HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan...

28
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua Tunggal Responden dalam penelitian ini adalah ibu sebagai orang tua tunggal dan anaknya yang masing-masing berjumlah 25 orang yang bertempat tinggal di Kota Yogyakarta. Karakteristik orang tua tunggal dalam penelitian ini meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, lamanya bekerja, lamanya penggunaan media, dan lamanya mengikuti kegiatan sosial. Lampiran 6 memperlihatkan bahwa jumlah responden paling banyak (48%) berusia antara 36-46 tahun, berpendidikan SMU (40 %), bekerja sebagai karyawan swasta (44 %) dengan penghasilan kurang dari Rp. 1 juta (52 %). Lama waktu bekerja di luar rumah berkisar antara 8–10 jam (72 %). Jumlah responden yang menggunakan media lebih dari 7 jam dan antara 1- 3 jam dalam seminggu adalah sama yaitu 28 persen. Rata-rata mereka lebih suka membaca dari pada menonton televisi, yaitu 31,2 persen suka membaca surat kabar sementara 20 persen suka menonton berita di televisi. Lebih dari setengah jumlah responden menghabiskan 2-4 jam seminggu untuk melakukan kegiatan sosial. Responden yang tidak mengikuti kegiatan sosial hampir setengah dari jumlah responden yaitu 40 persen. Sedangkan jumlah responden yang menghabiskan 5-7 jam seminggu untuk berkegiatan sosial hanya sebanyak 8 persen. Kegiatan sosial yang paling banyak dilakukan oleh orang tua tunggal adalah kegiatan di lingkungan sekitarnya yaitu PKK yang dilakukan secara rutin sebulan sekali. Kegiatan lain yang juga banyak diminati oleh orang tua tunggal adalah kegiatan rohani berupa pengajian-pengajian. Sebanyak 16,2 persen bergabung dengan supporting group yang dikoordinir oleh LSM perempuan dengan tujuan memberikan bantuan dalam menghadapi masalah-masalah yang terkait dengan perceraian, konflik dengan mantan pasangan dan pengasuhan anak. Jenis bacaan yang paling digemari oleh orang tua tunggal adalah surat kabar yang dimaksudkan untuk mendapatkan berita dan menambah wawasan. Tabloid adalah jenis bacaan ke dua yang paling digemari. Selebihnya jenis bacaan tergantung pada minat seperti filsafat, kesehatan, hobi dan sebagainya.

Transcript of HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan...

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden Orang Tua Tunggal

Responden dalam penelitian ini adalah ibu sebagai orang tua tunggal dan

anaknya yang masing-masing berjumlah 25 orang yang bertempat tinggal di Kota

Yogyakarta. Karakteristik orang tua tunggal dalam penelitian ini meliputi usia,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, lamanya bekerja, lamanya penggunaan media,

dan lamanya mengikuti kegiatan sosial.

Lampiran 6 memperlihatkan bahwa jumlah responden paling banyak

(48%) berusia antara 36-46 tahun, berpendidikan SMU (40 %), bekerja sebagai

karyawan swasta (44 %) dengan penghasilan kurang dari Rp. 1 juta (52 %). Lama

waktu bekerja di luar rumah berkisar antara 8–10 jam (72 %).

Jumlah responden yang menggunakan media lebih dari 7 jam dan antara 1-

3 jam dalam seminggu adalah sama yaitu 28 persen. Rata-rata mereka lebih suka

membaca dari pada menonton televisi, yaitu 31,2 persen suka membaca surat

kabar sementara 20 persen suka menonton berita di televisi.

Lebih dari setengah jumlah responden menghabiskan 2-4 jam seminggu

untuk melakukan kegiatan sosial. Responden yang tidak mengikuti kegiatan sosial

hampir setengah dari jumlah responden yaitu 40 persen. Sedangkan jumlah

responden yang menghabiskan 5-7 jam seminggu untuk berkegiatan sosial hanya

sebanyak 8 persen.

Kegiatan sosial yang paling banyak dilakukan oleh orang tua tunggal

adalah kegiatan di lingkungan sekitarnya yaitu PKK yang dilakukan secara rutin

sebulan sekali. Kegiatan lain yang juga banyak diminati oleh orang tua tunggal

adalah kegiatan rohani berupa pengajian-pengajian. Sebanyak 16,2 persen

bergabung dengan supporting group yang dikoordinir oleh LSM perempuan

dengan tujuan memberikan bantuan dalam menghadapi masalah-masalah yang

terkait dengan perceraian, konflik dengan mantan pasangan dan pengasuhan anak.

Jenis bacaan yang paling digemari oleh orang tua tunggal adalah surat

kabar yang dimaksudkan untuk mendapatkan berita dan menambah wawasan.

Tabloid adalah jenis bacaan ke dua yang paling digemari. Selebihnya jenis bacaan

tergantung pada minat seperti filsafat, kesehatan, hobi dan sebagainya.

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

61

Jenis tontonan yang paling digemari adalah berita disusul kemudian dengan

infotainment, film dan sinetron. Jenis tontonan ini menunjukkan tujuan

penggunaan media massa adalah untuk mendapatkan informasi dan hiburan.

Karakteristik Responden Anak

Karakteristik responden anak ditunjukkan pada Lampiran 7 yang meliputi

jenis kelamin, usia, jumlah saudara, status sekolah dan lamanya penggunaan

media .

Responden anak diambil satu dari setiap keluarga karena di dalam keluarga

dengan dua anak atau lebih hanya ditemukan satu orang anak yang sesuai dengan

kriteria usia yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu 7-12 tahun. Beberapa anak

berstatus sebagai anak sulung dengan adik berusia kurang dari 7 tahun, sedangkan

yang lain berstatus sebagai anak bungsu dengan kakak yang berusia lebih dari 12

tahun, bahkan ada yang sudah kuliah atau berkeluarga.

Kebanyakan responden anak berjenis kelamin perempuan dan berusia

antara 10 – 12 tahun. Sebagian besar responden (40 %) merupakan anak tunggal.

Jika dilihat dari sekolahnya, maka sebagian besar responden anak bersekolah di

SD, hanya ada tiga orang anak yang bersekolah di SMP dengan usia 12 tahun.

Jenis sekolah dibedakan menjadi sekolah negeri dan sekolah swasta. Jumlah

responden yang bersekolah di sekolah negeri tidak berbeda jauh dengan yang

bersekolah di sekolah swasta.

Selain bersekolah, anak-anak mengisi waktu luang dengan mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat, ketersediaan waktu serta biaya.

Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti

anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan tersebut, kebanyakan anak mengikuti

kegiatan kesenian dan olah raga. Lebih banyak anak perempuan mengikuti

kegiatan kesenian sedangkan kegiatan olah raga lebih banyak diikuti anak laki-

laki.

Jenis bacaan yang disukai baik oleh anak laki- laki maupun anak perempuan

adalah komik yang sering difilmkan sebagai film kartun di televisi, seperti Dora

Emon, Tsubasa, Scoby Doo dan Detektif Conan. Selain membaca komik, anak

perempuan juga suka membaca majalah anak.

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

62

Tontonan yang paling digemari baik oleh anak perempuan maupun anak

laki- laki adalah film kartun. Reality show seperti AFI (Akademi Fantasi Indosiar),

Indonesian Idol dan Pildacil (Pemilihan Dai Kecil) lebih digemari anak

perempuan. Lebih banyak anak perempuan menyukai sinetron dibandingkan anak

laki- laki. Sinetron yang ditonton anak bertema komedi dan kehidupan remaja.

Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal

Pola komunikasi yang digunakan oleh orang tua tunggal dapat

dikategorikan menjadi linier, interaksi dan transaksi. Beberapa situasi yang

dihadapi dalam kehidupan sehari-hari mendorong penggunaan pola komunikasi

yang berbeda. Dengan demikian satu orang tua tunggal dapat menggunakan lebih

dari satu pola komunikasi.

Tabel 5. Pola Komunikasi pada berbagai Situasi Komunikasi, Yogyakarta, 2006

Situasi Komunikasi Pola Komunikasi Jumlah Linier Interaksi Transaksi

n % n % n % n %

Menghadapi anak yang mempunyai masalah dengan teman.

2 8 17 68 6 24 25 100

Menghadapi anak yang prestasi belajarnya menurun.

2 8 15 60 8 32 25 100

Mengatur uang saku anak.

3 12 9 36 13 52 25 100

Tidak bisa memenuhi permintaan anak.

2 8 16 64 7 28 25 100

Mengajar anak memanfaatkan waktu

4 16 9 36 12 48 25 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa secara umum penggunaan pola komunikasi

interaksi lebih dominan dibandingkan penggunaan pola komunikasi linier maupun

pola komunikasi transaksi kecuali pada situasi pengaturan uang saku anak dan

pemanfaatan waktu luang anak penggunaan pola komunikasi transaksi lebih

dominan. Sementara itu, pola komunikasi interaksi paling banyak digunakan

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

63

ketika menghadapi anak yang bermasalah dengan teman, prestasi belajar anak

menurun dan jika orang tua tidak bisa memenuhi permintaan anak. Komunikasi

yang bersifat dua arah atau dialogis lebih tepat digunakan pada situasi tersebut

karena lewat komunikasi dua arah, orang tua bisa memberikan pengertian kepada

anak tentang situasi yang dihadapi.

Meskipun ditemukan variasi penggunaan beberapa pola komunikasi sesuai

dengan situasi yang dihadapi, secara umum bisa ditentukan kecenderungan

penggunaan pola komunikasi yang dominan berdasarkan jawaban kuesioner dan

hasil wawancara. Tabel 6 memperlihatkan sebaran pola komunikasi yang

digunakan oleh orang tua tunggal yang menjadi responden penelitian ini.

Tabel 6. Kecenderungan Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal Pola Komunikasi Jumlah

(25) Persentase

(%) Linier 3 12 Interaksi 13 52 Transaksi 9 36 Jumlah 25 100

Secara umum pola komunikasi interaksi paling dominan digunakan oleh

orang tua tunggal. Menurut Fisher (1986), pola komunikasi interaksi menekankan

pentingnya interaksi dalam pembentukan sikap atau perilaku. Konsep diri anak

terbentuk melalui interaksinya dengan lingkungan terdekatnya, terutama keluarga.

Dialog adalah suatu bentuk interaksi yang terjadi di antara peserta komunikasi.

Pola komunikasi interaksi ditandai dengan terjadinya dialog antara peserta

komunikasi yang berarti bersifat dua arah. Melalui dialog pula bisa dibentuk sikap

dan perilaku anak seperti yang terungkap dari wawancara dengan O3 yang

menyatakan bahwa anaknya bersedia melanjutkan mengikuti TPA (Taman

Pendidikan Al-Quran) setelah berdialog dengan ibu seperti pernyataannya di

bawah ini.

“Dia ikut TPA dulu saya suruh. Biar pinter baca Al Quran. Banyak temannya yang sudah berhenti dari TPA. Dia pengin nggak usah TPA lagi, terus saya bilang kalau saya nggak bisa baca Quran, kalau bodoh semua gimana? Apalagi dia cowok kan besok harus bisa membimbing, terus dia bilang : O, ya, ya. Dia mau. Bangkit lagi. Kalau dibiarkan maunya cuma sampai kelas empat.”

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

64

Pada pola komunikasi interaksi, anak dapat menyampaikan keinginan dan

pendapatnya secara terbuka sedangkan ibu memberikan reaksi positif kemudian

secara perlahan mengarahkan anak kepada satu pengertian yang diinginkan ibu

untuk dilakukan oleh anak. Dengan demikian terjadi dialog tidak setara yang

artinya ada salah-satu pihak yang lebih dominan yang dalam hal ini adalah orang

tua. Menurut DeVito (1997), pola komunikasi seperti ini disebut the unbalanced

split pattern karena ada salah satu pihak yang mendominasi pihak lain dan

menuntutnya agar melakukan apa yang diinginkannya.

Pola komunikasi transaksi menempati urutan kedua sebagai pola

komunikasi yang digunakan orang tua tunggal dalam penelitian ini. Salah satu ciri

pola komunikasi transaksi menurut Cangara (2004) adalah semua peserta

komunikasi aktif. Orang tua dan anak mempunyai posisi sejajar dalam

menghadapi berbagai situasi. Anak diberi kesempatan untuk berperanserta dalam

memutuskan sesuatu dalam porsi yang seimbang dengan orang tua. Misalnya

dalam pengaturan uang saku anak diputuskan bersama oleh orang tua dan anak

dengan jumlah yang dianggap sesuai untuk anak. Persepsi anak dan orang tua

tentang jumlah uang saku yang sesuai tentu saja berbeda tetapi mereka harus

mencapai kesepakatan bersama mengenai hal itu. Situasi ini sesuai dengan model

konvergensi dari Rogers dan Kincaid (1981) yang memandang komunikasi

sebagai transaksi di antara partisipan yang akan menghasilkan pengertian

bersama.

Pola komunikasi linier ternyata masih digunakan orang tua sampai saat ini

meskipun tingkat penggunaannya oleh orang tua tunggal sedikit. Dari wawancara

dengan responden diketahui bahwa komunikasi linier dinilai sangat tepat untuk

mendisiplinkan anak dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Teknik instruktif

digunakan untuk menyuruh anak melakukan kegiatan sehari-hari sedangkan untuk

menyuruh anak belajar secara teratur digunakan teknik persuasi dengan

menjelaskan bahwa anak yang pintar kelak akan mempunyai lebih banyak pilihan

dalam menentukan bidang pekerjaan yang akan ditekuni. Paksaan dan ancaman

hukuman ternyata juga digunakan oleh orang tua tunggal yang menggunakan pola

komunikasi linier seperti pengakuan O5 berikut ini :

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

65

“ Saya akan berusaha dengan berbagai cara supaya anak saya menuruti keinginan saya. Kalau dia harus tidur siang, bagaimanapun caranya harus tidur, kalau perlu dicubit. Kalau waktunya mandi, saya paksa dia mandi, biasanya saya hitung satu sampai tiga sambil saya bawa sulak atau sapu. Kalau sampai hitungan tiga dia belum juga mandi, sapu saya pukulkan ke dinding dan dia akan lari masuk kamar mandi.”

Hubungan Lingkungan dan Pola Komunikasi

Penelitian ini melihat bagaimana faktor lingkungan menentukan

kecenderungan penggunaan suatu jenis pola komunikasi oleh orang tua tunggal.

Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif untuk memberikan penjelasan terhadap

fenomena-fenomena yang muncul di lapangan.

Tabel 7. Faktor Lingkungan dan Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal, Yogyakarta, 2006

Faktor Lingkungan Pola Komunikasi Jumlah Linier Interaksi Transaksi

n % n % n % n % Keluarga Luas Interaksi rendah 1 4 3 12 - - 4 16 Interaksi sedang 1 4 6 24 4 16 11 44 Interaksi tinggi 1 4 4 16 5 20 10 40 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100 Sekolah Negeri - - 8 32 5 20 13 52 Swasta 3 12 5 20 4 16 12 48 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100 Teman Sebaya Interaksi rendah 1 4 - - - - 1 4 Interaksi sedang 1 4 6 24 4 16 11 44 Interaksi tinggi 1 4 7 28 5 20 13 52 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100 Media massa Intensitas rendah - - 1 4 - - 1 4 Intensitas sedang - - 2 8 - - 2 8 Intensitas tinggi 3 12 10 40 9 36 22 88 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa orang tua tunggal berinteraksi dengan keluarga

luas dalam tingkat yang berbeda tetapi sebagian besar (44 %) berinteraksi sedang.

Pola komunikasi linier digunakan pada semua tingkat interaksi secara merata,

pola komunikasi interaksi digunakan lebih banyak pada interaksi sedang,

sementara pada interaksi tinggi lebih banyak digunakan pola komunikasi

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

66

transaksi. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Olsen (1974) di Taiwan yang

menyatakan bahwa keterlibatan keluarga luas dalam pengasuhan anak

mempengaruhi orang tua menggunakan pola komunikasi linier.

Hasil wawancara dengan beberapa responden mengungkapkan bahwa pola

komunikasi interaksi dan transaksi digunakan untuk menjaga konsistensi pola

pengasuhan anak. Orang tua berdialog dengan anak mengenai perbedaan pola

asuh yang terjadi di dalam keluarga mereka dan keluarga luas. Dalam hal ini,

anak wajib mengikuti arahan dari orang tua sendiri dan mengabaikan arahan dari

keluarga luas jika hal tersebut bertentangan dengan ketentuan dari orang tua. Pola

komunikasi linier digunakan dengan tujuan supaya anak patuh dan mau mengikuti

petunjuk dari orang tua setelah mengalami pola asuh dan pola komunikasi dari

keluarga luas yang berbeda dengan yang digunakan oleh orang tua sendiri.

Pola komunikasi interaksi lebih banyak digunakan oleh orang tua tunggal

yang anaknya bersekolah di negeri. Dengan pola komunikasi ini anak tidak perlu

disuruh belajar karena kepada anak ditanamkan kesadaran bahwa belajar adalah

tugas seorang pelajar sehingga anak lebih bertanggungjawab dalam mengerjakan

tugas-tugas dan PR (Pekerjaan Rumah) dari sekolah.

Tingkat penggunaan pola komunikasi transaksi tidak berbeda jauh di

kalangan orang tua tunggal yang anaknya bersekolah di negeri dan swasta. Pola

komunikasi transaksi cenderung digunakan untuk menanamkan kesadaran kepada

anak tentang pentingnya belajar. Temuan menarik penelitian ini adalah pola

komunikasi linier hanya digunakan oleh orang tua tunggal yang anaknya

bersekolah di swasta. Berdasarkan pengamatan di lapangan, hal ini terjadi karena

sekolah swasta menerapkan standar prestasi akademis yang tinggi dan penerapan

disiplin yang ketat bagi para siswanya. Orang tua merasa khawatir jika anaknya

tidak bisa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan oleh pihak sekolah

sehingga menggunakan pola komunikasi linier untuk menyuruh anaknya giat

belajar dan mematuhi peraturan sekolah.

Frekuensi penggunaan pola komunikasi interaksi dan transaksi oleh orang

tua tunggal nampak dominan pada interaksi sedang dan tinggi antara anak dengan

teman sebaya. Semakin sering anak berinteraksi dengan teman sebaya maka orang

tua harus memberi pengertian kepada anak agar tidak mengikuti sikap dan

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

67

perilaku teman yang kurang baik. Lewat dialog ditekankan bahwa setiap orang

mempunyai target dan tujuan hidup yang berbeda sehingga cara bersikap dan

berperilaku juga harus berbeda.

Berdasarkan pemahaman anak tentang berbagai ragam karakter teman

yang mungkin dijumpai mereka di dalam lingkungan pergaulannya, orang tua

mengharapkan mereka bisa memilih teman yang baik. Hal ini didasari oleh

pemahaman orang tua bahwa teman sebaya sangat mempengaruhi sikap dan

perilaku anak. Menurut Tarmudji (2002), pengaruh buruk yang mungkin muncul

sebagai hasil interaksi anak dengan teman sebaya adalah perilaku agresif. Tentu

saja orang tua tidak menginginkan pengaruh buruk tersebut terjadi pada anaknya.

Pada interaksi rendah dengan teman sebaya nampak hanya digunakan pola

komunikasi linier. Dari wawancara terungkap bahwa anak ternyata mempunyai

teman sebaya yang berperilaku kurang baik sehingga orang tua menyuruh anak

membatasi pergaulannya dengan teman tersebut.

Intensitas penggunaan media massa yang tinggi oleh anak ternyata

menunjukkan penggunaan ketiga pola komunikasi tetapi pola komunikasi

interaksi dan transaksi nampak lebih dominan. Menurut Rakhmat (2001), salah

satu pengaruh media massa adalah perilaku agresif. Sehubungan dengan hal

tersebut maka dalam menghadapi anak yang menggunakan media massa dalam

intensitas tinggi orang tua mengantisipasinya dengan komunikasi dua arah, yaitu

interaksi dan transaksi, yang dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada

anak tentang isi pesan media massa yang bertemakan kekerasan dan meminta

anak supaya tidak menirunya. Sementara itu, pola komunikasi linier digunakan

untuk melarang anak menonton film kartun tertentu yang dinilai tidak mendidik.

Bahkan beberapa orang tua menetapkan jenis tontonan dan jenis bacaan yang

boleh ditonton dan dibaca oleh anak.

Sesudah mendapatkan gambaran distribusi frekuensi penggunaan pola

komunikasi berdasarkan faktor lingkungan, selanjutnya dilihat kecenderungan

penggunaan pola komunikasi secara umum berdasarkan faktor lingkungan anak

dengan menunjukkan rata-rata skor pola komunikasi.

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

68

Tabel 8. Faktor Lingkungan dan Kecenderungan Pola Komunikasi

Faktor Lingkungan

Nilai Rata-rata Skor Pola Komunikasi

Kategori Pola Komunikasi

Keluarga Luas Interaksi rendah 1,7 Interaksi Interaksi sedang 2,2 Interaksi Interaksi tinggi 2,3 Interaksi Sekolah Negeri 2,2 Interaksi Swasta 2,1 Interaksi Teman Sebaya Interaksi rendah 1.3 Linier Interaksi sedang 2,2 Interaksi Interaksi tinggi 2,2 Interaksi Media massa Intensitas rendah 2,4 Interaksi Intensitas sedang 1,9 Interaksi Intensitas tinggi 2,2 Interaksi Catatan : Skor 0 - < 1 = Linier, 1,5 - < 2,5 = Interaksi, = 2,5 = Transaksi

Berdasarkan skor pola komunikasi pada semua faktor lingkungan maka

secara umum pada semua faktor lingkungan yang dihadapi anak terlihat

penggunaan pola komunikasi interaksi. Hanya pada satu orang anak yang

berinteraksi rendah dengan teman sebaya ditemukan penggunaan pola komunikasi

linier oleh orang tua tunggal. Dengan demikian faktor lingkungan anak

menyebabkan digunakannya pola komunikasi interaksi oleh orang tua tunggal.

Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyana (1999) tentang bentuk komunikasi yang

bisa digunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yaitu bentuk

komunikasi yang bisa mencapai tingkat empati optimal. Menurut Fisher (1986),

pengertian bersama yang diperoleh melalui empati adalah ciri pola komunikasi

interaksi.

Hubungan Karakteristik Orang Tua Tunggal dan Pola Komunikasi

Sikap dan faktor personal yang ada dalam diri seseorang atau karakteristik

individu menentukan pola komunikasi yang digunakan. Penelitian ini

mendeskripsikan pengaruh karakteristik orang tua tunggal terhadap pola

komunikasi antara orang tua tunggal dan anak. Tabel 9 menunjukkan distribusi

pola komunikasi yang digunakan berdasarkan karakteristik orang tua tunggal.

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

69

Tabel 9. Karakteristik Orang Tua Tunggal dan Pola Komunikasi, Yogyakarta, 2006

Karakteristik Orang Tua Tunggal

Pola Komunikasi Jumlah Linier Interaksi Transaksi

n % n % n % n % A. Usia (tahun) a. 30 - 35 1 4 6 24 3 12 10 40 b. 36 - 46 2 8 5 20 4 16 11 48 c. 47 - 57 - - 2 8 2 8 4 16 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100 B.Jumlah Anak (Orang) a. 1 2 8 5 20 4 16 11 44 b. 2 1 4 6 24 3 12 10 40 c. 3 - - 2 8 1 4 3 12 d. > 3 - - - - 1 4 1 4 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100 C. Pendidikan a. SD 1 4 1 4 1 4 3 12 b. SMP - - 1 4 - - 1 4 c. SMU 2 8 4 16 4 16 10 40 d. D1 - - 1 4 - - 1 4 e. D3 - - 1 4 1 4 2 8 g. S1 - - 5 20 2 8 7 28 h. S2 - - - - 1 4 1 4 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100 D. Pekerjaan a. Karyawan Swasta 1 4 6 24 4 16 11 44 b. Wiraswasta 1 4 2 8 4 16 7 28 c. PNS - - 3 12 1 4 4 16 d. Buruh 1 4 2 8 - - 3 12 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100 E. Pendapatan (Rp) a. < 1 juta 1 4 7 28 5 20 13 52 b. 1 - 2 juta 2 8 5 20 3 12 10 40 c. > 2 juta - - 1 4 1 4 2 8 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100 F. Lama Waktu Bekerja (Jam/hari)

a. < 8 1 4 3 12 3 12 7 28 b. 8 - 10 1 4 9 36 6 24 16 64 c. > 10 1 4 1 4 - - 2 8 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100 G. Lama Penggunaan Media (Jam/minggu)

a. 1 - 3 - - 5 20 2 8 7 28 b. 3 - 5 1 4 2 8 2 8 5 20 c. 5 - 7 1 4 3 12 2 8 6 24 d. > 7 1 4 3 12 3 12 7 28 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100

Berlanjut

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

70

Lanjutan Karakteristik Orang Tua Tunggal

Pola Komunikasi Jumlah Linier Interaksi Transaksi

n % n % n % n % H. Lama Kegiatan Sosial

(Jam/minggu)

a. Tidak ada 2 8 6 24 2 8 10 40 b. 2 - 4 1 4 6 24 6 24 13 52 c. 5 - 7 - - 1 4 1 4 2 8 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100

Orang tua tunggal berusia 47-57 tahun terlihat hanya menggunakan

komunikasi dua arah yaitu interaksi dan transaksi sedangkan pada dua kelompok

usia di bawahnya masih terlihat digunakannya pola komunikasi linier. Dari

temuan ini nampak bahwa seiring dengan bertambahnya usia membuat orang tua

berkomunikasi secara lebih baik dengan anak-anaknya. Hal ini didasari oleh

pengalaman mereka dalam hal cara mengasuh anak, baik yang dialami sendiri

maupun dari melihat atau membaca informasi dari media massa tentang pola asuh

anak. Hal tersebut terungkap dari wawancara dengan O1 dan O2 yang

menyatakan bahwa mereka dididik secara otoriter oleh orang tua sehingga tidak

ingin melakukan hal yang sama pada anak-anak mereka sekarang, karena itu

mereka cenderung menggunakan pola komunikasi transaksi di dalam

berkomunikasi dengan anak.

Hal menarik yang ditemukan di sini adalah orang tua tunggal dengan tiga

anak atau lebih menggunakan pola komunikasi interaksi dan transaksi. Hal ini

berbeda dengan pendapat Gunarsa (1991) yang menyatakan bahwa kepadatan di

dalam keluarga menimbulkan kesulitan berkomunikasi sehingga pola hubungan

menjadi otoriter yang berarti menunjukkan digunakannya pola komunikasi linier.

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan responden penelitian ini

ternyata mereka memiliki anak-anak yang sudah dewasa bahkan ada yang sudah

berkeluarga sehingga perhatian lebih banyak diarahkan kepada anak bungsu, yaitu

yang menjadi subjek penelitian ini sehingga bisa berkomunikasi lebih baik.

Ketiga jenis pola komunikasi digunakan oleh orang tua tunggal yang

berpendidikan SD dan SMU, tetapi mulai dari D1 hingga S2 hanya menggunakan

komunikasi dua arah yaitu D1 sampai S1 menggunakan komunikasi interaksi

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

71

sedangkan S2 menggunakan komunikasi transaksi. Hal ini menguatkan anggapan

Widjaja (1989) dalam Rahmah (2004) yang mengungkapkan bahwa ibu yang

berpendidikan akan bersikap lebih baik kepada anak termasuk juga dalam

berkomunikasi dengan anak yaitu cenderung menggunakan pola komunikasi dua

arah.

Pekerjaan dan pendapatan merupakan indikator untuk melihat kelas sosial

ekonomi seseorang. Hasil penelitian Olsen (1974) menunjukkan bahwa kelas

sosial ekonomi bawah cenderung menggunakan komunikasi linier sementara kelas

menengah menggunakan komunikasi dua arah. Data yang disajikan pada Tabel 9

menunjukkan bahwa pola komunikasi linier digunakan oleh semua jenis pekerjaan

kecuali PNS dan hanya pada orang tua tunggal berpenghasilan lebih dari dua juta

rupiah tidak ditemukan penggunaan pola komunikasi linier. Frekuensi

penggunaan pola komunikasi interaksi dan transaksi lebih sering ditemukan pada

kelas menengah meskipun pada kelas bawah juga ditemukan penggunaan pola

komunikasi ini. Dengan demikian komunikasi dua arah cenderung digunakan oleh

kelas sosial ekonomi menengah tetapi penggunaan pola komunikasi linier bukan

kecenderungan dari kelas bawah.

Lebih dari setengah jumlah responden bekerja antara delapan sampai

sepuluh jam sehari dan pada kelompok ini terlihat dominan penggunaan pola

komunikasi interaksi. Dengan jam kerja yang tidak terlalu lama memungkinkan

mereka mempunyai lebih banyak waktu untuk memperhatikan anak-anak mereka,

termasuk juga mendengarkan cerita dan keluh kesahnya.

Pola komunikasi linier dan interaksi digunakan oleh orang tua tunggal

yang bekerja lebih dari sepuluh jam sehari. Fakta ini berbeda dengan hasil

penelitian Kohn (1963) dalam Chilman (1988) yang menyatakan bahwa lamanya

waktu bekerja menyebabkan orang tua cenderung menuntut kepatuhan anak dan

memaksakan kehendak dengan pola komunikasi linier. Berdasarkan pengamatan

ternyata orang tua tunggal menggunakan pola komunikasi linier jika jam kerja

lama dan tidak mendapat bantuan dari keluarga luas dalam pengasuhan anak. Hal

ini bisa dimaklumi karena mereka sudah sangat lelah ketika sampai di rumah

sehingga dalam berkomunikasi dengan anak lebih sering menggunakan teknik

instruktif, infromatif dan persuasif yang merupakan ciri komunikasi linier.

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

72

Lama penggunaan media massa oleh orang tua tunggal sangat bervariasi.

Hampir sepertiga dari mereka menggunakan media massa lebih dari tujuh jam

seminggu. Jumlah yang sama juga menggunakan media massa antara satu sampai

tiga jam seminggu. Frekuensi penggunaan pola komunikasi interaksi terlihat

dominan pada kelompok yang terakhir ini. Hal ini tidak sejalan dengan

pernyataan Mulyana (1999) yang menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi

bisa diperoleh sebagai hasil dari akses terhadap media massa. Artinya, semakin

lama seseorang mengakses media massa maka akan semakin terampil dalam

berkomunikasi yang ditunjukkan dengan kecenderungan menggunakan

komunikasi dua arah, yaitu interaksi dan transaksi. Ternyata yang ditemukan di

sini, orang tua tunggal yang menggunakan media massa antara satu atau tiga jam

seminggu, yang bisa dikategorikan rendah, justru menunjukkan penggunaan pola

komunikasi interaksi yang dominan. Hal ini terjadi karena sebagian besar dari

mereka menyukai jenis tontonan berita dan jenis bacaan surat kabar, yang tentu

saja tidak berperan dalam peningkatan ketrampilan berkomunikasi melainkan

hanya sebagai sarana menambah wawasan dan pengetahuan.

Kegiatan sosial menjadi sarana bagi orang tua tunggal untuk berinteraksi

dengan komunitas di lingkungan sekitar maupun lingkungan profesi. Meskipun

demikian lebih dari sepertiga di antara mereka tidak mengikuti kegiatan sosial.

Padahal dengan mengikuti kegiatan sosial mereka bisa mendapatkan banyak

teman yang siap menampung keluh kesahnya dan memberi banyak nasehat

tentang pengasuhan anak. Alasan mereka tidak mengikuti kegiatan sosial adalah

karena jam kerja yang panjang dan mempunyai kesibukan mengurus anak,

terutama anak balita.

Dari data di atas terlihat dominan penggunaan pola komunikasi interaksi,

baik pada mereka yang mengikuti kegiatan sosial maupun yang tidak. Pola

komunikasi linier lebih banyak digunakan oleh mereka yang tidak mengikuti

kegiatan sosial sebaliknya tidak terlihat digunakan oleh mereka yang mengikuti

kegiatan sosial lebih lama, yaitu 5-7 jam seminggu. Kelihatannya partisipasi orang

tua tunggal dalam kegiatan sosial mendorong mereka menggunakan pola

komunikasi interaksi, tetapi lamanya mengikuti kegiatan sosial tidak menentukan

digunakannya pola komunikasi tertentu.

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

73

Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana karakteristik orang tua tunggal

menentukan digunakannya suatu pola komunikasi maka ditunjukkan

kecenderungan pola komunikasi seperti pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Orang Tua Tunggal dan Kecenderungan Pola Komunikasi Karakteristik Individu Rata-rata Skor

Pola Komunikasi Kategori

Pola Komunikasi A. Usia (tahun) a. 30 - 35 2,2 Interaksi b. 36 - 46 2,1 Interaksi c. 47 - 57 2,5 Transaksi B.Jumlah anak (orang) a. 1 2,2 Interaksi b. 2 2,0 Interaksi c. 3 2,3 Interaksi d. > 3 3,0 Transaksi C. Pendidikan a. SD 2,1 Interaksi b. SMP 1,8 Interaksi c. SMU 2,2 Interaksi d. D1 1,7 Interaksi e. D3 2,4 Interaksi f. S1 2,2 Interaksi g. S2 2,9 Transaksi D. Pekerjaan a. Karyawan Swasta 2,2 Interaksi b. Wiraswasta 2,3 Interaksi c. PNS 2,2 Interaksi d. Buruh 1,7 Interaksi E. Pe ndapatan (Rp) a. < 1 juta 2,2 Interaksi b. 1 - 2 juta 2,1 Interaksi c. > 2 juta 2,4 Interaksi F. Lama Waktu Bekerja ( Jam/hari) a. < 8 2,2 Interaksi b. 8 - 10 2,2 Interaksi c. > 10 1,6 Interaksi G. Lama Penggunaan Media

(Jam/minggu)

a. 1- 3 2,0 Interaksi b. 3 - 5 2,2 Interaksi c. 5 - 7 2,2 Interaksi d. > 7 2,3 Interaksi H.Lama Kegiatan Sosial (Jam/minggu) a. Tidak ada 2,1 Interaksi b. 2 - 4 2,2 Interaksi c. 5 - 7 2,4 Interaksi Catatan : Skor 0 - < 1 = Linier, 1,5 - < 2,5 = Interaksi, = 2,5 = Transaksi

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

74

Dari Tabel 10 terlihat bahwa karakteristik orang tua tunggal yang

menentukan penggunaan pola komunikasi adalah usia, jumlah anak dan

pendidikan. Pola komunikasi transaksi digunakan oleh orang tua tunggal berusia

47-57 tahun, mempunyai anak lebih dari tiga orang dan berpendidikan S2. Pola

komunikasi interaksi terlihat dominan berdasarkan karakteristik orang tua tunggal.

Kemandirian Anak

Terbentuknya kemandirian anak adalah tujuan dari pendidikan yang

dilakukan oleh orang tua. Gambaran kemandirian anak dilihat berdasarkan aspek

inisiatif, kemampuan memutuskan (keputusan) dan kesediaan mengerjakan sendiri

(tindakan) sedangkan kategori tingkat kemandirian anak dibedakan menjadi

kurang mandiri, cukup mandiri dan sangat mandiri. Tabel 11 menyajikan

distribusi aspek kemandirian anak berdasarkan kategori tingkat kemandirian anak.

Tabel 11. Distribusi Aspek Kemandirian Anak, Yogyakarta, 2006

Kemandirian Anak

Aspek Kemandirian Inisiatif Keputusan

Tindakan

n % n % n % Kurang mandiri 1 4 Cukup mandiri 6 24 8 32 13 52 Sangat mandiri 19 76 17 68 11 44 Jumlah 25 100 25 100 25 100

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar anak sangat mandiri dalam

berinisiatif dan membuat keputusan, sedangkan pada aspek tindakan terlihat anak

cukup mandiri. Secara keseluruhan terlihat sebagian besar anak sangat mandiri.

Hanya ditemukan satu anak yang kurang mandiri dalam aspek tindakan, namun

dengan mempertimbangkan dua aspek lainnya maka secara umum anak tetap

dikategorikan cukup mandiri. Fakta bahwa semua anak mandiri sesuai dengan

pendapat Erikson dalam Lie dan Prasasti (2004) bahwa pada usia 6 – 12 tahun,

atau pada usia sekolah, anak memang seharusnya sudah mandiri.

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

75

Pola Komunikasi dalam Membentuk Kemandirian Anak

Hubungan pola komunikasi dan kemandirian anak diperlihatkan pada

Tabel 12. Terlihat penggunaan pola komunikasi interaksi dan transaksi lebih

dominan dibandingkan pola komunikasi linier. Demikian pula halnya dengan

jumlah anak sangat mandiri terlihat lebih banyak dibandingkan jumlah anak

cukup mandiri.

Tabel 12. Pola Komunikasi dan Kemandirian Anak, Yogyakarta, 2006

Kemandirian Anak Pola Komunikasi

Jumlah

Linier Interaksi Transaksi n % n % n % n %

Cukup mandiri 2 8 6 24 1 4 9 36 Sangat mandiri 1 4 7 28 8 32 16 64 Jumlah 3 12 13 52 9 36 25 100

Tampak lebih banyak anak sangat mandiri pada penggunaan pola

komunikasi interaksi dan transaksi, sedangkan pada penggunaan pola komunikasi

linier ternyata lebih banyak anak yang cukup mandiri. Menurut Mutadin (2002),

komunikasi yang bisa membentuk kemandirian anak adalah komunikasi dua arah

karena kedua belah pihak, dalam hal ini orang tua tunggal dan anak, bisa saling

mendengarkan pendapat satu sama lain. Demikian juga hasil penelitian Baumrind

dan Bach dalam Wijaya (1986) menyatakan bahwa komunikasi dialogis

mendorong tindakan-tindakan mandiri pada anak. Hasil penelitian ini

menunjukkan hal yang berbeda yaitu selain pola komunikasi interaksi dan

transaksi (dua arah) ternyata pola komunikasi linier (satu arah) juga bisa

membentuk kemandirian anak.

Kecenderungan kemandirian anak berdasarkan pola komunikasi yang

digunakan orang tua tunggal diperlihatkan pada Tabel 13. Ternyata hasilnya

sesuai dengan yang ditunjukkan pada Tabel 12, yaitu pola komunikasi interaksi

dan transaksi menghasilkan anak yang sangat mandiri sedangkan pola komunikasi

linier membuat anak cukup mandiri.

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

76

Tabel 13. Pola Komunikasi dan Kecenderungan Kemandirian Anak

Pola Komunikasi Rata-rata Skor Kemandirian Anak

Tingkat Kemandirian Anak

Linier 2,3 Cukup mandiri Interaksi 2,5 Sangat mandiri Transaksi 2,5 Sangat mandiri Catatan : Skor 0 - < 1 = Linier, 1,5 - < 2,5 = Interaksi, = 2,5 = Transaksi

Tabel 12 dan Tabel 13 menunjukkan bahwa pola komunikasi yang

digunakan orang tua tunggal memberikan pengaruh yang berbeda kepada anak.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Kelman dalam Brigham (1991) bahwa

pengaruh komunikasi pada orang lain adalah berupa internalisasi, identifikasi dan

ketundukan.

Pola komunikasi interaksi dan transaksi memberikan pengaruh berupa

internalisasi yaitu anak bersedia memenuhi keinginan dan harapan orang tua

karena hal tersebut dianggap sesuai untuknya. Dalam upaya membentuk

kemandirian anak maka orang tua tunggal menyampaikan harapan agar anak

belajar mandiri sejak kecil karena kemandirian menentukan keberhasilan

seseorang. Hal ini juga terungkap dari hasil wawancara dengan O2 yang

menyatakan sebagai berikut :

“ Saya jelaskan kepada anak bahwa nanti sesudah dia dewasa dan jadi orang tua harus bisa mandiri, karena itu harus dari sekarang belajar mandiri. Walaupun ada pembantu dia tidak suka main perintah atau minta dilayani”

Pola komunikasi linier mempengaruhi ketundukan yaitu anak patuh kepada

orang tua karena mengharapkan reaksi positif dari orang tua. Anak mengikuti

kehendak atau instruksi dari orang tua karena tidak ingin dimarahi atau dihukum,

seperti nampak pada kejadian yang diceritakan O3 berikut ini :

“Kalau anak saya nggak mau membereskan mainan sesudah bermain, sudah diingatkan berkali-kali masih begitu, ya saya beri hukuman. Sementara dia nggak boleh main dulu. Mungkin dua atau tiga hari lagi baru boleh.”

Ketiga jenis pola komunikasi yang digunakan oleh orang tua tunggal

ternyata bisa membentuk kemandirian anak meskipun dalam tingkat yang berbeda

seperti yang disajikan pada Tabel 13. Selanjutnya Tabel 14 memperlihatkan cara

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

77

membentuk kemandirian anak melalui tiga pola komunikasi tersebut yang

diperoleh berdasarkan pengamatan dan wawancara.

Tabel 14. Pola Komunikasi dalam Membentuk Kemandirian Anak, Yogyakarta,

2006 Pola Komunikasi Cara Membentuk Kemandirian Anak

Linier

- Menyuruh anak patuh pada orang tua. - Menyuruh anak mengerjakan sendiri apa yang bisa dilakukannya - Mengungkapkan kesulitan kepada anak.

Interaksi

- Menumbuhkan rasa mampu pada diri anak. - - Membiarkan anak membuat keputusan sendiri untuk hal-hal

yang menyangkut kepentingannya. - Melatih anak bertanggungjawab.

- - Melibatkan anak dalam mengerjakan tugas-tugas di rumah.

Transaksi

- Menanamkan kesadaran untuk mandiri. - Mengajarkan kedisiplinan. - Mencontohkan dengan tindakan. - Membiarkan anak belajar dari pengalaman. - Membiarkan anak menentukan sikap dan perilakunya.

Hubungan Lingkungan dan Kemandirian Anak Faktor yang mempengaruhi kemandirian anak berasal dari dalam diri anak

dan dari luar, yaitu lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi

kemandirian anak menurut Hurlock (1991) antara lain adalah keluarga, sekolah,

teman sebaya, dan media massa. Interaksi anak dengan anggota keluarga luas dan

teman sebaya mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional anak, termasuk

dalam hal kemandirian. Sekolah mengajarkan dan menerapkan kedisiplinan agar

anak bisa mandiri. Media massa berperan dalam proses sosialisasi dan penanaman

nilai-nilai tertentu termasuk nilai-nilai tentang kemandirian. Tabel 15

menunjukkan faktor lingkungan dan kemandirian anak.

Dari Tabel 15 terlihat bahwa anak sanga t mandiri paling banyak

ditemukan berinteraksi rendah dengan keluarga luas, yaitu 3 dari 4 anak. Hal ini

berbeda dengan hasil penelitian Dhamayanti (2006) yang menyatakan bahwa

faktor keluarga tidak mempengaruhi kemandirian anak. Sementara Olsen (1974)

berpendapat bahwa figur otoritas dari keluarga luas berperan membentuk

Page 19: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

78

kemandirian anak dengan cara mempengaruhi pola pengasuhan yang dilakukan

ibu. Menurut Suyoto (1982), salah satu faktor pembentuk kemandirian anak

adalah pola asuh orang tua yaitu pola asuh demokratis akan menghasilkan anak

yang mandiri.

Tabel 15. Faktor Lingkungan dan Kemandirian Anak, Yogyakarta, 2006

Faktor Lingkungan Kemandirian Anak Jumlah Cukup Mandiri Sangat Mandiri

n % n % n % Keluarga Luas Interaksi rendah 1 4 3 12 4 16 Interaksi sedang 5 20 6 24 11 44 Interaksi tinggi 3 12 7 28 10 40 Jumlah 9 36 16 64 25 100 Sekolah Negeri 4 16 9 36 13 52 Swasta 5 20 7 28 12 48 Jumlah 9 36 16 64 25 100 Teman Sebaya Interaksi rendah 1 4 - - 1 4 Interaksi sedang 2 8 9 36 11 44 Interaksi tinggi 6 24 7 28 13 52 Jumlah 9 36 16 64 25 100 Media Massa Interaksi rendah 1 4 - - 1 4 Interaksi sedang 2 8 - - 2 8 Interaksi tinggi 6 24 16 64 22 88 Jumlah 9 36 16 64 25 100

Interaksi rendah dengan keluarga luas memungkinkan ibu selaku orang tua

tunggal menerapkan pola asuhnya sendiri tanpa campur tangan pihak lain.

Artinya, ibu berperan utama dalam proses pembentukan pribadi dan proses

sosialisasi di dalam keluarga. Ibu juga bertanggung jawab penuh dalam

menanamkan kesadaran untuk mandiri kepada anak dan melatih kemandirian

anak. Disamping itu berdasarkan pengamatan nampak bahwa rendahnya interaksi

dengan keluarga luas mendorong anak untuk mandiri karena mereka tidak bisa

mengharapkan bantuan dari keluarga luas. Apalagi anak juga menyadari

kesibukan ibu yang harus membagi perhatian antara pekerjaan dan rumahtangga.

Pada interaksi tinggi dengan keluarga luas nampak bahwa keterlibatan

keluarga luas dalam pengasuhan anak menghambat proses kemandirian anak

sehingga anak menjadi kurang mandiri. Pada kasus ini ibu tunggal tidak bisa

Page 20: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

79

menjaga konsistensi pola pengasuhan anak karena ada banyak pihak yang terlibat.

Hal ini sesuai dengan pendapat Wallerstein dan Kelly dalam Cherlin (2002) dan

Frankl (1972) yang menyatakan bahwa orang tua tunggal menjalankan pola

pengasuhan yang kurang konsisten. Anak mengalami kebingungan dan cenderung

mengikuti apa yang memberikan kesenangan atau kemudahan, misalnya

menerima bantuan dan dilayani oleh anggota keluarga luas serta mengabaikan

nasehat ibu untuk berusaha mandiri. Disamping itu anak juga cenderung

mengikuti petunjuk dan arahan dari anggota keluarga luas karena dianggap lebih

berpengalaman dari pada ibu.

Suyoto (1982) menyatakan bahwa proses belajar mengajar di sekolah

mempengaruhi kemandirian anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih

banyak anak sangat mandiri ditemukan bersekolah di negeri. Sedangkan

wawancara dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sekolah swasta

maupun sekolah negeri tidak secara langsung mengajarkan kemandirian. Lewat

pemberian tugas dan penerapan disiplin di sekolah secara tidak langsung

diharapkan anak dapat menjadi mandiri. Beberapa cara penerapan kedisiplinan

adalah pemberian sanksi terhadap pelanggaran aturan dan tata-tertib sekolah.

Setiap sekolah memiliki cara berbeda dalam pemberian sanksi tetapi tujuannya

sama yaitu agar anak bertindak ke arah yang lebih baik dan tidak mengulangi

kesalahannya.

Penerapan disiplin berlaku lebih ketat di sekolah swasta tetapi justru anak-

anak yang bersekolah di sekolah negeri rata-rata lebih mandiri dibandingkan

dengan anak-anak yang bersekolah di swasta. Pada umumnya penerapan disiplin

seharusnya berperan dalam membentuk kemandirian anak, tetapi tidak demikian

yang terjadi.

Beban pelajaran di sekolah negeri tidak sebanyak di sekolah swasta

sehingga anak-anak mempunyai lebih banyak waktu untuk bermain atau bersantai.

Kompetisi anak dalam meraih prestasi akademis di sekolah juga tidak seberat

yang terjadi di sekolah swasta. Hal ini membuat orang tua tidak perlu terlalu

banyak terlibat dalam kegiatan belajar anak di rumah. Anak tidak tergantung pada

orang tua untuk menyelesaikan tugas-tugas dari sekolah.

Page 21: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

80

Para orang tua yang anaknya bersekolah di swasta banyak membantu anak

dalam hal-hal yang berkaitan dengan sekolah seperti menemani belajar dan

mengerjakan PR karena tidak ingin anak ketinggalan pelajaran. Mereka juga

menyiapkan peralatan sekolah dan seragam anak karena tidak ingin anak

mendapat hukuman. Selain itu, diakui pula bahwa mahalnya biaya pendidikan di

sekolah swasta mendorong mereka untuk memberikan banyak bantuan kepada

anak karena tidak ingin anak gagal di sekolah. Tampaknya para orang tua tunggal

kurang mempercayai kemampuan anak dalam mengatasi masalah belajar dan tata-

tertib sekolah sehingga anak menjadi kurang bertanggungjawab terhadap tugas

dan kewajibannya sebagai pelajar, dan hal inilah yang membuat tingkat

kemandirian mereka kurang dibandingkan anak-anak yang bersekolah di negeri.

Interaksi anak dengan teman sebaya menunjukkan adanya perbedaan pada

tingkat kemandiriannya. Pada interaksi rendah hanya ditemukan anak yang cukup

mandiri, pada interaksi sedang dan tinggi ditemukan lebih banyak anak yang

sangat mandiri. Hal ini menguatkan pendapat Hurlock (1991) yang menyebutkan

bahwa anak belajar mandiri melalui teman sebaya. Dengan demikian, tingkat

interaksi dengan teman sebaya menentukan tingkat kemandirian anak. Interaksi

anak dengan teman sebaya mempengaruhi proses pembentukan kemandirian

karena pada dasarnya seorang anak ingin menjadi sama dengan temannya melalui

proses imitasi dan identifikasi.

Salah satu pengaruh media massa menurut Rakhmat (2001) yaitu efek

prososial behavioral, di mana seseorang bisa memiliki keterampilan yang

bermanfaat bagi dirinya dan orang lain melalui media massa. Data pada Tabel 15

menunjukkan bahwa anak yang sangat mand iri hanya ditemukan pada intensitas

penggunaan media massa yang tinggi. Nampaknya intensitas penggunaan media

massa menentukan kemandirian anak melalui efek prososial behavioral.

Media massa memang tidak secara langsung mempengaruhi perubahan

perilaku tetapi diyakini adanya efek kognitif dari media massa. Dari efek kognitif

inilah yang akhirnya mendorong terjadinya perubahan sikap dan perilaku. Jenis

bacaan dan tontonan anak dengan tema yang beragam bisa jadi menumbuhkan

kesadaran pada diri anak untuk mandiri.

Page 22: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

81

Beberapa jenis tontonan dan bacaan mengajarkan nilai-nilai tertentu kepada

anak seperti persahabatan dan kesetiakawanan. Media massa tidak secara

langsung mengajarkan kemandirian kepada anak tetapi bisa menanamkan

kesadaran untuk mandiri kepada anak lewat tema cerita dalam film maupun

bacaan namun orang tua perlu membantu menjelaskannya kepada anak karena

pesan yang disampaikan oleh sebuah cerita kadang-kadang sulit dipahami oleh

anak.

Selanjutnya untuk mengetahui faktor lingkungan yang menentukan

kemandirian anak, data pada Tabel 15 dibandingkan dengan data faktor

lingkungan dan kecenderungan kemandirian anak. Tabel 16 menunjukkan faktor

lingkungan dan kecenderungan kemandirian anak.

Tabel 16. Faktor Lingkungan dan Kecenderungan Kemandirian Anak

Faktor Lingkungan Rata-rata Skor Kemandirian Anak

Tingkat Kemandirian Anak

Keluarga Luas Interaksi rendah 2,7 Sangat mandiri Interaksi sedang 2,4 Cukup mandiri Interaksi tinggi 2,4 Cukup mandiri Sekolah

Berlanjut

Negeri 2,5 Sangat mandiri Swasta 2,4 Cukup mandiri Teman Sebaya Interaksi rendah 2,2 Cukup mandiri Interaksi sedang 2,6 Sangat mandiri Interaksi tinggi 2,4 Cukup mandiri Media Massa Intensitas rendah 2,1 Cukup mandiri Intensitas sedang 2,0 Cukup mandiri Intensitas tinggi 2,5 Sangat mandiri Catatan : Skor = 2,5 = sangat mandiri, 1,5 - < 2,5 = cukup mandiri

Tabel 16 memperkuat hasil yang diperoleh pada Tabel 15 karena ternyata

menunjukkan hal yang sama. Hasil yang didapat dari kecenderungan kemandirian

anak menunjukkan bahwa anak yang sangat mandiri ditemukan pada interaksi

rendah dengan keluarga luas, bersekolah di negeri, berinteraksi sedang dengan

teman sebaya dan menggunakan media massa dalam intensitas tinggi.

Page 23: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

82

Hubungan Karakteristik Orang Tua Tunggal dan Kemandirian Anak

Karakteristik orang tua tunggal diduga berperan dalam membentuk

kemandirian anak. Data usia, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

lama waktu bekerja, lama penggunaan media dan lama mengikuti kegiatan sosial

mengungkapkan karakteristik orang tua tunggal dalam kaitannya dengan tingkat

kemandirian anak seperti ditunjukkan pada Tabel 17.

Tabel 17. Karakteristik Orang Tua Tunggal dan Kemandirian Anak, Yogyakarta 2006 Karakteristik Kemandirian Anak Jumlah Orang Tua Tunggal Cukup Mandiri Sangat Mandiri n % n % n % A. Usia (tahun) a. 30 - 35 5 20 5 20 10 40 b. 36 - 46 4 16 8 32 12 48 c. 47 - 57 - - 3 12 3 12 Jumlah 9 36 16 64 25 100 B. Jumlah Anak (orang) a. 1 5 20 6 24 11 44 b. 2 4 16 6 24 10 40 c. 3 - - 3 12 3 12 d. > 3 - - 1 4 1 4 Jumlah 9 36 16 64 25 100 C. Pendidikan a. SD - - 3 12 3 12 b. SMP 1 4 - - 1 4 c. SMU 5 20 5 20 10 40 d. D1 - - 1 4 1 4 e. D3 - - 2 8 2 8 f. S1 2 8 5 20 7 28 g. S2 1 4 - - 1 4 Jumlah 9 36 16 64 25 100 D. Pekerjaan a. Karyawan Swasta 4 16 7 28 11 44 b. Wiraswasta 2 8 5 20 10 40 c. PNS 2 8 2 8 4 16 d. Buruh 1 4 2 8 3 12 Jumlah 9 36 16 64 25 100 E. Pendapatan (Rp) a. < 1 juta 4 16 9 36 13 52 b. 1 – 2 juta 4 16 6 24 10 40 c. > 2 juta 1 4 1 4 2 8 Jumlah 9 36 16 64 25 100 Berlanjut

Page 24: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

83

Lanjutan

Karakteristik Kemandirian Anak Jumlah Orang Tua Tunggal Cukup Mandiri Sangat Mandiri n % n % n % F. Lama Waktu Bekerja (Jam/hari) a. < 8 3 12 4 16 7 28 b. 8 - 10 6 24 10 40 16 64 c. > 10 - - 2 8 2 8 Jumlah 9 36 16 64 25 100 G. Lama Penggunaan Media (Jam/minggu)

a. 1 - 3 2 8 5 20 7 28 b. 3 - 5 1 4 4 16 5 20 c. 5 - 7 4 16 2 8 6 24 d. > 7 2 8 5 20 7 28 Jumlah 9 36 16 64 25 100 H. Lama Kegiatan Sosial (Jam/ minggu)

a. Tidak ada b. 2 - 4 c. 5 - 7

6 2 1

24 8 4

4 11

16 44

10 13

40 55

Jumlah 9 36 16 64 25 100

Data pada Tabel 17 menunjukkan bahwa tingkat kemandirian anak

cenderung ada hubungannya dengan usia orang tua tunggal. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Suyoto (1982) yang mengemukakan bahwa kemandirian anak

berhubungan dengan usia orang tua. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin

tua usia orang tua ternyata anaknya semakin mandiri. Hal ini dapat dilihat dari

jumlah anak sangat mandiri pada masing-masing kelompok usia. Pada orang tua

berusia 47-57 tahun ternyata semua anak sangat mandiri. Usia berkaitan dengan

pengalaman orang tua dalam mendidik anak sehingga mereka tahu bagaimana

cara yang tepat dalam membentuk kemandirian anak.

Menurut Ahmadi (1999), jumlah anak dalam keluarga mempengaruhi

perkembangan anak, yaitu anak pada keluarga besar lebih toleran yang berarti

mampu mengendalikan diri. Menurut Masrun dalam Rahmah (2004),

pengendalian diri merupakan salah satu aspek kemandirian dalam konteks

Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa semua anak sangat mandiri pada

kelompok orang tua tunggal dengan tiga anak atau lebih. Dengan semakin

banyaknya anak di rumah maka tentu sulit bagi orang tua untuk memperhatikan

dan memberikan bantuan kepada setiap anak sehingga dengan sendirinya anak-

Page 25: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

84

anak menjadi mandiri. Hal menarik yang ditemukan di sini ternyata sebagian

besar anak tunggal juga sangat mandiri. Temuan ini menunjukkan bahwa tidak

benar bahwa orang tua tunggal memanjakan anaknya seperti anggapan

kebanyakan orang selama ini. Seperti juga dinyatakan oleh O3 bahwa ia tidak

memanjakan anak, bahkan selalu menanamkan kesadaran kepada anak tentang

pentingnya mandiri sejak kecil.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam Rahmah (2004), pendidikan

ibu mempengaruhi sikap dan tingkah laku dalam menghadapi anak. Makin tinggi

pendidikan ibu akan mendorong kemandirian anak. Pendapat tersebut berbeda

dengan hasil penelitian ini, yaitu ibu tunggal berpendidikan SD justru anaknya

sangat mandiri sedangkan yang berpendidikan S2 anaknya cukup mandiri. Anak-

anak dari ibu tunggal berpendidikan Diploma juga sangat mandiri sementara pada

tingkat pendidikan SMU jumlah anak yang sangat mandiri dan cukup mandiri

ternyata sama dan pada tingkat pendidikan S1 terdapat lebih banyak anak yang

sangat mandiri. Mulai dari pendidikan Diploma hingga S2 tingkat kemandirian

anak terlihat menurun seperti terlihat pada Tabel 18.

Dilihat berdasarkan pekerjaan orang tua, ternyata sebagian besar anak

sangat mandiri, terutama anak dari karyawan swasta dan buruh. Hal ini

menguatkan pendapat Amal (1990) dan beberapa ahli dalam Rahmah (2004)

yang menyatakan bahwa anak-anak dari ibu yang bekerja mencari nafkah justru

sangat mandiri dan lebih mandiri dibandingkan dari anak-anak dari ibu yang tidak

bekerja. Berdasarkan pengamatan ternyata anak lebih mandiri ketika orang tua

sibuk bekerja di luar rumah karena anak tidak bisa mengharapkan bantuan dari

orang tua.

Hasil penelitian Prestel dan Hetzer dalam Ahmadi (1999), menyimpulkan

bahwa kondisi sosial yang sangat tinggi dan sangat rendah mempunyai pengaruh

terhadap perkembangan anak. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa anak dari

orang tua tunggal berpenghasilan rendah (kurang dari 1 juta) dan tinggi (lebih dari

2 juta) cenderung sangat mandiri (Lihat Tabel 18). Pendapatan orang tua tunggal

terlihat berperan dalam menentukan kemandirian anak

Jika orang tua menghabiskan banyak waktu untuk bekerja maka frekuensi

berkomunikasi orang tua dengan anak berkurang. Sedangkan anak pada usia yang

Page 26: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

85

masih muda membutuhkan banyak perhatian orang tua dan membutuhkan kualitas

komunikasi yang memuaskan. Keadaan ini bisa mempengaruhi perkembangan

anak ke arah negatif tetapi hasil penelitian ini menunjukkan lama waktu bekerja

orang tua ternyata mendorong terbentuknya kemandirian anak. Dari Tabel 17

terlihat semua anak dari orang tua tunggal yang bekerja lebih dari 10 jam sehari

ternyata sangat mandiri. Hal ini makin menguatkan pernyataan Amal (1990) yang

menyatakan bahwa anak-anak dari ibu yang bekerja justru sangat mandiri

Semakin lama orang tua tidak bersama anak, karena bekerja, membuat

anak semakin terdorong untuk mandiri karena harus berusaha mengatasi

masalahnya sendiri dan mengerjakan pekerjaan sendiri. Kemandirian anak

didorong oleh keadaan yang memang memaksa mereka untuk berinisiatif, berani

membuat keputusan dan bisa mengerjakan sendiri suatu pekerjaan tanpa bantuan

orang tua. Sedangkan pada anak yang orangtuanya bekerja kurang dari delapan

jam sehari mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan bantuan dari

orang tua. Hal ini makin menguatkan pernyataan Amal (1990) bahwa anak-anak

dari ibu yang bekerja justru sangat mandiri

Lamanya penggunaan media massa oleh orang tua tunggal tidak berperan

dalam menumbuhkan kemandirian anak. Jumlah anak sangat mandiri ternyata

sama pada intensitas penggunaan media massa rendah dan tinggi oleh orang tua

tunggal. Kebanyakan responden mengaku menggunakan media massa untuk

mendapatkan informasi tentang kejadian yang terjadi di sekitarnya (berita) dan

juga hiburan. Oleh karena itu lamanya orang tua menggunakan media tidak

memberikan tambahan pengetahuan tentang cara mendidik anak dan mengajarkan

kemandirian kepada anak.

Lamanya orang tua mengikuti kegiatan sosial menunjukkan lamanya

interaksi dan aktivitas komunikasi antara orang tua tunggal dan orang tua lain.

Kesempatan ini bisa dimanfaatkan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman

tentang cara mendidik dan mengasuh anak. Ternyata jumlah anak yang sangat

mandiri ditemukan lebih banyak di kalangan orang tua tunggal yang mengikuti

kegiatan sosial antara 2-4 jam seminggu. Sedangkan di kalangan orang tua

tunggal yang menggunakan 5-7 jam seminggu untuk berkegiatan sosial ditemukan

jumlah yang sama antara anak yang sangat mandiri dan cukup mandiri. Artinya,

Page 27: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

86

tidak ditemukan lebih banyak anak yang sangat mandiri pada kelompok ini.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak yang sangat mandiri ditemukan di

kalangan orang tua tunggal yang melakukan kegiatan sosial namun kemandirian

anak tidak ada hubungannya dengan lamanya orang tua tunggal melakukan

kegiatan sosial. Tabel 18 menyajikan gambaran kemandirian anak berdasarkan

karakteristik orang tua tunggal

Tabel 18. Karakteristik Orang Tua Tunggal dan Kecenderungan Kemandirian Anak

Karakteristik Rata-rata Tingkat Orang Tua Tunggal Skor

Kemandirian Kemandirian

Anak A. Usia (tahun) a. 30 - 35 2,4 Cukup mandiri b. 36 - 46 2,6 Sangat mandiri c. 47 - 57 2,5 Sangat mandiri B. Jumlah Anak (orang) a. 1 2,5 Sangat mandiri b. 2 2,4 Cukup mandiri c. 3 2,7 Sangat mandiri d. > 3 2,5 Sangat mandiri C. Pendidikan a. SD 2,7 Sangat mandiri b. SMP 2,4 Cukup mandiri c. SMU 2,4 Cukup mandiri d. D1 2,8 Sangat mandiri e. D3 2,6 Sangat mandiri f. S1 2,4 Cukup mandiri g. S2 2,2 Cukup mandiri D. Pekerjaan a. Karyawan Swasta 2,5 Sangat mandiri b. Wiraswasta 2,4 Cukup mandiri c. PNS 2,4 Cukup mandiri d. Buruh 2,6 Sangat mandiri E. Pendapatan (Rp) a. < 1 juta 2,5 Sangat mandiri b. 1 - 2 juta 2,4 Cukup mandiri c. > 2 juta 2,6 Sangat mandiri F. Lama Waktu Bekerja (Jam/hari) a. < 8 2,2 Cukup mandiri b. 8 - 10 2,5 Sangat mandiri c. > 10 2,8 Sangat mandiri G.Lama Penggunaan Media (Jam/minggu) a. 1 - 3 2,5 Sangat mandiri b. 3 - 5 2,5 Sangat mandiri c. 5 - 7 2,3 Cukup mandiri d. > 7 2,5 Sangat mandiri Berlanjut

Page 28: HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Orang Tua … V... · Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan wajib dari sekolah yang harus diikuti anak-anak kelas 4-6 SD. Di luar kegiatan

87

Lanjutan

Karakteristik Rata-rata Tingkat Orang Tua Tunggal Skor Kemandirian Kemandirian Anak H. Lama Kegiatan Sosial ( Jam/minggu)

a. Tidak ada 2,3 Cukup mandiri b. 2 - 4 2,6 Sangat mandiri c. 5 - 7 2,5 Sangat mandiri

Catatan : Skor = 2,5 = sangat mandiri, 1,5 - < 2,5 = cukup mandiri

Faktor karakteristik orang tua tunggal yang ada hubungannya dengan

kemandirian anak adalah usia, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, pendapatan

dan lamanya waktu bekerja. Usia orang tua 36-46 tahun dan 47-57 tahun

menunjukkan kebanyakan anak yang sangat mandiri, sedangkan jumlah anak satu

orang dan tiga orang atau lebih cenderung membuat anak sangat mandiri. Faktor

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan menunjukkan kelas sosial ekonomi, dan

ternyata pada kelas sosial ekonomi rendah ditemukan anak yang sangat mandiri.

Kesadaran anak untuk meringankan beban orang tua mendorong terbentuknya

kemandirian anak. Faktor lamanya waktu bekerja juga mendorong tumbuhnya

kemandirian anak yaitu semakin lama orang tua bekerja justru anak semakin

mandiri. Partisipasi orang tua tunggal dalam kegiatan sosial ada hubungannya

dengan kemandirian anak tetapi lamanya waktu mengikuti kegiatan sosial tidak

menentukan tingkat kemandirian anak.