipe 1 & 4, dan 6 bulan pada genotipe 2 dan 3. Pada
Pegylated Inteferon alfa-2b diberikan dengan dosis 1,5 ug/kgBB/ kali
selama 12 bulan atau 6 bulan tergantung genotipe.
3.6. Dosis Ribavirin sedapat mungkin dipertahankan. Bila terjadi efek
samping anemia, dapat diberikan eritropoietin untuk meningkatkan Hb.
Rekomendasi 4.
Rekomendasi mengenai terapi antivirus pada anak
Terapi antivirus pada anak dilakukan dengan pemberian Interferon dan
Ribavirin, kecuali pada anak dengan hemoglobinopati dan thalasemia,
Ribavirin tidak diberikan. Terapi Interferon diberikan 3 x/minggu pada anak
dengan usia > 3 tahun dengan dosis 3-5 M U/m2 luas permukaan tubuh.
Sedangkan dosis Ribavirin adalah 10.6 mg/kg BB/hari.
Rekomendasi 5.
Rekomendasi mengenai terapi hepatitis akut
Terapi antivirus monoterapi dengan Interferon konvensional diberikan
selama 3 bulan pada infeksi hepatitis C akut.
Rekomendasi 6.
Rekomendasi tentang pengguna salah obat
Untuk penderita dengan pengguna salah obat (drug abuse), diberikan
terapi antivirus sesudah diberikan penjelasan untuk tidak terkena re-
infeksi.
Rekomendasi 7:
Rekomendasi untuk pencegahan dan konseling infeksi hepatitis C virus
(HCV)
3
7.1 Mendidik masyarakat tentang transmisi HCV, agar dapat lebih baik
mengenali individu yang terpapar dan melembagakan upaya
pencegahan.
7.2 Mempromosikan standardisasi dan ketersediaan luas uji diagnostik
infeksi HCV dan komplikasinya sehingga tercapai diagnosis dini dan
pelaksanaan praktek pengobatan yang sesuai.
7.3 Mempromosikan pengembangan uji skrining untuk semua kelompok
berisiko tinggi terinfeksi HCV, termasuk IDU, pekerja seks komersial
dan narapidana.
7.4 Mengembangkan diagnostik penyakit, uji non-invasif, dan peran
biopsi hati sehingga penerapan praktek pengobatan saat ini dapat
diperbaiki.
7.5 Mendirikan Jaringan Riset Klinis Hepatitis untuk menjalankan riset
berkaitan dengan riwayat alamiah, pencegahan dan pengobatan
hepatitis C.
7.6 Mengorganisasikan uji klinik acak terkontrol untuk menjangkau
populasi khusus yang belum terwakili dalam studi klinik saat ini dan
untuk menentukan dapat diterapkan tidaknya kombinasi terapi
antivirus pada populasi seperti: anak dan remaja. Pendekatan efektif
diperlukan pada pecandu narkoba suntik dalam pengobatan, pecandu
alkohol, PSK (Pekerja Seks Komersial), narapidana, pasien dengan
depresi stabil, dan mereka dengan ko-infeksi HIV, pasien dengan
sirosis dekompensata, dan infeksi HCV pada pasien cangkok organ.
Upaya semacam ini seyogyanya mengarah pada penurunan
morbiditas dan mortalitas penyakit dan juga penurunan reservoir
penyakit.
7.7 Melembagakan upaya untuk menurunkan transmisi HCV antar IDU,
termasuk menyediakan akses untuk jarum steril melalui program
pertukaran jarum, resep dokter dan penjualan melalui apotek; dan
mengembangkan kapasitas nasional untuk menyediakan perawatan
untuk penyalahgunaan zat. Dokter dan apoteker sebaiknya dihimbau
4
untuk menyetujui bahwa menyediakan IDUs dengan akses ke jarum
steril dan pendidikan injeksi yang aman sebagai upaya
menyelamatkan jiwa.
7.8. Mengkaji strategi untuk memutuskan transmisi HCV pada ibu-anak.
7.9. Menganjurkan untuk dilakukan uji klinik untuk membandingkan
pengobatan yang tersedia sekarang dikombinasikan dengan berbagai
agen antivirus maupun kombinasi obat anti-fibrotik, agen imunomo-
dulator dan terapi alternatif.
7.10. Mendorong pendekatan yang menyeluruh untuk mempromosikan
kerja sama antar profesional kesehatan yang peduli pada manajemen
ketergantungan narkoba, dokter umum/keluarga dan spesialis yang
terlibat dalam berbagai aspek HCV untuk menanggulangi berbagai hal
terkait.
Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. H. Nurul Akbar. SpPD-KGEH Prof. Dr. Ali Sulaiman. PhD. SpPD-KGEH Ketua PB PPHI Dekan Fakultas Kedokteran FK-UI
Unit Program Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. Unggul Budihusodo, SpPD-KGEH Dr. Menaldi Rasmin, SpP(K), FCCP Sekretaris PB-PPHI Ketua Unit PPKB - FK UI
Unit PPKB - FK UI
Dr. Tonny Loho, SpPK, DMM Penanggung Jawab Buku Konsensus