hayati

9
Ketersediaan hayati digunakan untuk member gambaran mengenai keadaan dan kecepatan obat diabsorbsi dari bentuk sediaan dan digambarkan dengan kurva kadar-waktu setelah obat diminum dan berada pada jaringan biologic atau larutan sperti darah dan urine. Data ketersediaan hayati digunakan untuk menentukan: 1. Jumlah atau bagian obat yang diabsorbsi dari bentuk sediaan. 2. Kecepatan obat diabsorbsi. 3. Masa kerja obat berada di dalam cairan biologik atau jaringan, bila dihubungkan dengan respon pasien. 4. Hubungan antara kadar obat dalam darah dengan efektivitas terapi/efek toksik. Penentuan ketersediaan hayati kebanyakan hanya untuk bentuk sediaan obat seperti tablet dan kapsul yang digunakan peroral untuk memperoleh efek sistematik. Hal ini bukan berarti ketersediaan hayati tidak ada dalam bentuk sediaan obat yang lain selain bentuk padat/penggunaan bentuk obat melalui rute lain selain melalui mulut (Anief, 1995). Pengetahuan tentang konsentrasi obat dalam serum dapat menjelaskan mengapa seorang penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat, atau mengapa penderita mengalami suatu efek yang idak diinginkan. Sebagai tambahan, praktisi mungkin ingin menjelaskan ketelitian dari aturan dosis. Pada pengukuran konsentrasi obat dalam serum, suatu konsentrasi tunggal dari obat dalam serum dapat tidak menghasilkan informasi yang berguna kecuali jika faktor-faktor lain dipertimbangkan, sebagai contoh, aturan dosis obat yang meliputi besaran dan jarak pemberian dosis, rute pemberian obat, serta waktu pengambilan cuplikan (puncak, palung, atau keadaan tunak) hendaknya diketahui. Mengkin ada ketervatasan dalam hal jumlah cuplikan darah yang dapat diambil, keseluruhan volume darah yang diperlukan untuk penetapan kadar, dan waktu untuk melakukan analisis obat, pengukuran konsentrasi serum hendaknya juga mempertimbangkan biaya penetapan kadar, resiko, dan ketidaksenangan penderita, dan kegunaan informasi yang diperoleh. Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar obat dalam serum hendaknya telah sahih, berkenaan dengan hal-hal berikut seperti spesifitas, linieritas, kepekaan, ketepatan, ketelitian, dan stabilitas (Sahrgel, 1985). Untuk menganalisis darah total, komponen sel darah harus dilisis demikian sehingga kandungannya bercampur merata dengan sonikator atau ditentukan dalam jangka waktu tertentu lalu disonikasi. Plasma berbeda dengan serum, serum adalah plasma yang fibrinogennya telah dihilangkan dengan proses penjendalan, sedangkan plasma diperoleh dengan menambahkan suatu pencegah penjendalan ke dalam darah. Bila darah tidak diberi antikoagulan terjadilah penjendalan dan bila contoh seperti dipusingkan maka beningannya adalah serum (James, 1991).

description

pembahasan mentah

Transcript of hayati

Ketersediaan hayati digunakan untuk member gambaran mengenai keadaan dan kecepatan obat diabsorbsi dari bentuk sediaan dan digambarkan dengan kurva kadar-waktu setelah obat diminum dan berada pada jaringan biologic atau larutan sperti darah dan urine.Data ketersediaan hayati digunakan untuk menentukan:1. Jumlah atau bagian obat yang diabsorbsi dari bentuk sediaan.2. Kecepatan obat diabsorbsi.3. Masa kerja obat berada di dalam cairan biologik atau jaringan, bila dihubungkan dengan respon pasien.4. Hubungan antara kadar obat dalam darah dengan efektivitas terapi/efek toksik.

Penentuan ketersediaan hayati kebanyakan hanya untuk bentuk sediaan obat seperti tablet dan kapsul yang digunakan peroral untuk memperoleh efek sistematik. Hal ini bukan berarti ketersediaan hayati tidak ada dalam bentuk sediaan obat yang lain selain bentuk padat/penggunaan bentuk obat melalui rute lain selain melalui mulut (Anief, 1995).Pengetahuan tentang konsentrasi obat dalam serum dapat menjelaskan mengapa seorang penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat, atau mengapa penderita mengalami suatu efek yang idak diinginkan. Sebagai tambahan, praktisi mungkin ingin menjelaskan ketelitian dari aturan dosis.Pada pengukuran konsentrasi obat dalam serum, suatu konsentrasi tunggal dari obat dalam serum dapat tidak menghasilkan informasi yang berguna kecuali jika faktor-faktor lain dipertimbangkan, sebagai contoh, aturan dosis obat yang meliputi besaran dan jarak pemberian dosis, rute pemberian obat, serta waktu pengambilan cuplikan (puncak, palung, atau keadaan tunak) hendaknya diketahui.Mengkin ada ketervatasan dalam hal jumlah cuplikan darah yang dapat diambil, keseluruhan volume darah yang diperlukan untuk penetapan kadar, dan waktu untuk melakukan analisis obat, pengukuran konsentrasi serum hendaknya juga mempertimbangkan biaya penetapan kadar, resiko, dan ketidaksenangan penderita, dan kegunaan informasi yang diperoleh.Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar obat dalam serum hendaknya telah sahih, berkenaan dengan hal-hal berikut seperti spesifitas, linieritas, kepekaan, ketepatan, ketelitian, dan stabilitas (Sahrgel, 1985).Untuk menganalisis darah total, komponen sel darah harus dilisis demikian sehingga kandungannya bercampur merata dengan sonikator atau ditentukan dalam jangka waktu tertentu lalu disonikasi. Plasma berbeda dengan serum, serum adalah plasma yang fibrinogennya telah dihilangkan dengan proses penjendalan, sedangkan plasma diperoleh dengan menambahkan suatu pencegah penjendalan ke dalam darah. Bila darah tidak diberi antikoagulan terjadilah penjendalan dan bila contoh seperti dipusingkan maka beningannya adalah serum (James, 1991).Penilaian ketersediaan hayati dapat dilakukan dengan metode menggunakan data darah, data urin, dan data farmakologis atau klinis, namun lazimnya dipergunakan data darah atau data urin untuk menilai ketersediaan hayati sediaan obat yang metode analisis zat berkhasiatnya telah diketahui cara dan validitasinya. Jika cara dan validitas belum diketahui, dapat digunakan data farmakologi dengan syarat efek farmakologi yang timbul dapat diukur secara kuantitatif.Parameter-parameter yang berguna dalam penentuan ketersediaan hayati suatu obat meliputi data plasma, data urin, efek farmakologi akut, respon klinik. Ketersediaan hayati dilakukan baik terhadap bahan aktif yang telah disetujui maupun obat dengan efek terapeutik yang belum disetujui oleh FDA untuk dipasarkan. Setelah ketersediaan hayati dan parameter-parameter farmakokinetika dari bahan aktif diketahui aturan dosis dapat diajukan untuk mendukung pemberian label obat (Syukri, 2002).

ISIS CARA KERJAPercobaan ini adalah memvalidasi metode analisis penetapan kadar obat Asal Salisilat dalam cairan hayati. Metode yang digunakan adalah dengan spektrofotometer visible, karena gugus kromofor dan pembentuk kompleks warna yang dapat menyerap sinar tampak. Pada pembuatan larutan stok Na Salisilat, konsentrasinya adalah 100 g/%, maka pembuatannya dapat dilakukan dengan melarutkan 100 mg Na Salisilat dalam aquadest ad 100 mL. Pada proses sentrifuge, tujuannya adalah agar partikel lain mengendap sehingga tidak menganggu pembacaan absorbansi. Penentuan OT digunakan untuk mengetahui kapan waktu pembacaan yang dapat menghasilkan absorbansi maksimum yang menunjukkan reaksi sempurna. Penetapan maksimum untuk memperoleh yang memberikan serapan maksimal dalam rentan 500 - 580 nm. Sedangkan pembuatan kurva baku serapan Vs kadar untuk perhitungan kadar dengan persamaan y = bx + a. Kurva baku yang baik jika nilai r-nya mendekati 1. Parameter-parameter validasinya adalah akurasi yang dapat diperoleh dari perolehan kembali dan presisi yang ditentukan dari nilai CV.PEMBAHASANPada percobaan ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami langkah-langkah analisis obat dalam cairan hayati serta memvalidasi prosedur analisis obat dalam cairan hayati. Metode validasi ini menggunakan metode Bratton-Marshall yang berdasarkan pembacaan serapan, melalui warna tampak pada spektrofotometri visible. Hal ini dikarenakan terjadinya reaksi antara asam salisilat dengan FeNO3 yang membentuk kompleks warna.Metode yang digunakan adalah dengan spektrofotometer visible, karena gugus kromofor dan pembentuk kompleks warna yang dapat menyerap sinar tampak. Pada pembuatan larutan stok Na Salisilat, konsentrasinya adalah 100 g/%, maka pembuatannya dapat dilakukan dengan melarutkan 100 mg Na Salisilat dalam aquadest ad 100 mL.Pada proses sentrifuge, tujuannya adalah agar partikel lain mengendap sehingga tidak menganggu pembacaan absorbansi. Penentuan operating time digunakan untuk mengetahui kapan waktu pembacaan yang dapat menghasilkan absorbansi maksimum yang menunjukkan reaksi sempurna. Penetapan maksimum untuk memperoleh yang memberikan serapan maksimal dalam rentan 500 - 580 nm. Sedangkan pembuatan kurva baku serapan vs kadar untuk perhitungan kadar dengan persamaan y = bx + a. Kurva baku yang baik jika nilai r-nya mendekati 1. Parameter-parameter validasinya adalah akurasi yang dapat diperoleh dari perolehan kembali dan presisi yang ditentukan dari nilai CV.Metode spektrofotometri visible divalidasi agar hasil analisis yang diperoleh sesuai dengan ketentuan yang ada. Parameter yang dilakukan pada metode ini adalah presisi dan akurasi. Dimana akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau nilai rujukan. Sedangkan presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai simpangan baku relative dari sejumlah sampel yang berbeda signifikan secara statistic. Presisi sering diekspresikan dengan SD atau standar deviasi relatif dari serangkaian data. Nilai RSD umumnya akan memenuhi criteria jika nilainya 1 2 %, digunakan untuk senyawa-senyawa aktif dalam jumlah yang banyak, sedangkan untuk senyawa-senyawa dengan kadar sekelumit, RSD berkisar 5 15 %. Syarat keberterimaan akurasi dilihat dari perolehan kembali (recovery) adalah 80 120 %. Berdasarkan percobaan diperoleh nilai bahwa nilai perolehan kembalinya adalah 95,6 %, 111,2 %, 23,04 %. Hasil perolehan kembali ada di kisaran range sehingga hasil validasi metode penetapan kadar Na Salisilat valid. Dan didapat nilai CV 116,67 %.A. ParasetamolParasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin.Farmakokinetik Parasetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai kadar serum puncak dalam waktu 30 120 menit. Adanya makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat. Parasetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada protein plasma.Waktu paruh parasetamol adalah antara 1 3 jam. Parasetamol diekskresikan melalui urine sebagai metabolitnya, yaitu asetaminofen glukoronid, asetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk yang tidak berubah.Sebagian asetaminofen 80% dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.B. Analisis ParasetamolParameter farmakokinetika obat dapat diperoleh berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan / atau metabolitnya di dalam cairan hayati (darah, urin, saliva atau cairan tubuh lainnya).Oleh karena itu agar nilai-nilai parameter kinetik obat dapat dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi berbagai kriteria yaitu meliputi perolehan kembali (recovery), presisi dan akurasi.Persyaratan yang dituntut bagi suatu metode analisa adalah jika metode tersebut dapat memberikan nilai perolehan kembali yang tinggi (75-90% atau lebih), kesalahan acak dan sistematik kurang dari 10%.Kepekaan dan selektivitas merupakan kriteria lain yang penting dan nilainya tergantung pula dari alat pengukur yang dipakai. Dalam percobaan ini akan dilakukan langkah-langkah yang perlu dikerjakan untuk optimalisasi analisis meliputi:1. Penentuan jangka waktu larutan obat yang memberikan resapan tetap (khusus untuk reaksi warna).2. Penetapan panjang gelombang larutan obat yang memberikan resapan maksimum (parasetamol).3. Pembuatan kurva baku (parasetamol).4. Perhitungan nilai perolehan kembali, kesalahan acak dan kesalahan sistemad. Data respon klinisPemilihan metode bergantung pada tujuan studi, metode analisis untuk penetapan kadar obat dan sifat produk obat. Data darah dan data urin lazim digunakan untuk menilai ketersediaan hayati sediaan obat yang metode analisis zat berkhasiat telah diketahui cara dann validitasnya. Jika cara dan validitasnya belum diketahui dapat digunakan data farmakologi dengan syarat efek farmakologi yang timbul dapat diukur secara kuantitatif, seperti efek pada kecepata denyut jantung atau tekanan darah yang dapat digunakan sebagai indeks ketersediaan hayati obat. Untuk evaluasi ketersediaan hayati menggunakan data respon klinis dapat mengalami perbedaan antar individu akibat farkokinetika dan farmakodinamik obat yang berbeda. Factor farmakodinamik yang berpengaruh meliputi: umur, toleransi obat, interaksi obat dan factor-faktor patofisiologik yang tidak diketahui.IV.2 PembahasanPada praktikum kali ini, kami melakukan uji analisis parasetamol dalam urin. Sebelum meminum paracetamol probandus berpuasa selama 6 jam. Hal ini dilakukan agar parasetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai kadar serum puncak, adanya makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat.Menggunakan larutan parasetamol dengan konsentrasi larutan induk 0,01 mg/ml. Konsentrasi yang telah dibuat diukur serapannya menggunakan spektrofotometer.Setelah perlakuan di atas, sampel diambil untuk diukur serapannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang maksimum 252 nm. Hasil nilai serapan tersebut dimasukkan dalam rumus regresi linear y = bx + a , dimana y adalah nilai serapan dan nilai x yang diperoleh adalah konsentrasi paracetamol dalam urin (mg/mL). Dari nilai x tersebut ditentukan nilai Ln(Du-Dukum) kemudian dimasukkan dalam grafik regresi linear antara waktu dan Ln(Du-Dukum). Dari hasil perhitungan regresi yang diperoleh, didapatkan nilai b = -0,60961 untuk dihitung nilai t1/2 dan diperoleh sebesar 1,1368 jam. Hasil tersebut memenuhi syarat t1/2 untuk paracetamol yaitu 1-3 jam. Waktu paruh sangat penting untuk menentukan interval dosisParasetamol atau asetaminofen adalah senyawa turunan para-aminofenol. Parasetamol berupa serbuk hablur atau serbuk putih yang tidak berbau denganrasa agak pahit. Kelarutan parasetamol yakni larut dalam air mendidih dan dalamNaOH 1 N, serta mudah larut dalam etanol Parasetamol merupakan obat asam lemah dengan pKa 9,5 Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yangsama dan digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretiknya ditimbulkan olehgugus aminobnezen. Efek analgesik parasetamol serupa dengan asam salisilat,yaitu menghilangkan nyeri ringan sampai sedang dengan mekanisme yang didugaberdasarkan efek sentralnya. Parasetamol merupakan penghambat biosintesisprostaglandin yang lemah. Dalam plasma, 25 % parasetamol terikat pada proteinplasma. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lamakarena kemungkinan menimbulkan nefropati analgesik (Wilmana, 1995).Plasma adalah bagian bening yang terdapat pada lapisan bagian atas darahyang telah diberi antikoagulan dan telah disentrifugasi. Jika sebelum disentrifugasi, tidak dilakukan penambahan antikoagulan (darah dibiarkanmembeku) maka bagian beningnya disebut serum. Pada darah normal, jumlahplasma mencapai 55% dari volume darah. Plasma tersebut mengandung 90% airdan 7% protein (albumin, globulin, fibrinogen), dan 3% zat terlarut yang lain(garam-garam, oksigen, gas, glukosa, hormon, metabolit, nutrient dan zat-zat lain) Dalam plasma, protein yang terbanyak ditemukan adalahalbumin Dua fungsi utama albumin adalah untuk transport molekul kecil dalamplasma dasn cairan ekstraseluler, dan untuk mempertahankan tekanan osmotikdalam kapiler nonspesifik (Montgomery et al., 1992) yang memiliki 2 tempatikatan pada setiap molekulnya dengan ikatan molekul kecil pada protein dapat dituliskan dengan persamaanumum sebagai berikut: [P] + [A][PA], dimana [P] = protein yang tidakmembentuk kompleks dengan molekul kecil, [A] = kadar molekul kecil yang tidakterikat, dan [PA] = kadar kompleks protein-molekul kecil Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis fisika kimiayang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasielektromagnetik pada panjang gelombang 190-380 nm (UV) dan 380-780 nm(Vis) dengan memakai instrument spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).Sedangkan kolorimetri mencakup pengubahan senyawa tidak berwarna menjadisenyawa berwarna dan penentuan fotometrinya dilakukan dalam daerah sinartampak (400-800 nm) (Roth dan Blaschke, 1981).Metode Chafest sangat spesifik untuk parasetamol meskipun dipengaruhi oleh salisilat Asam salisilat akan memberikan reaksi yang mirip dengan parasetamol, tetapi di dalam plasma asam salisilat baru akan memberikan intensitas warna yang mirip dengan 20 g/ml parasetamol jika kadarasam salisilat di dalam plasma 1000 g/ mL. Sampel yang terkontaminasi olehheparin yang mengandung kresol sebagai pengawet dapat memberikan hasil yangsemu sebesar 200 g/ mL Cincin aromatis dari parasetamol akan dinitrasi oleh asam nitrit menjadi 2-nitro-4-asetamidofenol. Produk ini kemudian dilarutkan dalam natrium hidroksidasehingga suasananya menjadi basa. Dalam suasana inilah larutan akanmemberikan kromofor yang kuat sehingga absorbansi dapat terbaca pada 430nm

B. Dasar Teori Parasetamol atau asetaminofen adalah senyawa turunan para-aminofenol. Parasetamol berupa serbuk hablur atau serbuk putih yang tidak berbau denganrasa agak pahit. Kelarutan parasetamol yakni larut dalam air mendidih dan dalamNaOH 1 N, serta mudah larut dalam etanol Parasetamol merupakan obat asam lemah dengan pKa 9,5 Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yangsama dan digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretiknya ditimbulkan olehgugus aminobnezen. Efek analgesik parasetamol serupa dengan asam salisilat,yaitu menghilangkan nyeri ringan sampai sedang dengan mekanisme yang didugaberdasarkan efek sentralnya. Parasetamol merupakan penghambat biosintesisprostaglandin yang lemah. Dalam plasma, 25 % parasetamol terikat pada proteinplasma. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lamakarena kemungkinan menimbulkan nefropati analgesik (Wilmana, 1995).Plasma adalah bagian bening yang terdapat pada lapisan bagian atas darahyang telah diberi antikoagulan dan telah disentrifugasi. Jika sebelum disentrifugasi, tidak dilakukan penambahan antikoagulan (darah dibiarkanmembeku) maka bagian beningnya disebut serum. Pada darah normal, jumlahplasma mencapai 55% dari volume darah. Plasma tersebut mengandung 90% airdan 7% protein (albumin, globulin, fibrinogen), dan 3% zat terlarut yang lain(garam-garam, oksigen, gas, glukosa, hormon, metabolit, nutrient dan zat-zat lain) Dalam plasma, protein yang terbanyak ditemukan adalahalbumin Dua fungsi utama albumin adalah untuk transport molekul kecil dalamplasma dasn cairan ekstraseluler, dan untuk mempertahankan tekanan osmotikdalam kapiler nonspesifik (Montgomery et al., 1992) yang memiliki 2 tempatikatan pada setiap molekulnya dengan ikatan molekul kecil pada protein dapat dituliskan dengan persamaanumum sebagai berikut: [P] + [A][PA], dimana [P] = protein yang tidakmembentuk kompleks dengan molekul kecil, [A] = kadar molekul kecil yang tidakterikat, dan [PA] = kadar kompleks protein-molekul kecil Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis fisika kimiayang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasielektromagnetik pada panjang gelombang 190-380 nm (UV) dan 380-780 nm(Vis) dengan memakai instrument spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).Sedangkan kolorimetri mencakup pengubahan senyawa tidak berwarna menjadisenyawa berwarna dan penentuan fotometrinya dilakukan dalam daerah sinartampak (400-800 nm) (Roth dan Blaschke, 1981).Metode Chafest sangat spesifik untuk parasetamol meskipun dipengaruhi oleh salisilat Asam salisilat akan memberikan reaksi yang mirip dengan parasetamol, tetapi di dalam plasma asam salisilat baru akan memberikan intensitas warna yang mirip dengan 20 g/ml parasetamol jika kadarasam salisilat di dalam plasma 1000 g/ mL. Sampel yang terkontaminasi olehheparin yang mengandung kresol sebagai pengawet dapat memberikan hasil yangsemu sebesar 200 g/ mL Cincin aromatis dari parasetamol akan dinitrasi oleh asam nitrit menjadi 2-nitro-4-asetamidofenol. Produk ini kemudian dilarutkan dalam natrium hidroksidasehingga suasananya menjadi basa. Dalam suasana inilah larutan akanmemberikan kromofor yang kuat sehingga absorbansi dapat terbaca pada 430nmDarah, merupakan cairan biologis yang paling kompleks, dikoleksi dan subyekatau hewan uji. Darah terdiri atas cairan buffer encer yang mengandung proteinterlarut (solubillzed proteins), lemak dan padatan terlarut (dissolved fats andsolids), dan sel tersuspensi, untungnya, kandungan utamanya yaitu set darahmerah (erythrocytes) dapat dipisahkan dan cairan encer (plasma) dengansentrifugasi sederhana. Meskipun demikian, darah tidak mudah untuk ditangani, setdapat pecah atau rusak dan menyebarkan komponen-komponen yang takdiharapkan dan menjadikan keadaan makin sulit. Contohnya, ion feri dilepaskanoleh eritrosit mungkin akan membentuk khelat dengan senyawa analit danmengakibatkan ekstraksi yang kurang baik dari fase air.Sel bisa pecah karena pemanasan atau pembekuan, atau oleh factor mekanikseperti pengadukan, tetapi umunya akibat perubahan kekuatan ion disekelilingcairan karena penambahan air, menghasilkan osmosa karena sel bengkak danpecah (swell and rupture) sehingga perlu penambahan larutan garam isotonisuntuk mengubah volume sampel darah utuh.Ekstraksi umunya bukan dari darah total, tetapi disiapkan sebagai serum atauplasma. Serum diperoleh dengan cara sentrifugasi langsung atau pengendapan seldarah merah tanpa penambahan antikoagulan, kemudian diambil supernatannyasehingga masih mengandung factor penjendalan darah. Sedangkan plasmadiperoleh dengan menambahkan antikoagulan dalam darah, disentrifugasi dandiambil supernatannya. Plasma maupun serum mengandung protein dalam jumlahbesar yang harus dipisahkan dari analit bila akan diperiksa.2. UrinUrin, berbeda dengan plasma atau serum, biasanya bebas dari protein ataulemak sehingga bisa diekstraksi langsung dengan pelarut organic. Meskipunbegitu, urin memiliki banyak variasi komposisi dan sangat tergantung pada jenismakanan yang dikonsumsi. Normalnya senyawa yang ditemukan dalam urin adalahlarut air, sedangkan sebagian besar obat larut lipid sehingga dapat diekstraksidengan pelarut yang cocok.Kesulitan dalam pengumpulan sampel urin adalah volume urin yang benaryang diproduksi selama interval waktu sampling, bukan pada penetapan kadarnya.Jumlah analit diperoleh dengan mengalikan volume dan konsentrasinya. Sampelurin juga sering memberikan hasil negative palsu misalnya pada pemeriksaankreatinin.Urin juga memiliki variasi pH yang lebar, dipengaruhi oleh konsumsi makananatau obat-obatan. Penggunaan antasida misalnya, kemungkinan bisamenyebabkan urin menjadi basa. Asam kuat tidak besar pengaruhnya, pH urinnormal berkisar 5,5-7.