HARAP AN SISWA DAN IMPLlKASINYA BAGI PILIHAN MEDIA ...
Transcript of HARAP AN SISWA DAN IMPLlKASINYA BAGI PILIHAN MEDIA ...
HARAP AN SISWA DAN IMPLlKASINYA BAGI PILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN P ADA
PENDIDlKAN AGAMA KA TOLIK DAN BUDI PEKERTI DI SD SE-DAERAH ISTIMEWA
YO GYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
Oleh: Fransiska Dinda N urmalasari
161124043
PROGRAM STUDI PENDIDlKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDlKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDlKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YO GYAKARTA 2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
HARAPAN SISWA DAN IMPLIKASINYA BAGI PILmAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI
PEKERTI DI SD SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
01eh:
Fransiska Dinda Nurmalasari
161124043
Telah disetujui oleh:
Pembimbing,
F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd. Tanggal29Mei 2020
\I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
HARAPAN SISWA DAN TMPLIKASINYA BAGI PILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI
PEKERTI Dr SD SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Ketua
Sekretaris
Anggota
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Fransiska Dinda Nurmalasari
NlM: 161124043
Telah d ipertahankan di depan Panit la Pengu j i
Pada Tanggal 17 Juni 2020
dan dinyatakan memenuhi syarat
SUSUNAN PANITIA PEN GUn
Nama
: Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ.
: F.X. Dapiyanta, S.F.K., M.Pd.
: 1. F.X. Dapiyanta, S.F.K., M.Pd.
2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ.
3. Y.H. Bintang Nusantara, S.F.K., M.Hum.
Yogyakarta, 17 Juni 2020
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
iii
Tan~ngan
.. .. ~ ..... .......... . ~ . ..... ~ ... .
.. ...... .. ... .. -:" .. .. .. . .
. .. '"'-~.~ ...... .
.. /~ .. if. ..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Agustinus Hariyanto
Sri Tarmi Suwartini
Yosep Valen Herianto
Elisabet Novi Rahayu
V incentius Ragil Juliantoro
Thomas Wahyu Set yo Nugroho
PENDIKKAT-USD
Sebagai keluarga besar yang selalu mendukung saya
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
"Nothing is imposible.
Anything can happen as long as we believe, try, and pray. "
(Dinda)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Juni 2020
Penulis,
/()tZ Fransi'a Dinda Nurmalasari
VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Fransiska Dinda Nurmalasari
NIM : 161124043
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang
bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul:
HARAPAN SISWA DAN IMPLIKASINYA BAGI PILIHAN MEDIA
PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI
PEKERTI DI SD SE- DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA beserta
. perangkat yang diperlukan.
Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di media internet atau media lain demi kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis,
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
VB
Y ogyakarta, 17 Juni 2020
Yang menyatakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul HARAPAN SISWA DAN IMPLIKASINYA BAGI PILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI DI SD SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKART A. Setiap siswa dalam setiap zaman dan perkembangannya memiliki harapan tersendiri terhadap berbagai hal, termasuk dalam hal Pendidikan Agama Katolik. Untuk itu, penulis ingin mendapatkan informasi berkaitan dengan harapan siswa Sekolah Dasar terhadap Pendidikan Agama Katolik yang lebih aktual. Harapan siswa terhadap Pendidikan Agama Katolik adalah kebutuhan siswa dalam upaya mencapai hal yang dikehendaki terjadi di masa depan dalam aspek yang terkait dengan tujuan, materi, metode, media, guru, sarana prasarana, dan suasana dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Penelitian ini berusaha menampilkan data harapan siswa terhadap Pendidikan Agama Katolik, untuk itu pemberian kuesioner dan wawancara kepada responden telah dilaksanakan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskripif dengan desain survey. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswa-siswi SD se;.. Daerah Istimewa Y o gyakarta. Teknik sampling yang digunakan ialah purposive dan insidental, kemudian didapatkan sample sejumlah 86 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan harapan siswa terhadap tujuh aspek dalam Pendidikan Agama Katolik. Harapan siswa terkait tujuan adalah membuat siswa semakin percaya kepada Yesus. Harapan siswa terkait materi adalah materi film. Harapan siswa terkait metode adalah berpusat pada siswa, seperti menonton film, bermain, diskusi, bercerita, dan drama. Harapan siswa terkait media pembe1ajaran adalah media proyeksi, seperti film, slide, video, dan animasi. Harapan siswa terkait guru adalah guru memiliki kompetensi kepribadian, seperti ramah, sabar, tidak mudah marah, dan humoris. Harapan siswa terkait sarana prasarana lebih cenderung ke sarana seperti LCD, buku, dan Kitab Suci. Harapan siswa terkait suasana pembelajaran adalah suasana yang menyenangkan. Harapan siswa tersebut dapat membantu pendidik dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif guna mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki serta implikasinya bagi pilihan media pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Kata-kata Kunci: harapan, siswa, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, media pembelajaran
Vlll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
This thesis entitled STUDENTS' HOPES AND ITS IMPLICATION IN MEDIA LEARNING DEVELOPMET OF CATHOLIC AND CHARACTER EDUCATION AT ELEMENTARY SCHOOLS IN YOGYAKARTA. Every student in every era and development has its mvn hopes on various things, including in Catholic Religious Education. Therefore, the writer wants to get information related to the hopes of elementary school students towards more actual Catholic Religious Education. Students' hopes for Catholic Religious Education are the needs of students in achieving the desired things to happen in the future in aspects related to objectives, materials, methods, media, teachers, infrastructure, and atmosphere in learning Catholic Religious Education. This study seeks to display data on student hopes for Catholic Religious Education, thus questionnaires and interviews with respondents have been carried out. This type of research is quantitative descriptive with survey design. The population in this study were elementary school students in the Special Region of Yogyakarta. The sampling technique used was purposive and incidental, then the sample of 86 students was obtained. The results of this study indicate students' hopes of seven aspects in Catholic Religious Education. Students' hopes regarding the goals are to make students trust Jesus more. Students' hopes related to material are film material. Students' hopes regarding methods are student-centered, such as watching movies, playing, discussing, telling stories, and drama. Students' hopes related to learning media are projection media, such as films, slides, videos, and animations. Students' hopes related to the teacher is that the teacher has personality competencies, such as friendly, patient, not easily upset, and ridiculing. Students' hopes related to infrastructure are more likely to facilities such as LCDs, books, and Scriptures. Student hopes related to the learning atmosphere are a pleasant atmosphere. Students' hopes help educators in creating effective learning processes in order to achieve the desired learning goals and their implications for the choice of learning media for Catholic Religious Education.
Keywords: hope, students " Catholic and Character Education, media learning
IX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah atas segala berkat, rahmat, dan cinta-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul HARAP AN SISW A
DAN IMPLIKASINYA BAGI PILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA
PENDIDlKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI DI SD SE
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
Skripsi ini ditulis sebagai bentuk keingintahuan penulis terhadap proses
berlangsungnya Pendidikan Agama Katolik di sekolah, khususnya mengenai
harapan siswa. Sekaligus dapat memberikan informasi terkait harapan siswa dan
implikasinya bagi pilihan media pembelajaran pada Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak F.X. Dapiyanta S.F.K., M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi utama
yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, dan membimbing
penulis dengan penuh kesabaran, serta memberi masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
2. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto SJ., selaku ketua Program Studi Pendidikan
Keagamaan Katolik dan dosen pembimbing akademik yang telah mendukung
dan memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian hingga
menyelesaikan tugas akhir.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, S.F.K., M.Hum., selaku dosen penguji yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan
masukan bagi penulisan tugas akhir ini.
4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
yang telah membimbing dan memberikan pelayanan terbaik selama penulis
menempuh studi hingga penyelesaian tugas akhir ini.
5. Siswa-siswi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SD se-Daerah
Istimewa Y ogyakarta yang bersedia membantu dan telah meluangkan
waktunya untuk mengisi kuesioner serta menjawab pertanyaan-pertanyaan
wawancara yang diajukan oleh penulis.
6. Keluarga penulis, Bapak Agustinus Hariyanto, Ibu Sri Tarmi Suwartini serta
adik Yosep Valen Herianto, Elisabeth Novi Rahayu dan Vincentius Ragil
Juliantoro dengan penuh kasih sayang memberikan dukungan baik secara
spiritual, doa, dana, dan dukungan dalam bentuk apa pun hingga penulis
mampu menyelesaikan jenjang pendidikan S 1.
7. Thomas Wahyu Set yo Nugroho yang selalu mendampingi, memberikan
arahan, memotivasi, mendoakan dan menerima segala keluh kesah penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat terkasih, Garincha Desyta Devi, Maria Florentie Ana Evi,
Clara Febri A.A.S.K., Adrian Rendy, Marcellinus Estu, Ignatius Kristiandi
dan Bona Ventura yang setia menemani dan memberikan semangat kepada
penulis hingga mendengarkan segala keluh kesah selama penulisan skripsi.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Ternan-ternan sepayung dan seperbimbingan Fetronella Nanda, Febiana
Komelia, Yulia Kristianti, Sr. Erika HK, Doni Purwantoro, Bemadetha
Aditya, Helen, Emilia, dan Maria yang telah berdinamika bersama, saling
memberi semangat dan masukan yang berguna bagi penyelesaian skripsi ini.
10. Keluarga besar PENDIKKAT-USD khususnya bagi angkatan 2016 yang
saling memberikan dukungan doa dan semangat bagi penulis.
11. Sahabat dari masa putih abu-abu, Selvi Monica, Ulfah Adani, Emilia Rosa,
Yosi Rizky, Monita Hanif, Rahma Ma'arifah, Nimas Ayu, Alif Maulida, dan
Rifqi Putra yang saling memberikan dukungan dan semangat kepada penulis
selama studi hingga penyelesaian skripsi ini.
12. Semua pihak yang terlibat dengan tulus memberikan dukungan dan motivasi
selama penulisan skripsi ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa karya ini tidak lepas dari keterbatasan baik dari
segi pengetahuan maupun pengalaman, sehingga dalam penyusunan skripsi ini
masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, dengan rendah hati penulis menerima
kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membaca.
Yo gyakarta, 17 luni 2020
Pen0if,
f & FranSi~a J.)~-Nurmalasari
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................ x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvi
DAFTAR DIAGRAM................................................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xviii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 6
C. Batasan Masalah.............................................................................................. 7
D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7
F. Manfaat Penulisan ........................................................................................... 8
G. Metode Penulisan ............................................................................................ 9
H. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ........................................................ 11
A. Kajian Pustaka................................................................................................. 11
1. Pendidikan Agama Katolik ........................................................................ 11
a. Hakikat Pendidikan Agama Katolik ..................................................... 11
b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik ...................................................... 14
c. Materi Pendidikan Agama Katolik ....................................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
d. Metode Pendidikan Agama Katolik ...................................................... 18
e. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik .................................. 21
f. Guru Pendidikan Agama Katolik ......................................................... 26
g. Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Katolik ................................ 29
h. Suasana Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik ............................... 30
2. Harapan Siswa ........................................................................................... 30
a. Pengertian Harapan .............................................................................. 30
b. Komponen Harapan ............................................................................. 31
d. Siswa ................................................................................................... 32
B. Penelitian yang Relevan .................................................................................. 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.................................................................... 35
A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 35
B. Desain Penelitian ............................................................................................. 35
C. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 35
D. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................... 36
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 38
1. Identifikasi Variabel .................................................................................. 38
2. Definisi Konseptual .................................................................................. 38
3. Definisi Operasional .................................................................................. 38
4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 38
5. Instrumen Penelitian .................................................................................. 39
6. Pengembangan Instrumen .......................................................................... 40
F. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 42
A. Identitas Responden ....................................................................................... 42
B. Deskripsi Hasil Penelitian................................................................................ 43
1. Deskripsi Aspek Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ....... 44
2. Deskripsi Aspek Materi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ........ 47
3. Deskripsi Aspek Metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ...... 50
4. Deskripsi Aspek Media Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti ............................................................................................... 53
5. Deskripsi Aspek Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti .......... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
6. Deskripsi Aspek Sarana Prasarana Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti ............................................................................................... 59
7. Deskripsi Aspek Suasana Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti ........................................................................................ 61
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................... 64
1. Harapan Siswa terhadap Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti ....................................................................................................... 64
2. Harapan Siswa terhadap Materi Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti ....................................................................................................... 65
3. Harapan Siswa terhadap Metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti ....................................................................................................... 66
4. Harapan Siswa terhadap Media Pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti ............................................................................ 67
5. Harapan Siswa terhadap Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti ....................................................................................................... 68
6. Harapan Siswa terhadap Sarana Prasarana Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti ........................................................................................ 69
7. Harapan Siswa terhadap Suasana Pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti ............................................................................ 70
D. Harapan Siswa dan Implikasinya bagi Pilihan Media Pembelajaran pada
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ................................................... 71
E. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 73
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 74
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 74
B. Saran .............................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 76
LAMPIRAN ............................................................................................................... 77
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian .......................................................................... (1)
Lampiran 2: Instrumen Penelitian ......................................................................... (7)
Lampiran 3: Instrumen Wawancara ...................................................................... (9)
Lampiran 4: Transkrip Wawancara ...................................................................... (10)
Lampiran 5: Jawaban Instrumen Penelitian .......................................................... (19)
Lampiran 6: Hasil Rekap Data ............................................................................. (22)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil sampling per kabupaten/kota..................................................37
Tabel 2 Responden wawancara.....................................................................39
Tabel 3 Kisi-kisi instrumen...........................................................................40
Tabel 4 Data responden berdasarkan tingkatan kelas...................................42
Tabel 5 Data responden berdasarkan tempat sekolah...................................42
Tabel 6 Data responden berdasarkan sekolah negeri dan swasta.................43
Tabel 7 Prioritas harapan siswa terhadap tujuan Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti..............................................................................44
Tabel 8 Prioritas harapan siswa terhadap materi Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti..............................................................................47
Tabel 9 Prioritas harapan siswa terhadap metode Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti..............................................................................50
Tabel 10 Prioritas harapan siswa terhadap media pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti.....................................................53
Tabel 11 Prioritas harapan siswa terhadap guru Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti..............................................................................56
Tabel 12 Prioritas harapan siswa terhadap sarana prasarana Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti.....................................................59
Tabel 13 Prioritas harapan siswa terhadap suasana pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti.....................................................61
Tabel 14 Rangkuman hasil deskripsi frekuentif dan wawancara...................63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Prioritas harapan siswa terhadap tujuan Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti..............................................................................44
Diagram 2 Prioritas harapan siswa terhadap materi Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti..............................................................................47
Diagram 3 Prioritas harapan siswa terhadap metode Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti..............................................................................50
Diagram 4 Prioritas harapan siswa terhadap media pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti.....................................................53
Diagram 5 Prioritas harapan siswa terhadap guru Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti..............................................................................56
Diagram 6 Prioritas harapan siswa terhadap sarana prasarana Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti.....................................................59
Diagram 7 Prioritas harapan siswa terhadap suasana pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti.....................................................61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Dokumen Gereja
GE : Gravissimum Educationis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan
Kristiani, 28 Oktober 1965.
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada
para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa
kini, 16 Oktober 1979.
B. Singkatan-Singkatan Lain
CAI : Computer-assisted Instruction
CAL : Computer-assisted Learning
HUT : Hari Ulang Tahun Indonesia
K13 : Kurikulum 2013
KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PAK dan BP : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
PLP KP : Pengenalan Lapangan Persekolahan Pengelolaan
Pembelajaran
PLP LS : Pengenalan Lapangan Persekolahan Lingkungan Sekolah
PLP RP : Pengenalan Lapangan Persekolahan Perencanaan
Pembelajaran
RI : Republik Indonesia
SDM : Sumber Daya Manusia
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
VCD : Video Compact Disc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang
ke 74, Presiden Joko Widodo mengusung tema yang turut serta dicantumkan
dalam logo HUT RI ke-74 yakni „SDM Unggul Indonesia Maju‟. Tema tersebut
menggambarkan visi pemerintah Bangsa Indonesia yang terus berusaha dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah dalam
mengusahakan peningkatan sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan dari
dunia pendidikan. Pendidikan merupakan cara yang tepat guna membangun
sumber daya manusia yang bermutu untuk mendukung terwujudnya Indonesia
yang maju. Melalui pendidikan, diharapkan kualitas sumber daya manusia dapat
meningkat dan menjadi sumber daya manusia yang unggul.
Oleh sebab itu, dalam peningkatan sumber daya manusia diperlukan juga
adanya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Sosok yang sangat berperan
penting dalam peningkatan kualitas di bidang pendidikan adalah seorang guru,
terlebih sosok guru Pendidikan Agama Katolik. Guru PAK adalah individu yang
diharapkan mampu menjadi fasilitator dan mempunyai suatu kompetensi untuk
mendidik siswanya. Hal yang perlu guru PAK perhatikan sebagai fasilitator di
antaranya mampu mengetahui dan memenuhi harapan siswa supaya proses dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Tujuan tersebut dapat tercapai apabila guru PAK memperhatikan harapan
siswa melalui komponen pembelajaran yang ada seperti tujuan, materi, metode,
media, sarana prasarana dan suasana pembelajaran. Namun di 3 sekolah tempat
penulis melakukan pengamatan terhadap 4 guru PAK ketika melaksanakan tugas
perkuliahan, guru PAK yang ditemui kurang memperhatikan harapan siswa akan
komponen-komponen pembelajaran tersebut. Oleh karena itu hal yang akan
dibahas secara mendalam oleh penulis adalah harapan siswa dan implikasinya
bagi pilihan media pembelajaran pada Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti. Penulis tertarik akan topik tersebut, berawal dari proses perkuliahan yang
mendorong mahasiswa untuk terjun langsung dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah.
Selama proses perkuliahan, penulis sangat senang dengan adanya beberapa
mata kuliah yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk terjun langsung
ke sekolah-sekolah. Dengan adanya mata kuliah tersebut, mahasiswa sangat
terbantu sebagai calon pendidik yang nantinya akan menjadi seorang guru PAK.
Melalui kesempatan itu, penulis pernah mengamati proses pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di kelas, khususnya ketika guru PAK
mengajar. Penulis memiliki pengalaman dalam hal mengamati sekaligus turut
berproses dalam mendampingi pembelajaran PAK dan BP siswa SD hingga SMA.
Pengalaman tersebut penulis dapatkan ketika mengikuti mata kuliah
Pembelajaran PAK Sekolah pada semester 3 tahun 2017. Proses pengamatan
dilakukan secara berkelompok di salah satu SD Swasta di Kota Yogyakarta.
Dalam proses pembelajaran yang diamati, guru PAK hanya meminta siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
membacakan sebuah cerita di buku paket dan guru menceritakan kembali sambil
berceramah, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait cerita tersebut.
Selama proses pembelajaran PAK dan BP, terlihat siswa kurang aktif dan
pembelajaran masih bersifat konvensional karena seringkali guru hanya
berceramah di depan kelas. Sehingga belum terwujud proses pembelajaran dua
arah. Padahal pembelajaran adalah interaksi dua arah yakni antara guru yang
mengajar dan murid yang belajar (Dapiyanta 2011:10).
Dalam mata kuliah Desain Pembelajaran PAK, penulis juga
berkesempatan untuk mengamati proses pembelajaran PAK dan BP di salah satu
SMP Swasta di Kota Yogyakarta pada semester 5 tahun 2018. Proses
pembelajaran yang terjadi yaitu, guru mengulas kembali materi yang telah
diberikan pada minggu lalu dan memberikan tanya jawab. Kemudian, masuk ke
dalam materi selanjutnya. Guru kembali memberikan pertanyaan kepada siswa
dan siswa dapat menjawab pertanyaan dengan menuliskan jawaban di papan tulis.
Setelah pertanyaan berhasil dijawab oleh siswa, guru menjelaskan materi dengan
ceramah dan meminta siswa untuk berkelompok menggunakan panduan buku
paket.
Kesempatan mengamati proses pembelajaran PAK dan BP penulis
dapatkan tidak hanya melalui mata kuliah Pembelajaran PAK Sekolah dan Desain
Pembelajaran PAK, tetapi juga dari program Pengenalan Lapangan Persekolahan.
Program Pengenalan Lapangan Persekolahan yang sebelumnya disebut sebagai
magang, dibagi menjadi tiga. Pertama ialah Pengenalan Lapangan Persekolahan
Lingkungan Sekolah (PLP LS), kedua Pengenalan Lapangan Persekolahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Perencanaan Pembelajaran (PLP RP), dan ketiga Pengenalan Lapangan
Persekolahan Pengelolaan Pembelajaran (PLP KP). Dari ketiga PLP tersebut,
penulis dapat mengamati proses pembelajaran di dalam kelas ketika PLP RP dan
PLP KP yang dilaksanakan pada pertengahan Bulan Januari hingga Februari
2019. Penulis menjalani program Pengenalan Lapangan Persekolahan RP dan KP
di salah satu SMP Swasta di Kabupaten Sleman, Yogyakarta selama 5 minggu.
Selama menjalani program PLP di salah satu SMP Swasta Kabupaten
Sleman, penulis mengamati proses pembelajaran PAK dan BP yang diampu oleh
dua guru PAK yang berbeda. Metode dan cara mengajar kedua guru tersebut juga
berbeda. Salah satu guru terlihat sangat disiplin sedangkan guru yang lain
menerapkan proses pembelajaran yang santai dan tetap terarah. Meskipun terdapat
perbedaan cara dan metode mengajar, tetapi terdapat kesamaan antara kedua guru
dalam penggunaan media, yaitu menggunakan media powerpoint, gambar, video
dan buku paket.
Setelah penulis mengamati proses pembelajaran PAK dan BP di 3 sekolah,
seperti yang telah diceritakan di atas. Penulis melihat bahwa 4 guru PAK yang
ditemui selama pengamatan kurang kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan
media untuk membantu proses pembelajaran. Hal tersebut dapat diakibatkan
karena kurangnya pelatihan tentang media yang diberikan kepada guru PAK
ataupun kurangnya sarana dan prasarana dari sekolah yang mendukung guru
menggunakan media pembelajaran. Misalnya saja, ketika guru ingin
menggunakan video sebagai media pembelajaran tetapi tidak semua kelas terdapat
LCD dan proyektor, ditambah lagi tidak ada speaker. Tentu saja hal-hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dapat menghambat guru dalam memaksimalkan media guna menunjang proses
pembelajaran. Padahal salah satu komponen pembelajaran dalam PAK dan BP
yang terlihat secara langsung dapat menarik minat belajar siswa adalah media
pembelajaran.
Media pembelajaran tidak hanya sebagai sarana menarik minat siswa
untuk belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk mempermudah siswa memahami
mata pelajaran yang berkaitan. Media pembelajaran dapat dimengerti secara luas
maupun secara sempit. Secara luas media pembelajaran dapat diartikan sebagai
segala sesuatu, orang, benda, peristiwa yang memberi kesempatan siswa untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan secara sempit
media diartikan sebagai alat-alat elektro-mekanis yang menjadi perantara siswa
dan materi pelajaran (Dapiyanta, 2008:61).
Terlebih pada perkembangan jaman ini, media merupakan salah satu
komponen penting dalam proses pembelajaran. Karena siswa pada jaman dahulu
tentu akan berbeda dengan siswa jaman sekarang. Siswa jaman sekarang akan
cenderung lebih tertarik apabila proses pembelajaran menggunakan media yang
berkaitan dengan teknologi. Siswa jaman sekarang merupakan generasi Z yang
lahir pada tahun 1995-2014, mereka lahir seiring dengan perkembangan ilmu dan
teknologi. Oleh sebab itu, proses pembelajaran yang menarik dapat dilakukan
dengan pemilihan media yang tepat. Seturut perkembangan jaman, media yang
dipakai harus memenuhi harapan dan kebutuhan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis ingin mengetahui apa saja
harapan siswa dan implikasinya bagi pilihan media pembelajaran pada Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti di SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Di 3 sekolah tempat penulis melakukan pengamatan, 4 guru PAK yang
ditemui kurang memperhatikan harapan siswa akan tujuan, materi, metode,
media, sarana prasarana dan suasana pembelajaran PAK dan BP.
2. Pembelajaran PAK dan BP cenderung bersifat konvensional karena 4 guru
PAK yang ditemui selama proses pengamatan hanya berceramah selama
proses pembelajaran.
3. Proses pembelajaran PAK dan BP di 3 sekolah cenderung bersifat satu arah,
guru sebagai pusatnya.
4. Siswa yang ditemui selama proses pengamatan cenderung pasif, hanya
menerima materi yang diberikan oleh guru PAK.
5. 4 guru PAK yang ditemui selama proses pengamatan, kurang kreatif dan
inovatif dalam memanfaatkan media untuk membantu proses pembelajaran.
6. Kurangnya sarana dan prasarana di beberapa sekolah yang mendukung guru
PAK untuk menggunakan media pembelajaran.
7. Kurangnya pelatihan-pelatihan akan media pembelajaran PAK dan BP yang
diberikan kepada guru PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
8. Seiring perkembangan jaman, media pembelajaran yang dipakai kurang
memenuhi harapan dan kebutuhan siswa PAK dan BP.
C. Batasan Masalah
Skripsi ini membatasi kajiannya pada masalah harapan siswa dan
implikasinya bagi pilihan media pembelajaran pada Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti di SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini akan
dikenakan kepada siswa Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SD
Negeri dan Swasta Katolik se-Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang ada, dapat
dirumuskan masalah penelitian utama sebagai berikut: Bagaimana harapan siswa
dan implikasinya bagi pilihan media pembelajaran pada Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti di SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui harapan siswa dan implikasinya
bagi pilihan media pembelajaran pada Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti di SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
F. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara
teoretis maupun praksis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna sebagai tambahan sumber
bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan sebagai acuan untuk
penelitian yang lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
pertimbangan guru untuk mengembangkan media pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan memperhatikan harapan dan
kebutuhan siswa, sehingga tujuan pembelajaran sungguh-sungguh tercapai.
b. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
belajar dan tercapainya tujuan pembelajaran bagi siswa dengan adanya media
pembelajaran yang relevan dengan harapan dan kebutuhan siswa.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan data tentang harapan
siswa terhadap PAK dan BP implikasinya bagi pilihan media pembelajaran
serta dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pengambilan keputusan guna
mengupayakan pemilihan media pembelajaran PAK di sekolah.
d. Bagi peneliti, menambah pengetahuan, memberikan pengalaman yang
berguna dan dapat menjadi bekal sebagai calon pendidik yang profesional
serta menjadi pedoman peneliti dalam membimbing peserta didik nantinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
G. Metode Penulisan
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu berdasarkan
studi pustaka dan penelitian kuantitatif dengan cara pengumpulan data dari hasil
penyebaran instrumen dan pembahasan terhadap hasil yang telah diperoleh.
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian, dilakukan analisis terhadap
permasalahan yang terjadi.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, penulis menyampaikan
pokok-pokok uraian sebagai berikut:
Bab I memaparkan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II berisi tentang kajian pustaka yang akan mendasari pembahasan-
pembahasan selanjutnya. Bab II ini terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian
pertama berisi kajian pustaka mengenai komponen dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan subjek yang disasar dalam penelitian ini yaitu
harapan siswa. Bagian kedua membahas penelitian yang relevan.
Bab III berisi uraian tentang jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan
waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen
pengumpulan data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
pengembangan instrumen, dan teknik analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Bab IV berisi hasil penelitian dan analisis data harapan siswa dan
implikasinya bagi pilihan media pada Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti yang meliputi latar belakang responden, deskripsi hasil penelitian,
pembahasan, harapan siswa implikasinya bagi pilihan media Pendidikan Agama
Katolik dan kesimpulan, kemudian diakhiri dengan keterbatasan penelitian.
Bab V berisi penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama
menyampaikan kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah, tujuan penulisan
serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisi saran guna
pemilihan media Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Agama Katolik
a. Hakikat Pendidikan Agama Katolik
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang (Setyakarjana, 1997: 8). Pendidikan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 adalah:
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan pada dasarnya merupakan tanggung jawab utama dan pertama
orang tua, demikian pula dalam hal pendidikan iman anak. Namun, negara juga
mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi agar pendidikan iman bisa terlaksana
dengan baik sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Salah satu
bentuk dan pelaksanaan pendidikan iman adalah pendidikan iman secara formal di
sekolah yaitu Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang
menjadi salah satu mata pelajaran pada Kurikulum 2013 (Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2016: 1).
Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti sebenarnya
merupakan istilah dalam Kurikulum 2013 (K13), sedangkan pada kurikulum-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kurikulum sebelumnya hanya mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik saja. Hal
tersebut dikarenakan pada K13 semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap
pembentukkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diikat oleh kompetensi
inti. Sedangkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 terdapat pemisahan antara
mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk
pengetahuan, mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata
pelajaran terpisah (https://komkat-kwi.org/2016/04/08/kajian-pengembangan-
kurikulum-2013-mapel-pendidikan-agama-katolik-dan-budi-pekerti/). Oleh sebab
itu, dalam penulisan ini konteksnya adalah Pendidikan Agama Katolik yang
dalam K13 menjadi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu bentuk dari katekese
menurut pandangan Gereja Katolik. Maka, membicarakan PAK tidak lepas dari
katekese (Dapiyanta, 2011:1). Menurut Adisusanto dalam Dapiyanta (2011: 1)
katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda dengan fungsi pendidikan
iman. Pelayanan Sabda berarti mewartakan Injil kepada umat manusia. Terdapat
berbagai bentuk pelayanan sabda, di antara berbagai bentuk tersebut kekhasan
katekese adalah perspektif pendidikan iman.
Menurut CT 18, “katekese ialah pendidikan iman anak-anak, orang muda
dan orang dewasa dalam iman dengan tujuannya, dengan bantuan Allah menuju
pada kematangan iman”. Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
(PKKI) II mengartikan katekese sebagai komunikasi iman antar anggota jemaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
yang dengan komunikasi itu iman umat berkembang menuju kedewasaan
(Dapiyanta, 2011: 2).
Arah dasar Pendidikan Kristiani menurut Konsili Vatikan II dalam
Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani Gravissimum Educationis menyatakan
bahwa:
Pendidikan Kristiani itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi
manusia, melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang telah
dibaptis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan dan
dari hari ke hari makin menyadari karunia iman yang telah mereka terima:
supaya mereka belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh kebenaran,
terutama dalam perayaan Liturgi, supaya mereka dibina untuk menghayati
hidup mereka sebagai manusia baru dalam kebenaran dan kekudusan yang
sejati; supaya dengan demikian mencapai kedewasaan penuh serta tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, dan ikut serta
mengusahakan pertumbuhan Tubuh mistik (GE. 2).
Deklarasi tentang pendidikan Kristiani di atas menyatakan bahwa
pendidikan Kristiani adalah pendalaman misteri keselamatan, iman, makna
kekudusan dan mengusahakan diri secara penuh.
Menurut Groome (1999: 25), “Christian religious education is a political
activity with pilgrims in time that deliberately and intentionally attends with them
to the activity of God in our present, to the Story of the Christian faith community,
and to the Vission of God’s Kingdom, the seeds of which are already among us.”
Groome mengungkapkan bahwa Pendidikan Agama Kristiani adalah kegiatan
politis bersama para peziarah yang memberi perhatian kepada kegiatan Allah di
masa kini, pada cerita komunitas iman Kristen dan visi Kerajaan Allah yang hadir
diantara kita.
Sedangkan menurut Heryatno (2008: 14), Pendidikan Agama Katolik
adalah pendidikan yang bervisi spiritual:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Artinya PAK konsisten memperkembangkan kedalaman hidup peserta
didik, memperkembangkan jiwa dan interioritas hidup mereka. Jiwa
merupakan tempat Allah bersemayam dan interioritas berhubungan
dengan kesadaran, kedalaman dan nilai hidup yang dipegang serta
diwujudkan. Dengan demikian Pendidikan Agama Katolik diharapkan
dapat membantu peserta didik menemukan makna kehidupan dalam hidup
sehari-hari.
Pengertian tentang Pendidikan Agama Katolik dan Budi pekerti juga
terdapat dalam buku guru PAK dan BP Belajar Mengenal Yesus untuk SD Kelas
5 kurikulum 2013 (2017: 9) yang mengemukakan bahwa:
PAK adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka membantu dan membimbing siswa untuk
memperteguh iman sesuai ajaran iman Katolik dengan tetap
memperhatikan, menghormati agama dan kepercayaan lain. PAK di
sekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik
berkomunikasi, memahami, dan menghayati iman dengan harapan iman
peserta didik semakin diperteguh.
b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik
Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting karena
menentukan jalannya pendidikan tersebut. Sehingga tujuan perlu dirumuskan
sebaik-baiknya sebelum seluruh kegiatan pendidikan terlaksana. Meskipun tujuan
pendidikan perlu dirumuskan sebelum kegiatan pendidikan dilaksanakan, tujuan
pendidikan tetap kondisional. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap
membangun hidup yang semakin beriman (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016: 1).
Menurut Konsili Vatikan II dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani
Gravissimum Educationis menyatakan bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya ialah mencapai pembinaan
pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya dan demi
kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat bahwa manusia
termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan
tugas kewajibannya (GE. 1).
Tujuan Pendidikan Agama Katolik adalah mencerdaskan seluruh umat
ciptaan Tuhan dan membawa mereka pada pengenalan akan Kristus sehingga
menghantar setiap orang menghayati kasih Allah untuk dapat menikmati kebaikan
Tuhan lewat pendidikan (Marbun, 2016: 142).
Groome (1999: 34) mengungkapkan tujuan Pendidikan Agama Kristen
secara umum sebagai berikut “the purpose of Christian religious education is to
enable people to live as Christians, that is, to live lives of Christian faith”. Tujuan
pendidikan agama Kristiani adalah memampukan orang-orang hidup sesuai iman
Kristiani.
Menurut Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia dalam garis-
garis besar program pengajaran (GBPP) Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Katolik (1999: 6) tujuan PAK di SD adalah sebagagai berikut:
1. Siswa mengenal dan mencintai tokoh-tokoh Kitab Suci Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru dalam keseluruhan sejarah keselamatan.
2. Siswa mengenal dan mencintai Yesus Kristus serta dapat
mengungkapkannya dalam doa.
3. Meletakkan dasar pendidikan iman peserta didik sesuai dengan pokok-
pokok iman yang terdapat dalam syahadat para Rasul dan ke-10 firman
Allah.
4. Meletakkan dasar kehidupan menggereja dan memasyarakat.
Sedangkan tujuan jangka panjang Pendidikan Agama Katolik adalah demi
perkembangan dan kedewasaan iman yang mencakup tindakan meyakini,
memercayai, dan melaksanakan kehendak Allah (Groome, 2010:81). Menurut
Heryatno (2008: 23-24) tujuan utama Pendidikan Agama Katolik adalah demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Tujuan PAK di sekolah harus mencakup
segi kognisi, afeksi, dan praksis. Ketiga segi ini merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Tujuan PAK bersifat kognitif yakni pendidikan dalam
iman sudah diolah dan dipertimbangkan matang-matang, sehingga diyakini
kebenarannya dan mendorong semua pihak semakin setia dan konsisten
mewujudkannya di dalam hidup sehari-hari.
Tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga dapat dirumuskan
secara luas dan sempit. Secara luas arah PAK adalah memperluas pengetahuan,
memperteguh iman dan memperkaya penghayatan iman dalam berbagai bentuk
serta memperkembangkan dialog antar iman. Secara sempit arah PAK dirumuskan
dengan membantu anak menggulati hidupnya. Dengan demikian ia
memperkembangkan pengetahuan dan penghayatan iman (Jacobs dalam
Dapiyanta, 2008:23). Berdasarkan gagasan-gagasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa tujuan PAK adalah demi terwujudnya Kerajaan Allah melalui suatu
komunikasi iman dengan membantu seseorang mencapai kedewasaan imannya
dalam hidup sehari-hari sebagai orang Kristiani.
c. Materi Pendidikan Agama Katolik
Materi menjadi salah satu komponen dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik. Materi pelajaran adalah sarana yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Setyakarjana, 1997: 171). Materi pembelajaran menurut
Hakim (2007: 115) adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus
dipelajari oleh peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
telah ditentukan. Menurut Winkel (2014: 343) materi pelajaran adalah bahan yang
digunakan untuk belajar dan dapat membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Materi pelajaran dalam skripsi ini dibatasi dengan materi berdasarkan
kemasannya, dapat berupa macam-macam bahan, seperti naskah, persoalan,
gambar, topik perundingan, jawaban siswa, film, cerita, uraian, pengalaman siswa
dan sebagainya. Kemudian terdapat materi pokok dalam PAK yaitu pengalaman
hidup, Kitab Suci, dogma, liturgi dan Perayaan Ekaristi (Setyakarjana, 1997: 73).
Berikut terdapat kriteria materi pembelajaran menurut Winkel (2014:
344-345):
1) Materi harus relevan terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai.
2) Materi harus disesuaikan dengan kemampuan siswa untuk menerima dan
mengolah materi tersebut.
3) Materi harus dapat menunjang motivasi siswa dan relevan dengan pengalaman
hidup siswa.
4) Materi harus membantu untuk melibatkan diri siswa secara aktif, baik dengan
berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan.
5) Materi harus sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti.
6) Materi harus sesuai dengan media pengajaran yang tersedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
d. Metode Pendidikan Agama Katolik
1) Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai pemberian kecakapan dan
pengetahuan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru (Suryobroto, 1997: 148). Menurut Sanjaya (2014: 147) metode adalah cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan tercapai secara optimal.
Tampubolon (2014: 118) mengemukakan bahwa metode pembelajaran
adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis demi mencapai tujuan
pembelajaran. Selain itu, metode pembelajaran adalah kagiatan yang dipilih oleh
guru dalam proses pembelajaran yang memberikan kemudahan kepada siswa
menuju tercapainya tujuan instruksional tertentu (Pangewa, 2010: 135).
Berdasarkan pengertian-pengertian metode pembelajaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang guru pilih dalam
proses pembelajaran guna mempermudah siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, guru harus
menyesuaikan metode yang pas dan sesuai dengan harapan siswanya.
2) Macam-macam Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran sangat beragam dan memiliki kelebihan serta
kekurangan masing-masing. Dalam penggunaan metode pembelajaran guru harus
menyesuaikan dengan harapan, keadaan, dan kebutuhan siswanya. Metode
pembelajaran dapat dibagi menjadi 2 yaitu berpusat pada guru dan berpusat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
siswa. Metode pembelajaran yang berpusat pada guru di antaranya adalah
ceramah, tanya jawab dan demonstrasi. Sedangkan metode yang berpusat pada
siswa antara lain diskusi, menonton film, bermain, bercerita, drama, tugas,
presentasi. Berikut terdapat beberapa metode pembelajaran:
a) Metode Ceramah
Sebuah metode dengan menyampaikan informasi secara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Menurut Nurhayati
(2011: 74) kelebihan dan kelemahan dalam menggunakan metode ceramah adalah
sebagai berikut:
Kelebihan dari metode ceramah sebagai berikut:
- Murah, metode ceramah dapat mengatasi kelangkaan buku atau
sumber bacaan yang baik dengan kebutuhan jangkauan daya beli
peserta didik. Juga pemanfaatan waktu dapat digunakan secara efisien.
- Peserta didik mudah diawasi.
Adapun kelemahan dari metode ceramah sebagai berikut:
- Menimbulkan rasa bosan bagi peserta didik.
- Cenderung terjadi satu arah.
- Peserta didik kurang kreatif dan kritis.
- Sebagian peserta didik dirugikan, dalam hal ini peserta didik yang
kurang terampil dalam menyimak dan mencatat.
b) Metode Tanya Jawab
Metode ini sering digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah untuk
mengetahui pemahaman siswa dalam proses pembelajaran dan merangsang siswa
untuk berpikir kritis serta memperoleh umpan balik. Dalam penerapannya, baik
guru maupun siswa sama-sama aktif. Namun, keaktifan siswa perlu diperhatikan
dengan baik oleh guru. Oleh karena itu, guru harus mempunyai semangat yang
tinggi dan penguasaan materi yang memadai sehingga suasana kelas menjadi lebih
kondusif. Keterampilan mengajukan pertanyaan yang cocok dalam situasi tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
perlu disertai persiapan yang memadai, sehingga penerapan metode ini dalam
pembelajaran tidak memperlihatkan usaha coba-coba.
c) Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran dengan mempertunjukkan, mempraktikkan atau
memperlihatkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda yang sedang
dipelajarinya. Menurut Nurhayati (2011: 78) kelebihan dan kekurangan dari
metode demonstrasi adalah sebagai berikut:
Kelebihan metode demostrasi antara lain:
- Memperoleh tambahan pengalaman atau praktek dalam
mengembangkan kecakapannya.
- Membantu siswa memahami lebih jelas jalannya suatu proses
pembelajaran dengan penuh perhatian dan menarik.
- Siswa mengambil bagian secara aktif dalam proses pembelajaran.
- Mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi bila
dibandingkan mempelajari suatu hanya dari buku.
Adapun kekurangan dari metode demonstrasi antara lain:
- Peran serta siswa terbatas.
- Siswa kurang akrab dengan apa yang didemonstrasikan.
- Demonstrasi yang disajikan dengan mulus sering meyebabkan siswa
terlalu yakin akan kebenarannya, sehingga tidak dapat dibantah.
d) Metode Diskusi
Metode ini erat kaitannya dengan pemecahan masalah. Metode ini pada
dasarnya adalah bertukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas
tentang topik yang sedang dibahas. Menurut Nurhayati (2011: 80) kelebihan dan
kelemahan dari metode diskusi antara lain:
Kelebihan penggunaan metode diskusi yaitu:
- Meningkatkan hasil belajar siswa.
- Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, bersikap demokratis,
motivasi belajar dan kemampuan berbicara.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-ide.
Adapun kelemahan dari metode diskusi antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
- Seringkali beberapa siswa saja lebih aktif.
- Kurang efisiensi dalam penggunaan waktu.
- Seringkali keputusan akhir tidak dilaksanakan secara bertanggung
jawab.
e) Metode Menonton Film
Dalam dunia pendidikan menggunakan film atau video sebagai media
untuk belajar dikenal dengan istilah belajar berbasis video. Video untuk belajar
harus memiliki sedikitnya dua elemen yaitu visual dan audio. Elemen visual
berguna untuk menyediakan sumber utama informasi yang mudah dipahami dan
dilaraskan dengan elemen audio yang digunakan untuk menguraikan informasi
(https://binus.ac.id/knowledge/2019/10/mengenal-metode-belajar-video-based-
learning/#:~:text=Dalam%20dunia%20pendidikan%20hal%20tersebut,elemen%20yaitu
%20visual%20dan%20audio.):
Kelebihan metode menonton film:
- Efektif dan efisien
- Pengalaman belajar yang baru
- Mudah dimengerti
- Mendukung pembelajaran aktif
e. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
1) Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu komponen penting dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Kata media berasal dari
bahasa latin yaitu medius yang secara harafiah berarti tengah, pengantar atau
perantara. Gerlach & Ely dalam Arsyad (2014: 3) mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
keterampilan atau sikap. Latuheru dalam Arsyad (2014: 4) memberi batasan
media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu
sampai kepada penerima yang dituju.
Sementara itu Gagne‟ dan Brigs dalam Arsyad (2014: 4) secara implisit
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape
recorder, video, gambar dan sebagainya. Berdasarkan pengertian-pengertian
menurut para ahli di atas maka media pembelajaran diartikan sebagai segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan suatu hal dalam proses
belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam
belajar (Arsyad, 2014: 10).
2) Karakteristik Media
Pembagian jenis dan karakteristik media pembelajaran menurut Sanaky
dalam Arsyad (2013: 46) adalah sebagai berikut:
a) Media pembelajaran, dilihat dari aspek bentuk fisik dibagi menjadi dua yaitu
media elektronik dan media non-elektronik. Media elektronik seperti tv, film,
radio, slide, video, VCD, komputer, internet, dan sebagainya. Media non-
elektronik seperti buku, handout, modul, diktat, media grafis, dan alat peraga.
b) Media pembelajaran dilihat dari aspek panca indera dibagi menjadi tiga yaitu
media audio (dengar), media visual (melihat), dan media audio visual (dengar-
melihat).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
c) Media pembelajaran dilihat dari aspek alat dan bahan yang digunakan dibagi
menjadi dua yaitu hard ware dan soft ware.
3) Ciri-ciri Media Pendidikan
Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2014: 15-17) mengemukakan 3 ciri media:
a) Ciri Fiksatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Ciri ini amat penting
bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan
dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat.
b) Ciri Manipulatif
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media
memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat
disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik
pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya, bagaimana proses larva
menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan
teknik rekaman fotografi tersebut. Sebaliknya dapat juga memperlambat saat
menayangkan suatu video tertentu. Manipulasi kejadian atau objek dengan
mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu.
c) Ciri Distributif
Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan
melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah
besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, dapat direproduksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
berkali-kali dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai tempat atau
digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang
telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.
4) Pengembangan Media
Salah satu kriteria yang sebaiknya digunakan dalam pemilihan media
adalah isi bahan pelajaran dan kemudahan memperolehnya. Apabila media belum
tersedia maka guru berupaya mengembangkannya sendiri. Oleh karena itu
terdapat beberapa teknik pengembangan media sederhana yang dapat digunakan
oleh guru (Arsyad, 2014: 101).
a) Media Berbasis Visual
Visualisasi informasi yang disampaikan kepada siswa dapat
dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar, sketsa, grafik, bagan,
chart dan gabungan. Keberhasilan penggunaannya dapat dicapai dengan
mengorganisasikan gagasan yang timbul, merencanakan dengan seksama, dan
menggunakan teknik visualisasi objek, konsep, informasi atau situasi. Tataan
bahan media harus dapat menampilkan visual yang dapat dimengerti, dibaca, dan
menarik perhatian, sehingga mampu menyampaikan pesan yang diinginkan
(Arsyad, 2014: 102-103).
b) Media Berbasis Audio-Visual
Media bentuk ini merupakan media yang murah, terjangkau dan mudah
dibawa kemana saja. Sebaiknya materi disajikan dengan langkah sebagai berikut,
guru menyiapkan diri sebelum menyampaikan materi, membangkitkan semangat
siswa dengan memberikan komentar atau pertanyaan, mendorong siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mendengarkan dengan tenang dan memusatkan perhatian pada materi,
mendiskusikan materi, terakhir menindak lanjuti program (Arsyad, 2014: 141-
144).
c) Media Berbasis Komputer
Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran dikenal dengan
Computer-assisted Instruction – CAI, atau Computer-assisted Learning CAL. CAI
bisa berbentuk tutorial, drills and practice, simulasi dan permainan.
Program pembelajaran tutorial dengan bantuan komputer menyajikan
informasi berupa konsep yang disajikan di layar komputer dengan teks, gambar,
atau grafik (Arsyad, 2014: 150). Mempermahir keterampilan dapat dilakukan
dengan drills and practice (latihan). Program ini merekam jawaban yang dapat
dilaporkan atau ditunjukkan pada akhir kegiatan dan menjadi landasan
pembelajaran selanjutnya (Arsyad, 2014: 152).
Keberhasilan penggunaan CAI bergantung pada berbagai faktor seperti
kognitif dan motivasi dalam belajar. Maka belajar harus menyenangkan;
interaktivitas; kesempatan berlatih harus memotivasi, cocok, dan tersedia
feedback; menuntun dan melatih siswa dengan lingkungan informal (Arsyad,
2014: 157-160).
d) Multimedia Berbasis Komputer dan Intractive Video
Definisi multimedia belum jelas, sederhananya diartikan sebagai lebih dari
satu media. Media ini memerlukan berbagai perangkat keras seperti komputer,
video kamera, CD player, dan sebagainya. Informasi yang disajikan berbentuk
dokumen yang hidup, misalnya video atau animasi (Arsyad, 2014: 162).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Multimedia berbasis komputer ini sangat menjanjikan dan berguna dalam bidang
pendidikan, meskipun masih dianggap mahal.
e) Media Microsoft Power Point
PowerPoint merupakan salah satu aplikasi yang paling sering digunakan
dalam presentasi. Dalam membuat presentasi sesuaikan judul dengan tema.
Membuat presentasi dari template dan blank presentation berbeda, template hanya
mengubah tulisan sedangkan blank presentation membuat presentasi dari awal.
Gunakan SmartArt / Shapes / Chart untuk membuat presentasi lebih hidup dan
jangan lupa menambahkan animasi. Jika mengimport file video atau audio
usahakan berukuran kecil, supaya file presentasi tidak terlalu besar dan lebih
membantu dalam presentasi (Arsyad, 2014: 193-194).
f) Media Internet
Pada jaman sekarang internet sudah tidak asing lagi dan sangat mudah
untuk diakses. Namun internet juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
penggunaannya. Implementasi internet dalam dunia pendidikan dikenal dengan
istilah E-learning atau pembelajaran jarak jauh (Distance Learning).
Pembelajaran E-learning tidak akan lepas antara pengajar dan pembelajar tanpa
mengenal waktu dan tempat (Arsyad, 2014: 203).
f. Guru Pendidikan Agama Katolik
Gereja memiliki peranan dalam pembangunan pendidikan nasional. Maka
Gereja mesti berjuang dan bekerja keras untuk membantu pemerintah
mencerdasakan anak-anak bangsa guna mencapai tujuan pendidikan nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Salah satu cara yang dapat Gereja lakukan untuk membantu pemerintah
mencerdaskan anak bangsa adalah mempersiapkan pendidik yang kompeten dan
profesional (Marbun, 2016: 159). Pendidik yang kompeten dan profesional yang
harus dipersiapkan oleh Gereja tersebut dapat ditemukan dalam sosok guru
Pendidikan Agama Katolik.
Guru harus sungguh-sungguh dipersiapkan karena dalam proses katekese
atau pembelajaran yang terpenting adalah pribadi katekis atau guru agamanya.
Maka ada ungkapan “kurikulum yang kurang baik, ditangan guru PAK yang baik,
hasilnya baik” sedangkan “kurikulum yang sangat baik, ditangan guru PAK yang
tidak bermutu, hasilnya amat jelek”. Dengan demikian guru PAK memegang
peran utama dalam keberhasilan pembelajaran PAK (Sukendar, 2018: 50).
Memang benar bahwa seorang guru harus dipersiapkan dengan sebaik-
baiknya terlebih bagi guru Pendidikan Agama Katolik. Hal tersebut sesuai dengan
Konsili Vatikan II dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristen Gravissimum
Educationis yang menyatakan bahwa:
Guru perlu sungguh-sungguh disiapkan, supaya membawa bekal ilmu
pengetahuan profan maupun keagamaan yang dikukuhkan oleh ijazah-
ijazah semestinya, dan mempunyai kemahiran mendidik sesuai dengan
penemuan-penemuan zaman ini dengan berpedoman pada Kristus Sang
Guru. Guru juga sebaiknya mampu memberikan kesaksian kasih Gereja,
bekerja sama dengan orang tua dan mau melayani.
Hal-hal mengenai guru juga terdapat dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 yang
menyatakan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Kemudian dalam pasal 8 menyatakan bahwa guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal
10 Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan pasal 28 ayat (3) butir a menjelaskan bahwa:
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
Pasal 28 ayat (3) butir b mengemukakan bahwa kompetensi kepribadian
adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Pasal 28 ayat (3) butir c
menjelaskan bahwa:
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 28 ayat (3) butir d mengemukakan bahwa kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, dan masyarakat
sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
g. Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Katolik
Sarana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai alat yang
digunakan secara langsung untuk mengerjakan suatu hal, sedangkan prasarana
adalah penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 45 mengenai Sarana dan Prasarana Pendidikan,
dikatakan bahwa:
(1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana
dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. (2) Ketentuan mengenai
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Dengan adanya sarana dan prasarana, diharapkan mampu membantu
proses pembelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran. Sehingga pada
umumnya dapat dikatakan bahwa semakin lengkap dan memadai sarana prasarana
maka proses pembelajaran akan semakin lancar. Sarana meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber-sumber lainnya, bahan
habis pakai serta perlengkapan yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran. Sedangkan prasarana meliputi lahan, ruang kelas, perpustakaan,
laboratorium, UKS, dan ruang lain yang diperlukan serta dana dan pembiayaan
untuk menunjang proses pembelajaran (Setyakarjana, 1997: 134).
Sedangkan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti sarana prasarana yang seringkali digunakan oleh guru ketika penulis
melaksanakan proses pengamatan adalah ruang kelas, buku, Kitab Suci,
proyektor, LCD dan sound system.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
h. Suasana Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
Suasana di sekolah menunjuk pada iklim psikologis yang terdapat di suatu
sekolah. Bagaimana caranya warga sekolah bergaul satu sama lain, bagaimana
tata cara kesopanan yang berlaku di sekolah, bagaimana tata cara disiplin sekolah
ditentukan dan kemudian dijamin pelaksanaannya dan sebagainya (Winkel, 2014:
254). Sekolah dan guru perlu mengusahakan suasana belajar yang nyaman dan
kondusif bagi siswa. Suasana pembelajaran yang nyaman dan kondusif dapat
membangun semangat siswa dalam proses pembelajaran.
2. Harapan Siswa
a. Pengertian Harapan
Harapan atau hope merupakan variabel yang bisa dikaji melalui ilmu
psikologi. Snyder, Lopez dan Pedrotti (2011: 185) mendefinisikan teori harapan
sebagai berikut “We define hope as goal-directed thinking in which the person
utilizes pathways thinking (the perceived capacity to find routes to desired goals)
and agency thinking (the requisite motivations to use those routes). Mereka
mendefinisikan harapan sebagai pemikiran yang diarahkan pada suatu tujuan
(goal) di mana seseorang menggunakan jalur pemikiran (pathways thinking) agar
tujuannya mampu tercapai dengan motivasi (agency thinking) untuk memulai
usaha dalam mencapai tujuan tersebut.
Averill dan kawan-kawan mendeskripsikan harapan sebagai emosi yang
diarahkan oleh kognisi dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Stotland dan
Gottschalk mendeskripsikan harapan sebagai keinginan untuk mencapai tujuan (J.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lopez, 2009: 487). Menurut Snyder dalam Carr (2004: 90), harapan adalah
kemampuan untuk merencanakan jalan keluar dalam upaya mencapai tujuan
walaupun terdapat rintangan dan menjadikan motivasi sebagai cara untuk
mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan pemaparan dari para ahli yang ada, penulis
menyimpulkan bahwa harapan merupakan keinginan untuk mencapai tujuan yang
akan terjadi di masa depan dengan menggunakan strategi dan motivasi untuk
mencapai tujuan tersebut.
b. Komponen Harapan
Snyder dalam Universitas Psikologi mengidentifikasikan beberapa
komponen harapan (https://www.universitaspsikologi.com/2019/05/pengertian-
dan-karakteristik-harapan-hope.html), komponen tersebut adalah:
1) Goal Thinking (Tujuan)
Goal atau tujuan adalah sasaran tindakan mental dari keinginan
individu. Tujuan bisa saja kecil dan besar, serta dapat melibatkan objek yang
jauh secara sementara untuk mencapai masa depan. Tujuan juga sangat beragam
dilihat dari tingkat kemungkinan untuk mencapainya. Bahkan suatu tujuan yang
tampaknya tidak mungkin untuk dicapai pada waktunya akan dapat dicapai
dengan perencanan dan usaha yang lebih keras, serta tujuan hanya akan menyita
perhatian jika cukup penting dan bernilai bagi individu.
2) Pathway Thinking (Konsep/Pemikiran)
Tujuan tidak hanya tertuju pada konsep dalam pemikiran kita, kita juga
butuh cara untuk mencapai tujuan yang kita inginkan, inilah Pathway berfungsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pathway mencerminkan pandangan yang kita dapat untuk menemukan satu atau
beberapa cara utama untuk mencapai tujuan yang kita inginkan, selanjutnya ketika
kita menghadapi rintangan yang menghalangi tujuan, kita harus berfikir untuk
mencari alternatif dalam meraih tujuan tersebut. Pathway melibatkan waktu untuk
mencapai tujuan, dihalangi dan harus menemukan cara baru untuk mencapainya.
3) Agency Thinking (Perantara/Kemampuan)
Komponen terakhir dari harapan adalah perantara atau kemampuan untuk
memotivasi diri kita untuk menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuan,
dalam hal ini kita menggunakan agency untuk mencapai kesuksesan tujuan kita,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bagaimana kita menghadapi rintangan
dan memotivasi diri akan menjadi sia-sia ketika digunakan dengan cara yang
terbatas, demikian jika kita salurkan motivasi kita dengan cara yang baru untuk
mencapai tujuan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan komponen hope terdiri
dari tiga macam, diantaranya adalah goal thinking, pathway thinking, dan agency
thinking.
c. Siswa
Siswa yang dibahas dalam penelitian ini adalah siswa beragama Katolik
dan menempuh pendidikan di SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta, baik sekolah
negeri maupun swasta Katolik. Siswa yang menjadi responden dalam penelitian
ini adalah siswa kelas besar yaitu kelas 4, 5 dan 6 yang tergolong anak-anak dan
awal remaja (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016: 4). Siswa dalam
kurikulum 2013 berstatus sebagai subjek didik karena ia pribadi yang otonom,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
yang ingin diakui keberadaannya, yang ingin mengembangkan diri secara terus
menerus guna memecahkan masalah dalam kehidupan. Siswa sebagai subjek
berarti siswa menjadi fokus utama dalam pembelajaran. Aspek yang ada pada diri
siswa khususnya harapan siswa, perlu mendapat perhatian khusus dari guru
sehingga dapat membantu dalam perencanaan, proses maupun tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan pembahasan mengenai harapan dan siswa, penulis
menyimpulkan bahwa harapan siswa terhadap Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti adalah keinginan siswa yang dikehendaki terjadi di masa depan
terkait dengan komunikasi iman dalam pembelajaran di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan yang ditemukan oleh peneliti berjudul:
Persepsi Siswa terhadap Praksis Pendidikan Agama Katolik
di SMP se-Daerah Istimewa Yogyakarta
Penelitian ini dilakukan oleh Angela Merici Angrieny alumni Prodi
PENIDKKAT-USD pada tahun 2019. Penelitian ini berusaha menampilkan data
persepsi siswa terhadap praksis Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Jenis
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan desain ex post
facto. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP se-DIY. Teknik
sampling yang digunakan ialah purposive dan aksidental, didapatkan sampel
sejumlah 158. Hasil uji validitas instrumen menyatakan bahwa 2 dari 42 soal tidak
valid. Hasil uji reliabilitas menunjukkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,915 yang
berarti sangat baik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai mean
persepsi siswa terhadap praksis PAK di SMP se-DIY sebesar 137,83 dari rentang
skor 42 sampai 168. Hasil ini mengungkapkan bahwa rata-rata siswa memiliki
persepsi yang sangat baik terhadap praksis PAK di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kuantitatif
deskriptif. Dalam penelitian ini, jenisnya disebut kuantitatif karena data penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode penelitian
kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif. Kemudian data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dan
dideskripsikan sesuai dengan metode penelitian yang digunakan.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian survei. Menggunakan desain penelitian survei karena pengumpulan
data dari sejumlah unit atau individu yang jumlahnya cukup besar. Dalam
penelitian ini, survei yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui
harapan siswa dan implikasinya bagi pilihan media pembelajaran pada Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti di SD Negeri maupun Swasta Katolik se-Daerah
Istimewa Yogyakarta.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di SD baik negeri maupun swasta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Katolik yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Waktu : Maret-April 2020
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa beragama Katolik yang
bersekolah di SD negeri maupun swasta se-Daerah Istimewa Yogyakarta yang
terbagi menjadi 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Kulon Progo,
Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota
Yogyakarta.
Pada mulanya populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD se-
Kabupaten Sleman. Namun, akibat pandemi covid 19, peneliti kesulitan untuk
mencari data secara langsung ke sekolah dikarenakan siswa diliburkan. Kemudian
peneliti mencari alternatif dengan mengubah populasi dari siswa SD se-
Kabupaten Sleman menjadi siswa SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal
tersebut berdasarkan persetujuan dosen pembimbing skripsi dan sesuai dengan
pedoman ataupun petunjuk FKIP-USD mengenai proses pengumpulan data
selama masa pandemi.
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik purposive sampling dan insidental sampling. Dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling karena sampel penelitian telah ditentukan
kriterianya yaitu hanya SD kelas besar kelas 4, 5 dan 6. Pada mulanya peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menyebarkan kuesioner dengan datang langsung ke sekolah-sekolah
menggunakan teknik purposive sampling. Penulis menyebarkan kuesioner kepada
siswa kelas 4, 5 dan 6 di tiap sekolah secara acak dengan memperhatikan
stratanya.
Kemudian karena pandemi covid 19 penulis kesulitan untuk menyebar
kuesioner dan mencari data secara langsung ke sekolah. Maka penulis beserta
dosen pembimbing skripsi mencari alternatif penyelesaian yang sesuai dengan
pedoman FKIP-USD. Oleh sebab itu penulis memutuskan untuk menyebarkan
kuesioner menggunakan google form yang disebarkan secara acak menggunakan
WhatsApp kepada siswa SD se-DIY melalui kepala sekolah, guru agama, orang
tua atau secara langsung kepada siswa.
Ketika menyebarkan kuesioner dalam bentuk google form, peneliti
menggunakan teknik insidental sampling. Responden yang mengisi menggunakan
google form adalah responden yang kebetulan mendapatkan pesan link kuesioner
dari peneliti secara langsung maupun dari kepala sekolah, guru agama atau orang
tua. Responden yang mengisi kuesioner dan dianggap sesuai sebagai sumber data
yaitu kelas 4, 5 dan 6 SD beragama Katolik dan bersekolah di SD se-Daerah
Istimewa Yogyakarta maka dapat dijadikan sebagai sampel penelitian.
Tabel 1. Hasil sampling per kabupaten/kota
No. Kota/Kabupeten Jumlah Responden
1. Yogyakarta 22
2. Sleman 51
3. Bantul 1
4. Kulon Progo 10
5. Gunung Kidul 2
Total 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian yang berjudul “Harapan Siswa dan Implikasinya bagi
Pilihan Media Pembelajaran pada Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di
SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta”, terdiri dari variabel tunggal, yakni harapan
siswa dan implikasinya bagi pilihan media pembelajaran pada Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti.
2. Definisi Konseptual
Harapan siswa terhadap Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
adalah keinginan siswa yang dikehendaki terjadi di masa depan terkait dengan
komunikasi iman dalam pembelajaran di sekolah.
3. Definisi Operasional
Harapan siswa terhadap Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
adalah kebutuhan siswa dalam upaya mencapai hal yang dikehendaki terjadi di
masa depan dalam aspek yang terkait dengan tujuan, materi, metode, media, guru,
sarana prasarana, dan suasana pembelajaran dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
penyebaran kuesioner dengan datang langsung ke sekolah-sekolah maupun
menggunakan google form yang disebarkan secara acak menggunakan WhatsApp
kepada siswa SD se-DIY melalui kepala sekolah, guru agama, orang tua dan
secara langsung kepada siswa. Bentuk kuesioner yang disebarkan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kuesioner semi tertutup, dilengkapi dengan alternatif poin-poin jawaban serta
disediakan poin dengan jawaban terbuka dari responden.
Setelah menyebarkan kuesioner, data yang diperoleh divalidasi melalui
wawancara dengan menggunakan teknik stratified quota random sampling kepada
9 responden. Melalui wawancara diharapkan dapat mendorong siswa untuk berani
berbicara spontan dan terbuka sehingga informasi yang didapat lebih terperinci
mengenai harapan siswa terhadap Pendidikan Agama Katolik. Berikut merupakan
kode responden dalam wawancara:
Tabel 2. Responden Wawancara
No. Narasumber Waktu Wawancara
1, R1 16 April 2020
2. R2 29 April 2020
3. R3 30 April 2020
4. R4 1 Mei 2020
5. R5 1 Mei 2020
6. R6 1 Mei 2020
7. R7 4 Mei 2020
8. R8 4 Mei 2020
9. R9 5 Mei 2020
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan
jawaban alternatif berupa poin-poin frekuentif dan jawaban terbuka dari
responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
6. Pengembangan Instrumen
a. Kisi-kisi
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen
Variabel Aspek Indikator No.
Item
Harapan Siswa
dan
Implikasinya
bagi Pilihan
Media
Pembelajaran
pada
Pendidikan
Agama Katolik
dan Budi
Pekerti
Tujuan Memperluas pengetahuan siswa 1
Membuat siswa semakin percaya kepada
Yesus
Membuat siswa memiliki sikap beriman
sehingga dapat menghadapi permasalahan
Materi Film 2
Cerita
Uraian
Pengalaman
Metode Berpusat pada guru: ceramah, tanya jawab,
demonstrasi
3
Berpusat pada siswa: menonton film,
bermain, diskusi, bercerita, drama, tugas,
presentasi
Media Media 3 dimensi: patung, wayang, rosario,
dll
4
Media proyeksi: film, slide, video,
proyektor, dll
Media cetak: buku, Kitab Suci, komik,
majalah, koran, dll
Media visual: gambar, foto, poster, bagan,
sketsa, grafik, dll
Guru Kompetensi sosial: Mampu menjadi teman
dan mengenal setiap muridnya
5
Kompetensi profesional: Menguasai dan
mengembangkan materi pembelajaran
secara kreatif
Kompetensi kepribadian: Mencerminkan
kepribadian yang ramah, disiplin, beriman,
bertanggung jawab, dan dewasa
Kompetensi pedagogik: Mampu memahami
dan mengembangkan potensi yang dimiliki
siswa serta mampu merancang dan
melaksanakan pembelajaran
Sarana
prasarana
Sarana: LCD, proyektor, komputer, Kitab
Suci, buku, dll
6
Prasarana: ruang kelas khusus PAK,
perpustakaan, papan tulis, meja, kursi, dll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Suasana
pembelajaran
Suasana pembelajaran rileks 7
Suasana pembelajaran aktif terarah
Suasana pembelajaran menyenangkan
Jumlah soal 7
b. Uji Coba Instrumen
Penelitian ini menggunakan uji coba keterbacaan. Penulis meminta
perwakilan 1 hingga 3 siswa dari beberapa sekolah tempat penelitian untuk
membaca dan memberikan tanggapan terhadap setiap pernyataan dalam
kuesioner. Setelah berdiskusi dengan siswa, hasil uji keterbacaan kuesioner
tersebut ditemukan bahwa siswa masih belum terlalu memahami petunjuk
pengisian kuesioner dan terdapat beberapa kata yang dirasa asing bagi siswa
Sekolah Dasar. Maka penulis memperbaiki petunjuk pengisian kuesioner dan
menyederhanakan beberapa kata yang sulit dipahami oleh siswa Sekolah Dasar
tanpa mengubah maksud dan esensi pernyataan kuesioner.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data deskripsi frekuentif. Data
deskripsi frekuentif berisi tentang jumlah dan persentase data yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 86 orang, merupakan siswa
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang bersekolah di SD se-Daerah
Istimewa Yogyakarta. Berikut ini merupakan rincian siswa yang menjadi
responden di SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta:
Tabel 4. Data responden berdasarkan tingkatan kelas
No. Kelas (SD) Jumlah siswa Persentase
1. IV 34 39,53%
2. V 28 32,56%
3. VI 24 27,91%
Total 86 100%
Berdasarkan tabel di atas, responden dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV, V dan VI SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden kelas
IV yang mengisi kuesioner adalah 34 siswa, kelas V 28 siswa, dan kelas VI 24
siswa. Responden terbanyak adalah kelas IV 33 siswa dengan persentase 39,53%
> kelas V 28 siswa dengan persentase 32,56% > kelas VI 24 siswa dengan
persentase 27,91%.
Tabel 5. Data responden berdasarkan tempat sekolah
No. Tempat Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Siswa Persentase
1. Kota Yogyakarta 9 22 25,58%
2. Kabupaten Sleman 12 51 59,30%
3. Kabupaten Kulon Progo 3 10 11,63%
4. Kabupaten Bantul 1 1 1,16%
5. Kabupaten Gunung Kidul 2 2 2,33%
Total 27 86 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Berdasarkan tabel di atas, responden yang mengisi kuesioner berasal dari
sekolah yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Meliputi 9 sekolah
dengan 22 siswa dari Kota Yogyakarta persentase 25,58%, 12 sekolah dengan 51
siswa dari Kabupaten Sleman persentase 59,3%, 3 sekolah dengan 10 siswa dari
Kabupaten Kulon Progo persentase 11,63%, 1 sekolah dengan 1 siswa dari
Kabupaten Bantul persentase 1,16%, dan 2 sekolah dengan 2 siswa dari
Kabupaten Gunung Kidul persentase 2,33%. Maka jumlah sekolah dalam
penelitian ini terdapat 27 sekolah baik negeri maupun swasta. Sedangkan jumlah
masing-masing sekolah negeri dan swasta akan ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 6. Data responden berdasarkan sekolah negeri dan swasta
No. Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Siswa Persentase
1. Negeri 8 9 10,47%
2. Swasta 19 77 89,53%
Total 27 86 100%
Responden dan data penelitian diambil dari sekolah negeri dan swasta
Katolik yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan tabel di
atas, responden dari sekolah swasta Katolik lebih banyak dibandingkan dengan
sekolah negeri. Swasta Katolik berjumlah 19 sekolah dengan jumlah 77 siswa
persentase 89,53% sedangkan negeri berjumlah 8 sekolah dengan jumlah 9 siswa
persentase 10,47%.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui harapan siswa dan implikasinya
bagi pilihan media pembelajaran pada Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti di SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Responden dalam penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
adalah 86 siswa SD baik negeri maupun swasta Katolik yang ada di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penelitian ini terdapat beberapa aspek
harapan siswa terhadap Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yaitu tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran,
guru, sarana prasarana dan suasana pembelajaran. Masing-masing aspek akan
dianalisis menggunakan analisis data deskripsi frekuentif dan divalidasi dengan
wawancara. Hasil analisis dan wawancara setiap aspek dipaparkan dengan hasil
sebagai berikut:
1. Deskripsi Aspek Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
a. Deskripsi Frekuentif Aspek Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Tabel 7. Prioritas harapan siswa terhadap tujuan
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
No. Pilihan Jawaban Prioritas Total
I (%) II (%) III (%) IV (%)
1. Memperluas pengetahuan
siswa
14
(16,3%)
25
(29%)
46
(53,5%)
1
(1,2%)
86
(100%)
2. Membuat siswa semakin
percaya kepada Yesus
60
(69,8%)
21
(24,4%)
5
(5,8%)
0
(0%)
86
(100%)
3. Membuat siswa memiliki
sikap beriman sehingga dapat
menghadapi permasalahan
13
(15,2%)
39
(45,3%)
34
(39,5%)
0
(0%)
86
(100%)
4. Jawaban bebas dari
responden
0 (0%)
1 (33,3%)
0 (0%)
2 (66,7%)
3 (100%)
Diagram 1. Prioritas harapan siswa terhadap tujuan
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
0
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV
Prioritas
Memperluas pengetahuan siswa
Membuat siswa semakin percaya
kepada Yesus
Membuat siswa memiliki sikap
beriman sehingga dapat menghadapi
permasalahan
Jawaban bebas dari responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas, terlihat bahwa harapan
siswa terhadap tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
yang menjadi skala prioritas I adalah membuat siswa semakin percaya kepada
Yesus, jumlah responden yang memilih yaitu 60 siswa dengan persentase 69,8%
dari 86 responden. Skala prioritas II adalah membuat siswa memiliki sikap
beriman sehingga dapat menghadapi permasalahan, jumlah responden yang
memilih yaitu 39 siswa dengan persentase 45,3% dari 86 responden. Skala
prioritas III adalah memperluas pengetahuan siswa, jumlah responden yang
memilih yaitu 46 siswa dengan persentase 53,5% dari 86 responden. Kemudian
terdapat 3 jawaban bebas dari responden dengan skala prioritas II 1 jawaban dan
skala prioritas IV 2 jawaban. Skala prioritas II yang merupakan jawaban bebas
dari responden yaitu membuat siswa sabar. Skala prioritas IV yang merupakan
jawaban bebas dari responden yaitu membuat siswa dapat menghargai perbedaan
antara laki-laki dan perempuan serta membuat siswa belajar dengan giat.
b. Hasil Wawancara Aspek Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Berdasarkan hasil wawancara, 8 dari 9 responden mengatakan bahwa
harapannya terhadap tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti adalah untuk semakin dekat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Menurut
R1 (16 April 2020), harapannya terhadap tujuan pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti adalah ingin lebih mengenal Yesus dan dapat semakin
merasakan adanya Yesus di dalam kehidupan sehari-hari. R2 (29 April 2020)
mengatakan bahwa harapannya terhadap tujuan PAK dan BP yang paling penting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
adalah semakin percaya kepada Yesus, tidak terlalu pintar tidak apa-apa yang
penting percaya kepada Yesus.
Kemudian R3, R4, dan R9 memiliki harapan untuk semakin dekat dan
percaya kepada Tuhan Yesus karena iman mereka. Harapannya terhadap tujuan
PAK dan BP untuk lebih percaya kepada Tuhan Yesus karena Tuhan Yesus
merupakan bagian dari imanku (R3. 30 April 2020). Harapannya untuk lebih
mengenal Tuhan dan lebih memperkuat iman (R4. 1 Mei 2020). Harapannya
terhadap tujuan pembelajaran PAK dan BP adalah semakin mendekatkan kepada
Tuhan Yesus karena R9 ingin semakin mendalami imannya (R9. 5 Mei 2020).
R5 dan R7 memiliki harapan terhadap tujuan PAK dan BP untuk semakin
mengenal dan dekat dengan Yesus melalui agama. Ketika belajar Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti R5 ingin lebih mengetahui tentang agama
Katolik supaya lebih dekat dengan Tuhan Yesus (R5. 1 Mei 2020). Sedangkan R7
(4 Mei 2020) supaya lebih mengenal tentang kisah Yesus dan para nabi melalui
agama Katolik.
Harapan saya terhadap tujuan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti itu bisa
menjadikan pribadi yang dekat dan percaya akan Tuhan (R6. 1 Mei 2020).
Sedangkan R8 memiliki harapan yang berbeda dibandingkan responden lainnya,
harapannya yaitu dapat memahami cerita asal-usul agama Katolik karena teman-
temannya yang non Katolik sering bertanya kepadanya mengenai agama Katolik
(R8. 4 Mei 2020).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2. Deskripsi Aspek Materi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
a. Deskripsi Frekuentif Aspek Materi Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Tabel 8. Prioritas harapan siswa terhadap materi
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
No. Pilihan
Jawaban
Prioritas Total
I (%) II (%) III (%) IV (%) V (%)
1. Film 48 (55,8%)
17 (19,8%)
11 (12,8%)
10 (11,6%)
0 (0%)
86 (100%)
2. Cerita 14
(16,3%)
40
(46,5%)
28
(32,5%)
4
(4,7%)
0
(0%)
86
(100%)
3. Uraian 9 (10,5%)
7 (8,1%)
6 (7%)
62 (72,1%)
2 (2,3%)
86 (100%)
4. Pengalaman 17
(19,8%)
22
(25,6%)
38
(44,2%)
9
(10,5%)
0
(0%)
86
(100%)
5. Jawaban bebas
dari responden
0 (0%)
0 (0%)
2 (66,7%)
0 (0%)
1 (33,3%)
3 (100%)
Diagram 2. Prioritas harapan siswa terhadap materi
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, terlihat bahwa harapan siswa terhadap
materi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang menjadi
skala prioritas I adalah materi film, jumlah responden yang terbanyak memilih
yaitu 48 siswa dengan persentase 55,8% dari 86 responden. Skala prioritas II
adalah materi cerita, jumlah responden yang memilih yaitu 40 siswa dengan
persentase 46,5% dari 86 responden. Skala prioritas III adalah materi pengalaman,
jumlah responden yang memilih adalah 38 siswa dengan persentase 44,2% dari 86
responden. Skala prioritas IV adalah materi uraian, jumlah responden yang
0
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV V
Prioritas
Film
Cerita
Uraian
Pengalaman
Jawaban bebas dari responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
memilih yaitu 62 siswa dengan persentase 72,1% dari 86 responden. Kemudian
terdapat 3 jawaban bebas dari responden dengan skala prioritas III dan V. Skala
prioritas III dan V sama yaitu tentang bacaan.
b. Hasil Wawancara Aspek Materi Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 responden, terdapat 2 responden
yaitu R1 dan R9 yang memilih materi tentang film. Dalam wawancara, R1
mengatakan bahwa harapannya terhadap materi PAK dan BP sebagai berikut:
Materinya harus yang mudah dipahami, mudah dipraktikkan dan tidak
membuat bosan. Contohnya memahami Kitab Suci dengan cerita yg
menarik, terus menceritakan kisah Yesus berbentuk sebuah film atau
animasi. Dengan cerita Kitab Suci yang yang berbentuk film atau animasi
isinya jadi lebih mudah dipahami dan diingat (R1. 16 April 2020).
R9 (5 Mei 2020) hanya memilih materi tentang film karena mudah
dimengerti dan membuat tidak malas belajar.
R3 dan R8 memilih materi tentang film dan cerita. Harapan R3 terhadap
materi pembelajaran PAK dan BP selain film dan cerita terdapat materi tentang
pendalaman Kitab Suci, dalam wawancara R3 mengatakan sebagai berikut:
Lebih suka materi tentang film dan cerita. Suka film karena lebih menarik
dan ada gambarnya juga. Kalau cerita karena dari kecil sudah sering
diceritakan atau didongengkan dari mama sebelum tidur jadi sudah
terbiasa. Selain film dan cerita, harapannya materi tentang pendalaman
Kitab Suci karena di rumah aku jarang baca Kitab Suci kalau tidak disuruh
mama (R3. 30 April 2020).
R8 (4 Mei 2020) mengatakan bahwa harapannya terhadap materi
pembelajaran PAK dan BP dijelaskan dengan pengajaran yang sebaik-baiknya.
Seperti cerita dari Kitab Suci dan film. Karena cerita bisa dijelaskan dan tidak
mudah bosan. Sedangkan film lebih jelas sehingga materi mudah dipahami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
R2, R4, dan R5 memilih materi tentang pengalaman. R2 lebih suka materi
tentang pengalaman karena lebih mendalami (R2. 29 April 2020). Harapan R4
terhadap materi pembelajaran PAK dan BP adalah mudah dipahami dan mudah
dimengerti. Seperti materi tentang pengalaman karena kalau pengalaman kita
sendiri sudah pernah merasakan, tidak seperti cerita atau film, kita belum pernah
mengalami sendiri (R4. 1 Mei 2020). R5 (1 Mei 2020) lebih suka materi tentang
pengalaman karena materinya bisa diterapkan di dalam kegiatan atau aktifitas
sehari-hari.
R6 memilih materi tentang film, cerita dan pengalaman, dalam wawancara
R6 menjelaskan bahwa:
Harapan terhadap materi pembelajaran PAK dan BP itu dapat memberikan
hal-hal yang positif bagi kehidupan sehari-hari dengan cerita dan
pengalaman. Hal positif seperti berteman tidak dengan membeda-bedakan
agama, menghormati teman yang menganut agama lain. Dari cerita dan
pengalaman itu dapat berbagi dan bertukar cerita dengan teman-teman dan
guru. Saya sebenernya juga suka materi dari film. Materi film itu dapat
menambah wawasan dan juga lebih cepat menangkap materi yang sedang
dijelaskan (R6. 1 Mei 2020).
R7 (4 Mei 2020) hanya memilih materi tentang cerita karena cerita dapat
dibaca secara berulang-ulang, lalu harapannya ceritanya singkat dan bagus supaya
tidak membosankan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3. Deskripsi Aspek Metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
a. Deskripsi Frekuentif Aspek Metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Tabel 9. Prioritas harapan siswa terhadap metode
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
No. Pilihan Jawaban Prioritas Total
I (%) II (%) III (%)
1. Berpusat pada guru: ceramah,
tanya jawab, demonstrasi
16 (18,6%)
70 (81,4%)
0 (0%)
86 (100%)
2. Berpusat pada siswa: menonton
film, bermain, diskusi, bercerita,
drama, penugasan, presentasi
70 (81,4%)
16 (18,6%)
0 (0%)
86 (100%)
3. Jawaban bebas dari responden 0
(0%)
0
(0%)
1
(100%)
1
(100%)
Diagram 3. Prioritas harapan siswa terhadap metode
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, terlihat bahwa harapan siswa
terhadap metode pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang
menjadi skala prioritas I adalah berpusat pada siswa, jumlah responden yang
terbanyak memilih yaitu 70 siswa dengan persentase 81,4% dari 86 responden.
Skala prioritas II adalah berpusat pada guru, jumlah responden yang memilih
sama yaitu 70 siswa dengan persentase 81,4% dari 86 responden. Kemudian
terdapat 1 jawaban bebas dari responden dengan skala prioritas III yaitu belajar
kelompok.
0
20
40
60
80
I II III
Prioritas
Berpusat pada guru: ceramah,
tanya jawab, demonstrasi
Berpusat pada siswa: menonton
film, bermain, diskusi, bercerita,
drama, penugasan, presentasi
Jawaban bebas dari responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
b. Hasil Wawancara Aspek Metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 responden, hampir seluruhnya
mengharapkan metode pembelajaran PAK dan BP berpusat kepada siswa seperti
bermain, menonton film, belajar kelompok, dan sebagainya. Kemudian hanya
terdapat 1 responden yang mengharapkan metode pembelajaran PAK dan BP
berpusat kepada guru yaitu R7. Ketika diwawancara, R1 (16 April 2020)
mengatakan bahwa harapannya terhadap metode pembelajaran PAK dan BP
adalah dengan memutarkan film, bermain atau bernyanyi yang dapat membuat
anak-anak bergembira supaya murid tidak mudah bosan ketika pembelajaran.
Harapan R2 (29 April 2002) terhadap metode pembelajaran PAK dan BP
lebih menarik, seperti kuis atau bercerita karena lebih seru dan materi pelajaran
lebih mudah dipahami. R3 (30 April 2020) mengharapkan metode pembelajaran
PAK dan BP dengan menonton film karena lebih menarik, dalam film terdapat
gambar dan suara. R4 mengharapkan metode pembelajaran PAK dan BP bermain
dan memeragakan. Menurut R4 (1 Mei 2020) dengan memeragakan sesuatu,
murid akan lebih mudah memahami pelajaran, ketika menggunakan metode
bermain pun R1 ingin murid diajak untuk memeragakan suatu materi.
Banyak siswa yang mengharapkan metode pembelajaran PAK dan BP
berpusat pada siswa yaitu bermain. Salah satu responden yang mengharapkan
metode bermain adalah R5. Tidak hanya bermain, R5 juga memilih metode
belajar kelompok sebagai harapannya. R5 (1 Mei 2020) mengatakan bahwa
bermain itu seru, sedangkan belajar kelompok dapat bertukar pikiran dengan
teman yang lain ketika ada teman yang belum paham akan suatu materi. Ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
wawancara, R6 mengatakan bahwa harapannya terhadap metode pembelajaran
PAK dan BP:
lebih menyenangkan dan santai seperti tanya jawab, diskusi, bermain,
menonton film. Tanya jawab itu asik bisa bertukar pendapat juga dengan
guru dan teman lainnya. Diskusi itu bisa meningkatkan kegiatan bersama.
Bermain agar dapat belajar dan memahami materi lewat game yang
diberikan guru dan tidak membosankan. Kalau nonton film bisa lebih
memahami inti cerita dari materi itu (R6. 1 Mei 2020).
R8 (4 Mei 2020) mengatakan harapannya terhadap metode pembelajaran
PAK dan BP adalah bermain sambil tanya jawab, supaya pembelajaran yang
dialami seru. Kemudian, R9 harapannya terhadap metode PAK dan BP
menggunakan film karena dengan menonton film akan membuat semangat
belajar, selain itu menonton film asik dan tidak membosankan (R9. 5 Mei 2020).
Satu-satunya responden yang mengaharapkan metode pembelajaran PAK dan BP
berpusat pada guru berupa tanya jawab dan ceramah adalah R7 yang mengatakan
bahwa jika metode pembelajaran tanya jawab maka tidak akan mencatat,
kemudian jika metode pembelajaran ceramah dapat mengulur waktu supaya tidak
ada tugas (R7. 4 Mei 2020).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
4. Deskripsi Aspek Media Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti
a. Deskripsi Frekuentif Aspek Media Pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Tabel 10. Prioritas harapan siswa terhadap media pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
No. Pilihan Jawaban Prioritas Total
I (%) II (%) III (%) IV (%) V (%)
1. Media 3 dimensi:
patung, wayang,
rosario, dll
7
(8,2%)
32
(37,2%)
21
(24,4%)
26
(30,2%)
0
(0%)
86
(100%)
2. Media proyeksi: film,
slide, video,
proyektor, dll
47
(54,6%)
14
(16,3%)
13
(15,1%)
12
(14%)
0
(0%)
86
(100%)
3. Media cetak: buku,
Kitab Suci, komik,
majalah, koran, dll
28
(32,5%)
16
(18,6%)
12
(14%)
30
(34,9%)
0
(0%)
86
(100%)
4. Media visual: gambar,
foto, poster, bagan,
sketsa, grafik, dll
4 (4,6%)
24 (28%)
41 (47,7%)
17 (19,7%)
0 (0%)
86 (100%)
5. Jawaban bebas dari
responden
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
1
(100%)
1
(100%)
Diagram 4. Prioritas harapan siswa terhadap media pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, terlihat bahwa harapan siswa
terhadap media pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang
menjadi skala prioritas I adalah media proyeksi, jumlah responden yang terbanyak
memilih yaitu 47 siswa dengan persentase 54,6% dari 86 responden. Skala
0
10
20
30
40
50
I II III IV V
Prioritas
Media 3 dimensi: patung,
wayang, rosario, dll
Media proyeksi: film, slide,
video, proyektor, dll
Media cetak: buku, Kitab Suci,
komik, majalah, koran, dll
Media visual: gambar, foto,
poster, bagan, sketsa, grafik, dll
Jawaban bebas dari responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
prioritas II adalah media 3 dimensi, jumlah responden yang memilih yaitu 32
siswa dengan persentase 37,2% dari 86 responden. Skala prioritas III adalah
media visual, jumlah responden yang memilih yaitu 41 siswa dengan persentase
47,7% dari 86 responden. Skala prioritas IV adalah media cetak, jumlah
responden yang memilih 30 siswa dengan persentase 34,9% dari 86 responden.
Kemudian terdapat 1 jawaban bebas dari responden dengan skala prioritas V yaitu
pemakaian media seperti hp.
b. Deskripsi Wawancara Aspek Media Pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 responden, media yang menjadi
harapan terbanyak adalah media proyeksi untuk menonton film. Setelah itu media
3 dimensi, kemudian media cetak dan sama sekali tidak ada yang memilih media
visual. Responden yang memilih media proyeksi yaitu R1, R2, R3, R4, R7, dan
R8. R1 (16 April 2020) memilih media proyeksi yaitu LCD karena suka
menonton film. R2 harapannya terhadap media pembelajaran PAK dan BP
menggunakan media cetak dan proyeksi. Ketika wawancara R2 (29 April 2020)
mengatakan bahwa ingin menggunakan media berupa komik dan juga alat
pemutar film dalam pembelajaran PAK dan BP karena dalam komik terdapat
gambar jadi lebih seru, sedangkan film menarik, dapat bergerak, kemudian
terdapat audio jadi tidak perlu membaca.
R3 sama dengan R2 yang suka menonton film, R3 mengatakan harapannya
adalah media yang bisa untuk menonton film seperti proyektor film karena R3
tertarik belajar dengan menonton film. Kalau pakai proyektor kan enak nontonnya
layarnya besar dan jelas (R3. 30 April 2020). R4 juga mengharapkan hal serupa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
harapannya terhadap media pembelajaran PAK dan BP ditampilkan film, lalu
media untuk menonton film dipersiapkan terlebih dahulu (R4. 1 Mei 2020). R7
memiliki harapan terhadap media pembelajaran PAK dan BP yang tidak
membosankan dengan menggunakan proyektor film karena kita bisa melihat
dengan lebih jelas tentang materi yang disampaikan oleh guru (R7. 4 Mei 2020).
R8 memiliki harapan media pembelajaran PAK dan BP menggunakan LCD
supaya pembelajaran lebih seru sehingga dapat menonton film (R8. 4 Mei 2020).
Terdapat 2 responden yang memilih media pembelajaran PAK dan BP
berupa media 3 dimensi yaitu R5 dan R9. R5 lebih suka media 3 dimensi seperti
alat peraga karena dapat memeragakan materi yang sedang dipelajari sehingga
menurut R5 pembelajaran lebih seru dan mudah dipahami (R5 1 Mei 2020).
Kemudian R9 (5 Mei 2020) mengharapkan media wayang dan mainan anak yang
digunakan sebagai alat peraga sehingga merasa terhibur dan tidak bosan dalam
proses pembelajaran. R6 merupakan satu-satunya responden yang mengharapkan
media pembelajaran PAK dan BP menggunakan media cetak berupa Kitab Suci.
Harusnya siswa disuruh bawa Alkitab atau pinjam di perpustakaan dan membaca
Alkitab bersama secara bergantian tidak bergantung pada Layar LCD terus karena
melihat layar LCD terlalu lama membuat lelah dan pusing (R6. 1 Mei 2020).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
5. Deskripsi Aspek Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
a. Deskripsi Frekuentif Aspek Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Tabel 11. Prioritas harapan siswa terhadap guru
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
No. Pilihan Jawaban Prioritas Total
I (%) II III IV V
1. Mampu menjadi teman
dan mengenal setiap
muridnya
14
(16,3%)
21
(24,4%)
23
(26,7%)
28
(32,6%)
0
(0%)
86
(100%)
2. Menguasai dan
mengembangkan materi
pelajaran secara kreatif
18
(20,9%)
10
(11,6%)
36
(41,9%)
22
(25,6%)
0
(0%)
86
(100%)
3. Ramah, disiplin,
beriman, berwibawa,
bertanggung jawab,
dewasa
40
(46,5%)
24
(28%)
12
(13,9%)
10
(11,6%)
0
(0%)
86
(100%)
4. Mampu memahami
siswa, mampu
mengembangkan potensi
yang siswa miliki,
mampu merancang dan
melaksanakan
pembelajaran
16 (18,6%)
31 (36%)
14 (16,3%)
25 (29,1%)
0 (0%)
86 (100%)
5. Jawaban bebas dari
responden
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
0
(0%)
Diagram 5. Prioritas harapan siswa terhadap guru
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I (%) II III IV V
Prioritas
Mampu menjadi teman dan mengenal setiap
muridnya
Menguasai dan mengembangkan materi
pelajaran secara kreatif
Ramah, disiplin, beriman, berwibawa,
bertanggung jawab, dewasa
Mampu memahami siswa, mampu
mengembangkan potensi yang siswa miliki,
mampu merancang dan melaksanakan
pembelajaran
Jawaban bebas dari responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, terlihat bahwa harapan siswa
terhadap guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang menjadi skala
prioritas I adalah guru memiliki kompetensi kepribadian seperti ramah, disiplin,
beriman, berwibawa, bertanggung jawab, dewasa, jumlah responden yang
terbanyak memilih yaitu 40 siswa dengan persentase 46,5% dari 86 responden.
Skala prioritas II adalah guru memiliki kompetensi pedagogik mampu memahami
siswa, mampu mengembangkan potensi yang siswa miliki, mampu merancang
dan melaksanakan pembelajaran, jumlah responden yang memilih yaitu 31 siswa
dengan persentase 36% dari 86 responden.
Skala prioritas III adalah kompetensi profesionalitas, guru menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran secara kreatif, jumlah responden yang memilih
yaitu 36 siswa dengan persentase 41,9% dari 86 responden. Skala prioritas IV
adalah kompetensi sosial guru mampu menjadi teman dan mengenal setiap
muridnya, jumlah responden yang memilih yaitu 28 siswa dengan persentase
32,6% dari 86 responden. Kemudian tidak terdapat jawaban bebas dari responden.
b. Hasil Wawancara Aspek Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 responden, lebih banyak siswa
yang mengharapkan guru PAK dan BP memiliki kompetensi kepribadian, seperti
ramah, sabar, humoris, tidak mudah marah, supaya pembelajaran mudah dipahami
(R1. 16 April 2020). R2 menambahkan kompetensi kepribadian guru yaitu ceria
supaya dapat menjadi contoh untuk muridnya dan disukai banyak orang, menegur
ketika ada murid yang salah dan tidak memarahi, dan perhatian supaya murid
lebih dekat dan tidak takut dengan guru (R2. 29 April 2020).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
R3 (30 April 2020) mengharapkan guru PAK dan BP mempunyai pribadi
yang suka bercanda, kreatif, pandai, dan tidak terburu-buru saat mengajar supaya
siswa lebih memahami pembelajaran. Sedangkan R4 mengharapkan guru
agamanya baik, ramah, dan penyabar, ketika murid belum paham dengan materi
guru mau menjelaskan kembali (R4. 1 Mei 2020). R5 (1 Mei 2020) mengharapkan
guru PAK dan BP memiliki kompetensi kepribadian yang ramah, kompetensi
sosial dengan mengenal semua murid, dan kompetensi pedagogik yaitu
mengetahui kemampuan tiap muridnya.
Harapan terhadap guru PAK dan BP menyenangkan, ramah, dan tegas
(R6. 1 Mei 2020). Sedangkan R7 memiliki harapan yang berbeda dengan
responden lain, R7 mengharapkan guru PAK dan BP mempunyai kompetensi
profesionalitas dengan mengatakan guru lebih kreatif dalam mengajar (R7. 4 Mei
2020). R8 memiliki harapan terhadap guru PAK dan BP memiliki kompetensi
kepribadian yang ramah dan kompetensi profesional guru yang kreatif (R8. 4 Mei
2020). Harapan R9 terhadap guru PAK dan BP itu ramah, agar murid saat belajar
tidak takut dengan guru dan lebih dekat dengan guru (R9. 5 Mei 2020).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
6. Deskripsi Aspek Sarana Prasarana Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
a. Deskripsi Frekuentif Aspek Sarana Prasarana Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Tabel 12. Prioritas harapan siswa terhadap sarana prasarana
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
No. Pilihan Jawaban Prioritas Total
I (%) II III
1. Sarana: LCD, proyektor, komputer, Kitab
Suci, buku, dll
55
(64%)
31
(36%)
0
(0%)
86
(100%)
2. Prasarana: ruang kelas khusus Pendidikan
Agama Katolik, perpustakaan, papan tulis,
meja, kursi, dll
29
(33,7%)
54
(62,8%)
3
(3,5%)
86
(100%)
3. Jawaban bebas dari responden 2
(50%)
1
(25%)
1
(25%)
4
(100%)
Diagram 6. Prioritas harapan siswa terhadap sarana prasarana
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, terlihat bahwa harapan siswa
terhadap sarana prasarana pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti yang menjadi skala prioritas I adalah sarana seperti LCD, proyektor,
komputer, Kitab Suci, buku, dll, jumlah responden yang terbanyak memilih yaitu
55 siswa dengan persentase 64% dari 86 responden. Skala prioritas II adalah
prasarana seperti ruang kelas khusus Pendidikan Agama Katolik, perpustakaan,
papan tulis, meja, kursi, dll, jumlah responden yang memilih yaitu 54 siswa
dengan persentase 62,8% dari 86 responden. kemudian terdapat 4 jawaban bebas
0
10
20
30
40
50
60
I II III
Prioritas
Sarana: LCD, proyektor,
komputer, Kitab Suci, buku,
dll
Prasarana: ruang kelas khusus
Pendidikan Agama Katolik,
perpustakaan, papan tulis,
meja, kursi, dll
Jawaban bebas dari responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dari responden dengan pilihan I laptop, hp, internet, pilihan II laptop, hp serta
pilihan III ruangan yang kosong dan tenang.
b. Hasil Wawancara Aspek Sarana Prasarana Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti
Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 responden, seluruh responden
lebih mengharapkan sarana seperti LCD, proyektor, buku, komputer dan Kitab
Suci. Ketika diwawancara, R1 mengatakan bahwa harapannya ketika guru sedang
mengajar menggunakan sarana seperti LCD, salah satunya supaya menunjang
ketika menonton film (R1. 16 April 2020). R2 memiliki harapan supaya buku
tentang PAK dan BP lebih dilengkapi serta mengganti buku dengan komputer
supaya tidak boros kertas dan tidak menebang pohon lagi, komputer juga lebih
kekinian (R2. 29 April 2020). R3 harapannya ada proyektor untuk menonton film
serta tempat pembelajaran PAK dan BP bersih (R3. 30 April 2020).
Menurut R4 (1 Mei 2020) sarana prasarana pembelajaran PAK dan BP
memudahkan murid-murid untuk belajar agama, ketika ditampilkan film alat
pemutar filmnya harus ada. R5 paling mengharapkan sarana seperti komputer,
proyektor dan buku pelajaran tentang PAK dan BP karena suka membaca (R5. 1
Mei 2020). Sedangkan R6 lebih mengharapkan sarana Kitab Suci karena tidak
pernah membaca langsung dari Kitab Suci ketika pembelajaran PAK dan BP,
melainkan melalui layar LCD (R6. 1 Mei 2020). R7 juga mengharapkan sarana
yang sama dengan R6 yaitu Kitab Suci karena kadang lupa membawa Kitab Suci
sehingga belajar tidak maksimal (R7. 4 Mei 2020). R8 mengatakan harapannya
lebih ke sarana seperti buku karena buku bisa untuk menulis dan menggambar
(R8. 4 Mei 2020). R9 harapannya menggunakan sarana seperti LCD untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menonton film sehingga pembelajaran PAK dan BP akan semakin seru dan
mengasikkan (R9. 5 Mei 2020).
7. Deskripsi Aspek Suasana Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti
a. Deskripsi Frekuentif Aspek Suasana Pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Tabel 13. Prioritas harapan siswa terhadap suasana pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
No. Pilihan Jawaban Prioritas Total
I (%) II (%) III (%) IV (%)
1. Suasana pembelajaran
rileks
16
(18,6%)
51
(59,3%)
19
(22,1%)
0
(0%)
86
(100%)
2. Suasana pembelajaran
aktif terarah
5
(5,8%)
15
(17,4%)
62
(72,1%)
4
(4,7%)
86
(100%)
3. Suasana pembelajaran
menyenangkan
62
(72,1%)
21
(24,4%)
3
(3,5%)
0
(0%)
86
(100%)
4. Jawaban bebas dari
responden
2
(40%)
0
(0%)
2
(40%)
1
(20%)
5
(100%)
Diagram 7. Prioritas harapan siswa terhadap suasana pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, terlihat bahwa harapan siswa
terhadap suasana pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang
menjadi skala prioritas I adalah suasana pembelajaran yang menyenangkan,
jumlah responden yang terbanyak memilih yaitu 62 siswa dengan persentase
72,1% dari 86 responden. Skala prioritas II adalah suasana pembelajaran yang
0
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV
Prioritas
Suasana pembelajaran
rileks
Suasana pembelajaran
aktif terarah
Suasana pembelajaran
menyenangkan
Jawaban bebas dari
responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
rileks, jumlah responden yang memilih yaitu 51 siswa dengan persentase 59,3%
dari 86 responden. Skala prioritas III adalah suasana pembelajaran yang aktif
terarah, jumlah responden yang memilih yaitu 62 siswa dengan persentase 72,1%
dari 86 responden. Kemudian terdapat 5 jawaban bebas dari responden, pilihan I
suasana pembelajaran tenang dan sunyi, pilihan III pilihan suasana pembelajaran
tenang, IV suasana pembelajaran tegas.
b. Hasil Wawancara Aspek Suasana Pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Berdasarkan wawancara dengan 9 responden, 7 responden mengharapkan
suasana pembelajaran PAK dan BP yang menyenangkan, sedangkan 2 lainnya
mengharapkan suasana pembelajaran yang tenang. 7 responden yang mempunyai
harapan suasana pembelajaran PAK dan BP menyenangkan adalah R1, R2, R4,
R5, R7, R8 dan R9. Sedangkan responden yang mengharapkan suasana
pembelajaran tenang adalah R3 dan R6.
Dalam wawancara, R1 mengatakan bahwa suasana pembelajaran PAK dan
BP harus senang dan santai, ketika murid dan guru senang, pelajaran akan lebih
mudah dipahami (R1. 16 April 2020). R2 juga mengatakan hal yang sama dengan
R1, mengharapkan suasana pembelajaran PAK dan BP yang menyenangkan,
santai dan tenang yang membuat lebih fokus sehingga pelajaran mudah dipahami
(R2. 29 April 2020). Menurut R4 (1 Mei 2020) suasana pembelajaran PAK dan
BP yang menyenangkan dapat membuat lebih bersemangat, tidak mudah bosan
dan tidak mudah lelah.
R5 mengharapkan suasana pembelajaran PAK dan BP yang
menyenangkan dengan mengajak siswa bermain, menurut R5 hal tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
membuat pelajaran lebih mudah dipahami (R5. 1 Mei 2020). R7 menginginkan
suasana pembelajaran yang tidak membosankan, berjalan dengan baik, dan
menyenagkan seperti tanya jawab sebelum proses pembelajaran usai (R7. 4 Mei
2020). R8 menginginkan suasana pembelajaran nyaman dan menyenangkan,
sehingga proses pembelajaran berjalan dengan seru (R8. 4 Mei 2020). R9
mengharapkan suasana pembelajaran menyenangkan yang membuat siswa
bersemangat untuk belajar (R9. 5 Mei 2020).
Responden yang memilih suasana pembelajaran PAK dan BP tenang
adalah R3 yang berharap suasana tenang karena bisa lebih fokus terhadap
pelajaran (30 April 2020). Kemudian R6 mengatakan supaya kelas PAK dan BP
lebih tenang dan tidak berisik serta tidak ada yang sibuk dengan urusan masing-
masing biar tidak mengganggu pelajaran yang berlangsung (R6. 1 Mei 2020).
8. Rangkuman Keseluruhan Harapan Siswa terhadap Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian di atas yang terdiri dari tujuh aspek
dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, secara keseluruhan harapan
siswa dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 14. Rangkuman hasil deskripsi frekuentif dan wawancara
No. Aspek Harapan Siswa Jumlah
Siswa (%)
1. Harapan siswa terhadap tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Membuat siswa semakin percaya
kepada Yesus
60 69,8
2. Harapan siswa terhadap materi
pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Film
48 55,8
3. Harapan siswa terhadap metode
pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Berpusat pada siswa: menonton
film, bermain, diskusi, bercerita,
drama, penugasan, presentasi
70 81,4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
4. Harapan siswa terhadap media
pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Media proyeksi: film, slide,
video, proyektor, dll
47 54,6
5. Harapan siswa terhadap guru
Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti
Ramah, disiplin, beriman,
berwibawa, bertanggung jawab,
dewasa
40 46,5
6. Harapan siswa terhadap sarana
prasarana pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti
Sarana: LCD, proyektor,
komputer, Kitab Suci, buku, dll
55 64
7. Harapan siswa terhadap suasana
pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Suasana pembelajaran
menyenangkan
62 72,1
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Harapan Siswa terhadap Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Berdasarkan skala harapan pada tabel nomor 7 dan hasil wawancara,
keduanya dinyatakan valid karena menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang paling banyak diharapkan oleh
responden adalah membuat siswa semakin dekat dan percaya kepada Yesus.
Harapan siswa berdasarkan hasil skala harapan dan wawancara sesuai dengan
tujuan jangka panjang Pendidikan Agama Katolik menurut Groome (2010: 81),
yaitu demi perkembangan dan kedewasaan iman yang mencakup tindakan
meyakini (believing), memercayai (trusting), dan melaksanakan kehendak Allah
(doing God’s will).
Harapan siswa terhadap tujuan Pendidikan Agama Katolik yang semakin
dekat dan percaya kepada Yesus tersebut secara khusus sesuai dengan iman
Kristiani dalam segi afektif yaitu mamercayai (dimensi trusting). Iman berarti
memercayakan diri pada Tuhan yang dipercayai. Pendidikan Agama Katolik di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
sekolah diharapkan dapat membantu peserta didik supaya semakin peka pada
rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada mereka dan dengan tekun mereka
menanggapinya, sehingga mereka semakin beriman atau percaya. Tugas
Pendidikan Agama Katolik meningkatkan kepercayaan total peserta didik dan
cinta mereka kepada Allah. Bila mereka semakin percaya kepada Tuhan mereka
juga semakin beriman (Heryatno, 2008: 22).
Memang baik apabila siswa memiliki harapan terhadap tujuan Pendidikan
Agama Katolik adalah untuk semakin dekat dan percaya kepada Yesus. Mereka
akan semakin relasional, intuitif, percaya atau serah diri secara total,
simpati/empati, memiliki kesadaran diri dan cinta. Namun bahayanya jika hanya
salah satu unsur dari iman Kristiani saja yang dimutlakkan, khususnya
memercayai (trusting), maka peserta didik akan emosionalisme: perasaan per-
sonal, melulu ke dalam dan segalanya hanya semata-mata rahmat (Heryatno,
2008: 21).
2. Harapan Siswa terhadap Materi Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Berdasarkan skala harapan pada tabel nomor 8 dan hasil wawancara,
keduanya dinyatakan valid karena menunjukkan bahwa harapan siswa terhadap
materi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti adalah materi
film. Berdasarkan hasil wawancara, siswa lebih banyak memilih materi film
karena menurut siswa materi tentang film lebih menarik sehingga dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Selain itu, materi tentang film juga
sangat mudah disesuaikan dengan media pengajaran yang tersedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Maka materi tentang film sesuai dengan kriteria materi pembelajaran
menurut Winkel (2014: 345), yaitu materi dapat menunjang motivasi siswa dan
materi sesuai dengan media pengajaran yang tersedia. Ketika guru menggunakan
materi tentang film dalam pembelajaran maka media yang digunakan rata-rata
sudah tersedia di berbagai sekolah seperti LCD, proyektor, sound system dan
sebagainya.
Selain itu harapan siswa terhadap materi pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti tentang film juga selaras dengan kriteria pemilihan
materi pelajaran menurut Setyakarjana (1997: 172), materi yang dikemas dengan
film sesuai kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah bahan itu, film juga
dapat menunjang motivasi siswa karena film dapat menarik minat siswa, selain itu
materi yang dikemas dengan film dapat membantu keterlibatan siswa karena
siswa kan aktif melihat, mengamati dan mendengarkan film yang diputar,
kemudian film mudah disesuaikan dengan media pengajaran yang tersedia.
3. Harapan Siswa terhadap Metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Berdasarkan skala harapan pada tabel nomor 9 dan hasil wawancara,
keduanya dinyatakan valid karena menunjukkan bahwa harapan siswa terhadap
metode pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti adalah
berpusat pada siswa seperti bermain, bercerita, menonton film, belajar kelompok,
dan sebagainya. Berbagai harapan metode pembelajaran PAK dan BP yang dipilih
oleh siswa tersebut sesuai dengan kurikulum 2013 yang menuntut siswa supaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
lebih aktif. Salah satu metode dalam kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa
atau menuntut siswa supaya lebih aktif adalah metode inquiry.
Metode inquiry merupakan metode pengajaran yang berusaha meletakkan
dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Dalam penerapan metode ini
siswa dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri dan berusaha mengembangkan
kreatifitas dalam pengembangan masalah yang dihadapinya sendiri. Metode
mengajar inkuiri akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan kondusif,
serta mempermudah dan memperlancar kegiatan belajar mengajar (Sudjana, 2004:
154).
Metode ini merupakan metode yang berpusat pada siswa karena dalam
kegiatan belajar melibatkan kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Siswa dilatih
dapat mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis dan mengujinya.
Peran guru selain sebagai pengarah dan pembimbing, juga dapat menjadi sumber
informasi yang diperlukan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017: 11).
4. Harapan Siswa terhadap Media Pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Berdasarkan skala harapan pada tabel nomor 10 dan hasil wawancara,
keduanya dinyatakan valid karena menunjukkan bahwa harapan siswa terhadap
media pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti adalah media
proyeksi guna memutarkan film. Dalam analisis frekuentif dan wawancara lebih
banyak siswa yang mengharapkan media proyeksi. Ketika diwawancara, mereka
mengatakan lebih memilih media proyeksi karena tidak membosankan, menarik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
bervariasi, lebih seru, membuat siswa semangat belajar, dan lebih mudah
dipahami. Alasan siswa dalam wawancara memilih media proyeksi tersebut sesuai
dengan manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (2006: 243-244) sebagai
berikut:
a. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh siswa.
b. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga.
c. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, dan sebagainya.
d. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
5. Harapan Siswa terhadap Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Berdasarkan skala harapan pada tabel nomor 11 dan hasil wawancara,
keduanya dinyatakan valid karena menunjukkan bahwa harapan siswa terhadap
guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang menjadi skala prioritas I
adalah guru memiliki kompetensi kepribadian seperti ramah, disiplin, beriman,
berwibawa, bertanggung jawab, dewasa.
Berbagai harapan siswa tersebut sesuai dengan komponen-komponen
kompetensi kepribadian guru dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan pasal 28 ayat (3) butir b yang mengemukakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik
dan berakhlak mulia.
Siswa PAK dan BP ternyata lebih banyak mengharapkan kompetensi
kepribadian guru PAK yang sabar. Setyakarjana (1997: 71) juga menjelaskan
bahwa:
Kesabaran dituntut dari setiap pembina iman Kristiani sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari hukum cinta kasih. Seorang pembina iman dituntut
untuk sabar karena ia berhadapan dengan pribadi anak-anak yang sedang
tumbuh, anak-anak yang mempunyai watak, kebiasaan dan latar belakang
yang berbeda satu sama lain. Tanpa kesabaran segala usaha akan cepat
runtuh.
6. Harapan Siswa terhadap Sarana Prasarana Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti
Berdasarkan skala harapan pada tabel nomor 12 dan hasil wawancara,
keduanya dinyatakan valid karena menunjukkan bahwa harapan siswa terhadap
sarana prasarana pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi adalah sarana
seperti LCD, proyektor, komputer, Kitab Suci, buku, dll. Berbagai harapan siswa
tersebut sesuai dengan berbagai contoh sarana menurut Setyakarjana (1997: 134).
yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku, bahan habis
pakai serta perlengkapan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran.
Dengan adanya sarana dan prasarana, diharapkan mampu membantu proses
pembelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran. Sehingga pada umumnya
dapat dikatakan bahwa semakin lengkap dan memadai sarana prasarana maka
proses pembelajaran akan semakin lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
7. Harapan Siswa terhadap Suasana Pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti
Berdasarkan skala harapan pada tabel nomor 13 dan hasil wawancara,
keduanya dinyatakan valid karena menunjukkan bahwa harapan siswa terhadap
suasana pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti adalah
suasana pembelajaran yang menyenangkan. Harapan siswa yang merupakan
suasana pembelajaran menyenangkan tersebut sesuai dengan model Pendidikan
Agama Katolik yang pernah dikembangkan di Indonesia yang disebut PAIKEM.
PAIKEM merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi yang terdapat dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004.
Menyenangkan merupakan ciri kelima dalam PAIKEM dengan maksud
pembelajaran dirancang untuk menciptakan suasana yang menyenangkan.
Menyenangkan berarti tidak terbelenggu, sehingga peserta didik memusatkan
perhatiannya secara penuh pada pembelajaran, dengan demikian waktu untuk
mencurahkan perhatian peserta didik menjadi tinggi dan diharapkan siswa dapat
meningkatkan hasil belajaranya. Model PAIKEM adalah model pembelajaran
yang melibatkan siswa secara optimal, melibatkan siswa dalam mengakses
berbagai informasi, memotivasi siswa untuk lebih kreatif kemudian terbentuk
kompetensi siswa melalui proses pembelajaran yang menyenangkan (Lestari dan
Yudhanegara, 2015: 70).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
D. Harapan Siswa dan Implikasinya bagi Pilihan Media Pembelajaran pada
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Dalam penggunaan media sebagai sarana untuk membantu siswa dalam
proses pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran guru sebaiknya
memperhatikan harapan siswa terlebih dahulu. Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian, media proyeksi menjadi media yang paling diharapkan oleh siswa
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SD se-DIY. Oleh sebab itu, dalam
menggunakan media, khususnya media proyeksi guru dapat memilihnya dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Media proyeksi adalah media visual yang dapat digunakan dengan bantuan
proyektor. Media ini memberikan rangsangan-rangsangan visual melalui indra
penglihatan. Media ini berinteraksi langsung dengan pesan berupa materi
pelajaran yang ingin disampaikan. Jadi dengan media proyeksi, materi tersebut
dapat terserab dengan baik (Munadi, 2010: 181). Media proyeksi dibagi menjadi
dua yakni media proyeksi diam dan media proyeksi gerak. Media proyeksi diam
seperti film bingkai, slide, film rangkai, proyektor transparan (OHP), mikrofis.
Media proyeksi gerak seperti LCD, film gelang, televisi, komputer. Berikut
terdapat kelebihan dan kekurangan penggunaan media proyeksi (Nur dan
Faridatul, 2017: 10):
Kelebihan media proyeksi :
1. Dapat digunakan untuk menyajikan pesan di semua ukuran ruangan
kelas.
2. Menarik, karena memungkinkan penyajian yang variatif dan disertai
dengan warna-warna yang menarik.
3. Tatap muka dengan siswa selalu terjaga dan memungkinkan siswa
untuk mencatat hal-hal yang penting.
4. Dapat digunakan berulang-ulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
5. Membantu menimbulkan pengertian dan ingatan yang kuat pada pesan
yang disampaikan dan dapat dipadukan dengan unsur suara.
6. Merangsang minat dan perhatian siswa dengan warna dan gambar
yang kongkrit.
7. Program slide mudah direvisi sesuai dengan kebutuhan
8. Memiliki variasi program yang cukup banyak.
9. Sifatnya mobile, karena mudah dipindah-pindah tempat dan
gelombangnya.
10. Baik untuk mengembangkan imajinasi siswa.
11. Jangkauannya sangat luas, sehingga dapat didengar oleh massa yang
banyak.
Kekurangan media proyeksi:
1. Kadangkala terjadi distorsi gambar dan warna akibat kerusakan atau
gangguan magnetik.
2. Memerlukan operator khusus untuk mengoperasikannya.
3. Memerlukan penggelapan ruangan
4. Jika siarannya monoton akan lebih cepat membosankan siswa untuk
memperhatikannya.
5. Memerlukan penggelapan ruangan untuk memproyeksikannya.
6. Pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama, jika program
yang dibuatnya cukup panjang.
7. Memerlukan biaya yang boleh dikatakan besar.
8. Memerlukan perencanaan yang matang dalam pembuatan dan
penyajiannya.
Berdasarkan harapan-harapan siswa, terlebih terhadap media, penulis
menyimpulkan bahwa seluruh harapan siswa dalam Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti mulai dari tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, guru, sarana prasarana pembelajaran hingga
suasana pembelajaran saling berkesinambungan dan dapat guru manfaatkan
sebagai pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti. Karena seluruh komponen dalam Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti tersebut merupakan media yang dapat membantu siswa
dalam proses pembelajaran dan juga mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
E. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang harapan siswa dan
implikasinya bagi pilihan media pembelajaran pada Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti di SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, penulis
menyadari bahwa selama proses persiapan, pelaksanaan, analisis data, dan
penyusunan penelitian ini memiliki suatu keterbatasan. Berikut penulis uraikan
keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini:
1. Peneliti tidak dapat terjun langsung ke sekolah-sekolah untuk menyebar
kuesioner dan mengambil data karena pandemi covid 19 sehingga peneliti
merasa responden dalam penelitian kurang memenuhi. Sehingga peneliti
mengubah populasi penelitian dengan persetujuan dosen pembimbing skripsi
yang disesuaikan dengan petunjuk FKIP USD.
2. Wawancara yang dilakukan via telepon dengan keterbatasan sinyal dari
responden dan tidak dapat bertemu secara langsung membuat hasil wawancara
kurang maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian, penulis menyimpulkan
harapan siswa SD se-DIY terhadap tujuh aspek dalam Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti sebagai berikut: Harapan siswa terkait tujuan adalah membuat
siswa semakin percaya kepada Yesus. Harapan siswa terkait materi adalah materi
film. Harapan siswa terkait metode pembelajaran adalah berpusat pada siswa
seperti menonton film, bermain, diskusi, bercerita, dan drama. Harapan siswa
terkait media pembelajaran adalah media proyeksi seperti film, slide, video, dan
animasi. Harapan siswa terkait guru adalah memiliki kompetensi kepribadian
seperti ramah, sabar, tidak mudah marah, dan humoris. Harapan siswa terkait
sarana prasarana lebih cenderung ke sarana seperti LCD, buku, dan Kitab Suci.
Harapan siswa terkait suasana pembelajaran adalah suasana yang menyenangkan.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang perlu disampaikan dan diharapkan dapat
berguna:
1. Bagi Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Guru sebaiknya memperhatikan harapan siswa terhadap PAK dan BP
sehingga dapat memilih media pembelajaran PAK yang tepat bagi siswa dalam
proses pembelajaran.
2. Bagi Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung guru memanfaatkan penggunaan media pembelajaran, khususnya
media proyeksi yang menjadi harapan siswa, sehingga dapat menunjang proses
pembelajaran PAK dan BP.
3. Bagi Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik - Universitas Sanata
Dharma
Prodi PENDIKKAT-USD dapat bekerja sama dengan mahasiswa, alumni,
maupun lembaga-lembaga Katolik seperti SAV, Komisi Kateketik dan sebagainya
untuk membuat film, video ataupun animasi yang dapat dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran PAK dan BP di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Carr, A. (2004). Positive Psychology: The Science of Happiness and Human
Strengths. New York: Brunner-Routledge.
Dapiyanta, F.X. (2008). Pendidikan Agama Katolik Pada Tingkat Pendidikan
Dasar. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Dasar
Untuk Mahasiswa Semester III Program Studi PAK, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
_____ . (2011). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah.
Buku ajar mahasiswa PAK-FKIP-USD Yogyakarta.
Groome, Thomas. (1999). Christian Religious Education: Sharing Our Story and
Vision. San Francisco: Jossey-Bass.
______ . (2010). Christian Religious Education: Pendidikan Agama Kristen:
Berbagi Cerita dan Visi Kita (Penerjemah Daniel Stefanus). Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Hakim, Lukmanul. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Harjanto. (2006). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Heryatno, FX. (2008). Diktat Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik
di Sekolah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
J. Lopez, S. (2009). The Encyclopedia of Positive Psychology. UK: Blackwell
Publishing.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Silabus Mata Pelajaran
Sekolah Dasar (SD): Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
______. (2016). Panduan Pembelajaran Tematik Terpadu Sekolah Dasar.
Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar.
______. (2017). Model-model Pembelajaran: Direktorat Pembinaan SMA
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2017. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Komisi Kateketik KWI. (2017). Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti,
Belajar Mengenal Yesus Buku Guru Kelas V. Yogyakarta: Kanisius.
______. (1999). Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP): Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar. Jakarta:
Komkat KWI.
Konsili Vatikan II. (2004). Pernyataan Gravissimum Educationis tentang
Pendidikan Kristen. Dalam Dokumen Konsili Vatikan II. Terjemahan: R.
Hardawiryana, SJ. Cetakan ke-9, Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan
KWI dan Obor.
Kotan, Daniel Boli. (2016). Kajian Pengembangan Kurikulum 2013; Mapel
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Diunduh dari https://komkat-
kwi.org/2016/04/08/kajian-pengembangan-kurikulum-2013-mapel-
pendidikan-agama-katolik-dan-budi-pekerti/ pada 25 Juni 2020.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lestari dan Yudhanegara. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Marbun, Japarlin. (2016). Peranan Gereja bagi Pendidikan Nasional. Jurnal
Pendidikan Agama Kristen REGULA FIDEI, 1(1), 141-162.
Munadi, Yudhi. (2010). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Natalin, Grace. (2019). Mengenal Metode Belajar “Video Based Learning”.
Diunduh dari https://binus.ac.id/knowledge/2019/10/mengenal-metode-
belajar-video-based-
learning/#:~:text=Dalam%20dunia%20pendidikan%20hal%20tersebut,elem
en%20yaitu%20visual%20dan%20audio pada 26 Juni 2020.
Nurhayati. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Makassar: UNM.
Pangewa, Maharuddin. (2010). Perencanaan Pembelajaran. Makassar: UNM.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005. (2005). Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: Kepala Biro Hukum dan Organisasi Depdiknas.
Sanjaya, Wina. (2014). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Setyakarjana, J.S. (1997). Kateketik Pendidikan Dasar. Yogyakarta: Pusat
Kateketik.
Snyder, Lopez & Pedroti. (2011). Positive Pshycology: The Scientific and
Practical Explorations of Human Strengths. New Delhi: SAGE.
Sudjana, Nana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensido Offset.
Sukendar, Yohanes. (2018). Korelasi Antara Kompetensi Pedagogi Guru
Pendidikan Agama Katolik dengan Keberhasilan Siswa Sekolah Dasar di
Malang. Malang: STP IPI.
Suryobroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Tampubolon, Saur. (2014). Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Profesi Pendidik dan Keilmuan. Jakarta: Erlangga.
Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005. (2005). Tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: Kepala Biro Hukum dan Organisasi Depdiknas.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. (2003). Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Kepala Biro Hukum dan Organisasi Depdiknas.
Winkel, W.S. (2014). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Sketsa.
Yohanes Paulus II. (1992). Cathechesi Tradendae. Penerjemah: R. Hardawirjana.
Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan pada 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ke Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Lampiran 2: Instrumen Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
HARAPAN SISWA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI
PEKERTI IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI DI
SD SE-DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
A. Identitas Responden Nama :
No. Absen :
Kelas :
Sekolah :
B. Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Jawaban Anda tidak memengaruhi prestasi dan nilai Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
2. Bacalah seluruh pertanyaan dan jawaban dengan teliti.
3. Jawab pertanyaan dengan mengurutkan jawaban menggunakan angka 1/2/3/4/5, kemudian tulislah angka pada kotak yang tersedia.
4. Angka 1 untuk jawaban yang paling diharapkan dan seterusnya.
5. Isilah garis apabila ada harapan Anda yang perlu ditambahkan.
Contoh: 1. Olahraga apa yang paling Anda harapkan dapat menyehatkan tubuh?
Lari
Senam Jalan santai
Voli
Sepak bola .
. .
C. Pertanyaan Kuesioner
1. Bagaimana tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang paling Anda harapkan?
Memperluas pengetahuan saya
Membuat saya semakin percaya kepada Yesus Membuat saya memiliki sikap beriman sehingga dapat menghadapi permasalahan
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
2. Materi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti manakah yang paling Anda
harapkan?
Film Cerita
Uraian
Pengalaman _________________________________________________________________
_________________________________________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
3. Metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti manakah yang paling Anda
harapkan?
Berpusat pada guru: ceramah, tanya jawab, demonstrasi
Berpusat pada siswa: menonton film, bermain, diskusi, bercerita, drama, tugas, presentasi
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
4. Media Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti manakah yang paling Anda
harapkan?
Media 3 dimensi: patung, wayang, rosario, dll Media proyeksi: film, slide, video, proyektor, dll
Media cetak: buku, Kitab Suci, komik, majalah, koran, dll
Media visual: gambar, foto, poster, bagan, sketsa, grafik, dll _________________________________________________________________
_________________________________________________________________
5. Bagaimana guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang paling Anda
harapkan?
Mampu menjadi teman dan mengenal setiap muridnya
Menguasai dan mengembangkan materi pelajaran secara kreatif Ramah, disiplin, beriman, berwibawa, bertanggung jawab, dewasa
Mampu memahami saya, mampu mengembangkan potensi yang saya miliki,
mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran _________________________________________________________________
_________________________________________________________________
6. Sarana prasarana Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti manakah yang paling Anda harapkan?
Sarana: LCD, proyektor, komputer, Kitab Suci, buku, dll
Prasarana: ruang kelas khusus Pendidikan Agama Katolik, perpustakaan, papan tulis, meja, kursi, dll
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
7. Bagaimana suasana pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
yang paling Anda harapkan?
Suasana pembelajaran rileks Suasana pembelajaran aktif terarah
Suasana pembelajaran menyenangkan
__________________________________________________________________________________________________________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
Lampiran 3: Instrumen Wawancara
1. Apa itu harapan menurut kamu?
2. Bagaimana harapan kamu terhadap tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti?
3. Bagaimana harapan kamu terhadap materi Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti?
4. Bagaimana harapan kamu terhadap metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti?
5. Bagaimana harapan kamu terhadap media Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti?
6. Bagaimana harapan kamu terhadap guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti?
7. Bagaimana harapan kamu terhadap sarana prasarana Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti?
8. Bagaimana harapan kamu terhadap suasana pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
Lampiran 4: Transkrip Wawancara
A. Wawancara Siswa SD Se-DIY
1. R 1 Pertanyaan : Apa itu harapan menurut kamu?
Jawaban : Keinginan kak. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap tujuan pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Ingin lebih mengenal Yesus kak terus makin bisa merasakan adanya Yesus di dalam kehidupan kita dan lain-lain.
Pertanyaan : Kenapa ingin lebih mengenal Yesus?
Jawaban : Karena kalau kita hanya belajar tentang Agama Katolik tapi tidak
bisa mencontohkan dalam kehidupan sehari-hari percumah belajar tapi tidak bisa mencontohkan. Jadi dengan lebih mengenal kita
bisa mencontoh Yesus dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap materi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Materinya harus yang mudah dipahami, mudah dipraktikkan dan
tidak membuat bosan. Contohnya memahami Kitab Suci dengan cerita yang menarik, terus menceritakan kisah Yesus berbentuk
sebuah film atau animasi. Dengan cerita Kitab Suci yang
berbentuk film atau animasi isinya jadi lebih mudah dipahami dan
diingat. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap metode pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Pembelajaran dengan memutarkan film, vidio dam bernyanyi. Pokoknya yang membuat anak-anak bergembira. Dengan cara
bermain juga, supaya murid tidak bosan.
Pertanyaan : Antara metode pembelajaran menonton film, bernyanyi, dan bermain, paling suka yang mana?
Jawaban : Suka menonton film dan bermain, dua-duanya seru, agar
metodenya beragam.
Pertanyaan : Menonton film dan bermain seperti apa yang kamu harapkan dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Ya film tentang Yesus, tentang Santo Santa, terus biar nggak
bosan diputarkan film seputar film anak-anak gitu. Kalau permainan contohnya tebak gambar gitu sih kak, seperti tebak
gambar Santa tebak gambar Santo dan lain-lain.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap media pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Ya karna suka menonton film jadi medianya menggunakan LCD
gitu kak.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Ramah, sabar, humoris, tidak suka marah, supaya pembelajaran
mudah dipahami. Dan kenapa suka orang yang humoris supaya gak marah, pokoknya harus dibuat santai biar tidak tegang.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap sarana prasarana
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Diusahakan kalau sedang mengajar menggunakan sarana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
prasarana seperti LCD itu tadi. Salah satunya supaya menunjang
ketika menonton film.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap suasana pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Suasananya harus senang harus santai dong kak, kalau muridnya
senang kan nanti guru agamanya juga senang terus gak marah deh
selain itu pelajaran juga lebih mudah dipahami.
2. R 2 Pertanyaan : Apa itu harapan menurut kamu?
Jawaban : Impian di masa yang akan datang Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap tujuan Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya yang paling penting semakin percaya kepada Yesus,
tidak terlalu pintar tidak apa-apa yang penting percaya kepada Yesus.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap materi Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Lebih suka materi tentang pengalaman karena lebih mendalami.
Mengetahui apa yang orang lain alami, kalau ada kesusahan bisa
dibantu.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya lebih menarik.
Pertanyaan : Menarik yang bagaimana? Jawaban : Seperti ada kuis atau bacaan cerita. Kalau ada kuis waktu
pelajaran itu lebih seru, yang lain menjawab, kemudian punya
strategi untuk menjawab lebih capet, jadi materinya bisa lebih dipahami.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap media Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya pengen pakai komik dan juga alat pemutar film. Pertanyaan : Kenapa harapannya ingin memakai komik dan pemutar film?
Jawaban : Pakai komik soalnya kan itu membaca terus ada gambarnya jadi
lebih seru. Kalau film karena menarik bisa gerak habis itu ada ucapannya jadi tidak perlu membaca.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap guru Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Gurunya ceria supaya bisa jadi contoh untuk muridnya dan
disukai banyak orang.
Pertanyaan : Lalu ada lagi harapannya terhadap guru?
Jawaban : Sabar, tidak mudah marah, menegur dulu kalau ada muridnya yang salah. Perhatian sama muridnya supaya murid lebih dekat
dan tidak takut bertemu dengan guru lalu bisa ngobrol. Lalu
memberikan kuis atau pertanyaan di tengah-tengah pelajaran. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap sarana prasarana Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Bukunya lebih dilengkapi supaya bisa membaca buku tentang
agama lebih banyak. Pertanyaan : selain itu ada lagi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
Jawaban : Memakai komputer supaya tidak boros kertas dan tidak
menebang pohon lagi, komputer juga lebih kekinian.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap suasana pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Kalau suasana itu yang tidak bikin ngantuk, menyenangkan jadi
anak-anaknya ketawa. Santai tidak usah buru-buru amat biar nanti
itu tidak tegang, terus kalau santai kan lebih tenang. Selain itu suasananya santai terus fokus biar pelajaran mudah dipahami dan
yang penting tidak ada guru marah itu sudah enak.
3. R 3 Pertanyaan : Apa itu harapan menurut kamu?
Jawaban : Harapan adalah sesuatu yang kita inginkan di masa yang akan
datang. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap tujuan Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya lebih percaya kepada Tuhan Yesus karena Tuhan Yesus bagian dari imanku dan ingin lebih percaya karena setiap
ada kesulitan berdoanya kepada Tuhan Yesus. Selain itu tujuan
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti lebih ke arah realitas
atau kearah nyata perbuatan kita sebagai orang Katolik menebar kasih dan berbagi dengan berpedoman terhadap ajaran Alkitab.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap materi Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Lebih suka materi tentang film dan cerita.
Pertanyaan : Kenapa lebih suka materi tentang film dan cerita?
Jawaban : Suka film karena lebih menarik dan ada gambarnya juga kak.
Kalau cerita karena dari kecil sudah sering diceritakan atau didongengkan dari mama sebelum tidur jadi sudah terbiasa.
Pertanyaan : Selain materi tentang film dan cerita masih ada lagi harapan yang
lain? Jawaban : Selain film dan cerita, materi tentang pendalaman Kitab Suci
karena di rumah aku jarang baca Kitab Suci kalau tidak disuruh
mama. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap metode Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Metodenya menonton film karena lebih menarik. Menariknya
karena ada gambar dan suaranya. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap media Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Karena sekarang sudah modern jadi kalau ada kesulitan dalam belajar bisa memanfaatkan google. Kalau ada PR agama mama
dan papa tidak tahu aku pasti tanya google. Selain itu media yang
bisa untuk menonton film seperti proyektor film karena saya tertarik belajar dengan menonton film. Kalau pakai proyektor kan
enak nontonnya layarnya besar dan jelas.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap guru Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Suka bercanda, kreatif, pandai, pas ngajar tidak terburu-buru
supaya paham.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap sarana prasarana Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya ada proyektor untuk menonton film dan tempatnya
bersih. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap suasana pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya suasananya tenang karena bisa lebih fokus terhadap
pelajaran.
4. R 4 Pertanyaan : Apa itu harapan menurut kamu? Jawaban : Sesuatu yang diinginkan akan terjadi
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap tujuan Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya untuk lebih mengenal Tuhan, lebih memperkuat iman, untuk bersyukur supaya lebih mengenal Tuhan dan
agamaku sendiri.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap materi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya mudah dipahami dan mudah dimengerti.
Pertanyaan : Menurut kamu materi yang mudah dipahami dan dimengerti itu
seperti apa? Jawaban : Seperti materi tentang pengalaman karena kalau pengalaman kita
sendiri sudah pernah merasakan, tidak seperti cerita atau film, kita
belum pernah mengalami sendiri. Pertanyaan : Kenapa tidak suka film dan cerita kan lebih seru?
Jawaban : Suka nonton film, dengar cerita juga suka tapi lebih suka yang
pengalaman karena pernah mengalami sendiri. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap metode Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Memeragakan dan bermain. Dengan memeragakan sesuatu jadi
murid lebih mudah memahami. Bermainnya juga murid diajak untuk mergakan sesuatu.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap media Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Kalau media sih gurunya memepersiapkan dulu sebelum
pelajaran dimulai. Harapannya ditampilin film, lalu media untuk
menonton film dipersiapkan terlebih dahulu. Pertanyaan : Selain itu ada lagi harapannya terhadap media?
Jawaban : Menggunakan alat peraga yang bisa membuat pelajaran lebih
mudah dipahami dan dimengerti kejadiannya.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Guru agamanya baik, ramah, penyabar. Ketika murid belum
paham dengan materi guru mau menjelaskan kembali lalu mudah dimengerti ketika memberi materi.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap sarana prasarana Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Memudahkan murid-murid untuk belajar agama, kalau ditampilkan film alat-alatnya ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap suasana pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Suasannaya menyenangkan karena bisa menjadi lebih semangat
belajarnya. Selain itu tidak membuat bosan atau lelah gitu.
5. R 5 Pertanyaan : Apa itu harapan menurut kamu? Jawaban : Harapan itu adalah suatu impian seseorang.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap tujuan Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Maunya itu kalau belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti itu lebih tahu tentang agama Katolik.
Pertanyaan : Kenapa?
Jawaban : Soalnya biar lebih dekat dengan Tuhan Yesus. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap materi Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Saya lebih suka materi tentang pengalaman Pertanyaan : Kenapa?
Jawaban : Karena materinya bisa diterapkan di dalam kegiatan atau aktifitas
sehari-hari.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya metodenya bermain dan belajar kelompok.
Pertanyaan : Kenapa? Jawaban : Karena bermain itu seru kalau belajar kelompok itu bisa belajar
bareng dengan teman-teman, kalau ada materi yang tidak tahu
bisa tanya dengan teman
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap media Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Medianya itu lebih suka alat peraga.
Pertanyaan : Kenapa? Jawaban : Karena kalau alat peraga itu bisa memperagakan materi yang
sedang dipelajari jadinya lebih seru dan lebih paham.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Gurunya itu ramah, mengenal semua murid terus dapat
mengetahui kemampuan tiap muridnya.
Pertanyaan : Dari semua itu paling mengharapkan yang mana? Jawaban : Dapat mengetahui kemampuan murid.
Pertanyaan : Kenapa?
Jawaban : Soalnya biasanya gurunya mengajarnya disiplin sekali seperti anak kuliah tidak seperti mengajar anak SD nanti malah jadi stres.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap sarana prasarana Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Kalau yang paling diharapkan itu sarana ada komputer terus
proyektor dan buku untuk belajar agama karena suka baca lalu di
buku itu ada gambar-gambarnya juga.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap suasana pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Suasana pembelajaran yang menyenangkan seperti bermain dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
menonton film juga karena pelajarannya mudah dipahami terus
dapat bermain bersama dengan teman-teman.
6. R 6 Pertanyaan : Apa itu harapan menurut kamu?
Jawaban : Menurut saya harapan itu menggambarkan keinginan/mimpi/hal
yang saya ingin lakukan di masa yang akan datang. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap tujuan Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapan saya terhadap tujuan Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti itu bisa menjadikan pribadi yang dekat dan percaya akan Tuhan. Karena saya sering lihat di sosial media ada orang yang
tidak percaya akan Tuhan dan mereka malah membuat Tuhannya
sendiri ini buat yang percaya akan Tuhan. Kalo yang membuat dekat dengan Tuhan itu seperti seseorang sedang mengalami
masalah dengan orang yang berbeda agama dengan orang tersebut
misalnya orang yang satu merendahkan Tuhan orang yang lain dan orang yg direndahkan menjadi minder dan tidak sabaran.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap materi Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapan terhadap materi agama itu dapat memberikan hal-hal yang positif bagi kehidupan sehari-hari dengan cerita dan
pengalaman. Hal positif seperti berteman tidak dengan membeda-
bedakan agama, menghormati teman yang menganut agama lain. Dari cerita dan pengalaman itu dapat berbagi dan bertukar cerita
dengan teman-teman dan guru. Saya sebenernya juga suka materi
dari film. Materi film itu dapat menambah wawasan dan juga
lebih cepat menangkap materi yang sedang dijelaskan. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap metode Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Terhadap metode pembelajaran itu lebih menyenangkan dan
santai seperti tanya jawab, diskusi, bermain, menonton film. Tanya jawab itu asik bisa bertukar pendapat juga dengan guru dan
teman lainnya. Diskusi itu bisa meningkatkan kegiatan bersama.
Bermain agar dapat belajar dan memahami materi lewat game yang diberikan guru dan tidak membosankan. Kalau nonton film
bisa lebih memahami inti cerita dari materi itu.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap media Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Terhadap media pembelajaran harusnya siswa disuruh bawa
alkitab atau pinjam di perpustakaan dan membaca Alkitab
bersama secara bergantian dan membaca bacaan dalam Alkitab tidak bergantung pada Layar LCD terus. Lebih baik membaca
secara langsung menggunakan Alkitab daripada menggunakan
Layar LCD. Soalnya capek ngeliat Layar LCD terus, bikin pusing juga kelamaan lihat Layar LCD dan pengen sekali-sekali
membaca bersama lewat Alkitab atau buku.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap guru Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Harapan terhadap guru supaya guru Pendidikan Agama Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
dan Budi Pekerti terus menyenangkan dan selalu ramah saat
mengajar dan saat diajak berbicara. Kalau sedang mengajar materi
saat menonton film dan bermain, supaya guru lebih tegas dengan
murid karena suka pada berisik dan mengganggu pelajaran. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap sarana prasarana Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Kalau sarana lebih ke Kitab Suci soalnya tidak pernah pakai Kitab Suci, kalau mau baca selalu baca lewat LCD.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap suasana pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Supaya kelasnya lebih tenang dan tidak berisik serta tidak ada yang sibuk dengan urusan masing-masing biar tidak mengganggu
pelajaran yang berlangsung dan lebih terarah.
7. R 7 Pertanyaan : Apa itu harapan menurut kamu?
Jawaban : Keinginan. Pertanyaan : Keinginan yang bagaimana?
Jawaban : Keinginan supaya ada perubahan dan selalu positif.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap tujuan Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Supaya lebih mengenal agama.
Pertanyaan : Bisa lebih dijelaskan lagi?
Jawaban : Ya supaya lebih mengenal tentang kisah Yesus dan para nabi. Pertanyaan : Kenapa kok harapannya seperti itu?
Jawaban : Karena saya ingin jadi romo dan karena Yesus pernah
menyembuhkan orang sakit, mengubah air biasa menjadi anggur.
Terus biar bisa mengenal tentang kejadian-kejadian saat jaman
Yesus.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap materi Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Cerita. Pertanyaan : Kenapa?
Jawaban : Kalau cerita bisa di baca ulang-ulang, kalau pengalaman langsung
lupa kalau film kelamaan sakit mata. Lalu harapannya ceritanya yang singkat dan bagus supaya tidak membosankan.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap metode Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Tanya jawab dan ceramah oleh guru.
Pertanyaan : Kenapa?
Jawaban : Kalau tanya jawab tidak mencatat, kalau ceramah mengulur
waktu supaya tidak ada tugas Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap media Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya tidak membosankan, tidak banyak tugas. Pertanyaan : Media yang tidak membosankan itu seperti apa?
Jawaban : Menggunakan proyektor film karena kita bisa melihat dengan
lebih jelas tentang materi yang disampaikan oleh guru seperti
tampak lebih jelas tentang kejadian-kejadian Yesus pada jaman dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap guru Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Gurunya lebih banyak ide aja kak soalnya kadang aku bosan
kalau belajar. Terus guru agamanya khusus ngajar agama aja soalnya di sekolahku yang ngajar guru wali kelas kak.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap sarana prasarana Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Kalau untuk agama lebih disediakan Kitab Suci aja kak.
Pertanyaan : Kenapa?
Jawaban : Kadang lupa bawa terus belajarnya tidak maksimal kak.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap suasana pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Tidak membosankan aja sih kak biar berjalan dengan baik terus
menyenangkan. Kalau di sekolahku sebelum selesai pelajaran ada tanya jawab gitu kak jadi menyenangkan.
8. R 8 Pertanyaan : Apa itu harapan menurut kamu?
Jawaban : Harapan itu adalah keinginan kita yang kita miliki.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap tujuan Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Harapan saya dalam tujuan pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti bisa paham cerita asal usul agama
Katolik karena teman-teman suka banyak yang tanya tentang agama Katolik.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap materi Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Ya harapannya dijelasin dengan pengajaran yang sebaik-baiknya. Pertanyaan : Menurut harapan kamu materi yang baik itu seperti apa?
Jawaban : Cerita dari Kitab Suci dan film.
Pertanyaan : Kenapa? Jawaban : Karena kalau cerita bisa dijelaskan, tidak mudah bosan dan ada
ceritanya. Kalau film biar lebih jelas materinya jadi paham.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya metode pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti bermain. Tapi bermainnya sambil tanya jawab, biar
seru. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap media Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya media pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti menggunakan LCD.
Pertanyaan : Kenapa?
Jawaban : Biar seru, nanti bisa liat film. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap guru Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti itu
ramah dan kreatif karena nanti biar bisa berkreasi. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap sarana prasarana Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
Jawaban : Harapannya lebih ke sarana seperti buku karena buku bisa buat
nulis dan menggambar.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap suasana pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Nyaman dan menyenangkan, biar enak dan seru belajaranya.
9. R 9 Pertanyaan : Apa itu harapan menurut kamu?
Jawaban : Impian atau keinginan seseorang.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap tujuan Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Harapannya tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti semakin mendekatkan saya kepada Tuhan Yesus.
Pertanyaan : Kenapa ingin semakin dekat dengan Tuhan Yesus? Jawaban : Karena saya ingin semakin mendalami iman.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap materi Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Harapannya materi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti tentang film karena mudah dimengerti dan membuat
tidak malas belajar.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap metode Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapannya menggunakan film karena dengan menonton film
akan membuat saya semangat belajar. Selain itu menonton film asik dan tidak membosankan karena film berisi gambar dan suara.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap media Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Menggunakan wayang yang digunakan sebagai alat peraga untuk menceritakan kisah Yesus dan murid-muridnya. Lalu medianya
menggunakan mainan anak karena dengan begitu saya akan
terhibur dan tidak bosan. Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap guru Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Harapan saya terhadap guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti itu ramah agar murid saat belajar tidak takut dengan guru
dan lebih dekat dengan guru.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap sarana prasarana Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti? Jawaban : Harapannya menggunakan sarana seperti LCD untuk menonton
film jadi pembelajaran akan semakin seru dan mengasikkan.
Pertanyaan : Bagaimana harapan kamu terhadap suasana pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti?
Jawaban : Suasana pembelajaran menyenangkan yang bisa membuat
bersemangat untuk belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(19)
Lampiran 5: Jawaban Instrumen Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(22)
Lampiran 6: Hasil Rekap Data
Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7
No. Nama Kelas Sekolah A b c d a b c d e a b c a b c d e a b c d e a b c a b c d
1 Hendricia Gendis A.G.P.N. 4 SD P.L. Yogyakarta 3 1 2 4 3 2 1 2 1 2 4 1 3 2 3 1 4 1 2 2 3 1
2 Michelle Fani Analia 5 SD P.L. Yogyakarta 3 1 2 3 1 4 2 2 1 3 1 4 2 3 4 2 1 1 2 2 3 1
3 Amaryllis Beta Danuaji 6 SD K. Sang Timur 3 1 2 1 2 4 3 2 1 2 1 4 3 1 4 3 2 1 2 2 3 1
4 Yuliana 4 SD Kan. Gayam 1 2 3 3 2 1 4 1 2 3 4 1 2 2 1 3 4 2 1 3 1 2
5 Jvlyn Izumi N. 5 SD Kan. Kota Baru 1 2 1 3 4 3 2 1 2 1 2 1 4 3 3 4 1 2 1 2 3 2 1
6 Priska Aurellia Pundarika 6 SD Marsudirini 2 1 3 1 2 4 3 2 1 2 1 4 3 2 1 3 4 1 2 2 3 1
7 Tabitha Lourdes Kainama 5 SD Tarakanita Bumijo 3 1 2 1 2 4 3 2 1 2 3 1 4 2 4 3 1 1 2 2 3 1
8 Adrianus Bagas K. 6 SD Tarakanita Bumijo 3 1 2 1 2 4 3 2 1 3 1 2 4 4 3 2 1 1 2 2 3 1
9 Mario Vanda Putra 6 SD Joannes Bosco 3 1 2 1 3 4 2 2 1 4 2 3 1 3 4 1 2 1 2 1 3 2
10 Laurentia Ayu W. 6 SD Joannes Bosco 1 2 3 2 3 4 1 1 2 4 1 2 3 4 3 1 2 2 1 2 3 1
11 Eusebius Derana Putra K. 6 SD Joannes Bosco 1 3 2 2 3 4 1 2 1 4 1 3 2 4 3 1 2 2 1 3 2 1
12 Jonathan Alviano Pratama 6 SD Joannes Bosco 3 1 2 2 3 4 1 2 1 3 1 4 2 4 3 1 2 1 2 2 3 1
13 B. Lisa Valentina 6 SD Kan. Wirobrajan 1 1 2 3 1 2 4 3 1 2 4 1 3 2 3 2 1 4 1 2 3 2 1
14 Andreas Jhose Saputra 6 SD Kan. Wirobrajan 1 2 1 3 3 1 2 4 2 1 2 3 1 4 3 2 1 4 1 2 2 3 1
15 Tyo 6 SD Kan. Wirobrajan 1 2 1 3 1 3 4 2 2 1 3 1 4 2 2 3 1 4 1 2 2 3 1
16 Estelita Kenya Felicya 6 SD Kan. Wirobrajan 1 3 1 2 1 3 4 2 2 1 3 1 4 2 2 3 1 4 2 1 2 3 1
17 Vincentia Ivana Putri 6 SD Kan. Wirobrajan 1 3 1 2 1 3 4 2 2 1 2 1 4 3 2 1 3 4 1 2 2 3 1
18 Raka Nugroho 6 SD Kan. Wirobrajan 1 2 1 3 1 4 3 2 2 1 4 1 3 2 1 2 3 4 1 2 2 3 1
19 Valentina Aurelia S.H. 6 SD Kan. Wirobrajan 1 3 1 2 1 3 4 2 2 1 3 1 4 2 1 4 2 3 1 2 3 2 1
20 Faustina Kinanti Irawan 6 SD Kan. Wirobrajan 1 3 1 2 2 1 4 3 2 1 4 2 1 3 2 3 1 4 1 2 2 3 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
21 Ayu Citraningrum Basuki 6 SD Kan. Kumendaman 2 3 1 1 3 4 2 2 1 3 2 1 4 4 3 1 2 1 2 2 3 1
22 Atanasia Fensa E.A. 6 SD Kan. Kumendaman 3 1 2 1 2 4 3 2 1 2 1 4 3 3 4 1 2 1 2 2 3 1
23 Vincentius Lanang Saputra 4 SD Kan. Kadirojo 2 1 3 4 1 2 4 3 1 2 3 4 1 2 1 2 4 3 1 2 3 1 2
24 Vincentius Yudhistira D. 4 SD Kan. Kadirojo 2 1 3 1 2 4 3 2 1 1 2 4 3 2 1 4 3 1 2 2 3 1
25 Adelia Rosari Diani C. 4 SD Kan. Kadirojo 3 1 2 1 2 4 3 2 1 4 1 2 3 4 3 1 2 1 2 2 3 1
26 Kirana Setiawati 4 SD Kan. Kadirojo 1 2 3 2 1 4 3 2 1 2 3 4 1 4 1 2 3 1 2 3 2 1
27 Valentinus Trifebriano 4 SD Kan. Kadirojo 1 2 3 4 3 1 2 2 1 2 4 1 3 3 4 1 2 2 1 2 3 1
28 Raymundus E. 4 SD Kan. Kadirojo 2 1 3 1 2 3 4 2 1 3 3 2 1 4 2 3 1 4 2 1 1 3 2
29 Alfred Dafela Logho 4 SD Kan. Kadirojo 2 1 3 1 3 4 2 2 1 3 2 1 4 3 4 1 2 1 2 1 3 2
30 Vaifa Zandy Putra 5 SD Kan. Kadirojo 3 1 2 1 2 4 3 2 1 2 1 4 3 4 3 2 1 1 2 2 3 1
31 Sebastian Noric A. 5 SD Kan. Kadirojo 2 1 3 1 2 4 3 2 1 4 1 3 2 3 4 1 2 2 3 1 2 3 1
32 Stefano Leonel Pratam R. 5 SD Kan. Kadirojo 2 1 3 4 3 2 1 1 2 4 1 3 2 3 4 1 2 1 2 3 2 1
33 Alexia Dini Putri Rifa S. 5 SD Kan. Kadirojo 3 1 2 1 2 4 3 1 2 4 1 2 3 4 3 1 2 2 1 1 3 2
34 Anastasia Karisa C.K. 5 SD Kan. Kadirojo 3 1 2 1 3 4 2 2 1 2 1 4 3 4 3 1 2 1 2 1 3 2
35 Bonaventura Christian M. 5 SD Kan. Kadirojo 3 2 1 1 2 4 3 2 1 4 1 2 3 4 3 1 2 1 2 2 3 1
36 Christina Anindya P. 5 SD Kan. Kadirojo 1 2 3 2 1 4 3 2 1 2 3 1 4 2 4 3 1 1 2 2 3 1
37 Hellena Putri Issetiyantoro 4 SD Karitas Nandan 1 2 3 1 3 4 2 5 2 1 4 3 2 1 1 4 2 3 2 3 1 2 4 1 3
38 Yosephita Putri Ratna N. 4 SD Karitas Nandan 2 1 3 4 3 2 1 4 2 1 2 4 1 3 5 1 3 2 4 5 2 1 3 1 4 2 3
39 Michelle Diva A.P. 4 SD Karitas Nandan 2 1 3 1 2 5 4 3 2 1 2 1 4 3 1 3 4 2 5 1 3 2 2 3 1 4
40 Nadine Aurelia W.L. 4 SD Karitas Nandan 4 1 3 2 1 2 5 4 3 2 1 1 3 2 4 2 4 3 1 2 1 2 4 3 1
41 R. Zivanna Putri Ayuna 4 SD Karitas Nandan 2 1 3 2 3 4 1 2 1 2 1 4 3 4 3 1 2 1 2 2 3 1
42 Regina Fortunata H. 4 SD Karitas Nandan 3 1 2 4 3 1 2 2 1 3 4 1 2 2 3 1 4 2 1 3 2 1
43 Valentino Febriani Via P.K. 4 SD Karitas Nandan 3 1 2 3 2 4 1 2 1 3 4 1 2 4 2 1 3 1 2 2 3 1
44 Anastasia Karen Febianti 5 SD Karitas Nandan 3 1 2 1 2 4 3 2 1 1 2 4 3 3 1 2 4 2 1 2 3 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(24)
45 Helena Olivia Putri 5 SD Karitas Nandan 3 2 1 1 2 4 3 2 1 3 1 4 2 4 3 2 1 1 2 3 2 1
46 Andrea Sieneya 5 SD Karitas Nandan 3 2 1 1 2 4 3 2 1 4 2 1 3 1 3 2 4 1 2 2 3 1
47 F.X. Visco V. 5 SD Karitas Nandan 3 2 1 4 2 3 1 1 2 2 3 1 4 3 4 2 1 2 1 1 3 2
48 Michael Orion Arstoe N. 5 SD Karitas Nandan 3 1 2 1 2 4 3 2 1 2 1 4 3 4 3 1 2 1 2 2 3 1
49 Vitus Raka Y.A. 5 SD Karitas Nandan 3 2 1 3 2 4 1 1 2 2 3 1 4 2 3 4 1 1 2 2 3 1
50 Renata Theresiaseto D. 5 SD Karitas Nandan 3 1 2 3 2 4 1 1 2 4 2 1 3 3 4 1 2 1 2 1 3 2
51 Theophane Farrel W.T 4 SD Kan. Demangan Baru 3 1 2 2 1 4 3 2 1 4 2 1 3 4 2 3 1 2 1 3 2 1
52 Skolastika Gemara J.S. 4 SD Kan. Demangan Baru 2 1 3 2 3 1 4 2 1 2 3 1 4 4 1 2 3 2 1 2 3 1
53 Jhon Emanuel Stopher 4 SD Kan. Demangan Baru 2 1 3 1 2 4 3 2 1 2 1 3 4 3 4 1 2 1 2 2 3 1
54 Mikael Jovanno M.P. 4 SD Kan. Demangan Baru 1 3 2 2 1 4 3 2 1 4 1 3 2 2 3 1 4 1 2 2 3 1
55 Fransisca Anindya M.A. 6 SD Kan. Demangan Baru 3 1 2 1 2 4 3 2 1 4 1 2 3 3 1 4 2 2 1 2 3 1
56 Tius Sodara 6 SD Kan. Demangan Baru 3 2 1 1 2 4 3 1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 2 1 2 3 1
57 John Paul Erwind D.A. 4 SD Tarakanita Ngembesan 3 1 2 1 2 3 4 2 1 4 1 2 3 2 1 3 4 2 1 2 3 1
58 Maria Alicia Kanaya Putri 4 SD Tarakanita Ngembesan 2 3 1 3 4 1 2 2 1 2 3 1 4 4 1 2 3 2 1 2 3 1
59 Maria Rosari Lintang K.W. 4 SD Tarakanita Ngembesan 3 1 2 1 2 4 3 2 1 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 2 1
60 Maria Eka Madaningrum 5 SD Tarakanita Ngembesan 3 1 2 1 3 4 2 2 1 2 1 4 3 2 1 3 4 1 2 3 2 1
61 Francisca Aurelia W. 5 SD Tarakanita Ngembesan 1 2 3 1 3 4 2 2 1 3 1 4 2 4 3 2 1 1 2 1 3 2
62 Bernadette Dinara A.M. 5 SD Tarakanita Ngembesan 3 1 2 1 2 4 3 2 1 3 1 4 2 3 1 4 2 1 2 2 3 1
63 Nyshia Vinsha Indra N. 6 SD Tarakanita Ngembesan 1 2 3 2 1 4 3 2 1 2 1 3 4 4 1 2 3 1 2 3 2 1
64 Aloysius Gonzaga M.A. 6 SD Tarakanita Ngembesan 1 2 3 1 2 4 3 2 1 2 1 4 3 3 4 1 2 2 1 2 3 1
65 A.G. Danen Adinugroho 5 SD Kan. Duwet 3 2 1 4 3 1 2 1 2 1 4 2 3 4 1 2 3 2 1 2 1 3
66 Johanes Britto Hening T. 6 SD Kan. Jetis Depok 2 1 3 1 2 4 3 2 1 1 2 4 3 2 3 1 4 1 2 2 3 1
67 Maria Tania Juventina 5 SD N. Ambarukmo 2 1 3 1 2 4 3 2 1 2 1 4 3 1 3 2 4 1 2 3 2 1
68 Shindy Aliansa 6 SD N. Ambarukmo 3 1 2 1 2 3 4 1 2 4 1 2 3 4 3 1 2 1 2 1 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(25)
69 Angella Merici Nadia P.D. 4 SD N. Puren 2 1 3 4 3 2 1 1 2 2 4 1 3 3 4 1 2 2 1 3 1 2
70 Gabriel Narendra Solideo 4 SD N. Percobaan 2 3 2 1 2 3 4 1 2 1 2 1 3 4 3 1 4 2 2 1 3 2 1
71 Philip Rusdi 5 SD N. Keceme 2 3 1 2 3 4 1 2 1 2 1 4 2 3 4 3 1 2 1 2 1 3 2
72 Jilbress Noldyanto Sila M. 5 SD N. Kledokan 3 1 2 4 2 1 3 1 2 2 4 1 3 3 4 2 1 2 1 2 4 3 1
73 Gabriela Violeta Tiffany 5 SD N. Sarikarya 3 1 2 2 1 4 3 2 1 2 1 4 3 1 4 2 3 2 1 1 3 2
74 Thirdtian Apta Mada Aji 5 SD Kan. Wates 3 1 2 1 2 4 3 2 1 3 1 4 2 2 3 1 4 1 2 2 3 1
75 Ignasius Pijar Nur W. 5 SD Kan. Wates 2 3 1 3 1 4 2 2 1 2 1 4 3 3 1 4 2 1 2 1 3 2
76 Adelia Trijaya 6 SD Kan. Wates 1 2 3 1 3 4 2 2 1 4 1 3 2 4 3 2 1 1 2 2 3 1
77 Helen 4 SD Kan. Bonoharjo 2 1 3 4 1 3 2 2 1 3 1 2 4 2 3 1 4 1 2 2 3 1
78 Agnes Putri Fajarini 4 SD Kan. Bonoharjo 2 1 3 2 3 4 1 1 2 4 3 1 2 3 4 2 1 1 2 2 3 1
79 Janu 4 SD Kan. Bonoharjo 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 3 1 4 1 2 1 1 1 2 3 2 2
80 Bernadus Galih Wicaksono 4 SD Kan. Bonoharjo 2 1 3 1 3 4 2 2 1 1 3 4 2 4 3 2 1 2 1 3 1 2
81 Gracia Dinda Dinaratri 4 SD Kan. Bonoharjo 3 1 2 2 1 4 3 2 1 4 2 1 3 4 2 1 3 2 1 2 3 1
82 Fransiskus Setyo Atmojo 4 SD Kan. Bonoharjo 3 1 2 1 2 4 3 2 1 4 1 2 3 3 2 1 4 2 1 2 3 1
83 Andreas Surya Putra L. 4 SD N. Sidomulyo 3 1 2 1 2 4 3 2 1 3 1 4 2 1 3 4 2 1 2 1 3 2
84 Selvia Sula Sara Sehkan 4 SD N. Sampang 3 1 2 2 1 4 3 2 1 4 2 1 3 4 3 1 2 2 1 2 3 1
85 Vallery Anindya Maharani 5 SD Sanjaya Giring 3 2 1 3 4 2 1 2 1 4 1 2 3 1 3 2 4 1 2 1 3 2
86 Fransiskus Alfian 4 SD Kan. Bantul 3 2 1 2 3 4 1 2 1 4 2 3 1 2 1 4 3 2 1 1 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI