Harry - Keg Ilmiah Drg WIGNYO

14
TUGAS DRG WIGNYO I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencegahan karies gigi merupakan salah satu strategi utama dalam praktek kedokteran gigi anak - anak. Plak gigi adalah struktur paling penting dalam timbulnya suatu lesi karies (Shafer, 1993). Meskipun kontrol plak dengan menyikat gigi dianggap merupakan cara yang paling efektif dan sering dilakukan, banyak pula obat anti plak dibuat untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut. Obat ini mampu mencegah perlekatan koloni dan metabolisme bakteri, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Kemanjuran dari agen-agen antimikroba tergantung pada faktor-faktor seperti bahan pembawa, konsentrasi bahan aktif, substantivitas agen dan durasi pengobatan. (Kulkarni dan Damle, 2003). Agen antiplak untuk penggunaan rutin pada anak-anak idealnya tidak boleh mengganggu proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut, tidak berbahaya bagi mukosa mulut, harus memiliki toksisitas rendah jika tidak sengaja tertelan, dan harus bebas alkohol. Obat kumur digunakan secara luas untuk membantu merawat kesehatan rongga mulut. Penting untuk suatu produk agar efektik dan aman saat digunakan pada anak - anak. Obat kumur direkomendasikan hanya untuk yang mempunyai

description

ugm tugas

Transcript of Harry - Keg Ilmiah Drg WIGNYO

Page 1: Harry - Keg Ilmiah Drg WIGNYO

TUGAS DRG WIGNYO

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencegahan karies gigi merupakan salah satu strategi utama dalam praktek

kedokteran gigi anak - anak. Plak gigi adalah struktur paling penting dalam timbulnya

suatu lesi karies (Shafer, 1993). Meskipun kontrol plak dengan menyikat gigi

dianggap merupakan cara yang paling efektif dan sering dilakukan, banyak pula obat

anti plak dibuat untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut. Obat ini mampu

mencegah perlekatan koloni dan metabolisme bakteri, sehingga menghambat

pertumbuhan bakteri. Kemanjuran dari agen-agen antimikroba tergantung pada

faktor-faktor seperti bahan pembawa, konsentrasi bahan aktif, substantivitas agen dan

durasi pengobatan. (Kulkarni dan Damle, 2003). Agen antiplak untuk penggunaan

rutin pada anak-anak idealnya tidak boleh mengganggu proses biologis yang terjadi di

dalam rongga mulut, tidak berbahaya bagi mukosa mulut, harus memiliki toksisitas

rendah jika tidak sengaja tertelan, dan harus bebas alkohol.

Obat kumur digunakan secara luas untuk membantu merawat kesehatan rongga mulut.

Penting untuk suatu produk agar efektik dan aman saat digunakan pada anak - anak.

Obat kumur direkomendasikan hanya untuk yang mempunyai kemampuan untuk

berkumur tanpa menelan obat itu. Kebanyakan obat kumur mengandung alkohol dan

tersedia di berbagai toko. Obat kumur tanpa alkohol harusnya direkomendasikan [3].

Efek samping utama obat kumur yang mengandung alkohol diantaranya sakit, sensasi

terbakar, pasien yang mempunyai sensitifitas pada rongga mulutnya sulit

menggunakannya dan bahaya pada anak - anak jika tertelan alkohol (10-12).

Metabolisme alkohol ekstrahepatik telah dilakukan pada jaringan rongga mulut (13).

Dalam mulut manusia, aldehid dehydrogenase (ALDH), sebuah enzim yang

mengubah acetaldehyde menjadi compound asetat non toksik, terjadi lebih jarang

daripada alkohol dehydrogenase (ADH). Ketidakseimbangan memungkinkan

akumulasi acetaldehyde yang toksik, reaktif dan mengiritasi pada jaringan rongga

mulut. (14) Penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol secara terus menerus

Page 2: Harry - Keg Ilmiah Drg WIGNYO

harus dihindari. Karena mutasi, 30 - 50 % orang Asia kekurangan isoenzim aldehyde

dehydrogenase 2 (ALDH2). Orang - orang ini tidak mampu secara genetik untuk

menghilangkan acetaldehyde dan akan memiliki acetaldehyde tingkat tinggi pada

salivanya setelah mengkonsumsi alkohol dengan dosis moderat. (15) Maka dari itu

pada studi ini, sangat diperlukan pemilihan dua obat kumur yang bebas kandungan

alkohol.

Pada akhir - akhir ini, berbagai polialkohol, terutama xylitol, telah banyak ditemukan

pada berbagai produk untuk anak - anak. termasuk obat kumur. Xylitol merupakan

pemanis non nutritif yang telah terbukti keefektifannya untuk mencegah karies.

Xylitol tidak difermentasi oleh plak. Efek nonspesifik dikarenakan kemampuan untuk

tidak difermentasi itu, dan maka dari itu tidak memicu pertumbuhan bakteri. (16) Efek

selektif pada streptokokus mutan menyebabkan perkembangan strain mutan yang

resisten yang kurang virulen dalam lingkungan rongga mulut. (17) Beberapa strain

streptococcal mengambil xylitol dan berperan dalam siklus metabolisme yang sia -

sia dimana xylitol diambil ke dalam sel, difosforilasi menjadi xylitol-5-fosfat, dipecah

ke dalam fosfat fosfatase dan menghasilkan xylitol ke luar sel. (18)

Kemampuan plak untuk memproduksi asam oleh metabolisme gula tereduksi oleh

xylitol. Ini dijelaskan oleh penurunan selektif dalam streptococcus mutans dalam plak

yang terekspos oleh xylitol. xylitol nampak memiliki efek khusus dalam mengurangi

adhesi dan diharapkan bahwa polyols lain mungkin tidak nampak dalam efek klinis

ini. Konsentrasi amonia dan asam amino dasar meningkat bila plak terkena xylitol,

mengakibatkan netralisasi asam plak. [19]

Kehadiran fluor pada obat kumur juga membantu pengurangan jumlah S.mutans

dalam plak. Efek fluoride pada sel streptococcal disebabkan karena penghambatan

enolase, salah satu dari rangkaian enzim glikolitik (20). Inhibisi ini menurunkan

tingkat phosphoenolpiruvat (PEP) intraseluler dan maka dari itu menurunkan

pelepasan gula bakteri melalui sistem PEP-dependent phosphotransferase (PEP =

PTS). (20) Fluoride dapat secara langsung menghambat translokasi proton ATP-ase

bakteri yang diduga berpengaruh pada keluarnya proton dari dalam sel, menyebabkan

asidifikasi pH intraselular. Pemecahan asam hidrofluorik yang tidak terionisasi

menjadi ion H+ dan F–dalam sel juga membuat asidifikasi intraseluler (20). Ini dapat

lebih lanjut mengurangi aktivitas metabolik bakteri. Analisa intermediat glikolitik

Page 3: Harry - Keg Ilmiah Drg WIGNYO

intraselular menemukan bahwa xylitol yang dihambat bagian atas jalur glikolitik,

sedangkan fluoride dihambat bagian bawah. Ini memberi arti bahwa fluoride dan

xylitol bersama - sama memiliki efek penghambat yang sinergis satu sama lain dalam

produksi streptokokus mutans dan bahwa xylitol membantu efek menghambat dari

konsentrasi fluor yang rendah(21). Obat kumur fluoride harus disediakan untuk

digunakan dengan anak-anak yang dinilai beresiko karies gigi sedang atau tinggi. (3)

Ini juga penting untuk memilih obat kumur yang difluoridasi dengan konsentrasi

fluoride 0,05% untuk penggunaan biasa. (3)

Bahan lainnya yaitu triklosan, antimikrobial spektrum luas, mempunyai potensi anti

plak. Triklosan (2,4,4' - trichloro 2'-hidroksidifenil ether) biasanya meningkatkan

kemampuan obat kumur untuk menempel pada mukosa mulut, dan maka dari itu

dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Jenkins dkk membandingkan besar

dan durasi reduksi hitung bakteri saliva yang diproduksi oleh triklosan 0,2% sekali

bilas, 1% Sodium Lauril Sulfat (SLS) dan obat kumur 0,2% kloheksidin. Mereka

menemukan pengurangan besar dalam hitung bakteri yang tetap ada selama 3 jam

secara signifikan dengan triklosan dan 7 jam dengan SLS dan klorheksidin. (22)

Penggunaan obat kumur triklosan 3% menunjukkan reduksi signifikan dalam hitung

streptokokus mutan dalam saliva.(2)

Oleh karena itu, penurunan yang signifikan S.mutans dalam plak yang diamati dalam

penelitian kami dapat dikaitkan dengan efek sinergis dari ketiga konstituen, yaitu

xylitol, natrium fluorida dan triclosan.

Agen pencegahan intensif yang diteliti intensif dalam kedokteran gigi adalah

klorheksidin. Merupakan agen anti-plak yang efektif dan tersedia secara luas sebagai

obat kumur. Klorheksidin adalah bis-biguanide yang efektif terhadap bakteri Gram-

positif, bakteri Gram-negatif dan jamur. Pada konsentrasi yang relatif tinggi,

klorheksidin bersifat bakterisida, tetapi pada konsentrasi rendah, bersifat

bakteriostatik [23] Klorheksidin bermuatan positif mudah mengikat ke permukaan sel

mikroba bermuatan negatif. Hal ini diikuti oleh disorganisasi membran sitoplasma.

Klorheksidin konsentrasi rendah memungkinkan konstituen sitoplasma bocor keluar,

sementara konsentrasi tinggi menggumpalkannya. Hal ini menghambat membran

ATPase dan proses anaerobik. [24]

Page 4: Harry - Keg Ilmiah Drg WIGNYO

Dalam sebuah studi pada anak-anak 12-14-tahun dengan resiko karies tinggi, obat

kumur mulut klorheksidin 0,12% lebih efisien dalam mengurangi jumlah streptokokus

mutans dalam saliva, dibandingkan dengan larutan kumur lainnya. Namun, temuan

yang lebih negatif ditemukan saat dilakukan perbandingan mengenai rasa sensasi dan

efek sampingnya. [2]

Sebuah ulasan menyimpulkan bahwa karena kurangnya bukti klinis pencegahan

karies dan efek samping untuk jangka panjang, obat kumur klorheksidin hendaknya

tidak direkomendasikan untuk pencegahan karies. [25]

Karena kami tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua obat

kumur, berkaitan keberhasilan mereka dalam mengurangi S. mutans, penggunaan obat

kumur mulut fluoride-xylitol konsentrasi rendah nampaknya menjadi pilihan yang

cocok untuk penggunaan rutin pada anak-anak. Anak - anak lebih menyukai obat

kumur mulut yang mempunyai rasa permen karet

Karena penelitian ini adalah uji klinis singkat pada obat mulut yang baru

diperkenalkan untuk anak-anak, diperlukan waktu studi yang lebih lama. Penelitian

lebih lanjut pada komponen individu dan efeknya pada saliva, gigi dan potensi

remineralisasi akan memungkinkan dokter untuk memilih obat kumur yang sesuai

untuk anak-anak.

A. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, timbul permasalahan: apakah obat kumur

yang paling efektif untuk menangkal karies dini pada anak - anak.

B. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai obat kumur triklosan dan sodium lauryl sulfat : Efeknya

pada hitung bakteri saliva pernah dilakukan sebelumnya oleh Jenkins S, Addy M dan

Newcombe R (1991). Serta tentang evaluasi perbandingan efikasi obat kumur natrium

fluorida, klorheksidin dan triclosan dalam mengurangi jumlah Streptococcus mutans

Page 5: Harry - Keg Ilmiah Drg WIGNYO

dalam saliva : Sebuah penelitian in vivo pernah dilakukan oleh Kulkarni VV, Damle

SG (2003). Namun belum pernah secara khusus diteliti efektifitas obat kumur yang

mengandung kombinasi xylitol, sodium fluor dan triclosan terhadap streptococcus

mutans

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efektifitas xylitol, natrium

fluoride, dan triklosan yang terkandung dalam obat kumur dalam mengurangi jumlah

S.mutans dalam plak dan membandingkannya dengan obat kumur yang mengandung

klorheksidin 0,12%.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi ilmiah obat kumur yang paling efektif terhadap

streptococcus mutans dan disukai anak - anak sebagai langkah pencegahan karies dini.

2. Memberikan sumbangan informasi ilmiah terutama di bidang kesehatan gigi anak.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 6: Harry - Keg Ilmiah Drg WIGNYO

Jenis streptokokus utama yang hadir dalam plak adalah: Streptococcus mutans,

Streptococcus sanguis, Streptococcus mitior, Streptococcus milleri dan Streptococcus

salivarius. Dari jumlah tersebut, S. mutans dianggap agen etiologi utama dalam karies

gigi manusia (Shafer, 1993).

Fluoride merupakan salah satu komponen yang paling penting dan efektif

dalam pencegahan karies gigi pada anak-anak. (Adair, 2006). Fluor banyak digunakan

dalam produk kesehatan mulut termasuk diantaranya adalah obat kumur. Kumur

dengan natrium fluoride efektif dalam mengurangi karies dan menghambat

mikroorganisme memakai karbohidrat dengan memblokir enzim yang terlibat dalam

jalur glikolitik bakteri. (Grant, dkk 1979)

Xylitol adalah pemanis non-gula yang diijinkan untuk digunakan dalam

makanan (HMSO, 1983). Xylitol adalah pengganti gula alami non kariogenik yang

tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri mulut (Scheinin, 1975). Polyol ini memiliki

berbagai keunggulan untuk pencegahan karies. Xylitol mengurangi jumlah

polisakarida ekstraseluler aderen, asam lipoteichoic, sehingga perlekatan biofilm ke

permukaan gigi berkurang (Makinen, 2005). Kebanyakan penelitian in vivo telah

difokuskan pada konsumsi permen karet xylitol, terutama pada efek fisik dan kimia

nya (Decker, 2005).

Triklosan adalah zat anti plak fenolik dan non ionik. Sering terkandung dalam

pasta gigi tertentu, tetapi data yang tersedia pada larutan kumur yang mengandung

triklosan terbatas.

III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

IV. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental

B. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas

Page 7: Harry - Keg Ilmiah Drg WIGNYO

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kandungan xylitol, sodium fluoride

dan triklosan

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini yaitu jumlah streptococcus mutans

dalam sampel saliva anak - anak

3. Variabel terkendali

- Gigi Decidui M2 Gigi / Permanen M1 Rahang Bawah

- DMFT ≤ 3

- Lama pengamatan

4. Variabel tak terkendali

Delapan puluh lima anak normal berusia antara 7 dan 13 tahun dan tinggal di sebuah

panti asuhan di kota Bangalore telah diperiksa sebagai bagian dari pemeriksaan rutin

gigi. Anak-anak memiliki pola diet yang sama dan mengikuti latihan kebersihan

mulut yang sama. Sebelum penelitian, persetujuan tertulis diperoleh dari pihak

berwenang dari panti asuhan. Keterangan lolos etik diperoleh dari komite etik

lembaga. Untuk dimasukkan dalam penelitian, setiap anak harus memiliki skor karies

gigi (deft / DMFT score) sama dengan atau lebih besar dari 3.

Pengecualian:

• Anak yang mempunyai masalah kesehatan

• Anak-anak dengan riwayat minum antibiotik 3 bulan sebelum dan selama masa

penelitian

• Anak-anak menjalani perawatan ortodontik atau dengan prostesis intraoral

• Anak-anak yang tidak bisa sikat gigi atau berkumur sendiri

• Memiliki jaringan lunak patologis

Bahan dan Alat

Page 8: Harry - Keg Ilmiah Drg WIGNYO

Alat:

Tusuk gigi

Tabung Eppendorf

Sikat gigi

Bahan:

Pasta gigi tidak berfluoride

Obat kumur xylitol, triklosan, fluoride

Obat kumur chlorhexidin

Sediaan Mitis Salivarius

JALANNYA PENELITIAN

Tiga puluh anak dibagi menjadi kelompok penelitian. Pihak berwenang dari

panti asuhan diperintahkan untuk tidak memberikan perawatan gigi pada anak - anak

sebelum penelitian. Pada awal penelitian, setiap anak diberi sikat gigi yang lembut

baru dan pasta gigi tidak berfluoride. Demonstrasi menyikat gigi menggunakan teknik

scrub diberikan kepada semua anak oleh peneliti. Mereka diinstruksikan untuk

menyikat sebelum sarapan di pagi hari dan setelah makan di malam hari.

Sebelum dimulainya rezim bilas lisan, tusuk gigi kayu diautoklaf digunakan untuk

mengambil sampel plak dari permukaan bukal dari mandibula permanen noncarious

molar pertama atau mandibula primer kedua molar. Sampel plak diambil sebelum

makan pagi. Ia dipindahkan ke tabung Eppendorf diautoklaf mengandung 1 ml saline.

Sampel langsung dibawa ke laboratorium dalam waktu satu jam, pengenceran

berurutan disiapkan dan disentrifus. Satu mililiter cairan diinokulasi ke sediaan agar

Mitis Salivarius dan diinkubasi pada suhu 37 ° C selama 48 jam. Colony Forming

Unit (CFUs) S. mutans dihitung dari awal dengan menggunakan counter koloni

digital.

Dalam studi buta tunggal, anak-anak secara acak dibagi menjadi dua

kelompok masing-masing 15 anak. Kelompok I (kelompok belajar) diberikan obat

kumur yang mengandung xylitol (5%), natrium fluorida (0,05%) dan triclosan

Page 9: Harry - Keg Ilmiah Drg WIGNYO

(0,03%) (Kidodent ® obat kumur, Indoco remedies Ltd, Mumbai, India), dan

Kelompok II (kelompok kontrol ) diberi klorheksidin (0,12%) kumur (Nitra hex ®,

Micro Labs Limited, Bangalore, India). Kedua larutan kumur tersebut bebas alkohol.

Anak-anak diminta untuk berkumpul di sebuah ruangan besar, di mana

masing-masing anak diberi 10 ml larutan kumur dan diminta untuk berkumur selama

1 menit. Kumur dilakukan dua kali sehari, [2,9] setengah jam setelah sarapan dan

setengah jam makan malam berikut, untuk jangka waktu 21 hari di bawah

pengawasan penyidik. Pada hari ke-22, sebelum sarapan, sampel plak dikumpulkan,

diolah dan S. mutans jumlah dinilai dan dibandingkan dengan nilai awal.

Data yang diperoleh menjadi sasaran analisis statistik dengan menggunakan Student t-

test. Dalam rangka untuk memastikan preferensi mulut bilas, semua anak-anak

diminta untuk mencicipi kedua obat kumur pada akhir penelitian. Pilihan mereka

dicatat berdasarkan selera rasa yang disukai.