hand out

download hand out

of 3

Transcript of hand out

PENGARUH PEMBERIAN HORMON TIROKSIN DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA TERHADAP PERKEMBANGAN, PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA GURAMI USULAN PENELITIAN CITRA FIBRIYANTO NPM E1F.01024

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) merupakan ikan air tawar yang mempunyai nilai cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena ikan ini mempunyai rasa yang lebih enak dibanding ikan jenis lain. Selain itu, lama waktu pemeliharaan yang dibutuhkan ikan ini lebih lama jika dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Gurami merupakan ikan yang pertumbuhannya lambat. Untuk mencapai panjang 15 cm, gurami memerlukan waktu sekitar satu tahun, bandingkan dengan ikan mas yang hanya memerlukan waktu tiga bulan. Selain itu, pada fase larva ikan ini sangat rentan terhadap penyakit dan kelangsungan hidupnya pun cukup rendah. Banyak cara dan usaha dilakukan untuk meningkatkan kelangsungan hidup gurami, salah satunya adalah dengan merendam larva ke dalam larutan tiroksin. Pemberian hormon tiroksin menyebabkan peningkatan pertumbuhan dan metabolisme ikan. Hal ini dikarenakan tiroksin merangsang selsel di dalam tubuh untuk lebih aktif melakukan oksidasi terhadap bahan makanan dan memegang pengawasan di dalam metabolisme tubuh secara keseluruhan. Dan cara ini terbukti berhasil saat dilakukan terhadap jenis ikan lain. Kerangka Pemikiran Masalah yang sering meresahkan petani gurami (Osphronemus gouramy Lac.) adalah rendahnya pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan, terutama pada fase larva. Pada fase ini, pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan cukup rendah. Walaupun telah diberi perlakuan yang sesuai untuk pertumbuhan maksimal, tetap saja hasilnya tidak memuaskan. Perendaman larva menggunakan larutan tiroksin dilakukan untuk mengurangi masalah tersebut, sehingga tidak lagi meresahkan petani. II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Gurami Ikan gurami mempunyai bentuk badan agak panjang, pipih, dan tertutup sisik yang berukuran besar serta terlihat kasar dan kuat. Jari-jari pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Ujung sirip ekor berbentuk busur. Pada dasar sirip dada gurami betina terdapat tanda berupa bundaran hitam. Bagian kepala gurami muda berbentuk lancip dan akan menjadi tumpul bila sudah besar. Mulutnya kecil dengan bibir bawah sedikit menonjol dibandingkan bibir atas dan dapat disembulkan. Pada badan gurami muda terdapat garis tegak berwarna hitam berjumlah tujuh sampai delapan buah dan garisgaris ini akan hilang pada saat gurami menjadi dewasa. Pertumbuhan gurami terhitung lamban. Hal ini dapat dilihat dari pertambahan panjangnya dalam tiga tahun pertama. Pada umur satu tahun gurami mencapai panjang total 15 cm, pada umur 2 tahun 25 cm dan pada tahun ketiga 35 cm. Pertumbuhan yang relatif cepat terjadi pada umur tiga sampai lima tahun.

Pertumbuhan awal yang lambat ini terjadi karena pada umur tersebut gurami mengalami pematangan kelamin sehingga sebagian energi dan zat makanan dipergunakan untuk perkembangan kelamin Hormon Tiroksin Hormon-hormon tiroid ini berperan penting dalam mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan, dan osmoregulasi ikan sebagaimana pada vertebrata lain. Hormon tiroid pada ikan merupakan molekul-molekul yang relatif kecil dan sama halnya pada semua vertebrata yaitu terdiri dari tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). tiroksin termasuk kelompok hormon amina yang berasal dari asam amino tirosin yang mengalami modifikasi sebagai hasil iodinisasi (pengikatan iodium pada asam amino tirosin) dan penyatuan dua molekul diiodotironin. Pemberian hormon tiroksin menyebabkan peningkatan pertumbuhan dan metabolisme ikan. Djojosoebagio (1996) menambahkan bahwa tiroksin merangsang sel-sel di dalam tubuh untuk lebih aktif melakukan oksidasi terhadap bahan makanan dan memegang pengawasan di dalam metabolisme tubuh secara keseluruhan. Tiroksin dan Perkembangan Larva Ikan Hormon tiroksin dapat menstimulasi perkembangan embrionik pada beberapa jenis ikan. Diketahui bahwa sejumlah hormon tiroid cenderung ada pada telur-telur dan larva ikan. Keberadaan hormon tiroksin pada tahap awal hidup ikan teleostei secara tidak langsung menunjukkan bahwa hormon ini mempunyai peranan dalam perkembangan ikan. Hormon-hormon tiroid juga terlibat dalam pembantukan pigmen dan penyebaran sel melanofora. Pemberian tiroksin dapat meningkatkan proporsi pigmen penglihatan porfiropsin dalam retina ikan teleostei. Selain itu, pada ikan-ikan yang diberi hormon tiorid dapat terjadi penebalan pada epidermisnya. Tiroksin dan pertumbuhan larva ikan Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa penambahan hormon tiroksin dapat mempengaruhi pertumbuhan Salmo gairdneri, S. trutta, Salvenilus fontinalis, Onchorhynchus kisutch, Lebistes reticulatus, Carassius auratus dan Mugil auratus (Donaldson et al. 1979). Pemberian hormon tiroksin juga menyebabkan peningkatan pertumbuhan dan metabolisme ikan. Tiroksin dan kelangsungaan hidup larva ikan Di air tawar, hormon tiroksin (T4) dapat memperbaiki kelangsungan hidup larva ikan mas. Konsentrasi 0,05 ppm dan 0,1 ppm T4 lebih efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup larva ikan ini daripada konsentrasi 0,01 ppm. Dari kedua dosis tersebut, tampaknya dosis 0,1 ppm lebih efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup (Lam dan Sharma, 1985).

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN PERIKANAN JATINANGOR 2005

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Basah, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, yang dilaksanakan mulai pertengahan bulan Agustus 2005. Penyediaan Tiroksin Untuk setiap perlakuan dibutuhkan larutan tiroksin 0,1 ppm. Larutan tersebut diperoleh dengan cara melarutkan 0,1 mg garam natrium L-tiroksin (Sigma Chemical Co.) dalam satu liter air sehingga didapat larutan tiroksin dengan konsentrasi 0,1 ppm. Penyediaan dan Pemeliharaan Larva Larva gurami diperoleh dari telur yang berasal dari petani pembenih di Bandung. Telur gurami tersebut dieramkan satu sampai dua hari atau sampai muncul bintik mata. Untuk mencegah serangan jamur dilakukan pemberian metilen blue. Setelah telur menetas dan larva berumur satu hari digunakan sebagai stok penelitian. Seterusnya larva ikan gurami dipelihara dalam akuarium ukuran 60x40x40 cm3 selama selama dua bulan. Selama masa pemeliharaan dilakukan pergantian air sebanyak 30% setiap hari. Pemberian pakan dilakukan mulai larva berumur lima hari sebanyak tiga kali sehari secukupnya (sampai kenyang) berupa kutu air (Dhapnia) dan cacing sutera (Tubifex). Setiap akuarium pemeliharaan diberi aerasi dan suhu dipertahankan berkisar antara 25C sampai 28C. Prosedur Percobaan Larva gurami yang berumur satu hari direndam dalam larutan hormon tiroksin 0,1 ppm dalam wadah baskom. Setelah mengalami masa perendaman selama 24 jam untuk perlakuan I, 48 jam untuk perlakuan II, dan 72 jam untuk perlakuan III, larva diangkat dan dipindahkan ke akuarium pemeliharaan berukuran 60x40x40 cm3. dari setiap perlakuan dan ulangan diambil lima ekor ikan untuk pengamatan. Setiap perlakuan menggunakan 150 ekor larva termasuk perlakuan kontrol. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan masing-masing empat perlakuan sebagai berikut: Perlakuan A = perendaman tiroksin selama 24 jam Perlakuan B = perendaman tiroksin selama 48 jam Perlakuan C = perendaman tiroksin selama 72 jam Perlakuan K = tanpa perendaman (kontrol)

Pengamatan Larva A. Perkembangan Larva Perkembangan larva gurami diamati sekali dua hari selama satu pekan setelah perendaman.

V = (/6) C1(C2)2dengan, V C1 C2 = volume kuning telur (mm3) = diameter memanjang (mm), yaitu jarak terpanjang dari kedua sisi kuning telur. = diameter melebar (mm), yaitu jarak terpendek dari sisi kuning telur.

Untuk mengetahui laju penyerapan kuning telur sampai waktu tertentu digunakan rumus sebagai berikut:

Vy = ((Ln Vt Ln V0)/t) x 100%Dengan, Vy Vt V0 t = laju penyerapan kuning telur (%/jam) = volume kuning telur pada hari ke-t (mm3) = volume kuning telur awal (mm3) = jam

B. Pertumbuhan Larva Pengamatan pertumbuhan larva meliputi pengukuran terhadap panjang total dan penimbangan bobot larva tujuh hari sekali. Pengukuran panjang dan penimbangan bobot larva ini dilakukan selama masa pemeliharaan terhadap lima ekor larva darisetiap perlakuan. Panjang total larva adalah jarak antar ujung terminal mulut hingga ujung sirip ekor. Panjang total larva diukur menggunakan jangka sorong. Pengukuran bobot larva dilakukan dengan menggunakan timbangan digital. C. Kelangsungan Hidup Larva Tingkat kelangsungan hidup larva ditentukan dengan menghitung jumlah larva yang hidup sampai pada hari terakhir masa pemeliharaan (akhir penelitian). Nilainya dihitung dengan persamaan:

SR = Nt/N0 x 100%dengan SR = kelangsungan hidup (%) Nt = jumlah larva yang hidup di akhir penelitian (ekor) N0 = jumlah larva yang ditebar (ekor) Pengamatan kelangsungan hidup ini dilakukan setiap tujuh hari sekali selama pemeliharaan.