Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan...

44
BAB I PENDAHULUAN Studi seputar relasi antara Islam dan orientalisme termasuk studi prestisius. Hampir setiap bidang Islamic studies berkaitan dengan orientalisme, baik itu tafsir, hadis, fikih, filsafat, sufisme maupun sejarah. Masing- masing bidang studi tidak luput dari sentuhan kajian para orientalis, bahkan mereka berhasil menghasilkan karya-karya bermutu yang tidak dapat dilakukan oleh sebagian umat Islam. Sebagai bukti, dalam bidang hadis, mereka meracik berbagai pembahasan yang berkenaan dengan otentifikasi hadis. Ketika sarjana Barat memasuki domain penelitian tentang sumber dan asal usul Islam, mereka dihadapkan pada pertanyaan tentang apakah dan sejauhmana hadis hadis atau riwayat riwayat tentang nabi dan generasi Islam pertama dapat dipercaya secara hisroris. Pada fase awal kesarjanaan Barat, mereka menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap literatur hadis dan riwayat riwayat tentang nabi dan generasi Islam awal. Tetapi sejak paroh kedua abad kesembilan belas, skeptisime tentang otentisitas sumber tersebut muncul. Bahkan sejak saat itu perdebatan tentang isu tersebut dalam kesarjanaan Barat didominasi oleh kelompok skeptis. Kontribusi sarjana seperti Ignaz Goldziher, 1

Transcript of Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan...

Page 1: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

BAB I

PENDAHULUAN

Studi seputar relasi antara Islam dan orientalisme termasuk studi prestisius.

Hampir setiap bidang Islamic studies berkaitan dengan orientalisme, baik itu

tafsir, hadis, fikih, filsafat, sufisme maupun sejarah. Masing-masing bidang studi

tidak luput dari sentuhan kajian para orientalis, bahkan mereka berhasil

menghasilkan karya-karya bermutu yang tidak dapat dilakukan oleh sebagian

umat Islam. Sebagai bukti, dalam bidang hadis, mereka meracik berbagai

pembahasan yang berkenaan dengan otentifikasi hadis.

Ketika sarjana Barat memasuki domain penelitian tentang sumber dan asal

usul Islam, mereka dihadapkan pada pertanyaan tentang apakah dan sejauhmana

hadis hadis atau riwayat riwayat tentang nabi dan generasi Islam pertama dapat

dipercaya secara hisroris. Pada fase awal kesarjanaan Barat, mereka menunjukkan

kepercayaan yang tinggi terhadap literatur hadis dan riwayat riwayat tentang nabi

dan generasi Islam awal. Tetapi sejak paroh kedua abad kesembilan belas,

skeptisime tentang otentisitas sumber tersebut muncul. Bahkan sejak saat itu

perdebatan tentang isu tersebut dalam kesarjanaan Barat didominasi oleh

kelompok skeptis. Kontribusi sarjana seperti Ignaz Goldziher, Joseph Schacht,

Wansbrough, Patricia Crone, Michael Cook dan Norman Calder berpengaruh

secara dramatis terhadap karya karya sarjana Barat

Sebagian besar ahli hadis beranggapan bahwa apabila sebuah hadis

tertentu yang disandarkan kepada nabi saw. ditemukan dalam koleksi hadis

kanonik, lebih-lebih dalam Shahih Bukhari dan Muslim, maka dengan koleksi

hadis-hadis itu bersumber dari nabi saw. namun, berdasarkan temuan G.H.A.

Juynboll (1935-) dengan menggunakan teori common link, walaupun sebuah

hadis tertentu telah direkam dalam al-Kutub al-sittah, tetapi hadis itu belum tentu

berasal dari nabi saw.

Temuan Juynboll ini akhirnya menuai berbagai macam kritik dari kaum

orientalis sendiri maupun dari para ahli hadis muslim. Namun kritik yang paling

1

Page 2: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

signifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link

dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H.1

Tujuan penulisan makalah ini adalah mengkaji teori common link G.H.A.

Juynboll dan implikasinya terhadap persoalan asal usul dan perkembangan awal

hadis. Teori common link yang berpijak pada asumsi yang berbeda dengan asumsi

metode kritik hadis di kalangan muhaddisin pada gilirannya menimbulkan akibat

yang cukup mengejutkan ahli hadis pada khususnya dan umat Islam pada

umumnya. Tujuan lainnya adalah untuk melihat reaksi yang ditimbulkan oleh

teori Common Link itu sendiri, khususnya atas asumsi yang diajukan Harald

Motzki atas sanggahannya terhadap Juynboll. Dalam makalah ini, kita akan

melihat proses kerja dari teori Common Link serta bagaimana sanggahan yang

dilontarkan oleh Harald Motzki terhadap teori Juynboll dengan mengemukakan

teorinya sendiri.

Dengan segala keterbatasan, dan segala upaya yang sebisa mungkin

penulis lakukan, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca umunya,

dan bagi penulis sendiri khususnya. Amin.

1 Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis, (Malang: Uin-Maliki Press, 2010), hlm 175

2

Page 3: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

BAB II

TELAAH ATAS TEORI COMMON LINK G.H.A JUYNBOLL

A. G.H.A Juynboll; Biografi singkat

Gautier  H.A. Juynboll lahir di Leiden Belanda pada 1935. Pakar hadis dari kaum

orientalis ini bisa disejajarkan dengan para pakar hadis muslim seperti Fazlur Rahman

dan MM Azami. Selama tiga puluh tahun lebih ia secara serius mencurahkan

perhatiannya untuk melakukan penelitian hadits dari persoalan klasik hingga

kontemporer.2

Selain kiprahnya sebagai seorang dosen dibanyak Universitas di Belanda, ia juga

aktif sebagai peneliti dan daily visitor dalam bidang hadis di perpustakaan Universitas

Leiden.3 Dia mempunyai banyak artikel, makalah, jurnal yang terkait dengan studi hadis

dan banyak mengklaim teori-teori konvensional para ulama muhaddisin adalah yang

diada-ada tanpa data dan sanad yang akurat yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah. Hal itu membuat namanya semakin dikenal dikalangan para ilmuan hadis masa

kini.

Concordance et Indices de la Tradition Musulmane (kamus hadis tahun 60-an),

On The Origins of Arabic Prose (1974), The Authenticity of the Tradition Literature:

Discussion in Modern Egypt; itu merupakan beberapa karya original Juynboll yang

diambil dari sumber klasik dan kontemporer, mengkaji tentang pendapat-pendapat para

teolog mesir tentang kesahihan hadits nabi yang syarat dengan historis. Dalam buku ini

banyak dijelaskan pemahaman orientalis seperti: G. Weil, W. Muir, dan R.P.A dozy

yang mereka berkesimpulan bahwa banyak hadis-hadis nabi yang palsu tidak memenuhi

syarat kualitas dan kuantitas sanad dan dalam koleksi kitab hadis bukhari sendiripun

hanya sebagian yang dapat dikategorikan sebagai hadis yang otentik atau original.4

B. Posisi Juynboll dalam Studi Hadits Modern di Barat (Orientalis)

Ketika sarjana Barat memasuki domain penelitian tentang sumber dan asal

usul Islam, mereka dihadapkan pada pertanyaan tentang apakah dan sejauh mana

2 Ali masrur, Teori common link, (Yokyakarta: PT. LKis Pelangi Aksara, 2007), hlm. 153 Umi Sumbulah, Kajian Kritis … hlm. 173.4 Ali masrur, Teori common link,….. hlm.18

3

Page 4: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

hadis-hadis atau riwayat-riwayat tentang nabi dan generasi Islam pertama dapat

dipercaya secara hisroris. Pada fase awal kesarjanaan Barat, mereka menunjukkan

kepercayaan yang tinggi terhadap literatur hadis dan riwayat-riwayat tentang nabi

dan generasi Islam awal. Tetapi sejak paruh kedua abad kesembilan belas,

skeptisime tentang otentisitas sumber tersebut muncul. Bahkan sejak saat itu

perdebatan tentang isu tersebut dalam kesarjanaan Barat didominasi oleh

kelompok skeptis. Kontribusi sarjana seperti Ignaz Goldziher, Joseph Schacht,

Wansbrough, Patricia Crone, Michael Cook dan Norman Calder berpengaruh

secara dramatis terhadap karya karya sarjana Barat.

Akan tetapi, Tidak semua sarjana Barat dapat digolongkan dalam aliran

atau “mazhab“ skeptis. Sarjana seperti Joseph Van Ess, Harald Motzki, Miklos

Muranyi, M.J. Kister, Fueck, Schoeler bereaksi keras terhadap sejumlah premis,

kesimpulan dan methodologi para kelompok skeptis. Mereka dapat digolongkan

sebagai kelompok non skeptis. Perdebatan antara kedua kelompok ini sangat

tajam selama dua dekade terahir.

Singkatnya, diskursus hadis di Barat selalu merujuk kepada nama Ignaz Goldziher (Honggaria) dan Joseph Schacht (Austria), dan untuk yang masih hidup G.H.A. Juynboll (Belanda), Harald Motzki (Jerman) dan beberapa nama yang lain. Dimata Orientalis kedua nama yang pertama dianggap seperti Ibn al-Salah (pendekar ulum al-hadith Muslim) atau Ibn Hajar dalam dunia Islam. Sedangkan G. H. A. Juynboll dan Harald Motzki, dianggap (kurang lebih) seperti Muhammad Shakir, al-Albani dan al-Saqqaf atau al-Gumari dalam dunia Islam. Kedua nama pertama (Goldziher dan Schacht) telah wafat, tapi meninggalkan pengaruh global dan menciptakan madhhab skeptis di Barat. Dimasa Goldziher (Mohammedanische Studien,1890) dan Schacht (The Origins 1950), mayoritas sarjana Barat untuk tidak mengatakan semua, skeptis terhadap literatur Islam, termasuk hadis. Diskursus masa awal Islampun (abad pertama kedua) dianggap tidak tersentuh karena minusnya sumber yang tersedia untuk itu. Secara umum, madhab skeptis berpendapat bahwa pengetahuan dan informasi tentang masa awal Islam (abad pertama kedua hijriah) hanyalah perpsepsi komunitas

4

Page 5: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

Muslim abad ketiga. Literatur yang ada tidak lebih dari sekedar refleksi peta konflik yang tidak dapat memantulkan realitas seperti digambarkan oleh sumber itu sendiri.

Ignaz Goldziher dan Josep Schacht adalah merupakan dua pengkaji hadist yang

dapat dikategorikan sebagai pengguna aliran revisionis dan adapun aliran tradisional yang

diwakili diantaranya Fuat Sezgin, Nabia Abbott, dan Azami.5 Aliran revisionais

cendrung menarik kesimpulan yang mengingkari validitas uraian-uraian historis yang

didasarkan pada berbagai fakta dari sumber-sumber Islam. Sedangkan kelompok

tradisional adalah mereka yang tidak mengakui kesimpulan kelompok revisionis dan juga

menolak validitas metode kritik sumber yang digunakan oleh kelompok revisionis. Dalam

kontek ini perlu kiranya pikiran Juynboll diletakkan apakah ia menganut revisionis atau

masuk kedalam katagori tradisional atau justru ia mencari jalan tengah diantara keduanya.

Di samping itu, Juynboll adalah seorang pengkaji hadis modern di Barat

dan sekaligus komentator dan penerjemah ide-ide Goldziher dan Schacht.

Walaupun ia tidak selalau mengikuti dan sejalan dengan keduanya, tetapi paling

tidak melalui teori common linknya, orang dapat memahami dengan baik karya-

karya kedua tokoh itu. Hingga saat ini, Juynboll dapat dianggap sebagai pengkaji

hadis terbesar di Barat. Oleh karena itu, membaca dan menyimak teori common

linknya merupakan sebuah keharusan untuk melihat seberapa jauh capaian-

capaian studi hadis di Barat yang telah disumbangkan kepada studi hadis pada

khususnya, dan studi Islam pada umumnya.

C. Asumsi Dasar dan Istilah-istilah Teknis dalam Teori Common Link

Mayoritas para ulama hadis sepakat bahwa semua hadis yang terdapat

dalam koleksi kitab konanik adalah otentik dan dapat dipertanggungjawabkan

serta sudah merupakan bersumber dari Nabi. Namun Juynboll dengan tegas

mengungkapkan hasil temuannya bahwa setiap hadits yang terdapat dalam koleksi

hadits yang konanik sekalipun, tidaklah bersumber dari sahabat atau Nabi

sekalipun, sahabat dan Nabi tidak bertanggungjawab atas dimasukannya nama-

nama mereka kedalam isnad hadits. Adapun yang bertanggung jawab atas matan

hadis dan juga isnad adalah seorang periwayat hadits yang berperan sebagai

5 Ali Masrur, Teori Common Link… hlm. 32

5

Page 6: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

common link dalam suatu bundel Isnad. Oleh karenanya materi hadis itu besumber

dari seorang periwayat yang disebut sebagai common link tersebut.

Dalam kajiannya terhadap sanad hadis, Juynboll secara umum bisa

digolongkan kepada dua bagian, pertama; kritiknya terhadap umat islam dalam

konsep dan cara analisis sanad yang mereka kembangkan, kedua; menciptakan

metode analis isnad yang baru sebagai alternatif. Ia berkesimpulan bahwa

metode yang selama ini digunakan oleh para muhaddisin dalam menganalisis

sanad adalah metode yang lemah. Oleh karena itu perlu rancangan metode

analisis sanad yang baru untuk menyelidiki kemunculan suatu matan hadis. 6

Selain dari pada itu kritikan-kritikan yang dikemukakan oleh Juynboll

juga membawa kesimpulan bahwa sebahagian besar matan-matan hadis yang

terkumpul dalam kitab-kitab hadis bukanlah bersumber dari Rasulullah SAW.

atas dasar ini maka metode alternatif yang ditawarkan oleh Juynboll adalah

bertujuan untuk menyelidiki siapakah orang yang pertama kali menyebarkan

matan hadis tersebut, kapan matan hadis tersebut mulai diriwayatkan dan dimana

matan hadis tersebut muncul serta siapa yang pertama kali meriwayatkannya.7

Teori ini dibangun berdasarkan beberapa asumsi, yaitu:

1. Semakin banyak jalur periwayatan yang bertemu, baik yang menuju

kepadanya atau yang meninggalkannya, maka semakin besar pula

seorang periwayat dan periwayatannya memiliki klaim kesejarahan;

2. Periwayat yang dianggap sebagai Common Link (CL) bertanggung jawab

atas jalur tunggal yang kembali kepadaotoritas tertua, sahabat atau nabi,

berikut perkembangan teks yang terjadi di dalamnya;

3. Posisi CL adalah sebagai originator (pencetus) atau fabricator (pemalsu)

isnad dan matan hadis yang kemudian disebarkan kepada sejumlah

muridnya.8

Keaslian dan tidaknya suatu jalur sanad sangat berkaitan dengan istilah-

istilah yang dibuat oleh Junyboll dalam analisi sanad yang dikembangkannya.

6 Fauzi Dermawan, Arif Chasanul Muna, Op. Cit.7 Informasi via email oleh Prof. Dr. Harald Motzki (Jum'at 17 Maret 2006, 12:01:22) dan

Dr. Syamsudi Arif (Jum'at, 10 Maret 2006, 13:08:47), dikutip dari makalah Teori Common Link.8 Umi Sumbulah, Kajian Kritis….. hlm, 173.,

6

Page 7: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

Istilah-istilah tersbut adalah Common link (cl); single stand (ss); partical common

link (pcl) seeming common link (scl); diving stand, dan spider.

Kritik yang paling mendasar menuru Juynboll adalah bahwa common link

hampir dari setiap hadis tidak pernah seorang sahabat, dan sangat jarang seorang

tabi'in besar, melainkan hampir selalu hanya seorang dari generasi tabi'in kecil

atau dari generasi setelah itu yaitu tabi'it tabi'in. Dalam hal ini Juynboll membuat

pernyataan bahwa jika para sahabat dan juga tabi'in besar saja hampir tidak pernah

atau jarang menjadi common link maka apalagi nabi sendiri. Singkatnya menurut

Juynboll bahwa materi hadis dalam berbagai koleksi hadis tidaklah bersumber

dari nabi ataupun sahabat, tetapi hanya dari generaasi tabi'in kecil atau generasi

tabi'it tabi'in.9

Jika sebuah hadits berdasarkan dari nabi hanya melalui seorang sahabat

kapada seorang tabi’in, lalu kepada soerang tabi’in lain yang pada gilirannya

sampai kepada common link, dan sesudah itu jalur periwayatannya mulai tersebar

dan terpancar keluar maka kesejarahan jalur periwayatan tunggal dari nabi hingga

common link tersebut tidak dapat dipertahankan. Disini, yang manjdi persoalan

adalah mengapa nabi manyampaikan haditsnya hanya kepeda seorang sahabat,

begitu pula sahabat hanya kepada seorang tabi’in dan seterusnya sehingga sampai

kepada common link.10

D. Pandangan Juynboll terhadap Metode Kritik Hadis (Takhrijul

Hadis) dan Kelemahannya

Terdapat dua hal yang mendasari pentingnya penelitian hadis yaitu:

pertama, terkait dengan posisi hadis sebagai sumber hukum islam II; kedua,

terkait dengan historitas hadis. Argumen historis ini mencakup alasan karena tidak

semua hadis telah tertulis di masa Nabi, secara factual telah terjadi sejumlah

manipulasi dan pemalsuan hadis.11 Menghadapai hal itu, para ahli hadis

9Ali Masrur, Teori Common Link… hlm. 105-10610 Ibid, hlm. 6411 Umi Sumbulah, Kajian Kritik… hlm. 183

7

Page 8: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

mengembangkan metode untuk membedakan antara hadis asli, lemah dan bahkan

hadis palsu. Adapun kriteria dalam kritik sanad adalah:

1. Sanad bersambung

2. Perawi bersifat adil

3. Perawi bersifat dhabit

4. Terhindar dari syadz

5. Terhindar dari ilat.

Metode di atas sudah dianggap mapan dan baku oleh para ahli hadis

klasik. Namun dalam pandangan Juynboll sangat berbeda, menurutnya metode

klasik tersebut masih menimbulkan kontroversi jika digunakan untuk

membuktikan kesejarahan penisbatan hadis kepada Nabi. Juynboll mengatakan

ada beberapa titik kelemahan dalam metode tersebut, yaitu:

a. Kemunculan metode kritik hadis konvensional dianggap terlambat.

b. Isnad dapat dipalsukan secara keseluruhan seseuai dengan kondisi

budaya dan politik dimasanya.

c. Tidak diterapkan kritik matan yang tepat hanya fokus kepada kritik

sanad.12

Informasi tentang nabi yang terekam dalam buku-buku hadis laksana

pecahan-pecahan kaca yang harus direkonstruksi supaya dapat memantulkan

berita-berita akurat tentang nabi. Meskipun hadis-hadis tersebut telah diseleksi

oleh para kolektornya (misalnya al-Bukhari, Muslim, Tirmizi, Ibn Majah, Abu

Daud, Nasai dll). Namun, kenyataan bahwa para kolektor ini hidup pada abad ke

tiga hijriah (dua ratus tahun lebih setelah nabi wafat), pertanyaan epistimologis

muncul: sejauh mana tingkat akurasi metodologi para kolektor ini dalam

menyeleksi hadis-hadisnya? Apakah metodologi mereka sama dengan metodologi

yang populer kita kenal dengan ulum al-hadis?

Al-Bukhari yang dikenal sebagai the man of hadis, misalnya, tidak pernah

menjelaskan metodologinya secara detail. Ulum al-hadis yang menurut mayoritas

sarjana Islam sangat akurat menyimpan sejumlah pertanyaan-pertanyaan

12 Ali Masrur, Teori Common Link… hlm. 113.

8

Page 9: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

epistimilogis yang tidak terjawab secara empiris. Ulum al-hadis diterima dan

dianggap sesuatu yang taken for granted.13

Dalam hal ini Junyboll pun menawarkan metode common link yang

menurutnya pantas untuk menggantikan metode kritik hadis klasik. Tak hanya

untuk menggantikan posisi metode kritik hadis klasik tersebut, teori common link

juga dimaksudkan untuk menolak semua asumsi dasar yang menjadi pijakan

metode itu.

E. Cara Kerja Teori Common Link G.H.A Juynboll

Secara garis besar, cara kerja dari teori Common Link ini adalah:

a. Menentukan hadis yang akan diteliti

b. Menelusuri hadis dalam berbagai koleksi hadis

c. Menghimpun seluruh isnad hadis

d. Menyusun dan merekonstruksi seluruh jalur isnad dalam satu bundel

isnad (pohon sanad)

e. Mendeteksi Common Link, periwayat yang dinilai paling

bertanggung jawab atas penyebaran hadis.14

Junyboll mengatakan kita tidak pernah menemukan metode yang sukses secara

ilmiah untuk membuktikan kesejarahan penisbatan hadits kepada Nabi. Selaian itu

menurutnya, metode kritik isnad yang digunakan oleh para ulama hadis memiliki

beberapa kelemahan: pertama, metode kritik isnad baru berkembang pada priode yang

relatif sangat lambat. Kedua, isnad hadits, sekalipun shahih, dapat di palsukan secara

keseluruhan dengan mudah. Ketiga, tidak diterapkannya kriteria yang tepat untuk

memeriksa matan hadits. Dalam fenomena ini Juynboll mengajukan solusi dengan

menggunakan metode common link dan metode analisis isnad.

Setelah menentukan dan menelusuri hadis yang akan diteliti dalam berbagai

koleksi hadis, langkah selanjutnya adalah membuat isnad bundle construction.

Tahap kerja isnad bundle construction ini seorang peneliti sebuah hadis

harus membuat skema yang menggambarkan jalur-jalur sanad yang menyokong

13 Phil. H. Kamaruddin Amin, "Refleksi Metodologis atas Diskursus Kesarjanaan Hadis Islam dan Barat," http://kamaruddinamin.uin-alauddin.ac.id/pidato-12-western-methods-of-dating-visavis-ulumul-hadis.htm (akses 03 Januari 2012).

14 Ali masrur, Teori common link……….hlm. 77

9

Page 10: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

matan hadis yang dikaji, kemudian jalur-jalur sanad yang berasal dari berbagai

kitab tersebut digabung menjadi satu sehingga membentuk satu konstruksi/

gabungan sanad yang menggambarkan perjalanan periwayatan matan hadis dari

generasi kegenerasi dimulai dari Rasulllllah S.A.W hingga masa para ulama

pengumpul hadis seperti al-Bukhari, Muslim dan lain sebagainya. 15

Untuk menyusun isnad bundle construction , Juynboll menjadikan kitab Tuhfah

al-Asyraf bi Ma'rifah al-Atraf karya al-Mizzi sebagai rujukan utama. Kitab al-Mizzi

ini mencatat jalur-jalur sanad hadis- hadis yang diriwayatkan oleh al-a'immah al-sittah

secara rapi, sehingga dengan menggunakan kitab al-Mizzi ini, Juynboll tidak perlu

menyusun semua jalur sanad yang terdapat dalam al-kutub al-sittah. Supaya jalur-jalur

sanad yang akan dikaji lebih komprehensif dan menggambarkan perjalanan periwayatan

sebenarnya, maka jaringan sanad yang terdapat dalam kitab-kitab selain al-kutub al-

sittah juga harus disusun semua dan kemudian digabungkan dengan jaringan sanad

yang sudah disusun oleh al-Mizzi.16

Hasil dari gabungan jaringan sanad ini akan memberikan gambaran bagaimana

periwayatan berlangsung: siapa saja yang berperanan dalam meriwayatkan matan hadis;

pada generasi manakah matan hadis tersebut mulai menyebar secara luas; dari daerah

manakah asal para perawi tersebut dan lain sebagainya. Singkatnya jaringan sanad

inilah yang akan dijadikan lahan/ medan analisis.

Langkah berikutnya adalah Analisis Sanad

Jaringan-jaringan berbagai sanad yang sudah terpampang dalam kumpulan

isnad bundle construction sebagaimana yang dirilis dari Kutub al-sittah dan

selainnya maka kemudian dianalisis sedemikian rupa dengan metode yang ada,

untuk mencari siapa orang yang pertama kali membuat matan hadis tersebut.

Jalur sanad dari Rasulullah hingga perawi ketiga atau keempat yang tunggal

diistilahkan oleh Juynboll dengan single stand. Manakala perawi ketiga atau keempat

yang mulai mempunyai murid lebih daripada satu dinamakan oleh Juynboll dengan

common link. Adapun murid common link yang mempunyai murid lebih dari satu

dinamakan partial common link.17

15 Umi Sumbulah, Kajian Kritis …. hlm. 17416 G.H.J. Juynboll, "Some Isnad-Analytical Methods Illustrated on the Basis of Seeveral

Woman-Demeaning Sayings from Hadist Literatur" al-Qantara, vol. X (1991), hlm. 345-350, Seperti dikutip oleh: Fauzi Dermawan, Arif Chasanul Muna, Op. Cit.

17 Ibid.

10

Page 11: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa Juynboll menegaskan bahwa fenomena

common link adalah yang menjamin keaslian suatu periwayatan hadis. Dengan kata lain

Juynboll menganggap bahwa beredarnya matan hadis dan juga sanadnya semenjak

mulai zaman common link hingga masa ulama pengumpul hadis adalah otentik dan

manakala kewujudan matan hadis pada masa sebelum common link tidak otentik atau

tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan kata lain cacat sejarah.

Juynboll menetapkan syarat yang ketat supaya seorang perawi dapat dikatakan

sebagai common link dan partial common link syarat tersebut adalah:

1. Mempunyai lebih dari pada satu murid yang masing-masing

dinamakan partial common link

2. Masing-masing partial common link tersebut pula harus mempunyai

murid lebih dari pada satu, begitu seterusnya sehingga masa ulama

pengumpulkan hadis.

Juynboll juga menegaskan bahwa generasi sahabat tidak ada yang berada dalam

posisi common link. Kebanyakan periwayatan suatu hadis, sahabat hanya mempunyai

satu murid saja. Kalaupun sahabat mempunyai dua murid atau lebih, namun murid-

muridnya tidak memenuhi syarat sebagai partial common link.18

Selain menggunakan metode analisis isnad, Juynboll juga melakukan analisis

matan guna menguji otentisitas dan kesejarahan hadits Nabi. Secara umum langkah-

langkah metode analisis matan yang diajukan Juynboll adalah sebagai berikut:

1.Mencari matan yang sejalan.

2.Mengidentifikasi common link yang terdapat pada matan yang sejalan.

3. Menentukan common link yang tertua.

4. Menentukan bagian teks yang sama dalam semua hadits yang sejalan.

Sumber atau asal semu matan hadis tersebut yang sejalan kemudian ditelusui

dengan menggunakan cara yang sama, yakni metode analisi isnad. Dengan langkah ini,

maka pada akhirnya ditemukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab terhadap

suatu hadis dan pada ahirnya diketahui keotentikan dan kebenaran suatu hadis.19

Juynboll menolak bahwa matan hadis yang disokong oleh sanad dalam bentuk

single strand sebagaimana gambar diatas bersumber dari Rasulullah S.A.W. Ia

menetapkan bahwa perawi yang bertanggung jawab membuat matan hadis dan juga

18 Ibid.19 Ali Masrur, Op. Cit, hlm. 88-89

11

Page 12: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

rangkaian sanad tersebut adalah ulama pengumpul hadis atau gurunya. Perpindahan

satu matan hadis dari satu perawi kepada satu murid sebelum masa guru ulama

pengumpul hadis tidak dapat dibuktikan keabsahannya kerana tidak ada murid lain

yang meriwayatkan matan yang sama. Oleh karena itu keberadaan matan hadis sebelum

masa guru pengumpul hadis tidak dapat dibuktikan kesejarahannya.20

Seeming common link, adalah apabila seorang perawi kelihatan seperti common

link, namun sebenarnya ia tidak memenuhi syarat sebagai common link. Gambarannya

adalah bahwa jika seorang perawi mempunyai dua murid (partial common link) atau

lebih, namun partial common link tersebut hanya mempunyai satu murid, maka perawi

tersebut tidak dianggap sebagai common link, dan jalur sanad yang sampai kepada ulama

pengumpul hadis diragukan keotentikannya. Perawi yang berada dalam keadaan seperti

ini dinamakan dengan seeming common link (seolah-olah common link).21

Adapun istilah lain yang dikemukakan Juynboll adalah Diving strand yaitu murid

yang berada dibawah common link namun tidak memenuhi syarat sebagai partical

common link dengan pengertian bahwa jalur isnad yang menyelam dan tiba-tiba sampai

kepada periwayat dibawah common link.22 Hal ini hampir sama juga seperti single stand

artinya single stand berada dibawa common link sedangkan single strand dalam

pengertian istilah Juynboll adalah sanad tunggal dari Nabi hingga ke common link.

Konsep "Diving strand" menurut hasil penelitian Juynboll, pertama hadis tersebut

dilihat seperti diriwayatkan oleh lebih dari satu Tabiin atau Sahabat, akan tetapi ketika

isnadnya diteliti secara cermat dan seksama jaringan atau strand tersebut sesungguhnya

berjalur tunggal. Strand seperti itu, menurut Juynboll, dibuat-buat oleh kolektor tertentu

untuk mendukung periwayatan hadis yang bersangkutan.23

Istilah selanjutnya adalah Spider, yakni sebuah bundel isnad yang terdiri dari

berbagai jalur tunggal, namun tidak seorang periwayat pun yang memiliki lebih dari

seorang murid.24 Istilah spider ini juga hampir sama dengan single strand namun rentan

rawinya melewati orang yang semasa dengan Common link atu langsug memperoleh

riwayat dari guru common link dan bahkan melewati sahabat yang lain, maka fenomena

ini dinamakan dengan spider stand. Dikalangan ulama hadis spider ini dinamakan

dengan istilah syawahid dan Mutabi'. syawahid berasal dari kata syahid yang bermakna

20 Fauzi Dermawan, Arif Chasanul Muna, Op. Cit.21Ibid.22Ali Masrur, Teori Common Link….. hlm. xxii.23Phil. H. Kamaruddin Amin, Op. Cit.24Ali Masrur, Teori Common Link…hlm. xxiv.

12

Page 13: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

menyaksikan, yakni seorang sahabat menyaksikan sunnah nabi namun matan atau

maknanya mempunyai kesamaan dengan matan atau makna hadis yang lain.25 Adapun

Mutabi' bermakna mengiringi atau yang mencocoki, maksudnya adalah hadis yang

sanadnya menguatkan sanad lain dari hadis itu juga.26 Hal ini terjadi pada perawi yang

melewati generasi setelah sahabat yakni sanadnya langsung disandarkan kepada tabi'in.

Langkah selanjutnya adalah Analisis Motif dan Perkembangan Sanad

dan Matan

Setelah melalui berbagai teori di atas, Junyboll mengakhirinya dengan analisis

motif dan perkembangan sanad dan matan hadis. Pada tahap ini Junyboll menyelidiki

motif pembuatan matan hadis oleh si common link atau perawi setelahnya yang

mempunya sanad single strand; Motif pembuatan jalur sanad oleh Common link atau

perawi setelahnya; Motif pengembangan hadis atau perawi setelah common link; Motif

pembuatan jalur spider yang tidak melewati common link dan motif pembuatan jalur

sanad diving stand yang melewati common link. Dengan diketahuinya motif-motif diatas

maka akan diketahui juga perkembangan bentuk matan hadis dari masa kemasa.27

Setelah mengaplikasikan metode diatas serta mengamati struktur jaringan sanad

dalam al-kutub al-sittah, Juynboll menyimpulkan bahwa sebahagian besar sanad yang

terdapat dalam al-kutub al-sittah adalah berbentuk single strand dan sebahagiannya lagi

adalah gabungan sanad single strand yang membentuk seeming common link dan spider

strand yang tidak mempunyai partial common link sehingga sanad-sanad tersebut tidak

dapat dianggap ilmiah. Juynboll menegaskan bahwa hadis yang mempunyai bentuk

sanad seperti ini jumlahnya ribuan. Sedangkan hadis yang mempunya common link yang

disokong dengan partial common link jumlahnya hanya ratusan.28

F. Kritik Teori Common Link dan Single Strand G.H.A. Juynboll

Dari berbagai uraian sebagaimana di atas, tampak jelas bahwa melalui analisis

single strand (ss); partial common link (pel); seeming commoll link (sel); dan spider,

Juynboll berpendapat bahwa suatu khabar yang diinformasikan oleh satu orang saja tidak

dapat diterima. Dengan kata lain Juynboll tidak menerima kesahihan khabar ahad yakni

yang berbentuk gharib (hadis yang hanya diriwayalkan oleh seorang saja). Selain

25 Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, (Jakarta: Bumi aksara, 1997), hlm. 23626 Ibid, hlm. 18327Fauzi Dermawan, Arif Chasanul Muna, Op. Cit. 28G.H.A. Juynboll, "Nafi', the Mawla of Ibn 'Umar and His Position in Muslim Hadist

Literatur", Der Islam, vol. LXX (1993), hlm. 207-216, Seperti dikutip oleh: Ibid.

13

Page 14: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

daripada itu melalui teori common link, nampak pula bahawa Juynboll hanya

menerima hadis yang disokong oleh sanad yang terdiri dari dua perawi dan masing-

masing perawi mempunyai setidaknya dua murid dan begitu seterusnya.

Untuk menanggapi berbagai teori Juynboll diatas, mari kita coba uraikan bukti-

bukti yang logis bahwa periwayatan hadis ahad kategori gharib adalah jenis

periwayatan yang diterima sejak pada masa Rasulullah SAW. dan berkesinambungan

hingga pada masa sahabat dan generasi-generasi setelahnya. Selain daripada itu penulis

akan coba juga menguraikan sejarah munculnya pendapat yang mengatakan suatu

khabar dapat diterima apabila ianya diinformasikan oleh seorang atau lebih dan juga

tanggapan ulama terhadapnya.

Diantara bukti-bukti yang menunjukkan bahwa khabar ahad yang

dikategorikan gharib diterima dikalangan ulama hadis dan umat Islam pada umumnya

adalah :

1. Kegiatan harian Rasulullah S.A.W. tidak selamanya dihadiri atau disaksikan

oleh banyak orang. Misalnya saja kegiatan di dalam rumah yang tidak

semestinya diketahui oleh semua sahabat. Oleh karena itu kadang-kadang

informasi yang berkaitan dengan perkara tersebut hanya diinformasikan

oleh sahabat Anas bin Malik atau 'A'isyah saja. Sangat tidak dapat diterima

oleh akal apabila riwayat-riwayat yang sedemikian ditolak hanya kerana

tidak ada perawi lain yang menyokongnya.29

2. Kadang-kadang Rasulullah S.A.W melakukan suatu kegiatan hanya diketahui

oleh seorang sahabatnya saja. Misalnya pada kejadian Nabi menginap di

rumah Abu ayyub al-Anshari selama sepuluh hari semasa awal-awal

kedatangan beliu di Madinah. Bisa jadi ada kegiatan Rasulullah S.A.W di

dalam rumah Abu ayyub al-Anshari yang hanya diketahui oleh Abu ayyub

saja. Kemudian Abu ayyub al-Anshari menceritakan perkara itu kepada orang

lain. Periwayatan Abu ayyub al-Anshari ini tidak ditolak oleh para sahabat

yang lain hanya karena beliau meriwayatkan secara sendirian.

3. Rasulull ah S.A.W kadang-kadang mengirim seorang utusan saja ke daerah-

daerah untuk mendakwahkan Islam. Ajaran-ajaran yang bersumber dari pada

Rasulullah yang dibawa oleh seorang utusan tersebut termasuk khabar

ahad kategori gharib. Informasi-informasi tersebut diterima oleh penduduk 29 Abd al-Mauwjud 'Abd al-Latif, al-Sunnah al-Nabawiyah bayn Du'at al-Fitnah wa Ad'iya'

al-'Ilm, (Kaherah: Dar al-Tiba'ah al-Muhammadiyah, 1990), hlm. 119-120, seperti dikutip oleh: Ibid.

14

Page 15: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

daerah tersebut dan mereka tidak menuntut adanya orang lain sebagai

saksi."30

4. Begitu pula dengan utusan-utusan suatu kaum yang dikirim untuk belajar

kepada Rasulullah S.A.W. antara mereka ada yang hanya berjumlah satu

saja, dan setelah mereka kembali ke masyarakatnya mereka akan

menceritakan apa yang diperoleh daripada Rasulullah S.A.W. Informasi

mereka yang hanya seorang tersebut tidak ditolak begitu saja oleh kaumnya

hanya kerana diceritakan sendiri.31

Singkatnya, tidak semua sahabat selalu bersama Nabi dalam setiap hari dan

setiap masa sebab di antara mereka ada yang bekerja di kebun, di pasar, pergi berperang

atau mempunyai kegiatan-kegiatan peribadi lainnya.

Pembagian hadis kedalam mutawatir, ahad dan juga pensyaratan jumlah

(al-'adad) dalam periwayatan belum terjadi pada masa sahabat dan tabi'in. Pada masa

itu semua umat Islam menerima periwayatan ahad termasuk yang dikategorikan gharib

yang memenuhi syarat-syarat untuk diterima . Kemudian selepas abad kedua hijriah,

muncullah usaha untuk meragukan khabar ahad yaitu yang dilakukan oleh para ahli

kalam dari kelompok Mu'tazilah. Mereka mendefinisikan khabar ahad dengan "Mala

yu'lam kaunuhu sidqan wala kadziban" (berita yang tidak diketahui kebenaran dan

kebohongannya). 32

Untuk menerima sebuah riwayat, mereka mensyaratkan adanya jumlah

(al-'adad) sama seperti dalam kesaksian. Diantara mereka ada yang mensyaratkan

bahawa suatu hadis dapat diterima apabila diriwayatkan oleh dua orang perawi,

kemudian setiap perawi tersebut mestilah mempunyai dua orang murid dan masing-

masing murid tersebut juga mempunyai dua murid dan begitu seterusnya. Ini adalah

pendapat Ibrahim bin Isma'il bin 'Aliyyah dan al-Jahiz tokoh Mu'tazilah.33

Berikut ini adalah uraian beberapa pendapat ulama yang memperkuat

keabsahan khabar ahad dan sekaligus menolak persyaratan al-'adad sebagaimana yang

disyaratkan oleh Junyboll dalam teori common link nya.

30 "Abd al-Ghani "Abd al-Khaliq, Hujjiyah al-Sunnah, c.2, (Mansurah: Dar al-Wafa', 1993), hlm. 419, Seperti dikutip oleh:Ibid.

31 'Abd al-Aziz b. Rasyid, Radd syubuhat al-Ilhad 'an Ahadith al-Ahad wa Tahdid al Tawatur 'inda Ahl al-Kalam, c.2 (Beirut: al-Maktab al-Islami, hlm. 43-44, Seperti dikutip oleh:Ibid.

32Al-Qadi 'Abd al-Jabbar al-Hamdhani, Syarah al-Ushul al-Khamsah, (Kaherah: Maktabah Wahbah, 1965), hlm. 769, Seperti dikutip oleh: Ibid.

33Jalal al-Din 'Abd al-Rahman bin Abu Bakr al-Suyuti, Tadrib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawi, (Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 2002), hlm. 32, Seperti dikutip oleh: Ibid.

15

Page 16: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

Ibn Hazm (M. 456 H.)

"Semua umat Islam menerima khabar yang bersumber dari satu orang yang

tsiqah dari Nasbi Muhammad S.A.W. mayoritas aliranpun mengakui itu seperti Ahli al-

Sunnah, Khawarij, Syi'ah dan Qadariyyah. Kemudian setelah tahun keseratus (hijriah)

para ahli kalam Mu'tazilah mempunyai pendapat baru sehingga mereka bertentangan

dengan Ijma'". 34

Imam Abu Bakr Al-Hazimi (M. 584 H)

"Saya tidak mengetahui aliran-aliran Islam yang menerima khabar ahad yang

mensyaratkan adanya jumlah (perawi dalam periwayatan) kecuali pengikut Mu'tazilah

masa-masa akhir (muta'akhkhiril Mu'tazilah)".35

Ibn Taymiyyah

"Ini (pendapat yang mensyaratkan adanya sejumlah perawi khabar supaya suatu

khabar dapat diterima) adalah pendapat yang lemah. Yang benar adalah pendapat

sebahagian besar ulama, yaitu ilmu pengetahuan kadang-kadang dapat diperoleh melalui

jumlah pembawa khabar yang banyak, kadang-kadang disebabakan oleh sifat-sifat

keagamaan dan ke-dhabitan pembawa berita (meskipun jumlahnya hanya satu

orang)"36

Ibn Hajar (M. 852 H)

"Adapun pendapat orang yang mensyaratkan adanya jumlah (perawi supaya

sebuah periwayatan diterima) adalah pendapat yang aneh dan bertentangan dengan

pendapat jumhur. Periwayatan seorang perawi adalah diterima apabila periwayatan

tersebut telah memenuhi syarat-syarat untuk diterima"37

34 Abu Muhammad 'Ali bin Ahmad bin Sa'id bin Hazm, Al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, j. I, (Beirut: Dar-Al-Kutub al-'Ilmiyyah, t.t.), hlm. 110, Seperti dikutip oleh: Ibid.

35 Abu Bakr Muhammad bin Musa al-Hazimi, Syurut al-A'immah al-Khamsah, (Beirut: Dar al-Basya'ir al-Islamiyah, 1997), hlm. 157-157, Seperti dikutip oleh: Ibid.

36 Ahmad bin Taymiyyah, 'Ilm al-Hadith, (Kaherah: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1984), hlm. 111, Seperti dikutip oleh: Ibid.

37 Ahmad bin Hajar 'Ali bin Hajar al-Asqalani, Lisan al-Mizan, j. I, (Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1996), hlm. 111, Seperti dikutip oleh: Ibid.

16

Page 17: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

BAB III

PEMIKIRAN HARALD MOTZKI TENTANG HADISA. Biografi Harald Motzki

Tidak banyak informasi yang bisa didapat tentang latar belakang

kehidupan Harald Motzki, sejauh ini hal yang diketahui tentang dirinya adalah

bahwa Harald Motzki adalah seorang orientalis berkebangsaan Jerman yang

menjadi Guru Besar di Universitas Nijmegen, Belanda. Motzki adalah sosok yang

dikenal para pemerhati orientalisme sebagai sosok yang banyak mengkaji hadits

sejarah yang berhubungan dengan sīrah, metode pencermatan Motzki terhadap

hadits lebih didominasi penelitiannya terhadap sisi sejarah hadits itu sendiri.38

B. Teori-teori Harald Motzki dalam Menganalisis Hadis

Munculnya teori Common Link oleh Schacht dan kemudian dikembangkan

oleh Juynboll menuai berbagai macam kontroversi. Banyak pakar hadis yang

mulai mengkritik teori Common Link tersebut, salah satunya adalah Harald

Motzki yang menyanggah terhadap interpretasi Juynboll yang menilai Common

Link sebagai pemalsu hadis. Ia mengkritik asumsi skeptis Schacht dan Juynboll

dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti sejak abad ke-1 Hijriah. Bagi

Motzki, al-Qur’an dan hadis sudah dipelajari sejak abad kedua Hijriah, atau

bahkan sejak Nabi Muhammad Saw. masih hidup, dan para fuqaha Hijaz terbukrti

telah menggunakan hadis-hadis sejak abad pertama Hijriah. Ia berkesimpulan

bahwa kecil sekali kemungkinan terjadinya keberagaman data periwayatan itu

hasil pemalsuan yang terencana, sehingga sanad dan matan hadis-hadis dalam

kitab tersebut layak dipercaya.39 Dalam kaitannya, menurutnya lagi Common Link

tersebut tidak selalu bisa dikatakan sebagai pemalsu hadis selama belum

ditemukan data sejarah yang menunjukan beliau sebagai pemalsu hadis.

Menurutnya lagi, Common Link tersebut lebih sesuai jika dikatakan sebagai

penghimpun hadis yang pertama, fungsinya adalah sebagai perekam dan

meriwayatkannya ke dalam kelas-kelas reguler, dan dari kelas-kelas itulah sebuah

38 Umi Sumbulah, Kajian Kritis……, hlm. 175. 39Ibid.,

17

Page 18: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

sistem belajar yang terlembaga dan berkembang.40 Dari sinilah awal mula teori-

teori Harald Motzki tercipta

Menurut Juynboll, ketika Common Link mengutip satu jalur riwayat hadis

saja maka itu berarti bahwa beliau hanya meriwayatkan versi hadis yang mereka

terima saja, dan tidak menutup kemungkinan mereka mengetahui adanya versi

riwayat yang lain. sementara alasan yang kedua adalah bahwa Common Link

hanya mungkin saja hanya meriwayatkan satu versi jalur yang dianggapnya paling

terpercaya. Selanjutnya alasan ketiga ialah bahwa mungkin Common Link

menambah informan yang paling cocok apabila mereka lua informan yang

sebenarnya.41

Berangkat dari beberapa argumentasi tersebut, maka muncullah teori-teori

Harald Motzki tentang jalur tunggal (Singgle Strand), yaitu sebagai berikut:

1. Jalur tunggal tidak mesti berarti hanya satu jalur periwayatan

2. Jalur tunggal berarti bahwa Common Link ketika meriwayatkan hadis dari

koleksinya hanya menyebutkan satu jalur riwayat, yakni versi yang aling

diketahui dan dinilai paling otoritatif.

3. Mungkin ada versi lain yang tidak sempat terkumpul atau menghilang

karena Common Link tidak sempat menerima atau menyampaikannya, atau

karena versi tersebut tidak diketahui di masa dan tempat Common Link.42

Teori-teori Motzki di atas kemudian mendapat tanggapan dan respon yang

beragam, baik yang menolak maupun mendukung. Adapun diantara orang yang

menolak teori Motzki tersebut adalah Irene Schneider, karena menurutnya

mustahil pesan nabi yang orisinal telah diriwayatkan oleh Common Link sejak

awal, sebab praktik semacam itu tidak ditemukan pada masa awal-awal Islam.

Oleh karena itu, Irene Schneider berpendapat bahwa Motzki telah gagal mengakui

bahwa Common Link telah memalsukan hadis bersama satu atau beberapa jalur

riwayat.43

40 Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis..., hlm. 176.41 Ibid.42 Ibid.43 Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis..., hlm. 176-177.

18

Page 19: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

Sedangkan tokoh yang mendukung teori Harald Motzki adalah Gregor

Schoeler. Menurut Gregor Schoeler Common Link tidak harus dipahami sebagai

pemalsu hadis. Hal tersebut dapat dibuktikan pada hadis tentang al-ifk, yang

memiliki Common link al-Zuhri (w.124) dan benar-benar informannya (gurunya)

adalah ‘Urwah ibn al-Zubair (w.94) dan dia tidak memalsukan hadis.

Hadis tersebut adalah sebagai berikut:

فليح حدثنا أحمد بعضه وأفهمني داود بن سليمان بيع الر أبو حدثنا

بن وسعيد بير الز بن عروة عن هري الز شهاب ابن عن سليمان بن

عتبة بن ه الل عبد بن ه الل وعبيد يثي الل وقاص بن وعلقمة ب المسي

حين م وسل عليه ه الل ى صل بي الن زوج عنها ه الل رضي عائشة عن

هم وكل هري الز قال منه ه الل أها فبر قالوا ما اإلفك أهل لها قال

له وأثبت بعض من أوعى وبعضهم حديثها من طائفة حدثني

عن حدثني ذي ال الحديث منهم واحد كل عن وعيت وقد اقتصاصا

كان قالت عائشة أن زعموا بعضا يصدق حديثهم وبعض عائشة

بين أقرع سفرا يخرج أن أراد إذا م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول

غزاة في بيننا فأقرع معه بها خرج سهمها خرج تهن فأي أزواجه

غزاها ...C. Metode Penelitian Harald Motzki

Harald Motzki tidak secara eksplisit menyebutkan langkah-langkah

penelitian yang sistematis ketika melakukan penelitian kitab Musannaf Abd ar-

Razaq. Meskipun demikian, dari data yang ada, penyusun mencoba

menggambarkan metode, pendekatan, dan langkah-langkah sistematis yang

ditempuh Harald Motzki sebagai berikut:

1. Meletakkan dating, yakni menentukan asal-muasal dan umur terhadap

sumber sejarah yang merupakan salah satu substansi penelitian sejarah.

Jika dating yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap sebuah sumber

sejarah terbukti tidak valid di kemudian hari, maka seluruh premis teori

dan kesimpulan yang dibangun atas sumber sejarah tersebut menjadi

19

Page 20: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

colleps (roboh). Teori inilah yang menjadi epistemologi Motzki dalam

merekonstruksi sejarah awal Islam dalam karyanya The Origins of Islamic

Jurisprudence.

2. Tidak melakukan penelitian secara keseluruhan hadis-hadis yang terdapat

dalam sumber primernya Musannaf Abd ar-Razaq. Namun, ia

menggunakan metode sampling, yakni mengambil beberapa bagian yang

diangap telah mewakili populasi dari yang diteliti. Tujuan dari penentuan

sampel ini adalah untuk menghindari kekeliruan generalisasi dari sampel

ke populasi. Motzki dalam hal ini meneliti 3810 hadis dari keseluruhan

kitab Musannaf Abd ar-Razzaq yang berjumlah 21033 hadis. Dengan

demikian ia meneliti sekitar 21% hadis.

3. Setelah data terkumpul, kemudian Motzki menganalisis sanad dan matn

dengan menggunakan metode isnad cum analisis dengan pendekatan

traditional-historical, yakni sebuah metode yang cara kerjanya menarik

sumber-sumber awal dari kompilasi yang ada, yang tidak terpelihara

sebagai karya-karya terpisah, dan memfokuskan diri pada materi-materi

para perawi tertentu ketimbang pada hadis-hadis yang terkumpul pada

topik tertentu.

Jadi, traditional-historical dijadikan sebagai alat untuk menganalisa dan

menguji materi-materi dari perawi. Oleh karena itu, penelitian struktur

periwayatan yang dilakukannya memberikan kesimpulan bahwa materi-

materi yang diletakkan atas nama empat tokoh sebagai sumber utamanya

adalah sumber yang otentik, bukan penisbatan fiktif yang direkayasa.

4. Terkait dengan materi periwayatan (matn) hadis, Motzki mengajukan teori

external criteria dan formal criteria of authenticity sebagai alat analisa

periwayatan.

5. Penyusunan atau dsebut sebagai tahap aplikasi. Yakni berangkat dari

metode-metode di atas, Motzki kemudian mengklasifikasikan terhadap

riwayat yang terdapat dalam kitab Musannaf.

20

Page 21: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

Penggunaan Motzki terhadap teori dating (menentukan umur dan asal

muasal terhadap sumber sejarah) yang di dasarkan atas sumber orisinil berupa

kitab Musannaf karya Abd ar-Razzaq ditambah dengan metode isnad cum analisis

dengan pendekatan traditional-historical merupakan penelitian yang dapat

dipertangungjawabkan secara akademisi. Hal ini berbeda jauh dengan analisis

historisnya Schacht yang didasarkan atas keragu-raguan dalam menginterpretasi

terhadap fenomena semata sebagaimana tampak dalam projecting back

(penyandaran ide kepada tokoh yang memiliki otoritas-nya). Meskipun demikian,

jika dicermati lebih mendalam teori yang dibangun oleh Motzki sebenarnya sudah

ada dalam kajian ilmu hadis dalam Islam. Misal teorinya tentang traditional-

historical dapat disejajarkan dengan ilmu al-rijal al-hadis dan teorinya tentang

external criteria dan argument internal formal criteria of authenticity dalam

periwayatan hadis dapat disejajarkan dengan teori al-tahammul wa al-‘ada al-

hadis.

Dalam memahami sebuah teks, menarik bila kita menelaah pemikiran

Julia Kristeva, seorang pemikir post-strukturalis Perancis. Dalam kedua bukunya:

Revolution in Poetic Language (Kristeva: 1974) dan Desire in Language: A

Semiotic Approach to Literature and Art (Kristeva: 1979). Ia memperkenalkan

istilah ‘intertekstualitas’ sebagai kunci untuk menganalisis sebuah teks.

Menurutnya, relasi dalam sebuah teks tidaklah sesederhana relasi-relasi antara

‘bentuk’ dan ‘makna’ atau ‘penanda’ (signifier) dan ‘petanda’ (signified)

sebagaimana dipertahankan oleh semiotika konvensional. 44

Sebaliknya, Kristeva melihat pentingnya dimensi ruang dan waktu. Sebuah

teks dibuat di dalam ruang dan waktu yang konkret. Karena itu mesti ada relasi-

relasi antara satu teks dengan teks lainnya dalam suatu ruang, dan antara satu teks

dengan teks sebelumnya di dalam garis waktu. Hal inilah yang terlupakan dari

kajian Motzki, di mana ia terlalu “asyik” dengan kajian teks dalam Mus}annaf

dan jarang sekali ia melakukan interpretasi sejarah di luar teks. Pemberian porsi

yang sebanding antara keduanya dengan mensintesakan secara kreatif antara teori

44 Harald Motzki, The Musannaf of ar-razaq as-San’ani a Source of Authentic Ahadit of the fist Century, dalam journal of Near Easern Studies, vol. 50. No. 1,.... hlm. 12.

21

Page 22: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

Schacht dengan teori Motzki dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk

mengatasi kelemahan ini, agar pemahaman terhadap teks (al-Qur'an dan hadis)

tidak tercerabut dari konteks kesejarahannya.

D. Sanggahan-sanggahan Harald Motzki atas Skeptisisme Para

Orientalis terhadap Hadis

Harald Motzki selaku Dosen Universitas Nijmegen Belanda ini tidak

setuju dengan kesimpulan Schacht mengenai awal munculnya hadits. Sebab

berdasarkan hasil analisis beliau terhadap sanad maupun matan hadis beliau

menyimpulkan bahwa hadits-hadits yang terdapat dalam kitab al-Mushannaf

karya Abdurrazzaq as-Shan’ani (w. 211 H/826 M) adalah kecil sekali

kemungkinan adanya keberagaman data periwayatan hadis adalah suatu hasil

pemalsuan yang terencana. Dengan demikian beliau menyatakan bahwa suatu

matan hadis dan isnadnya dalam kitab-kitab hadis tersebut layak dipercaya.45

Dengan demikian kesimpulan Motzki berbeda dengan orientalis

skeptisisme seperti Schacht dan Ignaz Golzher yang menganggap semua hadits

adalah palsu. Karena Motzki telah membantah teori Schacht yang

mengungkapkan bahwa isnad cenderung membengkak jumlahnya makin ke

belakang, dan teorinya bahwa isnad yang paling lengkap adalah yang paling

belakangan munculnya. 46

Berkenaan dengan sejarah munculnya hukum Islam Motzki juga tidak

sependapat dengan Schacht. Menurut Motzki, Alquran dan hadits sudah dipelajari

semenjak abad kedua hijriyah atau bahkan sejak Nabi Muhammad saw masih

hidup, karena para fuqaha di Hijaz sudah menggunakan hadis sejak abad pertama

hijriyah. Oleh karena itu, Motzki pun sepakat dengan Coulson, yang mengusulkan

agar para orientalis membalik tesis Schacht, dari via negativ menjadi via positiv.

yakni jika Schacht berkata semua hadits harus dianggap tidak otentik hingga

45 Sohibul Adib, Pemikiran Harald Motzki Tentang Hadis, http://islamuna-adib.com dikutip pada tanggal 29 desember 2011.

46 Ibid.

22

Page 23: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

terbukti keotentikannya, maka harus dilbalik menjadi menjadi pernyataan “semua

hadits harus dianggap otentik kecuali jika terbukti ketidak otentikannya.47

Berbeda dengan pendapat Schacht dan Juynboll yang menganggap

common link sebagai pemalsu atau pemula bagi sebuah hadis, maka Motzki pun

menafsirkan common link sebagai penghimpun hadis yang sistematis pertama,

yang berperan merekam dan meriwayatkannya dalam kelas-kelas murid regular,

dan dari kelas-kelas itulah sebuah sistem belajar berkembang.48

Selanjutnya adapun pemahaman beliau terhadap suatu fakta bahwa para

kolektor awal ini (common link) mengutip hanya satu otoritas untuk riwayat

mereka adalah mereka hanya menyampaikan versi hadis yang telah mereka

terima atau mereka menganggapnya sebagai jalur yang paling tepercaya dan

bahwa kebutuhan untuk mengutip otoritas dan informan yang lebih banyak,dan

juga berarti versi matan yang berbeda, namun demikian mungkin para

penghimpun (common link) menambah informan yang paling cocok apabila

mereka lupa informan yang sesungguhnya.49 Adapun yang dimaksud dengan jalur

tunggal tersebut adalah bahwa periwayatan hadis tersebut memiliki karakter

sebagai berikut: Nabi-----Satu Sahabat------satu Tabiin----satu fulan- satu

fulan------sejumlah perawi sampai ke mukharrij (collector).

Interpretasi Mozki pada fenomena common link membawanya pada

penafsiran yang berbeda tentang jalur tunggal antara common link dan otoritas

yang lebih awal dan fenomena diving. Menurut Motzki jalur tunggal (single

stand) tidak harus berarti hanya satu jalur periwayatan, melainkan jalur tunggal

adalah berarti bahwa common link ketika meriwayatkan sebuah hadis dari

koleksinya hanya menyebut satu jalur riwayat menurut versinya adalah karena

common link menganggap bahwa riwayat tersebutlah yang paling dia ketahui.

Sementara dikemudian hari, para murid common link atau penghimpun

belakangan mencoba untuk menemukan versi-versi (yang mungkin hilang atau

diabaikan oleh common link) bersama dengan jalur-jalur informasinya. Apabila

47 Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis..., hlm. 175.48 Kamaruddin amin, Metode kritik hadis..., hlm. 167.49 Ibid.

23

Page 24: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

mereka sukses menemukannya mereka pun kemudian “dive” satu atau lebih

generasi dibawah commom link. Ini juga berarti bahwa strand yang “diving” tidak

harus dipahami sebagai hasil pemalsuan dari penghimpun belakangan,

sebagaimana yang dipahami oleh Juynboll.50

Pada prinsipnya meskipun penafsiran Motzki pada teori common link

berbeda dengan dengan pemahaman Schacht dan Juynboll, di sisi lain beliau juga

cenderung mengakui sistem isnad secara umum dan sistem common link secara

khusus dapat digunakan untuk tujuan-tujuan penanggalan.51

Demikian juga pendapat Motzki tentang argumentum e silentio dalam

bukunya Die Anfange, Motzki membantah aplikasi umum argumentum e silentio

dengan memberikan kesimpulan bahwa e silentio adalah berbahaya. Selanjutnya

setelah mengalisis riwayat Ibnu Juraij dari ‘Atha’, ia juga berkesimpulan bahwa

para ulama pada awal Islam tidak selalu merasa wajib mengutip semua rincian

hadis meskipun mereka mengetahuinya. Demikian pula, kenyataan bahwa seorang

ulama tidak menyebut sebuah hadis tertentu mungkin disebabkan karena mereka

tidak mengetahuinya. Ini tidak berarti hadis tersebut tidak eksis sama sekali.

Akhirnya sumber- sumber yang kita miliki tidak lengkap melainkan terpencar-

pencar. Oleh karena itu, munculnya sebuah hadis dalam koleksi hadis yang lebih

tua tidaklah harus dipahami bahwa hadis-hadis tersebut adalah hasil dari

pemalsuan melainkan adalah sebuah hasil periwayatan sebelum diketahui

berbagai hal yang menyebabkan kecacatan periwayatannya atau kecacatan

matannya.52

50 Kamaruddin amin, Metode kritik hadis...,, hlm. 16851 Ibid. 52 Ibid, hlm. 169.

24

Page 25: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

BAB IV

PENUTUP

Verifikasi teori common link membuktikan bahwa teori ini dapat diterima

kebenarannya sebagai sebuah metode untuk menelusuri asal-usul hadis. Teori

tersebut dapat memberi jawaban yang lebih akurat dan memadai mengenai kapan,

di mana, dan oleh siapa sebuah hadis mulai disebarkan secara publik. Namun

berbeda dengan Juynboll yang menganggap common link sebagai seorang

pemalsu (fabricator) hadis yang bertanggung jawab atas perkembangan isnad dan

matan hadis dan bahwa hampir tidak pernah seorang sahabat memainkan peranan

sebagai common link, studi ini membuktikan bahwa common link adalah seorang

periwayat yang menjadi titik pindah dari periode periwayatan hadis secara publik

dan massal. Common link bukanlah seorang pemalsu hadis. Ia adalah orang yang

pertama yang meriwayatkan hadis dengan kata-katanya sendiri, tetapi subtansi

maknanya tetap memiliki kesinambungan dengan tokoh yang lebih tua dari pada

dirinya, baik sahabat maupun Nabi saw. studi ini juga menunjukkan bahwa

seorang periwayat yang menduduki posisi common link dalam sebuah bundel

isnad berasal dari generasi yang beragam: generasi sahabat kecil, tabin atau tabiit

tabiin walaupun sebagian besar periwayat yang menduduki posisi tersebut berasal

dari generasi tabiin.

Interpretasi Mozki pada fenomena common link membawanya pada

penafsiran yang berbeda tentang jalur tunggal antara common link dan otoritas

yang lebih awal dan fenomena diving. Menurut Motzki jalur tunggal (single

stand) tidak harus berarti hanya satu jalur periwayatan, melainkan jalur tunggal

adalah berarti bahwa common link ketika meriwayatkan sebuah hadis dari

koleksinya hanya menyebut satu jalur riwayat menurut versinya adalah karena

common link menganggap bahwa riwayat tersebutlah yang paling dia ketahui.

Sementara dikemudian hari, para murid common link atau penghimpun

belakangan mencoba untuk menemukan versi-versi (yang mungkin hilang atau

diabaikan oleh common link) bersama dengan jalur-jalur informasinya. Apabila

25

Page 26: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

mereka sukses menemukannya mereka pun kemudian “dive” satu atau lebih

generasi dibawah commom link. Ini juga berarti bahwa strand yang “diving” tidak

harus dipahami sebagai hasil pemalsuan dari penghimpun belakangan,

sebagaimana yang dipahami oleh Juynboll.

Pada prinsipnya meskipun penafsiran Motzki pada teori common link

berbeda dengan dengan pemahaman Schacht dan Juynboll, di sisi lain beliau juga

cenderung mengakui sistem isnad secara umum dan sistem common link secara

khusus dapat digunakan untuk tujuan-tujuan penanggalan.

26

Page 27: Web viewsignifikan diajukan oleh Harald Motzki. Ia menyanggah teori Common Link . dengan mengatakan bahwa otentisitas hadis terbukti terjadi sejak abad ke-1 H

Daftar Pustaka

Adib, Sohibul, Pemikiran Harald Motzki Tentang Hadis, http://islamuna-

adib.com dikutip pada tanggal 29 desember 2011.

Amin, Kamaruddin, “Book Review The Origins of Islamic Jurisprudence

Meccan Fiqh before the Classical School”, dalam Al-Jami’ah: Journal of

Islamic Studies, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.

Amin, Kamarudin, Metode Kritik hadis, Jakarta: PT Mizan Publika, 2009.

Arif, Syamsuddin, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, Jakarta: Gema Insani,

2008.

Juynboll, G.H.A "Some Isnad-Analytical Methods Illustrated on the Basis of

Seeveral Woman-Demeaning Sayings from Hadist Literatur" al-Qantara,

vol. X (1991), hlm. 345-350, Seperti dikutip oleh: Fauzi Dermawan, Arif

Chasanul Muna,

Masrur, Ali, Teori common link, (Yokyakarta: PT. LKis Pelangi Aksara, 2007.

Motzki, Harald, The Musannaf of ar-razaq as-San’ani a Source of Authentic

Ahadit of the fist Century, dalam journal of Near Easern Studies, vol. 50.

No. 1 di download dari http://www.scribd.co m , pada tanggal 3 Desember

2011.

Phil. H. Kamaruddin Amin, "Refleksi Metodologis atas Diskursus Kesarjanaan

Hadis Islam dan Barat," http://kamaruddinamin.uin-alauddin.ac.id/pidato-

12-western-methods-of-dating-visavis-ulumul-hadis.htm (akses 03 Januari

2012).

Solahudin, M. Agus dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Sumbulah, Umi, Kajian Kritis Ilmu Hadis, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010)

Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, (Jakarta: Bumi aksara, 1997)

alimasrur.blogspot.com/.../daftar-isi-buku-teori-common-link-g.htm. Dikutip pada tanggal 29 Desember 2011.

27