Hasil penelitian terdahulu

36
Hasil penelitian terdahulu Menurut Nossy (1996 : 60) retribusi parkir merupakan salah satu dari sumber pendapatan asli daerah yang potensinya cukup besar, maka pengelolaannyamemerlukan perhatian khusus dari pihak pemerintah daerah. Peningkatan penerimaan retribusi parkir berarti akan menambah sejumlah dana untuk pembangunan ekonomi. Kemudian selanjutnya menurut Ari S (1999 : 57) melalui penelitiannya ia mengungkapkan bahwa seiring dengan meningkatnya taraf hidup penduduk, maka kebutuhan akan alat transportasi semakin meningkat pula dan kemudian dapat meningkatkan kebutuhan akan tempat parkir. Pertambahan jumlah kendaraan yang merupakan salah satu input Teori dan Studi Empirik Musgrave (1989 : 479) mengemukakan bahwa apabila dalam suatu wilayah yuridiksi mempunyai penerimaan daerah

Transcript of Hasil penelitian terdahulu

Page 1: Hasil penelitian terdahulu

Hasil penelitian terdahulu

Menurut Nossy (1996 : 60) retribusi parkir merupakan salah satu dari

sumber pendapatan asli daerah yang potensinya cukup besar, maka

pengelolaannyamemerlukan perhatian khusus dari pihak pemerintah daerah.

Peningkatan penerimaan retribusi parkir berarti akan menambah sejumlah dana

untuk pembangunan ekonomi.

Kemudian selanjutnya menurut Ari S (1999 : 57) melalui penelitiannya ia

mengungkapkan bahwa seiring dengan meningkatnya taraf hidup penduduk, maka

kebutuhan akan alat transportasi semakin meningkat pula dan kemudian dapat

meningkatkan kebutuhan akan tempat parkir. Pertambahan jumlah kendaraan

yang merupakan salah satu input

Teori dan Studi Empirik

Musgrave (1989 : 479) mengemukakan bahwa apabila dalam suatu wilayah

yuridiksi mempunyai penerimaan daerah yang tinggi secara ditetapkan dengan

kebutuhan yang rendah maka berarti posisi fiskalnya kuat.

Wagner dalam Suparmoko (1992 : 24) mengemukakan suatu hukum “law of ever

increasing state Activity” (hukum tentang selalu menim

Dalam melaksanakan pemungutan retribusi daerah didasarkan pada azas-azas

sebagai berikut:

Page 2: Hasil penelitian terdahulu

1. Penetapan tarif retribusi daerah tidak boleh ditetapkan setinggi-tingginya,

namun harus memberikan keuntungan bagi pemerintah daerah agar tetap

memelihara kelangsungan pemberian jasa tersebut bagi masyarakat

2. Pungutan retribusi harus merata tanpa membedakan atau memberikan

keistimewaan pada perorangan atau golongan.

3. Pungutan retribusi daerah tidak boleh merupakan rintangan bagi keluar

masuknya barang kedalam dan keluar daerah.

4. Pungutan retribusi tidak mencari keuntungan yang besar, maka usaha

tersebut harus diberi bentuk perusahaan daaerah.

Pemungutan daerah dapat dilaksanakan dengan menggunakan:

a. Karcis atau tanda bukti pembayaran retribusi

b. Kartu tanda bukti pembayaran retribusi dibubuhkan atau ditempelkan pada

kartu adalah retribusi yang pemungutannya berkala (bulanan/mingguan

dengan jumlah retribusi tetap)

c. Surat ketetapan (tanda bukti suatu pembayaran retribusi dibubuhkan atau

ditempalkan pada balik retribusi yang pemungutannya berdasarkan atas

permohonan dari calon wajib bayar)

Landasan teori

Page 3: Hasil penelitian terdahulu

Definisi Retribusi

Menurut Soedargo (1997: 6) retribusi adalah pungutan daerah kepada

perseorangan atau badan hukum sebagai imbal balik (kontraprestasi) karena yang

bersangkutan menerima balas jasa atau pemakaian fasilitas yang disediakan oleh

pemerintah daaerah.

Menurut Suparmoko (2000: 96) retribusi adalah suatu pungutan sebagai

pembayaran atas jasa dengan perizinan tertentu yang disediakan oleh Pemerintah

daerah untuk kepentingan pribadi atau bukan.

Menurut Munawir (1992: 6) retribusi adalah iuran kepada pemerintah

yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjukkan. Paksaan

ini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari

pemerintah, tidak dikenakan iuran itu.

Menurut Davey (1988: 30) retribusi adalah pungutan yang dibayar

langsung oleh mereka yang menikmati secara langsung suatu pelayanan dan

biasanya dimaksudkan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya pelayanan.

Perbedaan di dalam tingkat penyediaan, penerimaan relatif, kemudahan

pemungutan dan kebutuhan untuk menguji atau mendisiplinkan konsumen utama

seluruhnya merupakan sifat atau tradisi suatu alat pemerataan retribusi untuk

tujuan-tujuan dimana untuk ini ada keinginan politis dan tidak ada alternatif fiskal

yang cocok.

Menurut Kaho (1982: 36) retribusi adalah merupakan salah satu sumber

pendapatan daerah, sebab hampir semua retribusi daerah dapat dipungut. Selain

itu

Page 4: Hasil penelitian terdahulu

Yang termasuk golongan dan jenis retribusi daerah yaitu:

a. Yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah:

Retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan.

b. Yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah: retribusi selain yang ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah

Fungsi retribusi

Menurut Komri (1993: 45) retribusi daerah mempunyai fungsi yaitu:

1. Penerimaan

Fungsi penerimaan artinya retribusi dijadikan sebagai alat untuk

mengumpulkandana bagi pemerintahan daerah terutama yang menyangkut

kelancaran penyediaan jasa dan pelayanan kepada masyarakat pembayar

retribusi.

2. Pengatur

Fungsi pengatur artinya pungutan retribusi dipakai sebagai alat atau

perangkat untuk menata kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat,

misalnya retribusi perizinan dan sebagainya.

Penggunaan kendaraan pribadi tentunya melekat dengan hal perparkiran

karena pengguna kendaraan akan membutuhkan lahan parkir untuk memarkirkan

Page 5: Hasil penelitian terdahulu

kendaraannya saat tidak digunakan. Sehubungan dengan penggunaan kendaraan

pribadi yang kian meningkat, penyediaan sarana dan prasarana berupa lahan

parkir pun sangat dibutihkan untuk menampung kendaraan yang ditinggal

pemiliknya saat melakukan kegiatan. Penyediaan lahan parkir ini dapat dilakukan

ditepi jalan umum (onstreet) maupun di gedung-gedung atau bangunan (offstreet)

yang khusus disediakan untuk parkir.

Untuk penyediaan lahan parkir (onstreet), Pemerintah Daerah kota

Palembang dapat mengenakan retribusi kepada pemilik kendaraan yang

menggunakan layanan penyediaan lahan parkir tersebut. Retribusi tersebut

dikenakan sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu (penggunaan

lahan parkir) yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pemilik

kendaraan. Pemilik kendaraan mendapat kontraprestasi langsung dari pemerintah

yaitu berupa izin menggunakan lahan pakir dan pemerintah daerah mendapat

bayaran langsung atas pemberian izin tersebut.

Konsep Retribusi

Menurut Munawir (1997) retribusi merupakan iuran kepada pemerintah

yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan

disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari

pemerintah, dia tidak akan dikenakan iuran itu.

Lebih lanjut diuraikan pula definisi dan pengertian yang berkaitan dengan

retribusi yaitu dikutip dari Sproule – Jones and White yang mengatakan bahwa

retribusi adalah semua bayaran yang dilakukan bagi perorangan dalam

menggunakan layanan yang mendatangkan keuntungan langsung dari layanan itu.

Page 6: Hasil penelitian terdahulu

Lebih lanjut dikatakan bahwa retribusi lebih tepat dianggap pajak konsumsi dari

pada biaya layanan; bahwa retribusi hanya menutupi biaya operasional saja. Pada

bagian lain Queen (1998: 2) mengatakan bahwa:

“Suatu tanggapan menekankan memperjelas kenyataan bahwa masyarakat memandang retribusi sebagai bagian dari program bukan sebagai pendapatan daerah dan bersedia membayar hanya bila tingkat layanan dirawat dan ditingkatkan.”

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa bagian yang

mudah dalam menyusun retribusi yaitu menghitung dan menetapkan tarif. Bagian

tersulitnya adalah meyakinkan masyarakat (publik) tanpa diluar kesadaran mereka

tarif tetap harus diberlakukan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dilihat sifat-sifat retribusi

menurut Haritz (1995: 84) adalah sebagai berikut:

1. pelaksanaan bersifat ekonomis;

2. ada imbalan langsung kepada pembayar;

3. iurannya memenuhi persyaratan. Persyaratan formal dan material tetapi

tetap ada alternatif untuk membayar;

4. retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya tidak

menonjol;

5. dalam hal-hal tertentu, retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan

tertentu. Tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya yang

telah dibukukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan

masyarakat.

Page 7: Hasil penelitian terdahulu

Retribusi Daerah

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya diketahui bahwa beberapa

atau sebagian besar pemerintah daerah belum mengoptimalkan penerimaan

retribusi karena masih mendapat dana dari pemerintah pusat. Upaya untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah perlu dikaji pengelolaan untuk mengetahui

berapa besar potensi yang riil atau wajar, tingkat keefektifan dan efisiensi.

Peningkatan retibusi yang memiliki potensi yang baik akan meningkatkan pula

pendapatan asli daerah.

Devas, dkk (1989 : 46) mengungkapkan bahwa pemerintah daerah sangat

tergantung dari pemerintah pusat. Dalam garis besarnya penerima daerah

(termasuk pajak yang diserahkan) hanya menutup seperlima dari pengeluaran

pemerintah daerah. Meskipun banyak pula negara lain dengan keadaan yang sama

atau lebih buruk lagi. Memang pemerintah daerah tidak harus berdiri sendiri dari

segi keuangan agar dapat memiliki tingkat otonom yang berarti, yang penting

adalah “wewenang di tepi” artinya memiliki penerimaan daerah sendiri yang

cukup sehingga dapat mengadakan perubahan di sana-sini. Pada tingkat jasa

layanan yang disediakan, untuk itu mungkin sudah memadai jika 20% dari

pengeluaran yang berasal dari sumber-sumber daerah. Hal tersebut diuraikan oleh

Queen (1998 : 12-18) bahwa: “Pertumbuhan lain dalam meningkatnya retribusi

yaitu peran masyarakat (publik) dalam politik. Masyarakat tidak senang terhadap

perubahan hanya akan toleransi terhadap pembayaran retribusi, bukan semata

Page 8: Hasil penelitian terdahulu

sebagai sumber utama pendapatan daerah tetapi hanya dana pendamping”.

Peraturan daerah kota Palembang Nomor 4 tahun 2008

1. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

sementara.

2. Tempat parkir adalah tempat yang ditentukan dan ditetapkan oleh

Walikota sebagai tempat untuk memarkir kendaraan.

3. Tempat parkir umum adalah tempat untuk memarkir kendaraan meliputi

pinggir jalan dan ruang milik jalan, ruang pengawasan jalan dan ruang

pelataran parkir atau lingkungan parkir yang disediakan oleh Pemerintah

Kota dengan tujuan untuk fasilitas umum.

1. Parkir Umum di tepi jalan, di Daerah Milik Jalan dan tempat-tempat

tertentu lainnya, selain dari taman parkir dan gedung parkir khusus :

a. Sepeda ………………………………………………………….Rp 300,-

b. Sepeda Motor ………………………………………………….Rp. 500,-

c. Mobil Penumpang dan sejenisnya; StationWagon, Jeep

Sedan dan Pick Up ………………………………………….....Rp. 1.000,-

d. Bus Kecil, Truk Engkel dan sejenisnya……………….……….Rp. 2.000,-

e. Bus Sedang, Bus Besar, Truk/Tangki, Box dan

sejenisnya……………………………………………………... Rp.3.000,-

f. Truk Gandeng, Tronton/Truk Tiga Sumbu ke atas,

Truk Tempel, Truk Peti Kemas dan sejenisnya……………… Rp. 4.000,-

Page 9: Hasil penelitian terdahulu

2. Penderekan atau pemindahan kendaraan yang melanggar ketentuan parkir

dan larangan berhenti :

a. Sepeda Motor……………………………………………..…Rp. 25.000,-

b. Mobil Penumpang, Bus Kecil, Pick Up, StationWagon,

Truk Engkel, Jeep, Sedan dan sejenisnya …………...………Rp. 100.000,-

c. Truk, Bus Sedang dan Bus Besar dan sejenisnya………...….Rp. 150.000,-

d. Truk Besar (lebih dari 2 sumbu) dan sejenisnya …..………..Rp. 250.000,-

3. Pemasangan dan pembukaan kunci roda (Wheel Lock):

a. Sepeda Motor ………………………………….……………Rp. 25.000,-

b. Mobil Penumpang, Bus Kecil, Pick Up, StationWagon,

Truk Engkel, Sedan dan sejenisnya……………..………….. Rp.100.000,-

c. Truk, Bus Sedang dan Bus Besar dan sejenisnya…..………. Rp.150.000,-

d. Truk Besar (lebih dari 2 sumbu) dan sejenisnya .…………...Rp. 250.000,-

4. Tempat parkir pool bagi kendaraan yang melanggar ketentuan :

a. Sepeda …………………………………………………...Rp. 5.000,-/hari

b. Becak ………………………………...…………………..Rp. 5.000,-/hari

c. Sepeda Motor …………………………………….……...Rp. 10.000,-/hari

d. Mobil Penumpang, Bus Kecil, Pick Up, Station

Wagon, Truk engkel. Sedan dan sejenisnya…………… Rp. 15.000,-/hari

e. Truk, Bus Sedang dan Besar dan sejenisnya …………...Rp. 25.000,-/hari

f. Truk Besar (lebih dari 2 sumbu) dan sejenisnya ...……..Rp. 35.000,-/hari

5. Parkir berlangganan:

a. Sepeda Motor dan kendaraan roda tiga …………..………….Rp. 30.000,-

Page 10: Hasil penelitian terdahulu

b. Mobil Penumpang, Bus Kecil, Pick Up, StationWagon,

Truk Engkel, Jeep, Sedan dan sejenisnya …………..………..Rp. 75.000,-

c. Truk, Bus Sedang dan Bus Besar dan sejenisnya …………..Rp. 100.000,-

d. Truk Besar (lebih dari 2 sumbu) dan sejenisnya …………...Rp. 150.000,-

Dengan banyaknya titik parkir dan besarnya tarif parkir di tepi jalan umum

yang ditetapkan oleh pemerintah kota Palembang, diharapkan retribusi dari objek

ini dapat meningkatkan PAD kota Palembang dan mendorong efektivitas dari

retribusi ini agar dapat terus meningkat.

Tempat-tempat yang dilarang sebagai tempat parkir adalah sebagai berikut :

a. Sekitar tempat penyeberangan pejalan kaki atau tempat penyeberangan

sepeda yang telah ditentukan.

b. Pada jalur khusus pejalan kaki.

c. Pada tikungan tertentu.

d. Di atas jembatan.

e. Pada tempat yang mendekati perlintasan sebidang dan persimpangan.

f. Di muka pintu keluar masuk pekarangan.

g. Pada tempat yang dapat menutupi rambu-rambu atau alat pemberi isyarat

lalu lintas.

h. Berdekatan dengan keran pemadam kebakaran atau sumber air sejenis.

i. Di tempat tertentu di lajur lalu lintas yang dapat mengganggu ketertiban

dan kelancaran lalu lintas.

Sumber-sumber pendapatan asli daerah

Page 11: Hasil penelitian terdahulu

Pendapatan daerah adalah hak dari pemerintah daerah yang diakui sebagai

nilai kekayaan bersih dalam periode tahun yang bersangkutan. PAD bertujuan

memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan

otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah. Adapun sumber-sumber pendapatan

asli daerah meliputi:

a. Hasil pajak daerah

Pajak daerah merupakan pungutan daerah menurut peraturan daerah yang

dipergunakan untuk membiayai urusan rumah tangga daerah sebagai

badan hukum publik. Adapun jenis pajak daerah terdiri dari pajak hotel

dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak

pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C, dan pajak

pemanfaatan air bawah tanah dan permukaan air.

b. Hasil retribusi daerah

Retribusi daerah merupakan pungutan langsung sebagai pembayaran

pemakaian atau karena memperoleh jasa atau pekerjaan atau pelayanan

pemerintahan daerah dan jasa usaha milik daerah bagi yang

berkepentingan atas jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung

maupun tidak langsung. Retribusi daerah terdiri dari tiga golongan, yaitu

retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu.

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan daerah lainnya yang

dipisahkan

Page 12: Hasil penelitian terdahulu

Bagian Badan Usaha Milik Daerah ialah bagian keuntungan atau laba

bersih dari perusahaan daerah atas badan lain yang merupakan badan

usaha milik daerah. Sedangkan perusahaan daerah adalah perusahaan yang

modalnya sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang

dipisahkan.

d. Lain-lain PAD yang sah

Terdiri dari hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, bunga

simpanan giro dan bank serta penerimaan dari denda kontraktor, hasil

penjualan alat berat dan bahan jasa. Namun demikian sumber penerimaan

daerah sangat bergantung pada potensi daerah itu sendiri. Sedangkan lain-

lain pendapatan daerah yang sah seperti sumbangan pihak ketiga dan

sebagainya juga merupakan indikator dalam menilai tingkat kemandirian

pemerintah daerah dibidang keuangan daerah adalah pendapatan asli

daerah, semakin tinggi pendapatan asli daerah dalam APBD merupakan

cerminan keberhasilan kemampuan daerah dalam membiayai

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

Gambaran umum terdiri dari: letak geografis, kondisi penduduk, kondisi ekonomi

serta kondisi transportasi kota Palembang.

Objek dan Subjek Retribusi Parkir

Pada Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 4 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan dan Retribusi Parkir, dinyatakan dengan jelas pada pasal 1 ayat 13

bahwa objek parkir adalah tempat parkir dalam daerah. Hal ini berarti tempat

Page 13: Hasil penelitian terdahulu

parkir dalam daerah sebagai objek retribusi adalah tempat yang ditentukan dan

ditetapkan oleh Walikota sebagai tempat untuk memarkir kendaraan. Tempat

parkir ini terbagi atas tiga jenis, yaitu tempat parkir umum, tempat parkir isidentil,

dan tempat parkir khusus. Pertama, tempat parkir umum adalah tempat untuk

memarkir kendaraan meliputi pinggiran jalan, pelataran parkir atau lingkungan

parkir yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kota Palembang. Berarti objek

parkir umum adalah tempat untuk memarkir kendaraan meliputi pinggir jalan, dan

ruang milik jalan, ruang pengawasan jalan dan ruang pelataran parkir atau

lingkungan parkir yang disediakan oleh Pemerintah Kota dengan tujuan untuk

fasilitas umum. Misalnya Jalan Kolonel Atmo, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan

Sayangan, Jalan Pasar 16 ilir, Jalan Rustam Effendi, dan jalan-jalan yang lainnya.

Kedua, tempat parkir insidentil adalah tempat-tempat parkir kendaraan

yang diselenggarakan secara tidak tetap atau tidak permanen karena adanya suatu

kepentingan atau kegiatan, baik mempergunakan fasilitas umum maupun fasilitas

lainnya. Objek retribusi pada parkir ini meliputi tempat parkir yang

diselenggarakan sementara waktu, tetapi bukan pada tempat-tempat dilarang

parkir yang disediakan oleh Pemerintah atau perorangan.

Ketiga, tempat parkir khusus adalah tempat untuk memarkirkan kendaraan

meliputi pelataran parkir, gedung parkir, dan taman parkir yang disediakan oleh

swasta atau instansi lainnya. Objek retribusi parkir khusus ini adalah tempat-

tempat parkir khusus yang dikuasai atau dimiliki oleh Perorangan atau Badan

Hukum. Adapun subjek retribusi parkir juga sangat jelas tercantum pada

Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 4 tahun 2008 tentang Pengelolaan dan

Retribusi Parkir dinyatakan pada pasal 23 bahwa subjek retribusi adalah orang

Page 14: Hasil penelitian terdahulu

atau badan yang memperoleh pelayanan parkir di tepi jalan umum dan tempat

khusus parker yang disediakan oleh Pemerintah Kota Palembang. Berdasarkan

ketentuan di atas maka subjek retribusi parkir dalam Kota Palembang adalah :

a. Parkir Umum

Masyarakat pemakai jasa parkir umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah

secara langsung setiap harinya.

b. Parkir Khusus

Pengusaha atau Badan Hukum yang mempunyai areal atau halaman parker

yang dijadikan tempat parkir untuk kepentingan perbelanjaan atau tempat lain

yang dimilikinya.

c. Parkir Isidentil

Masyarakat pemakai jasa parkir dalam areal parkir yang diadakan atau

diselenggarakan oleh perorangan atau Badan Usaha, Pemerintah pada waktu

tertentu.

Lokasi Parkir Umum

Seluruh areal parkir umum di Kota Palembang dibagi menjadi 9 areal

parkir, lokasi parkir umum biasanya menggunakan pinggiran jalan/bahu jalan

ataupun pelataran. Adapun 9 areal parkir tersebut adalah sebagai berikut :

1. Areal I yang terdapat pada jalan-jalan dibawah ini antara lain:

Jl. Letkol Iskandar (4 lokasi parkir)

Jl. Sudirman (4 Lokasi Parkir)

Jl. Sekip Bendung (5 lokasi parkir)

Page 15: Hasil penelitian terdahulu

Jl. Basuki Rahmat (14 lokasi parkir)

Jl. KM 5 (7 lokasi parkir)

2. Areal II yang terdapat pada jalan-jalan dibawah ini antara lain :

Jl. Brigjen Dhani Effendi (4 lokasi parkir)

Jl. Kertapati (2 lokasi parkir)

Jl. A.Yani (1 lokasi parkir)

Jl. Jenderal Sudirman (17 lokasi parkir)

Jl. Basuki Rahmat (1 lokasi parkir)

Jl. Letkol Iskandar (4 lokasi parkir)

Jl. Plaju (5 lokasi parkir)

3. Areal III yang terdiri dari 22 lokasi parkir yang berada pada Jalan Sudirman

dan 2 lokasi parkir yang berada pada Jalan Sekip Pangkal.

4. Areal IV yang terdapat pada jalan-jalan dibawah ini antara lain :

Jl. Kolonel Atmo (23 lokasi parkir pada posisi kanan dan kiri)

Jl. Beringin Janggut (6 lokasi parkir)

Jl. Rustam Effendi (4 lokasi parkir)

Jl. KS Tubun (3 lokasi parkir)

5. Areal V yang terdapat pada jalan-jalan dibawah ini antara lain :

Page 16: Hasil penelitian terdahulu

Jl. Pasar 16 Ilir (17 lokasi parkir)

Jl. Sayangan (13 lokasi parkir)

Jl. Kebumen (7 lokasi parkir)

Jl. Tengkuruk Permai (4 lokasi parkir)

6. Areal 6 yang terdapat pada jalan-jalan dibawah ini antara lain :

Jl. AKBP Cek Agus (4 lokasi parkir)

Jl. Siaran (3 lokasi parkir)

Jl. M.Negara (8 lokasi parkir)

Jl. R. Sukamto (4 lokasi parkir)

Jl. Yos Sudarso (7 lokasi parkir)

Jl. RE. Martadinata (3 lokasi parkir)

7. Areal VII yang terdapat pada jalan-jalan dibawah ini antara lain:

Jl. Veteran (6 lokasi parkir)

Jl. Sudirman (16 lokasi parkir)

Jl. Lingkaran (2 lokasi parkir)

Jl. Atmo (3 lokasi parkir)

Jl. Letkol Iskandar (3 lokasi parkir)

Jl. Kol Atmo (4 lokasi parkir)

Page 17: Hasil penelitian terdahulu

Jl. Dempo (2 lokasi parkir)

Jl. Sumpah Pemuda (1 lokasi parkir)

Jl. Rajawali (2 lokasi parkir)

Jl. Simpang Bangau (2 lokasi parkir)

Jl. Segaran (1 lokasi parkir)

8. Areal VIII yang terdapat pada jalan-jalan dibawah ini antara lain :

Jl. Kapt. A Rivai (6 lokasi parkir)

Jl. Parameswara (2 lokasi parkir)

Jl. Srijaya negara (3 lokasi parkir)

Jl. Sekanak (1 lokasi parkir)

Jl. Rambutan (1 lokasi parkir)

Jl. Radial (2 lokasi parkir)

Jl. Temon (1 lokasi parkir)

Jl. 26 Ilir (4 lokasi parkir)

Jl. Merdeka (1 lokasi parkir)

Jl. Cinde Welang (3 lokasi parkir)

Jl. Maraton (3 lokasi parkir)

Jl. Demang Lebar Daun (2 lokasi parkir)

Page 18: Hasil penelitian terdahulu

Jl. Anwar Sastro (3 lokasi parkir)

Jl. Nyoman Ratu (1 lokasi parkir)

Jl. Ade Irma Suryani (1 lokasi parkir)

Jl. Tendean (1 lokasi parkir)

9. Areal IX yang terdapat pada jalan-jalan dibawah ini antara lain :

Jl. Dempo (6 lokasi parkir)

Jl. Kolonel Iskandar (2 lokasi parkir)

Jl. Lingkaran (7 lokasi parkir)

Jl. Veteran (18 lokasi parkir)

Jl. Lapangan Hatta (2 lokasi parkir)

Jl. Dr. M. Isa (1 lokasi parkir)

Jl. Slamet Riyadi (5 lokasi parkir)

A. Kondisi fisik wilayah

Kota Palembang sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Selatan, terletak

antara dua sisi Sungai Musi yang membelah Kota menjadi dua bagian yaitu

seberang ilir dengan luas 303,33 km2 (75, 72%) dan Seberang Ulu dengan luas 97,

28 km2 (75, 72%).

Page 19: Hasil penelitian terdahulu

Palembang merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia dan

secara geografis terletak antara 104° 37’ sampai 104°52’ Bujur Timur dengan 2°

52’ sampai 3° 5’ Lintang Selatan.

Dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Luas wilayah

Kota Palembang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1988

adalah sebesar 400, 61 km2 (± 0,37% dari wilayah Provinsi Sumatera Selatan),

yang secara administrasi terbagi atas 16 kecamatan dan 107 kelurahan.

Kota Palembang terbagi menjadi 2 bagian yang terdiri dari wilayah

seberang Ilir dan wilayah seberang Ulu. Kota Palembang merupakan ibukota

Provinsi Sumetera Selatan dengan batas wilayah yaitu:

1. Sebelah Utara: Desa Pangkalan

Banteng, Desa Gasing dan Desa Kenten Kecamatan Talang Kelapa,

Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Banyuasin

2. Sebelah Timur: Balai Makmur

Kecamatan Banyuasin I Daerah Tingkat II Kabupaten Banyuasin.

3. Sebelah Barat: Desa Sukajadi

Kecamatan Talang Kelapa daerah Tingkat II Kabupaten Banyuasin.

4. Sebelah Selatan: Desa Bakung,

Kecamatan Indralaya Kabupaten Daerah Tingkat II Ogan Ilir dan Kecamatan

Gelumbang Daerah TK II Kota Prabumulih.

Page 20: Hasil penelitian terdahulu

B. Kondisi eksisting titik parkir

Pembagian zona pada titik parkir yang telah dilakukan UPTD Parkir pada

saat ini dengan 9 (sembilan) orang kolektor yang ada agar lebih mudah membagi

tugas pemungutan retribusi pada saat ini sesuai dengan data yang telah diberikan

dari UPTD parkir.

Di samping itu, pembagian zona sesuai wilayah yang saling cukup

berdekatan sesuai pembagian lahan atau jumlah titik parkir nama zona dan jumlah

titik parkir dilihat pada tabel 2-1.

Tabel 2.1 Nama Zona dan Kolektor

No Nama Zona Nama Kolektor Jumlah Titik

Parkir

Jumlah Juru

Parkir

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Zona I

Zona II

Zona III

Zona IV

Zona V

Zona VI

Zona VII

Zona VIII

Zona IX

Edi Saleh

Daniel

Iwan

Raymond

Damhar

David

Heri Widiono

Ferdy

Dedy

36

39

26

38

46

36

45

33

45

37

39

28

45

54

46

49

35

52

JUMLAH 344 385

(Sumber: UPTD Parkir Kota Palembang)

Page 21: Hasil penelitian terdahulu

Hasil Pengumpulan Data

Untuk memudahkan dalam mengetahui dan mengevaluasi hasil survey,

maka data-data tersebut dibagi dalam tabel untuk setiap nama jalan dan titik parkir

(untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel).

Dari hasil survey tersebut dapat diinformasikan sebagai berikut:

1. Kondisi Inventarisasi sebelum (Eksisting) titik parkir:

a. Jumlah zona wilayah kerja = 9 zona

b. Jumlah kolektor = 9 orang

c. Jumlah juru parkir / pembantu juru parkir = 344 orang

d. Jumlah titik parkir = 385 titik

2. Kondisi setelah survey Inventarisasi titik parkir:

a. Jumlah kolektor = 9 orang

b. Jumlah ruas jalan yang memiliki titik parkir = 53 jalan

c. Jumlah juru parkir / pembantu juru parkir = 710 orang

d. Jumlah titik parkir = 494 titik

Rekapitulasi data perbandingan antara data eksisting dengan data survey

inventarisasi titik parkir kota Palembang

No Data Parkir Jumlah Titik Parkir Jumlah Juru Parkir

Page 22: Hasil penelitian terdahulu

1 Data Hasil Survey 494 710

2 Data Eksisting 344 385

Selisih 150 325

Selisih Angka

Untuk mengetahui Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang

khususnya pendapatan dari Retribusi Parkir, maka diperlukan data pendapatan

perhari dari retribusi iru sendiri secara akurat sesuai dengan laporan para kolektor

sehari-hari, untuk sistem setoran ada 6 jenis misalnya perhari (harian) Jum’at,

Sabtu, Minggu / hari libur, mingguan dan bulanan. Untuk bahan perbandingan

selisih angka kita fokuskan ke laporan harian. Untuk data mingguan dan bulanan

UPTD Parkir dan untuk harian sesuai data yang ada.

Tabel Rekapitulasi data jumlah pendapatan eksisting perhari inventarisasi titik

parkir kota Palembang

No Nama Zona Nilai Setoran (Target) (Rp)

per bulan

1

2

3

4

5

6

Zona I

Zona II

Zona III

Zona IV

Zona V

Zona VI

28.054.000,-

22.916.000,-

15.972.000,-

39.242.000,-

39.992.000,-

18.469.000,-

Page 23: Hasil penelitian terdahulu

7

8

9

Zona VII

Zona VIII

Zona IX

16.540.000,-

11.268.000,-

22.972.000,-

Jumlah (Total) 215.394.000,-

Tabel Rekapitulasi data jumlah pendapatan hasil survey inventarisasi titik parkir

kota palembang

No Nama Zona Nilai Setoran (Target) (Rp) per

bulan

1 Hasil Pendapatan total titik

parkir

348.044.800,-

Jumlah (Total) 348.044.800,-

Dari kedua perbandingan tabel diatas maka diperlukan selisih nominal rupiah

yang seharusnya didapat dan disetorkan ke kas daerah dari retribusi parkir yang

merupakan salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang. Untuk

lebih jelas dapat dilihat dalam tabel:

TABEL. Rekapitulasi data perbandingan jumlah pendapatan eksisting dengan

jumlah pendapatan hasil survey inventarisasi titik parkir Kota Palembang

No Jenis Laporan Target Nilai (Rp) Target Nilai (Rp) 1

Page 24: Hasil penelitian terdahulu

perbulan (satu) tahun (12) bulan

1 Jumlah pendapatan /

setoran perbulan eksisting

215.394.000,- 2.584.728.000,-

2 Jumlah pendapatan /

setoran perbulan setelah

survey

348.044.800,- 4.176.537.600,-

3 Selisih pendapatan setelah

survey

132.650.800,- 1.591.809.600,-

Berdasarkan data hasil survey diatas maka apabila dilakukan pengelolaan secara

lebih baik lagi, maka penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya dari

sektor perparkiran akan meningkat menjadi Rp. 132.650.800,- per bulan atau Rp.

1.591.809.000,- per tahun atau meningkat 62%.