Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

38
HARAPAN DAN TANTANGAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERTARAF INTERNASIONAL BAB 1 PENDAHULUAN Era globalisasi telah merambah ke dalam dunia pendidikan, menuntut sekolah untuk melakukan berbagai upaya yang berorientasi pada penciptaan kompetensi lulusan yang berdaya saing global. Upaya yang harus dilakukan dalam rangka memperbaki mutu sumber daya manusia adalah dengan meningkatan mutu pendidikan. Fokus utama yang harus perhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan institusi sekolah sebagai basis utama pendidikan, baik aspek manajemen, sumber daya manusianya, maupun sarana dan prasarananya. Pendidikan di Indonesia pada era globalosasi dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul di bidang pengetahuan serta mampu bersaing di dunia teknologi juga punya jiwa kebangsaan yang tinggi, sehingga di manapun berada selalu memberikan karya terbaik bagi bangsa dan negaranya. Teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat rasanya memang tidak menjadikan perdebatan bila perkembangan ini diikuti dengan mendirikan sekolah bertaraf internasional di Indonesia. Pendidikan dan pelatihan adalah suatu yang sangat dibutuhkan sehubungan menjelang tahun 2020 perkonomian Indonesia akan berubah 1

Transcript of Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

Page 1: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

HARAPAN DAN TANTANGAN PENYELENGGARAAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERTARAF INTERNASIONAL

BAB 1

PENDAHULUAN

Era globalisasi telah merambah ke dalam dunia pendidikan, menuntut sekolah

untuk melakukan berbagai upaya yang berorientasi pada penciptaan kompetensi

lulusan yang berdaya saing global. Upaya yang harus dilakukan dalam rangka

memperbaki mutu sumber daya manusia adalah dengan meningkatan mutu pendidikan.

Fokus utama yang harus perhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah

peningkatan institusi sekolah sebagai basis utama pendidikan, baik aspek manajemen,

sumber daya manusianya, maupun sarana dan prasarananya.

Pendidikan di Indonesia pada era globalosasi dituntut untuk menghasilkan

sumber daya manusia yang unggul di bidang pengetahuan serta mampu bersaing di

dunia teknologi juga punya jiwa kebangsaan yang tinggi, sehingga di manapun berada

selalu memberikan karya terbaik bagi bangsa dan negaranya. Teknologi komunikasi

dan informasi yang begitu pesat rasanya memang tidak menjadikan perdebatan bila

perkembangan ini diikuti dengan mendirikan sekolah bertaraf internasional di

Indonesia. Pendidikan dan pelatihan adalah suatu yang sangat dibutuhkan sehubungan

menjelang tahun 2020 perkonomian Indonesia akan berubah dan berkembang ke arah

perekonomian global, yang diikuti dengan perubahan arah perusahaan dan industri

harus berkembang sesuai dengan tuntutan global, sehingga diperlukan pengembangan

sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan yang mampu memenuhi dan

mengimbangi kebutuhan lokal, regional maupun internasional.

Pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan dirancang untuk

memenuhi kebutuhan industri dan dunia kerja. Untuk mencapai tujuan pendidikan

yang diharapkan diperlukan dukungan dunia industri terutama dalam menetapkan

standar keahlian, pengembangan kurikulum dan kebijakan pengelolaan pendidikan.

Kunci pengembangan kebijakan pendidikan kejuruan harus didasarkan pada

perkembangan ekonomi dan pasar kerja. Berkaitan dengan ini kebijakan penggalakan

pendidikan dasar akan memberikan dampak tersendiri pada penyerapan angkatan kerja.

1

Page 2: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

Pada saat ini industri Indonesia berjalan dengan bermodalkan pada

keterampilan, produktivitas dan upah yang rendah. Kondisi ini tidak dapat

dipertahankan, sehubungan dengan usaha yang sungguh-sungguh dari negara lain

dalam meningkatkan kemampuan angkatan kerjanya. Negara yang sejajar dengan

Indonesia seperti Thailand, Malaysia dan Pilipina memiliki cara yang relatif sudah

lebih maju dalam mengembangkan angkatan kerjanya. Negara ini dalam masa yang

akan datang dimungkinkan untuk menggeser posisi Indonesia dalam menghasilkan

produk dengan upah yang rendah. Dengan demikian sasaran yang harus dicapai

Indonesia, yaitu menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan teknologi yang makin

canggih, sehingga tercapai produktivitas dan efesiensi yang semakin tinggi.

Ketertinggalan di berbagai bidang di era globalisasi dibandingkan negara-

negara tetangga rupanya menyebabkan pemerintah terdorong untuk memacu diri untuk

memiliki pendidikan dengan standar internasional. Sektor pendidikan termasuk yang

didorong untuk berstandar internasional. Dorongan itu bahkan dicantumkan di dalam

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3), Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 61 Ayat (1)

Keinginan melakukan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional (SBI)

dilatarbelakangi oleh tiga alasan yaitu (1) kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di

era global, (2) adanya dasar hukum yang kuat, dan (3) landasan filosofi

eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme) (Depdiknas, 2006). Era globalisasi

menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan

sumberdaya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi,

meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman produk, dan

meningkatkan mutu produk. Keunggulan manajemen akan meningkatkan efektivitas

dan efisiensi. Keunggulan SDM merupakan kunci daya saing karena SDM yang akan

menentukan siapa yang mampu menjaga kelangsungan hidup, perkembangan, dan

kemenangan dalam persaingan.

Sekolah bertaraf internasional yang dimaksud oleh undang-undang dan peraturan

pemerintah, di samping untuk memicu peningkatan mutu pendidikan, bertujuan untuk

meningkatkan mutu pendidikan setingkat atau memiliki level yang sama dengan

sekolah-sekolah sejenis di negara-negara maju sehingga mutu pendidikan tidak hanya

mempunyai keunggulan lokal tetapi juga keunggulan internasional atau global. Saat ini

penyelenggaraan SBI dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Beberapa

sekolah menggunakan label sekolah internasional maupun kelas internasional dengan

2

Page 3: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

pola penyelenggaraan yang berbeda. Ada pula sekolah penyelenggara SBI yang

memperlakukan siswa secara keseluruhan sebagai siswa internasional, bukan kelas

internasional, sedangkan dilihat dari segi ketenagaan, SBI juga memiliki karakteristik

yang berbeda-beda. Ada juga SBI yang menggunakan tenaga asing (expatriate) sebagai

tenaga pendidik dan ada pula yang menggunakan guru lokal secara keseluruhan.

Seiring dengan tuntutan peraturan perundangan dan era global, penyelenggaraan

SBI harus memiliki keunggulan kompetitif. Penyelenggaraan SBI pada SMK diproyek-

sikan agar lulusannya dapat segera terserap di dunia kerja, baik dalam negeri maupun

luar negeri. Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi good practice untuk

menghasilkan lulusan sesuai tuntutan dunia kerja dalam rangka peningkatan mutu dan

daya saing. Dengan demikian rintisan pembukaan Sekolah Menengah Kejuruan

merupakan harapan bagi penyediaan tenaga kerja yang berkualitas dan siap bersaing di

era global dan tantangan bagi fihak penyelenggara pendidikan dan sekolah untuk

dapat mempersiapkan segala kemampuannya dalam rangka menyongsong era

perbaikan kualitas pendidikan agar menghasilkan lulusan yang berkompeten dan dapat

diterima di pasar tenaga kerja industri secara global.

3

Page 4: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

BAB II

KAJIAN TEORITIS

1. Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional

Landasan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional dapat ditemui dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005,

dan Renstra Depdiknas Tahun 2005-2010. Ayat (3) Pasal 50 Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 menyatakan bahwa, ”Pemerintah dan/atau pemerintah daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua

jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi suatu satuan pendidikan yang

bertaraf internasional”. Kata bertaraf internasional di sini memiliki arti bahwa sekolah

setingkat atau memiliki level yang sama dengan sekolah-sekolah sejenis di negara-

negara lain, khususnya negara maju. Kata setingkat atau level yang sama ini dapat

merujuk pada input, proses, dan output-nya dengan sekolah sejenis di negara maju.

Menurut, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Pasal 61 Ayat (1) mengamanatkan

bahwa, pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelengga-rakan

sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah

untuk dikembangkan menjadi suatu satuan pendidikan yang bertaraf

internasional. Menurut Depdiknas (2006:3) SBI adalah sekolah nasional yang

menyiapkan peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP)

Indonesia dan tarafnya internasional, sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya

saing internasional. Dengan pengertian ini, SBI dapat dirumuskan sebagai berikut:

SBI = SNP + X

di mana SNP adalah standar nasional pendidikan (SNP) yang meliputi: kompetensi

lulusan, isi, proses, pendidik, dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana

pengelolaan, dan penilaian. X merupakan penguatan, pengayaan, pengembangan,

perluasan, pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan, baik

dari dalam maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui

secara internasional sehingga lulusan dari sekolah-sekolah tersebut dengan mudah

diterima jika melanjutkan pendidikan atau bekerja di negara-negara maju.

Rumusan SNP + X dapat menggunakan standar internasional misalnya standar

dari OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yaitu sebuah

4

Page 5: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

organisasi kerjasama antar negara dalam bidang ekonomi dan pengembangan. Anggota

organisasi ini biasanya memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan yang

telah diakui standarnya secara internasional. Yang termasuk anggota OECD ialah:

Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic, Denmark, Finland, France,

Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea, Luxembourg,

Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic,

Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United States dan Negara maju

lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore, dan Hongkong.

Jadi, SNP+X di atas artinya bahwa dalam penyelenggaraan SBI, sekolah

menengah kejuruan harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan (Indonesia) dan

ditambah dengan indikator X, maksudnya ditambah atau

diperkaya/di-kembangkan/diperluas/diperdalam dengan standar anggota OECD di atas

atau dengan pusat-pusat pelatihan, industri, lembaga-lembaga tes/sertifikasi inter-

nasional, seperti Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, pusat-pusat studi dan

organisasi-organisasi multilateral seperti UNESCO, UNICEF, SEAMEO, dan

sebagainya.

Ada dua cara yang dapat dilakukan sekolah/madrasah untuk memenuhi

karakteristik (konsep) Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu sekolah yang telah

melaksanakan dan memenuhi delapan unsur SNP sebagai indikator kinerja minimal

ditambah dengan (X) sebagai indikator kinerja kunci tambahan. Dua cara itu adalah:

(1) adaptasi, yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP

dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah satu anggota OECD

dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang

pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional,

serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional; dan (2) adopsi, yaitu

penambahan atau pengayaan/pendalaman/penguatan/perluasan dari unsur-unsur

tertentu yang belum ada diantara delapan unsure SNP dengan tetap mengacu pada

standar pendidikan salah satu anggota OECD/negara maju lainnya.

Lulusan SBI diharapkan, selain menguasai SNP Indonesia, juga menguasai

kemampuan-kemampuan kunci global agar setara dengan siswa sehingga peserta didik

memiliki pandangan terhadap nilai-nilai progresif yang diunggulkan dalam era global

Nilai-nilai progresif tersebut akan dapat mempersempit kesenjangan antara Indonesia

dan negara-negara maju khususnya dalam bidang ekonomi dan teknologi.

5

Page 6: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

Perkembangan ekonomi dan teknologi sangat tergantung pada penguasaan

disiplin ilmu keras (hard science) meliputi matematika, fisika, kimia, biologi,

astronomi, dan terapannya yaitu teknologi yang meliputi teknologi komunikasi,

transportasi, manufaktur, konstruksi, bio, energi, dan bahan dan disiplin ilmu lunak

(soft science) meliputi, misalnya sosiologi, ekonomi, bahasa asing (terutama bahasa

Inggris) dan etika global.

Ekonomi dan teknologi keduanya memiliki hubungan yang saling menghidupi

(simbiosis). Jika ingin memajukan ekonomi, maka teknologi merupakan alat utamanya.

Sebaliknya untuk memajukan teknologi, ekonomi yang dapat menghidupinya. Oleh

karena itu, pengembangan SBI perlu bekerjasama dengan satuan-satuan pendidikan,

pelatihan, industri, lembaga sertifikasi, lembaga standarisasi nasional dan

internasional, dari negara-negara tertentu yang memiliki nilai-nilai ekonomi dan

teknologi lebih maju dan mereka juga telah teruji dalam menyiapkan sumberdaya

manusianya untuk mendukung pengembangan ekonomi dan teknologi sehingga visi

SBI adalah “terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara

internasional”. Visi tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf

internasional memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah,

terencana, dan sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai,

dihormati, dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. Berdasarkan visi tersebut,

maka misi SBI adalah mewujudkan manusia Indonesia cerdas dan kompetitif secara

internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global. Misi ini

direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan SBI yang disusun

secara cermat, tepat, futuristik, dan berbasis demand-driven.

Penyelenggaraan SBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas

nasional dan internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah

dirumuskan dalam UU No. 20/2003 dan dijabarkan dalam PP 19/2005 dan lebih rinci

lagi dalam Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Tujuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan

untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Sebagai upaya untuk mengembangkan pendidikan bertaraf internasional, SBI harus

tetap memegang teguh untuk mengembangkan jati diri, nilai-nilai bangsa Indonesia, di

6

Page 7: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

samping mengembangkan daya progresif global yang diupayakan secara eklektif

inkorporatif melalui pengenalan, penghayatan dan penerapan nilai-nilai yang

diperlukan dalam era kesejagatan, yaitu religi, ilmu pengetahuan dan teknologi,

ekonomi, seni, solidaritas, kuasa, dan etika global. Untuk memperlancar komunikasi

global, SBI menggunakan bahasa komunikasi global, terutama Bahasa Inggris dan

menggunakan teknologi komunikasi dan informasi (information communication

technology, ICT).

2. Standar SBI

Mengingat SBI merupakan upaya sadar, intens, terarah, dan terencana untuk

mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemampuan dan kesanggupan hidup

secara lokal, regional, nasional, dan global (internasional), maka perlu dirumuskan

standar SBI yang meliputi input, proses, dan output. Input adalah segala hal yang

diperlukan untuk berlangsungnya proses dan harus memiliki tingkat kesiapan yang

memadai. Input penyelenggaraan SBI yang ideal untuk menyelenggarakan proses

pendidikan yang bertaraf internasional meliputi siswa baru (intake) yang diseleksi

secara ketat dan masukan instrumental yaitu kurikulum, pendidik, kepala sekolah,

tenaga pendukung, sarana dan prasarana, dana, dan lingkungan sekolah. Intake (siswa

baru) diseleksi secara ketat melalui saringan rapor SMP, hasil ujian nasional (UN),

scholastic aptitude test (SAT), kesehatan fisik, dan tes wawancara. Siswa baru SBI

memiliki potensi kecerdasan unggul, yang ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual,

emosional, dan spiritual, dan potensi untuk bekembang.

Kurikulum SBI harus diperkuat, diperluas, dan diperdalam (direkayasa) agar

memenuhi standard isi SNP plus kurikulum bertaraf internasional yang digali dari

berbagai sekolah dari dalam dan dari luar negeri yang jelas-jelas memiliki reputasi

internasional karena kurikulum ini merupakan proses dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Guru harus memiliki kompetensi professional dalam penguasaan mata

pelajaran, pedagogik, kepribadian, dan sosial yang bertaraf internasional, serta

kemampuan berkomu-nikasi secara internasional yang ditunjukkan oleh penguasaan

salah satu bahasa asing, misalnya bahasa Inggris. Selain itu guru memiliki kemampuan

menggunakan ICT mutakhir dan canggih. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan

profesional dalam manajemen, kepemimpinan, organisasi, adminsitrasi, dan

7

Page 8: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

kewirausahaan yang diperlu-kan untuk menyelenggarakan SBI, termasuk kemampuan

komunikasi dalam bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris.

Standar – standar yang harus dipenuhi dalam merintis sekolah menengah kejuruan berstandar Internasional adalah: STANDAR INPUT, PROSES DAN OUT PUT SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL(SDSN)

A. STANDAR INPUT: Meliputi

1. Kurikulum

a. Kurikulum disusun berdasarkan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai.

b. Pada kurikulum terlihat adanya hubungan/ keterkaitan langsung dan jelas antara

tujuan yang akan dicapai dengan isi masing-masing komponen kurikulum

(masing-masing mata pelajaran)

c. Kurikulum dikembangkan secara sistematis dan berkesinambung-an sejalan

dengan tujuan yang akan dicapai

d. Kurikulum disusun berdasarkan kemajuan IPTEK

e. Praktikum siswa harus memenuhi standar kerja pabrik yang diakui secara

internasional seperti standar kerja yang dikeluarkan oleh OECD (Organization

for Economic Co-operation and Development) ILO (international Labour

Organizations) atau standar ISO yang diakui secara internasional.

f. Memiliki dokumen kurikulum lengkap, yaitu standar kompetensi, tujuan,

KTSP, Silabus, RPP, dan bahan ajar.

g. Memiliki tim pengembang kurikulum yang anggota-anggotanya merefleksikan

kelompok-kelompok keahlian yang terkait dengan setiap mata pelajaran.

2. Guru a. Jumlah dan kualifikasi sesuai dengan kebutuhan

b. 80% Guru memiliki tingkat pendidikan minimal S1

c. Kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh guru sesuai dengan mata

pelajaran yang diampu

d. Minimal 50% guru, memiliki sertifikasi profesi sebagai guru

e. Memiliki kesanggupan kerja yang tinggi

f. Mampu menggunakan ICT sederhana

3. Kepala Sekolah

a. Tingkat pendidikan minimal S2

8

Page 9: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

b. Memiliki sertifikasi profesi sebagai kepala sekolah

c. Memiliki kemampuan manajemen berbasis sekolah

d. Memiliki kamampuan visioner dan situasional

e. Memiliki kamampuan di bidang managerial organisasi dan administrasi

f. Mampu menggunakan ICT sederhana

4. Tenaga Kependidikan a. Pustakawan

1) Tingkat pendidikan: minimal D3

2) Bidang pendidikan : diutamakan kepustakaan

3) Memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai

pustawan

b. Laboran

1) Tingkat pendidikan : S1

2) Bidang pendidikan : sesuai dengan kebutuhan laboratorium

3) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai laboran

c. Teknisi komputer1) Tingkat pendidikan : S1

2) Bidang pendidikan : komputer/teknik informatika

3) Memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai teknisi

komputer

d. Kepala TU

1) Tingkat pendidikan : minimal S1

2) Bidang pendidikan : administrasi pendidikan

3) Memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai kepala

TU

4) Memiliki kemampuan dalam bidang komputer

e. Tenaga admnistrasi kesekretariatan dan keuangan1) Tingkat pendidikan : minimal D3

2) Bidang pendidikan : administrasi keuangan dan kesekratarisan

3) Memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai tenaga

kesekretarisan dan administrasi keuangan

9

Page 10: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

4) Memiliki kemampuan menggunakan komputer

5. Sarana Prasarana

5. Kesiswaan

a. Penerimaan siswa baru didasarkan atas kriteria yang jelas, tegas, dan

dipublikasikan

b. Siswa memiliki tingkat kesiapan belajar yang memadai, baik mental maupun

pisik

c. Memiliki program yang jelas tentang pembinaan, pengembangan, dan

pembimbingan siswa

d. Memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk berperan serta dalam

penyelenggaraan upaya sekolah

e. Melakukan evaluasi belajar dengan cara-cara yang memenuhi persyaratan

evaluasi

6. Pembiayaan

a. Menyediakan dana pendidikan yang cukup dan berkelanjutan untuk

menyelenggarakan pendidikan di sekolah

b. Menghimpun/menggalang dana dari potensi sumber dana yang bervariasi

c. Mengelola dana pendidikan secara transparan, efisien, dan akuntabel sesuai

dengan prinsip manajemen berbasis sekolah

d. Dalam mengalokasikan dana pendidikan, SDSN berpegang pada prinsip keadilan

dan pemerataan.

7. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

a. Hubungan dengan masyarakat, baik menyangkut substansi maupun strategi

pelaksanaannya, ditulis dan dipublikasikan secara eksplisit dan jelas

b. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pendidikan di sekolah

melalui pengembangan model-model partisipasi masyarakat sesuai tingkat

kemajuan masyarakat.

8. Kultur Sekolah

Sekolah dapat menumbuhkan dan mengembangkan budaya/kultur yang kondusif

bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas

pembelajaran pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada

pengembangan peserta didik lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada

10

Page 11: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

pembelajaran, profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap

setiap individu warga sekolah; keadilan, kepastian, budaya korporasi atau

kebiasaan bekerja secara kolaboratif/kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat

belajar, wawasan masa depan (visi) yang sama, perencanaan bersama,

kolegialitas, tenaga kependidikan sebagai pebelajar,

B. STANDAR PROSES:

1. Pengelolaan Aspek

a. Dilaksanakan aspek dan fungsi manajemen secara utuh, meliputi aspek

kurikulum, pendidik, siswa, sarana dan prasarana, dana dan hubungan

masyarakat dan fungsi manajemen sekolah yang dimaksud meliputi:

pengambilan keputusan, pemformulasian tujuan dan kebijakan, perencanaan,

pengorganisasian, pen-staf-an, pengkomunikasian, pelaksanaan,

pengkoordinasian, pensupervisian, dan pengontrolan.

b. Menetapkan manajemen berbasis sekolah yang menerapkan prinsip-prinsip

kemandirian, partisipasi, transparansi, akuntabilitas, keluwesan, kewenangan

dan tanggung jawab lebih besar pada SDSN.

c. Memiliki rencana pengembangan sekolah yang bersifat strategis dan

operasional.

d. Kemitraan dengan komite sekolah kuat yang dapat dilihat dari besarnya

dukungan, baik finansial, moral, jasa (pemikiran, keterampilan), dan

barang/benda.

e. menerapkan kepemimpinan visioner/ transformatif dalam:

1) merumuskan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang secara jelas ditulis,

dipublikasikan, dan diartikulasikan keseluruh kelompok kepentingan

sekolah.

2) menyakini bahwa sekolah adalah tempat untuk belajar yang dibuktikan

oleh iklim/kultur sekolah yang kondusif untuk belajar;

3) menghargai bawahan yang dibuktikan oleh penghargaan terhadap nilai-nilai

inti kemanusian seperti misalnya solidaritas, kasih sayang, kebersamaan,

keharmonisan, keadilan, dan kesopanan.

11

Page 12: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

4) memberdayakan warga sekolah yang dibuktikan oleh upaya-upaya konkret

dalam: peningkatan kemampuan dan kesanggupan kerja, pemberian

kewenangan dan tanggungjawab, pemberian kepercayaan dan memfasilitas

bawahan.

5) berpikir dan bertindak secara proaktif, komunikatif, dan berani mengambil

resiko.

2. Proses Pembelajaran

a. Pro-perubahan yaitu yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya

kreasi, inovasi, nalar dan ekperimentasi untuk menemukan kemungkinan-

kemungkinan baru, a joy discovery.

b. Menekankan pada pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

(PAKEM), student centered, reflective learning, dan active learning.

3. Administrasi

a. pembagian tugas

b. struktur organisasi sekolah yang mengikuti pembagian tugas

c. hirarki otoritas jelas

d. pembagian kewenangan dan tanggungjawab yang jelas

e. koordinasi yang dilakukan secara teratur

f. aturan, prosedur dan mekanisme kerja yang jelas

g. hubungan struktural dan fungsional yang jelas

h. administrasi yang rapi, efisien, dan efektif pada lingkup: proses belajar

mengajar, kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana (perpustakaan,

peralatan, perlengkapan, bahan, tata persuratan dan kearsipan dsb), keuangan,

dan hubungan sekolah-masyarakat

i. Membuat dan menegakan peraturan sekolah secara adil, teratur dan

berkesinambungan.

C. STANDAR OUT PUT LULUSAN

1. Kemampuan mengembangkan jati diri sebagai warga Negara Kesatuan Republik

Indonesia serta integritas moral dan akhlak yang tinggi.

12

Page 13: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

2. Kemampuan belajar sepanjang hayat secara mandiri yang ditunjukkan dengan

kemampuan mencari, mengorganisasi dan memproses informasi untuk kepentingan

kini dan nanti serta kebiasaan membaca dan menulis dengan baik.

3. Pribadi yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan yang ditunjukkan

dengan kesediaan menerima tugas, menentukan standar dan strategi tersebut, dan

bertanggung jawab terhadap hasilnya.

4. Kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, inovatif, dan eksperimentatif untuk

menemukan kemungkinan-kemungkinan baru atau ide-ide baru yang belum

dipikirkan sebelumnya.

5. Penguasaan tentang diri sendiri sebagai pribadi (intra personal/kualitas pribadi)

6. Penguasaan materi pelajaran yang dituntunjukkan dengan kelulusan ujian akhir

sekolah

7. Penguasaan teknologi dasar (konstruksi, manufaktur, transportasi, komunikasi,

energi, bio, dan bahan).

8. Kemampuan mengkomunikasikan ide dan informasi kepada orang lain.

9. Kemampuan mengelola kegiatan (merencanakan, mengorganisasi-kan,

melaksanakan, mengkoordinasikan, dan mengevaluasi).

10. Kemampuan memecahkan masalah dan pengambilan keputusan

11. Terampil mengaplikasikan dasar-dasar ICT

12. Memahami budaya/kultur Indonesia (lintas budaya antar suku/ pulau).

13. Kepedulian terhadap lingkungan sosial, fisik dan budaya

14. Menghasilkan karya yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bangsa.

Organisasi, manajemen, dan administrasi SBI harus memadai untuk

penyelenggaraan SBI, yang ditunjukkan oleh: (1) organisasi, kejelasan pembagian

tugas dan fungsi dan koordinasi yang baik antar tugas dan fungsi, (2) manajemen

tangguh, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, koordinasi dan

evaluasi, dan (3) administrasi rapi, yang ditunjukkan oleh pengaturan dan

pendayagunaan sumberdaya pendidikan secara efektif dan efisien. Lingkungan

sekolah, baik fisik maupun nir-fisik (kultur), sangat kondusif bagi penyelenggaraan

SBI. Lingkungan nir-fisik sekolah mampu menggalang konfir-misme perilaku

warganya untuk menjadikan sekolahnya sebagai pusat gravitasi keunggulan pendidikan

yang bertaraf internasional.

13

Page 14: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

Output SBI harus memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus

internasional yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan

kemampuan-kemampuan kunci yang harus dimiliki dalam era global. SNP merupakan

standar minimal yang harus diikuti oleh semua satuan pendidikan yang berakar

Indonesia. SNP boleh dilampaui asal memberikan nilai tambah yang positif bagi

pengaktualan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional, maupun spiritualnya.

Selain itu, nilai tambah yang dimaksud harus mendukung penyiapan manusia-manusia

Indonesia abad ke-21 yang kemampuannya berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi,

beretika global, dan sekaligus berjiwa dan bermental kuat, integritas etik dan moralnya

tinggi, dan peka terhadap tuntutan keadilan sosial. Penguasaan kemampuan-

kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global merupakan kemampuan-

kemampuan yang diperlukan untuk bersaing dan berkolaborasi secara global dengan

bangsa-bangsa lain, yang setidaknya meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi mutakhir yang canggih serta kemampuan berkomunikasi secara global.

3. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem

pendidikan. Menurut National Council for Research into Vocational Education

Amerika Serikat (NCRVE, 1981), pendidikan kejuruan merupakan subsistem

pendidikan yang secara khusus membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri

memasuki lapangan kerja. Ciri pendidikan kejuruan dan yang sekaligus membedakan

dengan jenis pendidikan lain adalah orientasinya pada penyiapan peserta didik untuk

memasuki lapangan kerja. Menurut, Finch & Crunkilton (1984:161) menyebutkan

pendidikan kejuruan sebagai pendidikan yang memberikan bekal kepada peserta didik

untuk bekerja guna menopang kehidupannya (education for earning a living).

Pendidikan kejuruan Menurut, Finch & Crunkilton (1984)adalah lembaga pendidikan

dan pelatihan yang tujuannya adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja

pada bidang tertentu dan agar dapat memperoleh kehidupan yang layak melalui

pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing serta norma-norma yang

berlaku. Ciri pendidikan kejuruan sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja

dapat dimengerti karena secara historis pendidikan kejuruan merupakan perkembangan

dari latihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola magang (apprenticeship)

(Evans & Edwin, 1978:36). Pola pelatihan dalam pekerjaan peserta didik belajar

sambil langsung bekerja sebagai karyawan baru tanpa ada orang yang secara khusus

14

Page 15: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

ditunjuk sebagai instruktur, sehingga tidak ada jaminan bahwa peserta didik akan

mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih membawa

pengaruh terhadap pola kerja manusia. Pekerjaan menjadi kompleks dan memerlukan

bekal pengetahuan dan keterampilan yang makin tinggi, sehingga pola magang dan

latihan dalam pekerjaan kurang memadai karena tidak memberikan dasar teori dan

Pendidikan kejuruan dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang dan menurut struktur

programnya. Pengelompokan berdasarkan jenjang dapat didasarkan atas jenjang

kecanggihan keterampilan yang dipelajari atau jenjang pendidikan formal yang berlaku

(Zulbakir & Fazil, 1988:7). Jenjang pendidikan formal yang berlaku dikenal

pendidikan kejuruan tingkat sekolah menengah (secondary) atau Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) dengan berbagai program keahlian seperti Listrik, Elektronika

Manufaktur, Elektronika Otomasi, Metals, Otomotif, Teknik Pendingin, Gambar

Bangunan, Konstruksi Baja, Tata Busana, Tata Boga, Travel and Tourism, dan

sebagainya serta tingkat di atas sekolah menengah (post secondary) misalnya

politeknis (IEES, 1986:124). Berdasarkan struktur programnya, khususnya dalam

kaitan dengan bagaimana sekolah kejuruan mendekatkan programnya dengan dunia

kerja, Evans seperti yang dikutip oleh Hadiwiratama (1980:60-69) membagi sekolah

kejuruan menjadi lima kategori, yaitu (1) program pengarahan kerja (pre vocational

guidance education), (2) program persiapan kerja (employability preparation

education), (3) program persiapan bidang pekerjaan secara umum (occupational area

preparation education), (4) program persiapan bidang kerja spesifik (occupational

specific education), dan (5) program pendidikan kejuruan khusus (job specific

education).

15

Page 16: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

BAB III

PENDEKATAN MASALAH

Merintis sekolah menengah teknologi dan kejuruan merupakan harapan bagi

para pemegang kebijakan sekolah (stakeholder) dalam mengembangkan sekolahnya

agar lulusannya memiliki kualifikasi internasional. Penekanan-penekanan yang perlu

dilakukan adalah pada proses penyelenggaraan pendidikan bukanlah memberikan

pengajaran dengan bahasa inggris, melainkan memotivasi peserta didik untuk berfikir

secara global kedepan tentang tantangan pekerjaan yang akan dihadapinya adalah

berstandar internasional. Penerapan kurikulum internasional untuk mengembangkan

sekolah menjadi RSBI itu butuh dua hal besar. Pertama kesiapan sarana prasarana, dan

kedua kesiapan sumberdaya manusia, khususnya para guru, termasuk tenaga

kependidikannya; karyawan dan bagian tata usaha. Kesemua ini masih harus didukung

dengan pengelolaan manajerial yang berstandar internasional. Khusus untuk

peningkatan kualitas sumberdaya manusia tantangan lebih besar memang pada

kesiapan sumberdaya manusia, khususnya para guru.

Dengan melakukan rekayasa kurikulum yang berdasarkan pada standar

nasional pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan

salah satu Negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and

Development) dan/atau Negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu

dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki dayasaing di forum internasional. SNP

terdiri dari delapan komponen, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi

lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,

standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian maka pemenuhan delapan

standar nasional pendidikan itu mutlak dipenuhi oleh SBI sebelum menambah standar

pendidikan internasional dari negara-negara anggota OECD atau negara maju lain.

Yang menjadi cirri khas SBI, proses pembelajaran mata pelajaran kelompok sains

harus menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (bilingual). Selain itu,

kegiatan pembelajaran harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Oleh

karena itu, setiap ruang kelas harus dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK.

16

Page 17: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

Perpustakaan sekolah juga harus dilengkapi sarana digital yang memungkinkan akses

ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia. Sebagai perbandingan, di Turki

setiap guru punya satu laptop dan perangkat sekolah biasa mengoperasikan computer

dengan baik. Guru mata pelajaran kelompok sains harus mampu berbahasa Inggris

dengan baik dan memiliki kualifikasi pendidikannya minimal S2 dari perguruan tinggi

yang program studinya berkualifikasi A, serta telah menempuh pelatihan manajemen

pengelolaan sekolah menggunakan standar internasional ISO 9001:2000.

Menurut (Mendiknas) Bambang Sudibyo, suatu sekolah akan dirintis menjadi sekolah

internasional harus terakreditasi A secara nasional dan memiliki indikator tambahan

dari Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yaitu

organisasi negara-negara yang memiliki keunggulan di bidang pendidikan. Sekolah

juga menerapkan standar kurikulum dengan tingkat satuan pendidikan (KTSP) dengan

sistem kredit semester (SKS), sistem akademik berbasis teknologi informasi dan

komunikasi (TIK), sistem kompentensi, dan muatan mata pelajaran setara atau lebih

tinggi dari mata pelajaran yang sama pada sekolah unggul negara OECD.

Tantangan untuk menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional,

dituntut untuk dapat mewujudkan apa yang menjadi Profil SMK RSBI sbb. :

1. Menyelenggarakan program keahlian yang telah memiliki standar

kompetensi internasional.

2. Memiliki kualifikasi tamatan yang memenuhi beberapa persyaratan yaitu :

a. Minimal 50 % tamatan bersertifikat kompetensi sesuai dengan bidang/

program keahlian terserap pada dunia kerja yang relevan.

b. Minimal 50 % tamatan memperoleh skor TOEIC minimal 505, atau

memperoleh nilai ujian nasional bahasa Inggris > 7,5.

c. Minimal 50 % tamatan memperoleh nilai ujian nasional Matematika > 6,0.

d. Minimal 60 % tamatan memperoleh nilai ujian nasional bahasa Indonesia

> 7,0.

e. Menghasilkan tamatan yang mampu mengisi lapangan kerja/mandiri atau

melanjutkan ke pendidikan tinggi dengan rasio 30 : 70.

3. Menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pada proses

pembelajarannya.

17

Page 18: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

4. Menerapkan SMM ISO 9001 : 2008.

5. Menerapkan prinsip-prinsip akselerasi dalam proses pembelajarannya.

6. Kualifikasi seluruh tenaga pendidik minimal S1 atau D4 di bidangnya dengan

memiliki pengalaman industri / mengelola usaha minimal 1 tahun.

7. Memiliki/mengakses sumberdaya (sarana prasarana) sesuai tuntutan

kompetensi yang ingin dicapai.

8. Seluruh tenaga pendidik mempunyai sertifikat kompetensi di bidangnya dan

sertifikat pedagogik yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi yang

berwenang.

9. Memiliki mitra lembaga pendidikan dan usaha relevan yang bertaraf

internasional.

10. Sekolah memiliki Training Production Unit sesuai dengan unggulan daerah

pada skala usaha / omzet tertentu.

11. Sekolah mempunyai program pembelajaran yang diakui oleh mitra / lembaga

profesi yang relevan dan bertaraf internasional dan keduabelas proses belajar

mengajar di sekolah menggunakan sistem ICT.

Dalam mengelola dan mengembangan suatu aktifitas terutama dalam merintis

sekolah menengah kejuruan teknologi bertaraf internasionan memerlukan suatu

perencanaan strategis, yaitu suatu pola atau struktur sasaran yang saling mendukung

dan melengkapi menuju ke arah tujuan yang menyeluruh. Sebagai persiapan

perencanaan, agar dapat memilih dan menetapkan strategi dan sasaran sehingga

tersusun program-program dan proyek-proyek yang efektif dan efisien maka

diperlukan suatu analisis yang tajam dari para stakehoder dan organisasi sekolah.

Salah satu analisis yang cukup populer di kalangan pelaku organisasi adalah Analisis

SWOT.

Istilah SWOTdari perkataan : Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan),

Opportunities (kesempatan) dan Threats (Ancaman). Tahap awal dalam menjalankan

SWOT :

1. Membaca/menginventarisir latar belakang

2. Membaca situasi dan kondisi sekarang.

Komponennya:

18

Page 19: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

1. Internal organisasi menuju kesiapan sekolah menengah kejuruan bertaraf

internasional.

2. Object/sasaran yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan sekolah menengah

kejuruan bertaraf internasional

3. Lingkungan lokal yang mendukung penyelenggaraan sekolah menengah

kejuruan bertaraf internasional seperti kesiapan sumber daya manusia,

kesiapan sarana dan prasarana sekolah, teknologi informasi, peralatan

praktikum yang sesuai dengan standar internasional

4. Lingkungan regional yang mendukung penyelenggaraan sekolah menengah

kejuruan bertaraf internasional seperti lulusan yang dapat diserap oleh

perusahaan yang berstandar internasional.

Analisis SWOT dalam mempertimbangkan penyelenggaraan sekolah menengah

kejuruan bertaraf internasional dapat dikelompokkan dalam dua kategori:

1. Internal Lembaga yaitu menyangkut Strength dan Weakness

Pertimbangan analisa:

a. Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh sekolah

b. Kumpulan pendapat dari dalam organisasi sekolah ataupun dari instansi

pendidikan dan masyarakat

c. Komparasi dengan lembaga lain

d. Hasil pengamatan sendiri

Obyek analisa :

a. Kemampuan memimpin

b. Jumlah dan kualitas anggota

c. Kerapian organisasi (Struktur, AD/ART, kebijakan-kebijakan)

d. Aturan kedisiplinan

2. Eksternal Lembaga, yaitu menyangkut Opportunities dan Threats

Pertimbangan analisis :

1. Pengalaman individu dan organisasi sekolah

19

Page 20: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

2. Kumpulan pendapat

3. Komparasi dengan lembaga lain

4. Pendapat para ahli

Obyek analisa :

a. Personal atau lembaga yang tengah berkuasa

b. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan

c. Kejadian-kejadian atau peristiwa penting yang pernah terjadi

Langkah-langkah SWOT :

a. Identifikasi semua hal yang berkaitan dengan SWOT

b. Tentukan Faktor penghambat dan faktor pendukung

c. Tentukan alternatif-alternatif kegiatan

d. Rumuskan tujuan dari masing-masing kegiatan

e. Ambil keputusan yang paling prioritas

Upaya yang harus dilakukan dalam rangka memperbaki mutu sumber daya

manusia adalah dengan meningkatan mutu pendidikan. Fokus utama yang harus

perhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan institusi sekolah

sebagai basis utama pendidikan, baik aspek manajemen, sumber daya manusianya,

maupun sarana dan prasarananya. Salah satu program yang dilaksanakan pemerintah

agar perubahan dan perkembangan tersebut dapat direspon dengan cepat adalah dengan

meningkatkan kualitas/mutu sekolah dengan mengembangkan sekolah bertaraf

internasional.

Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah nasional yang menyiapkan

peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan

tarafnya internasional sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing

internasional. Sekolah Bertaraf Internasional pada hakikatnya mengacu pada Standar

Nasional Pendidikan meliputi 8 (delapan) standar, yaitu kompetensi lulusan, isi,

proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan,

pengelolaan, dan penilaian yang diperkaya, dikembangkan, diperluas, diperdalam

20

Page 21: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan yang dianggap reputasi

mutunya diakui secara internasional

Aspek-aspek yang dikembangkan pada Sekolah Bertaraf Internasional adalah standar

kompetensi lulusan standar Internasional, kurikulum standar internasional, PBM

standar internasional, SDM standar internasional, fasilitas standar internasional,

manajemen standar internasional, pembiayaan standar internasional, penilaian standar

internasional. Standar kompetensi lulusan Sekolah Bertaraf Internasional adalah

keberhasilan lulusan yang melanjutkan ke sekolah internasional dalam negeri maupun

di luar negeri dengan tetap berkepribadian bangsa Indonesia, menguasai dan terampil

menggunakan ICT, mampu debat dengan Bahasa Inggris, terdapat juara internasional

dalam bidang: olahraga, kesenian, kesehatan, budaya, dll, mampu menyelesaikan,

tugas–tugas dan mengumpulkan portofolio dengan baik, mampu

meyampaikan/mendemonstrasikan tugas-tugas dari guru/sekolah, mampu

melaksanakan eksprimen dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan,

mampu menemukan / membuktikan pengalaman belajarnya dengan berbagai karya,

mampu menulis dan mengarang dengan bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia

yang baik dan benar, memperoleh kejuaraan olimpiade internasional dalam bidang:

matematika, fisika, biologi, kimia, stronomi, dan atau lainnya Iditunjukkan dengan

sertifikat internasional), NUAN rata-rata tinggi (> 7,5), memiliki kemampuan

penguasaan teknologi dasar, melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara

individual, kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan global) dengan bukti ada

piagam kerjasama atau MoU yang dilakukan oleh lulusan, memiliki dokumen lulusan

tentang karya tulis, persuratan, administrasi sekolah, penelitian, dll dalam bahasa asing

atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, memiliki dokumen dan

pelaksanaan, pengelolaan kegiatan belajar secara baik (ada perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan evaluasi) dari lulusan,

menguasai budaya bangsa lain, memiliki dokumen karya tulis, nilai, dll tentang

pemahaman budaya bangsa lain dari lulusan, memiliki pemahaman terhadap

kepedulian dengan lingkungan sekitar sekolah, baik lingkungan sosial, fisik maupun

budaya, memiliki berbagai karya-karya lain dari lulusan yang bermanfaat bagi dirinya

maupun orang lain, bangsa, dll, dan terdapat usaha-usaha dan atau karya yang

mencerminkan jiwa kewirausahaan lulusan.

21

Page 22: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

Sekolah Berstandar Internasional akan dicapai melalui sebuah proses

peningkatan kualitas sekolah yang berkesinambungan. Salah satu tujuan pokoknya

adalah lulusan sekolah yang kompetensinya diakui secara internasional.

Harapan dengan terwujudnya sekolah menengah kejuruan bertaraf internasional

adalah mendekatkan kompetensi lulusan ke dunia kerja secara fungsional,

pembelajaran mata pelajaran produktif dilakukan terintegrasi dengan unit produksi di

sekolah dapat membentuk kompetensi siswa sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,

penerapan manajemen mutu penyelenggaraan sekolah berstandar internasional ISO

9001-2000, ini menunjukkan kesungguhan dari civitas sekolah untuk menjadikan

sekolah unggul, kerja sama dengan dunia usaha dan industri yang dilakukan oleh kedua

sekolah telah meningkatkan mutu pembelajaran praktik dan mendekatkan kebutuhan

dunia industri akan tenaga kerja terdidik dan terampil serta layanan terhadap siswa

berupa bimbingan konseling, career path, dan bursa kerja dapat meningkatkan

keterserapan lulusan ke dunia kerja baik secara regional,nasional serta internasional.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah proses pembelajaran, penilaian, dan

penyelenggaraan SBI sebagai berikut: (1) pro-perubahan, yaitu proses pembelajaran

yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar, dan

eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a joy of

discovery, (2) menerapkan model pem-belajaran aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan; student centered; reflective learning, active learning; enjoyable dan

joyful learning, cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan

contextual learning, yang kesemuanya itu telah memiliki standar internasional; (3)

menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran; (4) proses

pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, khususnya mata pelajaran sains,

matematika, dan teknologi; (5) proses penilaian dengan menggunakan model penilaian

sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya, dan (6)dalam

penyelenggaraan SBI harus menggunakan standar manajemen intenasional, yaitu

mengoimplementasikan dan meraih ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO

14000, dan menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf internasional di

luar negeri.

22

Page 23: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

BAB IV

Kesimpulan dan Saran

Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI) merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas

pendidikan Indonesia agar mempunyai daya saing dengan negara maju di era global.

Salah satunya dengan mengadopsi standar internasional anggota OECD sebagai faktor

kunci tambahan di samping Standar Nasional Pendidikan.

Dalam perjalanannya, kebijakan SBI mulai terlihat beberapa kelemahan, baik

secara konseptual maupun sistem pembelajarannya. Ibarat kata pepatah tiada gading

tak retak, maka pemerintah sebaiknya melakukan pelbagai langkah perbaikan konsep

dengan melibatkan pelbagai unsur/stakeholders pendidikan dan melakukan

studi/penelitian mendalam sebelum kebijakan tersebut bergulir sehingga dengan

adanya sekolah menengah berstandar internasional kita dapat berharap bahwa dengan

penyelenggaraan pendidikan menengan teknologi berstandar internasional dapat

melahirkan sumberdaya manusia yang memliki kompetensi dan keahlian yang dapat

memenuhi kriteria dari perusahaan-perusahaan yang berstandar internasional serta

mempunyai daya saing yang tinggi dalam memenuhi pasar kerja diera globalisasi.

23

Page 24: Harapan Dan Tantangan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional

DAFTAR PUSTAKA

_____. (2006). Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Clinton, R. E. (1984). A rationale for collaboration: The view from industry. Collaboration vocational education and the privat sector (pp.43-53). Arlington, VA: The American Vocational Association.

Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Finch, Curtis R. & Crunkilton, John R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

IEES. (1986). Indonesia Education and Human Resources Sector Review. Chapter VII-Vocational/Technical Education. Jakarta: Depdikbud and USAID.

Karabel, R. L. & Hasley, R. A. (1977). Vocational Education Outcomes: Perspective for Evaluation. Columbus: NCRVE.

Malik, Oemar H. (1990). Pendidikan tenaga kerja nasional, kejuruan, kewiraswastaan, dan manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Tilaar, H.A.R (2006), Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis, Rineka Cipta, Jakarta

Tilaar, H.A.R (2008), Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan, Remaja Rosda Karya, Bandung

24