Health Belief Model
-
Upload
dwi-indah-lestari -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of Health Belief Model
Health Belief Model
Health Belief Model adalah teori kepercayaan kesehatan yang dimana teori
dasar untuk memprediksi berbagai perilaku di bidang kesehatan. Health Belief Model
itu juga berguna sebagai pondasi strategi dalam melakukan perubahan perilaku
seseorang atau masyarakat dari perilaku yang negatif menjadi positif. Strategi untuk
perubahan perilaku tersebut menggunakan basic of Health Belief Model. Adapun
basic of Health Belief Model seperti gambar dibawah ini :
Dari kerangka tersebut bisa kita lihat bahwa ada lima variable yang dapat
mempengaruhi perubahan perilaku seseorang, yaitu :
1. Susceptibility to illness (Kepercayaan tentang kerentanan terhadap penyakit)
Persepsi seseorang tentang risiko terkena penyakit. Jadi, apabila seseorang
tersebut tahu dan yakin mengenai resiko penyakit apa yang ia akan dapatkan
bila ia melakukan perilaku tersebut, contohnya perilaku merokok yang akan
mendapatkan risiko terkena penyakit jantung, paru, reproduksi dan lain-lain.
Maka ia akan ada timbul keinginan untuk berhenti merokok dan timbul rasa
ancaman. Maka, tugas kita sebagai tenaga kesehatan untuk mengedukasi,
mempromosikan, mempreventif dan meyakinkan seseorang tersebut mengenai
risiko yang ia dapatkan. Edukasi kesehatan pun ada informal dan formal.
Apabila formal dilakukan oleh tenaga kesehatan dan informal bisa didapatkan
dari orang-orang yang terdekat, misalnya pengalaman keluarga.
2. The severity of the illness (Kepercayaan tentang keparahan penyakit)
Persepsi seseorang tentang tingkat keparahan suatu penyakit akibat perilaku
tertentu. Jadi, apabila seseorang memahami dan meyakini apabila ia
melakukan perilaku tersebut akan memperparah penyakitnya atau orang yang
Demographic variable
Cues to action
Susceptibility
Severity
Benefits
Costs
Likelihood of Behavior
tidak sakit akan meyakini kalau ia masih melakukan perilaku tersebut akan
terkena penyakit yang parah, contohnya perilaku merokok yang dimana
perokok bisa mendapatkan penyakit yang parah seperti kanker paru ataupun
juga perokok yang telah terkena dampaknya bisa menjadi lebih parah
penyakitnya bila diteruskan maka ia akan merasa terancam dan ada keinginan
untuk berubah atau berhenti dari perilakunya tersebut. Kembali lagi, tugas kita
menjadi tenaga kesehatan harus giat mengedukasi, mempromosikan,
mempreventif dan meyakinkan seseorang atau masyarakat tersebut.
3. The cost involved in carrying out the behavior (Pengorbanan yang
dikeluarkan untuk berubah perilakunya)
Pengorbanan yang dikeluarkan tidak hanya finansial (materil) tapi juga hal-hal
yang bersifat psikologis yaitu seperti khawatir, malu, rasa sakit dan lain-lain.
Contohnya pengorbanan seorang perokok untuk mengeluarkan uang untuk
berobat agar ia bisa sembuh dari penyakit akibat dampak merokok atau
pengorbanan perokok untuk menahan rasa malu dengan kumpulannya yang
menganggap kalau rokok itu tanda kejantanan dan perokok yang menahan
rasa sakit karena rasa kecanduannya (addict) yang tak tertahankan apabila
tidak menghisap rokok tersebut. Maka, kita sebagai tenaga kesehatan harus
berikan dukungan untuk perokok bahwa memang ia harus mengorbankan hal
demikian tapi dari pengorbanan tersebut akan menghasilkan manfaat atau
keuntungan bagi diri dia sendiri. Maka dari itu, edukasi kesehatan, promotif,
preventif itu penting. Apabila seseorang tersebut telah meyakini dan
memahami apabila ia mengorbankan beberapa hal demikian dan kemudian
akan mendapatkan lebih banyak manfaat dan keuntungan untuk diri dia
sendiri, maka hal itu akan membuat ia terdorong untuk semakin berubah. Lalu
kita jelaskan kepada ia kalau ia tidak mau berhenti dari perilakunya, misalkan
merokok maka ia akan semakin banyak mengeluarkan uang; uang untuk
berobbat dan uang untuk membeli rokok tersebut. Apabila ia berhenti dari
merokok, maka uangnya tersebut bisa dialokasikan untuk mencukupi
kebutuhan keluarga atau membeli sesuatu yang lebih bermanfaat daripada
rokok dan uang berobatnya juga tidak semakin mahal karena semakin parah
penyakit maka dana untuk berobat atau treatment-nya itu semakin banyak
karena banyak tindakan dan obat yang harus digunakan untuk mengatasi
penyakit parah tersebut.
4. The benefits involved in carrying out the behavior (Persepsi tentang manfaat
yang dirasakan jika berubah perilakunya)
Seseorang tidak akan menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan
kepadanya apabila ia tidak meyakini manfaat atau keuntungan apa yang ia
dapatkan jika ia berhenti dari perilaku tersebut atau melakukan tindakan
kesehatan (pengobatan) terhadap penyakitnya. Maka, tugas kita sebagai
tenaga kesehatan harus menjelaskan bahwa apabila ia mau melakukan
tindakan kesehatan yang dianjurkan akan berdampak baik bagi kesehatannya
dan apabila ia mau berhenti dari perilaku tersebut ia akan mendapatkan
manfaatnya bagi dirinya sendiri. Maka dari itu promotif, preventif, edukasi
sangat penting. Contohnya, apabila ada seseorang yang berhenti merokok
maka ia akan mendapatkan manfaat untuk kesehatan tubuhnya yaitu risiko
untuk terkena kanker paru itu berkurang, keparahan sakitnya berkurang,
perekonomiannya menjadi lebih baik karena uang tidak habis hanya untuk
berobat dan membeli rokok, dan sebagainya. Dengan hal yang demikian, kita
harapkan seseorang tersebut mau menimbang-nimbang manfaatnya dan akan
mau berubah.
5. Cues to action (Isyarat terhadap tindakan)
Mempengaruhi seseorang dalam mendapatkan pengertian yang benar terhadap
kerentanan, kegawatan dan kerugian dari tindakan pencegahan dan
pengobatan yang dilakukan. Isyarat terhadap tindakan ini bisa berasal dari
faktor internal dan eksternal. Internal itu dari dirinya sendiri dan eksternal itu
dari lingkungan luar dirinya. Misalkan kalau faktor eksternal itu bisa
diperoleh dari iklan, saran dari orang lain, artikel koran dan majalah atau
pengalaman dari keluarganya sendiri. Hal demikian dapat membuat seseorang
tersebut makin yakin untuk melakukan perubahan apabila ia mau menerima,
meyakini dan memahami hal-hal yang sudah dijelaskan diatas.
Threats (Ancaman)
Suscpetibility to illness
The severity of the illness
The cost
Perceived of Threats
(Persepsi tentang ancaman)
Jadi bisa kita pahami dari kerangka diatas apabila terbentuk keyakinan
seseorang terhadap kerentanan dan keparahan terhadap penyakit yang ia akan
dapatkan dan juga pengorbanan yang harus ia bayar serta lakukan akibat perilakunya
tersebut maka akan muncul ancaman atau rasa terancam. Ancaman yang terbentuk
akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan atau
penyembuhan penyakit. Ancaman tersebut juga mendorong keinginan untuk merubah
perilakunya. Namun, ancaman yang terlalu besar juga tidak baik karena akan
membuat seseorang merasa tidak berdaya (pasrah) dan malah akan menjadi
hambatan. Maka dari itu, ancaman tersebut kita seimbangi dengan menawarkan
alternatif tindakan kesehatan. Kita sebagai petugas kesehatan memberitahu kepada
pasien mengenai ancaman dan juga memberitahu kalau kita ada solusinya atau
alternatif tindakan kesehatannya. Contohnya, perokok sudah merasa terancam akan
terkena penyakit kanker paru atau penyakit yang ia derita akan makin parah. Maka,
tugas kita memberitahu perokok tersebut kalau kita bisa mencegahnya dengan cara
mengobati penyakitnya dan memberhentikan perilaku negatifnya sehingga perokok
tersebut bisa menjalani hidupnya dengan sehat.
Health Belief Model
PERSEPSI INDIVIDU FAKTOR PERUBAH KEMUNGKINAN MELAKUKAN
Persepsi/pandangan kerentanan terhadap penyakit ‘x’
Persepsi/pandangan keseriusan terhadap penyakit ‘x’
Variabel kependudukan
Variabel perilaku sosial
Persepsi terhadap ancaman penyakit ‘x’
Isyarat untuk bertindak :
Iklan
Saran dari orang lain
Artikel koran dan majalah
Pengalaman dari keluarga
Persepsi hambatan mengenai pencegahan
Persepsi merasakan manfaat dari sebuah pencegahan
Kemungkinan mengambil tindakan preventif kesehatan telah direkomendasikan
Kesiapan Individu untuk Melakukan Tindakan
1. Kesiapan individu tinggi apabila :
Manfaat > Hambatan
2. Kesiapan individu rendah bila :
Manfaat < Hambatan
Jika manfaat dan hambatan tinggi, konflik akan sulit dipecahkan karena
hambatan yang tinggi akan mempersulit kesiapan individu tersebut meskipun
manfaatnya tinggi juga. Hambatan tersebut berupa alasan-alasan penolakan
atau kondisi individu tersebut yang harus dicari solusinya.