Hanif Fakhrunnisa Implikatur Pragmatik

13
Nama : Hanif Fakhrunnisa NIM : C1011020 Implikatur Konsep implikatur pertama kali dikenalkan oleh seorang filsuf Universitas Oxford, H.P Grice (1975) untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. A. Teori Implikatur Percakapan Klasik A.1. Prinsip Kerja Sama dan Maksim-maksim dalam Percakapan Menurut Grice, prinsip kerja sama merupakan prinsip yang mengatur rasionalitas pada umumnya, dan rasionalitas percakapan pada khususnya. Prinsip kerja sama dibagi menjadi sembilan maksim percakapan, yang dikategorikan dalam empat kategori: kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara/ pelaksanaan. Prinsip kerja sama dan komponen- komponennya itu, menetapkan apa yang harus dilakukan oleh para partisipan agar dapat bercakap-cakap dengan cara yang efisien, rasional, dan penuh kerja sama semaksimal mungkin, sehingga mereka harus bertutur dengan tulus, relevan dan jelas, sembari memberikan informasi yang memadai. Teori Implikatur Percakapan a. Prinsip kerja sama Kontribusi percakapan sangat dibutuhkan. Prinsip kerjasama yang dicetuskan Grice dapat diperinci dalam empat sub-prinsip yang disebut dengan maksim. Empat

description

implikatur dalam pragmatik

Transcript of Hanif Fakhrunnisa Implikatur Pragmatik

Page 1: Hanif Fakhrunnisa Implikatur Pragmatik

Nama : Hanif Fakhrunnisa

NIM : C1011020

Implikatur

Konsep implikatur pertama kali dikenalkan oleh seorang filsuf Universitas Oxford,

H.P Grice (1975) untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan

oleh teori semantik biasa.

A. Teori Implikatur Percakapan Klasik

A.1.Prinsip Kerja Sama dan Maksim-maksim dalam Percakapan

Menurut Grice, prinsip kerja sama merupakan prinsip yang mengatur rasionalitas pada

umumnya, dan rasionalitas percakapan pada khususnya. Prinsip kerja sama dibagi

menjadi sembilan maksim percakapan, yang dikategorikan dalam empat kategori:

kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara/ pelaksanaan. Prinsip kerja sama dan komponen-

komponennya itu, menetapkan apa yang harus dilakukan oleh para partisipan agar dapat

bercakap-cakap dengan cara yang efisien, rasional, dan penuh kerja sama semaksimal

mungkin, sehingga mereka harus bertutur dengan tulus, relevan dan jelas, sembari

memberikan informasi yang memadai.

Teori Implikatur Percakapan

a. Prinsip kerja sama

Kontribusi percakapan sangat dibutuhkan. Prinsip kerjasama yang dicetuskan Grice

dapat diperinci dalam empat sub-prinsip yang disebut dengan maksim. Empat

maksim tersebut adalah maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relasi dan

maksim cara.

b. Maksim-maksim percakapan

Maksim Kualitas : Usahakan memberikan kontribusi yang benar.

(i) Jangan mengatakan apa yang kamu yakini salah.

(ii) Jangan mengatakan sesuatu yang buktinya tidak kamu miliki secara memadai.

Maksim Kuantitas :

Page 2: Hanif Fakhrunnisa Implikatur Pragmatik

(i) Berikan kontribusi sebagai kontribusi yang dapat memberikan informasi

sebagaimana yang diperlukan untuk tujuan-tujuan pertukaran percakapan yang

ada.

(ii) Jangan memberikan kontribusi yang lebih informatif dari yang diperlukan.

Maksim Relasi : Buatlah kontribusi anda relevan

Maksim cara : bersikaplah agar mudah dipahami, dan khususnya:

(i) Hindari ketidakjelasan

(ii) Hindari ketaksaan

(iii) Jangan berbelit-belit

(iv) Bersikaplah teratur

Teori Percakapan Impilkatur (yang disederhanakan)

a. Prinsip Kerja Sama

b. Maksim Percakapan

Kualitas: Mengatakan yang sebenarnya

(i) Jangan mengatakan hal yang tidak benar.

(ii) Jangan mengatakan hal yang tidak ada faktanya.

Kuantitas:

(i) Jangan mengatakan hal yang kurang diperlukan

(ii) Jangan mengatakan lebih dari apa yang diperlukan

Hubungan: menjadi relevan (saling terkait)

Pelaksanaan: menjadi perspicuous

(i) Menghindari ketidakjelasan

(ii) Menghindari keambiguan

(iii) Singkat

(iv) Tertib

A.2. Hubungan antara Penutur dan Maksim

Cara penutur untuk menghormati atau memperhatikan maksim:

Page 3: Hanif Fakhrunnisa Implikatur Pragmatik

a dia (lk) atau dia (pr) dapat berterus-terang dalam menghormati maksim.

b dia (lk) atau dia (pr) dapat melanggar maksim. Contohnya, dia (lk) atau dia (pr)

melakukan pelanggaran submaksim yang pertama dalam hal kualitas dengan

memberitahukan sebuah kebohongan yang disengaja.

c Yang ketiga, dia (lk) atau dia (pr) dapat memilih keluar dari maksim. Hal ini

dapat memperlihatkan seorang penutur yang menggunakan batasan-batasan

dalam percakapan.

Memilih keluar dari batas-batas dalam Bahasa Inggris

a. Kualitas:

Sejauh ini aku mengetahuinya

Aku tidak yakin jika ini benar, tetapi...

b. Kuantitas:

Mungkin saja kamu sudah mengetahuinya,

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa,

Mungkin aku tidak perlu mengatakan hal ini, tetapi...

c. Hubungan:

Oh, omong-omong,

Aku tidak yakin jika ini saling berkaitan, tetapi...

Aku tidak ingin mengubah pokok persoalan, tetapi...

d. Pelaksanaan:

Aku tidak yakin jika ini akan selesai, tetapi...

Aku tidak tahu jika ini masuk akal, tetapi...

Ini mungkin sedikit membosankan, tetapi...

Jadi ada bukti bahwa penutur tidak hanya menyadari adanya maksim, tetapi

mereka mencoba untuk mengikuti mereka. Yang keempat, penutur dapat secara

terang-terangan mencemoohkan atau mengeksploitasi maksim, untuk segera

diilustrasikan.

Percakapan Implikatur 0 Melawan Percakapan Implikatur F

Page 4: Hanif Fakhrunnisa Implikatur Pragmatik

Dengan asumsi bahwa prinsip Kerja sama dan itu terkait dengan maksim-maksim

yang biasanya ditaati oleh penutur dan penerima dalam interaksi percakapan, Grice

menyarankan bahwa percakapan implicatur-kasar, seperangkat interferensi bebas-

Logis yang berisi penyampaian pesan yang dimaksudkan tanpa menjadi bagian dari

apa yang dikatakan dalam arti yang tepat1-dapat timbul dari tepatnya mengamati atau

dengan memamerkan secara terang-terangan dan mencemooh maksim. Mari kita

namakan hal ini percakapan implikatur yang dirasakan secara langsung untuk

mengamati maksim-maksim percakapan impliatur 0.

Implikatur Percakapan Umum Dibandingkan Implikatur Percakapan Khusus

Dikotomi Gricean kedua, berbeda dari yang pertama, yakni antara implikatur

percakapan yang timbul tanpa memerlukan kondisi kontekstual tertentu dan orang-

orang yang memang membutuhkan kondisi seperti itu. Grice menyebut jenis pertama

dengan sebutan implikatur percakapan umum .

B. Dua Teori Implikatur Percakapan Baru

Sejak awal, teori klasik Grice tentang percakapan implikatur merevolusi teori

pragmatik. Kemudian menghasilkan banyak penafsiran, revisi dan rekonstruksi.

Contohnya, keseluruhan mekanisme Grician tentang prinsip kerjasama dan unsur

kaidahnya adalah memiliki subjek (pelaku) dan berbagai upaya pengurangan

(reduksi). Harnish (1976) menyatakan kaidah-kaidah Grace tentang kualitas dan

kuantitas runtuh dalam kaidah tunggal. Adapun Welker (1994) telah mencoba

menggunakan prinsip-prinsip superpragmatik, dengan menggunakan pembicara

(speaker) yang menghasilkan ucapan yang lebih dekat dengan tujuan percakapan dan

lebih baik dari ucapan pembicara lainnya. bagaimanapun juga, teori reduksi ini,

sangat berpengaruh terhadap prinip Hornian dan tiga prinsip Levinson neo-Grician,

teori pragmatik.

B.1.Sistem Horn

Horn (1984, 1989, 2004) membuat dua model. dua model tersebut adalah Prinsip

Kuantitas dan Prinsip Hubungan.

Prinsip-prinsip Horn Q - dan R

1

Page 5: Hanif Fakhrunnisa Implikatur Pragmatik

a. Prinsip Q-

Cukup salurkan kontribusi anda;

Katakanlah sebanyak yang anda bisa (mengingat prinsip R-)

b. Prinsip R-

Membuat kontribusi yang diperlukan;

Dalam persyaratan struktur informasi, prinsip Horn’s Q-, mengumpulkan kuantitas

Grice’s -1, cara-1, dan cara maksimal-2, lebih rendah menuju prinsip pragmatik yang

memungkinkan (adanya karakteristik) yang telah di eksploitasi untuk menimbulkan

percakapan tingkat tinggi yang terlibat : pembicara, dalam mengatakan ‘...p...’,

percakapan yang terlibat yaitu (untuk segala hal yang diketahui) ‘...at most p...’. Locus

Clasicus (Klasikus Lokus) disini adalah sebuah tahap percakapan yang terlibat bahwa

hal tersebut di timbulkan dari bentuk dasar Q- atau Horn-scale. Bentuk dasar Q- atau

Horn-scale telah di tentukan di dalam (2.31

Bentuk dasar Q- atau Horn-scales

Untuk <S, W> bentuk Q- atau Horn-scale,

(i) A (S) memerlukan A (W) untuk beberapa kerangka kalimat A yang berubah-

ubah;

(ii) S dan W merupakan bentuk leksikal yang sama, terbentuk dari jenis kata yang

sama, dan daftar yang sama; dan

(iii) S dan W merupakan jenis hubungan semantik yang sama, atau dari medan

makna yang sama,

Dimana S berdiri untuk ‘ekspresi semantik (makna) yang kuat’ dan W berdiri untuk

‘ekspresi semantik (makna) yang lemah’. Beberapa contoh dari Q- atau Horn-scales:

a. <all, some>

b. <hot, warm>

c. <excellent, good>

Page 6: Hanif Fakhrunnisa Implikatur Pragmatik

d. <the, a>

e. <beautiful, pretty, attractive>

Ilustrasi di atas adalah cara yang di ambil sebagai contoh. Disini kata all kata yang

memiliki bentuk semantik yang kuat daripada than, karena itu memerlukan kata some,

tetapi bukan sesuatu hal yang buruk. All dan some adalah jenis kata leksikal yang

relatif sama, dan keduanya saling berkaitan yaitu keduanya berasal dari medan makna

yang sama.

a. <iff, if>

b. <regret, know>

c. <(p because q), (p and q)>

Contoh tersebut bukan merupakan bentuk dari Q- atau Horn-scale. Mengingat pada

contoh (ii), (a) di kesampingkan sebagai bentuk asli dari bentuk Q- atau Horn-scale.

Hal ini karena di dalam bahasa Inggris tidak ada kesatuan leksem yang standar yang

artinya sama seperti kata if and only if. Di dalam jenis kata yang lain , iff (yang

berada di dalam daftar khusus) dan if bukan merupakan leksikal yang sama. Baru

saja, Levinson (2000: 79) telah menunjukkan bahwa kondisi leksikal yang sama yaitu

berkaitan dengan ekspresi leksikal yang kuat pada Q- atau Horn-scale. Lalu pada (iii)

(b) dikecualikan. Alasannya adalah bahwa kata regret dan know merupakan jenis

hubungan kata yang memiliki semantik (jenis) makna yang berbeda. Dua kata atau

lebih dalam bentuk leksikal merupakan sebuah bentuk Q- atau Horn-scale, mereka

harus memiliki hubungan makna (hubungan semantik) yang sama. Dan tidak

diperbolehkan adanya penambahan dengan memperkenalkan bidang makna yang lain.

Hal tersebut, kurang lebih bisa di katakan sebagai bentuk Q- atau Horn-scale yang

palsu.

Sebagai contoh dari bentuk Q- implikasi adalah sebagai berikut :

<excellent, good>

Perusahaan menyediakan layanan TV digital yang baik untuk daerah ini.

+> Perusahaan tidak memberikan layanan TV digital yang sangat baik.

Page 7: Hanif Fakhrunnisa Implikatur Pragmatik

Disisi lain, tandingan dari bentuk Prinsip R-, yang menggolongkan Grice Quantity-2,

hubungan, Arti-3, dan Arti -4 maksimal, adalah sebuah bentuk pragmatik yang rendah

(bentuk yang sistematis) di eksploitasi untuk membentuk keterlibatan jenis

percakapan yang rendah : seorang pembicara, mengatakan ‘...p...’ percakapan yang

terlibat bahwa (semuanya harus mengetahui) ‘...more than p’ (terdapat di Atlas dan

Levinson 1981).

John broke a finger yesterday. (Jari john mengalami sakit kemarin)

+> The finger was one of John’s.

Horn secara eksplisit mengidentifikasi prinsip Q ('pendengar-berorientasi pada isi

informasi untuk memaksimalkan isi informasi) dengan pendengar ekonomi Zip

(kekuatan diversifikasi) dan prinsip R('pembicara-berorientasi untuk minimalisasi

bentuk linguistik')dengan Pembicara ekonomi Zip (kekuatan dari penyatuan). Selain

itu, Horn berpendapat, mengutip Martinet (1962:139) sebagai pendukung,bahwa

mekanisme pragmatic Gricean kesimpulan sebagian besar berasal dari interaksi dialek

antara metode prinsip Q - dan R- berikut.

Divisi Perburuhan pragmatis milik Horn

Penggunaan penanda (relatifitas kompleks dan atau menunjuk-nunjuk) ekspresi ketika

yang sesuai tidak bertanda (sederhana, kurang, 'usaha maksimal') alternatif ekspresi

tersedia cenderung ditafsirkan sebagai kumpulan pesan (satu yang pilihan yang tidak

ditandai adalah tidak disampaikan).

Pada dasarnya, prinsip R- umumnya membutuhkan prioritas sampai penggunaan

memperlihatkan perbedaan linguistik bentuk menginduksi pada implikatur Q- kepada

tidak berlakunya keterkaitan dengan implikatur R-.

2.2.2. sistem Levinsonian

Proposal Horn untuk mengurangi maksim Grice pada prinsip-prinsip Q - dan R-.

Dalam pandangan Levinson, Horn gagal untuk menarik perbedaan antara Levinson

yang menyebutkan semantik minimizations (' ekspresi semantik umum lebih disukai

daripada semantik yang spesifik) dan ekspresi minimizations (ekspresi '"lebih pendek"

lebih disukai daripada "yang lebih panjang"’).

Page 8: Hanif Fakhrunnisa Implikatur Pragmatik

Salah satu yang menarik dari Q-implikatur adalah bahwa mereka biasanya dapat

dibatalkan oleh metalingustik penyangkalan ---sebuah istilah yang diperkenalkan

oleh Hom (1985) berikut Ducrot (1972). Metalinguistik penyangkalan adalah

perangkat untuk menolak ucapan sebelumnya golongan apapun termasuk bentuk

morfosintatik, realisasinya fonetik, gaya atau mendaftar, dan implikatur. Ini adalah

karakteristik oleh sejumlah properti yang khas. Di tempat pertama, terdiri dari kalimat

negatif yang diikuti oleh sebuah pelurusan klausa. Kedua, ini adalah Balasan untuk

menyuarakan sebelumnya, aspek yang objek. Ketiga, diambil deskriptif, itu

merupakan suatu kontradiksi kebenaran-kondisional. Di tempat keempat, ketika

berbicara, itu cenderung terjadi dengan kontur intonasi khusus, disebut kontradiksi.

Kelima, tidak memungkinkan penggunaan polaritas negatif item seperti apapun.

Keenam, tidak mengizinkan penggabungan negatif. Di tempat yang ketujuh,

maknanya adalah sering hasil dari reanalisis. Akhirnya, itu pada dasarnya Instansiasi

kutipan, menyebutkan atau representasi.

Penggunaan non-kebenaran-fungsional penyangkalan dapat dibedakan dari

penyangkalan propositional standar, deskriptif, kebenaran-fungsional.

a. Xiaoming tidak dilahirkan di Peking, ia dilahirkan di Shanghai.

b. Xiaoming tidak dilahirkan di Peking, dia dilahirkan di Beijing.

(a) merupakan penyangkalan biasa, kebenaran-fungsional: apa ini ditiadakan adalah

isinya semantik kebenaran-kondisional. Sebaliknya dalam (b) kami memiliki

metalinguistik penyangkalan. Apa adalah keberatan ini isinya tidak deskriptif (atau

dua kalimat akan merupakan suatu kontradiksi Logis) tapi beberapa properti

representasi agak jatuh dalam lingkup penyangkalan.

C. Implikatur Konvensional

Implikatur konvensional adalah pada umumnya tidak mengacu kepada kebenaran

situasi yang terjadi pada inferensi, apa adanya dari apa yang telah dikatakan dan

berhubungan dengan leksikal (makna kebahasaan) / tataran linguistik.

Implikatur konvensional bersifat non-temporer, artinya makna itu lebih tahan

lama. Suatu leksem tertentu, yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran, dapat dikenali

irnplikasinya karena maknanya yang "lama" dan sudah diketahui secara umum.

Page 9: Hanif Fakhrunnisa Implikatur Pragmatik

Beberapa contoh dasar implikatur konvensional :

a. sebab akibat

Dia orang Cina, oleh karena itu dia tahu bagaimana cara menggunakan sumpit

b. p tetapi q >> p jelas otomatis q

a) John orang miskin, tetapi dia jujur

b) Barang yang kita jual laku, oleh karena itu persediaan barang menjadi

sedikit.

c. bahkan p >> dugaan yang sebaliknya

Bahkan istrinya tidak berpikiran kalau suaminya,John akan memenangkan

pemilihan.

d. p tambahan q >> q melengkapi p

John bisa membaca bacaan buku menulis puisi berbahasa Jerman.

e. p menyimpulkan q >> p menyediakan penjelasan untuk q

Mary mengajar mata pelajaran tata boga bahasa Cina, karena suaminya telah

membelikannya sebuah buku .

Contoh-contoh di atas mewakili terbentuknya implikatur konvensional, di dalam

bahasa Inggris ditandai dengan adanya tanda sesungguhnya (actually), juga (also),

baru saja (barely), disamping itu (besides), di lain pihak (on the other hand), hanya

(only), masih (still), terlalu (too), belum (yet) dan perintah (manage to).