Hematologi 1

18
HEMATOLOGI I Oleh : Nama : Achmad Akbar Rifanda NIM : B1J013156 Rombongan : II Kelompok : 1 Asisten : Evelin Agusti Tjasmana LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

description

Berisi laporan referensi praktikum fisiologi hewan

Transcript of Hematologi 1

HEMATOLOGI I

Oleh :

Nama: Achmad Akbar RifandaNIM : B1J013156Rombongan: IIKelompok: 1Asisten: Evelin Agusti TjasmanaLAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN IKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO2014I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah adalah partikel suspensi yang mengandung elektrolit. Darah terdiri atas 2 bagian yang penting, yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Di dalam plasma darah terdapat air (dengan elektrolit terlarut) serta protein darah (albumin, globulin, dan fibrinogen). Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis (Sadikin, 2001).

Menurut Apsari (2010) eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak. Eritrosit mengandung hemoglobin dan berfungsi sebagai transpor oksigen. Pembentukan eritrosit terjadi di sumsum tulang. Pada fetus eritrosit dibentuk juga di dalam hati dan limpa. Eritrosit pada sebagian besar vertebrata berbentuk elips dan berinti, kecuali pada mamalia berbentuk bulat dan tidak berinti. Eritrosit merupakan tempat hemoglobin yang nantiya berfungsi sebagai pengikat oksigen saat respirasi. Sebagian besar eritrosit vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan berinti. tetapi pada mamalia, dalam perkembngannya inti ini lenyap dan eritrosit berbentuk cawan dan bukonkaf. Bentuk demikian mempunyai permukaan yang lebih luas daripada bentuk bundar yang volumenya sama, dan permukaan yang lebih luas ini mempermudah lewatnya gas dan zat lain melalui membran plasma (Villee et al, 1984).Leukosit merupakan tipe sel darah yang bentuknya lebih besar dari eritrosit dan tidak berwarna. Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda asing yang dianggap berbahaya oleh tubuh, misalnya virus dan bakteri. Hewan yang terinfeksi akan mempunyai jumlah leukosit yang banyak, karena leukosit berfungsi melindungi tubuh dari infeksi (Sadikin, 2001).

Hemoglobin adalah protein essensial yang penting untuk pertukaran gas. Setiap fluktuasi kadar hemoglobin dalam darah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja metabolisme dan kondisi kesehatan manusia atau hewan. Biosintesis hemoglobin secara ketat dikontrol oleh organisme itu sendiri, walaupun banyak gangguan kesehatan serta pemberian makanan, racun, dan faktor fisik yang secara signifikan dapat mempengaruhi konsentrasi hemoglobin dan pembentukan eritrosit (Kopanska, 2012). Hemoglobin adalah zat besi yang mengandung gabungan protein (heme + globin). Molekul hemoglobin terdiri dari satu molekul globin dihubungkan dengan empat molekul heme dan masing-masing dapat diputar mengikat empat molekul oksigen membentuk oksihemoglobin. Fungsi utama dari hemoglobin adalah sebagai transport oksigen dari paru-paru ke jaringan dan sebaliknya membawa karbodioksida darah dan membantu regulasi asam-asam melalui CO2 dalam paru-paru serta buffer dari imidazole histidin hemoglobin (Benjamin, 1994).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum Hematologi I adalah untuk mengetahui perbedaan bentuk sel darah pada berbagai hewan, mengetahui cara mengambil darah hewan, dan juga cara melakukan perhitungan sel darah merah, sel darah putih, dan kadar hemoglobin hewan.II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi

Bahan yang digunakan dalam praktikum Hematologi I adalah Larutan Hayem, Larutan Turk, larutan 0,1 N HCl, hewan uji yakni ayam (Gallus domesticus), ikan nilem (Osteochilus hasselti), dan mencit (Mus musculus).

Alat yang digunakan dalam praktikum Hematologi I adalah Haemometer, Haemositometer, Tabung Sahli, pipet kapiler, mikroskop, object glass dan kaca penutup, spuit, dan hand counter, pipet thoma.2.2 Cara Kerja2.1.1. Menghitung jumlah leukosit (pengenceran 10 kali):1. Darah diambil dari hewan uji.

2. Darah hewan yang sudah diambil kemudian diisap dengan mikropipet sampai pengenceran menunjukkan angka 1, kemudian ujungnya dibersihkan dengan kertas tissue.

3. Pipa karet yang digunakan untuk menghisap dilepaskan dari pipet, kemudian pipet dipegang pada kedua ujungnya dengan ibujari telunjuk dan dikocok selama dua menit.4. Beberapa tetes (1-2 tetes) dibuang, kemudian tetes berikutnya digunalam untuk perhitungan.

5. Bilik hitung disiapkan, kaca penutup diletakkan di atas bilik hitung, kemudaian cairan dalam pipet diteteskan di celah antara bilik hitung dan gelas penutup sehingga cairan dapat masuk melalui kapilaritas.6. Melalui mikroskop objek preparat (cairan darah dalam bilik hitung) diamati mula mula dari perbesaran lemah, kemudian dengan perbesaran kuat.

7. Jumlah leukosit yang terdapat dalam bujur sangkar pojok. Adapun rumus perhitungan jumlah leukosit adalah sebagai berikut:

Perhitungan:

Jumlah bujur sangkar yang dihitung = 64

Volume =1/160 mm3 Pengenceran 10 kali

Jumlah leukosit terhitung = L

Jumlah leukosit per mm3 =1/64 x 160 x 10 x L

= 25 L

2.1.1. Menghitung jumlah eritrosit (pengeceran 100 kali)1. Darah ayam dihisap dengan menggunakan spuit injeksi melalui pembuluh vena jugularis yang terletak dibawah sayap. Darah yang didapat ditampung kedalam tabung reaksi.

2. Darah dihisap menggunakan mikropipet sampai pengenceran menunjukan angka 10, kemudian ujung mikropipet dibersihkan menggunakan tissue.

3. Larutan Hayem yang telah dituangkan dalam tabung reaksi dihisap sampai angka 101.

4. Pipet karet yang dipakai untuk menghisap diambil dari pipet, kemudian kedua ujung pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk dan dikocok selama dua menit.

5. Dibuang beberapa tetes (1-2 tetes), kemudian tetes berikutnya dipakai untuk perhitungan.

6. Haemocytometer difokuskan dibawah mikroskop, diteteskan cairan cairan dalam pipet sehingga cairan dapat masuk dengan sendirirnya kedalam bilik hitung.

7. Sel eritrosit dilihat dibawah mikroskop, mula-mula dengan perbesaran lemah kemudian dengan perbesaran kuat.

8. Dihitung jumlah eritrosit yang terdapat di dalam bujur sangkar kecil dengan sisi 1/20. Jadi jumlah bujur sangkaryang dihitung 80. Adapun rumus perhitungan jumlah eritrosit adalah sebagai:Perhitungan: Volume bujur sangkar kecil = 1/4000 mm3

Pengenceraan 100 kali

Jumlah eritrosit terhitung = E

Jumlah bujur sangkar = 80

Jumlah eritrosit per mm3 = E/80 x 4000 x 100

= 5000 E

2.1.3. Pengukuran kadar hemoglobin dengan metode sahli1. Tabung sahli diteteskan larutan HCl 0,1 N hingga batas 10.

2. Darah hewan coba diisap dengan pipet isap hingga skala 20l.

3. Darahditeteskan dengansegera ketabung haemometeryang telah berisi HCl.

4. Pipet dibilas beberapa kali dengan larutan HCl tersebut.

5. Larutan HCl dan darahdiadukdenganbatangpengaduk.

6. Tabung diletakkan pada komparator yang memiliki warna pembanding, setelah sekitar satu menit diteteskan akuades ke campuran darah tadi.

7. Dibandingkan warnanya dengan warna pembanding, setelah sesuai penetesan dihentikan.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HasilTabel 1.1. Hasil pengamatan perhitungan hematologi

Kelompok

Jumlah Eritrosit(Sel/mm2)Jumlah Leukosit(Sel/mm2)Jumlah Hb(gl/dL)

Ikan2.115.00022.20011,2

Ayam1.060.00092.2006,1

Ikan685.00021.1756,1

Mencit2.350.00011.67512,4

Ayam5.500.00052.8006,8

Perhitungan:

Jumlah leukosit (L);L kotak 1= 918

L kotak 2= 885

L kotak 3= 749

L kotak 4= 1141

Leukosit = 25 (L1 + L2 + L3 + L4)

= 25 (918 + 885 + 749 + 1141)

= 25 (3668)

= 92.200 mm3

Kadar Hb = 6,1 gr/dl

Jumlah eritrosit (E) :

E kotak 1 = 44

E kotak 2 = 63

E kotak 3 = 43

E kotak 4 = 22

E kotak 5 = 40

Eritrosit = 5000 (E1 + E2 + E3 + E4 + E5)

= 5000 (46 + 66 + 37 + 33 + 61)

= 1.215.000 mm33.2 Pembahasan

Metode yang digunakan dalam hematologi hewan dari pengambilan sampel darah pada ayam, ikan dan mencit pada dasarnya sama, perbedaannya terletak pada cara pengambilan darah pada hewan tersebut dan pengencerannya. Pengenceran pada leukosit 10 X sedangkan eritrosit 100 X. Darah ayam diambil melalui pembuluh vena yang terdapat pada sayap. Darah mencit diambil dengan cara memotong ekornya. Darah ikan dapat diambil melalui pembuluh vena caudal (pembuluh vena yang menuju kearah ekor), melalui jantung dan insang serta dengan memotong bagian ekor ikan. Masing-masing cawan diberi larutan EDTA untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah. Perhitungan leukosit dilakukan dengan menggunakan alat haemocytometer yang terdiri atas pipet thoma leukosit, larutan turk dan bilik hitung. Larutan turk berfungsi untuk mengencerkan leukosit dan dituangkan ke dalam tabung reaksi sampai angka sebelas. Perhitungan jumlah eritrosit dilakukan dengan menggunakan alat haemocytometer yang terdiri atas pipet thoma ertrosit, larutan hayem dan bilik hitung. Larutan hayem digunakan untuk mengencerkan eritrosit. Jumlah bujur sangkar yang dihitung 4 x 16 = 64 bujur sangkar dengan sisi masing-masing = mm. Jumlah leukosit per mm3 = 25 L. Eritrosit dihitung pada bilik hitung di dalam bujur sangkar kecil dengan sisi 1/20 atau dengan volume masing-masing 1/4000 mm3, Jumlah eritrosit per mm3 = 5000 E. Penghitungan kadar hemoglobin menggunakan tabung sahli dengan prinsip perbandingan warna dan untuk mengencerkan darah dalam mengukur kadar hemoglobin digunakan larutan HCl (Benjamin, 1994).

Menurut Yuwono (2001) darah memiliki beberapa fungsi antara lain untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, mengangkut sari-sari makanan dari usus ke jaringan tubuh, mengangkut karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru, mengangkut hasil ekskresi dari jaringan tubuh ke ginjal, mengatur dan mengontrol temperatur tubuh, dan mengatur distribusi hormone. Penyakit pada darah diantaranya adalah hemofilia yang merupakan kelainan yang disebabkan oleh adanya kekurangan salah satu faktor pembenkuan darah (Betz, 2002). Adapun penyakit darah yang lain anemia yang disebabkan oleh turunnya kadar sel darah merah (Arif, 2001).

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil dari tiap-tiap kelompok yaitu kelompok 1 dengan hewan uji ikan didapatkan jumlah eritrositnya 2.115.000 sel/mm3, jumlah leukosit 22.200 sel/mm3 dan kadar hemoglobin sebesar 11,2 gr/dl. Kelompok 2 dengan hewan uji ayam didapatkan jumlah eritrositnya 1.060.000 sel/mm3, jumlah leukosit 92.200 sel/mm3 dan kadar hemoglobin sebesar 6,1 gr/dl. Kelompok 3 dengan hewan uji ikan didapatkan jumlah eritrositnya 685.000 sel/mm3, jumlah leukosit 21.175 sel/mm3 dan kadar hemoglobin sebesar 6,1 gr/dl. Kelompok 4 dengan hewan uji mencit didapatkan jumlah eritrositnya 2.350.000 sel/mm3, jumlah leukosit 11.675 sel/mm3 dan kadar hemoglobin sebesar 12,4 gr/dl. Kelompok 5 dengan hewan uji ayam didapatkan jumlah eritrositnya 5.500.000 sel/mm3, jumlah leukosit 52.800 sel/mm3 dan kadar hemoglobin sebesar 6,8 gr/dl. Hal ini menunjukan jumlah sel eritrosit pada tiap-tiap spesies adalah berbeda satu sama lain (Legler, 1997). Jumlah eritrosit normal pada ikan adalah 50.000-3.000.000 sel/mm3 sedangkan pada ayam betina adalah 2,72 juta sel/mm3 dan pada ayam jantan adalah 3,23 juta sel/mm3 (Oslon, 1973). Jumlah eritrosit pada mamalia betina 3,9-5,6 juta sel/mm3 dan pada mamalia jantan 4,5-6,5 juta sel/mm3 (Hoffbrand, 1987). Jumlah leukosit pada ayam berkisar antara 16.000-40.000 sel/mm3 (Dukes, 1995) sedangkan pada sel darah ikan 20.000-150.000 sel/mm3 (Moyle and Cech, 2002). Menurut Hoffbrand (1987) jumlah leukosit pada mamalia adalah 4-11 ribu sel/mm3.

Perbedaan jumlah leukosit ayam yang cukup besar antara hasil pengamatan dan referensi yang ada disebabkan oleh faktor stress saat pengambilan darah. Hal ini sesuai dengan pendapat Pearce (1989) yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yang diantaranya adalah spesies dan kondisi pakannya, selain itu juga bahan organik yang terkandung seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, dan lainnya. Umur, kondisi lingkungan dan musim juga sangat mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit. Jumlah eritrosit saat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress .Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri. Dellman dan Brown (1987) menyatakan bahwa, hewan yang memiliki sel darah kecil, jumlahnya banyak. Sebaliknya yang ukurannya lebih besar akan mempunyai jumlah yang lebih sedikit. Jumlah sel darah merah yang banyak, juga menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktif bergerak/beraktivitas akan memiliki eritrosit dalam jumlah yang banyak pula, karena hewan yang aktif akan mengkonsumsi banyak oksigen, dimana eritrosit sendiri mempunyai fungsi sebagai transport oksigen dalam darah.

Menurut Soetrisno (1987), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus. Hewan yang terinfeksi akan mempunyai jumlah leukosit yang banyak, karena leukosit berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Kimball (1988) menyatakan bahwa, sel darah putih berperan dalam melawan infeksi. Leukosit akan keluar melalui dinding kapiler di area terjadinya kerusakan jaringan dalam melaksanakan fungsinya untuk menanggapi suatu zat kimia umpan, bila telah bebas dalam jaringan, mereka akan mulai dengan fagositosis.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:1. Eritrosit pada ikan berbentuk elips dan berinti , sedangkan eritrosit mamalia berbentuk bulat dan tidak berinti.

2. Jumlah eritrosit, jumlah leukosit dan kadar hemoglobin dari tiap hewan berbeda-beda.

3. Jumlah perhitungan dari kelompok 3 yang menggunakan ikan sebagai hewan uji yaitu jumlah eritrositnya 1.060.000sel/mm3, jumlah leukosit 92.200 sel/mm3 dan kadar hemoglobin sebesar 6,1 gr/dl.

4. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, keadaan geografis dan keadaan stress.

5. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, dan jumlah makanan yang dikonsumsi.

DAFTAR REFERENSIApsari Pasti Ayu Ida, Arta Suraga I Made. 2010. Gambaran Darah Merah Ayam Buras yang Terinfeksi Leucocytozoon. Jurnal Veteriner. Vol. 11 No. 2 : 114-118.

Arif. 2001. Kapita Seleksi Kedokteran. Media Aes CV FKUI, Jakarta.

Betz. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik E/3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Benjamin, M .M dalam Marcelinus V. 1994. Outline o f Veterinary Clinical Pathology. 3 rd Ed. The lowa State University Pres, Lowa.Dellman, H. D dan E. M Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner I. UI Press. Jakarta.Djuhanda, T. 1974. Analisa Struktur Vertebrata 2. Armico, Bandung.

Durkess, H. H. 1955. The Physiology of Domestic Animals. Cornel University Press, Ithaca. New York.

Hoffbrand, A. V. dan J. E. Pettit. 1987. Kapita Selekta Haematologi. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh : I Darmawan. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Kimball, J. W. 1988. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Kopanska Marta, Formicki Gregorz, Stawarz Robert, Gren Agnieska, Kraska Kinga. 2012. Analysis of Hemoglobin (Hb) Concentration in Circulating Blood of Mice After Intra-Peritoneal Injection of Iscador. Journal of Microbiology, Biotechnology and Food Sciences. Vol : 2 (2) 484-492.

Moyle, P.B. dan J. J, Cech. 2002. Fisher and introduction to Ichtyologi 4th. Prentice, Inc, London.

Oslon, C. 1973. Aulan Hematology in Riester HE and LH Schwarte. The Lowe State University Press, USA.

Pearce, E. C. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.

Sadikin, M,, 2001. Biokimia Darah, Widya Medika, Jakarta.

Soetrisno, W.1987. Anatomi Hewan Perairan. CV Andi. Yogyakarta.

Swenson, M.J.1984. Dukes Physiologi of Domestic Animals, 10th ed. Ithaca. Cornel University Press.

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.

Villee et al. 1984. Zoologi Umum. Penerbit Airlangga, Jakarta.