HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN PENEMUANdigilib.uinsby.ac.id/877/7/Bab 4.pdfDalam mata pelajaran...

26
78 BAB IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN PENEMUAN A. Hasil Penelitian 1. Desain pembelajaran strategi CTL (contextual teaching and leraning) MTsN Rungkut Surabaya dalam kurikulum pendidikannya menggunakan strategi CTL dalam pembelajarannya. Dalam hal ini peserta didik diharapkan mampu mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata mereka. Hal ini dapat disimak dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-gurunya. Lebih jelasnya seperti diungkapkan oleh H. Choirur Roziqin S Ag. MPd Kepala Madrasah berikut: Dalam proses belajar mengajar memberikan materi pelajaran yang mudah diterima dan lebih bermakna bagi peserta didik untuk masa depannya adalah salah satu tugas guru yang utama. Untuk itu mempelajari materi pelajaran seuai dengan konteks yang ada akan memudahkan peserta didik dalam memahami pelajaran. 54 Hal senada juga diungkapkan oleh H. Ahmad Farhan wakil kepala madrasah urusan kurikulum sebagai berikut: Sejarah Kebudayaan Islam adalah pelajaran yang membahas tentang suatu sejarah atau kejadian yang telah lalu, dimana kejadian itu tidak disaksikan atau dimengerti oleh peserta didik. Untuk itu dalam pembelajarannya diperlukan penjelasan yang sesuai dengan konteks sekarang tanpa menghilangkan nilai sejarah itu sendiri. Dalam hal ini penerapan strategi CTL dalam pembelajaran sangat membantu dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran 54 Wawancara dengan Choirur Roziqin, Kepala Madrasah MTsN Rungkut, 2014.

Transcript of HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN PENEMUANdigilib.uinsby.ac.id/877/7/Bab 4.pdfDalam mata pelajaran...

78

BAB IV

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN PENEMUAN

A. Hasil Penelitian

1. Desain pembelajaran strategi CTL (contextual teaching and leraning)

MTsN Rungkut Surabaya dalam kurikulum pendidikannya

menggunakan strategi CTL dalam pembelajarannya. Dalam hal ini

peserta didik diharapkan mampu mengaitkan materi pelajaran dengan

dunia nyata mereka. Hal ini dapat disimak dalam proses pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru-gurunya.

Lebih jelasnya seperti diungkapkan oleh H. Choirur

Roziqin S Ag. MPd Kepala Madrasah berikut:

Dalam proses belajar mengajar memberikan materi pelajaran yang mudah diterima dan lebih bermakna bagi peserta didik untuk masa depannya adalah salah satu tugas guru yang utama. Untuk itu mempelajari materi pelajaran seuai dengan konteks yang ada akan memudahkan peserta didik dalam memahami pelajaran.54 Hal senada juga diungkapkan oleh H. Ahmad Farhan wakil

kepala madrasah urusan kurikulum sebagai berikut:

Sejarah Kebudayaan Islam adalah pelajaran yang membahas tentang suatu sejarah atau kejadian yang telah lalu, dimana kejadian itu tidak disaksikan atau dimengerti oleh peserta didik. Untuk itu dalam pembelajarannya diperlukan penjelasan yang sesuai dengan konteks sekarang tanpa menghilangkan nilai sejarah itu sendiri. Dalam hal ini penerapan strategi CTL dalam pembelajaran sangat membantu dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran

54 Wawancara dengan Choirur Roziqin, Kepala Madrasah MTsN Rungkut, 2014.

79

akan lebih bermakna dan mudah dipahami serta menjadi suri tauladan bagi peserta didik.55 Dari ungkapan Kepala Madrasah Waka kurikulum MTsN

Rungkut Surabaya, ternyata telah menerapkan CTL dalam

pembelajarannya.

Sehubungan dengan upaya menunjang keberhasilan strategi

CTL dalam pembelajaran, maka sarana dan prasarana bukanlah hal

yang menentukan dalam keberhasilannya akan tetapi yang sangat

menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah kesiapan

mental dari pendidik, peserta didik serta lingkungan tempat proses

pembelajaran berlangsung.

Sebagaiman yang dijelaskan oleh Suhartono S.Ag yang

memberikan tanggapan sebagai berikut:

Untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran CTL, maka guru wajib membuat panduan dalam pembelajaran berupa perangkat mengajar seperti RPP, SILABUS serta di haruskan membekali diri dengan membaca dan memahami buku-buku yang menjelaskan tentang pembelajaran kontekstual. Disamping itu guru-guru juga diikutkan keberbagai kegiatan diklat pembelajaran dan semacamnya. Selanjutnya hasil dari Diklat bisa dibagikan ke guru yang lain untuk kemajuan proses pembelajaran.56 (RPP terlampir) Dari berbagai hasil wawancara tersebut, ternyata upaya

untuk menunjang penerapan CTL di MTsN Rungkut Surabaya

dilakukan dengan cara sebagai berikut: para guru dianjurkan untuk

memperbanyak membaca dan mengembangkan berbagai pengetahuan 55 Wawancara dengan Ahmad Farhan, Wakil Kepala Kurikulum MTsN Rungkut, 2014. 56 Wawancara dengan Suhartono, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014.

80

tentang CTL melalui kajian mendalam tentang buku-buku CTL yang

relevan. Selanjutnya para guru juga diharuskan mengikuti berbagai

kegiatan diklat pembelajaran dan membagi ilmunya kepada para guru

yang lain agar hasil pembelajaran semakin baik dan merata.

Contextual Teaching and Learning adalah suatu konsep

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta

didik secara penuh/utuh agar dapat menemukan materi yang dipelajari

serta menghubungkan dan menerapkannya dalam kehidupan nyata

mereka. CTL dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran dan dapat

diterapkan dalam berbagai lingkungan sekolah/kelas. Penerapannya

disesuaikan dengan karakter dan tujuan yang ingin dicapai oleh

masing-masing mata pelajaran.

Dalam mata pelajaran SKI, penerapan CTL disesuaikan

dengan karakter dan tujuan yang akan dicapai oleh mata pelajaran

SKI, yaitu untuk menelaah dan meneladani asal-usul, perkembangan,

peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi

dalam sejarah Islam di masa lampau yang bertujuan untuk memotivasi

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah

kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat

digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan

kepribadian peserta didik.

81

Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa CTL dalam

pembelajaran SKI telah dilaksanakan di MTsN Rungkut Surabaya.

Pelaksanaannya CTL disesuaikan dengan menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Memulai kegiatan belajar mengajar

Dalam memulai kegiatan belajar mengajar MTsN Rungkut

selalu memulai dengan kegiatan membaca do’a awal pelajaran

yang diteruskan dengan pembacaan juz Amma yang dipandu dari

kantor pusat. Sedangkan guru jam pertama mendampingi peserta

didik di kelas masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh Bapak

Suhartono S.Ag guru SKI, sebagai berikut:

Mengajar adalah tugas mulia, karena itu memulai kegiatan belajar mengajar dengan do’a dan dilanjutkan dengan membaca juz Amma, diharapkan agar peserta didik terbiasa memulai aktifitas dengan berdo’a dan menjadikan kebiasaan yang baik untuk kedepannya.57 Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Faridah S.Ag guru

SKI berikut ini:

Dengan mengkondisikan peserta didik membaca do’a bersama peserta didik akan lebih mendekatkan diri kepada Allah dan akan bersungguh- sungguh dalam belajar mengharap ridho Allah dimudahkan dalam belajarnya serta akan memiliki rasa tanggung jawab dan kebersamaan untuk memulai kegiatan di sekolah.58

57 Wawancara dengan Suhartono, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014. 58 Wawancara dengan Faridah, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014.

82

Mendampingi peserta didik dalam memulai kegiatan belajar

mengajar di MTsN Rungkut dilakukan oleh guru yang mempunyai

jam pelajaran pertama pada tiap harinya. Hal ini dilakukan dengan

tujuan bahwa semua guru ikut merasakan kebersamaan dalam

pembelajaran dan memberikan contoh/suri tauladan yang kongkrit

pada peserta didik, yang tidak harus dilakukan oleh guru PAI saja.

b. Metode yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar

Penggunaan metode pembelajaran pada mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam adalah ceramah, Tanya jawab,

penugasan, demonstrasi dan belajar kelompok

c. Penataan ruang belajar

Sehubungan dengan penataan kelas/ruang belajar di MTsN

Rungkut Surabaya, khususnya dalam pembelajaran SKI, semua

informan (3 orang guru SKI) mengatakan bisa memaksimalkan

ruangan yang sudah permanen dengan merubah sesuai yang

diinginkan untuk belajar kelompok atau drama.

d. Media pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran SKI di MTsN Rungkut

Surabaya dapat disimak dari wawancara dengan Bapak Suhartono

S.Ag. sebagai berikut:

Dalam proses pembelajaran di kelas diupayakan untuk selalu memakai media yang relevan dengan materi yang sedang diajarkan, berhubung fasilitas media pembelajaran yang menunjang masih terbatas seperti OHP dan LCD belum secara maksimal dipakai, maka terpaksa memakai

83

fasilitas yang telah ada di sekolah. Dalam materi Dinasti Ayyubiyah misalnya, media yang digunakan adalah peta konsep dan peta wilayah Mesir dan sekitarnya. Disamping itu alat-alat yang lain yang digunakan harus dibawa sendiri oleh peserta didik untuk digunakan dalam praktek baik di dalam kelas atau di luar kelas.59 Selanjutnya Ibu Faridah S.Ag mengungkapkan sebagai

berikut: Sehubungan dengan penggunaan media pembelajaran bisa

menyesuaikan, dengan terbatasnya ketersediaan fasilitas yang dimiliki sekolah dalam menunjang kelancaran proses pembelajaran, misalnya pembuatan peta konsep yang terbuat dari kertas karton ataupun melalui papan tulis.60

Dari keterangan informan tersebut diketahui bahwa media

yang digunakan dalam pembelajaran SKI di MTsN Rungkut

Surabaya sudah ada berupa OHP dan LCD walaupun belum

maksimal dan ditunjang dengan kreatifitas guru menyiapkan peta

konsep berupa kertas karton atupun banner yang digunakan untuk

menjelaskan peta wilayah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah, peta

penyebaran Islam di Jawa. (peta terlampir)

e. Evaluasi hasil pembelajaran

Sehubungan dengan evaluasi hasil pembelajaran SKI di

MTsN Rungkut Surabaya, H Ahmad Farhan. menjelaskan sebagai

berikut:

Mengenai evaluasi belajar telah diterapkan beberapa bentuk penilaian berdasarkan hasil ualngan harian yang dilakukan pada akhir pembahasan per standar kompetensi, ujian

59 Wawancara dengan Suhartono, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014. 60 Wawancara dengan Faridah, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014.

84

tengah semester dan ujian akhir semester. Selain itu ada pula penilaian berbasis portofolio. Kedua bentuk penilaian ini masing-masing memiliki kekurangan dan kelabihan, misalnya penilaian berdasarkan hasil akhir semester tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengumpulkannya dan tidak rumit, sedangkan kekurangannya tidak dapat menggambarkan kepribadian peserta didik karena hanya melihat hasil pekerjaannya waktu ujian. Adapun penilaian portofolio, dapat menunjukkan seluruh kepribadian peserta didik, tetapi proses pengumpulannya membutuhkan waktu yang lebih lama dan sulit untuk menentukan yang terbaik.61 Adapun penilaian hasil pembelajaran SKI dapat disimak

dari wawancara dengan Bapak Suhartono berikut ini:

Penilaian mata pelajaran SKI terhadap peserta didik bukan saja berasal dari penilaian hasil akhir (kognitifnya) tetapi juga aspek afektif dan psikomotoriknya. Kedua aspek penilaian ini dilakukan secara terintegrasi dan terakumulasi dengan aspek kognitif dalam bentuk nilai akhir di buku laporan pendidikan. Pernah juga dilakukan penilaian portofolio, yaitu bentuk penilaian yang didalamnya bukan saja kemampuan menghafal dan menjawab serta mempraktekkan suatu materi pada kegiatan praktek, tetapi sikap dan tingkah laku mereka baik di sekolah maupun di lingkungan mereka berada yang diakumulasi dalam bentuk laporan/kumpulan hasil kerja peserta didik tas tugas-tugas yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung.62 Senada dengan itu Ibu Faridah menambahkan bahwa: Penilaian mata pelajaran SKI selain dari tugas harian dan lembar kerja sekolah (LKS), penilaian juga diambilkan dari tugas kelompok membuat drama yang berisi tentang materi yang telah mereka terima. Disini peserta didik bisa menggambarkan situasi dan kondisi materi yang telah mereka dapatkan untuk diwujudkan melalui drama.

61 Wawancara dengan Ahmad Farhan, Wakil Kepala Kurikulum MTsN Rungkut, 2014 62 Wawancara dengan Suhartono, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014.

85

Penugasan kelompok ini lebih mengena bagi peserta didik untuk mengapresiasikan ilmu yang telah mereka peroleh.63 Dari wawancara di atas, tugas penilaian tugas kelompok

dengan membuat drama dipandang sebagai cara yang efektif untuk

memudahkan peserta didik dalam menggambarkan konteks yang ada

dengan pemahamannya dengan konteks sekarang. (Video drama

terlampir).

2. Pelaksanaan strategi CTL (contextual teaching and leraning)

Pelaksanaan strategi CTL dalam kegiatan pembelajaran

yang diterapkan di suatu tempat/sekolah yang sarana dan prasarananya

kurang memadai dan fasilitas pembelajarannya, tentu mengalami

berbagai hambatan dan tantangan. Namun tidak ada suatu hambatan

yang tidak ada jalan keluarnya. Demikian pula penerapan CTL dalam

pembelajaran SKI di MTsN Rungkut Surabaya mengalami berbagai

hambatan. Berbagai hambatan guru SKI dalam menerapkan CTL di

MTsN Rungkut Surabaya adalah sebagaimana diungkapkan oleh

Bapak Suhartono S.Ag. berikut ini:

Dalam menerapkan CTL secara sempurna serta sesuai dengan aturan yang sebenarnya, telah banyak mengalami hambatan antara lain: terbatasnya sarana dan prasaran berupa kurangnya buku-buku pegangan peserta didik, sehingga waktu tersita untuk mencatat dan menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik, disamping itu kurangnya minat baca dan pengetahuan peserta didik merupakan kendala untuk mengajak mereka berdiskusi dan

63 Wawancara dengan Faridah, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014.

86

Tanya jawab. Juga banyaknya peserta didik dalam satu kelas, demikian pula kurangnya alokasi waktu sehingga tidak ada waktu untuk menyelesaikan tugas kelompok.64 Sehubungan dengan itu Ibu Faridah S.Pdi mengungkapkan

sebagai berikut:

Banyak hambatan yang kami dapatkan dalam prose pembelajaran, apalagi setelah menerapkan CTL, dimana peserta didik harus dapat menyerap materi yang diajarkan dan mampu melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun hambatan-hambatan penerapan CTL antara lain: kurangnya buku-buku sumber belajar yang menjadi pegangan serta kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Disamping itu kurangnya alokasi waktu yang disediakan bagi pelajaran SKI serta tidak lengkapnya fasilitas penunjang kelancaran proses pembelajaran, dan juga terlalu banyaknya peserta didik dalam satu rombongan belajar dalam satu kelas sehingga kurang efektif dan efisien.65 Selanjutnya Ibu Ummariyah S.Ag mengungkapkan pula

bahwa penerapan CTL dalam pembelajaran SKI di kelas mengalami

berbagai hambatan. Lebih jelasnya dia mengatakan:

Dalam penerapan CTL di kelas, secara pribadi belum memahami betul tentang makna, konsep dan cara menerapkan CTL dalam pembelajaran, karena referensi untuk itu kurang. Juga terbatasnya sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran SKI seperti bahan bacaan buku-buku serta kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan karena rendahnya minat untuk belajar.66

64 Wawancara dengan Suhartono, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014. 65 Wawancara dengan Faridah, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014. 66 Wawancara dengan Ummariyah, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014.

87

Dari wawancara tersebut diketahui bahwa upaya penerapan

CTL dalam pembelajaran SKI di MTsN Rungkut Surabaya mengalami

banyak hambatan. Adapun hambatan yang dihadapi oleh guru SKI

dalam menerapkan CTL dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Minimnya kesadaran guru, khususnya guru SKI di MTsN

Rungkut Surabaya, untuk menggali,mendalami dan memahami

konsep serta cara-cara menerapkan CTL dalam proses

pembelajarannya di kelas.

2. Kurangnya sarana dan prasarana berupa buku-buku modul atau

buku-buku pegangan peserta didik maupun buku-buku sumber

bacaan lain yang menjadi referensi atau rujukan penunjang

proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran akan lebih efektif dan

mempercepat pemahaman apabila yang akan disampaikan oleh

guru sudah dimiliki oleh peserta didik. Adanya sarana

prasarana berupa OHP/LCD yang belum terpasang di tiap kelas

dan harus bongkar pasang setiap akan memakainya akan

mengurangi waktu pembelajaran.

3. Kurangnya kesadaran peserta didik terhadap pentingnya

manfaat materi yang diajarkan, menyebabkan mereka belajar

kurang serius dan hanya belajar untuk mendapatkan nilai

semata.

88

4. Alokasi waktu yang sedikit sehingga kurang untuk melakukan

kegiatan yang memerlukan penataan ruang untuk kerjasama.

5. Banyaknya peserta didik dalam satu rombongan belajar,

sehingga proses belajar mengajar kurang efektif dan efisien.

Penerapan CTL dalam pembelajaran SKI di MTsN

Rungkut Surabaya mengalami berbagai hambatan. Berbagai upaya

telah dilakukan untuk meminimalisir dampak dari hambatan-hambatan

tersebut bagi peserta didik. Upaya mengatasi hambatan dalam proses

pembelajaran SKI di MTsN Rungkut Surabaya, dilakukan dengan

berbagai cara, antara lain sebagaimana diungkapkan oleh Suhartono

S.Ag berikut ini:

Untuk mengatasi berbagai hambatan dalam proses pembelajaran, langkah-langkah yang dilakukan antara lain: untuk buku-buku sudah mengadakan buku yang menunjang tentang Sejarah Kebudayaan Islam dan buku-buku lain yang relevan. Dengan adanya kemajuan zaman maka adanya internet untuk mengakses semua pengetahuan telah memudahkan peserta didik dan juga guru yang bersangkutan.67 Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Ibu

Faridah S.Pdi sebagai berikut:

Dalam rangka meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran terutama SKI, dianjurkan kepada guru SKI untuk lebih banyak membuat peta konsep yang lebih fokus dalam satu materi. Karena dengan itu peserta didik akan lebih sedikit waktunya untuk menulis di papan

67 Wawancara dengan Suhartono, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014.

89

tulis dan lebih banyak mencari informasi itu dari guru dan internet.68 Selaku penanggung jawab tercapainya tujuan pembelajaran

SKI, guru SKI harus mampu melakukan upaya mengatasi hambatan

dalam menerapkan CTL dalam pembelajaran SKI baik di kelas

maupun di luar kelas. Upaya-upaya guru SKI dalam mengatasi

hambatan telah dilakukan dengan berbagai cara, seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Faridah S.Ag berikut:

Dalam rangka meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi materi pelajaran yang diajarkan, adalah selalu memberikan dorongan/nasehat berupa manfaat dan pentingnya materi yang diajarkan. Selanjutnya karena keterbatasan alokasi waktu maka diberikan tugas-tugas tambahan kepada peserta didik, baik materi yang telah diajarkan maupun yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya untuk mencari dan menemukan jawabannya di perpustakaan atau dirumah, baik secara perorangan atau kelompok yang dikoordinir oleh salah seorang diantara mereka sebagai ketua.69 Selanjutnya Suhartono S.Ag mengungkapkan sebagai

berikut:

Alokasi waktu tatap muka pelajaran SKI di kelas yang terbatas materi pelajaran yang padat dan sangat penting dipahami dan dilaksanakan oleh peserta didik sebagai modal hidupnya yang tidak tuntas diberikan dalam kelas maka salah satu jalan yang ditempuh guru SKI adalah dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari dan menemukan jawaban dari materi yang telah diberikan baik secara individu atau kelompok melalui internet, perpustakaan atau media yang lain. Penemuan

68 Wawancara dengan Faridah, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014. 69 Wawancara dengan Faridah, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014.

90

peserta didik atas jawaban yang didapatkan di luar kelas akan dipertanggung jawabkan didepan kelas secara individu atau kelompok. Tugas Drama dipandang guru Ski sebagai penugasan yang lebih mengena untuk peserta didik karena dalam drama peserta didik dituntuk untuk menggambarkan kondisi, situasi dan karakter dari para tokoh yang mereka perankan. Peserta didik lebih cepat memahami dan menggambarkan tokoh dan keteladanan dari para tokoh yang mereka perankan menurut konteks peserta didik. Peserta didik lebih mudah dalam menerima pelajaran SKI melalui peta konsep yang telah disiapkan oleh guru SKI. Dengan catatan yang sedikit tetapi bisa menggambarkan materi yang diajarkan secara keseluruhan.70 Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa para guru

SKI di MTsN Rungkut Surabaya telah melakukan berbagai upaya

dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam menerapkan CTL.

Adapun upaya-upaya telah dilakukan oleh Kepala Madrasah beserta

guru-guru dan terkhusus guru SKI dalam proses pembelajarannya

dikelas dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Untuk mengatasi alokasi waktu yang sempit maka salah satu

metode yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah metode

penugasan dengan mencari dan menemukan jawaban permasalahan

pada materi yang telah diajarkan dan yang akan diajarkan pada

pertemuan berikutnya.

b. Menasehati dan memberikan pengertian kepada peserta didik akan

pentingnya manfaat materi pelajaran yang dipelajarinya sebagai

bekal hidup di masa depannya.

70 Wawancara dengan Suhartono, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014.

91

c. Berupaya untuk meningkatkan kualitas pemahaman terhadap

konsep CTL dengan memperbanyak literatur dan referensi yang

relevan dengan CTL.

d. Memanfaatkan mushollah/masjid sebagai kegiatan diluar kelas,

agar peserta didik tidak bosan berada di dalam ruang kelas.

Untuk menghasilkan data yang valid, peneliti mengadakan

observasi dengan cara ikut berpartisipasi aktif secara langsung

menyaksikan aktifitas pembelajaran di kelas serta memperhatikan

berbagai gejala sosial dan psikologis yang muncul setelah guru

menerapkan CTL dalam proses pembelajaran SKI.

Selanjutnya peneliti melakukan penelitian terhadap

berbagai dokumen yang berhubungan dengan data-data yang

dihubungkan, baik dokumen dan arsip-arsip dari sekolah maupun

berbagai catatan yang diperoleh sendiri oleh peneliti melalui

instrument-instrumen yang digunakan dalam penelitian seperti

perekam suara,foto dan lain-lain. Dokemen utama yang

berhubungan materi penelitian adalah RPP (rencana pelaksanaan

pembelajaran) guru SKI sebagai pedoman dan pegangan dalam

melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. (RPP terlampir)

92

3. Hasil/Output penggunaan strategi CTL (contextual teaching and

leraning)

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,bahwa pelaksanaan CTL di

MTsN Rungkut Surabaya telah dilaksanakan dengan baik, walaupun masih

memerlukan perbaikan secara terus menerus. Untuk hasil dari penggunaan

strategi CTL di MTsn Rungkut, menurut Bapak Suhartono adalah:

Suatu proses pembelajaran dikatakan tuntas apabila tujuan pembelajaran telah dilaksanakan dengan baik hal itu terbukti dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik baik berupa nilai raport atau prestasi ataupun perubahan pemahaman tentang suatu materi. Proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan menjadikan peserta didik sebagai obyek akan menjadikan mereka bosan dalam pembelajarannya. Tetapi dengan diterapkannya CTL peserta didik akan berusaha untuk aktif mencari dan menemukan jawaban yang diinginkannya sehingga pembelajaran akan lebih kreatif, inovatif dan konstruktif.71 Senada dengan itu Ibu Faridah juga menjelaskan bahwa: Menempatkan peserta didik sebagai subyek dan mengkondisikan pembelajaran yang menyenangkan akan lebih mudah diterima dan diingat dan lebih bermakna bagi peserta didik. Dan itu akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar.72 Dari hasil wawancara dengan nara sumber di atas dijelaskan bahwa

dengan dilaksanakannya CTL dalam pembelajaran SKI sangat baik untuk

mendukung kemajuan proses belajar pembelajaran. Hal itu bisa dilihat dari

meningkatnya prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik. Pemahaman

dan keingintahuan peserta didik dalam mencari dan menemukan jawaban

dari materi pembelajaran akan lebih bermakna untuk kehidupannya.

71 Wawancara dengan Suhartono, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014 72 Wawancara dengan Faridah, Guru SKI MTsN Rungkut, 2014

93

Dari nilai raport yang ada menunjukkan peningkatan prestasi

berupa kenaikan angka penilaian pelajaran SKI dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) SKI yaitu 75. Peningkatan nilai raport sangat signifikan

dilihat dari per semesternya. Bila dianalisis dari data itu pelajaran SKI

yang sekilas sangat membosankan dan tidak penting bagi peserta didik,

ternyata bagi peserta didik sangat menyenangkan bahkan peserta didik

cenderung ingin tahu lebih dalam tentang Sejarah Kebudayaan Islam.

Pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi peserta didik

tercapai dengan diterapkannya strategi CTL (contextual teaching and

leraning). Peserta didik lebih memahami dan mengerti tentang

pembelajaran SKI yang dibuktikan dengan meningkatnya nilai pelajaran

SKI dalam raport peserta didik. Tidak ada nilai raport peserta didik yang

dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SKI yaitu 75.

Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik juga bisa

dikerjakan dengan baik, baik tugas yang berkaitan dengan bantuan internet

atau buku-buku di perpustakaan. Dengan dikerjakannya tugas yang

diberikan makin mempermudah penilaian bagi peserta didik. Proses

pembelajaran jadi lebih mudah dengan penggunaan strategi CTL

(contextual teaching and leraning).

94

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Contextual Teaching and Leraning sudah dikenal dan diterapkan di

MTsN Rungkut Surabaya. Dengan penerapan CTL maka proses

pembelajaran lebih variatif, inovatif dan konstruktif dalam merekonstruksi

wawasan pengetahuan dan dapat meningkatkan aktifitas dan kreatifitas

peserta didik.

Dalam menerapkan suatu strategi pembelajaran CTL, sarana dan

prasarana bukanlah hal yang sangat menentukan tetapi yang sangat

menentukan adalah kesiapan mental dari peserta didik dan lingkungan

tempat proses pembelajaran berlangsung.

Menurut para informan, upaya-upaya yang dilakukan untuk

menunjang keberhasilan penerapan CTL dalam pembelajaran di MTsN

Rungkut Surabaya adalah:

1. Para guru dianjurkan untuk memperbanyak buku-buku CTL dan

berbagai literature yang relevan serta mengembangkan berbagai

pengetahuannya tentang CTL, sehingga dapat berinovasi dalam

pembelajaran yang dilakukannya.

2. Para guru harus mengikuti berbagai kegiatan pembinaan baik berupa

diklat pembelajaran ataupun kegiatan yang lain yang dapat menunjang

pengetahuan dan keterampilan unuk lebih memajukan proses kegiatan

belajar mengajar.

Penerapan CTL dalam pembelajaran SKI di MTsN

Rungkut Surabaya telah dilaksanakan berdasarkan acuan dan

95

ketentuan kurikulum yang ada. Wawancara terhadap informan juga

terungkap bahwa dalam proses pembelajarannya di kelas, guru SKI

telah melakukan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1. Memulai kegiatan pembelajaran dengan membaca do,a dan

meneruskannya dengan membaca surat-surat pendek yang

dipandu dari kantor pusat dan didampingi oleh guru yang

mempunyai jam pertama dan mengakhiri kegiatan belajar dengan

membaca do.a akhir pelajaran.

2. Memulai pembelajaran dengan mengajak peserta didik untuk

mengembangkan pemikiran bahwa belajar akan lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan

mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan barunya

3. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua

pembahasan materi

4. Mengembangkan sikap keingin tahuan peserta didik dengan

menstimulan melalui pertanyaan.

5. Menciptakan masyarakat belajar melalui kerja kelompok

6. Menghadirkan contoh/model dalam pembelajarannya

7. Melakukan refleksi, peserta didik diajak untuk menyimpulkan

atau merespon kejadian, aktivitas atau ilmu yang baru mereka

peroleh.

8. Melakukan penilaian dari apa yang telah peserta didik dari proses

pembelajaran saat ini.

96

Metode adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan

nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.73

Sehubungan dengan metode pembelajaran yang digunakan dalam

proses pembelajaran SKI di MTsN Rungkut Surabaya, khususnya

pembelajaran di kelas dapat diidentifikasikan sebagai berikut: metode

ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan dan metode

kerja sama/kelompok.

Metode ceramah adalah adalah cara penyajian pelajaran yang

dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara

langsung terhadap siswa.74

Dalam pembelajaran yang menggunakan metode ceramah,

perhatian terpusat pada guru sedangkan anak didik hanya menerima

secara pasif. Peserta didik hanya sebagi obyek yang menerima dan

mengamini apa yang disampaikan oleh guru padahal seharusnya

peserta didik bisa juga sebagai subyek yang berhak untuk aktif

mencari dan memperoleh sendiri pengetahuan dan keterampilan yang

dibutuhkan sebagaimana metode inkuiri dalam CTL.

73 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media (Jakarta: 2011), 145. 74 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta (Jakarta: 1997), 110.

97

Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam

bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada

siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.75 Metode Tanya

jawab digunakan untuk maksud (1) sebagai ulangan pelajaran yang

lalu, (2) untuk menarik perhatian peserta didik, melatih keberanian

dalam menjawab dan mengemukakan pendapat dan (3) untuk

mengarahkan proses berpikir termasuk daya ingat. Kelemahan metode

Tanya jawab adalah waktu yang digunakan terlalu lama, peserta didik

merasa takut dan menciptakan kegaduhan di kelas.

Dalam al Qur’a>n, banyak ayat yang menunjukkan metode

serupa dengan metode Tanya jawab, misalnya pada peristiwa

penciptaan Nabi Adam dalam al Qur’a>n, 2 (al Baqarah): 30-35

75 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,…………107.

98

Ingatlah ketika Tuhan -mu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu berfirman, “Sebutkanlah kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu memang orag-orang yang benar!” Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama benda-benda ini!” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama benda-benda itu, Allah berfirman, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”. Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” maka bersujudlah mereka kecuali Iblis; Ia enggan dan takabur, da adalah ia termasuk golongan orang-orag yang kafir. Dan Kami berfirman, “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surge ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”.76

C. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian terhadap berbagai dokumen serta

observasi langsung, dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya RPP

guru SKI serta penerapannya di kelas, dapat ditemukan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Desain pembelajaran SKI dengan penggunaan strategi CTL (contextual

teaching and leraning) yang diterapkan di MTsN Rungkut Surabaya

adalah menganut prinsip-prinsip yang ada pada pembelajaran CTL 76 Departemen Agama RI, Al qura>n dan Terjemahnya, Jumanatul ‘Ali Art (Bandung: 2004), 6.

99

meskipun masih memerlukan pembenahan perbaikan kedepannya. Dari

7 komponen yang ada pada pembelajaran CTL dan RPP yang

mencerminkan CTL memang belum semuanya terlaksana, seperti

proses inquiry peserta didik masih kesulitan untuk menemukan sendiri

materi yang harus dipahaminya, peserta didik lebih bergantung pada

gurunya. Begitu pula dengan refleksi peserta didik sering lupa dan

harus dibimbing dalam menjelaskan dan mengurutkan materi yang

sudah dipelajarinya. Adapun langkah-langkah desain pembelajaran

SKI dengan strategi CTL adalah:

a. Memulai kegiatan pembelajaran dengan membaca do’a dan

meneruskannya dengan membaca surat-surat pendek yang dipandu

dari kantor pusat dan didampingi oleh guru yang mempunyai jam

pertama dan mengakhiri kegiatan belajar dengan membaca do.a

akhir pelajaran.

b. Memulai pembelajaran dengan mengajak peserta didik untuk

mengembangkan pemikiran bahwa belajar akan lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan

mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan barunya

c. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua

pembahasan materi

d. Mengembangkan sikap keingin tahuan peserta didik dengan

menstimulan melalui pertanyaan.

e. Menciptakan masyarakat belajar melalui kerja kelompok

100

f. Menghadirkan contoh/model dalam pembelajarannya

g. Melakukan refleksi, peserta didik diajak untuk menyimpulkan atau

merespon kejadian, aktivitas atau ilmu yang baru mereka peroleh.

h. Melakukan penilaian dari apa yang telah peserta didik dari proses

pembelajaran saat ini.

2. Pelaksanaan penggunaan strategi CTL (contextual teaching and

learaning) dalam pembelajaran SKI di MTsN Rungkut Surabaya sudah

berjalan dengan baik, walaupun akomodasi menyeluruh terhadap

metode dan prinsip-prinsip pembelajaran CTL belum maksimal. RPP

yang digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam proses

pembelajaran telah berdasarkan prinsip-prinsip dan komponen-

komponen CTL, namun penerapannya dalam pembelajaran SKI di

kelas, belum terlaksana secara maksimal. Guru SKI belum maksimal

memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada untuk menciptakan

proses pembelajaran yang menyenangkan yang dapat mendorong

peserta didik aktif, kreatif dan kritis serta inovatif dalam mencari dan

menemukan makna yang mendalam terhadap materi pelajaran yang

diterimanya.

Pelaksanaan komponen-komponen CTL dalam pembelajaran SKI di

kelas berdasarkan indikator-indikator Syaiful Sagala sudah terlaksana

dengan baik, yaitu:

101

a. Guru SKI sudah maksimal mendorong dan member kesempatan

kepada peserta didik untuk mencari dan bekerja, mengkonstruksi

dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Kegiatan inkuiri dalam pembelajaran SKI sudah terlaksana,

walaupun masih perlu bimbingan atau stimulant dari guru.

c. Sifat ingin tahu peserta didik melalui kegiatan bertanya sudah baik,

dengan seringnya guru memberikan stimulus agar peserta didik

aktif dalam proses pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan yang menantang yang harus dijawab peserta didik

dengan menggunakan analisis atau sebaliknya peserta didik yang

memberikan pertanyaan kepada guru tentang suatu masalah yang

kemudian didiskusikan bersama-sama.

d. Model-model pembelajaran yang digunakan sebagai media atau

alat bantu dalam proses pembelajaran SKI sudah menggunakan

media OHP/LCD walaupun harus membawa sendiri karena belum

terpasang secara permanen di kelas. Penyediaan peta yang

dibutuhkan dalam pembelajaran juga sudah tersedia.

e. Kegiatan refleksi di akhir pertemuan serta penilaian yang

sebenarnya dengan berbagai cara sudah dilakukan dengan baik.

Ketuntasan nilai yang masih kurang dilakukan dengan remedial.

Walaupun penilaiannya masih didominasi penilaian kognitif.

102

3. Hasil/output penggunaan strategi CTL (contextual teaching and

leraning) dalam pembelajaran SKI di MTsN Rungkut Surabaya sangat

baik untuk mendukung kemajuan proses pembelajaran. Hal ini bisa

dilihat dari terus membaiknya prestasi yang dicapai oleh peserta didik.

Pemahaman dan keingin tahuan peserta didik dalam satu materi

pembelajaran sangat tinggi, apalagi dalam materi SKI membahas

tentang sejarah peradaban yang telah lalu yang masih ada sampai

sekarang baik bukti bangunan maupun karya dari para tokoh terdahulu.

Penggunaan strategi CTL memudahkan guru dalam proses

pembelajaran dan juga mempercepat pemahaman bagi peserta didik

sehingga memperbaiki hasil berupa nilai raport.

Dari nilai raport yang ada menunjukkan peningkatan prestasi

berupa kenaikan angka penilaian pelajaran SKI dari Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) SKI yaitu 75. Peningkatan nilai raport

sangat signifikan dilihat dari per semesternya. Bila dianalisis dari data

itu pelajaran SKI yang sekilas sangat membosankan dan tidak penting

bagi peserta didik, ternyata bagi peserta didik sangat menyenangkan

bahkan peserta didik cenderung ingin tahu lebih dalam tentang

Sejarah Kebudayaan Islam.

Pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi peserta

didik tercapai dengan diterapkannya strategi CTL (contextual teaching

and leraning). Peserta didik lebih memahami dan mengerti tentang

pembelajaran SKI yang dibuktikan dengan meningkatnya nilai

103

pelajaran SKI dalam raport peserta didik. Tidak ada nilai raport

peserta didik yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SKI

yaitu 75.

Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik juga bisa

dikerjakan dengan baik, baik tugas yang berkaitan dengan bantuan

internet atau buku-buku di perpustakaan. Dengan dikerjakannya tugas

yang diberikan makin mempermudah penilaian bagi peserta didik.

Proses pembelajaran jadi lebih mudah dengan penggunaan strategi

CTL (contextual teaching and leraning).

Hasil dari penerapan strategi CTL (contextual teaching and

leraning) dengan adanya penilaian authentic assessment dalam

pembelajaran SKI sangat membantu dalam menilai prestasi peserta

didik. Perkembangan peserta didik dari mulai dilaksanakannya proses

pembelajaran sampai pada akhir proses pembelajaran dilakukan secara

terintegrasi (tidak terpisahkan) dan bisa dijadikan sebagai feed back.

Penilaian formatif dan sumatif sebagai tolak ukur

keberhasilan proses pembelajaran didukung performansi sikap dan

perubahan sikap peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

penilaian demonstrasi dan drama memiliki nilai yang lebih dan bisa

dijadikan sebagai keberhasilan proses pembelajaran karena dengan

metode itu peserta didik lebih bisa mengekspresikan dan memahami

apa yang mereka pelajari selama ini.