HelvyTianaRosa.SebabAkuAngin

download HelvyTianaRosa.SebabAkuAngin

of 7

Transcript of HelvyTianaRosa.SebabAkuAngin

  • 8/22/2019 HelvyTianaRosa.SebabAkuAngin

    1/7

    Sebab Aku Angin

    Malam mengelam. Mendekap Batu Merah dengan segala

    kegalauan. Gerimis turun menyapa sunyi. Mengencerkan cecerandarah, di sepanjang jalan. Mengusir asap kepedihan yangmengepul, dari bangunan yang telah menjadi arang.

    Kupandangi nona di hadapanku sekali lagi. Wajah hitam manisnyamenyembul dari balik jendela kayu yang terbuka. Ia tampak lusuh.Jilbabnya kumal berdebu, compang-camping dan terkena percikan darahdi sana-sini. Meski lelah, wajah keras itu tak juga berubah. Beku. Kaku.Sebilah tombak ada dalam genggamannya. Senjata itu dijulurkannya keluar jendela, lalu berkali-kali dihunjamkannya ke tanah.

    "Cinta, menangislah,"kataku dengan suara risau mendesau.

    Perempuan itu menatap puing-puing bangunan masjid, di seberang kami.Lama sekali."Beta seng bisa manangis,"suaranya bergetar, rahangnyamengeras.

    Tetapi aku sangat ingin, bisikku. Tubuhku berguncang, bergetar.Berputar. Semakin lama semakin kencang. Meliuk-liuk.

    Cinta! Cinta! Sungguh, aku melihat semua!

    "Karudung ini bagus sekali, Bu. Pantas untuk beta pakai menghadap Allahdi hari raya,"dari jendela kayu yang terbuka, kulihat nona tersenyum,menampakkan lesung pipitnya yang dalam.

    Mamanya tertawa, menggantungkan sesisir pisang meja di sisi lemarikayu. "Ya, Nak. Itu rezeki dariNya. Bapakmu juga membelikan Ali danAbid songkok baru."

    "Selesai salat, Jangan lekas pulang. Apalagi Bapak yang mengisi khutbahIed,"suara Bapak bangga.

    "Iya! Iya!"

    "Wah, bagia ini enak sekali!"kata Ali dan Abid berbarengan. Kedua bocahitu mengerling nakal, lalu mencomot sepotong dua potong bagia, yangakan dimasukkan ke dalam toples.

    Semua tertawa. Bahagia.

    Keesokan harinya, 19 Januari 1999. Pagi-pagi sekali, kulihat Nona dankeluarganya, juga kaum muslimin yang lain berduyun duyun ke tanahlapang. Gema takbir terdengar di mana-mana. Dengan khusyu mereka

    melakukan salat Iedlalu.

    www.rajaebookgratis.com

  • 8/22/2019 HelvyTianaRosa.SebabAkuAngin

    2/7

    Entah dari mana, ratusan mahluk menyeramkan menyerang mereka yangtengah melaksanakan salat! Ada yang membawa tombak, kalewang,panah, parang, pisau juga pistol! Jeritan memilukan terdengar di mana-mana! Oto dan rumah di sekitar juga kena sasaran.

    "Serang!"

    "Bunuh!"

    "Bakar!"

    Hiruk pikuk. Semua berlari menyelamatkan diri. Banyak jamaah yangterinjak-injak. Ratapan, tangisan, jeritan semakin memerihkan pagi! Paralelaki berpeci, mencoba melawan tanpa senjata. Api berkobar. Orang-orang terkapar. Menggelepar. Seperti ikan-ikan yang terlempar dari airkehidupan. Darah muncrat, mengalir, lalu membentuk beberapa

    kubangan. Pekat.

    "Nak, tolooong!"

    "Mamaaaa!"

    DUG!

    Perempuan itu tersungkur di pangkuan anaknya, dengan kepala remukterkena lemparan batu.

    "Aliii!"

    "Abiid!"

    "Aaaaaaaaaa!"

    Tangan-tangan kotor mengayun-ayunkan bocah itu dan melemparnya kedalam bangunan yang terbakar.

    Nona terbelalak! Ternganga! Lenso putih di tangannya jatuh ke tanah.

    "Bapaaaaak!"

    CRESH!

    Kepala lelaki separuh baya itu putus dari badannya! Menggelinding ditanah lapang yang basah meresap darah.

    Nona terpaku. Tak bergerak. Hanya tubuhnya yang terdorong ke sana kemari, didesak mereka yang panik menyelamatkan diri.

    Nona masih kaku. Merasa tubuhnya tertanam dalam tanah, saat paluraksasa menghantamnya berkali-kali. Jiwanya bagai mengelupas. Tetapi

    tak ada setetes pun air mata. Aku hanya mendengar gema isakan dalamrelung-relung batinnya. Kulihat dadanya naik turun. Detak jantungnya

    www.rajaebookgratis.com

  • 8/22/2019 HelvyTianaRosa.SebabAkuAngin

    3/7

    terdengar berkejaran. Ia berteriak sekuat tenaga! Menyebut nama Allahberkali-kali.

    Aku melihat semua! Juga ketika tangan-tangan jahanam itu menyeretnya.Mendorong. Memeluk,melecehkannya bergantian. Mereka menarik-narik

    jilbabnya sambil tertawa tanpa henti. Lalu merobeknya kasar denganbelati! Nona mencoba meloloskan diri. Ia menggigit, mencakar,menendang, meludahi monster-monster itu! Hup, ia bahkan berhasilmerampas sebuah tombak! Ya, meski tangannya berdarah terkena ujungtombak yang tajam. Lalu dengan sisa-sisa tenaga ia berlari. Jatuhbangun. Tersengal-sengal. Kadang tersandung tubuh-tubuh manusia yangterbongkar, di tengah jalan.

    Siapa mahluk-mahluk buas dengan mata dan ikat kepala merah itu? Laluyang memakai ikat kepala ungu? Mereka seakan baru saja menenggakberbotol-botol sopi dan sagure. Mereka membawa panah api! Di mana

    polisi? Di mana tentara? Aku mendesau risau.

    Hening. Bulan sepotong di langit. Bintang tiada.

    "Cinta, Nona...," sapaku pelan.

    Wajah itu kaku. Dingin.

    "Nona harus pi," kutiup wajah manisnya. "Ose harus mengungsi. Orang-orang pergi ke pelabuhan. Mereka memakai arumbai atau kole-kole untukkeluar dari sini."

    "Seng!"tegas Cinta tiba-tiba. "Beta tak akan pernah pergi!" Wajahnyaterangkat beberapa senti.

    Aku tersentak. Oh, Cintaku. Ia sangat berani. Tetapiapakah ia takmenyadari?

    Lawannya bukan manusia, tetapi monster! Mereka tak punya nurani.Monster-monster ini serupa dengan mereka yang membantai kaummuslimin Bosnia, Palestina, Kashmir, Kosovo, Myanmar, Azerbaijan,Chechnya, Aljazair dan yang lainnya!

    Lalu siapa yang akan membelamu, Cinta? Apakah orang-orang yangselalu berteriak-teriak mengatasnamakan HAM di muka bumi ini akantergetar pada deritamu? Akankah mereka mendengar jeritan menyayatdari tanah yang tercabik-cabik ini? Ah, mereka akan terus tidur, Cinta.Mereka punya banyak urusan. Juga uang dari negeri antah berantah.Terkadang mereka berteman erat dengan monster-monster itu.

    "Kini milikku hanya Allah dan tanah ini. Beta harus bajuang demikebenaran!"

    Aku meliuk perih. Terhempas-hempas.

    Cinta, Cinta.

    www.rajaebookgratis.com

  • 8/22/2019 HelvyTianaRosa.SebabAkuAngin

    4/7

    Aku ingat. Beberapa waktu lalu, ia pergi ke Masjid Raya Al Fatah, masjidbesar di kota ini. Menyaksikan sendiri tumpukan lara. Puluhan ribupengungsi yang rumahnya terbakar berjejalan di sana. Kebanyakanmereka perempuan, anak-anak dan lansia. Mereka kelaparan, kehausan

    dan terkena berbagai penyakit. Erangan dan tangisan di sana bagai airmendidih dalam jerangan.

    Cinta tak mampu lagi tersedu. Ia membentangkan kedua tangannyamemeluk para balita. Menghibur mereka. Ia bercerita tentang Rasulullahsaw dan para sahabatnya pada anak-anak itu, hingga walau sesaatmereka lupa akan lapar. Ia membantu memasak bubur, menumbuk sagu.Menegarkan para wanita, mengobati yang terluka. Juga mengasah bamburuncing.

    "Biar katong membela diri!" serunya garang, ketika seorang tentara

    melarang mereka bertindak. Padahal saat itu mereka diserang membabibuta. "Beta tak mengerti. Mengapa kalian membiarkan monster-monsteritu? Mengapa katong tak boleh mempertahankan nyawa sendiri? Di manakeadilan?"teriak Cinta.

    Orang-orang di sekitar masjid memandangnya dengan mata basah dansukma tercabik.

    "Siapa nona pemberani itu?" Mereka berbisik-bisik.

    "Puteri Haji Latusina. Satu-satunya yang tersisa dari keluarga itu!" sahut

    yang lain.

    Bulan sepotong di langit. Bintang tiada.

    Kupandang lagi nona. Lalu sayup, kudengar lagi irama langkahnya, saatmemasuki gerbang sebuah rumah sakit, beberapa hari yang lalu.

    Saat itu ia mengantar seorang perempuan jamaah masjid yang akanmelahirkan. Baru saja perempuan itu terbaring di atas ranjang putih,entah dari mana datangnya, para monster itu telah menyerbu rumahsakit! Panik! Semua porak poranda. Bangunan putih tersebut dalamsesaat penuh cipratan darah. Tangisan, teriakan histeris memecah udara!Ibu-ibu hamil itu memekik, kala dianiaya secara paling biadab, sebelumdibunuh. Begitu juga penghuni rumah sakit yang diketahui muslim.

    "Buka jilbabmu sebelum mereka melihatnya!" kata seorang perawat."Jangan bilang ose muslimah!"

    Cinta menatapnya dengan pandangan menyala. "Tidak. Beta muslimah,sejak beta dilahirkan hingga kembali padaNya!" seru Cinta dengan suaradan tubuh bergetar.

    Pada detik terakhir sebelum bangunan itu dihancurkan, tertatih-tatih,Cinta membawa beberapa muslimah, menjauhi rumah sakit. Bersembunyidi rumah kosong, tak jauh dari sana. Peluh dan darah mengucur deras

    www.rajaebookgratis.com

  • 8/22/2019 HelvyTianaRosa.SebabAkuAngin

    5/7

    dari dahinya.

    Nona, nona.

    Setiap kali kupandang mata jelinya yang kini bengkak dan sayu,

    kutemukan lima ratus mayat lebih terbujur kaku di sana. Kujumpaikepedihan Pelauw, Sirisori, Tulehu, Kate-kate dan Kampung Kolang.Kusaksikan nyeri menebari Kuda Mati, Wailela, Kampung Labuhan Raja,Air Laew, Karang Tagepe. Lebih dari satu setengah bulan, sejak hariraya berdarah itu. Tak ada apa pun, kecuali rejam kekejian yangmenggila. Bahkan 2 Maret lalu, para jamaah yang sedang salat subuh diMasjid Al Huda, kembali dibantai, tanpa sempat membela diri.

    Kini bulan hampir habis di langit. Bintang tiada. Dari jauh terdengar bunyitiang listrik dipukul berkali-kali.

    Tiba-tiba Cinta bangkit dari duduknya.

    "Mereka menyerang lagi!"teriak Cinta. "Monster-monster itu telahkembali!" Kegeraman seakan membungkus keberanian gadis itu berlapis-lapis. "Allahu mai! Allahu maii!"katanya berkali-kali.

    Cinta mengangkat tombaknya. Menutup jendela yang engselnya hampirterlepas itu. Ia bergegas ke kamar mandi. Perlahan sekali kudengarguyuran air. Aku tahu, gadis itu pasti sedang membersihkan dirinya. Didaerah ini, sejak masa Pattimura, bila akan berjihad, mereka selalu mandidan mengenakan pakaian putih.

    Suara tiang listrik yang dipukul, terdengar lagi. Semakin keras. Cintabergegas ke luar rumah. Aku yakin, ia akan pergi ke masjid itu.Bergabung dengan yang lain. Sekali lagi ditatapnya rumah kenangan yangsebagian telah hancur diterjang bom rakitan. "Selamat tinggal," lirihnya.

    Sementara itu suara gemuruh para monster terdengar semakin dekat.Mereka berteriak-teriak kasar. Berjalan sambil mengacung-acungkansenjata! Mencorat-coret tembok rumah yang masih berdiri tegak dengansegala hujatan, atau menghancurkannya!

    Cinta berlari. Membawa tombak di tangannya. Juga salawaku yang telahditempanya beberapa hari lalu.

    Tiba-tiba, belum jauh ia berlari, di hadapannya tampak puluhan monstermenyeringai. Mereka membawa berbagai senjata di tangan. Mengerikan.Kian lama mereka semakin banyak. Mereka datang dari berbagai arah.Tampaknya sebagian besar bukan berasal dari daerah itu! Mata merekamerah! Jalan mereka terhuyung-huyung! Mereka mengenakan ikat kepalayang sama seperti dahulu. Merah dan ungu!

    "Huahaha,"mereka tertawa-tawa. Lalu dari mulut mereka ke luarberbagai makian. Terkadang monster-monster itu tanpa malu memanggil-

    manggil Tete Manis.

    www.rajaebookgratis.com

  • 8/22/2019 HelvyTianaRosa.SebabAkuAngin

    6/7

    Cinta terkepung.

    "Allaaaaahu Akbar!" teriak Cinta. "Allaaaaahu Akbarrr!" ulangnya berkali-kali. Aku dapat merasakan dadanya menggelegak. Nyaris pecah.

    Para pengecut itu menyerang Cinta! Mengamuk! Mereka bakalai! Nonamanise sempat terjatuh dan diinjak-injak!

    Biadab! Marahku menjalar.

    Tiba-tiba aku mendengar sebuah panggilan. Suara itu! Tubuhku bergetarhebat. Menggigil ngilu. Itu adalah Panggilan Agung yang menggetarkansegenap alam.

    Cinta! Kulihat ia berdiri, mengayun-ayunkan tombaknya ke sana kemari.Nona terdesak.

    Sekuat tenaga aku meliuk-liuk di udara. Meniup sekuat-kuatnya. Akuberputar-putar. Terus berputar-putar. Memanas. Mengganas! Sekonyong-konyong monster-monster itu berpentalan.

    Aku tak sudi membiarkan mereka begitu saja. Aku bertiup lagi. Memekik-mekik. Kali ini kuangkat tubuh Cinta. Nona melayang-layang di udara.

    "Lihat! Dia terbang! Dia terbang!"

    Orang-orang berikat kepala ungu memanah Cinta dengan panah api.

    Kutiup anak panah itu, hingga kembali kepada si pemanah. Mereka masihmemanah tanpa henti. Aku meliuk-liuk. Menggemuruh. Panah-panah itumengejar mereka. Mereka berteriak-teriak histeris. Ketakutan. Semualintang pukang! Aku menurunkan Cinta dengan lembut. Nona masihmemejamkan mata.

    Sepi. Tak ada suara apa pun. Hanya desiranku.

    "Beta cinta Allah dan RasulNya. Juga tanah ini," bisik Nona.

    Aku mengangguk. Aku tahu. Karena itu aku selalu memanggilmu Cinta,kataku sendiri.

    "Allahu Akbar. Engkau telah mengirimkan tentaramu," katanya lagi."Benar Ustad Abdul Aziz, kala bercerita Kau mengirimkan ribuan malaikat,saat masjid raya diserang."

    Aku kembali melihat lesung pipit itu di tempatnya. Ah, setelah sekianlama.

    "Dan kini Kau kirim tentaramu yang lain," sambung gadis itu. "Angin."

    Aku bertiup pelan. Lembut. Semilir.

    Nona menengadah ke langit. Jilbabnya berkibar. Matanya basah. Darah

    www.rajaebookgratis.com

  • 8/22/2019 HelvyTianaRosa.SebabAkuAngin

    7/7

    masih mengucur deras dari kedua lengan dan kakinya.

    Dari balik kota yang sekarat, mentari merambat naik pelan-pelan.Menyapa kusu-kusu yang membisu di tepi jalan.

    Ya, monster-monster itu mungkin akan kembali. Tetapi tak ada yang sudipergi dari tanah ini. Tak akan, sampai kapan pun. Sebab Cinta, sebabangin dan semua, akan bangkit menghadapi. Demi Allah!

    ***

    Daftar Istilah :

    beta: aku seng: tidak nona: gadis kalewang: parang panjang pisangmeja: pisang Ambon ose: kamu katong: kami arumbai: perahu/kapalbesar kole-kole: perahu kecil bajuang: berjuang bagia: kue sagu kering

    oto: mobil tete manis: tuhan (non muslim) pi: pergi lenso: saputanganmanangis: menangis sopi, sagure: minuman keras salawaku: tamengbakalai: berkelahi kusu-kusu: alang-alangHelvy Tiana Rosa6 Februari 2001

    www.rajaebookgratis.com