HASIL PENELITIAN.pptx
-
Upload
silverbullet -
Category
Documents
-
view
221 -
download
2
Transcript of HASIL PENELITIAN.pptx
HASIL PENELITIANAnalisis Univariat
Gambaran Umum 1. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Pria 20 66,7 %
Wanita 10 33,3 %
Total 30 100
2. Usia
UsiaKasus Kontrol TOTAL
n (%) n (%) n (%)
15-24 4 (26,7%) 3 (20%) 7 (23,3%)
25-34 1 (6,7%) 2 (13,3%) 3 (10%)
35-44 5 (33,3%) 4 (26,7%) 9 (20%)
45-54 2 (13,3%) 3 (20%) 5 (16,7%)
55-64 3 (20%) 1 (6,7%) 4 (13,3%)
65-74 0 2 (13,3%) 2 (6,7%)
Total 15 (100%) 15 (100 %) 30 (100%)
Mean 39,87 41,27 40,57
SD 15,31 16,55 15,7
3. Tinggi Badan
Tinggi badan
Kasus KontrolTOTAL
n (%) n (%)n (%)
140 - 149 0 1 (6,7%)1 (3,3%)
150 - 159 8 (53,3%) 2 (13,3%)10 (33,3%)
160 - 169 4 (26,7%) 9 (60%)13 (43,3%)
170 - 179 3 (20%) 3 (20%)6 (20%)
Total 15 (100%) 15 (100%)30 (100%)
Mean 159,33 161,73160,53
SD 7,53 8,227,83
4. Berat Badan
Berat badanKasus Kontrol TOTAL
n (%) n (%) n (%)
35 – 44 5 (33,3%) 0 5 (16,7%)
45 – 54 7 (46,7%) 4 (26,7%) 11 (36,7%)
55 – 64 1 (6,7%) 5 (33,3%) 6 (20%)
65 – 74 1 (6,7%) 4 (26,7%) 5 (16,6%)
75 – 84 1 (6,6%) 2 (13,3%) 3 (10%)
Total 15 (100%) 15 (100%) 30 (100%)
Mean 50,33 62,33 56,3
SD 12,43 10,10 12,7
Gambaran Khusus1. Status Gizi
30%
40%
30%Gizi Kurang
Gizi Normal
Gizi Lebih
2. Lama Pengobatan
Lama Pengobatan
Frekuen
si
Persentas
e
Fase Intensif 8 53,3%
Fase Lanjutan 7 46,7%
3. Asupan Gizi
Zat gizi
Asupan Kasus Asupan Kontrol
Mean SD Mean SD
Kalori 1327,63 544,50 1140,19 316,23
Karbohidrat 164,03 55,51 171,53 53,35
Protein 55,68 29,06 48,62 21,17
Lemak 40,64 30,11 34,53 19,35
Zat Mikronutrien
Asupan Kasus Asupan Kontrol
Mean SD Mean SD
Vitamin A 971.53 955.07 507.293 330.05
Vitamin B6 1,08 0,65 0,78 0,23
Vitamin C 45,86 44,54 39,33 28,44
Zinc 5,18 2,71 4,57 1,77
Zat Besi 5,92 4,00 4,92 1,85
Analisis BivariatAsupan Kalori dengan Tuberkulosis Paru
Zat gizi
Asupan Kasus Asupan KontrolAsymp
Sig.
Mean SD Mean SD
Kalori 1327,63 544,50 1140,19 316,230,000
Asupan Karbohidrat dengan Tuberkulosis Paru
Zat gizi
Asupan Kasus Asupan KontrolAsymp Sig.
Mean SD Mean SD
0,000
Karbohidrat 164,03 55,51 171,53 53,35
Asupan Protein dengan Tuberkulosis Paru
Zat gizi
Asupan Kasus Asupan KontrolAsymp
Sig.Mean SD Mean SD
Protein 55,68 29,06 48,62 21,17 0,000
Asupan Lemak dengan Tuberkulosis Paru
Zat gizi
Asupan Kasus Asupan Kontrol
Asymp Sig.
Mean SD Mean SD
Lemak 40,64 30,11 34,53 19,35 0,000
Asupan Mikronutrien dengan Tuberkulosis Paru
Zat MikronutrienAsupan Kasus Asupan Kontrol
Asymp Sig.Mean SD Mean SD
Vitamin A 971.53 955.07 507.293 330.05 0,000
Vitamin B6 1,08 0,65 0,78 0,23 0,000
Vitamin C 45,86 44,54 39,33 28,44 0,000
Zinc 5,18 2,71 4,57 1,77 0,000
Zat Besi 5,92 4,00 4,92 1,85 0,000
Analisis Status Gizi
IMTKasus Kontrol TOTAL
Asymp Sig.n (%) n (%) n (%)
< 18,5 7 (46,7%) 2 (13,3%) 9 (30%)
0,00018,5- 22,9 6 (40%) 6 (40%) 12 (40%)
≥ 23 2 (13,3%) 7 (46,7%) 9 (30%)
Total 15 (100%) 15 (100%) 30 (100%)
PEMBAHASANAsupan Energi Terdapat perbedaan asupan energi antara
penderita TB dan bukan penderita TB.
Rerata asupan energi penderita TB paru lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Hal ini disebabkan gejala anoreksia penderita TB mulai berkurang seiring pengobatan
Rerata asupan energi belum memenuhi rerata kebutuhan energi perhari.
Hal ini disebabkan kuantitas makanan yang dikonsumsi belum mencukupi
Infeksi TB meningkatkan kebutuhan energi sebanyak 10-30% dari kebutuhan energi orang normal (Paphatakis & Piwos, 2008; Schaible & Kauffman, 2007).
Gangguan asupan dan kelainan metabolisme tersebut mengganggu sintesis protein dan lemak endogen sehingga REE meningkatmalnutrisi (Paphatakis & Piwos, 2008; Gupta et al, 2011)
Kebutuhan energi pada infeksi TB ditetapkan berdasarkan kebutuhan nutrien dan energi pada keadaan hiprkatabolik dan malnutrisi berat, yaitu sekitar 35-40 kkal/ kgBB ideal (TB and Nutrition, 2011).
Asupan karbohidrat Terdapat perbedaan bermakana asupan karbohidrat
penderita TB dan bukan TB.
Hal ini disebabkan gejala anoreksia yang sudah mulai berkurang
Rerata asupan karbohidrat penderita TB lebih rendah dibandingkan kontrol terdapat ketidakseimbangan pola konsumsi dimana tingkat konsumsi lemak lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat.
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama. Kekurangan karbohidrat mempengaruhi proses penyembuhan TB. Kebutuhan karbohidrat 55-75% dari total konsumsi energi (WHO,1990)
Asupan Protein Ada perbedaan bermakna antara asupan protein penderita TB paru
dan bukan penderita TB paru. Rerata asupan protein penderita TB sedikit lebih tinggi
dibandingkan kontrol dan memenuhi rerata angka kebutuhan perhari pada orang sehat.
kualitas makanan yang dikonsumsi oleh penderita TB dimana lauk-pauk yang mereka makan memang mengandung nilai protein yang cukup tinggi.
Pada penderita TB terjadi katabolisme protein peningkatan ekskresi nitrogen keseimbangan nitrogen negatif (Almatsier, 2006)
Defisiensi gizi terutama protein akan berpengaruh pada sistem imunitas yaitu fungsi sel T limfosit dan beberapa sel fagosit (Departemen of Human Nutrition,2007)
Asupan protein diet untuk mencegah wasting 1,2-1,5 gr/kgBB atau 15% dari asupan energi atau 75-100 gr perhari
Asupan lemak Terdapat perbedaan bermakna asupan lemak antara penderita
TB dan bukan penderita TB. Rerata asupan lemak penderita TB sedikit lebih tinggi
dibandingkan kontrol. gejala anoreksia yang mulai berkurang seiring dengan proses penyembuhan pada pasien yang sedang menjalani pengobatan.
Rerata asupan lemak belum memenuhi angka kecukupan gizi asupan konsumsi makanan sehari-hari kurang dari segi kuantitas.
Akibatnya terjadi pengurangan ketersediaan katabolisme meningkat cadangan lemak semakin berkurang akan sangat berpengaruh terhadap berat badan (Almatsier, 2002).
8% dari kebutuhan energi total diperoleh dari lemak jenuh dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda
Konsumsi kolesterol seharusnya ≤ 300 mg/hari
Asupan Vitamin A Ada perbedaan bermakna antara asupan vitamin A
penderita TB dan bukan penderita TB. Rerata asupan Vitamin A kasus > vitamin A kontrol dan mencukupi angka kebutuhan perhari.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Karvadi et al (2002) menuniukkan bahwa kadar retinol plasma (33%, <0,7 µmol/L.) lebih rendah pada penderita TB dibandingkan kontrol orang sehat.
Alasan - Pola konsumsi penderita TB cukup banyak
mengkonsumsi sayuran dan buah.- Konsumsi buah-buahan juga dipengaruhi musim
Asupan Vitamin B6 Terdapat perbedaan bermakna. Vitamin B kasus >
kontrol, namun angka ini masih belum mencukupi angka kecukupan gizi.
Alasan kurangnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6
Isoniazid akan meningkatkan ekskresi dari vitamin B6 sehingga kadarnya dalam plasma menurun.
Kekurangan vitamin B6 dapat mengganggu metabolisme protein dan lebih lanjut dapat menyebabkan anemia serta gangguan SSP.
Asupan Vitamin C Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan
bermakna antara asupan vitamin C penderita TB dengan bukan penderita TB. Vitamin C kasus > kontrol.
Alasan : pola konsumsi individu yang banyak mengkonsumsi buah
Vitamin C berfungsi untuk meningkatkan sistem imunitas dan antioksidan.
Angka kecukupan : 75-90 gr/hari Batas maksimal :1000 mg/hari.
Asupan Zinc Terdapat perbedaan bermakna asupan zinc
penderita TB dan bukan penderita TB. Zinc Kasus > kontrol, tidak mencukupi kurangnya
mengkonsumsi daging, hati dan kerang, hal ini terjadi karena harganya relatif mahal.
Suplementasi zink mampu meningkatkan berat badan, konversi sputum BTA dan perbaikan radiologis (Karyadi et al, 2002)
Defisiensi zinc pada TB akan dapat berdampak pada sintesa protein dan menyebabkan penurunan jumlah sel T, sehingga peka terhadap infeksi dan waktu penyembuhan yang lama (Shanker dan Prasad, 1998 dalam penelitian Nasution, 2004).
Asupan Zat Besi Terdapat perbedaan bermakna antara asupan zat
besi penderita TB dan bukan penderita TB. Zat besi kasus > kontrol, namun < 12 – 26 mg (AKG,
2004). Karyadi (2000) 59% penderita TB mengalami
defisiensi besi
Status Gizi Terdapat perbedaan bermakna antar status gizi
penderita TB Paru dan bukan penderita TB paru dimana status gizi penderita TB paru lebih rendah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arsunan dkk (2012) didapatkan sebagian besar responden yang merupakan pasien TB Paru memiliki status gizi kurus yaitu 58 orang (51,3%).
Karyadi (2002) dalam penelitiannya menunjukan bahwa penderita TB mengalami Indeks Massa Tubuh (IMT) dibawah normal (18,5 kg/m2) sebesar 66%.
Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi kurang dapat mempermudah terkena infeksi. Infeksi bisa memperburuk keadaan gizi. (Supariasa, 2001).
Status gizi berperanan sebagai penentu kesudahan hasil klinis penderita TB. Penderita TB dengan status nutrisi baik mengalami peningkatan berat badan lebih banyak, konversi sputum, perbaikan gambaran radiologi dan fungsi sosial lebih cepat dibandingkan penderita TB dengan malnutrisi (Gupta et al, 2009; Paphatakis & Piwoz, 2008).
Penelitian di Singapura, yang membandingkan penerima terapi OAT dan suplementasi tinggi energi tinggi protein (600-900 kkal/hari ; 25-37,5 g protein/hari) dengan kontrol tanpa suplementasi nutrisi, nrenunjukkan bahwa pada minggu ke-6 terapi kelompok suplementasi mengalami peningkatan berat badan dan massa otot dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan kedua kelompok mengalami peningkatan massa lemak (Dodor,2008).
Penyuluhan dan intervensi nutrisi dengan sasaran peningkatan asupan energi serta suplementasi nutrisi pada fase intensif OAI berhubungan dengan peningkatan berat badan, massa otot dan lemak, serta perbaikan fungsi fisik minggu keenam.
Oleh karena itu, dianjurkan kepada penderita mengkonsumsi makanan sumber energi, protein dan lemak sesuai dengan kebutuhan agar tidak terjadi penurunan status gizi.
PENUTUP
KesimpulanTerdapat perbedaan yang
bermakna antara asupan energi, karbohidrat, lemak, protein dan zat gizi mikro antara penderita TB paru dan bukan penderita TB paru.
Terdapat perbedaan yang bermakna antara status gizi penderita TB paru dan bukan penderita TB paru.
Saran
Perlunya memperhatikan pola makan yang baik terutama penderita TB dengan status gizi kurang.
Perlunya memberikan konseling gizi untuk meningkatkan pengetahuan tentang konsumsi makanan penderita sebagai penunjang penyembuhan TB.
Perlunya kerjasama lintas program dan lintas sektoral baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk menanggulangi masalah gizi. Penanggulangannya dapat melalui pendidikan gizi yaitu penyuluhan gizi kepada guru-guru, anak-anak, serta pada keluarga dan masyarakat, serta pengawasan dan monitoring secara berkala dari puskesmas untuk mengetahui keadaan gizi dan masalah gizi pada masyarakat.
TERIMAKASIH