HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005)...
Transcript of HASIL DAN PEMBAHASAN · 2020. 10. 15. · 4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005)...
30 Universitas Muhammadiyah Riau
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Rendemen Arang Aktif Kulit Durian
Rendemen arang aktif dinyatakan dengan presentase (%). Hasil penentuan
rendemen dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Rendemen Arang Aktif Kulit Durian
Bobot Kering
Kulit Durian (g)
Bobot Arang
Yang Telah Di
Ayak (g)
Bobot Arang
Yang Telah Di
Aktivasi (g)
Rendemen (%)
396,8927 100,1326 73,0892 25,23
4.1.2 Penentuan Gugus Fungsi Arang Kulit Durian
Hasil pengujian FTIR sampel arang aktif kulit durian sebelum diaktivasi
dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan hasil pengujian FTIR sampel arang aktif kulit
durian setelah diaktivasi dengan menggunakan HCl 1 N dapat dilihat pada
Gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.1 Hasil Analisis FTIR Adsorben Kulit Durian Sebelum Diaktivasi
450750900120015001800210024002700300033003600390042004500
1/cm
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
%T
3613
,79
3072
,74
2941
,57 28
69,2
4
2603
,05
2331
,07
1688
,75
1540
,23
1272
,11
1219
,06
1107
,19
1044
,50
1010
,74
881,
51
ARANG KULIT DURIAN 2
31
Universitas Muhammadiyah Riau
Gambar 4.2 Hasil Analisis FTIR Adsorben Kulit Durian Setelah Aktivasi HCl 1 N
Tabel 4.2 Perbandingan Puncak Serapan FTIR Arang Aktif Dari Kulit Durian
Gugus Fungsi Standar (cm-1
)
(Dachriyanus, 2004)
Bilangan Gelombang
Sebelum Aktivasi Setelah Aktivasi
O-H 3750-3000 3613,79 cm-1
3634,05 cm-1
C-H 3000-2700 2941,57 cm-1
2870,20 cm-1
C C 2400-2100 2331,07 cm-1
2313,71 cm-1
C=O 1900-1650 1688,75 cm-1
1710,93 cm-1
C=C 1675-1500 1540,23 cm-1
1591,34 cm-1
4.1.3 Penentuan Massa Optimum Adsorben Terhadap Sampel Limbah
Cair Laundry
Berdasarkan hasil analisis massa optimum adsorben terhadap sampel
limbah laundry, didapat hasil analisis berbeda pada tiap massanya. Hasil dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
450750900120015001800210024002700300033003600390042004500
1/cm
-0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100%T
3634
,05
2957
,97
2932
,89
2870
,20
2606
,91
2523
,00
2313
,71
2276
,10
1710
,93
1591
,34
1375
,30
1212
,31
1082
,11
1065
,72
1036
,78
969,
27
772,
52
ADSORBEN KULIT DURIAN
32
Universitas Muhammadiyah Riau
Tabel 4.3 Hasil Analisis Massa Adsorben Optimum
Parameter
Sebelum
Perlakuan
(mg/L)
Setelah Perlakuan
Penurunan
(%)
Permen
LH No.5
tahun
2014
(mg/L)
Massa
(gr)
Konsentrasi
(mg/L)
TSS 380
1 288 24,21
60 2 160 57,89
3 94 75,26
Amonia 2,142
1 1,570 26,70
0,5 2 1,285 40,01
3 0,714 66,67
Fosfat 2,466
1 1,017 58,76
2 2 1,007 59,16
3 0,897 63,62
4.1.4 Penentuan Waktu Kontak Adsorben Terhadap Sampel Limbah Cair
Laundry
Berdasarkan hasil analisis waktu kontak adsorben terhadap sampel limbah
laundry, didapat hasil analisis berbeda pada tiap waktu kontaknya. Hasil dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Waktu Kontak
Parameter
Sebelum
Perlakuan
(mg/L)
Setelah Perlakuan
Penurunan
(%)
Permen
LH No.5
tahun
2014
(mg/L)
Waktu
(jam)
Konsentrasi
(mg/L)
TSS 380
12 134 64,74
60 24 94 75,26
36 53 86,05
Amonia 2,142 12 1,082 49,48 0,5
33
Universitas Muhammadiyah Riau
24 0,714 66,67
36 0,432 79,83
Fosfat 2,466
12 0,980 60,26
2 24 0,897 63,64
36 0,630 74,45
4.1.5 Analisa Padatan Total Tersuspensi (TSS) (SNI.06-6989.3-2004)
Berdasarkan hasil analisis Padatan Total Tersuspensi (TSS), maka didapatkan
hasil analisis massa adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben
dapat dilihat pada Tabel 4.5. hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada tabel
4.6.
Tabel 4.5 Hasil Analisis TSS Massa Adsorben Optimum
Sebelum
Perlakuan(mg/L)
Setelah Perlakuan
(Penambahan Adsorben) Batas
Keberterimaan 1 gram 2 gram 3 gram
380 288 mg/L 160 mg/L 94 mg/L 60 mg/L
Tabel 4.6 Hasil Analisis TSS Waktu Kontak
Sebelum
Perlakuan(mg/L)
Setelah Perlakuan
(Penambahan Adsorben) Batas
Keberterimaan 12 jam 24 jam 36 jam
380 mg/L 134 mg/L 94 mg/L 53 mg/L 60 mg/L
4.1.6 Analisa Kadar Amonia (SNI 06-6989-30.2005)
Berdasarkan hasil analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa
adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben dapat dilihat pada
Tabel 4.7. Hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Kadar Amonia Massa Adsorben Optimum
Sebelum
Perlakuan(mg/L)
Setelah Perlakuan
(Penambahan Adsorben) Batas
Keberterimaan 1 gram 2 gram 3 gram
2,142 mg/L 1,570 mg/L 1,285 mg/L 0,714 mg/L 0,5 mg/L
34
Universitas Muhammadiyah Riau
Tabel 4.8 Hasil Kadar Amonia Waktu Kontak
Sebelum
Perlakuan(mg/L)
Setelah Perlakuan
(Penambahan Adsorben) Batas
Keberterimaan 12 jam 24 jam 36 jam
2,142 mg/L 1,743 mg/L 0,714 mg/L 0,432 mg/L 0,5 mg/L
4.1.7 Analisa Kadar Fosfat (SNI 06-6989-1.31-2005)
Berdasarkan hasil analisis kadar fosfat, maka didapatkan hasil analisis massa
adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben dapat dilihat pada
Tabel 4.9. Hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Kadar Fosfat Massa Adsorben Optimum
Sebelum
Perlakuan(mg/L)
Setelah Perlakuan
(Penambahan adsorben) Batas
Keberterimaan 1 gram 2 gram 3 gram
2,466 mg/L 1,017 mg/L 1,007 mg/L 0,897 mg/L 2 mg/L
Tabel 4.10 Hasil Kadar Fosfat Waktu Kontak
Sebelum
Perlakuan(mg/L)
Setelah Perlakuan
(Penambahan Adsorben) Batas
Keberterimaan 12 jam 24 jam 36 jam
2,466 mg/L 0,980 mg/L 0,897 mg/L 0,630 mg/L 1 mg/L
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengambilan Sampel Limbah Cair Laundry
Pada penelitian ini analisis Padatan Total Tersuspensi (TSS), amonia dan
fosfat limbah cair laundry menggunakan adsorben arang aktif dari kulit durian
sampel limbah yang akan digunakan diambil dari hasil kegiatan home industry
yaitu dilakukan di salah satu laundry yang berada di Jl. Paus, Kecamatan
Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru.
Metode pengambilan contoh air limbah sesuai dengan SNI 6989.59:2008,
waktu pengambilan sampel limbah cair laundry dengan mengambil sampel saat
kegiatan pembuangan limbah cair laundry berlangsung. Setelah limbah cair
35
Universitas Muhammadiyah Riau
laundry keluar dari bak penampungan segera ditampung sampel dan dimasukkan
dalam tabung yang sesuai dengan peruntukan analisis dimana sebelumnya telah
dibilas dengan sampel sebanyak tiga kali untuk pemeriksaan sebagai sampel
(Utami, 2013).
4.2.2 Proses Karbonisasi Dan Proses Aktivasi Arang Aktif Kulit Durian
Kulit durian yang telah dibersihkan dan dijemur seberat 396, 8927 gr di
arangkan dengan furnace pada suhu 400ºC selama 15 menit dan diayak
menggunakan mesh 200 diperoleh 100,1326 gr berat arang. Arang aktif kulit
durian yang telah diaktivasi HCl 1 N selama 24 jam menghasilkan berat arang
sebesar 73,0892 gr dengan rendemen sebesar 25,23%. Hasil rendemen yang di
dapat hampir sama dibandingkan dengan hasil penelitian Marlinawati dkk (2015)
yaitu 24, 9402%. Penetapan rendemen arang aktif kulit durian bertujuan untuk
mengetahui jumlah arang aktif yang dihasilkan setelah melalui proses karbonisasi
dan aktivasi. Proses karbonisasi dilakukan untuk mengurai selulosa menjadi unsur
karbon dan mengeluarkan unsur-unsur non karbon dari dalam kulit durian,
sedangkan aktivasi dilakukan untuk menghilangkan hidrokarbon yang melapisi
permukaan arang aktif agar porositas arang dapat ditingkatkan.
4.2.3 Hasil Karakterisasi Adsorben Kulit Durian Dengan Instrumentasi
FTIR
Pengujian FTIR dilakukan untuk melihat dan mendeteksi gugus-gugus
fungsi senyawa organik pada sampel. Hasil pengujian FTIR sampel arang aktif
kulit durian sebelum diaktivasi dapat dilihat pada Gambar 4.1. Dari gambar 4.1
dapat dilihat bahwa spektrum FTIR arang aktif dari kulit durian yang belum
diaktivasi menunjukan adanya vibrasi gugus fungsi O-H, C-H, C C, C=O dan
C=C dari senyawa aromatik yang ditunjukan dengan adanya pita serapan di
daerah panjang gelombang 881,51– 3613,79 cm-1
. Pita lebar dengan intensitas
sedang pada daerah 3613,79 cm-1
menunjukkan adanya ikatan O-H. Pita pada
daerah 2941,57 cm-1
menunjukkan adanya ikatan C-H. Pita pada daerah 2331,07
cm-1
menunjukkan adanya ikatan C C. Pita pada daerah 1688,75 cm-1
menunjukkan adanya ikatan C=O. Pita pada daerah 1540,23 cm-1
menunjukkan
adanya ikatan C=C.
36
Universitas Muhammadiyah Riau
Hasil pengujian FTIR sampel arang aktif kulit durian sebelum diaktivasi
dapat dilihat pada Gambar 4.2. Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa spektrum
FTIR pada arang aktif yang diaktivasi dengan HCl 1 N terjadi pergeseran panjang
gelombang dari 3613,97 cm-1
menjadi 3634,05 cm-1
pada gugus fungsi O-H, dan
terjadi pergeseran panjang gelombang pada gugus fungsi C-H dari 2941,57 cm-1
menjadi 2870,20 cm-1
. Pada gugus fungsi C C terjadi pergeseran panjang
gelombang dari 2331,07 cm-1
menjadi 2313,71 cm-1
. Pada gugus fungsi C=O juga
terjadi pergeseran panjang gelombang dari 1688,57 cm-1
menjadi 1710,93 cm-1
.
Serta terjadi pergeseran panjang gelombang pada gugus fungsi C=C dari 1540,23
cm-1
menjadi 1591,34 cm-1
. Berdasarkan pola spektrum FTIR terlihat bahwa
proses aktivasi mempengaruhi intensitas serapan di daerah panjang gelombang
dan mengakibatkan terjadinya pergeseran gugus fungsi. Hal ini terjadi
dikarenakan kadar penyerapan air.
4.2.4 Penentuan Massa Optimum Adsorben Terhadap Sampel Limbah
Cair Laundry
Pada penelitian ini dilakukan variasi massa adsorben untuk mengetahui
massa optimum adsorben oleh arang aktif kulit durian. Penggunaan massa
adsorben dalam jumlah yang tepat akan mempengaruhi efesiensi kadar TSS,
amonia dan fosfat pada limbah cair laundry. Hasil analisa Pengaruh massa
adsorben dan terhadap sampel limbah cair laundry dapat dilihat pada Gambar 4.3
berikut :
37
Universitas Muhammadiyah Riau
Gambar 4.3 Massa Adsorben Optimum Terhadap Sampel Limbah Cair Laundry
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa massa adsorben yang
digunakan berpengaruh terhadap efisiensi penurunan kadar pada limbah cair
laundry. Penurunan kadar TSS, amonia dan fosfat mengalami penurunan relatif
secara bertahap, seiring bertambahnya massa adsorben arang atif kulit durian yang
digunakan. Efisiensi penurunan kadar TSS, amonia dan fosfat massa adsorben
optimum yaitu pada massa 3 gram sebesar 94 mg/L, 0,714 mg/L pada kadar
amonia dan 0,897 mg/L pada kadar fosfat. Menurut putri (2019) pada
penelitiannya pengaruh massa dan waktu kontak adsorben cangkang buah
ketapang terhadap efisiensi penyisihan logam fe dan zat organik pada air gambut
semakin banyak massa adsorben yang digunakan maka semakin tinggi pula
tingkat efisiensinya. Hal ini dikarenakan, dengan meningkatnya massa adsorben
maka luas permukaan adsorben lebih banyak tersedia sehingga makin banyak zat
yang teradsorpsi. Jika dibandingkan baku mutu limbah cair laundry berdasarkan
Permen LH No.5 Tahun 2014 hasil sebeum dan setelah proses adsorpsi kadar
TSS masih tinggi yaitu 53 mg/L. Hal ini dikarenakan dalam sampel terdapat
bahan perncemar organik dalam jumlah banyak.
4.2.5 Penentuan Waktu Kontak Adsorben Terhadap Sampel Limbah Cair
Laundry
Pada penelitian ini dilakukan penentuan waktu kontak sangat berpengaruh
dalam proses adsorpsi. Penentuan waktu kontak akan menghasilkan kapasitas
0
50
100
150
200
250
300
350
1 gram 2 gram 3 gram
mg/l
Massa Adsorben
TSS
Amonia
Fosfat
38
Universitas Muhammadiyah Riau
adsorpsi maksimum. Hasil analisa waktu kontak terhadap efisiensi limbah cair
laundry dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.
Gambar 4.4 Waktu Kontak Adsorben Terhadap Sampel Limbah Cair Laundry
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dijelaskan pengaruh waktu kontak terhadap
efisiensi sampel limbah cair laundry. Dari grafik diatas terlihat adanya penurunan
TSS, amonia dan fosfat teradsorpsi dari waktu kontak 12 jam sampai 36 jam. Hal
ini karena semakin lama waktu kontak mengakibatkan interaksi antara adsorben
arang aktif kulit durian dengan limbah cair laundry semakin lama waktu
perendaman maka semakin efisien proses penyerapan yang teradsorpsi oleh
adsorben arang aktif kulit durian. Menurut zian (2016) pada penelitiannya
pengaruh waktu kontak pada adsorpsi remazol violet 5r menggunakan adsorben
nata de coco, semakin lama waktu kontak kemampuan adsorben dalam menyerap
adsorbat akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena adanya waktu kontak
yang lama antara adsorben dengan adsorbat memungkinkan semakin banyak
terbentuk ikatan antara partikel adsorben dengan adsorbat hingga tercapai titik
setimbang. Akan tetapi waktu kontak antara adsorben dan adsorbat yang terlalu
lama dapat menyebabkan kondisi adsorben menjadi jenuh dan adsorbat menjadi
terlepas.
Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan TSS, amonia, dan fosfat
efisiensi terjadi pada waktu kontak 36 jam, dimana efisiensi penurunan TSS
sebesar 53 mg/L dan amonia sebesar 0,432 mg/L dan fosfat sebesar 0,6300 mg/L.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
12 jam 24 jam 36 jam
mg/
L
Waktu Kontak
TSS
Amonia
Fosfat
39
Universitas Muhammadiyah Riau
4.2.6 Analisa Padatan Total Tersuspensi
Berdasarkan hasil analisis Padatan Total Tersuspensi (TSS), maka didapatkan
hasil analisis massa adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben
dapat dilihat pada gambar 4.5 hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada
gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.5 Hasil Analisis TSS Massa Adsorben
Gambar 4.6 Hasil Analisis TSS Waktu Kontak
0
50
100
150
200
250
300
350
1 gram 2 gram 3 gram
mg/
L
Massa Adsorben
TSS
0
20
40
60
80
100
120
140
160
12 jam 24 jam 36 jam
mg/
L
Waktu Kontak
TSS
40
Universitas Muhammadiyah Riau
Pengukuran kondisi awal Padatan Tersuspensi Total (TSS) dilakukan
dikarenakan TSS dapat mengakibatkan bertambahnya kekeruhan di dalam air.
Limbah laundry yang akan diberi perlakuan memiliki kandungan TSS 380 mg/L.
Hal tersebut berada di atas baku mutu Permen LH no 5 tahun 2014. Penurunan
TSS dengan tujuan mendapatkan dosis optimum untuk menghilangkan TSS.
Penelitian ini menggunakan arang aktif kulit durian variasi massa 1 gram, 2 gram,
dan 3 gram. Dapat dilihat pada gambar 4.4 massa adsorben optimum yaitu pasa
massa arang aktif 3 gram yaitu dapat menurunkan kadar TSS menjadi 94 mg/L.
Kemudian pada gambar 4.6 dapat dilihat wakktu optimum penurunan TSS yaitu
pada waktu 36 jam dapat menurunan TSS menjadi 53 mg/L, hal ini menunjukkan
bahwa TSS pada massa arang aktif 3 gram dengan waktu kontak 36 jam dapat
menurunkan TSS dan telah di bawah baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah.
Menurut Estikarini (2016) hubungan antara ukuran mesh atau besarnya partikel
adsorben dan waktu terhadap konsentrasi TSS tersebut signifikan yaitu variabel
dosis memberikan kontribusi besar terhadap konsentrasi TSS.
4.2.7 Analisa Kadar Amonia
Penurunan kadar amonia menggunkan arang aktif durian dengan variasi
massa adsorben dan waktu kontak dengan menggunakan instrumen
spektrofotometer uv-vis dengan panjang gelombang 640 nm. Berdasarkan hasil
analisis kadar amonia, maka didapatkan hasil analisis massa adsorben dan waktu
kontak. Hasil analisis massa adsorben dapat dilihat pada gambar 4.7 hasil analisis
waktu kontak dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut.
41
Universitas Muhammadiyah Riau
Gambar 4.7 Hasil Analisis Kadar Amonia Massa Adsorben
Gambar 4.8 Hasil Analisis Kadar Amonia Waktu Kontak
Pada gambar 4.7 dan 4.8 penurunan amonia terlihat menurun dari sampel
sebelum diberi perlakuan sebesar 2,142 mg/L turun hingga 0,714 mg/L pada
massa adsorben optimum yaitu 3 gram. Dan juga terjadi penurunan pada waktu
kontak menjadi 0,432 mg/L. Penurunan kadar amonia sebesar 66,67%.
Menurut Palilingan (2019) dalam perairan, kadar amonia yang terukur
berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia bebas (NH3) tidak dapat terionisasi,
sedangkan amonium (NH4+) dapat terionisasi. Amonia bebas (NH3) yang tidak
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
1 gram 2 gram 3 gram
mg/
L
Massa Adsorben
Amonia
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
12 jam 24 jam 36 jam
mg/
L
Waktu Kontak
Amonia
42
Universitas Muhammadiyah Riau
terionisasi ini dapat bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas amonia
terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen
terlarut, pH dan suhu. Dengan adanya adsorpsi pada sampel air limbah laundry,
maka tentu saja kadar amonia bebas yang terdapat dalam sampel air limbah
laundry dapat diturunkan hingga 66,67%, itu tandanya adanya perlakuan adsorben
dapat menurunkan kadar amonia secara signifikan, di mana amonia terjerap dalam
pori-pori adsorben.
Dalam penelitian ini, penurunan kadar amonia pada sampel air limbah
laundry, ternyata juga mampu diturunkan hingga di bawah batas maksimum baku
mutu air limbah yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup menurut
Permen LH No. 5 Tahun 2014 yaitu batas maksimum amonia yang ditetapkan
yaitu 0,5 mg/L.
4.2.8 Analisa Kadar Fosfat
Larutan deterjen selain terkandung bahan aktif surfraktan juga mengandung
bahan utama lainnya yaitu fosfat. Fosfat dalam deterjen ini berfungsi sebagai
builder dalam deterjen. Pada penelitian kali ini. Penentuan kadar fosfat ini
dilakukan pada sampel limbah laundry sebelum dan sesudah proses pengolahan
dengan arang aktif dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 880 nm.
Berdasarkan hasil analisis adar amonia, maka didapatkan hasil analisis
massa adsorben dan waktu kontak. Hasil analisis massa adsorben dapat dilihat
pada gambar 4.9 hasil analisis waktu kontak dapat dilihat pada gambar 4.10
berikut.
43
Universitas Muhammadiyah Riau
Gambar 4.9 Hasil Analisis Kadar Fosfat Massa Adsorben
Gambar 4.10 Hasil Analisis Kadar Fosfat Waktu Kontak
Pada gambar 4.9 dan 4.10 penurunan fosfat terlihat menurun dari sampel
sebelum diberi perlakuan sebesar 2,466 mg/L turun hingga 0,897 mg/L pada
massa adsorben optimum yaitu 3 gram. Terjadi penurunan pada waktu kontak
menjadi 0,63 mg/L, dimana penurunan terjadi 64,15% pada 200 mesh. Adsorben
diaktivasi menggunakan asam kuat yakni HCl 1 N. Tujuannya adalah karena
adanya ikatan hidrogen akan menyebabkan permukaan partikel adsorben menjadi
0,82
0,84
0,86
0,88
0,9
0,92
0,94
0,96
0,98
1
1,02
1,04
1 gram 2 gram 3 gram
mg/
L
Massa Adsorben
Fosfat
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
12 jam 24 jam 36 jam
mg/
L
Waktu Kontak
Fosfat
44
Universitas Muhammadiyah Riau
bermuatan positif, sehingga dapat mengikat ion fosfat yang bermuatan negatif.
Sebelum proses adsorpsi, ion H+ di permukaan ini berikatan dengan anion-anion
lain. Fosfat yang bermuatan negatif (PO42-
) memungkinkan terjadinya ikatan
dengan adsorben yang bermuatan positif (ion H+). Pada proses adsorpsi ini, anion
fosfat akan menggantikan anion-anion lain yang berikatan dengan ion H+
(Masduqi, 2004). Semakin besar adsorben (mesh) maka konsentrasi fosfat
semakin menurun.