Harus Print, Proposal Punya Didin - Copy

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat adalah status kesehatan. Faktor – faktor yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah faktor lingkungan, keadaan sosial- budaya, kondisi ekonomi dan genetik. Faktor paling dominan menurut Blume adalah faktor lingkungan manusia itu sendiri. Pendapat ini didukung teori tentang kejadian suatu penyakit atau gangguan kesehatan pada manusia yaitu teori timbangan interaksi (John Gordon) yang terdiri dari 3 komponen yaitu host (manusia), agent (penyebab penyakit) dan environment (lingkungan). Perubahan kualitas lingkungan hidup manusia sangat besar pengaruhnya terhadap intensitas agent penyakit dan daya tahan manusia terhadap penyakit. Kesehatan lingkungan sebagai hubungan timbal 1

description

adadadadadadad

Transcript of Harus Print, Proposal Punya Didin - Copy

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSalah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat adalah status kesehatan. Faktor faktor yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah faktor lingkungan, keadaan sosial- budaya, kondisi ekonomi dan genetik. Faktor paling dominan menurut Blume adalah faktor lingkungan manusia itu sendiri. Pendapat ini didukung teori tentang kejadian suatu penyakit atau gangguan kesehatan pada manusia yaitu teori timbangan interaksi (John Gordon) yang terdiri dari 3 komponen yaitu host (manusia), agent (penyebab penyakit) dan environment (lingkungan). Perubahan kualitas lingkungan hidup manusia sangat besar pengaruhnya terhadap intensitas agent penyakit dan daya tahan manusia terhadap penyakit. Kesehatan lingkungan sebagai hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Nelson, MD., 1996) hal ini menjelaskan akan arti pentingnya hubungan lingkungan dengan kesehatan manusia.1,2Kualitas lingkungan perairan di Indonesia sekarang ini banyak yang mengalami permasalahan karena adanya pencemaran. Satu diantara akibat dari pencemaran adalah terjadinya peningkatan penyakit bawaan air (diare dan penyakit kulit). Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan Wangsaatmaja (Departemen Teknik Lingkungan ITB, 2007 ) di bantaran Sungai Citarum Jawa Barat telah dibuktikan ada hubungan yang bermakna antara lokasi di sepanjang sungai Citarum Hulu (hulu-hilir) dengan kejadian penyakit bawaan air. Resiko menderita penyakit bawaan tertinggi di Ciserung dengan nilai OR sebesar 276 untuk penyakit kulit dan 14,636 untuk penyakit diare (potensi banjir tertinggi setiap tahunnya ), Katapang dan Nanjung nilai OR untuk penyakit kulit 0,866 dan 0,479 dan penyakit diare sebesar 1,178 dan 2,029, Andir dan Cijeruk OR untuk penyakit kulit sebesar 26,833 dan 1,568 dan untuk penyakit diare sebesar 5,664 dan 1,178. 8,9Pencemaran air sungai dapat memberikan dampak yang buruk terhadap tubuh diantaranya menyebabkan diare dan beberapa penyakit kulit diantaranya gatal-gatal, bengkak, merah, panu, tonjolan kecil atau jerawat, dan kulit melepuh.8Oleh karena itu, karena kurangnya penelitian dan banyaknya penderita penyakit kulit maka dari itu kami akan melakukan penelitian tentang hubungan antara penggunaan air sungai terhadap timbulnya penyakit kulit di desa Maroangin kecamatan Maiwa kabupaten Enrekang.1.2 Rumusan MasalahApakah terdapat hubungan penggunaan air sungai terhadap timbulnya penyakit kulit di desa Maroangin Kec.Maiwa?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan penggunaan air sungai terhadap penyakit kulit.1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui frekuensi beberapa penyakit kulit akibat pencemaran air sungai berdasarkan umur.2. Mengetahui frekuensi beberapa penyakit kulit akibat pencemaran air sungai berdasarkan jenis kelamin3. Mengetahui frekuensi beberapa penyakit kulit akibat pencemaran air sungai berdasarkan pekerjaan4. Mengetahui frekuensi beberapa penyakit kulit akibat pencemaran air sungai berdasarkan status social.5. Mengetahui adanya hubungan penggunaan air sungai dengan timbulnya penyakit kulit di desa Maroangin Kec.Maiwa

1.4 Manfaat Penelitian I.4.1 Bagi Instansi Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kota MakassarHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan untuk tindakan preventif secara dini untuk meminimalisir timbulnya penyakit kulit akibat penggunaan air sungai dikalangan masyarakat desa maroangin kecamatan maiwa dan meningkatkan kelangsungan program pelayanan kesehatan dalam mengatasi timbulnya penyakit kulitI.4.2 Bagi Instansi Pendidikan Bagi institusi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Makassar khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di bidang Kesehatan kulit dan hubungannya dengan penggunaan air sungai yang diharapkan bisa membantu proses pembelajaran.1.4.3 Bagi Peneliti 1. Mengetahui factor-faktor penyebab terjadinya penyakit kulit2. Dapat mengatasi permasalahan penyakit kulit yang terjadi di masyarakat

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Kulit2.1.1Struktur KulitKulit terdiri atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan lapisan terluar , dan aksesori-aksesorinya ( rambut, kuku, kelenjar sabasea, dan kelenjar keringat) berasal dari lapisan ectoderm embrio. Dermis berasal dari mesoderm. 13a. Epidermis Epidermis merupakan epitel gepeng (skuamosa) berlapis, dengan beberapa lapisan yang terlihat jelas. Jenis sel yang utama disebut keratinosit. Keratinosit merupakan hasil pembelahan sel pada lapisan epidermis yang paling dalam stratum basale (lapisan basal) , tumbuh terus kearah permukaan kulit, dan sewaktu bergerak ke atas keratinosit mengalami proses yang disebut diferensiasi terminal untuk membentuk sel-sel lapisan permukaan (stratum korneum). Komponen-komponen kerangka dalam dari semua sel tersebut disebut filament intermediet, yang didalam sel-sel epitel tersusun dari sekelompok protein berserabut yang disebut keratin, masing-masing dihasilkan oleh gen yang berlainan. Adanya mutasi pada gen-gen tersebut dapat menyebabkan penyakit kulit tertentu. Selama diferensiasi. Filamen-filamen keratin pada korneosit beragregasi dibawah pengaruh filaggrin. Proses agregasi disebut keratinisasi, dan berkas-berkas filament membentuk suatu jaringan intraselular kompleks yang terbenam dalam matriks protein amorf yang merupakan derivate dari granula-granulakeratohialin pada stratum granulosum (lapisan granular). Suatu sel dari stratum basale (stratum basal) membutuhkan waktu kurang lebih 8-10 minggu untuk mencapai permukaan epidermis (epidermal transit time), dan sel-sel yang hilang dari permukaan sama banyaknya dengan sel-sel yang diproduksi pada stratum basale sehingga ketebalan epidermis selalu tetap. Keseimbangan ini dipertahankan oleh stimulator-stimulator dan inhibitor-inhibitor pertumbuhan seperti epidermal growth factor (EGF) dan transforming growth factor alfa dan beta. Sel-sel pada permukaan kulit (skuamosa dan kornoesit) yang membentuk stratum korneum, adalah sel-sel mati yang telah mengalami keratinisasi yang secara bertahap secara terkikis oleh kerusakan yang terjadi setiap hari. Apabila anda mandi setelah sekian hari tidak terkena air, perhatikan ketika anda menggosok diri dengan handuk, anda akan mengikis butiran-butiran kecil keratin yang telah menumpuk karena kebiasaan tidak sehat ini. Apabila gips pelapis diangkat dari suatu anggota tubuh anda yang mengalami fraktur setelah beberapa minggu terpasang, maka dibagian tubuh itu biasanya didapatkan suatu lapisan keratin permukaan yang tebal, yang untuk menghilangkannya membutuhkan penanganan selama berjam-jam. 13Stratum basale terdiri dari sel-sel kolumner yang melekat pada membran basale, suatu struktur berlapis-lapis yang dari struktur inilah serabut-serabut yang melekat menyebar kedalam lapisan dermis superfisial. Berselang seling diantara sel-sel basal terdapat melanosit-melanosit sel-sel dendrit besar yang berasal dari neuralis yang berperan dalam produksi pigmen melanin. Melanosit mengandungorganel-organel sitoplasma yang disebut melanosom, tempat pembentukan melanin dan tirosin. Melanosom bermigrasi sepanjang dendrit dari melanosit, dan di transfer kedalam keratinosit pada stratum spinosum(lapisan sel prikel). Pada orang-orang yang berkulit putih melanosom mengelompok bersama membentuk kompleks melanosom yang terikat membrane dan secara bertahap yang berdegenerasi ketika keratinosit bergerak menuju permukaan kulit. Pada orang-orang yang berkulit hitam, jumlah melanositnya sama dengan kulit orang putih, tetapi melanosomnya lebih besar, tetap terpisah, dan secara persisten memenuhi ketebalan epidermis. Stimulus utama bagi pembentukan melanin yaitu radiasi ultraviolet (UV). Melanin melindungi intisel pada epidermis terhadap pengaruh buruk dari radiasi UV. Warna kecoklatan karena kulit terkena sinar matahari merupakan suatu mekanisme perlindungan yang alami, dan bukan untuk keindahan! Neoplasma kulit sangat jarang terjadi pada orang-orang berkulit gelap karena terlindung dari pengaruh buruk UV berkat banyaknya kandungan melanin terhadap kulit mereka. Hal ini tidak terjadi pada orang-orang berkulit terang yang kandungan melanin pada kulitnya kurang. 13Nama stratum spinosum atau lapisan sel prikel (runcing) berasal dari gambaran seperti paku yang dihasilkan oleh jembatan-jembatan interselular(desmosu) yang menghubungkan sel-sel yang berdekatan. Sel-sel Langerhans tersebar diantara stratum spinosum. Sel-sel dendrit ini kemungkinan merupakan modifikasi dari makrofag, yang berasal dari sum-sum tulang dan bermigrasi ke epidermis. Sel-sel ini merupakan pertahanan imunologis-terdepan dalam melawan antigen dari luar dan berperan dalam penangkapan dan penyajian antigen tersebut kepada limfosit-limfosit imunokomponen, sehingga respon imuns dapat ditingkatkan. 13 Diatas stratum spinosum adalah stratum granulosum, yang terdiri dari sel-sel pipih yang mengandung banyak partikel yang berwana gelap yang disebut granula keratohialin. Dalam sitoplasma sel pada stratum granulosum juga terdapat organel yang disebut granula lamellar (odland body). Dan organel ini mengandung lemak dan enzim, yang kemudian dilepaskan kedalam interselulare diantara sel-sel stratum granulosum dan stratum korneum menjadi semacam campuran semen diantara batu bata selular dan berfungsi sebagai pertahanan bagi epidermis. 13Sel-sel pada stratum korneum merupakan sel-sel gepeng yang mengalami keratinisasi, tanpa inti sel dan organel-organel sitoplasma. Sel-sel yang berdekatan saling bertumpang tidih pada bagian tepi, saling mengunci, dan bersama-sama dengan lemak interseluler membentuk pertahanan yang sangat efektif. Ketebalan stratum korneum bervariasi tergantung letaknya pada tubuh. Yang paling tebal adalah dibagian telapak tangan dan telapak kaki. 13b. Kelengkapan(aksesori) epidermisKelenjar keringat ekrim(eccrine) dan apokrin (apocrine) , rambut dan kelenjar sabaccea, dan kuku merupakan aksesori-aksesori epidermis. 132.1.2Fungsi kulita. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensialb. Melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan mikroorganismec. Fungsi-fungsi imunologisd. Melindungi dari kerusakan akibat radiasi UVe. Mengatur suhu tubuhf. Sintesis vitamin Dg. Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi social.13

2.1.3Jenis-jenis Penyakit Kulit2.1.3.1 DermatitisDermatitis berasal dari kata derm/o yang artinya kulit dan-itis adalah radang inflamasi sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan dimana kulit mengalami inflamasi (Buxton, 2005). Salah satu dermatitis eksogen adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak merupakan inflamasi non-infeksi pada kulit yang diakibatkan oleh senyawa kontak dengan kulit tersebut (Hayakawa, 2000). Ciri umumnya, adanya eritema(kemerahan), edema(bengkak), papul(tonjolan kurang 5mm), vesikel(tonjolan cairan dibawah 5mm), crust. (Freedberg,2003). Secara umum dermatitis kontak dibagi menjadi 2 : dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.16,17,18Di Amerika Serikat, 90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak. Konsultasi dengan dokter akibat dermatitis lontak sebesar 4-7% di Skandinavia yang telah lama memakai uji stempel standar, terlihat insiden dermatitis kontak lebih tinggi daripada di Amerika. Bila dibandingkan dengan kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergi lebih sedikit. Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergi kira-kira hanya 10-20% sedangkan insiden dermatitis kontak alergi diperkirakan terjadi pada 0,21% dari populasi penduduk. secara umum usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitasi. Bila dilihat dari jenis kelamin, prevalensi pada wanita adalah 2 kali lipat disbanding laki-laki. 16Di Indonesia laporan dari bagian penyakit kulit dan kelamin FK UNSRAT Manado dari tahun 1988-1991 menunjukkan insiden dermatitis kontak sebesar 4,45% Di RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat pada tahun 1991-1992dijumpai insiden dermatitis kontak sebanyak 17,76% sedangkan di RSUD dr.Pirngadi Medan insiden dermatitis kontak pada tahun 1992 sebanyak 37,54% tahun 1993 sebanyak 34,74% dan tahun 1994 sebanyak 40,05%, Selama tahun 2000 terdapat 3897 pasien baru di poliklinik alergi dengan 1197 pasien (30,61%) dengan diagnosis dermatitis kontak (NASITION dkk, 1994). Dari bulan januari hingga juni 2001 terdapat 2122 pasien alergi dengan 645 pasien (30,40%) menderita dermatitis kontak, di RSUP H.Adam Malik, Medan, selama tahun 2000 terdapat 731 pasien baru di poliklinik alergi dimana 201 pasien (27,50%)menderita dermatitis kontak. Dari bulan januari hingga juni 2001 terdapat 270 pasien dengan 64 pasien (23,70%) menderita dermatitis kontak, walaupun demikian kasus dermatitis sebenarnya diperkirakan 10-50 kali lipat dari data statistic yang terlihat karena adanya kasus yang tidak dilaporkan. Selain itu, perkiraan yang lebih besar tersebut juga diakibatkan oleh semakin meningkatkan perkembangan industry. 16a. EtiologiHampir semua bahan bisa menjadi penyebab iritasi kulit jika paparan cukup lama dan atau konsentrasi substansi cukup tinggi. Factor lingkungan dapat emningkatkan efek iritasi lain. Dry water and temperature variation Water Pelarut/ solvent Metalworking fluid/oils Sodium lauryl sulfate Commulative irritant sulfate Hydrofluoric acid Alkalies acid dll . 16

b. PatofisiologiDermatitis kontak iritan adalah hasil klinis peradangan yang cukup timbul dari pelepasan sitokin proinflamasi dari sel kulit (sel keratinosit) biasanya karena respon rangsangan kimia, bentuk klinis yang berbeda bisa timbul. 3 perubahan patofisiologi utama adalah kerusakan barrier, perubahan sel epidermis dan pelepasan sitokin. Dermatitis kontak iritan ini melibatkan sel-sel epidermis , dermal fibroblast, sel endotel dan berbagai leukosit berinteraksi satu sama lain dibawah kendali jaringan sitokin dan mediator lipid. Kreatinosit istirahat menghasilkan beberapa sitokin konstitutif. Berbagai rangsangan lingkungan (misalnya: sinar ultraviolet, bahan kimia) dapat menginduksi kreatinosit epidermis untuk melepaskan sitokin berikut : Sitokin inflamasi (IL 1, tumor necrosis factor alpha) Sitokin chemotactic (IL 8, IL 10) Pertumbuhan promoting cytokins ( IL6, IL7, IL15) Sitokin pengatur hormone (IL10, IL12, IL18)Antar molekul adhesi 1 mengandung infiltrasi leukosit kedalam epidermis dalam reaksi peradangan kulit, termasuk dermatitis kontak iritan.162.1.3.2 Infeksi Jamur Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain adalah dermatofit (dermatokhite, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan kulit) dan jamur serupa ragi candida albicans, yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur superfisial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur lainnya dapat menembus jaringan hidupdan menyebabkan infeksi di bagian dalam. Jamur yang berhasil masuk itu bisa tetap berada ditempat (disetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik ( misalnya histoplasmosis).13Dermatofit termasuk dalam kelompok jamur yang menyebabkan kelainan yang disebut infeksi ringumworm. Fase vegetative jamur dermatofit terdiri dari hifa-hifa bersepta yang membentuk suatu anyaman bercabang-cabang (miselium). Candida albicans merupakan organisme yang terdiri dari sel-sel bulat atau oval yang membelah diri melalui pertunasan (budding). Terlepas dari bentuk raginya, candida albicans bisa membuat pseudohifa yang terdiri dari banyak sel yang tersusun linear, atau pada keadaan-keadaan tertentu, membentuk hifa yang bersepta. 13A. Infeksi Dermatofita. Tinea PedisPenyakit ini merupakan infeksi dermatofit yang tersering , biasanya terdapat rasa gatal pada daerah di sela-sela jari kaki yang berskuama, terutama di antara jari ke tiga dan keempat dan kelima, atau pada telapak kaki. Infeksi ini biasanya ini biasanya didapat dari adanya kontak dengan debris keratin yang terinfeksi pada lantai kolam renang dan kamar mandi. Kadang-kadang terjadi penyebaran yang luas ke telapak dan bagian samping kaki ( disebut juga dengan moccasin tinea pedis, karena mirip dengan bentuk sepatu kulit yang lunak). Penyakit ini juga menyebar kepunggung kaki. Kadang-kadang tinea pedis mengikuti pola timbulnya lesi vestikulobulosa yang episodic pada telapak kaki, yang terutama terjadi pada cuaca yang hangat. Infeksi jamur pada kaki sering asimetris, sangat berbeda dengan eksema yang simetris. 13b. Tinea Kruris Lebih sering terjadi pada laki-laki dan jarang pada wanita. Gambaran klinisnya khas, dan mudah dibedakan dengan intertrigo, psoriasis fleksural, dan dermatitis seborok fleksural. Tepi eriematosa yang berskuama pelan-pelan menjalar ke pelan-pelan menjalar ke bawah paha bagian dalam dan meluas kearah belakang ke daerah perineum dan bokong. Sumber infeksi hampir selalu berasal dari kaki pasien, sehingga pasien itu harus diperiksa untuk mencari bukti adanya tinea pedis atau distrofi kuku karena jamur. Jamur diduga berpindah ke lipat paha setelah menggaruk kaki atau melalui handuk. 13c. Tinea KorporisTinea pada tubuh secara khas mempunyai bagian tepi yang meradang, sedangkan bagian ditengah bersih, tetapi penampakan seperti ini relative jarang. Bentuk eksema anular lebih sering ditemukan, dalam hal ini sering dikelirukan dengan ringworm. Eritema anulare, nama yang dianjurkan, juga memberi gambaran adanya lesi yang anular. Bila diduga ada infeksi jamur maka perlu dilakukan kerokan ntuk mencari adanya hifa dengan pemeriksaan mikroskopis. Sumber jamur pada orang dewasa biasanya berasal dari kaki, sedangkan pada anak-anak biasanya menyebar di daerah kulit kepala. 13d. Tinea Manum Ring worm pada tangan biasanya unilateral. Pada telapak tangan gambarannya berupa lesi eritematosa dengan sedikit skuama, sedangkan pada punggung tangan gambaran peradangan lebih jelas, dengan pinggir yang berbatas tegas. Sunber jamur hamper selalu berasal dari kaki pasien. 13e. Tinea UnguiumDistrofi kuku jari kaki karena jarum sangat sering terdapat pada orang dewasa dan hal ini selalu berkaitan dengan adanya tinea pedis. Bagian yang diserang biasanya mulai dari bagian distal berupa guratan-guratan kekuningan pada lempeng kuku, kemudian makin lama seluruh kuku menjadi makin tebal, berubah warna dan rapuh 13.f. Cattle RingwormDidaerah pedesaan, petani-petani muda sering menderita cattle ringworm, petani-petani yang sudah tua biasanya sudah terinfeksi, dan memperoleh imunitas terhadap terjadinya reinfeksi, wajah dan lengan bagian depan adalah tempat-tempat yang sering terkena. Disitu terjadi reaksi peradangan yang hebat terhadap jamur, menghasilkan gambaran yang menyerupai infeksi bakteri. 13

B. INFEKSI CANDICAa. Paronikia KronisMerupakan proses peradangan kronis pada lipatan kuku proksimal dan matriks kuku. Hal ini terutama terjadi pada orang-orang yang tangannya sering terendam dalam air : ibu rumah tangga, pegawai bar atau rumah makan,penggemar tanaman dan pedagang ikan. Gambaran klinis berupa penebalan dan eritema pada lipatan kuku proksimal (boilstering) dan hialngnya kutikula. Kondisis ini cukup berbeda dengan paronikia bacterial akut, yang timbul cepat, rasa sakit hebat, dan timbul banyak nanah hijau. 13b. BalanitisBalanitis berupa bercak-bercak kecil berwarna putih atau daerah yang mengalami erosi yang terdapat pada kulit ujung penis dan glans penis pada orang yang tidak disunat. Factor predisposisi adalah kebersihan penis yang buruk . 13c. IntertrigoIntertrigo merupakan istilah yang dipakai untuk maserasi yang terjadi pada tempat-tempat dimana dua permukaan kulit menempel seperti lipat paha, aksilla, daerah lipatan payudara atau daerah dibawah lipatan lemak perut. Obesitas dan kebersihan yang buruk merupakan factor-faktor yang berpengaruh. Super infeksi oleh candida sering terjadi, dan hal ini secara klinis bisa dicurigai bila terdapat pustula-pustula pada bagian tepi daerah yang terkena . putstula ini mudah pecah dan meninggalkan suatu kolaret skuama, yang memberikan penampakan khas yaitu bagian tepi seperti kerang pada daerah intertigo. 132.2 AirAir merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan, namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar baik kualitas maupun kuantitasnya .14Dalam undang-undang kesehatan No.23 tahun 1992, yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan manusia. Oleh sebab itu air digunakan harus memenuhi persyaratan kualitas fisik, kimia, dan bakteriologis (depkes1992). Saat ini susah untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar tertentu karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan rumah tangga maupun limbah dari kegiatan industry.14Secara epidemologis ada keterkaitan erat antara air bersih dengan penyakit kulit. Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka seharusnya air bersih harus memenuhi perysaratan kualitas yang telah ditetapkan. Persyaratan kualitas tersebut telah tertuang dalam PERMENKES No 416/1999 tentang syarat-syarat dan kualitas air bersih (Depkes RI, 1990).14Air berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. Warna pada air disebabkan oleh kontak antara air dengan zat organic yang sudah lapuk sehingga menghasilkan senyawa yang larut, unsur Fe dan Mn dan kadar yang tinggi. Senyawa-senyawa lainnya seperti tannin, lignin, dan humus yang terlarut dalam air. Warna adalah ciri yang dipakai untuk mengkaji kondisi umum dari air limbah. Semakin pekat air semakin jelek kondisinya.142.2.1 Pengertian Pencemaran sungaiPencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.14Pencemar sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs (polychlorinated phenols), adalah salah satu contohnya. Pestisida dgunakan di pertanian, kehutanan dan rumah tangga. PCB, walaupun telah jarang digunakan di alat-alat baru, masih terdapat di alat-alat elektronik lama sebagai insulator, PCP dapat ditemukan sebagai pengawet kayu, dan deterjen digunakan secara luas sebagai zat pembersih di rumah tangga.14Pencemaran air berarti masuknya material lain ke dalam air sehingga mengurangi kualitas air dalam penggunaannya. Pencemaran air ini meliputi juga pencemaran sungai. Padahal sungai merupakan suatu komponen penting yang berperan dalam siklus hidrologi.14Penyebab pencemaran sungai dapat berasal dari :1. Tingginya kandungan sedimen yang berasal dari erosi, kegiatan pertanian, penambangan, konstruksi, pembukaan lahan dan aktivitas lainnya2. Limbah organik dari manusia, hewan dan tanaman3. Kecepatan pertambahan senyawa kimia yang berasal dari aktivitas industri yang membuang limbahnya ke perairan.14Pencemaran sungai secara lebih lanjut dapat menyebabkanblooming algae akibat kelebihan nutrien fosfat yang ada di dalam sungai (Round 1981:307).Blooming algaemembuat kadar oksigen pada air menjadi rendah bahkan mencapai nol. Apabila terjadiblooming algae, maka kehidupan biota di dalam sungai akan berkurang sehingga dapat menghilangkan suatu ekosistem.Permasalahan lainnya, Cyanobakteria merupakan alga yang mengeluarkan toksin yang juga beresiko bagi kesehatan manusia dan hewan(Round 1981:307). Oleh karena itu, apabila terjadiblooming algaemaka sungai tidak dapat digunakan secara total.14

2.2.2 Penyebab pencemaran sungaiSumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan yaitu : bahan-bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan-bahan yang banyak membutuhkan oksigen untuk pengurainya, bahan-bahan kimia organic dari industri atau limbah pupuk pertanian, bahan-bahan yang tidak sedimen (endapan), dan bahan-bahan yang mengandung radioaktif dan panas.14Penggunaan insektisida seperti DDT (Dichloro Diphenil Trichonethan) oleh para petani, untuk memberantas hama tanaman dan serangga penyebar penyakit lain secara berlabihan dapat mengakibatkan pencemaran air. Terjadinya pembusukan yang berlebihan diperairan dapat pula menyebabkan pencemeran. Pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut dalam air semakin berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk.11Pembuangan sampah organic maupun yang anorganic yang dibuang kesungai terus-menerus, selain mencemari air, terutama dimusim hujan ini akan menimbulkan banjir. Belakangan ini musibah karena polusi air datang seakan tidak terbendung lagi disetip musim hujan. Sebenarnya air hujan adalah rahmat. Akan tetapi rahmat dapat menjadi ujian apabila kita tidak mengelolanyadengan benar.11

2.2.3 Dampak dari pencemaran air sungaiPencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.14a. Dampak terhadap kesehatanPeran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain: (a) air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen; (b) air sebagai sarang insekta penyebar penyakit; (c) jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri; (d) air sebagai media untuk hidup vector penyakit.14b. Dampak terhadap estetika lingkunganDengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.14

BAB IIIKERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

3.1 Kerangka TeoriPencemaran air sungai

Radiasi Infeksi Status giziAlergi

Penyakit kulit

Infeksi parasitInfeksi bakteriInfeksi jamurDermatitis

3.2 kerangka KonsepAlergi

Infeksi Pencemaran air sungaiPENYAKIT KULIT

Radiasi

Status gizi

Keterangan:Variable bebas

Variable antara

Variable dependen Variable tergantung

3.3 HipotesisPada penelitian ini ada hubungan antara pencemaran air sungai terhadap penyakit kulit yang timbul di desa Maroangin kecamatan Maiwa kabupaten Enrekang.

BAB IVMETODE PENELITIAN4.1Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional. Metode penelitian adalah metode survei dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok, Metode pengambilan sampel dengan sampling kuota (quota sampling) dan purposive sampling. Pengambilan sampel dengan sampling kuota yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai kriteria-kriteria tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Dengan metode purposive sampling ini sampel penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan subyektif yang mempunyai kriteria tertentu untuk dipilih (kriteria inklusi) dan menolak yang tidak memiliki kriteria (kriteria eksklusi). Perhitungan besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus penentuan sampel pada dua kelompok independen.4.2Waktu dan Tempat PenelitianPengambilan data penelitian telah dilakukan selama 4 bulan dan pengelolaan serta analisis data juga dilakukan selama 3 bulan. Wawancara untuk pengambilan data dilakukan pada responden, yaitu masyarakat kec.maiwa , pasien puskesmas memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.3Subyek Penelitian4.3.1 Populasi a) Populasi Target Masyarakat sekitar daerah sungai b) Populasi Terjangkau Masyarakat kec.Maiwa kab.Enrekang4.3.2 Sampela) Kriteria Inklusi1. Penderita yang mengalami penyakit kulit.2. Bersedia mengikuti penelitianb) Kriteria Eksklusi1. Sedang dalam pengobatan penyakit kulit. 2. Mengalami penyakit kulit bukan karena pencemaran air sungai4.4 Sumber DataPengambilan sampel dilakukan secara cluster sampling, dimana sampel dipilih secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, dalam penelitian ini berdasarkan wilayah kecamatan yang diambil wakil dari tiap kelurahan yang ada.4.5 Definisi Operasionala. DermatologiDermatologi adalah spesialisasi medis yang berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan gangguan kulit, rambut dan kuku. Contoh gangguan kulit adalah acne rosacea, acne vulgaris, dermatitis, eksim, herpes simplex, herpes zoster, impetigo,psoriasis, kutil dan infeksi jamur.15b. air bersihAir merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan, namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar baik kualitas maupun kuantitasnya. Air bersih merupakan air yang harus bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan-bahan kimia yang dapat perugikan kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Air berwarna berarti mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan.144.6Kriteria ObjektifCiri umum pada penderita penyakit kulit adalah adanya eritema (kemerahan), edema (bengkak) , papul (tonjolan kurang 5mm), vesikel (tonjolan cairan dibawah 5mm), adanya perubahan warna,melepuh dan tidak dibedakan berdasarkan kulalitas (ringan,sedang,berat).154.7 Analisis DataAnalisis data adalah chi square dilakukan dengan cara melihat kembali semua catatan rekam medik tentang kasus penyakit kulit di puskesmas desa maroangin kecamatan maiwa kabupaten enrekang, setelah itu data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah secara manual, kemudian disajikan dalam bentuk diagram dan tabel distribusi frekuensi dengan bantuan SPSS (statistical product and service solution).4.8 Alur PenelitianPencarian subjek

Masyarakat

Pemeriksaan kulitPembagian kuisionerKriteria ekslusiKriteria inklusi

Hasil pemeriksaan

Analisis data

kesimpulanHasil penelitian

4.9 Etika Penelitian1. Meminta persetujuan (informed consent) responden setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian ini.1. Kepentingan responden diutamakan.1. Responden tidak dikenakan biaya apapun

Daftar Pustaka1. Nelson MD., 1996, Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi-5, Stanford University School of Medicine California.2. Naria E., 2001, dalam Profil Kesehatan DKI Jakarta.Dinkes DKI Jakarta. Jakarta.h.23. Susilorini T., 1997, Pengelolaan Sampah dan Aspek Kesehatan Masyarakat, Medika, No. 1 Tahun XXIII.h.3.4. Anonim, 1987, Pedoman Pembuangan Sampah, APK TS Dep. Kes. Purwokerto5. Beny, 1986, Pengelolaan Buangan Padat, ITB, Bandung.h.2.6. Asdak, 2004. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University, Yogyakarta.h.2.7. Azwar, 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.h.2.8. Cahyaning, N., Mulyadi, A., Thamrin, 2009. Pengaruh Pemanfaatan Air Sungai Siak terhadapPenyakit Diare dan Penyakit Kulit pada Masyarakat Pinggiran Sungai Siak (Kasus di Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru). Program Studi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau.h.47-48.9. Ricky. M, 2005. Kesehatan Lingkungan, Penerbit Graha Ilmu, Jakarta.h.3.10. Chandara, Budiman, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.h.1.11. Sastrawijaya AT. 1991. Pencemaran lingkungan. Jakarta : PT Rineka Cipta.h.1.12. Graham-Brown, Robin, 2005. Lecture Notes Dermatologi, Penerbit Erlangga Medical Series, Jakarta.h.1-4013. Achmadi, Umar Fachmi, Prof. Dr.MPH, Ph.D, 2001., Peranan Air Dalam Peningkatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta.h.2.14. Harahap, Alpida, 2012., Analisis kualitas air sungai akibat pencemaran tempat pembuangan air sampah batu bola dan karakteristik serta keluhan kesehatan pengguna air sungai batang ayumi di kota Padangsidimpuan. Jakarta.h.3.15. Buxton, Paul K. 2005. ABC of Dermatology 4 th ed. London.h.19-21. 16. Hayakawa, R., 2000, Contact Dermatitis, Nagoya J. Med, Nagoya Sci. 63. 83-90.17. Freedberg, I.M., Eisen, A.Z., Wolff,K., Austen, K.F., Goldsmith, L.A., Katz, S., 2003, Fitzpatricks Dermatology In General Medicine, 6th ed., McGraw-Hill Professional, New York.18. Keefner, D.M., dan Curry, C.E., 2004, Contact Dermatitis dalam handbook of Nonprescription Drugs, 12th edition, APHA, Washington D.C.19. Hendrawan D. 2005. Kualitas air sungai dan situ di DKI Jakarta. Dalam: Makara. Jakarta.h.3.

30