Hasil Penelitian Moblts n Postur

73
HASIL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN MOBILITAS DAN POSTUR TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI SENSOMOTORIK, FLEKSIBILITAS, LGS DAN PENURUNAN KELUHAN-KELUHAN PADA LANJUT USIA

description

tesis anatomi

Transcript of Hasil Penelitian Moblts n Postur

Page 1: Hasil Penelitian Moblts n Postur

HASIL PENELITIAN

PENGARUH LATIHAN MOBILITAS DAN POSTUR TERHADAP PENINGKATAN

FUNGSI SENSOMOTORIK, FLEKSIBILITAS, LGS DAN PENURUNAN KELUHAN-KELUHAN

PADA LANJUT USIA

Page 2: Hasil Penelitian Moblts n Postur

A. LATAR BELAKANG

Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah dilihat dari usia harapan hidup penduduknya, terutama negara berkembang. Menurut Joyosugito (2000) meningkatnya status kesehatan masyarakat tercermin dari makin menurunnya angka kesakitan dan kematian serta semakin meningkatnya usia harapan hidup. Hal tersebut mengandung konsekwensi terjadinya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia, disamping merupakan suatu kebanggaan namun juga sebagai tantangan yang berat, terutama oleh pihak keluarga jika para lanjut usia tersebut memiliki status kesehatan yang buruk .

BAB IPENDAHULUAN

Page 3: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Di masa yang akan datang jumlah usia lanjut di Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990 jumlah lansia 6,3 persen (11,3 juta orang), pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 24,5 persen dan akan melewati jumlah balita yang pada saat itu diperkirakan mencapai 18,8 juta. Laporan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1995 jumlah lansia 60 tahun ke atas sebesar 7,5 persen atau 9,5 juta jiwa (SKRT 1986). Tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia di perkirakan menempati urutan ke-6 terbanyak di dunia. Berdasarkan laporan dari Kantor Pusat Statistik dan BKKBN terdapat 4,5 juta penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas pada tahun 1995, dan akan meningkat menjadi sekitar 18 juta jiwa lebih pada tahun 2020 atau meningkat 11,09 persen. Meningkatnya harapan hidup dipengaruhi oleh majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi serta meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi.

Page 4: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Secara umum menjadi tua atau menua ditandai dengan kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mengendur, penglihatan dan pendengaran, kulit mulai keriput, rambut mulai memutuh, gigi mulai lepas, mudah lelah, gerakan lamban dan kurang lincah , sering jatuh yang disebabkan oleh multifaktor, berespon terhadap input sensoris lambat, dimensia yang biasanya dikaitkan dengan resiko jatuh, gangguan gaya berjalan, yang disebabkan oleh berkurangnya jaringan otot, kekakuan jaringan penghubung yang menyebabkan penurunan range of motion, nyeri dada yang disebabkan penyakit jantung koroner, dan radang pada selaput jantung, sesak nafas bila beraktivitas, kekacauan mental karena gangguan fungsi hati dan otak, berdebar-debar, akibat gangguan irama jantung, pembengkakan pada kaki bagian bawah, berat badan menurun, nyeri pinggang dan punggung, sukar menahan buang air seni dan air besaar, mudah gatal, gangguan tidur, keluhan pusing-pusing, perasaan dingin dan kesemutan, serta kurangnya fleksibiltas atau luas gerak sendi (LGS).

Page 5: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur terhadap Peningkatan Fungsi Sensomotorik Fleksibilitas, LGS dan Penurunan Keluhan-Keluhan yang sering dirasakan oleh Lanjut Usia.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Mengetahui Gambaran Fungsi Sensomotorik pada

Lanjut Usia 2. Mengetahui Gambaran Keluhan-Keluhan pada Lanjut

Usia 3. Apakah ada Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur

terhadap Fungsi Sensomotorik 4. Apakah ada pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur

terhadap Keluhan-Keluhan yang dirasakan oleh Lanjut Usia. 5. Apakah ada hubungan antara Fungsi Sensomotorik

dengan Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh Lanjut Usia.

Page 6: Hasil Penelitian Moblts n Postur

C. HIPOTESIS

1. Ada pengaruh Latihan Mobilitas dan Fostur terhadap

peningkatan Fungsi Sensomotorik 2. Ada Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur

terhadap Keluhan- Keluhan pada Usia Lanjut 3. Ada Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur

trehadap Fleksibilitas . 4. Ada Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur

terhadap Luas Gerak Sendi pada Usia Lanjut 3. Ada hubungan antara Fungsi Sensomotorik dan

Keluhan- Keluhan yang sering dirasakan oleh Lanjut Usia.

Page 7: Hasil Penelitian Moblts n Postur

D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran dan pengaruh latihan Mobilitas dan Postur terhadap Fungsi Sensomotorik

dan Keluhan-Keluhan yang dirasakan pada Lanjut Usia. 2. Tujuan Khusus a. Memperoleh gambaran Fungsi Sensomotorik pada

Lanjut Usia b. Memperolah gambaran Keluhan-Keluhan yang

dirasakan oleh Lanjut Usia c. Mengetahui Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur terhadap Fungsi Sensomotorik d. Mengetahui Pengaruh Latihan Mobilitas dan Postur terhadap Keluhan-Keluhan pada Lanjut Usia

Page 8: Hasil Penelitian Moblts n Postur

E. MANFAAT PENELITIAN 1. Bidang Keilmuan Mendapat informasi tentang pengaruh Latihan

Mobilitas dan Postur terhadap Fungsi Sensomotorik dan Keluhan-

Keluhan yang sering terjadi pada lanjut usia. 2. Pelayanan Kesehatan Dapat digunakan dalam menyusun program-

progaram latihan untuk lanjut usia di pelayanan kesehatan dalam

upaya meningkatkan kualitas hidup 3. Bidang Profesi Menambah wawasaan bagi tenaga kesehatan

khususnya paramedis yang bekerja di bidang pelayanan

kesehatan dalam upaya mencari solusi dalam memberikan

latihan untuk mencegah cedera fisik dan meningkatkan

kemandirian dalam melakukan aktvitas sehari-hari pada lanjut usia.

Page 9: Hasil Penelitian Moblts n Postur

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. PROSES MENUA

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides,1994).

Proses menua merupakan proses terus menerus secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami semua makhluk hidup.

Page 10: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Menurut, Binner dan Jenner (1977), membedakan antara usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial.● Usia Biologis, menunjukkan kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup tidak mati.● Usia Psikologis, menunjukkan kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi-situasi yang dihadapi.● Usia Sosial, menunjukkan kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

Ketiga jenis usia yang dibedakan oleh Birren dan Jenner itu saling mempengaruhi dan proses-prosesnya saling berkaitan. Oleh karena secara umum tidak akan terdapat perbedaan yang terlalu menyolok antara kelangsungan ketiga jenis usia tersebut.

Page 11: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) lanjutan usia meliputi :

● Middle age (usia pertengahan : 45 – 59 tahun.● Elderly (lanjut usia) : antara 60 – 74 tahun.● Old (lanjut usia tua) : antara 75 – 90 tahun. ● Very Old (usia sangat tua) : di atas 90 tahun.

Menurut Azis (1994) batasan lanjut usia digolongkan dalam tiga kelompok yaitu :

● Lanjut Usia dini 55 – 64 tahun.● Lanjut Usia 65 tahun ke atas● Lanjut Usia resiko tinggi 70 tahun ke atas.

Page 12: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam nuklei (Inti sel) nya suatu jam genetik yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak di putar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan konsep “genetic clock” di dukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata, secara teoritis dapat di mungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obat atau tindakan-tindakan tertentu.

B. TEORI PROSES MENUA Secara Individual teori proses menua terjadi pada orang

dengan usia yang berbeda, masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, dan tidak ada satu faktor pun di temukan untuk mencegah proses menua.

1. Teori “ Genetik Clock”

Page 13: Hasil Penelitian Moblts n Postur

2. Teori Mutasi Somatik ( Teori Error Catastrophe )

Hal penting lainnya yang perlu di perhatikan dalam menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum dan di ketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Sebaliknya menghindari tekanannya radiasi atau tercemar zat kimia yang bersifat karsinogenik atau toksik, dapat memperpanjang umur. Sebaliknya menghindari tekanannya radiasi atau tercemar zat kimia yang bersifat karsinogenik atau toksik, dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatic adalah hipotesis “Error Catasrophe”

Page 14: Hasil Penelitian Moblts n Postur

3. Rusaknya Sistem Imun Tubuh Mutasi yang berulang atau perubahan protein

pasca translasi dapat menyebkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa antoimun (Goldstein 1989). Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen / antibodi yang luas mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi histoinkontabilitas pada banyak jaringan.

Page 15: Hasil Penelitian Moblts n Postur

4. Teori Menua Akibat Metabolisme

Pentingnya metabolisme sebagai faktor penghambat umur panjang dikemukakan oleh Balin dan Alen (1989), (dikutip oleh Suhana 1994) menurut merka ada hubungan antara tingkat metabolisme dengan panjang umur. Beberapa hasil penelitian menunjukkan keterkaitan tersebut. Perkembangan lalat lebih cepat umurnya lebih pendek pada tempratur 30 derajat celcius dibandingkan dengan lalat yang dipelihara pada temperatur 10 derajat celsius.

Page 16: Hasil Penelitian Moblts n Postur

5. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas dan didalam tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pernafasan di dalam mitokondria (Oen, 1993). Untuk organisme oerobik, radikal bebas terutama terbentuk pada waktu respirasi (aerob) didalam mitokondria, karena 90 persen oksigen yang diambil oleh tubuh, masuk kedalam mitokonria waktu terjadi proses respirasi tersebut oksigen dilibatkan dalam mengubah bahan bakar menjadi ATP, melalui enzim-enzim respirasi di dalam mitokondria, maka radikal bebas dihasilkan sebagai zat antara radikal bebas yang terbentuk adalah superoksida (O2), radikal hidroksil (OH) dan juga peroksida hydrogen (H2O2). Radikal bebas bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membrane sel dan dengan gugus SH.

Page 17: Hasil Penelitian Moblts n Postur

6. Teori Hormonal

Donner dan Denckle percaya bahwa pusat penuaan terletak pada otak, pernyataan ini didasarkan pada studi hipertiroidisme. Hipertiroidisme dapat menjadi fatal apabila tidak diobati dengan tiroksin sebab seluruh manifestasi dan penuaan akan tampak seperti penurunan system kekebalan tubuh, kulit keriput, uban dan penurunan proses metabolisme secara perlahahanPada wanita menopouse merupakan peristiwa hormonal yang kronis, tetapi tidak mengatur penuaan. Ovarium merupakan glandula endokrin yang kapasitas fungsinya berkurang sejalan dengan penuaan normal.

Pada laki-laki produktif androgen dari testis tidak mudah diperkirakan karena perbedaan pada tiap individu.

Page 18: Hasil Penelitian Moblts n Postur

C. PERUBAHAN FISIOLOGI DAN PATOLOGI AKIBAT PROSES MENUA

Dengan makin lanjutnya usia seseorang maka

kemungkinan terjadinya penurunan anatomi dan fungsional dari

organ. Penelitian dari Andres dan Tobin mengintroduksi “

hukum 1 %”yang menyatakan bahwa fungsi organ-organ akan

menurunsebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 30

tahun lebih tepat bila dikatakan bahwa penurunan anatomi

dan fungsi organ tersebut tidak dikaitkan dengan umur

kronologiktetapi dengan umur biologiknya.

Page 19: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel 2. Perubahan sistem indra pada penuaan

1. Penurunan penglihatan jarak

dekat2. Penurunan kondisi gerak

bola mata3. Distropi banyangan4. Pandangan biru merah5. Compromized night vision6. Penurunan ketajaman penglihatan mengenal

warna hijau, biru dan ungu7. Kesulitan mengenal benda yang bergerak

1. Penurunan jaringan lemak sekitar mata2. Penurunan elastisitas dan tonus jaringan3. Penurunan kekuatan otot mata4. Penurunan ketajaman kornea5. Degenerasi pada sclera pupil dan iris6. Peningkatan frekuensi proses terjadinya penyakit7. Perlambatan densitas dan rigiditas lensa

8. Perlambatan proses informasi dari SSP

Penglihatan

Perubahan Fisiologis Perubahan Morfologis

Page 20: Hasil Penelitian Moblts n Postur

(Sumber : Bonder & Wagner, 1994)

1. Penurunan respon terhadap stimulus toksil

2. Penyimpangan persepsi nyeri 3. Resiko terhadap bahaya termal yang berlebihan

Penurunan kecepatan hantaran saraf

Peraba

Penurunan sensivitas nilai ambang terhadap bau

Degenerasi sel sensorik mukosa hidung

Penghidu

Peningkatan nilai ambang untuk identifikasi benda

Penurunan kemampuan pengecap

Pengecap

1. Kesulitan mendengar suara frekwensi tinggi

2. Penurunan kemampuan membedakan pola

titik nada3. Penurunan kemampuan dan

penerimaan bicara penurunan fungsi membedakan ucapan

1. Penurunan sel rambut koklea2. Perubahan talinga dalam3. Degenerasi pusat pendengaran4. Hilangnya fungsi neurotrans

miter

Pendengaran

Page 21: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel. 3

1. Atrofi serebrum 2. Peningkatan cairan serebrospinal 3. Neuronal loss 4. Kematian dendrit 5. Peningkatan granula lipofusin 6. Penurunan keefektifan system neurotransmitter 7. Penurunan sirkulasi darah otot 8. Penurunan penggunaan glukosa 9. Perubahan pada elektroensefalogram10. Berkurangnya serabat saraf monorik11. Penurunan kecepatan konduksi saraf

Perubahan sstem saraf pada penuaan

(Sumber : Bonder dan Wayner 1994)

Page 22: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel. 4 Perubahan kulit pada penuaan

1. Kulit mengelupas, tipis kering, keriput dan mudah pecah.2. Cenderung terjadi bercak

senilis berwarna merah ungu3. Atrofi kuku, perubahan warna rambut abu-abu.

1. Peningkatan pigmentasi2. Atrofi epidermisi gladula

sebasea, glandula sudorifera dan folikel rambut3. Degenerasi kolagen dan

elastin4. Peningkatan Viskositas aliran darah5. Mutasi somatik6. Pengurangan jaringan

subkutan7. Pengurangan lemak

Perubahan FungsionalPerubahan Morfologi

(Sumber : Bonder dan Wayner 1994

Page 23: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel. 5 Perubahan Sistem Respirasi dan Penuaan

1. Peningkatan tahanan dinding

dada2. Penurunan keefektifan3. Penurunan volume tidal4. Peningkatan exercise –

indukce hyperpnea5. Penurunan ventilasi sadar maksimal6. Penurunan kekuatan batuk7. Peningkatan resiko aspirasi

1. Klasifikasi pada bronkhus dan kartilago kosta

2. Peningkatan kekakuan sendi kosta – vertebralis

3. Peningkatan diameter antero-posterior

4. Peningkatan kerja otot pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan

Toraks

Perubahan Fisiologis Perubahan Morfologis dan Struktur

Page 24: Hasil Penelitian Moblts n Postur

(Sumber : Bonder & Wagner, 1994)

1. Penurunan area pertukaran gas

2. Peningkatan ruang ragi fisiologis

3. Penurunan elastisitas rengangan paru

4. Penurunan kapasitas virtal paru

5. Peningkatan volume cadangan respirasi

6. Peningkatan volume residu dan volume residu

fungsional

7. Penurunan distribusi ventilasi

8. Penurunan arus ventilasi paru

9. Peningkatan penutupan aliran udara bebas

10. Peningkatan desaturasi arterial

11. Peningkatan tahanan terhadap aliran udara pada

saluran udara kecil

12. Pengurangan jaringan capital paru

13. Penurunan distribusi perfusi

14. Peningkatan hambatan kapasitas difusi

15. Peningkatan jaringan ikat pada tunika intima kapiler

16. Penurunan ventilasi untuk perfusi yang

sebanding

1. Peningkatan ukuran duktus alveolus.

2. Penurunan jaringan penyokong

3. Peningkatan ukuran alveolus

4. Peningkatan kerja gladula mukosa

5. Peningkatan pemenuhan alveolar

Paru

Page 25: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel. 6 Perubahan Sistem Kardiovaskuler pada Penuaan

1. Penurunan eksibilitas2. Penurunan euras jantung3. Penurunan aliran darah balik4. Penurunan distritmia jantung

1. Peningkatan jaringan lemak2. Peningkatan jaringan ikat3. Peningkatan massa dan volume

4. Peningkatan lipofusin5. Peningkatan kandungan amibid

6. Penurunan konduksi saraf7. Penurunan inverse intrimsal dan

ekstrimsik8. Peningkatan kalsifikasi

Jantung

Perubahan Fisiologis Perubahan Morfologis dan Struktur

Page 26: Hasil Penelitian Moblts n Postur

(Sumber : Bonder & Wagner, 1994)

1. Penurunan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan O2

jaringan.

2. Penurunan aliran dan resiko penggumpalan darah pada

sirkulasi vena

3. Menurunnya curah jantung

4. Penurunan aliran darah balik

1. Peningkatan proporsi perubahan jaringan otot

polos normal terjadi jaringan ikat

dan elastic

2. Peningkatan rigiditas arteri besar

3. Peningkatan ateroma sirkulasi

arteri

4. Peningkatan kalsifikasi

5. Peningkatan dilatasi vena

Aliran darah

Page 27: Hasil Penelitian Moblts n Postur

1. Penurunan jumlah serabut otot2. Atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril menjadi tidak

teratur, dan hipertrofi pada beberapa serabut otot yang lain3. Berkurangnya 30 % massa otot tipe II (Fast Twitch)4. Penumpukan Lipofusin.5. Penigkatan jaringan lemak dan jaringan penghubung6. Adanya ringbiden7. Adanya badan Sitoplasma8. Degenerasi myofibril9. Timbulnya berkas garis Z pada serabut otot.

Tabel 7. Perubahan Morfologis Otot pada Penuaan

(Sumber : Bonder dan Wayner 1994)

Page 28: Hasil Penelitian Moblts n Postur

D. FUNGSI SENSOMOTORIK

Fungsi sensomotorik yang terpenting adalah koordinasi dan keseimbangan saat dilakukan tes koordinasi, selain faktor kemampuan melakukan gerakan faktor kecepatan untuk membentuk gerakan juga di pertimbangkan. Gerakan halus dan akurat dengan arah gerakan, kecepatan, keseimbangan, dan ketegangan otot harus tepat.

Page 29: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Pemeriksaan koordinasi non- ekuilibrium meliputi pemeriksaan : 1. Jari ke hidung, sendi bahu abduksi 90 derajat dengan sendi siku ekstensi 2. Jari ke jari tangan yang lain 3. Jari ke jari yang lain 4. Menyentuh hidung dan jari – jari tangan bergantian 5. Gerak oposisi jari tangan 6. Mengenggam 7. Pronasi – supinasi 8. Rebound test 9. Tepuk tangan 10. Tepuk kaki11. Menunjuk.12. Tumit kejari-jari kaki bergantian.13. Jari- jari kaki menyentuh jari tangan terapis.14. Tumit menyentuh bawah lutut15. Menggambar lingkaran dengan tangan.16. Menggambar lingkaran dengan kaki.17. Menggambar lingkaran dengan kaki18. Mempertahankan posisi anggota gerak atas19. Mempertahankan posisi anggota gerak bawah

Page 30: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Kriteria penilaian test koordinasi non-ekuilibrium

1. Tidak mampu melakukan aktivitas

2. Keterbatasan berat hanya dapat mengawali aktivitas tetapi

tidak lengkap

3. Keterbatasan sedang dapat menyelesaikan aktivitas, tetapi

koordinasi tampak menurun dengan jelas, gerakan lambat,

kaku dan tidak stabil

4. Keterbatasan minimal, dapat menyelesaikan aktivitas

dengan kecepatan dan kemampuan lebih lambat sedikit

dibanding normal.

5. Kemampuan normal

Page 31: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Pemeriksaan koordinasi ekuilibrum meliputi : 1. Berdiri dengan postur normal 2. Berdiri dengan postur normal, mata tertutup 3. Berdiri dengan kaki rapat 4. Berdiri pada satu kaki 5. Berdiri fleksi trunk dan kembali keposisi netral 6. Berdiri lateral fleksi trunk 7. Berjalan, letakkan tumit salah satu kaki didepan jari kaki yang lain 8. Berjalan pada garis lurus 9. Berjalan mengikuti tanda yang digambar pada lantai10. Berjalan menyamping11. Berjalan mundur12. Berjalan pada lingkaran13. Berjalan dengan tumit14. Berjalan dengan ujung kaki

Page 32: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Kriteria penilaian tes koordinasi ekuilibrium

1. Tidak mampu melakukan aktivitas

2. Mampu melakukan aktivitas dengan bantuan sedang sampai maksimal untuk mempertahankan keseimbangan

3. Mampu melakukan aktivitas dengan sedikit bantuan mempertahankan kesimbangan

4. Mampu melakukan aktivitas

Page 33: Hasil Penelitian Moblts n Postur

E. LATIHAN MOBILITAS DAN POSTUR

Latihan ini berguna untuk menjaga mobilitas sendi seluruh

tubuh dan memeliharan postur yang baik. Kemampuan mobilitas sendi dipengaruhi oleh keadaan struktur sendi dan

kekuatan dapat penggerak sendi. Latihan ini dilakukan secara

bertahap sesuai dengan kemampuan lansia. Latihan dilakukan 3 kali seminggu dengan 8 - 10 kali ulangan atau sesuai dengan kemampuan lansia.

Page 34: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Gerakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Gerakan 1. Berdiri dengan mengangkat satu tungkaiPosisi : Lansia berdiri dengan berpegangan pada

kursiGerakan : Angkat satu tungkai sampai lutut setinggi

panggul (fleksi sendi panggul 90°). Upayakan pegangan tidak

kuat, pertahankan dalam lima hitunganGerakan 2. Berdiri dengan mengangkat satu tungkai

ke samping

Posisi : Lansia berdiri tegak berpegangan pada kursiGerakan : Ayun satu tungkai kesamping dan

pertahankan dalam lima hitungan. Lakukan bergantian untuk tungkai kanan dan kiri.

Page 35: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Gerakan 3. Berdiri dari posisi duduk dan duduk kembaliPosisi : Lansia duduk di kursiGerakan: Berdiri dari posisi duduk, tempatkan kedua kaki di

depan kursi. Apalagi perlu gunakan pegangan kursi.

Gerakan ini adalah gerakan kunci agar lansimandiri.

Gerakan 4. Mengayun lenganPosisi : Duduk tegak atau berdiri tegakGerakan: Ayun lengan ke depan dan ke belakang setinggi

mungkin dan lepaskan dengan rileks. Gerakan ini dilakukan pada ke dua lengan dengan arah yang berlawanan seperti berlenggang saat berjalan.

Page 36: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Gerakan 5. Fleksi dan ekstensi lenganPosisi :Duduk tegak atau berdiri tegakGerakan :Luruskan tangan kedepan setinggi bahu dan

fleksi tangan kemudian ekstensi, dilakukan bersamaan

kedua lengan

Gerakan 6. Mengangkat lengan lurus ke atasPosisi :Duduk tegak atau berdiri tegak Gerakan :Angkat lengan lurus ke atas disamping kepala

lakukan bergantian tahan sampai lima hitungan.

Kemudian turunkan sejajar dengan bahu, tahan sampai lima hitungan.

Page 37: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Gerakan 7. Gerakan leherPosisi : Berdiri tegak atau duduk tegakGerakan : Putar dagu ke arah bahu kiri, tegak dan kebahu

kanan. Dekatkan telinga kebahu kiri, tegak, dan

kebahu kanan pegan dagu dengan tangan, perlahan

dorong dagu ke belakang. Hindari rotasi kepala

ke belakang

Gerakan 8. BerjalanGerakan : Berjalan sesuai dengan kemampuan. Jika hanya

mampu lima puluh meter, mulai pada tingkat ini dan

coba meningkatkan jarak dan kecepatannya. Hindari

jalan terputus-putus.

Page 38: Hasil Penelitian Moblts n Postur

F. PRINSIP LATIHAN FISIK PADA USIA LANJUT

Setiap jenis latihan fisik sebaiknya dilaksanakan melalui tahappemanasan latihan inti dan pendinginan.

Pemanasan bertujuan untuk memberi dorongan hasrat latihanagar bersemangat, memanaskan jaringan tubuh supaya tidak kaku, akibat lama tidak bergerak dan mencegah cedera yang mungkin timbul akibat gerakan memperkecil difisit oksigen.

Page 39: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Sifat dari gerakan pemanasan mudah dilakukan, melibatkan banyak sendi dan otot yang berhubungan dengan gerakan inti.

Pemanasan harus meliputi dua komponen yaitu :1. Latihan bertahap, seperti jalan atau gerakan senam yang berirama lambat.2. Latihan kelenturan (flexibility) sesuai aktivitas yang dilakukan Pendinginan untuk mencegah pengumpulan darah dalam venadan memastikan cukupnya aliran darah dalam otot rangka, jantung dan otak, mencegah kekakuan dan nyeri otot.

Page 40: Hasil Penelitian Moblts n Postur

1. Dosis Latihan

Secara umum dosis dijabarkan sebagai berikut :a. Frekwensi : Tiga atau lima kali seminggu untuk meningkatkan

kebugaran jantung paru minimal berlatih tiga kali dalam seminggu, hal ini dianjurkan oleh ACSM, berselang satu hari

dalam zona latihanb. Intensitas : Bagi pemula dianjurkan dengan intensitas lima puluh sampai enam puluh persen dari VO2 max, ACSM mengajukan

latihan dengan Intensitas 60 – 90 % dari denyut jantung maksimal untuk kebugaran jantung paru.c. Durasi : Hasil yang bermanfaat harus berlatih pada zona latihan

selama 15 – 30 menit dengan pemanasan dan pendinginan selama 5 – 10 menitd. Macam-Latihan yang menggerakkan sebagian besar otot pada

panggul kaki secara ritmis dan berkesinambangan sangat bermanfaat bagi kebugaran misalnya senam, jalan, jogging, lari,

berenang dan bersepeda.

Page 41: Hasil Penelitian Moblts n Postur

2. Program Latihan Program latihan dapat disusun sebagai berikut : a. Cukup memahami tingkat kebugaran yang dapat menunjang pekerjaan sehari-hari atau setidaknya mencapai kebugaran untuk membantu mengurangi penyakit yang berkaitan dengan kegemukan, diabetes, degenerasi, kelemahan otot.

b. Mudah dilakukan tanpa memerlukan bakat khusus, fasilitas peralatan, dan keadaan sekitar.

c. Tidak perlu banyak waktu 30 – 60 menit dan tidak melelahkan selama latihan.

d. Manfaatnya dapat segera dirasakan dan diukur

Page 42: Hasil Penelitian Moblts n Postur

3. Pakaian Sebaiknya mempertimbangkan hal-hal berikut : a. Tidak menghalangi gerakan

b. Cukup ventilasi

c. Mudah menyerap keringat

d. Rapih dalam penampilan

e. Bahan katun murni

f. Sepatu datar supaya tidak menghalangi pergerakan betis.

Page 43: Hasil Penelitian Moblts n Postur

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN VARIABEL

A. KERANGKA KONSEP

Program latihan fisik bagi para lanjut usia harus meningkatkankemungkinan bahwa meraka akan menjalankan tingkatan aktivitas yang lebih tinggi sambil menghindari kecelakaan Yang mungkin terjadi. Latihan fisik pada usia lanjut dapat memberikan keuntungan terutama untuk status kardiovaskuler dan paru yang berhubungan dengan kebugaran, resiko fraktur, abilitas fungsional, proses mental, keuntungan fungsional, penguatan otot dan tulang penyangga keseimbangan tubuh.

Page 44: Hasil Penelitian Moblts n Postur

B. BAGAN KERANGKA KONSEPB. BAGAN KERANGKA KONSEP

Latihan Mobilitas & Postur

- Penyakit CVD- Waktu

- Umur - Jenis Kelamin

V. Bebas V. Kendali

V. Dikendalikan

Keluhan - Keluhan-Nyeri sendi-Nyeri punggung-Nyeri pinggang-Nyeri otot-Kesemutan

- Fungsi Kognitif & Interpersonal- Fungsi Sosial & Interpersonal- Kemampuan Fungsional- Lingkungan Aktifitas Fisik

V. Tergantung

Fungsi Sensomotorik Fleksibilitas Luas Gerak Sendi (LGS)

TidakDiteliti

Diteliti

Page 45: Hasil Penelitian Moblts n Postur

BAB IVMETODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen NonEquivalent Kontrol Group. Dengan cara subjek di bagi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok yang telah dipisahkan, kemudian dilakukan pre-test. Kelompok eksperimen diberi treatmen sedangkan kelompok kontrol tidak diberi treatmen. Untuk mengetahuiseberapa besar pengaruh maka kedua kelompok diukur perubahan indikator untuk melihat efek perlakuan. Pengaruhdari treatmen adalah :Kelompok perlakuan : Q1 Q3Kelompok kontrol : Q2 Q4

Page 46: Hasil Penelitian Moblts n Postur

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werda Gau Mabbaji Kab. Gowa Sulawesi Selatan pada bulan Juli–Agustus 2006

C. POLULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Kesuluruhan subjek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dicari kesimpulan (Sugiono, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni PSTW Gau Mabbaji Kab. Gowa.

Page 47: Hasil Penelitian Moblts n Postur

B. Sampel Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah Total Sampling yaitu mengambil semua

subjek yang masuk dalam kriteria.a. Kriteria inklusi

● Lanjut usia berusia lebih 60 tahun● Jenis kelamin laki-laki dan perempuan● Lanjut usia yang dalam keadaan sehat atau tidak menderita penyakit yang mengganggu pada saat melakukan latihan● Lanjut usia yang bersedia menjadi sampel.

b. Kriteria eksklusi● Lanjut usia yang tiba – tiba sakit pada saat melakukan latihan.● Lanjut usia yang memiliki riwayat gangguan CVD● Lanjut usia yang tidak bersedia untuk menjadi

sampel

Page 48: Hasil Penelitian Moblts n Postur

D. DEFENISI OPERASIONAL

1. Latihan mobilitas dan pastur adalah latihan dengan melakukan gerakan dengan memakai Kursi dan

dilanjutkan dengan jalan biasa sejauh 200 m pada jalan yang rata,

atau dimulai sesuai kemampuan lanjut usia. Terdiri dari delapan gerakan yang dilakukan 3 kali seminggu dalam waktu 4 minggu.

2. Fungsi sensomotorik yang terpenting adalah koordinasi dan

keseimbangan yang dibagi dalam : koordinasi non ekuilibrium

dan koordinasi ekuilibrium yang digunakan untuk komponen

statis yang dinamis postur dan keseimbangan ketika tubuh

dalam posisi berdiri, meliputi gerakan motorik kasar dan observasi tubuh saat statik dan dinamis.3. Keluhan – keluhan pada lanjut usia adalah keluhan –

keluhan yang diungkapkan seperti : nyeri sendi, nyeri punggung,

nyeri pinggang, nyeri otot, kesemutan : pemeriksaan nyeri

dengan VAS (Verbal Analog Scala)

Page 49: Hasil Penelitian Moblts n Postur

4. Luas Gerak Sendi adalah jangkauan gerak sendi yang dapat dilakukan oleh suatu sendi. Pengukuran LGS menggunakan alat Goniometer.

5. Fleksibilitas adalah kemampuan tubuh melakukan gerakan kelenturan dengan posisi duduk kemudian tangan meraih jarij kaki atau semaksimal mungkin dapat menjauhi/melewati sumbu (jari-jari kaki, dengan menggunakan alat yaitu kotak yang berukuran centimeter.

Page 50: Hasil Penelitian Moblts n Postur

E. PENGUMPULAN DATA

1. Mengindentifikasi tempat penelitian

2. Mengajukan surat permohonan izin untuk penelitian

3. Tes fungsi sensomotorik dilakukan dengan : Tes koordinasi non ekuilibrium dengan 5 kriteria penilaian dan Tes koordinasi ekuilibrium dengan 4 kriteria penilaian, keduanya dicatat dengan mempergunakan formulir tes dari Sulivan dan Schimitz (1994).

4. Sampel diambil secara total sampling.

5. Mengidentifikasi sampel berdasarkan kriteria inklusi, subjek yang setuju dijadikan sampel dibagi dalam dua kelompok menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Page 51: Hasil Penelitian Moblts n Postur

6. Keluhan – keluhan pada lanjut usia dapat melalui wawancara dan pengukuran dengan memakai

lembar observasi yang dilakukan sebelum dan sesudah

perlakuan.

7. Latihan mobilisasi dan postur dilakukan 3 kali seminggu

selama 30 menit dalam waktu 8 minggu.

8. Apabila dalam kelompok perlakuan ada yang tidak bisa

mengikuti latihan dianggap DO.

9. Setelah perlakuan terhadap kelompok eksperimen selesai,

dilakukan post test terhadap kedua kelompok.

10. Hasil dari pre-test dan post-test diolah dengan menggunakan uji Statistic Pearson Chi Squart Test

ke dalam program SPSS versi 11,5

Page 52: Hasil Penelitian Moblts n Postur

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL Subjek penelitian adalah lansia yang

berada di Panti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Gowa. Jumlah subjek penelitian sebanyak 80 orang. 40 orang sebagai kelompok perlakuan dan 40 orang sebagai kelompok kontrol. Subjek dipilih sesuai kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti, subjek yang memenuhi kriteria inklusi tersebut langsung dijadikan sebagai subjek penelitian.

Page 53: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel 5.1

Distribusi Tingkat Flekisbilitas menurut Jenis Kelamin Di Panti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Kabupaten Gowa

Tingkat Fleksibilitas

< - 5,0 cm - 4,0 cm > 0 cm Total Jenis

Kelamin n % n % n % n %

P

Pria 16 20,0 15 18,8 4 5,0 35 43,8

Wanita 16 20,0 14 17,5 15 18,8 45 56,3 0,73

Total 32 40,0 29 36,3 19 23,8 80 100,0

Keterangan : P = Probabilitas dengan menggunakan Uji Pearson Chi Square

Page 54: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel 5.2

Distribusi Tingkat Fleksibilitas menurut kelompok Umur Di Panti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Kabupaten Gowa

Tingkat Fleksibilitas

< - 5,0 cm - 4,0 cm > 0 cm Total Umur

(Tahun) n % n % n % n %

P

60 – 70 9 11,3 10 12,5 4 5,0 23 28,8

71 – 80 22 27,5 18 22,5 13 16,3 53 66,3

81 – 90 1 1,3 1 1,3 2 2,5 4 5,0

0,668

Total 32 40,0 29 36,3 19 23,8 80 100,0

Keterangan : P = Probabilitas dengan menggunakan Uji Pearson Chi Square

Page 55: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel 5.3 Distribusi Perubahan tingkat Fleksibilitas Kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol di Pnti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Kabupaten Gowa

Tingkat Fleksibilitas

Meningkat Tetap Menurun Total Kelompok

n % n % n % n %

P

Perlakuan 40 100 0 0,0 0 0,0 40 100

Kontrol 0 0,0 38 95 2 5,0 40 100 0,00

Keterangan : P = Probabilitas dengan menggunakan Uji Pearson Chi Square

Page 56: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Gambar 5.1 Distribusi Perubahan Tingkat Fleksibilitas Kelompok Perlakuan dan Kontrol di Panti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Gowa

0

20

40

60

80

100

Perlakuan Kontrol

Meningkat

Tetap

Menurun

Page 57: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel 5.4 Distribusi Keluhan-keluhan Muskuloskeletal sebelum perlakuan

Di Panti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Gowa

Frekuensi Keluhan

Selalu Sering Kadang2 Total Keluhan

n % n % n % n %

P

Nyeri sendi 52 65,0 26 32,5 2 2,5 80 100,0 0,158

Nyeri Punggung 3 3,8 55 68,8 22 27,5 80 100,0 0,766

Nyeri Pinggang 11 13,8 32 40,0 37 46,3 80 100,0 0,943

Nyeri Otot 8 10,0 36 45,0 36 45,0 80 100,0 0,737

Kesemutan 10 12,5 40 50,0 30 37,5 80 100,0 0,627

Keterangan : P = Probabilitas dengan menggunakan Uji Pearson Chi Square

Page 58: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel 5.5 Distribusi Keluhan-keluhan Muskuloskeletal Sesudah Perlakuan

Di Panti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Kabupaten Gowa

Frekuensi Keluhan

Selalu Sering Kadang2 Total Keluhan

n % n % n % n %

P

Nyeri sendi 24 30,0 43 58,8 13 16,3 80 100,0 0,000

Nyeri Punggung 1 1,3 29 36,3 50 62,5 80 100,0 0,000

Nyeri Pinggang 5 6,3 22 27,5 53 66,3 80 100,0 0,000

Nyeri Otot 3 3,8 23 28,8 54 67,5 80 100,0 0,000

Kesemutan 5 6,3 27 33,8 48 60,0 80 100,0 0,000

Keterangan : P = Probabilitas dengan menggunakan Uji Pearson Chi Square

Page 59: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Keluhan Muskuloskeletal sebelum Perlakuan Di Panti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Kabupaten Gowa

Frekuensi Keluhan

Berat Sedang Ringan Total Keluhan

n % n % n % n %

P

Nyeri sendi 14 17,5 56 70,0 10 12,5 80 100,0 0,081

Nyeri Punggung 2 2,5 31 77,5 16 20 80 100,0 1,000

Nyeri Pinggang 70 87,5 10 12,5 80 100,0 1,000

Nyeri Otot 60 75,0 20 25,0 80 100,0 1,000

Kesemutan 50 62,5 30 37,5 80 100,0 1,000

Keterangan : P = Probabilitas dengan menggunakan Uji Pearson Chi Square

Page 60: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Sesudah Perlakuan

Di Panti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Kabupaten Gowa

Frekuensi Keluhan

Berat Sedang Ringan Total Keluhan

n % n % n % n %

P

Nyeri sendi 10 12,5 37 46,3 33 41,3 80 100,0 0,000

Nyeri Punggung 1 1,3 34 42,5 45 56,3 80 100,0 0,000

Nyeri Pinggang 2 2,5 35 43,8 43 53,8 80 100,0 0,000

Nyeri Otot 32 40,0 48 60,0 80 100,0 0,000

Kesemutan 31 38,8 49 61,3 80 100,0 0,000

Keterangan : P = Probabilitas dengan menggunakan Uji Pearson Chi Square

Page 61: Hasil Penelitian Moblts n Postur

0

20

40

60

80

100

Perlakuan Kontrol

Selalu

Sering

Kadang2

Gambar 5.2 Distribusi Frekwensi Keluhan sebelum perlakuan di Panti Sosial Tresna

Werdha Gau Mabaji Gowa

Page 62: Hasil Penelitian Moblts n Postur

010203040506070

Selalu

Sering

Kadang2

Gambar 5.3 Distribusi Frekwensi keluhan sesudah perlakuan di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa

Page 63: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Gambar 5.4 Distribusi Tingkat Keluhan sebelum perlakuan di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa

Page 64: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Gambar 5.5 Distribusi Tingkat keluhan sesudah perlakuan kontrol di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa

Page 65: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Tabel 5.8Distribusi Perubahan Luas Gerak Sendi Kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha

Gau Mabaji Gowa

Kelompk

Luas Gerak Sendi

Meningkt Tetap Menurun Total

n % n % N % n %

Perlakuan 40 100 0 0,0 0 0,0 40 100

Kontrol 0 0,0 35 87,5 5 12,5 40 100

Page 66: Hasil Penelitian Moblts n Postur

T-Test

One-Sample Statistics

80 47,2500 5,67584 ,63458

80 53,1875 8,57741 ,95898

Fleksi_Pre

Fleksi_Post

N Mean Std. DeviationStd. Error

Mean

One-Sample Test

74,459 79 ,000 47,25000 45,9869 48,5131

55,462 79 ,000 53,18750 51,2787 55,0963

Fleksi_Pre

Fleksi_Post

t df Sig. (2-tailed)Mean

Difference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Test Value = 0

T-TestOne-Sample Statistics

80 48,6875 5,26174 ,58828

80 53,1250 7,17657 ,80236

Ekstensi_Pre

Ekstensi_Post

N Mean Std. DeviationStd. Error

Mean

Page 67: Hasil Penelitian Moblts n Postur

T-Test

T-Test

One-Sample Test

82,762 79 ,000 48,68750 47,5166 49,8584

66,211 79 ,000 53,12500 51,5279 54,7221

Ekstensi_Pre

Ekstensi_Post

t df Sig. (2-tailed)Mean

Difference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Test Value = 0

One-Sample Statistics

80 39,6875 7,68624 ,85935

80 40,7500 7,91969 ,88545

Hprekstnsi_Pre

Hprekstnsi_Post

N Mean Std. DeviationStd. Error

Mean

Page 68: Hasil Penelitian Moblts n Postur

T-TestOne-Sample Statistics

80 12,2500 4,65112 ,52001

80 14,5000 4,32830 ,48392

Adduksi_Pre

Adduksi_Post

N Mean Std. DeviationStd. Error

Mean

One-Sample Test

23,557 79 ,000 12,25000 11,2149 13,2851

29,964 79 ,000 14,50000 13,5368 15,4632

Adduksi_Pre

Adduksi_Post

t df Sig. (2-tailed)Mean

Difference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Test Value = 0

T-Test

One-Sample Statistics

80 148,1250 13,15379 1,47064

80 154,6250 10,87254 1,21559

Abduksi_Pre

Abduksi_Post

N Mean Std. DeviationStd. Error

Mean

Page 69: Hasil Penelitian Moblts n Postur

• T-Test

One-Sample Test

100,722 79 ,000 148,12500 145,1978 151,0522

127,202 79 ,000 154,62500 152,2054 157,0446

Abduksi_Pre

Abduksi_Post

t df Sig. (2-tailed)Mean

Difference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Test Value = 0

Page 70: Hasil Penelitian Moblts n Postur

• T-Test

One-Sample Statistics

80 138,1250 22,53513 2,51950

80 140,6250 17,29079 1,93317

Fleksi_Bahu_Pre

Fleksi_Bahu_Post

N Mean Std. DeviationStd. Error

Mean

One-Sample Test

54,822 79 ,000 138,12500 133,1101 143,1399

72,743 79 ,000 140,62500 136,7771 144,4729

Fleksi_Bahu_Pre

Fleksi_Bahu_Post

t df Sig. (2-tailed)Mean

Difference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Test Value = 0

Page 71: Hasil Penelitian Moblts n Postur

Oneway (Koordinasi Non Equilibrium)

ANOVA

39,200 1 39,200 2,132 ,148

1434,000 78 18,385

1473,200 79

198,450 1 198,450 15,842 ,000

977,100 78 12,527

1175,550 79

Between Groups

Within Groups

Total

Between Groups

Within Groups

Total

Pretes

Postest

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Oneway (Koordinasi Equilibrium)

ANOVA

3,200 1 3,200 ,256 ,614

974,000 78 12,487

977,200 79

214,513 1 214,513 23,761 ,000

704,175 78 9,028

918,688 79

Between Groups

Within Groups

Total

Between Groups

Within Groups

Total

Pretes

Postest

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 72: Hasil Penelitian Moblts n Postur

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat

ditarik kesimpulan bahwa, terdapat pengaruh latihan Mobilitas dan Postur terhadap perubahan fleksibilitas, luas gerak sendi, fungsi sensomotorik dan mengurangi keluhan pada sistem muskuloskeletal berupa nyeri sendi, nyeri punggung, nyeri otot dan kesemutan.

Page 73: Hasil Penelitian Moblts n Postur

B. SARAN 1. Kepada petugas Panti sosial tresna

wredha agar latihan Mobilitas dan Postur dijadikan latihan rutin bagi lanjut usia guna meningkatkan fleksibiliats, Luas gerak sendi dan sensomotorik dalam upaya memperbaiki kualitas hidup bagi lansia

2. Bagi lanjut usia di anjurkan untuk melakukan latihan mobilitas dan postur untk meningkatkan fungsional