HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara...

36
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao Pertanaman kakao di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara tersebar pada 20 kecamatan dengan luas areal 78.054 ha yang melibatkan 30.408 KK petani dengan produksi 49.449.37 ton. Keseluruhan areal tanaman tersebut, 18.079 ha (23.16%) merupakan tanaman belum menghasilkan (TBM), 56.082 ha (71.85%) tanaman menghasilkan (TM) dan 3.893 ha (4.98%) tanaman tua dan rusak (TTR). Di Kecamatan Lambandia luas pertanaman kakao 26.658 ha dengan 5.993 KK petani. Areal tanaman tersebut 5.481 ha (20.56%) areal tanam belum menghasilkan, 20.447 ha (76.70%) tanaman menghasilkan dan 730 ha (2.74%) tanaman tua dan rusak (Dishutbun Sultra 2010). Keseluruhan responden (100%) yang diwawancarai berusahatani kakao pada lahan milik sendiri. Kendala dalam pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Kolaka sampai saat ini adalah : (1) masih terbatasnya sumber daya petugas, petani dan pelaku usaha agribisnis dibidang budidaya dan pengelolaan hasil ; (2) jenis/klon yang ditanam beragam; (3) sebagian tanaman sudah tua dan kurang produktif; (4) masih adanya serangan hama PBK dan penyakit busuk buah; (5) sarana dan prasarana penunjang belum memadai (ketersediaan saprodi dengan harga yang terjangkau, air bersih, listrik, prasarana jalan dan jembatan dari dan ke sentra-sentra produksi serta pelabuhan yang standar dan (6) belum terjalinnya hubungan kemitraan antara hulu dan hilir yang saling menguntungkan serta masih banyaknya spekulan pada usaha perdagangan kakao (Dishutbun Sultra 2009). Praktek Budidaya Kakao Karakteristik Petani Secara umum keadaan petani kakao di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka mempunyai persamaan terutama dalam hal pengembangan areal pertanaman kakao. Petani yang mempunyai kesempatan untuk menambah areal, kurang memikirkan potensi tenaga kerja pengelolaan

Transcript of HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara...

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Keadaan Pertanaman Kakao

Pertanaman kakao di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara

tersebar pada 20 kecamatan dengan luas areal 78.054 ha yang melibatkan 30.408

KK petani dengan produksi 49.449.37 ton. Keseluruhan areal tanaman tersebut,

18.079 ha (23.16%) merupakan tanaman belum menghasilkan (TBM), 56.082 ha

(71.85%) tanaman menghasilkan (TM) dan 3.893 ha (4.98%) tanaman tua dan

rusak (TTR). Di Kecamatan Lambandia luas pertanaman kakao 26.658 ha dengan

5.993 KK petani. Areal tanaman tersebut 5.481 ha (20.56%) areal tanam belum

menghasilkan, 20.447 ha (76.70%) tanaman menghasilkan dan 730 ha (2.74%)

tanaman tua dan rusak (Dishutbun Sultra 2010). Keseluruhan responden (100%)

yang diwawancarai berusahatani kakao pada lahan milik sendiri.

Kendala dalam pengembangan perkebunan kakao rakyat di Kabupaten

Kolaka sampai saat ini adalah : (1) masih terbatasnya sumber daya petugas,

petani dan pelaku usaha agribisnis dibidang budidaya dan pengelolaan hasil ;

(2) jenis/klon yang ditanam beragam; (3) sebagian tanaman sudah tua dan kurang

produktif; (4) masih adanya serangan hama PBK dan penyakit busuk buah; (5)

sarana dan prasarana penunjang belum memadai (ketersediaan saprodi dengan

harga yang terjangkau, air bersih, listrik, prasarana jalan dan jembatan dari dan ke

sentra-sentra produksi serta pelabuhan yang standar dan (6) belum terjalinnya

hubungan kemitraan antara hulu dan hilir yang saling menguntungkan serta masih

banyaknya spekulan pada usaha perdagangan kakao (Dishutbun Sultra 2009).

Praktek Budidaya Kakao

Karakteristik Petani

Secara umum keadaan petani kakao di Desa Lambandia, Kecamatan

Lambandia, Kabupaten Kolaka mempunyai persamaan terutama dalam hal

pengembangan areal pertanaman kakao. Petani yang mempunyai kesempatan

untuk menambah areal, kurang memikirkan potensi tenaga kerja pengelolaan

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

28

lahan. Hal tersebut berdampak pada kurangnya waktu untuk mengelola kebun

dengan baik, sehingga berpengaruh pada nilai ekonomi yang diperoleh oleh

petani.

Responden pada umumnya berumur antara 40 hingga 60 tahun (92.50%)

dan selebihnya di atas umur 60 tahun (Tabel 1). Kondisi ini dianggap masih

dalam potensi untuk dapat dikembangkan dan pengelolaan tanaman kakao dapat

ditingkatkan secara lebih intensif. Bertahannya masyarakat untuk tetap

mengusahakan budidaya kakao disebabkan harga yang menjanjikan dan

pemasarannya mudah (selalu ada pembeli) walaupun produksinya cenderung

menurun setiap tahun. Soeharjo dan Patong (1998) mengelompokkan umur petani

kakao berdasarkan kelompok produktif dan kurang produktif, yaitu umur di

bawah 15 tahun dan diatas 60 tahun dikategorikan umur kurang produktif.

Kondisi saat ini menunjukkan sebagian besar petani tergolong dalam usia yang

masih produktif dalam melakukan usahatani kakao.

Faktor umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik seorang petani dalam

mengelola usahataninya. Pada umumnya petani yang berumur muda memiliki

kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan petani yang berumur tua,

termasuk dalam penerimaan inovasi baru. Soekartawi (1988) menyatakan bahwa

makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk mengetahui apa yang

mereka belum ketahui, sehingga dalam berusahatani mereka lebih cepat

melakukan adopsi inovasi walaupun sifatnya masih belum berpengalaman.

Tabel 1 Persebaran umur responden petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Kelompok Umur Jumlah responden Persentase (%)

< 30 2 5.00 30 - < 40 7 17.50 40 - < 50 16 40.00 50 - < 60 14 35.00 ≥ 60 1 2.50

Latar belakang pendidikan formal menunjukkan bahwa sebagian besar

petani pernah mengikuti pendidikan. Keseluruhan responden pernah mengalami

jenjang pendidikan formal. Gambaran tingkat pendidikan ini merupakan indikator

penting dalam usaha pengembangan teknologi, termasuk PHT hama PBK.

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

29

Interaksi antara pendidikan dan pengalaman usaha dapat dijadikan prediksi dalam

menilai kemampuan petani mengelola usahataninya atau dalam proses menerima

atau menolak penerapan teknologi. Dengan pendidikan yang dimiliki maka

teknologi yang disampaikan diharapkan dapat dengan mudah diadopsi. Rata –

rata petani memiliki tingkat pendidikan SMA (62.50%) dan selebihnya SD, SMP

dan malahan ada Perguruan Tinggi (Tabel 2).

Tabel 2 Latar belakang pendidikan petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Tingkat Pendidikan Jumlah responden Persentase (%)

SD 1 2.50 SMP 13 32.50 SMA 25 62.50 Perguruan Tinggi 1 2.50

Pendidikan pada umumnya dapat mempengaruhi pola berpikir, khususnya

pendidikan formal. Petani yang berpendidikan cenderung bersifat lebih dinamis

terhadap perubahan teknologi yang ditawarkan. Dengan tingkat pendidikan yang

dimiliki petani diharapkan akan lebih mudah memahami, menerapkan dan

mengembangkan suatu inovasi baru terkait perubahan harga, teknologi baru dan

cara pemasaran yang lebih efisien (Prayitno & Arsyad 2003).

Namun menurut Hernanto (1992) petani umumnya tumbuh dan dewasa

dalam proses menjalankan usahataninya melalui proses pembelajaran dari orang

tua yang diwariskan secara turun temurun. Kondisi demikian berpengaruh pada

penerimaan inovasi baru, karena cara-cara lama masih tetap dipertahankan.

Dengan kondisi tersebut maka dalam mengadopsi inovasi baru tidak cukup

dengan penyuluhan atau pelatihan tetapi diperlukan demplot agar petani bisa lebih

menyakini kebenaran inovasi yang disampaikan.

Pengalaman berusaha seorang petani merupakan bentuk pendidikan yang

diperoleh di luar bangku sekolah yang dapat membawa perubahan bagi petani

dalam mengelola usahataninya. Seorang petani dengan pengalaman banyak

diharapkan dapat memilih dan menentukan alternatif yang lebih baik bagi

peningkatan produksi usahataninya. Namun kendala pada petani kakao dengan

pengalaman berusaha tani yang sudah lama cenderung lamban dalam menerima

adopsi teknologi karena telah terbiasa mengelola kebun pada kondisi tanah yang

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

30

masih subur, serangan hama penyakit masih kurang, dan umur tanaman yang

masih produktif.

Untuk mengetahui pengalaman seorang petani dalam berusahatani dapat

dilihat dari lamanya petani tersebut melakukan kegiatan usahatani. Semakin lama

pengalaman seorang petani mengelola usahatani, maka dapat diasumsikan bahwa

petani tersebut semakin matang dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam

usahatani, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil produksi usahatani

yang dikelolanya. Pengalaman responden dalam lama berusahatani kakao

sebagian besar berkisar antara >15 hingga 20 tahun (55.50%) (Tabel 3).

Tabel 3 Latar belakang pengalaman berusahatani petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Pengalaman berusahatani (tahun) Jumlah responden Persentase (%)

>5 - 10 1 2.50 >10 – 15 13 32.50 > 15 – 20 22 55.00 > 20 – 25 3 7.50 > 25 1 2.50

Walaupun sebagian besar petani telah mengikuti pendidikan dan

pengalaman yang cukup lama, namun belum semua praktek budidaya kakao dan

pengendalian hama mereka terapkan dengan baik karena berbagai alasan.

Beberapa praktek budidaya kakao yang telah dilakukan meliputi pemangkasan,

pemupukan dan pengendalian gulma. Sementara teknik budidaya yang belum

diterapkan sepenuhnya adalah pengolahan buah setelah panen, pengolahan biji

kakao dan perlakuan terhadap kulit buah dan plasenta. Sebagian petani

mendapatkan pengetahuan praktek budidaya kakao melalui pelatihan yang

merupakan sarana belajar yang baik untuk menambah pengetahuan serta dapat

memadukan teori dan pengalaman petani di lapangan.

Luas lahan garapan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat

penting, karena akan menentukan besar kecilnya skala usahatani, mempengaruhi

jumlah penggunaan faktor produksi yang lain, dan pada akhirnya akan

menentukan tingkat pendapatan petani. Mubyarto (2001) mengemukakan bahwa

luas tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan kuantitas produksi yang

akan dihasilkan.

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

31

Penguasaan lahan usahatani kakao di Desa Lambandia berkisar antara 2 –

5 ha (55.00%) bahkan sampai lebih dari 20 ha (Tabel 4). Hal ini berarti bahwa

sebagian besar petani memiliki lahan yang cukup luas dan dengan status sebagai

pemilik. Petani yang memiliki lahan < 0.5 ha hanya mengusahakan tanaman

kakao di sekitar rumah karena pekerjaan utamanya sebagai Pegawai Negeri Sipil,

selain itu juga sebagai pembeli hasil panen kakao (pengumpul).

Tabel 4 Luas lahan garapan petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Luas lahan (ha) Jumlah responden Persentase( % )

< 0.5 – 2.0 5 12.50 > 2.0 – 5.0 22 55.00 > 5.0 – 10.0 8 20.00 > 10.0 – 15.0 2 5.00 > 15.0 – 20.0 1 2.50 > 20.0 2 5.00

Budidaya Kakao

Hasil wawancara yang dilakukan terhapap petani menunjukkan bahwa

minat masyarakat untuk mengembangkan tanaman kakao cukup besar. Menurut

petani, alasan utama sejak awal sampai sekarang untuk mengembangkan tanaman

kakao adalah: (1) masih tersedia lahan yang cukup luas; (2) dapat dipanen

sepanjang waktu; (3) harga cukup menarik serta mudah memasarkannya dan (4)

perawatan yang tidak terlalu sulit. Menurut data Dishutbun (2010) masih cukup

tersedia lahan untuk pengembangan kakao seluas 22.642 ha.

Kualitas bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi

rendahnya produksi kakao. Jika benih yang digunakan adalah benih unggul, maka

kemungkinan produksi yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan

penggunaan benih lokal. Jenis klon yang ditanam oleh petani responden

menunjukkan bahwa petani menanam kakao jenis Na 32, Na 33, Sulawesi 1,

Sulawesi 2, 246 A, 461 A dan semiotic embryogenesis yang merupakan kakao

varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal

(22.50%) (Tabel 5). Benih tersebut diperoleh dari pemerintah dan perusahaan

perkebunan yang ada di Kabupaten Kolaka. Benih yang berasal dari pemerintah

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

32

diberikan secara cuma-cuma sementara yang berasal dari perusahaan dibeli oleh

petani.

Tabel 5 Varietas kakao yang ditanam oleh petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Jenis varietas Jumlah responden Persentase (%)

Hybrida 31 77.50 Lokal 9 22.50

Saat ini umur tanaman kakao di lokasi penelitian bervariasi, tetapi sebagian

besar berumur >15-20 (30.00%) dan > 20 tahun (45.00%) (Tabel 6). Hal tersebut

menunjukkan rata-rata umur tanaman kakao telah tua yang berakibat pada

menurunnya produktivitas kakao. Kondisi ini menjadi salah satu dasar bagi

pemerintah untuk melakukan Program Revitalisasi Kakao yang dilakukan oleh

Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung samping menggunakan

bibit Somatic Embryogenesis (SE), Sulawesi I dan Sulawesi II. Penyambungan

dilakukan oleh tenaga terlatih dari masyarakat setempat yang diberi honorarium

setiap bulan oleh Dinas Perkebunan. Program tersebut merupakan upaya

akselerasi pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan

rehabilitasi perkebunan untuk kembali meningkatkan produksi kakao Indonesia

dimasa yang akan datang.

Tabel 6 Umur tanaman kakao di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Umur Tanaman (tahun) Jumlah responden Persentase (%)

2 – 5 3 7.50 > 5 – 10 5 12.50 > 10 – 15 2 5.00 > 15 - 20 12 30.00 > 20 18 45.00

Populasi tanaman pada kebun kakao berkisar <1000 pohon per ha (65%)

dan selebihnya 1000-1200 pohon (Tabel 7). Jarak tanam bervariasi antara 4 m x

4 m, 4 m x 3 m dan 4 x 2 m, dengan pola tanam tumpang sari yang

dikombinasikan dengan tanaman rambutan, kelapa, jeruk, mangga, lada, pisang,

gamal dan durian. Rendahnya populasi tanaman disebabkan petani melakukan

penananaman secara tumpang sari. Hal tersebut akan berpengaruh pada

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

33

rendahnya produksi kakao per satuan luas. Puslitkoka (2006) merekomendasikan

jarak tanam 3 x 3 m atau 4 x 2 m dengan populasi sekitar 1000 pohon/ha adalah

pola tanam yang paling sesuai untuk budidaya kakao jangka panjang di Indonesia.

Tanaman yang paling banyak digunakan sebagai tanaman tumpang sari

adalah tanaman kelapa yang juga berfungsi sebagai penaung dan hasilnya dapat

dipanen sepanjang tahun. Tumpang sari dilakukan karena tanaman kakao

memerlukan tanaman penaung yang berfungsi mengurangi intensitas penyinaran,

menekan suhu maksimun dan laju evapotranspirasi, serta melindungi tanaman

kakao dari angin kencang. Menurut Bakri et al. (2004) alasan kebanyakan petani

untuk memilih tanaman kelapa dikarenakan kelapa relatif tahan kering dan tidak

mengalami gugur daun selama musim kemarau, bentuk tajuk dan sistem

perakaran kelapa yang kuat menyebabkan kelapa tahan terhadap embusan angin

dan apabila kelapa sudah dewasa terdapat jarak yang cukup lebar antara tajuk

kelapa dan tajuk kakao.

Tabel 7 Populasi tanaman per ha di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Populasi tanaman per ha Jumlah responden Persentase (%)

<1000 26 65.00 1000 – 1200 14 35.00

Pemangkasan tanaman adalah satu cara budidaya kakao agar tidak terjadi

kelembaban yang tinggi, karena beberapa jenis hama menyenangi kondisi yang

lembab. Pemangkasan juga dilakukan sebagai salah satu upaya agar laju

fotosintesis berlangsung secara optimal. Menurut Suntoro (1995) pemangkasan

tanaman bertujuan untuk memperoleh kerangka arsitektur dasar (frame)

percabangan tanaman kakao yang baik, mengatur penyebaran cabang dan daun-

daun produktif pada tajuk merata, meningkatkan kemampuan tanaman

menghasilkan buah dan menekan risiko terjadinya serangan hama dan penyakit.

Petani di Desa Lambandia dalam melakukan pemangkasan intervalnya

bervariasi antar 12, 24 dan 36 kali dalam setahun. Pemangkasan yang paling

banyak dilakukan adalah pemangkasan pemeliharaan (62.50%) dan selebihnya

pemangkasan pemeliharaan dan produksi (Tabel 8). Pemangkasan dilakukan

untuk membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki seperti tunas air, cabang

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

34

yang sakit, patah dan menggantung, dimaksudkan untuk pemangkasan

pemeliharaan dan produksi. Dalam kaitan ini belum semua pekebun melakukan

pemangkasan dengan baik, hal tersebut terlihat dari banyaknya pohon kakao yang

tajuknya masih terlalu tinggi sehingga menyulitkan dalam pemanenan buah. Hal

ini mengakibatkan serangan hama PBK selalu ada setiap tahun karena kondisi

kebun yang gelap dan lembab.

Tabel 8 Pemangkasan tanaman kakao di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Jenis Pemangkasan Jumlah responden Persentase (%)

Pemeliharaan 25 62.50 Pemeliharaan + Produksi 7 17.50 Produksi 8 20.00

Budidaya tanaman kakao yang dilakukan pekebun cenderung

menyebabkan kemunduran lahan jika tidak diimbangi dengan pemupukan.

Kemunduran lahan tersebut diakibatkan berkurangnya kesuburan, kerusakan sifat-

sifat fisik dan biologis, serta menipisnya ketebalan tanah. Berkurangnya

kesuburan disebabkan kehilangan unsur hara dari daerah perakaran melalui

pencucian dan erosi. Kerusakan sifat-sifat fisik dan biologis tanah antara lain

berupa rusaknya agregat tanah, berkurangnya kemantapan struktur, berkurangnya

kadar bahan organik serta berkurangnya jumlah dan aktivitas organisme yang

hidup dalam tanah, sementara itu berkurangnya ketebalan tanah terjadi karena

erosi yang merupakan penyebab utama kerusakan tanah di lahan yang berlereng

curam (Arsyad 2001).

Petani di Desa Lambandia dalam melakukan pemupukan menggunakan

pupuk Urea, KCL dan TSP yang dilakukan pada awal terjadinya musim buah

puncak yaitu bulan Januari dan Agustus dengan frekuensi 1 sampai 3 kali dalam

setahun dan sebagian petani menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam atau

sapi. Pemupukan dengan Urea dengan frekuensi 1 kali lebih banyak dilakukan

petani (50.00%) dan selebihnya pemupukan dengan TSP, KCl dan pupuk

kandang dengan frekuensi yang bervariasi (Tabel 9).

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

35

Tabel 9 Frekuensi pemupukan dan jenis pupuk yang digunakan petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Jenis Pupuk Frekuensi

Pemupukan Jumlah

responden Persentase (%)

Urea 1 20 50.00 Urea 2 14 35.00 TSP 1 13 32.50 TSP 2 11 27.50 KCl 1 8 20.00 KCl 2 7 17.50 Pupuk kandang 1 4 10.00 Pupuk kandang 2 2 5.00 Pupuk kandang 3 1 2.50

Gulma merupakan tumbuhan pengganggu di perkebunan kakao yang

menjadi masalah mulai persiapan lahan sampai pemeliharaan tanaman. Gangguan

gulma tidak terjadi secara eksplosif seperti hama dan penyakit, tetapi

gangguannya terjadi secara terus menerus dalam jangka panjang. Pada

perkebunan kakao keberadaan gulma dapat merugikan di antaranya menghambat

pertumbuhan dan produksi tanaman sebagai dampak dari persaingan hara, air dan

cahaya, meningkatkan kelembaban kebun dan menyulitkan pekerjaan di kebun.

Untuk mengendalikan gulma, petani di Desa Lambandia melakukannya

dengan cara kimiawi (47.50%) dan selebihnya dengan cara kimia + mekanik dan

mekanik (Tabel 10). Secara kimiawi petani menggunakan herbisida dan secara

mekanik menggunakan alat pemaras dan mesin rumput. Sebagian besar petani

menggunakan bahan kimia berupa herbisida, hal tersebut mengindikasikan bahwa

belum ada kesadaran petani dalam keberlanjutan perkebunan kakao. Gulma yang

ada sebaiknya dibuatkan lubang kemudian ditimbun karena dapat dimanfaatkan

sebagai pupuk sehingga dapat berpengaruh terhadap produktivitas lahan dimasa

yang akan datang.

Tabel 10 Pengendalian gulma oleh petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Pengendalian gulma Jumlah responden Persentase (%)

Kimiawi 19 47.50 Kimiawi + Mekanik 12 30.00 Mekanik 9 22.50

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

36

Panen buah kakao yang telah matang secara fisiologis dilakukan

sepanjang tahun dan puncaknya pada musim buah yaitu bulan Juli. Jumlah

petani dengan frekuensi panen < 5 hari (52.50%) dan selebihnya 5 sampai >15

hari (Tabel 11). Tanaman dengan luasan 15-20 ha memerlukan waktu selama >

15 hari ; luasan 10-14 ha memerlukan waku selama 11–15 hari ; luasan 5-10 ha

memerlukan waktu selama 8-10 hari dan luasan 0.5 sampai 4 ha memerlukan

waktu selama 5-7 hari. Hal tersebut dikarenakan kurangnya tenaga kerja dalam

melakukan panen. Panen dilakukan hanya dengan bantuan anggota keluarga.

Untuk luasan di atas 10 ha, petani menggunakan tenaga harian untuk melakukan

panen terutama pada saat puncak musim buah.

Tabel 11 Frekuensi panen kakao oleh petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Frekuensi panen Jumlah responden Persentase (%)

< 5 hari 21 52.50 5 – 7 hari 6 15.00 8 – 10 hari 8 20.00 11 – 15 hari 3 7.50 > 15 hari 2 5.00

Buah yang dipanen tidak langsung dibelah tetapi disimpan terlebih dahulu

selama 2 sampai 3 hari (67.50%), beberapa petani menyimpan buah di atas 3 hari

(Tabel 12). Penyimpanan buah dilakukan agar buah dapat dibelah secara

bersamaan pada saat buah sudah terkumpul.

Tabel 12 Pengolahan buah setelah panen oleh petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Pengolahan buah Jumlah responden Persentase (%)

Dibiarkan 2 hari 21 52.50 Dibiarkan 3 hari 6 15.00 Dibiarkan > 3 hari 13 32.50

Pada saat buah telah selesai dibelah dan diambil bijinya, beberapa petani

menyimpan terlebih dahulu biji hasil panen selama 1 – 3 hari dan sebagian

langsung menjemurnya tanpa fermentasi, hal tersebut mengakibatkan larva dapat

berkembang menjadi pupa. Alasan petani yang menyimpan biji karena

keseluruhan buah belum dibelah dan nantinya biji akan dijemur secara bersamaan.

Petani langsung menjemur biji hasil panen (42.50%) dan selebihnya melakukan

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

37

fermentasi selama 1 – >3 hari (Tabel 13). Rata-rata petani tidak melakukan

fermentasi karena berat biji yang difermentasi lebih ringan dibandingkan dengan

kakao yang difermentasi sementara pedagang pengumpul hanya

memperhitungkan bobot massa bukan pada kualitas biji. Hal tersebut akan

menyebabkan berat biji kakao yang menjadi lebih ringan dan selanjutnya

berdampak pada penghasilan petani.

Belum berhasilnya upaya fermentasi kakao disebabkan petani belum

mempunyai budaya fermentasi dan kelembagaan petani yang lemah sehingga

tidak bisa menjamin komitmen bersama menghasilkan biji kakao fermentasi

dalam jumlah yang besar untuk menarik pembeli yang membutuhkan kakao

fermentasi. Idealnya petani melakukan fermentasi terlebih dahulu lebih dari tiga

hari.

Tabel 13 Pengolahan biji kakao oleh petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Pengolahan biji kakao Jumlah responden Persentase (%)

Langsung dijemur 17 42.50 Biji difermentasi 1 hari 7 17.50 Biji difermentasi 2 hari 4 10.00 Biji difermentasi 3 hari 4 10.00 Biji difermentasi > 3 hari 8 20.00

Setelah panen, sebagian petani hanya membiarkan kulit buah kakao

dikebun, dan sebagian kecil petani mengambil untuk makanan ternak atau

mengubur buah dan plasenta. Buah yang dibiarkan di kebun oleh sebagian besar

responden tidak dikubur karena dibutuhkan waktu dan tenaga untuk

melakukannya, di samping itu mereka juga beranggapan bahwa buah dan plasenta

akan mengering dengan sendirinya.

Tabel 14 Perlakuan terhadap buah dan plasenta oleh petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Perlakuan terhadap buah dan plasenta Jumlah responden Persentase (%)

Dibiarkan di kebun 33 82.50 Dikubur di kebun 5 12.50 Makanan ternak 2 5.00

Perlakuan terhadap buah dan plasenta menunjukkan bahwa sebagian besar

petani (82.50%) membiarkan kulit buah dan plasenta tetap berada di kebun

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

38

(Tabel 14). Pada saat pengamatan, pupa banyak ditemukan pada kulit buah

setelah panen dan dapat menjadi sumber infeksi. Dalam teknik pengendalian

hama PBK disarankan untuk mengubur kulit buah dalam tanah agar siklus hidup

hama dapat diputus.

Hama PBK dan Pengendaliannya

Berdasarkan hasil wawancara, hama yang paling dominan menyerang

tanaman kakao adalah hama PBK (95.00%), Helopeltis (37.50%), hama

penggerek batang (22.50%) dan tikus (10.00%) (Tabel 15).

Tabel 15 Persepsi masyarakat terhadap jenis hama yang paling merugikan akibat serangan hama di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Hama Jumlah responden Persentase (%)

Penggerek buah kakao (PBK) 38 95.00 Helopeltis 15 37.50 Penggerek batang 9 22.50 Tikus 4 10.00

Cara pengendalian hama yang dilakukan oleh petani di lapangan

umumnya berdasarkan pengalaman, penyuluhan dan pelatihan-pelatihan yang

pernah diikuti baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun Lembaga Swadaya

Masyarakat (Tabel 16).

Tabel 16 Cara pengendalian hama oleh petani di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Jenis Hama Cara Pengendalian

Penggerek buah kakao Penyemprotan dengan insektisida kimia, sanitasi, pemangkasan, panen sering, pemupukan, penyemprotan dengan pestisida nabati.

Helopeltis Penyemprotan dengan insektisida kimia, sanitasi, pemangkasan.

Penggerek batang Lubang ditutup dengan kapas yang telah di olesi insektisida kimia, mengorek batang untuk mengeluarkan ulat.

Tikus Tidak ada perlakuan/pengendalian

Sebagian besar petani mengenali kehadiran hama PBK dengan melihat

gejala serangan yang didasarkan pada gejala serangan setelah buah dipanen,

yaitu biji saling melengket dan daging buah berwarna kehitam-hitaman.

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

39

Sementara sebagian petani mengenali dengan melihat larva hama PBK yang

masih ada di dalam buah saat panen dilakukan. Pengetahuan petani tentang

keberadaan telur hama PBK bervariasi, sebagian besar (77.50%) mengetahui dan

adapula yang tidak mengetahui (27.50%) (Tabel 17). Untuk larva PBK

keseluruhan petani (100%) pernah melihat pada saat panen.

Tabel 17 Pengetahuan petani tentang letak telur hama PBK di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Pengetahuan petani tentang tempat hama PBK meletakkan telur Jumlah responden Persentase (%)

Tahu 31 77.50 Tidak tahu 9 22.50

Kehilangan produksi biji kakao akibat adanya hama PBK bervariasi antara

satu responden dengan responden lainnya. Kehilangan produksi mencapai >20-

40% (47.50%) bahkan sampai >40 – 60 % (Tabel 18). Persentase tersebut

dihitung berdasarkan kehilangan pendapatan petani pada saat tanaman kakao

terserang hama PBK dengan kategori ringan dibandingkan dengan saat kakao

terserang hama PBK dengan kategori berat.

Tabel 18 Kehilangan produksi biji akibat hama PBK di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Kehilangan produksi Jumlah responden Persentase (%)

< 10 % 0 0 10 – 20 % 6 15.00 > 20 – 40% 19 47.50 > 40 – 60 % 15 37.50

[

Untuk pengendalian hama PBK, sebagian besar petani responden

(62.50%) masih bergantung pada penggunaan insektisida dan yang lainnya

melakukan sanitasi, panen sering, penyemprotan dengan pestisida nabati,

mengubur kulit buah dan plasenta (Tabel 19).

Tabel 19 Cara pengendalian hama PBK di Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka

Cara pengendalian hama PBK Jumlah responden Persentase (%)

Insektisida kimia 25 62.50 Sanitasi 23 57.50 Panen sering 19 47.50 Pestisida nabati 8 20.00

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

40

Jenis insektisida yang banyak digunakan oleh petani sebagian besar

mengandung bahan aktif deltamethrin dan cypermethrin. Pestisida tersebut

banyak digunakan petani karena dapat membunuh serangga dengan cepat

terutama Helopeltis tetapi untuk hama PBK petani tidak pernah melihat secara

langsung imago yang dapat terbunuh karena perlakukan pestisida tersebut dan

terbukti tidak efektif menekan hama PBK.

Petani yang melakukan pengendalian dengan pemangkasan, pemupukan

dan panen sering juga melakukan penyemprotan dengan insektisida kimia untuk

mengendalikan Helopeltis yang dapat mempengaruhi tampilan fisik buah.

Komponen pemangkasan tanaman dilakukan seluruhnya oleh petani dengan

frekuensi yang bervariasi. Sebagian petani melakukan pengendalian dengan

penggunaan pestisida nabati yang banyak berada disekitar lokasi perkebunannya.

Pengetahuan tersebut diperoleh dari kegiatan SL-PHT (Sekolah Lapang

Pengendalian Hama Terpadu) yang diadakan oleh Dinas Perkebunan dan

Lembaga Swadaya Masyarakat.

Untuk mengendalikan hama PBK, penggabungan berbagai macam

teknologi yaitu : sanitasi, pemangkasan, panen sering, sarungisasi buah, mengubur

sisa kulit buah dan plasenta serta penggunaan musuh alami perlu dilakukan untuk

menekan intensitas kerusakan buah dan biji yang dilakukan secara kontinyu dan

terorganisir dengan baik.

Dari hasil wawancara dengan petani yang melakukan penyemprotan

dengan pestisida nabati didapatkan bahwa mereka telah memahami peranan semut

sehingga keberadaannya di kebun perlu dipertahankan. Pestisida nabati yang

digunakan seperti umbi gadung, jeringau, brotowali dan daun sirsak. Petani yang

melakukan pengendalian hanya dengan insektisida kimia disebabkan mereka

memiliki lahan kakao yang luas sehingga penggunaan insektisida dianggap lebih

efisien dari segi waktu dan tenaga.

Mencermati masing-masing responden terhadap penerapan komponen

teknologi PHT (panen sering, pemangkasan, pemupukan, sanitasi, mengubur kulit

dan pengembangan musuh alami), terlihat bahwa belum semua komponen

teknologi dapat diterima dan diterapkan oleh petani. Penggunaan insektisida kimia

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

41

masih menjadi komponen pengendali yang dominan dilakukan petani. Walaupun

demikian ada komponen teknologi yang diterapkan oleh petani yaitu melakukan

panen sering, sanitasi, pemupukan dan pemangkasan ringan. Hal ini disebabkan

sebagian diantara mereka pernah mengikuti kegiatan SL-PHT dan manfaatnya

telah dirasakan. Roumasset (1996) dalam Hendayana (1998) mengemukakan

bahwa keputusan petani dalam mengadopsi teknologi yang diterapkan

dipengaruhi oleh pandangan terhadap risiko dan ketersediaan sumberdaya

manusia serta faktor kelembagaan pendukung yang ada di pedesaan.

Sikap Petani terhadap Penggunaan Insektisida dan Musuh Alami

Mayoritas petani responden (92.50%) menganggap penggunaan

insektisida dalam pengendalian hama PBK sudah tidak efektif lagi karena

intensitas serangan setiap tahunnya tidak mengalami perubahan bahkan produksi

tanamannya cenderung mengalami penurunan, sementara (7.50%) menganggap

bahwa penggunaan insektisida efektif dalam mengendalikan hama PBK (Tabel

20). Penggunaan insektisida kimia tetap dilakukan di samping untuk

mengendalikan hama PBK juga hama lain seperti Helopeltis. Pengendalian hama

PBK dengan insektisida kurang efektif karena larva berada dalam buah dan hanya

akan keluar menjelang pembentukan pupa.

Penggunaan insektisida kimia di kalangan petani diakibatkan kuatnya

dukungan dari pemerintah. Program revitalisasi kakao yang diadakan oleh

Departemen Pertanian pada sentra perkebunan rakyat di Sulawesi masih

merekomendasikan insektisida kimia untuk mengendalikan hama pada tanaman

kakao yang telah disambung samping/pucuk dengan klon Semiotic

embryogenesis, Sulawesi I dan Sulawesi II. Insektisida dan fungisida kimia

diberikan kepada petani secara cuma-cuma, program ini merupakan kerjasama

antara pemerintah dengan perusahaan pestisida kimia.

Petani responden (82.5%) menyatakan bahwa pengendalian hama dengan

musuh alami tidak perlu dilakukan karena menurut mereka keberadaan semut

pada kakao justru mengganggu terutama pada saat panen. Semut juga dianggap

sebagai agen penyebar jamur yang menyebabkan penyakit busuk buah. Di

samping itu populasi musuh alami di lapang sudah jarang ditemui akibat

penggunaan pestisida yang intensif. Pendapat petani tentang tidak perlunya

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

42

melakukan pengendalian dengan musuh alami karena sebagian besar petani

(85.00%) tidak mengetahui serangga yang berperan sebagai musuh alami dan

peranannya dalam mengendalikan hama PBK (Tabel 20).

Tabel 20 Sikap petani terhadap insektisida dan pengetahuan tentang musuh alami

Pernyataan Jumlah responden Persentase (%)

Insektisida efektif mengendalikan hama PBK

Efektif 3 7.50 Tidak efektif 37 92.50 Perlunya pengendalian hama PBK dengan musuh alami

Perlu 7 17.50 Tidak perlu 33 82.50 Pengetahuan tentang musuh alami Tahu 6 15.00 Tidak tahu 34 85.00

Partisipasi Petani dalam Kegiatan SL-PHT

Keikutsertaan dalam pelatihan merupakan aspek yang sangat penting bagi

petani untuk mendapatkan informasi dari luar sehingga dapat membantu petani

dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang dihadapi. Hasil wawancara

menunjukkan bahwa sebagian petani responden telah mengikuti pelatihan

SL-PHT baik pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan maupun oleh

organisasi non pemerintah yang diadakan oleh LSM ACDI VOCA dengan nama

program SUCCES ALLIANCE (Sustainable Cocoa Extension Services for

Smallholders). Sementara sebagian yang lainnya belum pernah mengikut i

pelatihan secara khusus tetapi pernah mengikuti penyuluhan dari Petugas

Penyuluh Lapangan (PPL).

Dalam kegiatan SL-PHT komponen yang diajarkan adalah biologi dan

ekologi hama PBK, pengendalian hama PBK yang meliputi : pemanfaatan

pestisida nabati, pemangkasan, pemupukan, panen sering, sanitasi dengan

membersihkan kebun, mengatur drainase dan mengubur kulit buah dan plasenta.

Agar teknologi pengendalian hama PBK dapat diadopsi oleh petani perlu

adanya pendampingan yang lebih intensif yang dilakukan dalam kurun waktu

yang cukup lama untuk merubah kebiasaan petani dalam berusahatani kakao. Di

samping itu kelembagaan petani yang telah ada hendaknya diperkuat agar terbina

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

43

kebersamaan dalam melakukan budidaya kakao yang baik. Upaya pembinaan

kelembagaan yang dilakukan oleh berbagai stakeholder belum terintegrasi

dengan baik, masing-masing melakukan pendekatan yang berbeda. Misalnya

dalam pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah peserta diberi honorarium dan

transport sementara pelatihan yang diadakan oleh LSM peserta tidak diberi

honorarium dan uang transport. Dalam rangka penerapan PHT penguatan

kelembagan diharapkan menjadi prioritas, karena berbagai efisiensi dan

kemudahan dalam berusahatani mulai dari pengadaan saprodi, pemupukan,

pengendalian hama dan penyakit serta pemasaran dapat lebih ditingkatkan.

Pelatihan yang selama ini dilakukan tidak cukup untuk merubah perilaku

petani karena pelatihan dilakukan dalam jangka waktu singkat dan tidak ada

pendampingan secara kontinyu sehingga kemandirian dan partisipasi petani

menjadi lemah karena budaya masyarakat petani kakao di Desa Lambandia telah

terbiasa bekerja tidak berkelompok.

Wawancara yang dilakukan terhadap petani yang pernah mengikuti

kegiatan SL-PHT menunjukkan bahwa petani peserta 100% telah merasakan

manfaat positif dari model transfer teknologi PHT dalam mengatasi kehilangan

hasil akibat hama PBK di lapangan. Hal ini dapat dirasakan langsung oleh petani

berupa peningkatan pendapatan karena kualitas biji kakao yang semakin baik dan

pengurangan pengeluaran biaya untuk pestisida. Bagi masyarakat yang belum

mengikuti pelatihan SL-PHT 100% berkeinginan untuk mengikuti kegiatan

tersebut apabila mendapatkan kesempatan.

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

44

Pemanfataan Semut Hitam dan Semut Rangrang

Kerapatan populasi telur, pupa dan imago hama PBK

Telur PBK mulai ditemukan pada buah yang berukuran 2-3 cm (bulan

Mei) dengan kerapatan yang masih rendah. Pada bulan Juni populasi telur

meningkat dan mencapai puncaknya pada bulan Juli, yaitu saat buah berukuran

panjang 10-12 cm, kemudian menurun kembali pada bulan Agustus, populasi telur

sangat rendah pada bulan September saat buah sudah mengalami proses

pematangan (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa ngengat PBK paling

banyak meletakkan telur pada saat buah berukuran 10-12 cm dimana kulit buah

sudah mulai membentuk alur. Imago PBK meletakkan telur pada buah yang telah

memiliki alur pada permukaannya (Sulistyowati et al. 2002). Telur diletakkan

secara terpisah, pada saat baru diletakkan telur berwarna oranye dan setelah 3-4

hari berwarna abu-abu kehitaman.

Gambar 2 Perkembangan populasi telur PBK selama bulan April sampai

September 2009

Hasil pengamatan pupa dan imago menunjukkan bahwa populasinya

hampir merata selama pengamatan, yaitu mulai bulan April sampai September

(Gambar 3 dan 4). Hal tersebut kemungkinan disebabkan sumber makanan larva

PBK selalu tersedia karena buah terus menerus ada di lapangan. Pupa dan imago

yang terbentuk berasal dari buah-buah lain yang tidak diamati perkembangannya.

Pupa ditemukan menempel pada serasah dan buah kakao, sementara imago

0

20

40

60

80

100

April Mei Juni Juli Agustus September

Jum

lah

telu

r / b

uah

Waktu pengamatan (Bulan)

P1=Semut hitam+gula pasir P2=Semut hitam+gula merah P3=Semut rangrang+jeroan ayam

P4=Semut rangrang+jeroan sapi P5=Kontrol

Page 19: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

45

ditemukan pada cabang-cabang horizontal dan batang kakao. Secara umum

terlihat bahwa populasi telur pada perlakuan semut rangrang relatif lebih rendah

dari kontrol khususnya pengamatan pada bulan Juni, Juli dan Agustus (Gambar

2), sedangkan populasi pupa dan imago relatif lebih rendah pada perlakuan semut

rangrang pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September (Gambar 3 dan 4). Untuk

perlakuan semut hitam, populasi telur, pupa dan imago tampak tidak jauh berbeda

dengan kontrol.

Gambar 3 Perkembangan populasi pupa PBK selama bulan April sampai

September 2009

Gambar 4 Perkembangan populasi imago (ngengat) PBK selama bulan April sampai September 2009.

0

10

20

30

40

50

60

70

April Mei Juni Juli Agustus SeptemberBulan

Pupa

P1=Semut hitam+gula pasir P2=Semut hitam+gula merah P3=Semut rangrang+jeroan ayamP4=Semut rangrang+jeroan sapi P5=Kontrol

0

10

20

30

40

50

60

April Mei Juni Juli Agustus September

Jum

lah

imag

o /

peta

k

Waktu pengamatan (bulan)

P1=Semut hitam+gula pasir P2=Semut hitam+gula merah P3=Semut rangrang+jeroan ayam

P4=Semut rangrang+jeroan sapi P5=Kontrol

0

10

20

30

40

50

60

70

April Mei Juni Juli Agustus September

Jum

lah p

upa /

pet

ak

Waktu Pengamatan (Bulan)

P1=Semut hitam+gula pasir P2=Semut hitam+gula merah P3=Semut rangrang+jeroan ayam

P4=Semut rangrang+jeroan sapi P5=Kontrol

Page 20: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

46

Di Desa Lambandia salah satu faktor yang mendukung serangan hama

penggerek buah kakao adalah karena kebiasaan sebagian petani tidak melakukan

sentralisasi pemecahan buah terutama kulit buah dan plasenta, akibatnya kulit

serta plasenta buah yang berserakan dan tidak dibenamkan akan menyebabkan

larva yang terdapat pada kulit dan plasenta buah masih dapat menyelesaikan

siklus hidupnya dan pada akhirnya membentuk pupa. Pada pengamatan

lapangan jumlah pupa yang ditemukan pada kulit buah yang ditumpuk pada saat

panen sebanyak 986 (30.62%) sementara pada serasah dan buah sebanyak 2234

(69.38%). Hal ini menunjukkan preferensi larva pada serasah, buah dan kulit

buah saat panen sebagai tempat berkepompong pada saat larva keluar dari buah.

Menurut Suntoro (2001) larva yang baru keluar dari buah kakao untuk menjadi

kepompong diawali dengan menjatuhkan diri menggunakan benang sutera ke

permukaan tanah. Jika di atas permukaan tanah tersedia daun kakao, maka larva

akan segera membentuk kokon. Sebaliknya jika larva tersebut tidak menemukan

lembar daun kakao maka larva kembali naik menuju buah kakao dan membuat

kokon pada kulit buah.

Salah satu cara untuk memutus siklus pupa di lapangan dengan

menggunakan daun kakao dan limbah kulit buah kakao untuk dijadikan sebagai

perangkap, pupa yang melekat pada daun dan kulit buah dapat dimusnahkan

dengan berbagai cara yang sederhana. Dengan demikian, upaya sanitasi dengan

menanam kulit buah dalam tanah yang memerlukan tenaga dan biaya tambahan

yang cukup tinggi dapat dikurangi dengan cara sederhana tersebut. Pemusnahan

daun perangkap dan kulit buah harus segera dilakukan apabila telah terdapat pupa

melekat pada daun dan buah, sehingga kepompong tidak sempat menjadi imago

(Sulistyowati et al. 2002).

Keberadaan telur, pupa dan imago di lapangan juga dipengaruhi oleh

intensitas sinar matahari yang tidak langsung menjangkau keseluruhan tanaman

kakao (Gambar 5). Pemeliharaan yang dilakukan petani kurang maksimal seperti

pemangkasan dan sanitasi kebun, sehingga kebun menjadi lembab dengan

naungan berat baik dari daun kakao maupun dari tanaman lain yang

dibudidayakan dalam kebun seperti pisang, mangga, jeruk dan kelapa. Sanitasi

yang kurang baik juga menciptakan tingkat kelembaban yang tinggi yang

Page 21: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

47

disenangi oleh hama PBK untuk berkembang biak, sehingga perlu dicari alternatif

untuk memutus siklus hama PBK di lapangan.

a b c Gambar 5 (a) telur, (b) pupa dan (c) imago hama penggerek buah kakao

Perbedaan kerapatan populasi telur, pupa dan imago yang ditemukan

pada perlakuan semut hitam dan semut rangrang pada saat buah berukuran ±10

cm diduga karena di lapangan penyebaran semut hitam untuk mencari

makanan/mangsa dari satu pohon ke pohon lain relatif lebih lambat dibandingkan

semut rangrang. Semut hitam yang diinfestasikan pada bulan April setelah tiga

sampai empat bulan kemudian rata-rata hanya menjangkau 5-10 pohon. Berbeda

dengan semut rangrang dalam waktu yang sama mampu menjangkau 30-37 pohon

kakao di sekitar tempat pelepasan (Gambar 6).

Gambar 6 Kemampuan menyebar semut hitam dan semut rangrang pada bulan

April sampai September 2009.

a 05

10152025303540

April Mei Juni Juli Agustus September

Juml

ah po

hon t

erinf

estas

i

Waktu pengamatan (Bulan)

P1=Semut hitam+gula pasir P2=Semut hitam+gula merahP3=Semut rangrang+jeroan ayam P4=Semut rangrang+jeroan sapi

a

b b

b b b b

b b b b b b

a a a a a a

a a a a

a

Page 22: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

48

Aktivitas Semut

Semut termasuk serangga yang melakukan kerjasama dalam mencari

makanan. Apabila salah satu semut pekerja menemukan makanan maka akan

diinformasikan pada semut lainnya lewat feromon kemudian terjadi

agregasi/pengelompokan, dan akhirnya pekerjaan dilakukan bersama-sama untuk

mendapatkan kebutuhan makanan. Pada saat semut ratu dan pejantan telah

terdapat pada agregasi maka akan terbentuk sarang dengan jumlah populasi semut

yang lebih besar (Pasteels et al. 1993). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

agregasi semut mulai ditemukan setelah dua bulan diinfestasikan, agregasi banyak

ditemukan pada tempat di sekitar tempat pelepasan baik untuk semut hitam

maupun semut rangrang (Gambar 7 dan 8). Agregasi yang terbentuk pada lokasi

penelitian merupakan kumpulan dari individu semut yang terkoordinasi dan

bergerak sebagai satu unit dalam melakukan tugas masing-masing untuk

memenuhi kebutuhan makanan, perlindungan, serta reproduksi.

Gambar 7 Rataan jumlah agregasi semut hitam pada bulan April sampai September 2009

Gambar 8 Rataan jumlah agregasi semut rangrang pada bulan April sampai

September 2009

00.5

11.5

22.5

33.5

4

April Mei Juni Juli Agustus September

Juml

ah ag

regas

i / pe

tak

Waktu pengamatan (Bulan)

P1=Semut hitam+gula pasir P2=Semut hitam+gula merah

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

April Mei Juni Juli Agustus September

Jum

lah ag

rega

si / p

etak

Waktu pengamatan (Bulan)

P3=Semut rangrang+jeroan ayam P4=Semut rangrang+jeroan sapi

a

b

a

a

b

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

Page 23: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

49

Di Lokasi penelitian, agregasi semut hitam memanfaatkan celah-celah

yang telah ada di lapangan, seperti misalnya rongga di dalam kayu lapuk, celah di

bawah kayu, di antara kulit batang pohon, di antara serasah, rongga di dalam

ranting, juga liang bekas sarang rayap atau kumbang (Gambar 9). Hal tersebut

merupakan salah satu cara semut mempertahankan kelembaban karena pada celah

dapat menyimpan air dan menghambat penguapan akibat panas matahari. Pintu

masuk lubang seringkali membentuk kawah kecil atau cerobong. Konstruksi

seperti ini dibuat untuk mengoptimalkan tingkat kelembaban, suhu, dan ventilasi

udara yang diperlukan semut (Atkinds & Wilson 1999).

Menurut Khoo (2001) keberadaan sarang semut hitam seringkali

berpindah-pindah, meskipun sebagian dapat bertahan hingga tahunan. Kepindahan

ini disebabkan terjadinya perubahan suhu atau kelembaban, berkurangnya sumber

makanan, atau karena tersedianya lokasi sarang yang lebih baik. Tekanan dari

semut pesaing, parasit dan pemangsa juga dapat memicu migrasi semut. Oleh

karena itu disarankan apabila sumber makanan semut hitam berkurang maka perlu

dilakukan konservasi kutu putih dan pemberian gula pada tanaman kakao.

Gambar 9 Tempat terbentuknya agregasi semut hitam

Agregasi semut rangrang di lapangan ditemukan pada daun kakao dengan

merajut 3-4 daun yang letaknya paling tinggi dan memilih daun kakao yang

rimbun (Gambar 10). Walaupun daun yang letaknya tinggi rawan terhadap

penguapan karena terbuka dan berada di udara bebas, apalagi bila terkena angin

dan sinar matahari langsung, akan tetapi semut rangrang memiliki kemampuan

melipat dan merekatkan dedaunan. Dengan perlindungan anyaman dedaunan

kelembaban sarang dapat terjaga (Van Mele & Cuc 2004).

Page 24: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

50

Gambar 10 Agregasi semut rangrang

Menurut Khoo (1992) semut hitam dan semut rangrang bersifat polidomi

yaitu membentuk lebih dari satu sarang. Koloni polidomi dimulai dari satu

sarang, lalu kemudian muncul sarang-sarang selanjutnya karena populasi semut

melebihi daya tampung sarang utama. Sarang-sarang tambahan ini disebut sarang

satelit, dan tidak hanya menampung semut dewasa, namun juga pradewasa dan

semut reproduktif. Sarang satelit juga dapat menampung semut ratu baru yang

telah dibuahi, namun terkadang sarang satelit tidak berisi semut ratu.

Dalam kaitannnya dengan pengendalian hayati, apabila semut rangrang

akan dipindahkan pada pertanaman kakao maka perlu diberi makanan apakah

berupa jeroan atau gula dan diberikan secara menyebar agar semut rangrang tetap

mencari mangsa serangga. Agar semut rangrang dapat menjangkau setiap pohon

maka perlu dibuat penghubung berupa tali dari satu pohon ke pohon yang tidak

saling bersinggungan dengan mengikatkannya pada tempat yang paling sering

dilewati. Dengan jembatan tersebut, semut rangrang dapat berpindah dari satu

pohon ke pohon lain dengan daya jelajah yang luas untuk mendapatkan makanan

dan akan menambah jumlah individu dalam koloni mereka (Van Mele & Cuc

2004).

Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan keberadaan semut

adalah kelembaban. Ukuran tubuh semut yang kecil membuat rasio antara luas

permukaan dan volume tubuhnya bernilai besar. Hal ini menyebabkan penguapan

air melalui permukaan tubuh lebih besar dan cepat sehingga semut rentan terhadap

kekeringan, terutama larva semut yang permukaan tubuhnya belum memiliki

lapisan kutikula. Uap air juga merupakan sumber air yang dimanfaatkan semut

untuk metabolisme tubuh. Karena itu, semut lebih menyukai lingkungan lembab.

Page 25: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

51

Akan tetapi, lingkungan kering tidak selalu menjadi hambatan bagi semut, karena

sebagian semut dapat memodifikasi lingkungan sekitar untuk disesuaikan dengan

kebutuhan. Untuk mendapatkan tempat hidup yang tepat, sebagian semut dapat

memodifikasi sarang untuk mendapatkan kelembaban yang diperlukan (Andersen

2000).

Populasi kutu putih (Cataenococcus hispidus) di lapangan mulai

meningkat setelah satu sampai dua bulan infestasi semut yang dapat dijadikan

sebagai sumber makanan bagi semut hitam dan semut rangrang (Gambar 11).

Hasil penelitian yang dilakukan Meldy (2004) di Lembah Pallolo Sulawesi

Tengah menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara keberadaaan semut hitam

dan semut rangrang dengan kutu putih, dimana keduanya membutuhkan embun

madu yang dihasilkan dari kutu putih. Menurut Khoo & Chung (1995) semut dan

kutu putih memiliki hubungan simbiosis mutualistik dimana kutu putih

menghasilkan embun madu bagi semut sementara semut dapat melindungi kutu

putih dari serangga lain. Menurut Way and Khoo (1991), pada pertanaman

kakao di Malaysia, sarang D. thoracicus dan O. smaradigna cukup stabil apabila

terdapat embun madu yang dihasilkan oleh kutu putih. Untuk itu penggunaan

pestisida kimia yang dapat membunuh kutu putih harus dikurangi apabila ingin

mengembangkan semut sebagai musuh alami.

a b

Gambar 11 Interaksi semut rangrang dengan kutu putih (a) dan semut hitam dengan kutu putih (b).

Dari hasil wawancara dengan petani menunjukkan bahwa petani enggan

memanfaatkan semut rangrang karena perilaku menggigit yang menyakitkan

dapat menghambat proses pemetikan buah, di samping itu peranannya belum

Page 26: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

52

tersosialisasi dengan baik dan merata, sehingga kehadirannya dianggap sebagai

serangga yang tidak berguna. Untuk itu sosialisasi dan demplot pemanfaatan

semut rangrang perlu dilakukan agar dapat memberikan keyakinan kepada petani

bahwa musuh alami dapat digunakan sebagai salah satu komponen PHT dalam

pengendalian hama PBK.

Aktivitas semut hitam dan semut rangrang dilihat dari jumlah yang

melintas pada pohon kakao menunjukkan bahwa aktivitas semut rangrang lebih

tinggi dibandingkan semut hitam dan menunjukkan perbedaan nyata. Namun

perlakuan gula merah dan gula pasir untuk semut hitam tidak menunjukkan

perbedaan. Demikian juga perlakuan jeroan sapi dan jeroan ayam untuk semut

rangrang tidak menunjukkan perbedaan. Peningkatan aktivitas semut hitam dan

semut rangrang mulai terjadi setelah dua bulan diinfestasikan. Rata-rata semut

hitam yang melintas per 15 menit mencapai 139 ekor dan semut rangrang

mencapai 612 ekor (Gambar 12). Semut rangrang dalam mencari makan lebih

aktif dibandingkan dengan semut hitam karena dapat berpindah dengan cepat dari

satu pohon ke pohon lain.

Gambar 12 Rataan jumlah semut hitam dan semut rangrang yang melintas per 15 menit pada bulan April sampai September 2009

Semut rangrang dan semut hitam yang melintas pada tanaman kakao

aktivitasnya diamati pada pagi hari (Gambar 13). Hasil penelitian Meldy (2004)

di Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa aktivitas semut hitam dan semut

rangrang paling tinggi pada pagi dan sore hari. Hal tersebut berkaitan dengan

pola pencarian makan semut hitam dan semut rangrang lebih aktif mencari makan

pada pagi dan sore hari (Way & Khoo 1991).

0

100

200

300

400

500

600

700

April Mei Juni Juli Agustus September

Jum

lah se

mut/

15 m

enit

Waktu pengamatan (Bulan)

P1=Semut hitam+gula pasir P2=Semut hitam+gula merahP3=Semut rangrang+jeroan ayam P4=Semut rangrang+jeroan sapi

a a

b b

a a a a a a a a a a

b b b b b b b b b b

Page 27: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

53

a b

Gambar 13 Semut rangrang (a) dan semut hitam (b) yang melintas pada pohon kakao

Intensitas Buah Terserang

Hasil pengamatan intensitas buah terserang pada perlakuan semut hitam

dan semut rangrang menunjukkan bahwa perlakuan semut rangrang berbeda nyata

dengan kontrol sementara perlakuan semut hitam tidak berbeda nyata dengan

kontrol. Perlakuan dengan pemanfataan semut rangrang memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap intensitas serangan buah akibat serangan hama PBK

dibandingkan dengan penggunaan semut hitam (Gambar 14, 16, 17).

Semut hitam yang diberikan pakan gula pasir dan gula merah tidak

menunjukkan perbedaan terhadap persentase buah yang terserang, hal yang sama

juga dijumpai pada perlakuan semut rangrang yang diberikan pakan jeroan ayam

dan jeroan sapi (Gambar 15). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian pakan

gula pasir dan gula merah untuk semut hitam, jeroan ayam dan jeroan sapi untuk

semut rangrang dapat digunakan sebagai sumber makanan pada saat akan

melepaskan semut pada tanaman kakao sebagai pengendali hayati.

Page 28: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

54

Gambar 14 Perbandingan intensitas buah terserang pada perlakuan semut hitam

dan semut rangrang dengan kontrol.

Gambar 15 Perbandingan intensitas buah terserang pada perlakuan semut hitam

dan semut rangrang dengan pakan yang berbeda

Gambar 16 Perbandingan intensitas buah terserang pada perlakuan semut hitam

pakan gula pasir dengan semut rangrang pakan jeroan ayam dan jeroan sapi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0

10

20

30

40

50

60

70

80

a a

P1 = Semut hitam + cairan gula pasir P3 = Semut rangrang + jeroan ayam P2 = Semut hitam + cairan gula merah P4 = Semut rangrang + jeroan sapi

P1 P2 P3 P4

a a

a a

P1 = Semut hitam + cairan gula pasir P3 = Semut rangrang + jeroan ayam P4 = Semut rangrang + jeroan sapi

P1 P3 P1 P4

a

b

a

b

Inte

nsita

s bua

h te

rser

ang

(%)

Inte

nsita

s bua

h te

rser

ang

(%)

Inte

nsita

s bua

h te

rser

ang

(%)

P1 = Semut hitam + cairan gula pasir P4 = Semut rangrang + jeroan sapi P2 = Semut hitam + cairan gula merah P5 = Kontrol P3 = Semut rangrang + jeroan ayam

P1 P5 P2 P5 P3 P5 P4 P5

a a

b

a

b

a

Page 29: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

55

Gambar 17 Perbandingan intensitas buah terserang pada perlakuan semut hitam

pakan gula merah dengan semut rangrang pakan jeroan ayam dan jeroan sapi.

Buah kakao yang terserang oleh hama PBK akan terlihat masak lebih awal

dengan perubahan warna yang tidak merata, buah yang terserang nampak

berwarna hijau kekuningan. Gejala lanjut serangan hama ini dapat juga diketahui

dengan adanya lubang gerekan keluar larva pada kulit buah dengan meninggalkan

lubang kecil berwarna kecoklatan, biji berwarna hitam dan melengket satu dengan

lainnya (Gambar 18).

Tingginya intensitas serangan dan kerusakan biji pada perlakuan semut

hitam dibandingkan pada perlakuan semut rangrang disebabkan kemampuan

menyebar dan aktivitas dari semut hitam dari satu tanaman ketanaman lain lebih

rendah dibandingkan dengan semut rangrang. Semut hitam menyebar sejauh 5-10

tanaman setelah tiga sampai empat bulan diinfestasikan berbeda dengan semut

rangrang yang menyebar sejauh 30-37 tanaman. Di samping itu semut rangrang

lebih aktif berkeliaran pada buah dibandingkan semut hitam yang lebih banyak

terdapat pada tangkai buah dan pangkal buah yang dapat menghambat imago

meletakkan telur pada buah. Menurut Van Mele & Cuc (2004) semut rangrang

aktif mencari makanan dan membawanya ke dalam sarang. Semut rangrang dapat

memangsa larva PBK yang keluar dari buah untuk membentuk pupa dan dapat

menghalangi imago untuk meletakkan telur karena selalu berkeliaran pada buah.

La Daha (2007) melaporkan bahwa dari beberapa jenis semut yang ditemukan

pada kakao, semut rangrang merupakan predator yang memiliki tingkat

pengendalian yang paling baik.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

P2 = Semut hitam + cairan gula merah P3 = Semut rangrang + jeroan ayam P4 = Semut rangrang + jeroan sapi

P2 P3 P2 P4

a

b

a

b

Inte

nsita

s bua

h te

rser

ang

(%)

Page 30: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

56

Tingginya serangan pada perlakuan semut hitam kemungkinan juga

disebabkan pada saat buah berukuran 10-12 cm semut hitam masih jarang yang

berkeliaran pada buah kakao, kebanyakan berada pada tangkai buah dan pangkal

buah. Hal tersebut terjadi karena populasinya yang masih rendah. Semut hitam

terlihat berkeliaran pada buah setelah buah mencapai ukuran 15-20 cm sampai

pada proses pematangan buah berbeda dengan semut rangrang yang aktif

berkeliaran pada semua buah pada saat berukuran 5-7 cm sampai buah masak.

Mekanisme penekanan populasi hama PBK oleh semut dilaporkan sebagai

akibat keberadaan semut yang lalu lalang pada permukaan buah sehingga

mengganggu imago hama PBK untuk meletakkan telur, disamping itu semut juga

bertindak sebagai predator atau pemangsa telur dan imago (Way & Khoo 1992).

Oleh karena itu, semut berpotensi untuk dijadikan sebagai agen pengendali hayati

untuk mengendalikan hama PBK dan Helopeltis karena memiliki kelimpahan

pada tanaman kakao yang lebih banyak dibandingkan dengan serangga lain

(Meldy 2004)

Hasil studi yang dilakukan di Australia, semut rangrang dapat menjaga

kualitas buah jambu mete dari serangan hama. Kualitas dan hasil panen mete

lebih tinggi pada tanaman yang dihuni semut rangrang tanpa menggunakan bahan

kimia bila dibandingkan dengan kebun yang menggunakan bahan kimia untuk

mengendalikan hama (Peng et al. 1999). Semut rangrang dapat menurunkan

intensitas serangan ulat pengorok daun pada jeruk di Delta Mekong Vietnam dan

buah yang dihasilkan lebih menarik dan segar (Cuc 2001).

a b c Gambar 18 (a) buah sehat, (b) buah terserang ringan, (c) buah terserang berat

Page 31: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

57

Intensitas Kerusakan Biji

Hasil pengamatan intensitas kerusakan biji kakao yang terserang setelah

perlakuan semut hitam dan semut rangrang menunjukkan bahwa perlakuan

dengan pemanfataan semut rangrang memberikan pengaruh yang lebih nyata

terhadap intensitas kerusakan biji akibat serangan hama PBK dibandingkan

dengan penggunaan semut hitam dan kontrol (Gambar 19, 21, 22). Perlakuan

semut rangrang berbeda nyata dengan kontrol sementara perlakuan semut hitam

tidak berbeda nyata dengan kontrol. Semut hitam yang diberikan pakan gula pasir

dan gula merah tidak menunjukkan perbedaan terhadap persentase intensitas

kerusakan biji, hal yang sama juga dijumpai pada perlakuan semut rangrang yang

diberikan pakan jeroan ayam dan jeroan sapi (Gambar 20.)

Gambar 19 Perbandingan intensitas kerusakan biji pada perlakuan semut hitam dan semut rangrang dengan kontrol

Gambar 20 Perbandingan intensitas kerusakan biji pada perlakuan semut hitam dan semut rangrang dengan pakan yang berbeda

0

10

20

30

40

50

60

70

0

10

20

30

40

50

60

70

P1 = Semut hitam + cairan gula pasir P4 = Semut rangrang + jeroan sapi P2 = Semut hitam + cairan gula merah P5 = Kontrol P3 = Semut rangrang + jeroan ayam

P1 P5 P2 P5 P3 P5 P4 P5

a a

a a

b

a

b

a

P1 = Semut hitam + cairan gula pasir P3 = Semut rangrang + jeroan ayam P2 = Semut hitam + cairan gula merah P4 = Semut rangrang +

j i

P1 P2 P3 P4

a a

a a

Inte

nsita

s ker

usak

an b

iji (%

) In

tens

itas k

erus

akan

biji

(%)

Page 32: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

58

Gambar 21 Perbandingan intensitas kerusakan biji pada perlakuan semut hitam

pakan gula pasir dengan semut rangrang pakan jeroan ayam dan jeroan sapi

Gambar 22 Perbandingan intensitas kerusakan biji pada perlakuan semut hitam pakan gula pasir dengan semut rangrang pakan jeroan ayam dan jeroan sapi.

Rendahnya intensitas kerusakan pada biji pada perlakuan semut rangrang

dibandingkan dengan semut hitam diduga diakibatkan tingkat agresifitas yang

dimiliki oleh semut rangrang lebih tinggi sehingga dapat menghambat imago

hama PBK untuk bertelur pada saat buah masih muda pada saat fenologi buah

pada fase pertama dan kedua. Semut rangrang lebih aktif berkeliaran pada

pohon dan buah untuk mencari makan/mangsa dibandingkan dengan semut hitam.

Tinggi rendahnya persentase kerusakan biji ini juga ditentukan oleh saat

kapan terjadinya serangan pada buah. Serangan hama PBK yang terjadi pada

buah yang masih muda akan menyebabkan kerusakan yang berat, karena selain

biji saling melengket dan melekat kuat pada buah, juga berpengaruh terhadap

kualitas dan kuantitas biji. Apabila serangan terjadi pada buah tua atau menjelang

0

10

20

30

40

50

60

0

10

20

30

40

50

60

70

P1 = Semut hitam + cairan gula pasir P3 = Semut rangrang + jeroan ayam P4 = Semut rangrang + jeroan sapi

P1 P3 P1 P4

a

b

a

b

P2 = Semut hitam + cairan gula merah P3 = Semut rangrang + jeroan ayam P4 = Semut rangrang + jeroan sapi

P2 P3 P2 P4

a

b

a

b

Inte

nsita

s ker

usak

an b

iji (%

) In

tens

itas k

erus

akan

biji

(%)

Page 33: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

59

masak maka pengaruhnya terhadap kerusakan biji tidak terlalu besar. Suntoro

(1995) mengemukakan bahwa kerusakan biji yang diakibatkan oleh hama

PBK yang menyerang buah yang masih muda dan buah tua atau menjelang

masak sangat berbeda.

Tingginya intensitas kerusakan biji kakao oleh hama PBK juga sangat

ditentukan oleh kemampuan larva menggerek buah untuk masuk ke dalam kulit

buah kakao bagian dalam. Hal ini dipengaruhi oleh sifat morfologi yang dimiliki

oleh tanaman itu sendiri. Sifat – sifat yang dimiliki tanaman akan berpengaruh

pada kemampuan dalam melindungi dirinya dari serangan hama. Hal ini sejalan

dengan Susanto (1994), kakao jenis forestero memiliki sifat tidak disenangi oleh

hama PBK karena perkembangan tanaman kuat, kulit buah keras dan alur buah

tidak dalam lain halnya dengan jenis criollo yang cenderung lebih disenangi oleh

hama penggerek buah kakao karena memiliki sifat pertumbuhan tanaman kurang

kuat, permukaan buah yang kasar, kulit buah kasar, alur buah agak dalam. Jenis

criollo tersebut mendukung perkembangan hama PBK seperti peletakan telur

yang lebih menyukai pada permukaan buah yang kasar dan alur buah dalam, serta

kulit buah yang tipis akan memudahkan larva menembus kulit buah, sehingga

mengakibatkan kerusakan biji yang lebih tinggi.

Namun pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan antara kedua varietas tersebut, hal ini diduga karena hama PBK

telah endemik dan telah menjadi inang utama dengan adaptasi tinggi yang telah

terjadi antara hama PBK dengan tanaman kakao. Dalam kaitannya dengan hama

PBK penggunaan varietas yang memiliki sifat tahan dikombinasikan dengan agen

pengendali hayati adalah komponen pengendalian yang dapat diterapkan di masa

yang akan datang.

Page 34: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

60

Gambar 23 (a) biji kakao sehat (b) biji kakao rusak

Kerusakan yang ditimbulkan oleh larva PBK berupa rusaknya biji,

mengeriputnya biji dan timbulnya warna gelap pada kulit biji (Wiryadiputra &

Prawoto 1994), hal itu berarti turunnya berat dan mutu biji kakao. Gambar 23,

menunjukkan perbedaan penampilan biji kakao sehat dan rusak akibat terserang

hama PBK. Kerugian yang disebabkan oleh hama PBK merupakan akumulasi

dari turunnya berat dan mutu biji serta meningkatnya biaya panen karena

pemisahan biji sehat dari biji yang rusak memerlukan waktu yang cukup lama.

Pembahasan

Kabupaten Kolaka merupakan daerah penghasil kakao terbesar di Provinsi

Sulawesi Tenggara. Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan kakao di

daearah ini adalah adanya serangan hama PBK yang sampai saat ini telah

menyerang seluruh areal perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan

negara. Desa Lambandia, Kecamatan Lambandia sebagai salah satu desa

penghasil kakao terbesar di Kabupaten Kolaka. Berdasarkan hasil survei, petani

di desa ini masih tergolong usia produktif yaitu berumur antara 40–60 tahun, hal

ini merupakan salah satu potensi untuk pengembangan dan pengelolaan tanaman

kakao yang lebih intensif. Bertahannya petani mengusahakan tanaman kakao

disebabkan harga yang menjanjikan dan pemasarannya mudah. Keseluruhan

petani berusahatani pada kebun milik sendiri, dengan lahan umumnya datar

dengan naungan tanaman kelapa. Sebagian besar petani menanam kakao varietas

hibrida.

a b

Page 35: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

61

Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek budidaya yang dilakukan

petani belum sesuai dengan praktek budidaya kakao yang dianjurkan (Good

Agricultural Practice) yaitu: persiapan lahan, penggunaan varietas unggul,

pemupukan, pemangkasan, sanitasi dan pengolahan pasca panen. Beberapa

praktek budidaya kakao yang telah dilakukan meliputi penggunaan varietas

unggul, pemangkasan, pemupukan dan pengendalian gulma. Sementara teknik

budidaya yang belum diterapkan sepenuhnya adalah pengolahan buah setelah

panen, pengolahan biji kakao, fermentasi dan perlakuan terhadap kulit buah dan

plasenta. Hal yang disebut terakhir menyebabkan hama PBK dapat terus

berkembang biak di lapangan. Untuk mengendalikan hama pada tanaman kakao

sebagian besar petani masih menggunakan insektisida.

Dalam rangka mendukung agribisnis perkebunan rakyat yang

berkelanjutan dan adanya tuntutan konsumen kakao, maka strategi pengendalian

OPT diarahkan untuk menerapkan konsep PHT dengan prioritas pengendalian

hayati dan tanaman tahan (Wardoyo 2000). Salah satu metode pengendalian

yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama PBK adalah pengendalian

hayati, dengan memanfaatkan semut hitam dan semut rangrang sebagai predator.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semut rangrang memiliki potensi

yang lebih baik sebagai agen pengendali hama PBK dibandingkan dengan semut

hitam. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan menyebar semut rangrang dari

satu pohon ke pohon lain lebih cepat, aktivitas lebih tinggi, intensitas buah

terserang dan intensitas kerusakan biji lebih rendah pada petak yang diberi

perlakuan semut rangrang.

Dengan demikian, pemanfaatan semut rangrang dapat dikembangkan untuk

pengendalian hama PBK. Semut rangrang yang berada pada pertanaman lain di

sekitar pertanaman kakao dapat dipindahkan ke pertanaman kakao. Pada tahap

awal pemindahan semut rangrang dapat diberikan makanan berupa jeroan ayam

atau jeroan sapi. Selanjutnya perkembangan populasinya diamati dan dievaluasi

keberadaannya. Untuk memudahkan agar semut dapat menyebar dari satu

Page 36: HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Pertanaman Kakao · varietas hibrida (77.50%), sementara sebagian petani menanam varietas lokal ... Departemen Pertanian dengan metode teknik sambung

62

tanaman ke tanaman lain perlu diberi semacam penghubung berupa tali rafia atau

bambu terutama untuk tajuk tanaman kakao yang tidak saling bersinggungan.

Kajian pemanfaatan semut rangrang ini diharapkan dapat menambah

informasi yang dapat digunakan sebagai acuan bagi petani dalam mengendalikan

hama PBK yang dikombinasikan dengan sanitasi, pemangkasan, panen sering dan

sarungisasi buah.