Hati mencit

11
Hati Hati merupakan kelenjar terbesar dan mempunyai fungsi yang penting bagi kehidupan. Hati terletak pada bagian paling kranial dari abdomen tepat di belakang diafragma (Dyce et al. 2002). Organ ini diselubungi oleh kapsula fibrosa yang dilindungi peritoneum visceral (Martini 1992). Hati mencit terdiri dari 4 lobus yang menyatu pada bagian dorsal, yaitu lobus median yang dibagi menjadi kiri dan kanan oleh bifurkatio, lobus lateral kiri, lobus lateral kanan yang dibagi secara horisontal menjadi anterior dan posterior dan lobus kaudal yang terdiri dari bagian dorsal dan ventral (Harada et al. 1999). Lobus hati terdiri dari banyak unit fungsi hati yang disebut lobulus. Tiap lobulus terdiri dari prisma polihedral jaringan hepatika yang mempunyai ukuran panjang antara 2 mm dan lebar 1 mm (Frappier 1998). Lobulus berisi sel epitel khusus yang disebut hepatosit yang tersusun tidak teratur, bercabang-cabang dan selnya saling berhubungan 7

Transcript of Hati mencit

Page 1: Hati mencit

Hati Hati merupakan kelenjar terbesar dan mempunyai fungsi yang penting bagi kehidupan.

Hati terletak pada bagian paling kranial dari abdomen tepat di belakang diafragma (Dyce et al. 2002). Organ ini diselubungi oleh kapsula fibrosa yang dilindungi peritoneum visceral (Martini 1992). Hati mencit terdiri dari 4 lobus yang menyatu pada bagian dorsal, yaitu lobus median yang dibagi menjadi kiri dan kanan oleh bifurkatio, lobus lateral kiri, lobus lateral kanan yang dibagi secara horisontal menjadi anterior dan posterior dan lobus kaudal yang terdiri dari bagian dorsal dan ventral (Harada et al. 1999). Lobus hati terdiri dari banyak unit fungsi hati yang disebut lobulus. Tiap lobulus terdiri dari prisma polihedral jaringan hepatika yang mempunyai ukuran panjang antara 2 mm dan lebar 1 mm (Frappier 1998). Lobulus berisi sel epitel khusus yang disebut hepatosit yang tersusun tidak teratur, bercabang-cabang dan selnya saling berhubungan 7

Page 2: Hati mencit

mengelilingi vena sentralis. Pada kapiler terdapat celah garis endotel yang disebut sinusoid yang merupakan tempat perlintasan darah. Pada sinusoid terdapat sel fagositosis yang disebut sel Kuppfer yang berfungsi menghancurkan leukosit dan sel darah merah yang rusak, bakteri dan benda asing lain pada aliran pembuluh darah vena dari traktus gastrointestinalis (Tortora 2005). Lobulus hati dibagi menjadi 3 zona, yaitu sentrolobular, midzonal dan periportal (Harada et al. 1999). Saluran portal dibentuk oleh kira-kira tiga sampai enam lobulus (Frappier 1998). Gambar 3 Histologi Hati. Vena sentralis (a), sinusoid (b), hepatosit (c) dan sel endotel (d).

Sumber: Dellmann dan Eurell (2006). Hati mendapatkan suplai darah dari dua sumber, yaitu arteri hepatika yang berisi darah

kaya oksigen dan dari vena porta berisi darah deoksigenasi yang berisi nutrisi, obat-obatan, mikroba dan terkadang bahan toksin yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinalis. Cabang dari arteri hepatika maupun vena porta membawa darah ke sinusoid yang kaya oksigen, nutrisi dan beberapa substansi toksik yang diterima oleh hepatosit. Produk yang dihasilkan oleh hepatosit dan nutrisi yang dibutuhkan oleh sel lain disekresikan kembali ke darah yang kemudian dialirkan ke vena sentralis dan melewati vena hepatika (Tortora 2005).

Kondisi hati bergantung pada aliran darah dan susunan empedu. Perbandingan aliran darah ke parenkim sama disemua bagian hati. Bila aliran darah dan saluran empedu rusak pada salah satu bagian, parenkim dari bagian tersebut akan mengalami atrofi. Perubahan-perubahan pada hati terjadi sebagai

Page 3: Hati mencit

respon dari kerusakan vaskular atau empedu (Kelly 1993). Pada kondisi yang menyebabkan kerusakan hati akan mempengaruhi terjadinya gangguan serius pada kehidupan (Martini 1992). Gangguan kecil pada fungsi hati dapat dengan cepat menyebabkan perubahan umum baik secara patologi anatomi maupun histologinya. Kelainan hati yang bersifat lokal, sering ditemukan sebagai hasil dari perlawanan organ terhadap mikroorganisme dan parasit yang masuk melalui absorbsi usus (Kelly 1993).

Hati mempunyai kemampuan untuk beregenerasi secara parsial setelah terpapar, namun vaskularisasi tidak bisa kembali kedalam bentuk normal sehingga fungsi hati tidak normal seutuhnya (Martini 1992). Pada umumnya lama hidup hepatosit normalnya 30% dari umur hewan tersebut. Penggantian sel secara normal terjadi dari aktifitas mitosis hepatosit periportal (Kelly 1993). Harada et al. (1999) membagi kelainan hati berdasarkan kelainan kongenital, lesio degeneratif, inflamasi dan gangguan sirkulasi, hiperplasia dan neoplasia, kelainan non-neoplasma dan penyakit akibat keracunan.

Hati berfungsi sebagai regulasi metabolik, regulasi hematologi dan produksi empedu (Martini 1992). Karena merupakan kelenjar terbesar maka hati juga mempunyai fungsi yang sangat kompleks, meliputi fungsi eksokrin (sintesis dan sekresi empedu, kolesterol dan protein darah), fungsi metabolisme (protein, karbohidrat, lemak), fungsi endokrin (glikogenolisis dan glikoneogenesis, sintesis hormon steroid), fungsi detoksikasi substansi toksik dan hidrogen peroksida, esterifikasi asam lemak jenuh menjadi trigliserida, penyimpanan glikogen, lemak, besi dan vitamin, hematopoiesis selama embrio hingga dewasa dan fagositosis benda asing (Harada et al. 1999).

DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2008a. Coleus amboinicus Lour. http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg

tanaman_obat/depkes/buku1/1-083.pdf [31 Jan 2008]. [Anonim]. 2008b. Jintan/Ajeran. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.phd

?id=4 [31 Jan 2008]. [Anonim]. 2008c. http://en.wikipedia.org/ [6 Sep 2008]. Bellows A. 2005. Mice, Man and Medicine. http://www.damninteresting.com [16

Nov 2008]. Cheville NF. 2006. Introduction to Veterinary Pathology. Ed ke-3.USA:Blackwell

Publishing. Damanik R et al. 2001. Consumption of Bangun-Bangun Leaves (Coleus amboinicus Lour) to

Increase Breast Milk Production Among Bataknesse Women in North Sumatra Island, Indonesia. www.healthyeatingclub.com/APJCN/ProcNutSoc/2000+/2001/Damanik67 pdf [31 Jan 2008].

Damanik R, Wahlqvist ML, Wattanapenpaiboon. 2006. Lactagogue Effect of Torbangun, a Bataknese Traditional Cuisine. www.healthyeatingclub.com/ APJCN/Volume15/vol15.2/Finished/Rizal.pdf [31 Jan 2008].

Dellmann HD, Eurell JA. 2006. Textbook of Veterinary Histology. Ed ke-6. USA: Blackwell Publishing.

Duke. 2000. Dr. Duke’s Contituens and Ethnobotanical Databases, Phytochemical database, USDA-ARS-NGRI. http //www.ars-grin.gov/cgi-bin/duke/ farmacy-s ro||3.p| [31 Jan 2008].

Dyce KM, Sack WO, Wensing CJG. 2002. Textbook of Veterinary Anatomy. Ed ke-3.Philadelphia: Elsevier.

Frappier BL. 1998. Digestive System. Di dalam: Dellmann HD, Eurell JA, editor. Textbook of Veterinary Histology. Ed ke-5. Maryland: Lippincott Williams dan Wilkins. hlm. 164-202.

Page 4: Hati mencit

Guyton AC. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-7. Jakarta: Kedokteran EGC.

Handoko T. 1995. Anestetik Umum. Di dalam: Ganiswarna SG. 1995. Farmakologidan Terapi. Ed ke-4. Jakarta: Gaya baru. hlm. 109-123.

Harada T, Akiko E, Gary AB, Robert RM. 1999. Liver and Gallblader. Di dalam: Maronpot RR, Gary AB, Beth WG, editor. Pathology of The Mouse. USA: Cache River Press. Hlm. 119-171.

28

Page 5: Hati mencit

Henrikson C. 1998. Urinary System. Di dalam: Dellmann HD, Eurell JA, editor. Textbook of Veterinary Histology. Ed ke-5. Maryland: Lippincott Williams dan Wilkins. hlm. 203-225.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Ed ke-3. Diterjemahkan oleh Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. hlm. 1698-1700.

Kelly WR. 1993. The Liver and Biliary System. Di dalam: Jubb KVF, Peter CK dan Nigel P, editor. Pathology of Domestic Animals. Ed ke-4. Volume ke- 2. London: Academic Press. hlm. 319-406.

King NW, Joseph A. 1996. Intracelluler and extracellular deposition; degenerations. Di dalam: Jones TC, Hunt RD, King NW, editor. Veterinary Pathology. Ed ke-6. USA: Blackwell Publishing Professional.

MacLachlan NJ, Cullen JM. 1995. Liver, Biliary System, and Exocrine Pancreas. Di dalam: Carlton WW, McGavin MD, editor. Thomson’s Special Veterinary Pathology. Ed ke-2. New York: Mosby Yearbook. hlm. 81- 115.

Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Marlina D. 2007. Kajian Umur Simpan Sop Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan Perhitungan Migrasi Total Kemasan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Martini F. 1992. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Ed ke-2. USA: A Simon and Schuster Company.

Maxie MG. 1993. The Urinary System. Di dalam: Jubb KVF, Peter CK dan Nigel P, editor. Pathology of Domestic Animals. Ed ke-4. Volume ke-2. London: Academic Press. hlm. 447-538.

Moriwaki K, T Shiroishi, H Yonekawa. 1994. Genetic in Wild Mice. Its Aplication to Biomedical Research. Tokyo: Japan Scientific Sosieties Press. Karger.

[MTIC] Martha Tilaar Innovation Centre. 2002. Budi Daya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm. 1-17.

Myers RK, McGavin MD. 2007. Celluler and Tissue Responces to Injury. Di dalam: McGavin MD, Zachary JF, editor. Pathologic Basis of Veterinary Disease. Ed ke-4. Mosby, Inc: China. hlm. 3-62.

Newman SJ, AW Confer, RJ Panciera. 2007. Urinary System. Di dalam: McGavin MD, Zachary JF, editor. Pathologic Basis of Veterinary Disease. Ed ke-4. Mosby, Inc: China. hlm. 613-692.

Seely JC. 1999. Kidney. Di dalam: Maronpot RR, Gary AB, Beth WG, editor. Pathology of The Mouse. USA: Cache River Press. hlm. 207-226.

29

Page 6: Hati mencit

Soenanto H. 2005. Musnahkan Penyakit dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa Swara.

Syukur C, Hernani. 2002. Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tortora GJ. 2005. Principles of human anatomy. Ed ke-10. USA: John wiley & sons, Inc.

Wardani W. 2007. Penambahan Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dalam Ransum Pengaruhnya terhadap Sifat Reproduksi dan Produksi Air Susu Mencit (Mus musculus albinus) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Wijayakusuma H. 2005. Menumpas Penyakit Kewanitaan dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa Swara.

30

Hati merupakan organ yang sama seperti organ-organ yang lain yangmengalami fase petumbuhan dan perkembangan. Selama proses embriogenesisdan setelah kelahiran sampai kematangan, proses proliferasi yang diikuti prosesdiferensiasi. Umumnya pada awal kelahiran pada manusia fungsional sel hatibelum matang, sedangkan rodensia dan anjing telah memiliki fungsi hati yangtelah matang saat lahir (William dan Iatropoulos 2002).Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak dibawah os costae. Padakondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hatimenerima darah teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang tidakteroksigenasi tetapi kaya akan nutrien dari vena portal hepatika (Sloane 1994).Hati mencit (Mus musculus) memiliki empat lobus utama yang salingberhubungan satu sama lain dan dapat tampak keseluruhannya pada bagiandoersal organ ini. Keempat lobus tersebut dapat dibedakan yakni, sebuah lobusmedian, dua lobus lateral (kanan dan kiri), dan satu lobus caudal, yang terbagisetengah dibagian dorsal dan setengah lainnya dibagian ventral (Covelli 1972).Pada bagian profundus permukaan hepar terdapat pembuluh darah masuk (venaporta dan arteri hepatika) dan duktus hepatikus kiri dan kanan yang keluar dariorgan ini didaerah yang disebut portal hepatis (Junqueira et al 1995). Menurut13penelitian Pratiwi (2010) berat hati mencit normal dewasa berkisar antara 1,2-1,6gram. Histologi hati dapat dilihat pada Gambar 5.Gambar 6 Histologi Hati (sumber: Bowen 2012).Fungsi dasar hati diantaranya adalah fungsi vaskular untuk menyimpan danmenyaring darah, fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besarsistem metabolisme tubuh seperti menyimpan lemak, glikogen, albumin, sintesisprotein plasma darah, detoksifikasi zat-zat toksik, merombak eritrosit yang rusak,mengeliminasi asam amino, menyimpan vitamin A dan B. Fungsi sekresi danekskresi yang berperan membentuk empedu sebagai kelenjar eksokrin yangmengalir melalui saluran empedu menuju ke saluran pencernaan (Guyton dan Hall1996).Menurut Pearce (1994), hati juga mempengaruhi komponen normal darah,yaitu (a) hati juga membentuk sel darah merah pada masa fetus, (b) hati sebagianberperan dalam penghancuran sel darah merah, (c) menyimpan hematin yangdiperlukan untuk penyempurnaan sel darah merah baru, (d) membuat sebagianbesar protein plasma, (e) membersihkan bilirubin dari darah, (f) menghasilkanprotrombin dan fibrinogen yang perlu untuk penggumpalan darah.Hati juga berfungsi sebagai metabolisme karbohidrat. Hati melakukan

Page 7: Hati mencit

fungsi spesifik seperti: (1) menyimpan glikogen, (2) mengubah galaktosa danfruktosa menjadi galaktosa, (3) glukoneogenesis, dan (4) membentuk banyaksenyawa kimia penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat (Guyton danHall 1996).Hati penting untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal.Misalnya, penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihanHepatosit

14glukosa dari darah, menyimpannya, dan kemudian mengembalikannya kembali kedarah bila konsentrasi glukosa darah mulai turun terlalu rendah. Fungsi ini disebutfungsi penyangga glukosa dari hati (Guyton dan Hall 1996).2.4.1 Toksikologi HatiHepatosit mempunyai kemampuan regenerasi yang sangat baik, walaupunhepatosit tersebut merupakan sel stabil dan membelah dengan lambat. Namundemikian kerusakan hepatosit tidak bersifat reversibel apabila mengalami kerusakan yang berat. Kondisi-kondisi yang mengakibatkan kerusakan hepatositringan bersifat reversibel, sedangkan kerusakan hati yang berat bersifatirreversibel. Pada tahap akhir, banyaknya degenerasi hepatosit merangsangterjadinya proses sirosis hepatis (Underwood 1994). Hepatosit yang terpapar zattoksin mengalami perubahan perlemakan (Fatty liver), dengan radang yangminimal, granula glikogen pada membran sel, dan pembesaran sel kuffer.Perubahan ultrastruktural adalah mitokondria besar dan padat dengan perubahanretikulum endoplasmik halus (Arvin 1996). Zat toksik juga dapat menyebabkanhepatosit mengalami fatty liver. Pada fatty liver secara mikroskopis tampakjaringan hati sudah tidak teratur, vakuola-vakuola lemak besar dan kecil dalamsitoplasma sel hati, inti sel hati terdesak ke tepi. Tampak pula stroma jaringan ikatyang menebal atau fibrosis pada daerah saluran portal kedalam lobulus hati yangmembentuk pseudo lobuli atau lobus palsu (Sudiono et al. 2001).Hati mamalia menerima darah dari saluran pencernaan melalui vena portaldan sekitar 30% dari sirkulasi darah pada arteri (William dan Iatropoulos 2002 ).Hati mengatur beberapa fungsi metabolisme penting dan kerusakan hati terkaitdengan distorsi fungsi metabolisme. Dengan demikian, penyakit hati tetapmenjadi masalah kesehatan yang serius. Meskipun kemajuan besar kedokteranmodern, tidak memiliki banyak obat untuk pengobatan penyakit hati. Dewasa inibeberapa obat ada yang direkomendasikan dalam sistem pengobatan tradisionalIndia untuk pengobatan penyakit hati. Beberapa ilmuwan meneliti danmenerapkan untuk memberikan bahan hepatoprotektif seperti pemberian BayamBerduri (Amaranthus spinosus) (Zeashan et al. 2008).

Dalam beberapa studi terdahulu telah menunjukkan pentingnya letak gugus OH dari suatu fenol yang berfungsi sebagai anti radikal bebas, misalnya (lihat Gambar 22) dua hidroksil pada cincin B ( 3’ dan 4’) yang dapat bertindak sebagai donor elektron merupakan target dari radikal bebas. Hal yang sama juga terdapat pada cincin A, yaittu 7-OH dan 8-OH. Adanya OH pada cincin C (terikat pada C3) dapat berfungsi sebagai anti oksidan. Sedangkan ikatan rangkap pada C2-C3 yang bekerja sama dengan gugus keto pada C4 dapat meningkatkan flavonoid sebagai “radical-scavenger”, demikian pula adanya 3-OH dan 5-OH dikombinasi dengan 4-karbonil juga dapat meningkatkan aktifitas flavonoid sebagai radikal scavenger (peredam radikal bebas).

Page 8: Hati mencit

Gambar 22 adalah acuan terlengkap dari suatu flavonoid; namun tidak ada senyawa yang mempunyai gugus OH dan keton selengkap itu. Dalam kenyataannya adalah Flavonoid yang ditemukan di dalam herbal atau buah dapat digambarkan seperti pada gambar 23 dan contohnya ada di tabel dalam “gamnbar” 24. Anda perhatikan dalam tabel; senyawa Quercetin yang merupakan Flavonoid yang banyak sekali diteliti. R8 = H, R2` dan R5` = H, ikatan rangkap C2=C3 ada, sehingga Quercetin merupakan Flavonoid yang mempunyai anti oksidan dan radical scavengers yang kuat. Memang R5` bukan OH namun adanya OH pada R3 dan R5, keto pada C4 dan ikatan rangkap C2=C3 sudah cukup lengkap dalam meredam raikal bebas. 10

Flavonoid Galangin, tidak mempunyai OH pada cincin B, namun demikian tetap menunjukkan aktivias antioksidan dan “radical scavengeing” yang tinggi. Ini mungkin disebabkan adanya ikatan rangkap C2=C3 yang dikombinasi dengan adanya OH pada C3 dan keto pada C48.