HASIL PENELITIAN_MP-11_1-1

37
LAPORAN HASIL PENELITIAN INI MERUPAKAN LATIHAN PEMBUATAN LAPORAN, MOHON TIDAK DIJADIKAN REFERENSI GaAlAs LASER: ALTERNATIF ANTI-INFLAMATORI DAN ANALGESIK DALAM PERAWATAN NECROTIZING ULCERATIVE PERIODONTITIS PADA PASIEN SEROPOSITIF HIV Ade Amalia Rizqi 1 , Aimatul Hidayah 2 , Chika Astasari Hadi 3 , Danny Tandean 4 Fakultas Kedokteran Gigi Unversitas Indonesia Jl. Salemba Raya No. 6, Jakarta Pusat ABSTRACT Background: Human Immunodefficiency Virus or HIV is a virus that can lead to a symptom of immunodeficiency or AIDS. In 2013, approximately 35 million people worldwide were suffering from HIV. HIV patients have a very weak immune system resulting in decreased T cell function which should be the body's first defense against bacteria, including periodontal disease bacteria. One of periodontal disease that often affects HIV patients is Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP). In the periodontal treatment, patients often experience pain and inflammation that takes anti- inflammatory drugs and analgesics. Therefore, we need an alternative to overcome the pain and the use of anti-inflammatory drugs and analgesics in the form of laser aluminium-gallium-arsenide (GaAlAs). Objective: To determine the effectiveness of laser GaAlAs as an alternative to anti- inflammatory and analgesic in the treatment of NUP in HIV seropositive patients. Methods: 14 HIV patients were divided into 2 groups: Group A as control, without laser periodontal treatment. Group B with periodontal treatment accompanied by a reduction in systemic administration of medication plus application of therapeutic laser. Results: Patients in group B showed better pain control and tissue recovery than patients in group A. Conclusions: Application of laser GaAlAs is proven to be effective in pain control and tissue recovery, so it can be used as an alternative anti- inflammatory drugs and analgesics in the treatment of NUP in patients with HIV. Keywords: analgesic, anti-inflammatory, GaAlAs laser, HIV, NUP.

description

YEE

Transcript of HASIL PENELITIAN_MP-11_1-1

LAPORAN HASIL PENELITIAN INI MERUPAKAN LATIHAN PEMBUATAN LAPORAN, MOHON TIDAK DIJADIKAN REFERENSI

GaAlAs LASER: ALTERNATIF ANTI-INFLAMATORI DAN ANALGESIK DALAM PERAWATAN NECROTIZING

ULCERATIVE PERIODONTITIS PADA PASIEN SEROPOSITIF HIV

Ade Amalia Rizqi 1 , Aimatul Hidayah 2 , Chika Astasari Hadi 3 , Danny Tandean 4 Fakultas Kedokteran Gigi Unversitas Indonesia

Jl. Salemba Raya No. 6, Jakarta Pusat

ABSTRACT

Background: Human Immunodefficiency Virus or HIV is a virus that can lead to a symptom of immunodeficiency or AIDS. In 2013, approximately 35 million people worldwide were suffering from HIV. HIV patients have a very weak immune system resulting in decreased T cell function which should be the body's first defense against bacteria, including periodontal disease bacteria. One of periodontal disease that often affects HIV patients is Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP). In the periodontal treatment, patients often experience pain and inflammation that takes anti-inflammatory drugs and analgesics. Therefore, we need an alternative to overcome the pain and the use of anti-inflammatory drugs and analgesics in the form of laser aluminium-gallium-arsenide (GaAlAs). Objective: To determine the effectiveness of laser GaAlAs as an alternative to anti-inflammatory and analgesic in the treatment of NUP in HIV seropositive patients. Methods: 14 HIV patients were divided into 2 groups: Group A as control, without laser periodontal treatment. Group B with periodontal treatment accompanied by a reduction in systemic administration of medication plus application of therapeutic laser. Results: Patients in group B showed better pain control and tissue recovery than patients in group A. Conclusions: Application of laser GaAlAs is proven to be effective in pain control and tissue recovery, so it can be used as an alternative anti-inflammatory drugs and analgesics in the treatment of NUP in patients with HIV.

Keywords: analgesic, anti-inflammatory, GaAlAs laser, HIV, NUP.

ABSTRAK

Latar Belakang: Human Immunodefficiency Virus atau HIV adalah suatu virus yang dapat mengarah kepada gejala imunodefisiensi atau AIDS. Pada tahun 2013, sekitar 35 juta jiwa di seluruh dunia telah mengidap HIV. Pasien HIV memiliki sistem imun yang sangat lemah sehingga terjadi penurunan fungi sel T yang seharusnya menjadi pertahanan pertama tubuh terhadap bakteri, salah satunya bakteri penyebab penyakit periodontal. Salah satu penyakit periodontal yang sering diderita pasien HIV adalah Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP). Pada perawatan periodontal, seringkali pasien mengalami nyeri dan radang sehingga dibutuhkan obat anti-inflamasi dan analgesik. Oleh karena itu, diperlukan suatu alternatif dalam mengatasi rasa nyeri dan penggunaan obat anti-inflamasi dan analgesik yaitu berupa laser Galium-Aliminium-Arsenide (GaAlAs). Tujuan: Mengetahui efektifitas laser GaAlAs sebagai alternatif anti-inflamatori dan analgesik dalam perawatan NUP pada pasien seropositif HIV. Metode: 14 orang penderita HIV dibagi dalam 2 kelompok, yaitu: Kelompok A sebagai kontrol, menjalani perawatan periodontal tanpa laser. Kelompok B menjalani perawatan periodontal disertai pengurangan pemberian medikasi sistemik ditambah aplikasi laser terapeutik. Hasil: Pasien di kelompok B menunjukkan hasil kontrol nyeri dan pemulihan jaringan yang lebih baik daripada pasien di kelompok A. Kesimpulan: Aplikasi laser GaAlAs terbukti efektif dalam kontrol nyeri dan pemulihan jaringan, sehingga dapat dijadikan alternatif obat anti-inflamasi dan analgesik dalam perawatan NUP pada pasien penderita HIV.

Kata kunci: analgesik, anti-inflamasi, GaAlAs laser, HIV, NUP.

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahHuman Immunodefficiency Virus atau HIV adalah suatu virus yang dapat

mengarah kepada gejala imunodefisiensi atau AIDS.1 Berdasarkan data dari World Health Organization, jumlah pengidap HIV di dunia sejak awal kemunculannya adalah sebanyak 78 juta jiwa dan sekitar 39 juta jiwa telah meninggal dunia. Pada akhir tahun 2013, sekitar 35 juta jiwa di seluruh dunia telah tercatat mengidap penyakit ini.2 Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014), prevalensi penderita HIV di Indonesia yang dilaporkan dari 1 April 1987 – 30 September 2014 adalah sebanyak 150.296 jiwa dengan 3 provinsi tertinggi yaitu DKI Jakarta (32,782 jiwa), Jawa Timur (19,249 jiwa), dan Papua (16,051 jiwa).3

Necrotizing Ulcerative Periodontitis atau NUP adalah suatu kondisi inflamasi gingiva yang menyebabkan nekrosis jaringan lunak, kehilangan perlekatan yang cepat, dan kehilangan tulang alveolar. Kebanyakan dokter menggunakan diagnosis ini untuk mengetahui apakah pasien menderita HIV atau tidak. Penderita HIV memiliki sistem imun yang sangat lemah. T sel yang seharusnya mampu menjadi pertahanan pertama tubuh terhadap bakteri patogen penyebab penyakit periodontal justru mengalami penurunan fungsi dan jumlah sehingga aktivitas destruksi dari bakteri patogen pun tidak dapat dihindarkan. Bakteri yang banyak ditemukan adalah Actinobacillus Actinomycetemcomitans, Prevotella Intermedia, Porphyromonas Gingivalis, Fusobacterium Nucleatum, dll.4 Untuk menekan aktivitas dari bakteri diatas, dokter gigi memberikan perawatan berupa local debridement, scalling and root planning, in office irrigation dengan antibiotik, antifungi dan analgesic.4

Akan tetapi, perawatan tersebut dinilai masih kurang efektif karena proses perkembangan penyakit yang lebih cepat melebihi kemampuan kerja obat. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah alternatif pilihan perawatan NUP pada penderita serpositive HIV yang efektif dan efisien sehingga tidak bermanifestasi terhadap penyakit yang lainnya lagi mengingat proses destruksinya yang menyeluruh.

1.2. Rumusan MasalahApakah penggunaan GaAlAs Laser dapat dijadikan alternative dalam perawatan Necrotizing Ulcerative Periodontitis pada Pasien Seropositive HIV?

1.3. Pertanyaan Penelitian1. Bagaimana GaAlAs Laser dapat berpengaruh dalam perawatan

Necrotizing Ulcerative Periodontitis pada Pasien Seropositive HIV?2. Bagaimana kandungan dalam GaAlAs laser sehingga efektif dalam

perawatan seropositive HIV?3. Bagaimana metode penggunaan GaAlAs Laser dalam perawatan

seropositive HIV?4. Bagaimana perbedaan intensitas nyeri pada kelompok yang menggunakan

GaAlAs Laser dan kelompok kontrol?

1.4. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui keefektifan GaAlAs Laser sebagai alternatif dalam perawatan Necrotizing Ulcerative Periodontitis pada pasien seropositive HIV.

1.4.2. Tujuan Khusus1. Mengetahui rentang usia yang paling dominan pada pasien

seropositive HIV dengan keberhasilan perawatan menggunakan GaAlAs Laser

2. Mengetahui perbedaan antara perawatan Necrotizing Ulcerative Periodontitis yang menggunakan GaAlAs Laser

3. Mengetahui perbedaan intensitas tingkat nyeri yang didapatkan kelompok terpapar dengan kelompok kontrol

1.5. Manfaat Penelitian1. Manfaat Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat mengenai alternatif penggunaan obat antibiotik dan analgesik dalam mengatasi Necrotizing Ulcerative Seropositive pada pasien seropositive HIV dengan GaAlAs Laser.

2. Manfaat Bagi Ilmu PengetahuanHasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan dapat memberi pengetahuan baru pada perkembangan ilmu pengetahuan.

3. Manfaat Bagi PenelitiHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dalam kegiatan ilmiah dan mengasah kemampuan berpikir kritis mahasiswa atau peneliti

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus)2.1.1. Deskripsi Singkat

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang dapat menyebabkan AIDS.5 HIV menyerang sistem imun manusia yaitu dengan menjadikan limfosit T, makrofag, dan monosit sebagai sel target. HIV menyerang sel-sel ini karena pada sel-sel tersebut terdapat reseptor khusus CD4+ yang dibutuhkan oleh HIV masuk kedalam sel target.6 HIV mempunyai cara tersendiri dalam menghindari mekanisme pertahanan tubuh. HIV memasuki tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada di dalam sel limfosit. Benda asing ini segera dikenali oleh sel limfosit T. Begitu sel limfosit T menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel limfosit T menjadi tidak berdaya sehingga virus segera berfusi (menyatu) dan memasuki sel tersebut.7

2.1.2. Prevalensi HIV (Human Immunodeficiency Virus) di IndonesiaDi Indonesia penyakit HIV /AIDS merupakan ancaman besar

dan dalam 10 tahun terakhir termasuk pada the Emerging Infectious Disease. Data terbaru yang berhasil dikumpulan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Ksehatan Republik Indonesia (2014), menunjukkan bahwa prevalensi penderita HIV di dari 1 April 1987 sampai 30 September 2014 mencapai 150.296 jiwa, dengan 3 provinsi tertinggi yaitu DKI Jakarta (32,782 jiwa), Jawa Timur (19,249 jiwa), dan Papua (16,051 jiwa).5

2.1.3. Manifestasi HIV/AIDS pada Jaringan Lunak Rongga Mulut8

Manifestasi klinis yang pertama kali muncul pada penderita HIV positif atau AIDS diantaranya sebagai berikut:

a. Infeksi jamur meliputi candidiasis,b. Infeksi virus meliputi herpes labialis, oral hairy leukoplakia, c. Infeksi bakteri meliputi penyakit periodontal (gingivitis,

Necrotizing Ulcerative Periodontitis, Necrotizing Ulcerative Gingivitis, Linear Gingival Erythema),

d. Lesi Neoplastik meliputi sarkoma kaposi dan lymphomae. Lesi oral lain yang berhubungan dengan penyakit HIV/AIDS

meliputi reccurent Apthous Stomatitis (RAS)

2.2. Necrotizing Ulcerative Periodontitis2.2.1. Deskripsi Singkat

NUP dapat merupakan representasi perluasan dari NUG (Necrotizing Ulcerative Gingivitis).

2.2.2. PatogenesisSecara mikroskopis, lesi NUG menunjukkan inflamasi nekrosis

yang tak spesifik dengan adanya PMN leukosit predominan (PMN, Neutrofl) yang berinfiltrasi kedalam daerah ulserasi dan juga terdapat sel-sel inflamasi kronik yang berinfiltrasi seperti limfosit dan sel plasma kedalam peripheral dan daerah yang lebih dalam. Adanya spirosit dengan

zona yang lebih dalam dari lesi pada jaringan normal mengakibatkan terjadinya invasive dari peran spirosit pada penyakit ini.

2.2.3. Gambaran KlinisNUP merupakan nekrosis dan ulserasi dari koronal ke

interdental papila dan margin gingival dengan rasa nyeri kemerahan pada margin gingival dengan pendarahan ringan. Manifestasi oral lain pada penderita NUP adalah oral malodor, demam, malaise atau limpadenopati, kehilangan perlekatan, dan kehilangan tulang.

NUP ditandai oleh nekrosis jaringan lunak, kerusakan periodontal yang cepat, dan kehilangan tulang di area interproksimal. Lesi dapat berada dimana saja di dalam lengkung gigi, biasanya lokal (pada beberapa gigi), namun bisa menjadi generalis setelah terjadi penurunan jumlah sel CD4. NUP biasanya terasa sakit pada awalnya, dan dibutuhkan perawatan segera.

2.2.4. Faktor Resiko dan Faktor PredisposisiFaktor resiko penderita NUP adalah penderita NUG yang

semakin parah dan tidak terawat. Adapun factor predisposisinya yaitu OH yang buruk, riwayat penyakit periodontal sebelumnya, kebiasaan merokok, infeksi virus, status gangguan komunitas, stress psikologis dan malnutrisi.

2.2.5. PengobatanTerapinya dengan local debridement, scaling dan root planing,

irigasi dengan agen antimikroba seperti chlorhexidine atau povidone-iodine, dan obat kumur antimicrobial. Pada NUP yang sudah parah, pemberian antibiotik diperlukan. Antibiotik yang digunakan adalah metronidazole.

2.3. Hubungan Penyakit Human Immunodeficiency Virus dengan Penyakit Necrotizing Ulcerative Periodontitis

Rongga mulut memiliki populasi organisme yang beragam, namun jumlah populasi mereka dapat berubah dikarenakan beberapa faktor, salah satu diantaranya yaitu sistem imun host.9

Plak bakteri merupakan etiologi utama dari penyakit periodontal. Kerusakan sistem imun pada pasien penderita HIV mengakibatkan pertumbuhan drastis beberapa mikroorganisme seperti Provotella intermedia, Fusobacterium sp., dan Treponema sp., yang dapat memicu terjadinya penyakit periodontal yang parah. Penyakit periodontal yang sering dikaitkan dengan respon seropositif dari HIV meliputi linear gingival erythema (LGE), necrotizing ulcerative gingivitis (NUG), necrotizing ulcerative periodontitis (NUP), dan nekrosis stomatitis.9,2,3 Pada penelitian Subodh2, penyakit periodontal terlihat pada 12 pasien (9.6%) dari total 125 pasien penderita HIV yang diteliti. Dari ke-12 pasien tersebut, 3 pasien (2.4%) menderita LGE, 2 pasien (1.61%) menderita NUG, dan 7 pasien (5.46%) menderita NUP. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NUP merupakan penyakit periodontal yang paling banyak dialami oleh penderita HIV.

NUP juga ditemukan pada pasien anak penderita HIV. Pada penelitian Krishna4, NUP ditemukan pada 25 anak (7.66%) dari total 231 anak. Prevalensi dari NUP bervariasi antara 2.2% sampai 5%. Prevalensi dari NUP yang meningkat disebabkan oleh penurunan sel CD4, ditambah dengan beberapa faktor resiko seperti gingivitis, oral hygiene yang buruk, diet yang buruk, dan peningkatan jumlah virus dalam darah.4

NUP biasanya dilaporkan lebih agresif pada individu penderita HIV positif, dengan jumlah sel T-CD4 yang lebih sedikit (< 200 sel CD4/mm3) daripada individu normal. NUP adalah lesi rongga mulut yang dapat menjadi tanda berkembangnya penyakit AIDS. Namun pada beberapa penelitian, NUP juga ditemukan pada pasien yang tidak menderita penyakit yang berhubungan dengan kondisi imunosupresan.9

2.4. GaAlAs Laser2.4.1. Deskripsi Singkat

Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) adalah perbesaran intensitas cahaya oleh pancaran terangsang. Saat ini, laser merupakan suatu teknologi yang sangat berkembang dan bermanfaat luas. Laser memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat mengurangi jaringan yang rusak karena bekerja spesifik, tidak menimbulkan rasa sakit, meminimalisasi pendarahan, mengurangi infeksi bakteri yang terjadi karena sinar energi tinggi mensterilkan daerah yang dikerjakan, penyembuhan luka lebih cepat, tidak menimbulkan suara pada saat pengaplikasiaannya sehingga pasien akan lebih nyaman.

Salah satu tipe laser yang sering digunakan dalam terapi yaitu Low Level Laser Therapy yang merupakan suatu perawatan laser yang hanya menghasilkan sedikit energi sehingga suhu pada jaringan yang sedang dilakukan perawatan tidak diatas suhu tubuh normal (36.5oC).10

Low Level Laser Therapy yang sering digunakan dalam terapi memiliki panjang gelombang 600 – 900 nm.11

GaAlAs laser merupakan salah satu jenis dari Low Level Laser dengan bahan semikonduktor yakni Galium-Aluminium-Arsenide yang memiliki panjang gelombang hingga 800-nm untuk terapi. Kelebihan dari GaAlAs laser yaitu dapat bekerja secara kontinu pada suhu kamar, panjang gelombang laser yang akan dihasilkan dapat diatur, dan dimensi ukuran hanya sekitar 0,1 x 0,1 x 1,25 mm, sehingga cocok untuk peralatan yang dapat dibawa-bawa.12 Beberapa studi menunjukkan bahwa potensi paparan Low Level Laser yang diterapkan langsung pada jaringan yang terluka, dapat meningkatkan sejumlah proses biologis, seperti photobiostimulation, mendukung peningkatan daya tahan dan vitalitas sel, yang mengarah ke keadaan normal fungsional sel lebih cepat, serta mempercepat proses perbaikan sel dan jaringan.9

2.4.2. Penggunaan Laser dalam Bidang Kedokteran GigiPenggunaan laser pada bidang kedokteran gigi telah dilakukan

sejak tahun 1994. Hingga saat ini, teknologi laser dalam bidang kedokteran gigi dipergunakan untuk:13, 14

Perawatan Karies GigiLaser  sebagai cutting instrument digunakan untuk menghilangkan kerusakan/karies gigi dan mempersiapkan enamel sekitarnya untuk penumpatan.

Perawatan EndodontikLaser digunakan untuk menyungkirkan pulpa nekrosis dan debris organik serta untuk memodifikasi dinding dentin dengan merangsang siklus pencairan dan pemadatan sehingga mengakibatkan pembesaran dinding saluran akar. Interaksi laser dalam perawatan ini, terutama dalam bentuk efek thermal dan photocemical.

Perawatan PeriodontalLaser digunakan untuk membentuk kembali gusi dan menghilangkan bakteri selama prosedur perawatan saluran akar. Selain itu laser juga digunakan untuk perawatan scaling dan root planning

Biopsi LesiLaser dapat digunakan untuk menghapus sepotong kecil jaringan (disebut biopsi) sehingga dapat diperiksa untuk penegakan diagnosa kanker. Laser juga digunakan untuk menghilangkan lesi di mulut dan mengurangi rasa sakit akibat sariawan.

Pemutihan Gigi Laser teeth whitening. Laser digunakan untuk mempercepat prosedur pemutihan gigi di klinik gigi. Gel hidrogen perokside yang diaplikasikan  pada permukaan gigi ''diaktifkan" oleh energi laser, yang mempercepat proses pemutihan.

2.4.3. Cara Penggunaan dan Kegunaan GaAlAs Laser dalam Perawatan Necrotizing Ulcerative Periodontitis 9

Penggunaan GaAlAs laser dalam perawatan Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP), menggunakan radiasi laser yang memiliki panjang gelombang 790 nm dengan daya sebesar 30 mW. Cara penggunaannya diaplikasikan langsung pada daerah yang terluka yaitu marginal gingiva dan attached gingiva, dan tegak lurus sumbu panjang gigi selama 2 menit 20 detik.

Pada kunjungan pertama, pasien diberikan perawatan darurat untuk meminimalisasi kondisi rasa sakit eksaserbasi. Pasien diberikan irigasi Sodium iodida 2% baru kemudian dilakukan aplikasi GaAlAs Laser pada marginal dan attached gingiva area injury. Pasien juga diberikan anibiotik metronidazole dan analgesik parasetamol, yang masing-masing dikonsumsi selama 8 hari. Pada kunjungan kedua, pasien dilakukan perawatan scaling dan root planing, baru kemudian dilakukan aplikasi GaAlAs Laser pada marginal dan attached gingiva area injury.

2.3. Kerangka Konsep

Gambar 2 . Kunjungan pertama, dilakukan irigasi dengan sodium iodine kemudian aplikasi GaAlAs laser pada marginal gingiva dan attached gingiva area injury.

Gambar 1 . Gambaran Klinis Necrotizing Ulcerative Periodontitis pada Pasien Seropositive HIV

Gambar 3 . Kunjungan kedua, dilakukan scaling dan root planing terlebih dahulu kemudian aplikasi GaAlAs Laser pada marginal gingiva dan attached gingiva area injury.

Necrotizing Ulcerative Periodontitis

Pada Pasien Seropositive HIV

Variabel Dependen Variabel Independen

2.4. Kerangka Teori

2.5. Definisi OperasionalVariabel Dependen : GaAlas Laser dan Medikamen (Antbiotik, , Analgesik

dan Anti-inflamatori)

Variabel Independen : NUP pada Pasien Seropositive

VariableDefinisi

OperasionalAlat Ukur Skala Hasil Ukur

1. GaAlAs Laser

1. Iradiasi laser 790 nm Galium-Aluminium-Arsenide (GaAlAs) intensitas rendah

GaAlAs Laser

2. Antibiotik dan Analgesik & Anti-inflamatori

dengan daya 30 mW yang dipancarkan secara tegak lurus sumbu gigi pada area injury selama 2 menit 20 detik.

2. Antibiotik yang digunakan adalah metronidazole dengan dosis 500 mg 2 kali sehari atau 250 mg 4 kali sehari selama 8 hari. Analgesik dan anti-inflamatory yang digunakan adalah parasetamol 500 mg 6 kali sehari selama 8 hari. Antiseptik yang digunakan adalh Chlorexidin Gluconate 0,12% 3 kali sehari selama 8 hari

Intensitas Nyeri, Edema, Eksudat, dan Pemulihan Jaringan

Wawancara dengan Kuisioner serta pemeriksaan klinis

Kategorik 0= Tidak terdapat rasa nyeri1= Terdapat rasa nyeri ringan2= Terdapat rasa nyeri berat/ intens3= Pasien masih memerlukan medikasi tambahan4= Pasien tidak memerlukan medikasi tambahan

2.6. HipotesisGaAlAs Laser dapat dijadikan alternatif dalam perawatan Necrotizing

Ulcerative Periodontitis pada pasien seropositive HIV karena perkembangan dari mikrosirkulasi lokal menstimulasi proliferasi fibroblast yang menghasilkan pembentukan serat kolagen dan jaringan granulasi lebih banyak serta meningkatkan penyembuhan epitel yang lebih cepat.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1. Desain PenelitianDesain penelitian menggunakan metodologi kuantitatif Untuk mengetahui

keefektifan GaAlAs Laser sebagai alternatif dalam perawatan Necrotizing Ulcerative Periodontitis pada pasien seropositive HIV.

Data variabel depeden dan independen dikumpulkan pada waktu yang bersamaan menggunakan metode penelitian survei (survey research method) dengan pendekatan studi eksperimental. Data yang digunakan adalah data primer dengan kuesioner sebagai alat ukur.

3.2. Tempat dan Waktu PenelitianTempat: RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta PusatWaktu: April – Juni 2015 (3 bulan).

Penelitian dilakukan di RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta Pusat karena RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta Pusat merupakan tempat rujukan nasional sehingga banyak terdapat responden yang memenuhi kriteria penelitian, yaitu pasien seropositive HIV. Selain itu, tempat penelitian dipilih karena lokasi tempat yang mudah dijangkau dan dekat dengan lokasi peneliti. Waktu penelitian dilakukan bulan April hingga Juni 2015 karena disesuaikan dengan ketersediaan waktu peneliti dan dengan pertimbangan lain.

3.3. Sumber DataData yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer karena

didapatkan oleh peneliti secara langsung dengan metode wawancara setelah responden diberikan intervensi dengan GaAlAs Laser. Alat yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah kuesioner.

Kuesioner penelitian terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi tentang karakteristik responden dan bagian kedua berisi tentang kondisi klinis setelah perlakuan. Bagian pertama, karakteristik responden, berisi tentang data demografi berisi usia, jenis kelamin, lamanya penyakit HIV, dan medikasi yang digunakan. Bagian kedua, kondisi klinis setelah perlakuan berisi 5 pernyataan, terdiri dari: pasien tidak mengeluhkan nyeri setelah pemberian GaAlAs Laser, pasien mengeluhkan nyeri ringan setelah pemberian GaAlAs Laser, pasien maish memerlukan medikasi tambahan setelah pemberian GaAlas Laser, dan pasien tidak memerlukan medikasi tambahan setelah pemberian GaAlAs Laser.

3.4. Populasi Penelitian dan Sampel3.4.1. Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien seropositive HIV di

RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta Pusat3.4.2. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah 60 orang pasien

seropositive HIV di RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta Pusat3.4.3. Sampel penelitian yang digunakan adalah populasi terjangkau yang

memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi penelitian.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi3.5.1. Kriteria Inklusi

1. Pasien seropositive HIV yang terdapat di RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta Pusat.

2. Pasien seropositive HIV yang tidak buta huruf dan dapat diajak berkomunikasi dengan baik.

3. Pasien seropositive HIV yang bersedia menjadi responden penelitian.

3.5.2. Kriteria Ekslusi1. Pasien seropositive HIV yang tidak bersedia menjadi responden

penelitian2. Pasien HIV yang berstatus seropositive HIV di RSUPN

Ciptomangunkusumo Jakarta Pusat

3.6. Jumlah Sampel MinimalSampel adalah pasien seropositive HIV di RSUPN Ciptomangunkusumo

yang diperoleh menggunakan metode simple random sampling. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n = jumlah sampelN = jumlah populasid = tingkat signifikansi (0.05)

Dari hasil perhitungan, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian adalah 60. Namun, untuk mengantisipasi terjadinya ketidaklengkapan data, maka ditambahkan 10% sampel dari hasil hitung tersebut menjadi 66 sebagai jumlah sampel minimal yang harus diperoleh.

3.7. Teknik Pengambilan SampelSampel merupakan again populasi yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien seropositive HIV yang menjadi pasien di RSUPN Ciptomangunkusumo. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi pasien terkena HIV.

3.8. Rencana Pengolahan Data dan Analisis Data

3.8.1. Rencana PengolahanPengolahan, analisis, dan interpretasi data penelitian dilakukan

dengan menggunakan software “SPSS for Macintosh” versi 22.0.3.8.2. Analisis Data

Setelah data terkumpul, data akan diperiksa secara manual kemudian diedit dan diolah dengan menggunakan program SPSS for Macintosh versi 22.0 melalui tahap editing, coding, cleaning, dan entry. Data yang sudah dimasukkan kemudian diuji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnof karena data berjumlah lebih dari 30. Kemudian untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara variabel dependen dengan independen dilakukan uji statistik inferensial Chi Square (kai kuadrat). Uji Chi square dipilih karena variabel dependen dan independen berskala kategorik dengan confident interval 95%. Pada a = 0.05, kesimpulan tingkat kemaknaan seadalah bagai berikut:Nilai P < 0,05 maka Ho ditolak, berarti hasil uji statistik adalah bermakna yaitu terdapat hubungan antar variabel. Nilai P > 0,05 maka Ho gagal ditolak, berarti hasil uji statistik adalah tidak bermakna yaitu gagal membuktikan adanya hubungan antar variabel.

BAB IVHASIL

Telah dilakukan penelitian eksperimental laboratorik untuk mengetahui keefektifan GaAlAs Laser sebagai alternatif anti-inflamatori dan analgesik dalam perawatan Necrotizing Ulcerative Periodontitis pada pasien Seropositive HIV. Penelitian ini dilakukan pada 66 pasien seropositive HIV yang dirawat di RSUPN Ciptomangunkusumo. Secara acak populasi sampel tersebut dibagi menjadi 2 bagian sama banyak kemudian diberi nama grup A sebagai grup kontrol (33 orang) dan grup B sebagai grup eksperimental (33 orang). Selanjutnya, masing-masing pasien dilakukan anamnesis dan beberapa tes untuk melengkapi rekam medik pasien yang berisi data demografik, jenis kelamin, umur, ras atau suku, jumlah sel limfosit T-CD4, jumlah viral load, terapi antiretroviral yang biasa digunakan, plak indeks, dan Papilla Bleeding Index. Selain itu, untuk menunjang pemeriksaan klinis, digunakan pemeriksaan radiograf panoramik untuk mengetahui tingkat keparahan resorpsi tulang pada periapikal.

Pada konsultasi pertama, semua populasi sampel (grup A dan B) diberikan perawatan emergensi berupa irigasi di atas dental arch dengan campuran 2% sodium iodida dan air oksigen sebanyak 10 ml dengan perbandingan yang sama yang diaplikasikan melalui Luer Syringes (40ml) untuk mengurangi kondisi nyeri eksaserbasi. Selanjutnya, semua pasien diberikan medikasi berupa 500 mg metronidazole yang diminum setiap 12 jam sekali selama 8 hari, 500 mg paracetamole yang diminum setiap 4 jam sekali selama 8 hari, dan mouth washes dengan kandungan chlorexidine gluconate 0,12% yang dikumur setiap 8 jam sekali selama 8 hari. Pada grup B, diberi tambahan perlakuan berupa pengaplikasian GaAlAs Laser intensitas rendah dengan daya 30 mW dan panjang gelombang 790 nm yang dipancarkan tegak lurus sumbu gigi di atas dental arch selama 2 menit 20 detik.

Pada hari ke-9 atau konsultasi kedua, grup A diberikan perawatan debridement dan coronal-root scalling, dan diinstruksikan untuk meneruskan konsumsi obat yang diresepkan pada perawatan emergensi. Sama halnya dengan grup A, grup B juga diberikan perawatan debridement dan coronal-root scalling akan tetapi diikuti aplikasi GaAlAs Laser untuk kedua kalinya pada daerah yang sama seperti aplikasi pertama dan tidak lagi diberikan medikasi.

Delapan hari setelah konsultasi kedua, semua pasien dievaluasi kembali dan diberikan kuisioner terkait presentase dan intensitas nyeri. Untuk kondisi nyeri, presentasi eksudat dan sekret, edema, presentasi jaringan nekrotik, dan kecepatan proses kesembuhan jaringan digunakan kriteria sebagai berikut:

0= Tidak ada1= Ada, ringan2= Ada, berat3= Pasien masih memerlukan medikasi tambahan4= Pasien tidak memerlukan medikasi tambahan

Berikut adalah hasil dari pengolahan data kuisioner di atas:

Tabel 1. Hasil yang diperoleh pada tiga sesi dalamGrup A- Nonlaser

Pasien Nyeri Obat Suplemen Tipe1 2 3 Analgesik2 2 3 Analgesik3 1 4 -4 1 4 -5 1 4 -6 2 3 Analgesik7 2 3 Analgesik8 2 3 Analgesik9 2 3 Analgesik10 1 4 -11 1 4 -12 1 4 -13 2 3 Analgesik14 2 3 Analgesik15 2 3 Analgesik16 2 3 Analgesik17 1 4 -18 1 4 -19 1 4 -20 2 3 Analgesik21 2 3 Analgesik22 2 3 Analgesik23 2 3 Analgesik24 1 4 -25 1 4 -26 1 4 -27 2 3 Analgesik28 2 3 Analgesik29 2 3 Analgesik30 2 3 Analgesik31 1 4 -32 1 4 -33 1 4 -

Tabel 2. Hasil yang diperoleh pada tiga sesi dalamGrup B- Laser

Pasien Nyeri Obat Suplemen Tipe1 0 4 -2 0 4 -3 1 4 -4 0 4 -5 0 4 -

6 1 3 Analgesik7 0 4 -8 0 4 -9 0 4 -10 1 4 -11 0 4 -12 0 4 -13 1 3 Analgesik14 0 4 -15 0 4 -16 0 4 -17 1 4 -18 0 4 -19 0 4 -20 1 3 Analgesik21 0 4 -22 0 4 -23 0 4 -24 1 4 -25 0 4 -26 0 4 -27 1 3 Analgesik28 0 4 -29 0 4 -30 0 4 -31 0 4 -32 0 4 -33 0 4 -

Grafik 1. Rasa Nyeri Setelah Konsultasi ke-3

Tabel 3. Hasil klinis yang diperoleh pada tiga sesi dalamGrup A- Nonlaser

PasienEksudat dan

SekresiEdema Nekrotik

1 2 2 12 1 2 03 1 1 04 1 1 05 1 1 06 2 2 17 2 2 18 2 2 19 1 2 010 1 1 011 1 1 012 1 1 013 2 2 114 2 2 115 2 2 116 1 2 017 1 1 018 1 1 019 1 1 020 2 2 021 2 2 122 2 2 123 1 2 124 1 1 025 1 1 026 1 1 027 2 2 028 2 2 129 2 2 130 1 2 131 1 1 032 2 1 033 1 1 0

Tabel 4. Hasil klinis yang diperoleh pada tiga sesi dalamGrup B- Laser

PasienEksudat dan

SekresiEdema Nekrotis

1 0 0 02 0 0 03 0 0 04 0 0 05 0 0 0

6 1 1 07 0 0 08 0 0 09 0 0 010 0 0 011 0 0 012 0 0 013 1 1 014 0 0 015 0 0 016 0 0 017 0 0 018 0 0 019 0 0 020 1 1 021 0 0 022 0 0 023 0 0 024 0 0 025 0 0 026 0 0 027 1 1 028 0 0 029 0 0 030 0 0 031 0 0 032 0 0 033 0 0 0

Grafik 2. Hasil Klinis Pemeriksaan Objektif Setelah Konsultasi ke-3

BAB VPEMBAHASAN

Tabel 1 menunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan grup A (tanpa aplikasi GaAlAs Laser) terlihat bahwa rata-rata bernilai 1 yang berarti ada nyeri ringan dan 2 yang berarti nyeri sedang, sedangkan pada tabel 2 menunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan grup B (penambahan aplikasi GaAlAs Laser) terlihat bahwa rata-rata bernilai 0 yang berarti tidak ada nyeri berjumlah 25 pasien dan nilai 1 berjumlah 8 pasien yang berarti nyeri ringan. Data tersebut juga dapat dilihat melalui grafik 1 di atas.

Tabel 3 menunjukkan hasil klinis yang diperoleh dari pemeriksaan objektif grup A (tanpa aplikasi GaAlAs Laser) pada konsultasi ke-3 mengenai eksudat dan sekresi yang bernilai 1 artinya ada sedikit berjumlah 19 pasien dan nilai 2 yang berarti ada lumayan banyak berjumlah 14 pasien, edema yang bernilai 1 berarti ada sedikit berjumlah 15 pasien dan nilai 2 yang berarti ada lumayan banyak berjumlah 18 pasien, dan jaringan yang nekrosis yang bernilai 0 yang berarti tidak ada jaringan nekrotik berjumlah 20 pasien dan nilai 1 yang berarti ada sedikit jaringan nekrotik berjumlah 13 pasien, sedangkan pada tabel 4 menunjukkan hasil klinis yang diperoleh dari pemeriksaan objektif grup B (aplikasi GaAlAs Laser) pada konsultasi ke-3 mengenai eksudat dan sekresi yang bernilai 0 yang berarti tidak ada berjumlah 29 pasien dan nilai 1 yang berarti ada sedikit berjumlah 4 pasien, edema yang bernilai 0 yang berarti tidak ada berjumlah 29 pasien dan nilai 1 yang berarti ada sedikit berjumlah 4 pasien, dan jaringan nekrosis yang bernilai 0 pada semua pasien yang berarti tidak ada. Data tersebut juga dapat dilihat melelui grafik 2 di atas.

iBAB VIPENUTUP

6.1. KesimpulanPengendalian lesi NUP merupakan salah satu prinsip utama dalam

perawatan manifestasi oral pada pasien seropositive HIV. Perawatan pertama yang dilakukan adalah mengontrol rasa nyeri dari manifestasi oral ini karena sangat menghambat proses perawatan selanjutnya. Aplikasi GaAlAs Laser sangat efektif mengendalikan rasa nyeri sehingga perawatan lanjutan lainnya dapat terlaksana tanpa hambatan. Selain itu, perbaikan jaringan yang rusak juga dapat menjadi lebih cepat karena menggunakan mekanisme perbaikan dari mikrosirkulasi dan mensimulasi fibroblast untuk berproliferasi, memproduksi serta kolagen dengan meningkatkan jaringan granulasi dan secara bersamaan merangsang epitel beregenerasi. Hal ini tentu sangat menguntungkan baik untuk dokter maupun pasien karena efek samping dari penggunaan obat jangka panjang seperti kandidiasis dapat terhindarkan dengan menurunnya kuantitas konsumsi obat (anti-inflamatory, antibiotik, dan analgesik). Perlakuan ini diusulkan tidak bermaksud menggantikan perawatan konvesional dengan hanya menggunakan GaAlAs Laser saja, namun lebih untuk tambahan dalam terapi baru untuk mendapatkan hasil perawatan yang efektif dan memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prevention C. About HIV/AIDS | HIV Basics | HIV/AIDS | CDC [Internet]. Cdc.gov. 2015 [cited 15 April 2015]. Available from: http://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html

2. WHO.int. WHO | HIV/AIDS [Internet]. 2015 [cited 22 April 2015]. Available from: http://www.who.int/gho/hiv/en/

3. Ditjen PP & PL Kemenkes RI. 2014. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor s/d Desember 2014. Diakses di www.pppl.depkes.go.id pada 21 April 2015.

4. Newman M, Takei H, Klokkevold P, Carranza F. Carranza's Clinical Periodontology. 10th ed. St. Louis: Saunders Elsevier; 2006.

5. Lala, MM. 2012. Principles of Perinatal and Pediatric HIV/AIDS. New Delhi: Jaypee Brothers. p. 121

6. Abbas, A.K., Linchtman, A.H. 2006. Congenital and Acquired Immunodeficiences. Basic Immunology Function and Disorders of The Immune System. 2nd Ed Elsevier Saunders. P. 216-217.

7. Levy, J.A. 2009. HIV Pathogenesis: 25 Years of Progress and Presistent Challenges. AIDS 2009; 23: p. 147-160.

8. Scully, C. Almeida, OPA, Bagan, J. Et al. 2010. Oral Medicine and Pathology at a Glance. Oxford: Wiley Blackwell. p. 19; 39.

9. Giovani E., Martins R., Melo, J., Tortamano, N. Use of GaAlAs Laser in the Treatment of Necrotizing Ulceraitve Periodontitis in Patients Seropositive for HIV/AIDS. J Oral Laser Application. 2007; 7: 55-64

10. Firat E, Dag A, Gunay A, Kaya B, et al. The effect of low-level laser therapy on the healing of hard palate mucosa and the oxidative stress status of rats. J Oral Pathol Med [serial on the Internet]. 2013 June 18;[cited 2015 April 18]; 43: 103-110. Available from: http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=3bd46e42-298c-4951-b1fa-8bd6d7e866cd%40sessionmgr114&vid=0&hid=115

11. Abergel P. et al: Control of connective tissue metabolism by lasers: Recent developments and future prospects. J Am Acad  Dermatol. 1984; 11: 1142

12. Perdana B, Kusumawardhani A. Aplikasi Laser Gallium-Aluminium-Arsenide Untuk Terapi Penyembuhan Luka. SNAF-08. 2008 April 24; [cited 2015 April 18]

13. Webmd.com. Laser Use in Dentistry [Internet]. 2015 [cited 22 April 2015]. Available from: http://www.webmd.com/oral-health/guide/laser-use-dentistry

14. American Association of Endodontist. Use of Laser in Dentistry [Internet]. 2011 [cited 22 April 2015]. Available from: http://www.aae.org/uploadedfiles/publications_and_research/guidelines_and_position_statements/lasersnew.pdf

Lampiran 1 – Informed Consent

INFORMED CONSENT

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK

PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

No. Responden : (diisi oleh peneliti)

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian

dalam penelitian yang dilaksanakan oleh tim mahasiswa/i Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Indonesia yang berjudul GaAlAs Laser: Alternatif Anti-

inflamatori dan Analgesik dalam Perawatan Necrotizing Ulcerative Periodontitis

pada Pasien Seropositive HIV. Dalam penelitian ini saya berpartisipasi secara

sukarela dan tanpa paksaan dari bebragai pihak. Saya berjanji akan memberikan

keterangan yang sebenar-benarnya dan selengkap-lengkapnya tanpa rekayasa

dan bersedia untuk diperiksa keadaan rongga mulut.

Saya mengizinkan peneliti untuk menggunakan informasi yang saya

berikan untuk kepentingan penelitian dengan kondisi bahwa data yang diperoleh

dari saya harus dijaga kerahasiaannya.

Apabila ada hal-hal yang tidak berkenan selama penelitian, saya

diizinkan untuk keluar atau tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian dengan

pemberitahuan dan tanpa alasan lebih lanjut.

Demikianlah pernyataan saya, semoga informasi yang saya sampaikan

berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Depok, …. ……………….2015

Peneliti Responden

Lampiran 2 – Kuisioner

Kepada Bapak/ Ibu yang terhormat,

Kami selaku mahasiswa peneliti dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

(FKG UI) sedang melakukan penelitian mengenai keefektifan GaAlAs Laser sebagai

alternatif dalam perawatan Necrotizing Ulcerative Periodontitis pada pasien

seropositive HIV di RSUPN Ciptomangunkusumo, Jakarta Pusat. Untuk itu, kami

mohon agar Bapak/ Ibu ikut berpartisipasi dengan mengisi kuesioner demi

mendukung keberhasilan penelitian ini. Atas kerja sama dan partisipasi Bapak/ Ibu,

kami ucapkan terima kasih.

No. Responden : (diisi oleh peneliti)

Nama :

Jenis Kelamin :

Suku/Ras :

Usia :

Alamat :

Beri tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang dianggap sesuai

1. Apakah anda mengidap penyakit seropositive HIV

☐ Ya Tidak☐

2. Apakah anda merasakan nyeri pada gusi sebelum dilakukan perawatan?

☐ Ya Tidak☐

3. Bagaimana intensitas nyeri yang anda rasakan?

☐ Tidak Nyeri Ringan ☐ Berat☐

4. Apakah Anda merasakan nyeri setelah dilakukan perawatan?

☐ Ya Tidak☐

5. Bagaimana intensitas nyeri yang anda rasakan setelah perawatan?

☐ Tidak Nyeri Ringan ☐ Berat☐

6. Apakah Anda diberikan medikasi tambahan oleh dokter gigi?

☐ Ya Tidak☐

Lampiran 3 – Form Pemeriksaan Klinis

No. Responden : (diisi oleh peneliti)Nama :Jenis Kelamin :Suku/Ras :Usia :Alamat :

Beri tanda centang (√) pada salah satu nilai yang sesuai;

Sebelum Perawatan

0 1 2Eksudat dan

Sekresi

Edema

Nekrosis

Jaringan Parut

Pain

Setelah Perawatan Dengan/ Tanpa* GaAlAs Laser

0 1 2Eksudat dan

Sekresi

Edema

Nekrosis

Jaringan Parut

Pain

*coret yang tidak perlu

0 = Tidak Ada, 1 = Ringan, 2 = Intens