HAMBATAN & TANTANGAN HILIRISASI SDA (Ir.H.M. ZULKARNAIN, M,Sc).pptx

Oleh :IR. H.M. ZULKARNAIN ARIEF, MScKETUA UMUM KADIN SULAWESI SELATAN

HAMBATAN DAN TANTANGAN HILIRISASI SUMBER DAYA ALAM

PENDAHULUAN

3. DENGAN HILIRISASI INDUSTRI, INDONESIA WAJIB MAMPU MENGOLAH BARANG MENTAHNYA SECARA MANDIRI, DI DALAM NEGERI, DAN MENGEKSPORNYA SEBAGAI BARANG YANG MEMILIKI NILAI TAMBAH.

.

2. LEBIH DARI 60 PERSEN EKSPOR INDONESIA (US$ 110 MILIAR) BERASAL DARI EKSPOR SUMBER DAYA ALAM / PERTAMBANGAN (TOTAL EKSPOR INDONESIA US$ 183 MILIAR)

1. INDONESIA SEBAGAI NEGARA KAYA SUMBER DAYA ALAM (MINERBA, MIGAS, AGRO) SELAMA INI MENJADI EKSPORTIR KOMODITAS BARANG TAMBANG MENTAH YANG CUKUP BESAR DI DUNIA.

INDONESIAN CHAMBER OF COMMERCE & INDUSTRY

KADIN SULAWESI SELATAN

HAMBATAN DAN TANTANGAN

3. BIAYA PRODUKSI TINGGI AKIBAT TINGGINYA BIAYA LOGISTIK, BUNGA YANG TINGGI, UPAH RELATIF TINGGI DAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA YANG MASIH RENDAH

2 KETERGANTUNGAN INDUSTRI NASIONAL SANGAT BESAR TERHADAP BAHAN BAKU, KOMPONEN DAN BARANG MODAL IMPOR (MENCAPAI 90% DARI TOTAL IMPOR NASIONAL)

1. KEBIJAKAN FISKAL YANG MEWAJIBKAN INDUSTRI MEMBAYAR PPN 10% JIKA DIOLAH DI DALAM NEGERI, SEMENTARA PPN UNTUK EKSPOR TIDAK ADA



4. SISTEM PERIJINAN/BIROKRASI UTAMANYA INDUSTRI MINERAL MASIH BERBELIT-BELIT DAN TIDAK ADA KEPASTIAN LAYANAN, BIAYA DAN WAKTU, TERMASUK TIDAK ADA SINKRONISASI ANTAR PUSAT DAN DAERAH DAN ANTAR INSTANSI


7. JUMLAH DAN PENYEBARAN KAWASAN INDUSTRI MASIH KURANG DAN BELUM MERATA SAMPAI KE DAERAH SENTRA BAHAN BAKU.

6 KELEMAHAN SISTEM TATA NIAGA SDA TERKAIT PASOKAN LISTRIK DAN GAS YANG BELUM MENDUKUNG SEKTOR INDUSTRI, SEHINGGA TIDAK ADA JAMINAN PASOKAN GAS UNTUK INDUSTRI NASIONAL, SEMENTARA EKSPOR GAS LANCAR TERUS, PENYALURAN GAS DALAM NEGERI HANYA DIPRIORITASKAN KE PLN

5. RENDAHNYA MINAT PERBANKAN SWASTA DAN BANK BUMN UNTUK MEMBIAYAI SEKTOR INVESTASI/INDUSTRI MINERAL KARENA RESIKONYA TINGGI UNTUK KREDIT PENGELOLAAN SDA, SEMENTARA HILIRISASI MEMBUTUHKAN INVESTASI TINGGI



8. MAHALNYA BIAYA ENERGI; LISTRIK, BAHAN BAKAR, GAS DAN BATU BARA, DAN TERKADANG PASOKAN LANGKA


11. KURANGNYA INDUSTRI HULU YANG MAMPU MENDUKUNG INDUSTRI HILIR DAN MAMPU MEMPRODUKSI BAHAN BAKU, KOMPONEN DAN BARANG MODAL UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI

10. KURANGNYA BIAYA RISET PEMERINTAH DAN INDUSTRI/SWASTA BERAKIBAT INDUSTRI KITA DIDOMOINASI OLEH INDUSTRI TEKNOLOGI RENDAH (70%)

9. DAYA INOVASI PRODUK MANUFAKTUR INDONESIA MASIH KECIL, INDUSTRI KITA SEBATAS MERANGKAI/MERAKIT PRODUK PRINSIP GLOBAL



12. MARAKNYA PRAKTIK PUNGUTAN LIAR TERHADAP PELAKU INDUSTRI, TERMASUK TINDAK KKN DAN SULITNYA PEMBEBASAN LAHAN INDUSTRI


15. EGO DAERAH DAN KURANGNYA KOORDINASI ANTAR DAERAH YANG BERAKIBAT BAHAN BAKU ATAU PASOKAN ENERGI YANG DIMILIKI OLEH SUATU DAERAH. HANYA DAPAT DIPERGUNAKAN JIKA INVESTASI DI DALAM DAERAH TERSEBUT

14. INFRASTRUKTUR PENDUKUNG INDUSTRI BELUM MENDUKUNG INDUSTRI BESAR, TERUTAMA PASOKAN LISTRIK NASIONAL YANG MASIH DEFISIT 6.000 MEGAWATT, JUMLAH DAN FASILITAS PELABUHAN YANG BELUM MENCUKUPI

13. BELUM ADA HARMONISASI DAN AKSELARASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DAN INDUSTRI MINERAL YANG TERINTEGRASI LINTAS INSTANSI DAN LINTAS SEKTORAL BERUPA GRAND DESIGN/ROAD MAP




18. ISU LINGKUNGAN YANG BERLEBIHAN DAN TANPA SOLUSI/TOLERANSI TERKADANG MENGHAMBAT INVESTASI SEKTOR INDUSTRI

17. DAYA SAING INDUSTRI DALAM NASIONAL LEBIH RENDAH DARI NEGARA LAIN, BIAYA OPERASIONAL INDUSTRI NEGARA LAIN LEBIH MURAH DAN BERTEKNOLOGI CANGGIH, AKIBATNYA NERACA TRANSAKSI SEKTOR INDUSTRI CENDERUNG MINUS

16. MAHALNYA BAHAN BAKU SUMBER DAYA ALAM LOKAL AKIBAT JALAN DAN MODA TRANSPORTASI SKALA MASAL DAN MURAH BELUM ADA/BELUM LANCAR AKSESNYA DARI SENTRA BAHAN BAKU KE LOKASI INDUSTRI



SARAN DAN REKOMENDASI

3. PENGHAPUSAN PPN 10% BAGI INDUSTRI BERBASIS SDA TERUTAMA INDUSTRI YANG BERBASIS PERTANIAN/PERKEBUNAN RAKYAT DAN INDUSTRI MINERBA

2. PERBANKAN NASIONAL / BUMN MENYIAPKAN SKIM KREDIT UNTUK PROYEK INVESTASI/INDUSTRI DAN PROYEK INFRASTRUKTUR/ENERGI PENDUKUNG INDUSTRI, DENGAN BUNGA RENDAH

1. PERLU DUKUNGAN PEMERINTAH KEPADA DUNIA USAHA / DUNIA INDUSTRI UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MELALUI POLA KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA (KPS)



4. PEMERINTAH HENDAKNYA MENJADI PIONIR DALAM MEMBANGUN INDUSTRI HULU YANG DAPAT MENUNJANG INDUSTRI HILIR


7. KEMUDAHAN PERIJINAN DAN INSENTIF PAJAK DAN KREDIT UNTUK PROYEK INFRASTRUKTUR DAN INDUSTRI ENERGI PENDUKUNG SEKTOR INDUSTRI HILIR

6. PENINGKATAN ANGGARAN UNTUK RISET DAN TEKNOLOGI INDUSTRI SEHINGGA DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL BISA DITINGKATKAN MELALUI APLIKASI INOVASI PRODUK DAN TEKNOLOGI CANGGIH

5 PENYEDERHANAAN SISTEM PERIJINAN INVESTASI/INDUSTRI MINERAL SATU PINTU DAN TERINTEGRASI, SEHINGGA PERIJINAN TIDAK PERLU MELALUI BERBAGAI INSTANSI DAN BERBAGAI DAERAH (PUSAT DAN PROV/KAB/KOTA)



8. PERBAIKAN TATA NIAGA SEKTOR ENERGI DENGAN MEMBERIKAN SKALA PRIORITAS PASOKAN ENERGI DAN GAS KEPADA INDUSTRI HILIR


11. PERLU PENGAWASAN IMPOR DAN PROTEKSI PRODUK NASIONAL TERHADAP PRODUK IMPOR MELALUI PEMBERLAKUKAN STANDARISASI NASIONAL SECARA KETAT DAN PENGAWASAN BARANG ILLEGAL

10. AKSELARASI KEBIJAKAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DAN SEKTOR INDUSTRI MINERAL YANG TERINTEGRASI DARI SETIAP INSTANSI YANG SALING MENDUKUNG

9. PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI DAN PELABUHAN PERINTIS ATAU PELABUHAN HUB/ANTARA DI DAERAH-DAERAH SENTRA BAHAN BAKU UTAMA



Terima Kasih

HAMBATAN & TANTANGAN HILIRISASI SDA (Ir.H.M. ZULKARNAIN, M,Sc).pptx

Documents

Transcript of HAMBATAN & TANTANGAN HILIRISASI SDA (Ir.H.M. ZULKARNAIN, M,Sc).pptx