Halo Jepang Vol. 03

24
Perakitan mobil di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang, Jawa Barat. 12 8 18 22 KUTIPAN Ada beberapa karakter masyarakat Indonesia yang diterjemahkan dengan baik ke dalam produk Jepang. Budi Darmadi 4 HAL 3 Niat yang baik dan istiqamah, usaha tanpa henti, pasti hasilnya juga akan baik. Mahmudi Fukumoto 4 HAL 15 Saya ingin meninggal dengan pena di tangan saat membuat manga. Saya tiba-tiba merasa tidak enak badan, lalu meninggal. Hirokane Kenshi 4 HAL 16 TITIAN INFORMASI INDONESIA - JEPANG WISATA PENDIDIKAN RESTO PERISTIWA Publikasi dalam Kelompok The Daily Jakarta Shimbun Berlangganan [email protected] Iklan [email protected] Nomor Promosi Strategi Bertahan sang Jawara Edisi April 2013/I Terbit 24 Halaman halojepang @halojepang untuk warta harian klik www.halojepang.com Liputan Utama 4 Hal 4

description

Titian Informasi Indonesia - Jepang Edisi April

Transcript of Halo Jepang Vol. 03

Page 1: Halo Jepang Vol. 03

Perakitan mobil di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang, Jawa Barat.

128 18 22

KUTIPAN

Ada beberapa karakter masyarakat Indonesia yang diterjemahkan dengan baik ke dalam produk Jepang.

Budi Darmadi 4 hal 3

Niat yang baik dan istiqamah, usaha tanpa henti, pasti hasilnya juga akan baik.

Mahmudi Fukumoto 4 HAL 15

Saya ingin meninggal de ngan pena di tangan saat membuat manga. Saya tiba-tiba merasa tidak enak badan, lalu meninggal.

Hirokane Kenshi 4 hal 16

TITIAN INFORMASI INDONESIA - JEPANG

12WISATA 18PENDIDIKAN 22RESTO8PERISTIWA

Publikasi dalam Kelompok The Daily Jakarta Shimbun

[email protected]

[email protected]

Nomor Promosi

Strategi Bertahan sang Jawara

Edisi April 2013/I

Terbit 24 Halaman

halojepang

@halojepang

untuk warta harian klikwww.halojepang.com

liputan Utama 4 hal 4

Page 2: Halo Jepang Vol. 03

Lebih Banyak Info Wisata

Tabloid HaloJepang! su­dah cukup baik isinya. Saran saya tabloid ini lebih banyak memberikan informasi ten­tang budaya serta tempat wisata yang dapat dikunju­ngi secara lengkap termasuk cara menuju tempat ter sebut,

moda transportasi yang bisa digunakan, akomodasi, kuliner, cinderamata.

Menurut pendapat saya penduduk Indonesia khusus­nya penduduk Jakarta dari kalangan perkantoran saat ini tengah dilanda tren berwisata ke Jepang, termasuk saya sekeluarga yang dalam dua bulan terakhir sudah dua kali mengunjungi Jepang (Tokyo, dan Sapporo­Hokaido). Saya

bahkan baru berkunjung ke Nigata untuk olahraga ski di Naeba Mount dan menginap di Hotel Prince.

Informasi lengkap bisa menghapus kesan segala se­suatu di Jepang itu mahal dan membuat enggan wisatawan Indonesia untuk berkunjung.

Saya suka dengan pen­duduk Jepang yang ramah, jujur, dan suka sekali meno­long orang walau ter kadang

saya atau keluarga sa ngat sulit berkomunikasi, ka­rena mereka sebagian besar tidak dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Saya akan berbagi in­formasi lagi tentang Jepang pada kesempatan berikut. Saya berharap semoga tabloid HaloJepang! bisa lebih baik, maju, serta bermanfaat.

Kristianto S Hadi, CIMB Niaga

S ekitar setengah abad sudah berlalu sejak pertama kali mobil merek Jepang masuk

ke pasar Indonesia sehingga sampai hari ini dominasinya belum tergoyahkan. Jalan­jalan negeri ini nyata­nyata disesaki mobil buatan Jepang yang mengusung beraneka merek.

Besarnya minat konsumen Indonesia terhadap mobil buat­an Jepang membuat para rak­sasa otomotif negara itu mam­pu menguasai pasar lokal.

Mereka, tentu saja juga ber­niat mempertahankan hal itu

dengan berbagai cara termasuk dengan membidik pasar mobil murah ramah lingkungan alias LCGC sebagai segmen baru, Itu pula alasan HaloJepang! edisi kali ini mengulas isu seputar tren pabrikan mobil Jepang di Indonesia sekaligus keinginan mereka untuk membangun pabrik ramah lingkungan.

Tim redaksi mewawan­carai sejumlah narasumber, baik dari pimpinan perusa­haan mobil Jepang, pejabat Kementerian Perindustrian, serta pengamat otomotif, dan juga menggunakan data

penjualan tiga tahun terakhir dari Gabungan Industri Ken­daraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO).

Untuk rubrik Figur pada edisi kali ini, redaksi menampil­kan Hirokane Kenshi, komikus manga asal Yamaguchi, yang kerap memaparkan lika­liku kehidupan para pekerja kan­toran, termasuk yang ber­ setting Indonesia.

Selain itu, tersaji pula kisah tentang pengusaha asal Tu­lungagung, Jawa Timur, yang berjaya menjalankan sejumlah bisnisnya di Kota Kawasaki,

Prefektur Kanagawa, dengan menggarap bidang konstruksi, pariwisata, dan pengembangan SDM. Serta penjelasan tentang program bernuansa interna­sional di Universitas Waseda.

Sejumlah tulisan ringan juga disampaikan dalam HaloJepang! edisi kali ini, mulai dari tamasya bahari di Okinawa, kafe retro di ka­wasan Kemang hingga seni menulis indah shodo dan tren karakter LINE yang piawai meng ungkap emosi itu.

Selamat membaca!

Dari RedaksiPenerbit:PT Bina Komunika Asiatama

Penasihat:Riris I SilamUeno TaroHaishima Katsuhiko

Tim Redaksi

Redaktur Pelaksana:Arry Raymonds

Staf Redaksi:Nova Auliatun NisaBeny HalfinaMeiskhe Fratel

Artistik:Agus HA MediantoAbdul Gafur

Email :[email protected]

Bagian Iklan:Ekana Yulianti Ota TsutomuShimizu Jumpei

Telp : (021) 230-3830Fax : (021) 230-3831

Alamat RedaksiMenara Thamrin Suite 305Jl. M.H Thamrin Kav. 3Jakarta 10340, Indonesia.

Daftar Isi3 Liputan Utama Dari Dominasi Pasar hingga LCGC

8 Peristiwa Pemilihan Majelis Tinggi

10 Editorial

12 Wisata Okinawa

14 Inspirasi Mahmudi Fukumoto

16 Figur Hirokane Kenshi

17 Komunitas Sakura Matsuri

18 Pendidikan Waseda University

20 Budaya Shodo

22 Resto Cafe Mondo

23 Tren Jepang LINE Karakter

2 April 2013

PENGANTAR 3April 2013

LIPUTAN UTAMA

Suara Pembaca

Diperkirakan sekitar 840.000 pegawai baru di seluruh Jepang resmi mulai berkarya pada 1 April, setelah melewati masa pencarian kesempatan kerja di tengah situasi ekonomi yang kurang cerah.

Menurut data Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan (MHLW), sampai awal Februari, 81,7% pelajar universitas berhasil mendapatkan kerja menjelang wisuda pada Maret. Angka itu

menunjukkan kenaikan dalam dua tahun berturut-turut. Namun sekitar 77.000 lainnya belum mendapatkan pekerjaan, dan diyakini sampai saat ini belum bekerja.

Para pimpinan perusahaan yang menyampaikan kata sambutan dalam upacara penerimaan massal pegawai baru, mendesak agar para pekerja muda melakukan yang terbaik agar bisa melalui situasi ekonomi saat ini.

840.000 PEgaWaI REsmI masUKI DUnIa KERJa Kyodo

Page 3: Halo Jepang Vol. 03

Oleh Arry Raymonds

Data Gabungan Industri Ken daraan Bermotor Indone­sia (GAIKINDO) menunjukkan antara 2010­2012, mobil me­rek Jepang menjadi kontributor utama pada angka penjualan mobil di Indonesia melalui nama­nama kondang seperti Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Suzuki, Nissan dan Honda. Tahun lalu, 1.116.230 unit mobil terjual di Indonesia, 1.064.036 unit atau 95,6% di antaranya mengusung brand Jepang.

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindus­trian Budi Darmadi menilai pe­rusahaan mobil Jepang men­dominasi—terutama dalam tiga tahun terakhir—karena mereka rajin berinvestasi, selalu ber­

upaya agar produknya laku dan tak kalah penting melakukan riset tentang kebutuhan kon­sumen Indonesia.

Menurut Budi, dalam pembu atan produk manufak­tur, unsur riset dan pengem­bangan sangat penting, “Ada beberapa karakter masyarakat Indonesia yang diterjemahkan dengan baik ke dalam produk mereka antara lain, harga yang tak terlalu tinggi dan sifat irit bahan bakar.”

Tentang investasi, ia meng­ungkapkan investasi ikutan yang dilakukan perusahaan sub­kontraktor biasanya le­bih besar dibanding pabrikan mobilnya. Ketika Daihatsu menambah investasi sekitar US$300 juta, investasi ikutan­nya sekitar US$350 juta. Saat Toyota mening katkan pena­

naman modal dengan US$400 juta, penanaman modal ikutan­nya sedikit lebih besar dari itu, begitu juga penyerapan jumlah tenaga kerjanya.

Data Kementerian Perin­dustrian menunjukkan dam­pak industri otomotif ter hadap perekonomian Indonesia cu­kup besar. Saat ini, ada 20 perusahaan pemegang me­

rek, yang didukung 250 per­usahaan first tier dan 1.000 perusahaan second tier, ma­sing­masing menyerap tenaga kerja 27.000 orang, 48.000 orang dan 40.000 orang, di­tambah para pegawai di out­let, bengkel dan pusat layanan pasca jual serta komponen, baik yang resmi dan tidak res­mi sebanyak 600.000 orang.

Selain itu, struktur industri­nya dalam, dan efek multi plier nya besar meliputi berbagai sektor industri, mulai dari teks­til, kimia, teknologi informasi, pembiayaan dan juga asuransi, sehingga bisa dimasukkan ke dalam kategori industri strategis karena mendorong pertumbuh­an ekonomi yang tinggi.

Lanjutan4 hal 4

Dari Dominasi Pasar hingga LCGCDalam tiga tahun terakhir, mobil dengan merek Jepang, baik yang diproduksi di Indonesia atau diimpor dari mancanegara, nilai penjualannya terus meningkat dan pangsa pasarnya melampaui 90% alias lebih besar dibanding di Jepang sendiri.

2 April 2013

PENGANTAR 3April 2013

LIPUTAN UTAMA

Peluncuran Toyota Kijang pertama pada 1977 di Hotel Indonesia, Jakarta.

Page 4: Halo Jepang Vol. 03

4 April 2013

LIPUTAN UTAMA 5April 2013

LIPUTAN UTAMA

Dominasi mobil merek Jepang di Indonesia, dalam satu dekade terakhir tentu saja, bukan hasil kerja sema­lam, karena sejatinya semua sudah dirintis sejak dasa warsa 1960­an.

Ketika itu, mobil merek Toyota didatangkan untuk menjadi kendaraan opera­sional Tjakrabirawa, pasukan pengawal Presiden Sukarno, dilanjutkan dengan penyedia­an angkutan umum bemo yang didasarkan pada Daihat­su Midget menjelang penye­lenggaraan Pesta Olahraga Negara­negara Berkembang (GANEFO) pada 1962. Selain itu truk bermerek Mitsubishi juga mulai mendukung ar­mada operasional perusahaan migas Pertamina, sehingga jalan seolah terbentang bagi merek­merek Jepang lain un­tuk menyusul.

Menurut Soehari Sargo, pengamat otomotif dari Uni­versitas Indonesia, sampai perte ngahan 1970­an, impor mobil Jepang sebagian be­sar masih dalam bentuk utuh (Complete Built Up/CBU),

namun seiring diterbitkannya peraturan peme rintah pada 1974 mengenai kebijakan otomotif, yang melarang im­por CBU dan memastikan pe­rakitan mobil di Indonesia, modal Jepang mulai men­gucurkan untuk kegiatan produksi mobil yang cocok dengan kebutuhan lokal dan mampu bersaing de ngan mer­ek Eropa dan Amerika. Hal ini ditandai dengan peluncuran Toyota Kijang pada 1977 yang

ber ujung pada dominasi pasar hingga kini.

Proyek LCGCTidak sekadar berfokus

pada pasar mobil yang sudah ada, kini pabrikan mobil asal Jepang di Indonesia berminat pula menggarap pasar mo­bil murah ramah lingkungan yang ramai disebut sebagai Low Cost Green Car (LCGC). Meski regulasinya belum keluar, namun Toyota dan

Daihatsu sudah memperke­nalkan mobil konsepnya sejak September 2012.

Yagi Tetsu, Investment Promotion Policy Advisor di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkap­kan, banyak perusahaan kecil dan menengah asal Jepang yang berinvestasi di Indone­sia pada 2012, selain ber­maksud memasok komponen bagi merek mobil yang sudah ada, juga mengantisipasi mu­lai diproduksinya LCGC.

Bagi pabrikan mobil Jepang, jelas masuknya per­usahaan fi rst­tier, second­tier, maupun third­tier ke Indone­sia akan sangat membantu, karena hal itu akan memini­malisir risiko termasuk men­gurangi pembayaran dengan valuta asing serta mengatasi kendala logistik di Indonesia.

Soehari menilai para pabrik an mobil asal Jepang siap menggarap LCGC, karena me reka tak memiliki masalah secara teknologi. “Tinggal dibuat mesin yang lebih kecil, fi tur­fi turnya dikurangi, ukur­annya dikecilkan, sementara

itu ada pula insentif bea masuk dan pajak penjualan sehing­ga harga bakal terjangkau,” tambahnya.

Budi menjelaskan, produsen mobil Jepang di Indonesia kini sedang mengincar para pemi­lik kendaraan roda dua—yang jumlahnya sekitar 50 juta unit—dan ingin beralih ke kendaraan roda empat, khususnya yang tak terlalu mahal dan hemat bahan bakar. Pemerintah me­nerjemahkannya dalam regulasi bahwa produsen baik nasional maupun multinasional harus membuat mobil yang konsumsi bahan bakar per liternya cu­kup untuk menempuh jarak 20 kilometer dan harus melakukan kegiatan produksi di Indonesia, termasuk juga tingkat kandung­an komponen lokal dan trans­misinya guna mendapat insen­tif, diskon, dan keri nganan pajak, ungkap Budi.

Budi menolak asumsi pro yek LCGC bakal mempe­ngaruhi pasar mobil yang ada sekarang, “Justru sebaliknya, mobil jenis ini akan mencipta­kan segmen dan pasar baru,” katanya.•

Oleh Nova Auliatun Nisa

Industri otomotif pada 2013 masih menjadi kontributor utama investasi asing di tanah air, mengingat terus

meningkatnya permintaan do­mestik akan kendaraan bermo­tor. Jepang sejatinya memang pemain utama di sektor ini dengan pangsa pasar lebih dari 90%, jauh meninggalkan para pesaing dari negara lain.

Meski demikian, para pro­dusen otomotif Jepang tak lantas terlena. Mereka amat pa­ham bahwa mempertahankan pangsa pasar serta menjaga kepercayaan konsumen bukan hal yang mudah.

Berbagai strategi dilaku­kan agar mampu bertahan dan terus mengambil hati para kon­sumen, mulai dari penerapan teknologi terbaru hingga pe­ningkatan layanan purna jual.

Yamafuji Taku, Director Corporate Planning PT Mazda Motor Indonesia, menyatakan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), khususnya Indonesia, masih merupakan pasar potensial hingga be­berapa waktu ke depan. Oleh karena itu, strategi pemasaran yang tepat selalu dibutuhkan.

“Teknologi SkyActiv yang kami perkenalkan pada 2012 saat peluncuran CX5, masih menjadi senjata utama Mazda tahun ini untuk menarik mi­nat konsumen,” ujar Yamafuji,

yang menambahkan, ke depan SkyActiv akan menjadi ciri khas Mazda.

SkyActiv merupakan tek­nologi yang memastikan pe­ngalaman berkendara lebih efi sien dan mulus saat bergerak maju, memutar maupun ber­henti serta menciptakan pera­saan nyaman bagi pengemudi dan penumpang. Implementasi teknologi SkyActiv yang utuh, dan kinerja aerodinamis yang baik menjadikan mobil Mazda, khususnya seri CX­5, lebih ekonomis dan hemat bahan

bakar serta menghasilkan emisi yang lebih bersih.

Masih dengan lini produk andalan, seperti Biante, Maz­da2, dan CX5, Mazda menar­getkan penjualan sebanyak 16.000 unit pada 2013.

“Kami tidak mengatakan seterusnya akan menyasar seg­men kelas menengah atas, na­mun untuk saat ini kami masih akan tetap mempertahankan identitas yang telah terben­tuk sebelumnya, karena inilah yang menjadi ciri khas Mazda,” ujar Yamafuji.

Lain Mazda, lain pula Hyundai. Produsen mobil asal Korea Selatan, mengaku tidak memiliki strategi khusus un­tuk mempertahankan pangsa pasarnya.

Mukiat Sutikno Vice Presi­dent Director PT Hyundai Indo­nesia mengungkapkan, “Kami sedang berusaha meluncurkan MPV yang telah terbukti amat luas diminati di Indonesia. Namun, kalau ditanya apakah kami memiliki strategi khusus, rasanya tidak.”

Ditanya tentang penyebab

produsen mobil Jepang mera­jai industri otomotif tanah air, Mukiat mengungkapkan pro­ses perakitan yang dilakukan di Indonesia menjadi salah satu alasannya.

“Selain lini produk yang disesuaikan dengan kebutuh­an, proses perakitan yang ada juga menjadikan produk Jepang lebih unggul di ban­ding produk negara lain. Namun, Hyundai sendiri se­bagian besar masih mengapal­kan produknya secara Com­plete Built Up (CBU) dari Korea Selatan,” ujar Mukiat.

Ia juga menyebut ba­nyaknya perusahaan kom­ponen mobil Jepang yang ber­investasi di Indonesia, sebagai alasan mobil Jepang dapat diperoleh dengan harga ter­jangkau sekaligus handal da­lam bersaing di pasar.

“Banyaknya produsen kom­ponen mobil Jepang yang ber­investasi di Indonesia, tidak hanya memudahkan pelaku in­dustri otomotif Jepang melaku­kan proses perakitan secara lokal dengan biaya relatif ren­dah juga memperkuat pangsa pasar di ASEAN secara tak lang­sung,” ujar Mukiat.

Tentang rencana jang­ka pendek, ia mengatakan, Hyundai yang menargetkan penjualan 8.000 unit sepan­jang 2013, masih bakal mengedepankan Grand Avega, Santa Fe, dan H1.•

Strategi Bertahan sang Jawara

Indonesia Motor Show 2012.

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

2011 2012

Produksi

Sumber: Gaikindo HaloJepang/Agus H

Penjualan

838.

388

1.07

6.15

7

894.

164

1.11

6.23

0

Produksi dan Penjualan Kendaraandi Indonesia (2011-2012)

HaloJepang!/Uematsu Ryosuke

Page 5: Halo Jepang Vol. 03

Oleh Beny Halfina

Kelas menengah Indo­nesia yang jumlahnya kian membengkak ber­imbas pada permin­

taan di sektor otomotif. Tahun lalu, sesuai data Gabungan In­dustri Kendaraan Bermotor In­donesia (GAIKINDO), penjualan mobil menembus 1,1 juta unit, angka yang diperkirakan bakal terus merambat naik hingga 1,2 juta unit tahun ini.

Salah satu ‘penikmat’ pasar otomotif Indonesia adalah PT Toyota Astra Motor (TAM). Pada 2012, Agen pemegang merek ini memuncaki posisi penjualan dengan raihan 405.414 unit atau sekitar 36% dari pangsa pasar oto motif nasional. Guna me ng­antisipasi permintaan, Toyota menggenjot kapasitas produk­sinya de ngan membangun pabrik kedua di Karawang International Industrial City (KIIC).

Melimpahnya produksi oto­motif ini menyisakan per ta­nyaan, bagaimana sebenarnya kepedulian pabrikan terhadap lingkungan, apalagi di tengah isu pemanasan global? Apakah

mereka sekadar memproduksi mobil sebanyak­banyaknya tan­pa berkomitmen terhadap keles­tarian lingkungan.

“Plant II kami di Karawang menerapkan konsep eco­friend­ly dan worker­friendly, yakni ramah terhadap lingkungan dan nyaman bagi karyawan,” ungkap Warih Andang Tjah­jono, Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TM­MIN) kepada HaloJepang!.

Warih menambahkan pene­rapan asas eco­friendly sudah menjadi kebijakan global Toyo­ta. Pertama compliance, artinya mentaati undang­undang, jadi tidak menggunakan bahan ter­larang dalam proses produksi dan minimize risk yakni memi­nimalkan risiko sembari terus meningkatkan kinerja.

Sementara worker­friendly didasari dua pilar utama Toyota Way, yakni continuous improve­ment dan respect for people. Konsep ini bertujuan menjadi­kan tempat kerja layaknya ru­mah bagi karyawan, sehingga mereka bisa bekerja senyaman mungkin. Hal ini, pada giliran­nya diyakini akan meningkat­

kan produktivitas.Kedua konsep ini diterapkan

karena TMMIN adalah pilar ke­dua Toyota di Asia­Pasifik. De­ngan kata lain, selain Thailand, Indonesia sudah menjadi basis produksi raksasa otomotif ini.

Contoh nyata konsep ini tam­pak di pabrik yang menurunkan risiko bahan kimia, manajemen bahan berbahaya dan beracun (B3) serta menggunakan mate­rial sesuai regulasi. Guna memi­nimalkan dampak lingkungan, pengecatan dilakukan melalui proses water­based. Lebih jauh

lagi, kini TMMIN sedang meng­upayakan daur ulang air. Air sisa atau limbah diolah kembali menggunakan reverse osmosis facility yang akhirnya akan di­gunakan dalam proses produk­si seperti pengecatan.

Selain menggunakan gas untuk menekan emisi karbon, TMMIN memasang panel surya berkapasitas 20.000 watt di Plant II yang digunakan seba­gai penerangan di lini produksi. Panel surya juga digunakan untuk sumber energi lampu pe­nerangan jalan. Meskipun ka­

pasitasnya masih cukup kecil, upaya ini adalah langkah yang cukup positif. TMMIN meng­klaim bisa mengurangi emisi CO2 sebesar 13% atau sekitar 0,07 kg per unit mobil.

Bagi karyawan, konsep worker­friendly tampak pada tersedianya kipas angin di lini produksi sehingga pekerja da­pat merasakan suhu udara yang optimal untuk bekerja dan, ten­tunya, lebih nyaman. Rak juga diatur sedemikian rupa sehingga para pekerja tak perlu terlalu ba­nyak berjalan, menjadikan me­reka mampu menghemat stami­na meski biasanya harus berdiri cukup lama di unit perakitan.

Walaupun bukan yang pertama, TMMIN mengklaim pabrik kedua ini telah disesuai­kan dengan kebutuhan lokal dan berdasarkan ide dari kar­yawan. Para insinyur Indonesia turut pula dalam perencanaan pabrik, pemilihan mesin dan pengaturan tata letak. Mereka juga menjembatani kebutuhan karyawan dengan Toyota Mo­tor Corporation karena kondisi di Jepang belum tentu sesuai dengan kebutuhan lokal.•

Ramah Karyawan, Jaga Lingkungan4 April 2013

LIPUTAN UTAMA 5April 2013

LIPUTAN UTAMA

Pabrik Toyota Karawang II di KIIC Karawang, Jawa Barat.

HaloJepang!/Beny Halfina

Page 6: Halo Jepang Vol. 03

Ultrabook untuk Para Profesional

Walkman dengan OS AndroidSony NWZ-F800

Fujitsu Lifebook U772

6 April 2013

RINGKAS BISNIS 7April 2013

RINGKAS BISNIS

Ultrabook kini menjadi pilihan bagi pro-fesional yang dinamis dan memiliki mobili-tas tinggi. Bentuknya yang tipis dan ringan membuatnya mudah dibawa. Salah satu pi-lihan adalah Fujitsu Lifebook U772 dengan tebal hanya 15,6 mm dan bobot 1,45 kg.

Meskipun termasuk produsen terakhir yang meluncurkan ultrabook, produk ini termasuk paling tipis ketika diluncurkan. Lifebook U772 memiliki layar Superfine 14 inci glossy 720p dengan resolusi 1366x768 resolution.

Lifebook U772 diproduksi di Jepang dengan pilihan prosesor Intel Core i5 dan Intel Core i7. Penyimpanan datanya meng-gunakan hardisk 320GB/500GB (5,400rpm) + 32GB onboard iSSD, atau SSD 128GB / 256GB. Memorinya DDR3 hingga kapasitas 8 GB.

Ultrabook ini dilengkapi baterai lithium 4 sel berkapasitas 45 Wh yang dapat ber-tahan hingga tujuh jam 20 menit.

Ditanamkannya sensor built in finger print memberi keamanan tambahan dan kenyamanan untuk mengakses surat elek-tronik (email) dan dokumen rahasia.

Pengguna Lifebook U772 juga dapat melakukan transfer data dan konektivitas dengan pilihan fitur 4G/LTE atau 3.5G/UMTS. Laptop ini juga dilengkapi dengan dua built in USB 3.0 port dan fitur any-time USB charger untuk pengisian terus-menerus bahkan ketika dimatikan.

Lifebook U772 tersedia dalam warna merah dan perak yang dilengkapi dengan Advanced Theft Protection technology dari Intel Anti-Theft dan fitur Computrace Ab-solute, yang memungkinkan untuk men-cari perangkat yang hilang atau dicuri dan untuk menyalin atau menghapus data dari jarak jauh.

Ultrabook ini dipasarkan untuk seg-men premium dengan kisaran harga di atas Rp20 juta.•

P e r k e m b a n g a n teknologi digital yang pe-

sat membuat ponsel kini bisa melakukan berbagai fungsi, tak terkecuali sebagai pe-mutar musik. Sebelumnya Sony terkenal dengan Walk-man, namun merek ini bela-kangan tenggelam di tengah banyaknya mp3 player dan ponsel-ponsel pintar.

Sony kini berusaha mem-populerkan kembali merek itu dengan mengeluarkan Sony NWZ-F800 bagi penikmat musik yang menginginkan kualitas suara maksimal.

“F800 ditargetkan untuk

penikmat musik yang meng-utamakan suara prima. Juga dilengkapi sistem operasi Android 4.0,” papar Annisa, Product Marketing, PT Sony Indonesia.

Produk ini memang di-tujukan untuk konsumen yang ingin khusus men-dengarkan musik, karenanya baterainya, lithium ion, jika digunakan untuk memainkan musik terus-menerus bisa bertahan selama 10 jam.

Fitur-fiturnya antara lain S Master MX Digital Amplifier untuk menghasilkan akurasi suara, kejernihan serta me-ngurangi noise. Suara menja-

di lebih jernih dan jelas, untuk vokal.

Produk seberat 100 gr ini bisa mendukung berbagai format file yakni MP3, WMA, AAC, FLAC, AVC, dan MPEG-4 Video. Selain itu juga bisa di-gunakan untuk mendengar-kan radio karena dilengkapi FM Tuner.

Tampilannya mengguna-kan layar LCD WVGA ber-ukuran 3,5 inci dilengkapi fitur multitouch untuk navigasi. Resolusi maksimalnya men-capai 1920 x 1080 piksel.

Annisa juga menam-bahkan, pengguna bisa me-manfaatkan fitur WiFi untuk

mengunduh berbagai aplikasi seperti games dan media so-sial, sehingga secara fung-sional mirip ponsel pintar mi-nus kemampuan menelepon. Teknologi Bluetooth juga di-sematkan untuk memudah-kan berbagi data.

Sony menawarkan dua pilihan produk yakni seri NWZ-F804 dengan harga Rp2.299.000 dan NWZ-F805 dibanderol dengan harga Rp2.599.000. Kapasitasnya ada yang 8 Gb dan 16 Gb un-tuk menampung file musik yang cukup banyak. Dua warna pilihan tersedia yakni merah dan hitam.•

Perkuat Bisnis Lama, Bidik Peluang Baru

Toray Industries:

Selama 40 tahun lebih berbis­nis di Indonesia, investasi Toray Industries Inc terus berfokus pada industri kimia tekstil. Perusahaan ini rencananya akan menambah modal sekitar US$500 juta sampai 2020 untuk penguatan bisnis inti dan eks pansi di sektor baru.

Pada 18 Maret silam, Toray Group Indonesia menggelar per­helatan besar guna merayakan 40 tahun kegiatannya. Presiden Direk­tur Toray Industries Inc, Nikkaku Akihiro, menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang penting bagi pengembangan bisnis perusahaan.

“Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia kini seki­tar US$4.000. Kalau PDB sudah melampaui US$3.000 berbagai produk bisa dijual, dan jika telah melewati US$5.000 produk me­wah pun bisa laku. Ditambah jum­lah penduduknya yang sekitar 240 juta, maka Indonesia adalah pasar yang sangat besar. Karena itu, kami bermaksud memfokuskan diri pada pemenuhan kebutuhan domestik Indonesia,” ujar Nikkaku.

Memulai investasi di awal deka­de 70­an dengan mendirikan Cen­tury Textile Industry (CENTEX) dan Indonesia Synthetic Textille Mills (ISTEM) yang memproduksi benang tekstil sintetis, Toray Group kini mengoperasikan 12 perusahaan dengan sekitar 5.000 karyawan.

Presiden Direktur PT Toray In­dustries Indonesia Okawara Hideya­su mengungkapkan, perusahaan bakal terus memperkuat bisnis inti di sektor serat dan tekstil serta melaku­kan ekspansi usaha di sejumlah bi­dang yakni resin plastik, fi lm untuk pengemasan, pengolahan air, farma­si dan obat­obatan. “Sekitar US$250 juta dialokasikan untuk memperkuat bisnis inti, salah satunya dengan membangun pabrik spun bond dan unit pengolahan resin dengan in­vestasi sekitar US$110 juta.”

Lebih lanjut Okawara menjelas­kan, “Penanaman modal di Indone­sia diharapkan menaikkan penjualan perusahaan hingga dua kali lipat pada 2020 menjadi US$1.1 miliar, dibanding 2012 yang US$550 juta, dan menyerap tenaga kerja sekitar 7.500 orang.”•

HALOJEPANG!

Sony NWZ-F800

P e r k e m b a n g a n teknologi digital yang pe-

sat membuat ponsel kini bisa melakukan berbagai fungsi, tak terkecuali sebagai pe-mutar musik. Sebelumnya Sony terkenal dengan Walk-man, namun merek ini bela-kangan tenggelam di tengah banyaknya mp3 player dan ponsel-ponsel pintar.

Sony kini berusaha mem-populerkan kembali merek itu dengan mengeluarkan Sony NWZ-F800 bagi penikmat musik yang menginginkan kualitas suara maksimal.

“F800 ditargetkan untuk

sony.co.jp

Fujitsu.com

Presiden Direktur Toray Industries Inc Nikkaku Akihiro (kiri) dan Presiden Direktur PT Toray Industries Indonesia (kanan) saat konferensi pers di Hotel Shangri-la Jakarta.

Page 7: Halo Jepang Vol. 03

Teropong Canggih bagi Pemain Golf

TV Pintar dengan Tampilan 3DPowerline 660

Panasonic Smart Viera TV DT60

6 April 2013

RINGKAS BISNIS 7April 2013

RINGKAS BISNIS

Bukan ponsel saja yang smart (pin-tar), kini TV pun demikian. Melalui

seri Smart Viera TV DT60, Panasonic menawarkan be-ragam fi tur dan pengalaman menonton yang istimewa.

Fitur My Home, memung-kinkan pengguna me ngatur menu layar awal sesuai ke-butuhan, seperti kalender, jam, indikator cuaca bahkan Facebook.

Pengguna bisa juga ber-bagi foto dan video mela-lui fi tur Swipe & Share 2.0 memanfaatkan koneksi nir kabel, dari ponsel atau tablet ke pesawat TV dan sebaliknya untuk dinikmati bersama.

Pengaturan juga bisa di-lakukan melalui perintah su-ara. Fitur ini dapat pula mem-bacakan apa yang ada di layar. Selain itu, ponsel atau tablet pun bisa dimanfaatkan seba-gai remote control dengan a plikasi khusus.

Dari sisi tampilan, TV ini memiliki layar IPS (In-Plane

Switching) dengan sudut pan-dang hingga 178 derajat, se-hingga nyaman disaksikan dari manapun.

Teknologinya mampu meng hasilkan tampilan 3D dari konten 2D apapun, bah-kan dari sekadar siaran TV bi-asa. Pada paket pembeliannya, disertakan empat kacamata 3D dan satu remote sentuh.

Prosesor Dual Core Hexa di dalamnya memungkinkan detil gambar tajam walau dalam adegan aksi yang cepat atau berbagai pekerjaan simultan tanpa menjadikan tampilan terputus-putus.

Harga per unit dibande-rol sekitar ¥160.000 hingga ¥270.000 atau Rp16,6 juta sampai Rp28,1 juta.•

Sebagai pemain golf pemula, cukup sulit memperkira-kan jarak ketika akan memukul bola ke lubang. Anda mungkin mau mencoba produk Powerline 660 ini yang bisa mengu-kur jarak horizon-tal, perbedaan ketinggian dan sudut ke obyek secara cepat.

Hanya tinggal memfung-sikannya seperti teropong ke arah tujuan, dan kemudian menekan tombol, maka la-ser range finder akan selesai melakukan pengukuran hanya dalam 0,5 detik. Alat ini bisa mengukur jangkauan dari 5 hingga 660 meter.

Pengguna bisa memilih bermacam moda, yakni ‘jarak & sudut’, ‘jarak & beda ke tinggian’ dan ‘jarak horizontal.’ Hasilnya akan ditampilkan di lubang in-tip. Akurasinya mencapai ku-rang lebih 1 meter. Produk dari Apresys ini juga memiliki moda

pembesaran hingga 6 kali lipat.Karena golf adalah olah-

raga luar ruang, alat ini didesain agar tahan air dan tahan debu. Selain ringan, ukurannya pun hanya segenggaman ta ngan, sehingga mudah dibawa.

Teropong ini mampu meng awasi obyek secara jelas pada satu waktu dan dalam waktu singkat, dalam tampilan sederhana. Konsumsi dayanya rendah dan mampu on-off secara otomatis. Teropong ini bekerja dengan baterai CR-3V tunggal, didukung layar LCD untuk gambar yang cerah dan jelas. Produk ini dijual seharga ¥17.800.•

panasonic.com

Page 8: Halo Jepang Vol. 03

Berupaya Berjaya di Pemilihan Majelis Tinggi

Saat Dua Negara Berkomunikasi Melalui Layar Perak

8 April 2013

PERISTIWA

Kyodo

“Jangan sampai kalah dalam pemilihan Majelis Tinggi. Saya berjanji memimpin pertarungan ini, serta memulihkan harga diri

bangsa,” ujar Abe saat berlangsungnya rapat pimpinan nasional LDP pertenga­han Maret. Dalam kesempatan itu, juga ditetapkan kebijakan partai setahun ke depan, termasuk merevisi konstitusi guna memperkuat perlindungan ter­hadap kedaulatan Jepang, dan mening­katkan kemampuan pertahanan.

Meski terlihat optimis dalam meng­hadapi pemilihan, Sekretaris Jenderal LDP Ishiba Shigeru mengingatkan para pengurus partai senior agar “Tidak ter­lalu berlebihan, dan berhati­hati meski tingkat dukungan yang ditunjukkan se­jumlah polling media memperlihatkan

angkat di atas 70%.” Hal itu diharapkan tak menjadi bumerang yang meneng­gelamkan upaya menjadi kelompok ma­yoritas di Majelis Rendah dan Majelis Tinggi, serta berdampak pada agenda politik Abe ke depan, tambahnya.

LDP yang kembali memegang tam­puk pemerintahan pasca kemenang­an dalam pemilihan Majelis Rendah Desember 2012, kini menargetkan penguasaan atas mayoritas kursi di Majelis Tinggi bersama dengan mitra koalisinya, Partai Keadilan (Komei to/NKP), guna meraih lebih dari 122 kursi dalam pemilihan 21 Juli.

Dari keseluruhan 242 kursi di Majelis Tinggi, saat ini Partai Demokrat (Minshu to/DPJ), kelompok oposisi utama, me­nguasai 88 kursi, diikuti LDP dan NKP dengan masing­masing 83 kursi dan 19 kursi yang bila digabungkan menjadi 102 kursi. Pada pemilihan mendatang 58 kursi LDP dan NKP tidak akan di­perebutkan, yang berarti koalisi peme­rintah harus mendapatkan 64 kursi agar dapat meraih 122 kursi, guna mencapai mayoritas. Di sisi lain 46 kursi Partai Demokrat, dan 31 kursi partai lain akan diperebutkan, sehingga membuka pe­luang bagi partai pemerintah untuk me­nambah jumlah perolehannya.

Karena potensi jumlah kursi yang bisa didulang masih jauh dari memadai untuk menjadi mayoritas. Abe memper­timbangkan berkoalisi dengan partai lain, khususnya yang menginginkan re­visi konstitusi, seperti Partai Pembaharu­an (Nippon Ishin no kai/JRP), Partai Un­tuk Semua (Minna no to/YP) dan Partai

Reformasi Baru (Shinto Kaikaku/NRP).Sejak awal, Ketua Umum LDP telah

menyampaikan niat untuk merevisi Pasal 96 konstitusi yang menetapkan penga­juan usul amandemen harus diprakarsai parlemen, dengan terlebih dahulu menda­pat persetujuan dua pertiga anggota atau lebih dari masing­masing Majelis, namun Abe ingin menurunkan persyaratan ini cukup dengan mayoritas tunggal saja.

Sasaran lain yang hendak dicapai LDP bila revisi Pasal 96 berhasil adalah revisi Pasal 9 yang menetapkan Jepang tidak boleh berperang, agar nantinya Pa­

sukan Bela Diri (Jiei tai/SDF) bisa men­jadi Angkatan Pertahanan (Kokubo gun), guna memperkuat pertahanan negara.

Hasil polling yang dilakukan Kyodo News akhir Februari menunjukkan ting­kat dukungan terhadap Kabinet Abe berada di posisi 72,8%, untuk pertama kalinya melampaui angka 70%, sejak mantan PM Hatoyama Yukio dilantik September 2009.

Jika tingkat dukungan terhadap partai terus stabil, maka peluang LDP dan mitra koalisi nya untuk mendominasi kursi di Majelis Tinggi akan semakin besar.•

Oleh Meiskhe Fratel

Film tampaknya ampuh sebagai media komunikasi dua negara yang berbeda budaya dan bahasa. Sejum-lah film karya sineas terbaik Indonesia, ditayangkan di ajang prestisius Tokyo International Film Festival (TIFF) ke-25 di Roppongi, Tokyo, Oktober tahun lalu. Maret silam, giliran masyarakat Indo-nesia yang mendapat sajian film yang memenangkan Audience Award Win-ning TIFF 2012.

Japan Foundation (JF) Jakarta se-bagai mediator juga mendatangkan mereka yang memiliki andil dalam pe-nyelenggaraan TIFF, yakni Program Manager Indonesia Express TIFF 2012 Ishizaka Kenji, Director Program Com-petition Yatabe Yoshihiko dan sutradara Matsue Tetsuaki. Bahkan JF Jakarta juga memberi kesempatan untuk berbincang terbuka dengan ketiga sosok di balik perhelatan TIFF itu.

Ishizaka yang terjun mengorganisir festival film Asia 1990-2007, menyatakan

apresiasinya terhadap film kontemporer Indonesia. Menurutnya, Indonesia telah memproduksi banyak variasi film, tidak hanya realis namun juga fantasi. Bah-kan topik yang diangkat telah berubah. “Topik dalam film Indonesia, Atambua 390C, Babi Buta Yang Ingin Terbang dan Soegija, memiliki kesamaan dengan mengangkat kisah kaum minoritas.”

Selain itu, film Indonesia sudah tidak

menyoroti Jakarta saja, namun juga daerah-daerah lain. “Inilah yang dapat membuat Indonesia dikenal ne-gara lain,” ujarnya.

M e n d a p a t k a n apresiasi dari Ishiza-ka memang cukup isti mewa. Pasalnya ia telah lama berke-cimpung di dunia per-filman dan mengamati perkembangan Indo-nesia mulai dari era Umar Ismail. Ia juga

memuji generasi baru sineas Indone-sia, yang telah menghasilkan karya terbaik, dan memberikan kesempatan kepada dunia untuk melihat film Indo-nesia, seperti Garin Nugroho, Riri Riza, dan Edwin.

Satu yang istimewa, JF Jakarta, juga menayangkan film terbaik di ajang TIFF, Flashback Memories 3D, karya Matsue di XXI Plaza Senayan, Jakarta Selatan.

Indonesia patut berbangga, karena film ini untuk pertamakalinya diputar di luar Jepang, sejak TIFF tahun lalu. Flash-back Memories mengisahkan tentang Goma, seniman alat tiup asal Australia, didgeridoo, yang tetap memiliki energi bermusik, meskipun dibebani hilang i ngatan sebagian akibat kecelakaan.

“Melalui film ini, saya ingin me-nyoroti energi bermusik Goma. Setiap orang hidup untuk masa depan, namun berbeda dengan Goma yang hidup un-tuk waktu sekarang,” ujar Matsue.

Ternyata, film dokumenter berfor-mat 3D ini, cukup memesona hingga 200 orang penonton yang datang, termasuk aktor kawakan Indonesia, Nicholas Saputra.

Matsue, sang sutradara pun, me-nyatakan kegembiraannya karena masyarakat Indonesia memperlihatkan hasrat positif dan banyak perhatian pada tokoh utama, Goma. Flashback Memo-ries kata Matsue, meskipun dibuat un-tuk film festival namun juga ditayang-kan di sejumlah bioskop Jepang. •

Perdana Menteri (PM) Abe Shinzo, yang juga

Ketua Umum Partai Liberal Demokrat (Jimin to/LDP),

tampaknya berupaya keras menstabilkan

pemerintahannya sekaligus mengendalikan parlemen.

Untuk itu dirinya berjanji memenangkan mayoritas

kursi dalam pemilihan Majelis Tinggi akhir Juli

mendatang.

Diskusi Tokyo International Film Festival (TIFF) di Hotel Gran Mahakam, Jakarta.

PM Abe Shinzo

Page 9: Halo Jepang Vol. 03
Page 10: Halo Jepang Vol. 03

10 April 2013

OPINI 11April 2013

RISALAH

T ak kurang dari 55 tahun sudah tali­temali bilateral Indonesia­Jepang terjalin. Selama itu pula, relasi di berbagai bidang—tak se­mata ekonomi—telah berlangsung. Namun,

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam suatu kesempatan menyatakan kontak antar warga (people to people contact) terutama di bidang sosio­kultural perlu lebih dikedepankan sebagai landasan hubung­an dengan negara lain. Tak terkecuali, tentunya, hubungan dengan Jepang.

Dalam kaitan ini, sektor budaya pop agaknya merupakan salah satu peluang di mana kedua negara kepulauan ini bisa lebih mengeksplorasi kerjasama. Jauh sebelum apa yang belakangan dikenal sebagai K­Pop marak, budaya pop Jepang sebenarnya sudah lebih dulu menarik perhatian warga Indonesia mela­lui manga, anime atau action figures seperti Ultra­man atau Gundam dan karakter Hello Kitty.

Ditarik lebih awal lagi, karya­karya Kawabata Ya­sunari dan aksi layar lebar Mifune Toshiro juga ramai menjadi bahan perbincangan di kalangan pengamat dan penikmat budaya pop, di Indonesia.

Kembali ke soal manga dan anime tadi, hingga kini dengan mudah bisa disaksikan bagaimana rak­rak jaringan toko­toko buku besar Indonesia selalu disesaki produk manga Jepang, sementara siaran televisi—meski mungkin tak lagi sekerap sebelum­nya—masih menyiarkan beragam produk animasi negara tersebut.

Indonesia, di lain pihak, juga sudah mulai men­cetak sejumlah animator handal, bahkan berkelas dunia. Rini Sugianto, misalnya, animator Indonesia yang kini tinggal di Wellington, Selandia Baru, su­dah berkarir di Hollywood dan turut menghasilkan, antara lain, The Adventures of Tintin­nya Steven Spielberg.

Di lahan perkomikan (manga) ada pula Ardian Syaf yang tergabung dalam DC Comics yang kon­dang dengan deretan pahlawan super seperti Bat­man, Wonder Woman, The Flash, Green Lantern, Su­perman dan The Justice League of America.

Bahwa mereka tergabung dalam perusahaan­ perusahaan industri kreatif berskala global di negara lain, tentunya merupakan suatu hal yang membang­gakan, apalagi mengingat semua dilakukan praktis hanya dengan upaya sendiri. Uluran tangan pemerin­tah Indonesia, jika pun ada, minim sifatnya meski ada kementerian yang konon khusus mengurusi ekonomi kreatif.

Bagaimana pun, pasti akan jauh lebih membesar­kan hati, jika ada pula animator dan komikus Indo­nesia yang kondang sejagad karena mengusung cita rasa Indonesia sendiri sebagaimana halnya Jepang memajukan produk­produk serupa dengan nuansa Jepang yang kental.

Tantangan berikutnya, mungkin adalah bagaima­na dalam konteks kontak antar warga Indonesia­Jepang, juga akan ada inisiatif­inisiatif yang digalang kalangan non­pemerintah Jepang untuk membantu kemunculan produk­produk budaya pop Indonesia, berciri Indonesia, digagas dan dibesarkan warga Indonesia ke pentas lebih luas.

Ini sama sekali bukan hal mustahil karena ba­nyak pekerja industri kreatif Indonesia yang telah teruji serta amat mumpuni. Salah satu buktinya ada­lah ketika 5 Menit Sebelum Tayang­nya Muhammad Fathanatul Haq dan Ockto Baringbing meraih Silver Award di Kontes Manga International di Tokyo ta­hun lalu.

Jadi, mengingat dukungan teknologi informasi yang kini tersedia, tak perlu menunggu lebih lama lagi untuk mengembangkan kontak antar warga, uta­manya di bidang sosio­kultural.•

Pembangunan Rendah KarbonKontak Antar Warga

Editorial

Oleh Hanafi Guciano

Selain itu, mesti pula digalakkan berbagai pemanfaatan teknologi rendah karbon de ngan

energi terbarukan seperti pada pembangkit listrik, peralatan elektronik rumah tangga, ken­daraan serta pabrik.

Tak kurang penting adalah kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk rendah karbon serta untuk mengkom­binasikan teknologi dan ba­rang dengan sistem, jasa dan infrastruktur yang cocok.

Untuk ini semua, beberapa konsep yang bisa menjem­batani diperlukan. Salah satu­nya adalah yang di dorong Pe­merintah Jepang melalui Joint Crediting Mechanism (JCM).

Sebelumnya ada konsep Clean Development Mecha­nism (CDM) yang banyak dike­nal setelah penandatanganan Protokol Kyoto namun pelak­sanaannya kurang berhasil. Itu sebabnya dirasa perlu un­tuk mencari bentuk kerjasama lain yang lebih sesuai dan le­bih mudah, guna mendorong pemanfaatan teknologi ren­dah karbon serta mengimple­mentasi tindakan mitigasi un­tuk mendorong pembangunan berkelanjutan.

JCM beroperasi sebagai jenis kredit yang tidak diper­dagangkan. Baik negara maju dan negara berkembang ter­lebih dahulu akan melakukan konsultasi tentang jenis kredit yang dapat diperdagangkan guna mencapai kesepakatan awal pelaksanaannya.

Sebagai inisiator, Jepang melalui Kementerian Ekono­mi, Perdagangan dan Industri (METI), awalnya menawarkan bilateral offset credit mecha­nism (BOMC), yang sejak ta­hun ini berubah nama menjadi JCM. Melalui JCM, perusahaan Jepang mencari mitra di negara berkembang untuk melaksana­kan proyek yang dapat me­ngurangi/menurunkan emisi secara bersama. Pengurangan yang dihasilkan kemudian di­

offset untuk mengurangi ke­wajiban di Jepang.

Bagi Jepang, sebagai ne­gara industri, beban emisi dan kewajiban penurunannya me­mang menelan biaya tinggi. Biaya itu akan lebih membeng­kak lagi jika negara itu juga harus melakukan penemuan baru untuk menghasilkan teknologi baru rendah karbon. Namun, melalui kerjasama dengan negara berkembang,

beban ini agaknya bisa di­tekan. Di lain pihak, negara berkembang, bisa memba­ngun ekonominya tanpa harus mengulang pengalaman nega­ra maju yang memicu indus­trinya dengan merusak ling­kungan, membuang emisi ke udara, sehingga menciptakan perubahan iklim.

Kerjasama dalam kerangka JCM, dengan demikian bisa, menjadi langkah win­win bagi negara maju maupun berkem­bang, karena berfungsi seba­

gai rem bagi peningkatan emi­si global dan bahkan mampu mengurangi emisi net (bersih) per proyek, per negara.

Khusus untuk Indonesia, berbagai perusahaan Jepang sudah menjajaki kerjasama JCM. Ada sekitar 12 proyek yang sedang dijalankan de­ngan harapan akan menerap­kan metodologi pengukuran, pelaporan dan verifikasi yang berujung pada pengurangan emisi yang dapat dikreditkan dan diperdagangkan.

Dalam konsep JCM, pe­ngurangan emisi yang akan dikreditkan ditentukan oleh perbedaan antara ‘referensi emisi’ dan emisi yang diingin­kan/target capaian. Re ferensi emisi dihitung dengan meng­kalikan ‘kredit yang di simpan’ yang biasanya dinyatakan se­bagai unit emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari ke­seluruhan emisi sementara kredit yang ingin diperoleh harus ditetapkan ‘sebelum’ menerapkan me todologi untuk melaksanakan proyek yang sama di negara berkembang.

Cara konservatif ditetap­kan untuk menghitung re­ferensi emisi di bawah emisi BAU. Pendekatan ini akan mengurangi hambatan dalam menganalisa skenario hipo­tesis yang memperlihatkan terjadinya pengurangan emisi dari proyek yang sama, sambil meningkatkan transparansi da­lam menghitung pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

Pengurangan emisi GRK dapat di wujudkan dalam ber­bagai alternatif termasuk de­ngan menggunakan nilai kon­servatif dalam parameter yang ada dan menghitung emisi proyek secara lebih besar dari emisi proyek sebenarnya. Cara ini akan memastikan pengurangan net, dan seka­ligus menurunkan hambatan untuk melakukan monitoring (pemantauan).

Sementara itu, kriteria kelayakan metodologi JCM juga mesti ditetapkan. Yang pasti, akselerasi penggunaan teknologi rendah karbon, ter­masuk produk dan jasanya, akan menyumbang penurunan emisi secara net.•

Penulis adalah konsultan pendanaan perubahan iklimAlumni University of Tokyo dan International University of Japan

Untuk mengatasi sejumlah masalah terkait perubahan iklim secara efektif, negara maju dan berkembang, ke depan, harus berfokus pada kegiatan pembangunan rendah karbon dengan menggunakan teknologi, pasar dan pendanaan dari seluruh dunia.

Kerjasama dalam kerangka JCM bisa menjadi langkah win-

win bagi negara maju maupun berkembang,

karena berfungsi sebagai rem bagi

peningkatan emisi global dan bahkan mampu

mengurangi emisi bersih per proyek,

per negara.

Page 11: Halo Jepang Vol. 03

10 April 2013

OPINI 11April 2013

RISALAH

Oleh Junko Horiuchi, Kyodo

Para pemilik hak suara di Jepang bakal memiliki sarana baru untuk mengetahui sikap poli­tik para calon anggota Majelis

Tinggi pada pemilihan musim panas nanti. Sarana itu adalah jejaring sosial yang belakangan memang telah menjadi medium komunikasi sehari­hari.

Partai­partai politik telah menyepa­kati rencana menjadikan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter untuk pertama kalinya sebagai media kampa­nye. Rencana ini juga diharapkan akan menarik perhatian kelompok muda ter­hadap isu­isu politik dan mendongkrak jumlah pengguna hak suara.

Namun, sejumlah anggota parle­men, terutama mereka yang tak akrab dengan aplikasi daring (online) yang memungkinkan terjadinya komunika­si timbal­balik dengan para pemilik hak suara, bersikap lebih berhati­hati. Me reka menyatakan media sosial bisa membuat pernyataan­pernyataan negatif tentang para calon menyebar tak ter kendali.

Namun, Perdana Menteri (PM) Abe Shinzo sendiri sudah larut dalam tren untuk secara berkala menayangkan

foto dan pernyataan di akun Facebook­nya yang sejauh ini telah menarik tak kurang dari 241.000 pelanggan.

Keishi Hasegawa, seorang system en­gineer berusia 27 ta­hun asal Tokyo dan rajin memantau ki­cauan Walikota Osa­ka Toru Hashimoto, mengatakan, “Kini saya bisa menerima pesan langsung dari para politisi, tak lagi harus melalui media massa.”

Pertengahan Februari lalu, partai berkuasa maupun oposisi sepakat men­cabut larangan berkampanye secara daring, langkah yang bakal memaksa partai­partai politik untuk merumuskan strategi kampanye baru.

Para kandidat, hingga saat ini, masih dilarang memperbarui isi situs mereka selama masa kampanye sesuai aturan yang juga mencakup masalah distribusi selebaran dan poster kampanye.

Sekjen LDP Shigeru Ishiba meng­

isyaratkan pentingnya para anggota ba­dan legislatif untuk mengakrabkan diri dengan internet menjelang pemilihan Majelis Tinggi.

Masaki Nakamura, pelajar Sophia University berusia 19 tahun menya­takan dirinya beserta teman­temannya mendapatkan informasi, sebagian be­sar—jika bukan seluruhnya—dari jeja­ring sosial. “Itu sebabnya kami disebut warga negara digital”, tambahnya.

Noritaka Tamura, konsultan media

sosial menyatakan, Abe menggunakan media jenis ini karena ingin berkomu­nikasi langsung dengan rakyat tanpa perlu melalui media massa, seperti saat ia menelpon keluar negeri dari pesawat terbang pemerintah untuk memberi ins­truksi pada para anggota kabinetnya di Tokyo dalam krisis sandera Aljazair.

Namun, ia juga mengatakan mudah bagi Abe untuk rajin tampil di jeja ring sosial saat ini karena popularitasnya ten­gah tinggi. Masih harus dilihat, menurut­nya, apakah, tingginya frekuensi tampil itu masih sama ketika popularitasnya menurun atau ketika ada masalah yang sangat serius.

Ia juga menyatakan jejaring sosial bisa jadi membuat para pemegang hak suara menggunakan haknya karena apa yang mereka lihat dan dengar secara digital dari para politisi dan bukan be­nar­benar karena sikap politik maupun kebijakan mereka.

Para pemegang hak suara, dengan demikian tak boleh alpa untuk mencari tahu sejauh mungkin tentang apa dan siapa para kandidat yang ada. Hanya dengan meninggalkan cara­cara komu­nikasi searah maka proses mewujudkan masyarakat yang lebih baik bisa terwu­jud, katanya.•

Jurus Ampuh Mendulang SuaraJejaring Sosial

13.809.80013.809.800

2.990.0002.990.000

FacebookTwitter

Angka Pengguna Facebook dan Twitterdi Jepang (Desember 2012)

HaloJepang!/Agus H

Page 12: Halo Jepang Vol. 03

12 13WISATAApril 2013

Bagi penggemar liburan bahari, Okinawa da-pat menjadi salah satu destinasi pilihan ka-

rena pantainya yang elok dan berbagai pemandangan alam menarik. Hasil percampuran budaya Jepang, Cina, Amerika Serikat (AS) dan Asia Tenggara, juga menjadi daya pikat lain bagi para pelancong.

Okinawa, prefektur paling selatan di Jepang ini, memang tersohor dengan keindahan pantai pasir putih dan laut yang bergradasi warna biru mem-pesona, terutama di bagian ba-rat daya pulau utamanya.

Salah satu kawasan yang terkenal dengan

pantainya adalah Desa Onna. Pantai Inbu, dan Seragaki, me-rupakan dua di antara sejumlah pantai di Desa Onna yang ke-rap dipadati wisatawan untuk melakukan kegiatan olahraga air, seperti diving, snorkeling dan jetski atau sekadar bersan-tai.

Di desa ini, para pelancong juga dapat mengunjungi Tan-jung Manza (Manzamo), yang berhadapan langsung dengan Laut Cina Timur. Pemandangan laut yang menawan sepanjang mata memandang, menjadi daya pikat utama di kawasan ini.

Puas bermain di alam terbu-ka, para wisatawan juga dapat menonton atraksi hewan laut di Okinawa Ocean Expo Park and Okinawa Churaumi Aquarium. Di sini para pengunjung dapat melihat ratusan ikan berenang lincah dalam akuarium beru-kuran 8,2 meter x 22,5 me-ter di kedalaman 20 meter di bawah permukaan laut. Tidak perlu khawatir dengan sistem keamanannya, karena akuari-um tersebut memiliki ketebalan kaca hingga 60 cm dan tahan

guncangan.Tidak berhenti sampai di

pulau utama saja, para pe-cinta wisata bahari juga dapat terus memanjakan diri dengan keelok an pantai di sejumlah pulau lain di Okinawa.

“Pulau utama saat ini masih menjadi pusat segala kegiat-an di Okinawa. Ibukota Naha juga terdapat di pulau utama,” ujar Kato Takashi, Direc-

tor Okinawa Prefectural Government Hong

Kong Representative Offi ce. “Namun, pengunjung yang belum puas menjelajah pulau utama, tak perlu cemas karena Okinawa memiliki 160 pulau lain yang menyuguhkan pantai penuh pesona serta keragaman terumbu karang,” jelasnya.

Pantai di Pulau Zamami dan Tokashiki di Kepulauan Kerama, serta Pulau Ishigaki di Kepulauan Yaeyama, dan Pu-lau Miyako kerap menjadi tu-juan favorit karena kecantikan alamnya, ungkap Kato.

“Pesawat sewaan bisa

digunakan untuk menjelajah pulau yang satu ke pulau yang lain. Selain itu, ada perahu ber-mesin dan ferry sebagai moda transportasi alternatif. Per-jalanan antar pulau, dengan demikian, bakal menjadi pen-galaman amat berharga,” ujar Kato.

KebudayaanTidak hanya wisata bahari,

kebudayaan unik pengaruh Cina, Asia Tenggara dan AS juga menjadi daya tarik istime-wa Okinawa di mata para turis. Prefektur dengan populasi hampir 1,5 juta jiwa ini, memi-liki iklim dan budaya yang ber-beda dengan Jepang umumnya. Hal ini dipengaruhi sejarah serta letak geografi snya yang menjorok ke selatan.

“Bagi warga Jepang sendiri, mengunjungi Okinawa seja-tinya nyaris seperti bepergian ke luar negeri karena me-mang iklim sosio-kulturalnya agak berbeda dengan wilayah Jepang lainnya,” kata Kato. Tidak heran 80% -90%

Jepang

Pulau Ishigaki

Pulau Miyako

Desa Onna

NahaPulau Zamami

OKINAWAOkinawa, prefektur paling

selatan di Jepang ini, memang tersohor dengan keindahan pantai pasir putih dan laut yang bergradasi warna biru mem-pesona, terutama di bagian ba-rat daya pulau utamanya.

Salah satu kawasan yang terkenal dengan

berhadapan langsung dengan Laut Cina Timur. Pemandangan laut yang menawan sepanjang mata memandang, menjadi daya pikat utama di kawasan ini.

Puas bermain di alam terbu-ka, para wisatawan juga dapat menonton atraksi hewan laut di Okinawa Ocean Expo Park and Okinawa Churaumi Aquarium. Di sini para pengunjung dapat melihat ratusan ikan berenang lincah dalam akuarium beru-kuran 8,2 meter x 22,5 me-ter di kedalaman 20 meter di bawah permukaan laut. Tidak perlu khawatir dengan sistem keamanannya, karena akuari-um tersebut memiliki ketebalan kaca hingga 60 cm dan tahan

Pantai bagi sebagian orang merupakan tempat favorit untuk melepas penat

dari pekerjaan dan hiruk pikuk perkotaan. Deburan ombak yang ritmis, birunya laut dan pendaran warna jingga

menjelang matahari terbenam kerap dianggap sebagai wahana sempurna

guna meredam stres tingkat tinggi.

Menepis Kepenatandi Pantai Okinawa

Pulau Zamami

Akuarium Churaumi

Page 13: Halo Jepang Vol. 03

turis yang datang ke Okinawa be-rasal dari Jepang, tambahnya.

Salah satu pe-ngaruh budaya Cina di Okinawa, terlihat jelas pada Puri Shuri (Shuri-jo), yang merupakan peninggalan Kerajaan Ryukyu pada abad ke-14 dan terpilih sebagai warisan budaya oleh badan dunia yang mengurusi masalah sosial dan budaya, UNESCO, pada 2000, ber-sama dengan sejumlah puri dan benteng kuno di Okinawa, yang biasa di sebut Gusuku.

Puri Shuri didominasi warna merah dan dihiasi ornamen naga emas̶hewan rekaan yang diang-gap mulia di Cina̶berdampingan dengan Shisa, perpaduan singa-anjing penjaga rumah dalam mi-tologi Okinawa.

Selain Puri Shuri, sejumlah pe-ninggalan bangunan tua di Okina-

wa, di antara-nya Puri Nakijin

Sonohyan Utaki Stone Gate dan Sefa Utaki, yang biasa dijadikan sebagai tempat untuk berdoa atau memohon kekuatan kepada dewa (power spot) juga dapat ditemu-kan di pulau utama Okinawa.

“Tidak hanya keindahan alam dan bangunan kuno, para pelan-cong juga dapat berinteraksi lang-sung dengan penduduk setempat, dan mencicipi hidangan khas Oki-nawa,” ujar Kato. “Wisatawan dari Asia Tenggara pasti akan merasa seperti di rumah sendiri, karena

profi l warga Okinawa mirip de-ngan penduduk Asia Tenggara.”

Goya Champuru dan Soba Okinawa, termasuk hida-ngan yang tidak boleh lupa untuk dicicipi para turis yang menjejakkan kaki di Okinawa.

Goya Champuru, merupakan goya (pare) yang ditumis dengan se-jumlah bahan tambahan lain dan dinilai sangat baik bagi kesehatan dan

bahkan menjadi semacam resep umur panjang warga

setempat. Sedangkan Soba Oki-nawa, tidak seperti soba di daerah lain di Jepang yang menggunakan campuran pada tepungnya, soba Okinawa murni hanya terbuat dari tepung terigu.

Tidak hanya Goya Champuru dan Soba Okinawa, tersedia pula makanan khas Kerajaan Ryukyu yang dapat dicicipi pelancong, antara lain Ukanshin Ryouri yang diadaptasi dari menu kekaisaran Cina masa lalu, saat menjamu tamu. Ukanshin Ryouri biasa disa-jikan dalam tempat makan berben-tuk lingkaran yang lengkap terisi menu pembuka hingga hidangan penutup.

Sejumlah maskapai pener-bangan dapat mengantar para penggemar wisata pantai dari Ja-karta, antara lain All Nippon Air-line (ANA) dengan transit di Narita dan Sendai, atau China Airlines dengan transit di Taipei, atau Ca-thay Pacifi c dengan pemberhen-tian sementara di Hong Kong.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai prefektur Okinawa silakan mengakses, http://www.pref.okina-wa.jp atau www.okinawastory.jp.•

12 13WISATAPuri Shuri Sefa Utaki

Karate

FAKTA UNIK

Terdapat kata dan frasa dalam bahasa Okinawa yang mirip dengan bahasa Indonesia, yak-ni ‘champuru’ (dibaca campur) dalam Goya Champuru dan ‘matahari’ dalam lirik lagu tra-disional Okinawa ‘Mataharimu Cintara Kamisama’.Musik tradisional Okinawa mirip dengan gamelan Jawa slendro karena sama-sama memiliki 5 tangga nada (pentatonik).Tanjung Manza

April 2013

Okinawa awalnya merupakan kerajaan terpisah dari Jepang, yang disebut dengan Kerajaan Ryukyu. Itu sebabnya Okinawa memiliki budaya yang agak ber-beda dengan Jepang pada umumnya.

Letaknya yang strategis di Laut Cina Timur, men-jadikan Kerajaan Ryukyu terkenal dengan kegiatan perdagangan yang aktif dengan Jepang, Cina (Dinasti Ming) dan Asia Tenggara. Dari kegiatan perdagangan ini, banyak pembauran budaya terjadi.

Pengaruh budaya yang terlihat jelas dapat ditemui pada bangunan peninggalan Kerajaan Ryukyu yang mirip dengan Cina, motif kain yang mirip batik (bingata) dan kain ikat dari Indonesia, hingga musik tradisional yang terpengaruh Cina dan Asia Tenggara.

Bahkan karate, yang dikenal sebagai aliran bela diri asli dari Okinawa pun mendapatkan pengaruh dari Cina. Seni bela diri Cina kuno quan fa atau kem-po dibawa masuk ke Okinawa pada masa Kerajaan Ryukyu. Unsur-unsur kempo kemudian diadaptasi dan dipadukan dengan seni bela diri lokal, sementara se-bagian unsur asli kempo tetap dipertahankan hingga tercipta aliran Okinawa-te dan To-de, yang menjadi unsur dasar karate.

Sejak berubah menjadi prefektur pada 1879, Oki-nawa menjadi satu-satunya pulau besar milik Jepang yang berada 340 mil (550 km) dari pulau utama.

Usai Perang Dunia (PD) II, Amerika Serikat (AS) menguasai Kepulauan Okinawa serta pulau-pulau kecil di sekelilingnya hingga 17 Juni 1972. Pada saat itu AS mengembalikan gugusan pulau-pulau itu kepada Pe-merintah Jepang, namun masih menempatkan kekua-tan militer dalam jumlah besar di Jepang sesuai Per-janjian Keamanan Amerika Serikat-Jepang - Angkatan Bersenjata AS-Jepang (USFJ) sampai hari ini.

Banyaknya tentara AS beserta keluarganya yang kemudian memilih menetap di Okinawa dan menjadi-kan budaya barat, utamanya yag berasal dari AS, ter-integrasi dalam budaya setempat. Hal ini bisa disak-sikan antara lain dari maraknya kehadiran restoran, toko, hinggga musik dengan warna AS yang kental.

Okinawa di Masa Lalu

profi l warga Okinawa mirip de-ngan penduduk Asia Tenggara.”

Goya Champuru dan Soba Okinawa, termasuk hida-ngan yang tidak boleh lupa untuk dicicipi para turis yang menjejakkan kaki di Okinawa.

merupakan goya (pare) yang ditumis dengan se-jumlah bahan tambahan lain dan dinilai sangat baik bagi kesehatan dan

bahkan menjadi semacam resep umur panjang warga

setempat. Sedangkan Soba Oki-nawa, tidak seperti soba di daerah lain di Jepang yang menggunakan

Puri Shuri (Shuri-jo), yang merupakan peninggalan Kerajaan Ryukyu pada abad ke-14 dan terpilih sebagai warisan

wa, di antara-nya Puri Nakijin

Soba Okinawa

Goya Champuru

Page 14: Halo Jepang Vol. 03

14 April 2013

INSPIRASI

Oleh Nova Auliatun Nisa

M ahmudi bahkan ber-hasil mengembangkan usaha, yang awalnya di bidang konstruksi

(Keihin Co Ltd) ke bidang pari-wisata (Keihin Tour), hingga men-jadi fasilitator bagi pekerja magang asal Indonesia agar mandiri dan dapat membuka usaha sendiri melalui anak usahanya, Keihin Network So lutions (KNS).

Meskipun begitu, tak seperti kacang yang lupa akan kulitnya, Mahmudi, yang kini berusia 38 tahun, tak pernah menghilang kan jati dirinya yang hanya anak desa. Ia bahkan berkali-kali menyebut dirinya sebagai ‘wong ndeso’ dalam perbincang an dengan HaloJepang!

HaloJepang! (HJ): Bagai-mana awalnya Anda mendiri-kan Keihin Co Ltd, dan memi-lih bidang konstruksi sebagai usaha utama Anda?

Mahmudi (M): Awalnya me-mang tidak terpikirkan untuk mendirikan usaha sendiri. Saya datang ke Jepang pada 2001. Berbagai pekerjaan pernah saya lakoni, seperti sebagai petugas house keeping di hotel dan pekerja konstruksi. Yang penting mandiri dan tak tergantung pada mertua. Saya sepertinya memang memiliki bakat di bidang konstruksi, bahkan pernah juga mendapatkan proyek konstruksi pembangunan jalan dari Pemerintah Jepang. Melalui pekerjaan itu saya bertemu teman yang kemudian saya ketahui dulu-nya presiden direktur perusahaan konstruksi yang bangkrut. Saya menawarkan kerjasama untuk membangun perusahaan baru lagi dengan seluruh tabungan saya, sekitar Rp300 juta, sebagai modal. Saya meminta teman itu menjadi

presdir dan saya menjadi supir sekaligus asisten pribadi. Ia setuju dan akhirnya berdirilah Keihin Co Ltd pada 2008.

HJ: Apa yang membuat Anda percaya penuh pada teman Anda itu untuk men-jalankan perusahaan saat itu?

M: Saya yakin saja ia tak akan berbuat macam-macam. Saya sendiri memang ‘wong ndeso’ tan-pa pengalaman mendirikan peru-sahaan, meski kalau pengalaman menyapu ya saya mungkin hebat. Teman itu pernah menjadi presdir dan ia warga Jepang asli, se hingga tentunya memiliki koneksi luas. Karena dirinyalah Keihin dapat berkembang baik dan saya bisa be-lajar banyak. Setiap hari saya ikut berjumpa klien baik dalam per-temuan bisnis maupun jamuan makan, dan dari situ juga saya mendapat banyak kenalan baru. Karyawan juga dapat kami rekrut dengan mudah.

HJ: Apakah nama Fuku-moto juga Anda dapat dari te-man Anda?

M: Oh tidak, Fukumoto meru-pakan nama keluarga istri saya. Saya meminta izin mertua un-tuk menggunakan nama tersebut saat memutuskan menggantikan teman saya yang pensiun untuk menjadi presdir di Keihin akhir 2009. Saya kira dengan menggu-nakan nama Jepang, klien akan percaya terhadap perusahaan kami. Mertua saya sangat senang saya menggunakan nama itu, karena keluarganya tidak memi-liki anak laki-laki yang dapat meneruskan silsilah keluarga.

HJ: Usaha Anda kini telah menggurita ke bidang pari-wisata dan pengembangan SDM khususnya bagi pekerja magang Indonesia. Apa dasar pemikirannya?

M: Belakangan, saya menya-dari konstruksi bukan bidang yang sepenuhnya sesuai latar belakang saya. Benar, saya memiliki penga-laman, namun saya tidak dapat ikut campur banyak karena tidak begitu paham masalah teknis konstruksi. Saya tetap mengawasi sebagai pres-dir, namun segala kegiatan dilaku-kan karyawan Jepang yang lebih paham. Saya kemudian berpikir bahwa harus ada pekerjaan lain di bawah Keihin di mana saya da-pat mengembangkan kemampuan. Akhirnya saya mendirikan agen perjalanan Keihin Tour, khusus untuk warga Indonesia, karena semakin banyak saja warga Indo-nesia yang melancong ke Jepang. Ini celah bisnis yang baik. Melalui Keihin Tour saya bisa mencipta-kan lapangan pekerjaan bagi warga Indonesia di Jepang termasuk me-rekrut pemandu wisata freelance dari kalangan mahasiswa. Menu-

rut saya percuma sukses, jika tak berguna bagi nusa, bangsa, negara dan agama. Ini juga yang akhirnya mendorong saya membangun KNS akhir 2011. KNS bertujuan agar para pekerja magang asal Indone-sia dapat menjadi wirausahawan saat pulang. Banyak di antara me-reka yang tidak tahu harus melaku-kan bisnis apa, padahal mereka punya modal dari hasil menabung selama bekerja di Jepang. Saya ingin membantu mereka men-jalankan usaha dan memberi bekal pengetahuan bisnis.

HJ: Nampaknya Anda su-dah nyaman dengan dunia bisnis.

M: Bisa dikatakan nyaman, tapi saya masih ingin turut mema-jukan Indonesia dengan memper-banyak wirausahawan. Saya per-nah membaca bahwa suatu negara dikatakan maju jika penduduknya yang berwirausaha lebih dari 2%, sementara di Indonesia kini masih kurang dari 1%. Saya berharap dapat menyumbang pada upaya

meningkatkan jumlah wirausaha-wan di Indonesia.

HJ: Setelah bidang pari-wisata dan pengembangan SDM, apakah dalam waktu dekat akan ada usaha lain yang juga bakal dirambah?

M: Sebenarnya banyak usaha-usaha lain di bawah Keihin Group namun masih dalam skala kecil. Dalam waktu dekat, mungkin Mei, Keihin Tour Bali akan dilun-curkan. Di Jepang segmen yang digarap adalah menengah ke atas, namun di Bali nanti menengah ke bawah. Yang penting tujuan-nya menjembatani hubungan Indonesia-Jepang.

HJ: Menurut Anda sendi-ri, kira-kira apa kunci sukses usaha Anda?

M: Saya masih jauh dari sukses, selama ini saya hanya mengerjakan apa yang saya bisa. Yang penting kalau dimulai de-ngan niat yang baik dan istiqa-mah, usaha tanpa henti, pasti hasilnya juga akan baik. •

Anak Desa yang Menjelma jadi Pengusaha Sukses

Segala usaha yang dilakukan secara

maksimal serta didasarkankan

pada niat baik bakal membuahkan hasil

yang diharapkan. Demikian prinsip hidup

Mahmudi Fukumoto, lulusan madrasah

aliyah di Tulungagung, Jawa Timur yang

kini sukses menjadi presiden direktur

Keihin Group di Kota Kawasaki, Prefektur

Kanagawa.

Mahmudi Fukumoto

Seminar KNS yang Diikuti Para Pekerja Magang Indonesia di Tokyo.

Situs web Keihin Tour, agen perjalanan milik Mahmudi di Kota Kawasaki, Kanagawa.

Page 15: Halo Jepang Vol. 03
Page 16: Halo Jepang Vol. 03

Oleh Nova Auliatun Nisa

S aat berniat membuat seri ‘Shima Kousaku’ dengan latar belakang Indonesia sekitar 10

bab, Hirokane pun bertandang ke Indonesia Februari silam. Dalam edisi terbarunya, di­ceritakan Shima yang telah menjadi presiden direktur berkunjung ke Indonesia dan berinteraksi dengan pekerja serta warga setempat.

“Sebenarnya sudah ter­

pikirkan untuk mengunjungi negara­negara seperti Viet­nam, Myanmar, Thailand, na­mun entah mengapa akhirnya bertandang ke Indonesia,” ujar Hirokane.

Permasalahan antara Jepang dengan Cina mengenai Senkaku memang sedikit mempengaruhi keputusan untuk mengunjungi Indonesia, tambahnya.

Suami dari mangaka Saimon Fumi, yang terkenal dengan karyanya ‘Tokyo Love Story’ ini, memang pernah mengun­

jungi Bali untuk berlibur, na­mun kunjungannya ke Jakarta baru­baru ini adalah yang pertama. Menurutnya Jakarta sekarang, seperti Jepang seki­tar 30 tahun yang lalu, dengan banyaknya pembangunan ge­dung dan infrastruktur.

Hirokane juga menceritakan pengalamannya selama di In­donesia, termasuk mengunjun­gi pabrik Panasonic, yang merupakan model perusahaan TE­COT dalam ma­nga ‘Shima K o u s a k u ’ , s e j u m l a h pusat per­belanjaan h i n g g a kafe.

“ S a y a berkunjung juga ke kafe dan disapa de­ngan Bahasa In­donesia, saya kaget dan menjawab saya tidak

dapat berbicara Bahasa Indo­nesia. Pelayan kafe kemudian meminta maaf dan menga­takan wajah saya mirip orang Jawa,” ujar Hirokane sambil tertawa, dan menambahkan, “Saya benar­benar merasakan kedekatan dengan Indonesia.”

Pria yang mengidolakan Tezuka Osamu ini pun ber­harap seri ‘Shima Kousaku’ da­

pat juga rilis dan dibaca warga Indonesia.

Ditanya akan seperti akhir cerita seri Shima Kousaku, Hirokane mengaku belum bisa memutuskan. Yang pasti dirinya pun masih ingin terus berkarya hingga nafas terakhirnya.

“Saya ingin meninggal de ngan pena di tangan saat membuat manga. Saya tiba­tiba merasa tidak enak badan, lalu meninggal,” demikian Hirokane.•

Hirokane Kenshi:

‘Shima Kousaku’

16 April 2013

FIGUR 17April 2013

KOMUNITAS

Nama Hirokane Kenshi mungkin masih asing di Indonesia, namun di negara

asalnya, pria berusia 65 tahun ini dikenal sebagai mangaka (komikus) senior dengan

sejumlah karya fenomenal bertema isu-isu sosial, termasuk ‘Shima Kousaku’ yang

menggambarkan dinamika kehidupan seorang pekerja kantoran (sarariman)

lengkap dengan sisi lain pribadinya.

PROFIL

Terus Menghasilkan Manga Hingga Nafas Terakhir

gi pabrik Panasonic, yang

dan menjawab saya tidak

pat juga rilis dan dibaca warga Indonesia.

Hirokane.

Seri ‘Shima Kousaku’ diterbitkan pertama kali oleh majalah manga mingguan ‘Morning’ pada 1983, den­gan tokoh utama Shima yang merintis karir dari nol di per usahaan elektronik TECOT, dan kini berhasil menjadi presiden direktur.

Tidak hanya mengenai situasi kantor, hubungan se­sama karyawan atau atasan, manga ini juga bertutur te n­tang kehidupan para pekerja yang tidak diketahui publik, termasuk perselingkuhan hingga sistem politik di dunia kerja.

Manga ini terkenal di seluruh Jepang, dan memperoleh banyak penghargaan karena telah menginspirasi banyak orang dan pebisnis di negara itu.

Sejak diluncurkan pertama kali pada 1983 hingga sekarang, seri Shima Kousaku telah terbit dalam 6 edisi dengan total 74 jilid, dan 13 diantaranya masih dalam tahap pembuatan.

Banyak yang menganggap Shima merupakan intrepre­tasi dari Hirokane sendiri. Shima diketahui lahir pada 1947, tahun yang sama saat Hirokane lahir. TECOT pun digambarkan mirip dengan Matsushita Electric Industrial (kini Panasonic), tempat Hirokane pernah bekerja sebe­lum memulai karir sebagai mangaka.

1947 Lahir di Kota Iwakuni, Prefektur Yamaguchi

1970 Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Waseda dan bekerja di Matsushita Electric Industrial Co Ltd (sekarang: Panasonic Corporation)

1973 Keluar dari Matsushita Electric Industrial Co Ltd

1974 Memulai debut sebagai mangaka (penulis komik Jepang)

1983 Meluncurkan Manga ‘Kacho Shima Kousaku’

1985 Meraih Shogakukan Manga Award ke-30 melalui karyanya ‘Human Scramble’

1991 Meraih Kodansha Manga Award ke-15 melalui karyanya ‘Kacho Shima Kosaku’

2000 Meraih Japan Media Arts Festival Excellence Award ke-4 melalui karyanya ‘Tasogare Ryuuseigun’

2003 Meraih penghargaan dari Japan Cartoonist Association Award

2007 Menjadi dosen tamu tetap di Universitas Yamaguchi (hingga sekarang)

Page 17: Halo Jepang Vol. 03

16 April 2013

FIGUR 17April 2013

KOMUNITAS

Sakura Matsuri

Oleh Meiskhe Fratel

P esta rakyat yang antara lain dimak­sudkan untuk terus memupuk relasi In­

donesia­Jepang, khususnya di kawasan Lippo Cikarang itu diadakan setiap April, bersa­maan dengan musim mekarnya bunga Sakura.

Bagi warga Jepang di Ja­karta dan sekitarnya, Sakura Matsuri dapat menjadi sarana hiburan, terutama saat mereka rindu kampung halaman dan ingin bersilaturahmi. Sakura Matsuri, dicetuskan Komunitas Alumni dari Jepang (KAJI), Lip­po Cikarang serta Perkumpulan Masyarakat Jepang di Cikarang.

Ketika pertama kali digelar pada April 2012, pesta rakyat ini berhasil menarik banyak pengunjung, baik warga Indo­nesia maupun Jepang. Total tak kurang dari 15.000 pengun­jung selama dua hari memadati arena pergelaran.

Berbagai atraksi seni dan budaya Jepang, antara lain tabuhan gendang Taiko, demo pembuatan kue mochi (Mochi­tsuki), tarian upacara obon (Bon Odori), live music, pesta kembang api Hanabi, Cosplay, arak­arakan Omikoshi ditampil­kan. Selain itu, ada perlombaan Miss Sakura, yang menjadi acara utama, untuk semakin mengakrabkan perusahaan di Lippo Cikarang dan sejumlah gerai yang menyediakan pernak pernik dan makanan Jepang.

Kesuksesan Sakura Matsuri I disusul Sakura Matsuri II yang mengusung tema ‘Sahabat Sejati Indonesia­Jepang’ dan berlang­sung 6­7 April lalu. Sebagaima­na hajatan tahun sebelumnya, kali ini jumlah pengunjung juga melimpah ruah sementara jum­lah peserta kegiatan meningkat pesat.

Salah satu penggagas a cara, Fuad A Kadir, yang juga Ketua KAJI, berbagi cerita tentang Sakura Matsuri dengan me­nyatakan, “Aktivitas dari tahap persiapan hingga acara usai sungguh menguras tenaga, waktu dan materi. Apalagi para anggota panitia juga memiliki kesibukan kerja masing­masing. Namun dengan kekompakan, komitmen dan kesediaan untuk sukarela berkorban, semua da­pat terselenggara dengan baik. Sakura Matsuri murni terlak­sana karena kesukarelaan pani­tia, pengisi acara maupun para sponsor.”

Sementara itu, penasihat kegiatan ini, Oku Nobuyuki mengatakan, “Sakura Matsuri, dapat lebih menyemarakkan kegiatan pertukaran budaya antara Jepang dan Indonesia selain lebih jauh memperke­nalkan Jepang kepada warga Indonesia, terutama mereka yang selama ini belum pernah langsung bersentuhan dengan budaya Jepang.”

Perhelatan Sakura Matsuri ini juga mendapat dukungan penuh dari Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.•

simbol Keakraban dari Kawasan IndustriLippo Cikarang, Bekasi, merupakan kawasan industri di mana banyak perusahaan Jepang menyemai bisnis. Itu pula agaknya yang menyebabkan ‘warna-warni’ Jepang kerap mengemuka di kawasan itu, termasuk perhelatan Sakura Matsuri yang telah sukses dilaksanakan selama dua tahun berturut-turut.

Panitia Sakura Matsuri II ‘Sahabat Sejati Indonesia-Jepang’.

Demo pembuatan kue Mochi (Mochitsuki).

Page 18: Halo Jepang Vol. 03

18 April 2013

PENDIDIKAN 19April 2013

PENDIDIKAN

Oleh Beny Halfina

SILS merupakan pro­gram studi yang unik karena mempelajari berbagai bidang ilmu

sehingga memungkinkan para mahasiswa melihat dan meng­analisa permasalahan dari berbagai sudut pandang ber­beda secara logis.

Program yang diluncurkan pada 2004 ini mengajarkan tujuh bidang ilmu, lingkungan, filsafat, ekonomi, pemerintah­an, ekspresi, komunikasi dan kebudayaan. Tak seperti kuliah konvensional yang mendalami bidang tertentu, di program ini, mahasiswa bisa memilih dahulu bidang­bidang yang menarik minatnya dan kemu­dian baru mendalaminya.

Mahasiswanya berasal dari 50 negara berbeda di Asia, Eropa, Amerika Serikat (AS) dan Afrika, data 2010 menyebutkan ada 10 orang mahasiswa asal Indonesia. Di sini, Bahasa Inggris digunakan sebagai pengantar di kelas.

Ada tiga jenis mahasiswa di SILS, mahasiswa asing, mahasiswa Jepang yang per­nah belajar di luar negeri dan mahasiswa domestik Jepang. Karena mengutamakan ke­mampuan berbahasa Inggris, mahasiswa asli Jepang harus belajar selama setahun ter­lebih dahulu di luar negeri.

Salah seorang profesor di SILS Waseda berasal dari Indonesia, yakni Ken Kawan Soetanto. Pria kelahiran Sura­baya ini adalah pakar yang

memegang empat gelar dok­tor dalam disiplin ilmu ber­beda, teknik, kedokteran, far­masi dan pendidikan

Metode perkuliahan sang profesor terkenal unik dan sangat memotivasi, sehingga banyak didokumentasikan di Jepang sebagai ‘Metode Soe­tanto ‘ dan ‘Efek Soetanto’.

GSAPSSelain SILS, program yang

banyak memiliki mahasiswa asal Indonesia adalah GSAPS.

Nuansa Mancanegara

Fithra Faisal Hastiadi (30), alumnus Universitas Waseda dan mantan Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Jepang pada 2010 menuturkan tentang almamaternya.

HJ : Bisa diceritakan kesan di Universitas Waseda?

F : Saya mengambil program PhD di Asia-Pacific Studies dengan beasiswa dari Mitsubishi, di program ini atmosfirnya sedikit berbeda karena adanya percampuran budaya akibat kehadiran banyak mahasiswa asing. Ada yang berasal dari Asia, Afrika, Eropa dan bahkan Amerika di sana. Karena nuansa mancanegara ini, kebanyakan staf bisa berbahasa Inggris dengan baik dan bersikap bersahabat.

HJ : Bagaimana kehidupan para mahasiswa asal Indonesia?

F : Waseda menyediakan tutor bahasa Jepang, laboratorium yang baik. Rencanya kantin universitas akan menyediakan makanan halal. Ini dilakukan melihat makin banyaknya mahasiswa Muslim di sana. Mahasiswa Muslim juga diberi kemudahan beribadah dengan memberikan kesempatan menjalankan shalat di lingkungan kampus, meski memang tidak ada bangunan khusus.

Program pasca sarjana ini berfokus pada kajian wilayah Asia­Pasifik, dengan tiga bi­dang studi, wilayah, hubungan internasional dan politik atau kerjasama internasional.

Menyongsong integrasi ka­wasan menuju Komunitas As­sociation of Southeast Asian Nations (ASEAN) 2015, pro­gram GSAPS menjadi penting karena mencakup studi politik, ekonomi dan sosial budaya regional.

Program doktor (PhD) hubungan internasional memi­liki tiga spesialisasi, yakni studi wilayah, hubungan in­ternasional dan pembangunan internasional. Studi wilayah di antaranya mempelajari hubung an Asia­Jepang dan studi Asia Tenggara. Semen­tara dua spesialisasi lain mem­bahas kerjasama dan pemban­gunan dalam cakupan wilayah Asia­Pasifik.

Pembimbing doktor di pro­gram ini mampu berbahasa Jepang dan Inggris sehingga mahasiswa asing bisa memilih untuk menyelesaikan disertasi­nya dalam bahasa Inggris.•

Universitas Waseda memiliki dua program

yang bernuansa internasional. Pada program

sarjana ada School of International Liberal

Studies (SILS) dan pada program pasca sarjana

ada Graduate School for Asia-Pacific Studies

(GSAPS).

Atmosfir Internasional di Universitas Waseda

Okuma Memorial Hall, Auditorium di Universitas Waseda

Acara wisuda di Universitas Waseda PPI Waseda berkumpul di Odaiba, Tokyo.

Fithra Faisal

www.waseda.jp

Fithra

Jakarta Shimbun/Tamura Junya

Jakarta Shimbun/Tamura Junya

Page 19: Halo Jepang Vol. 03

18 April 2013

PENDIDIKAN 19April 2013

PENDIDIKAN

Oleh Benny Halfina

Peserta Nihongo Nor­yoku Shiken atau tes kemampuan Bahasa Jepang wilayah Jakar­

ta tentu tak asing dengan nama Universitas Darma Persada (Unsada). Perguruan tinggi yang didirikan alumni Jepang ini tiap tahun menjadi sekre­tariat pendaftaran ujian yang dikenal pula dengan nama Japanese Language Profi ciency Test (JLPT).

Kampus yang berlokasi di Duren Sawit, Jakarta Timur ini memiliki unit pembelajar­an khusus untuk persiapan JLPT di jurusan Sastra Jepang. “Ada mata kuliah khusus untuk persiapan JLPT, yakni enshuu dasar dan menengah,” ungkap Hari Setiawan, Ketua Jurusan Sastra Jepang Unsada.

Sebagai syarat kelulusan, mahasiswa Sastra Jepang wajib ikut serta JLPT level N2. Agar pembelajaran Bahasa Jepang lebih aktif, Unsada juga me­miliki empat dosen tidak tetap dari Jepang sebagai pe ngajar.

Guna meningkatkan kete­

r a m p i l a n komun ika s i aktif, Sastra Jepang Un­sada memiliki kegiat an bu­lanan Doyo­daia (Doyoubi Daiarogu) atau ‘Dialog Sabtu’, dengan mengundang warga Jepang. Kegiatan yang pernah dilakukan antara lain meng ha­dirkan serikat pekerja Jepang dari AISIN dan Toyota ke Unsada. Melalui dialog lang­sung diharapkan mahasiswa lebih berani berkomunikasi dan juga mendapatkan wa­wasan tentang dunia kerja di perusahaan Jepang.

Hari juga menambahkan, “Persahabatan dan kerjasama juga dijalin dengan universi­tas di Jepang. Hubungan pa­ling intensif dilakukan dengan Taku shoku University di Tokyo. Yang sudah berjalan selama ini yakni pertukaran dua atau tiga mahasiswa dari Takushoku un­tuk belajar Bahasa Indonesia.”

Selain itu, antara Agustus hingga September ada pro­gram homestay. Sebanyak 20

mahasiswa Takushoku tinggal di rumah mahasiswa Unsada terseleksi di sekitar kampus. Selama masa tinggal tiga pekan hingga sebulan itu mereka be­lajar bahasa dan budaya.

Sementara untuk maha­siswa dari Unsada, ada pertu­karan seorang mahasiswa ke Taku shoku yang seleksinya dilakukan tiap akhir tahun. Pe­

serta terpilih akan mendapat biaya kuliah dan uang saku se­lama setahun di Negeri Sakura dari Japan Student Services Organization (JASSO), namun tiket pulang pergi ditanggung sendiri.

Aditya Narendra, mahasiswa Sastra Jepang angkatan 2007, peserta pertukaran mahasi­wa tahun 2012 menuturkan,

”Tiap tahun antara Oktober­November ada pengumuman tentang pertukaran mahasiswa. Setelah diseleksi, peserta terpi­lih berangkat pada April, ting­gal selama setahun di Jepang dan kembali pada Maret.”

Selain syarat akademik yak­ni IPK di atas 3 dan level JLPT N3, peserta juga harus mem­buat esai mengenai apa yang ingin dilakukan di sana, dalam bahasa Jepang. Proses selan­jutnya adalah wawancara dari pihak kampus.

Aditya menambahkan, “Sewaktu di Takushoku, saya tinggal di asrama mahasiswa. Di sana tak sendiri, karena ada pula mahasiswa asing seperti dari Mesir, Ukraina, namun pa­ling banyak berasal dari Korea dan Cina.”

Melalui interaksi langsung, pemahaman budaya masing­masing bisa diresapi melalui pengalaman keseharian. Aneka kegiatan yang difasilitasi Unsa­da ini pada akhirnya tak seke­dar meningkatkan keterampilan berbahasa Jepang namun lebih jauh lagi, mengukuhkan persa­habatan Indonesia­Jepang.•

Saling Memahami Melalui Interaksi Langsung

Aditya Narendra, mahasiswa Unsada ketika mengikuti pertukaran mahasiwa di Takushoku University, Tokyo.

www.unsada.ac.id

Page 20: Halo Jepang Vol. 03

20 April 2013

BUDAYA

Oleh Meiskhe Fratel

Shodo berasal dari kanji kaku (menulis) dan michi (cara) yang berkembang pada abad ke­6 bersa­

maan dengan masuknya sistem menulis kanji dari Cina. Namun sejalan dengan proses Jepang memiliki huruf sendiri (kana), yaitu hiragana dan katakana, kaligrafi asal negara itu kemudi­an juga memiliki cirinya sendiri.

Meguro Masao (69), anak Meguro Syoudo, ahli shodo asal Osaka mengungkapkan, “Sejumlah orang kesulitan membedakan kaligrafi Cina dan shodo. Jepang memiliki huruf tidak hanya kanji, juga ada hiragana dan katakana. Jadi shodo mengandung cam­puran ketiga huruf itu.”

Menurut Meguro yang te­lah menekuni seni ini sejak usia 4 tahun, jika ingin mem­pelajari shodo, pertama­tama harus mencintainya terlebih dahulu. “Kaligrafi itu tidak mudah, butuh bertahun­tahun

agar bisa mahir. Jadi, tanpa ke­cintaan, sulit untuk berkarya dengan baik.”

Tentang alat­alat kaligrafi, Meguro menjelaskan, pertama adalah shitajiki, alas untuk menulis, yang terbuat dari kain seperti flanel dan berwarna hi­tam. Kemudian, bunchin atau pemberat kertas berbentuk balok dari besi. Ketiga adalah kertas atau hanshi. Selain itu ada kuas yang disebut fude dan tinta yang dipadatkan alias sumi. Fude terdiri dari berbagai ukuran sementara sumi harus dicairkan lebih dahulu dalam wadah persegi atau suzuri saat akan diguna­

kan. Namun sebenarnya terse­dia pula tinta cair. “Semua alat itu harus ditata sebelum mu­lai menulis. Hanshi diletak­kan di atas shitajiki, di bagian atasnya diletakkan bunchin. Sedangkan suzuri yang berisi sumi diletakkan bersebelahan dengan fude,” kata Meguro.

Fude, lanjutnya, terbuat dari berbagai macam bahan, termasuk bulu binatang semi­sal kelinci, domba, rubah, seri­gala. Ada pula yang terbuat dari bambu ditipiskan.

Sementara, gaya menulis Shodo juga beragam, antara lain, tensho, reisho, kaisho, gyosho dan sosho. Namun yang paling sering digunakan, kata Meguro, adalah kaisho, gyosho dan sosho.

“Kaisho merupakan bentuk dasar dan biasanya dipelajari pemula. Sementara gyosho, di tuliskan dengan lembut dan sosho dengan sangat lembut.”

Meguro, yang memberikan bimbingan kaligrafi di Jepang dan Jakarta mengatakan “Ketika ingin menulis, hati tak boleh marah, atau dipenga­ruhi perasaan negatif lain. Jika tidak, karya indah tak mung­kin dihasilkan,” ujarnya.

Di Indonesia, shodo te­lah cukup dikenal. Beberapa universitas, yang memiliki program bahasa Jepang, men­jadikan shodo sebagai salah

satu mata kuliah pilihan. Se­lain itu, juga ada beberapa orang yang mempelajarinya di bawah bimbingan Meguro. Salah satunya, Rubaya, warga Indonesia yang juga kerap mengajarkan shodo kepada mahasiswa.

Menurut Rubaya, ketika pertama kali mempelajari sho­do, yang menjadi dasar adalah posisi tubuh saat duduk dan

menorehkan kuas. Juga perlu diperhatikan adanya keseim­bangan dalam bentuk tulisan, tarikan, serta tebal atau ti­pisnya garis. “Kita harus tahu kapan garis tulisan mesti tebal atau tipis. Setiap kaligrafi bakal berbeda sesuai karakter­istik kepribadian penorehnya,” tambahnya saat berbagi cerita tentang seni berusia ribuan tahun ini.•

Bukan Sekadar Menorehkan KuasSeni menulis indah

membutuhkan keterampilan dan

ketekunan. Itu sebabnya tak semua

orang mahir membuat kaligrafi karena

diperlukan latihan sangat panjang dan

melelahkan demi karya sempurna. Hal ini

menjadikan kaligrafi salah satu seni bernilai

tinggi, termasuk kaligrafi Jepang yang

dikenal sebagai shodo.

Kaisho Gyosho Sosho

Murid-murid sekolah dasar di Tokyo dan hasil karya mereka.

Rubaya, instruktur Shodo di Indonesia.

Alat-alat yang digunakan dalam membuat kaligrafi.

Page 21: Halo Jepang Vol. 03
Page 22: Halo Jepang Vol. 03

Oleh Nova Auliatun Nisa

D ari luar, Cafe Mondo yang berlokasi di bi­langan Kemang ini, tampak tidak terlalu

berbeda dengan kafe umum­nya. Namun, interior di bagian basement akan sangat kental dengan suasana khas Nusan­tara 30­40 tahun lalu.

Basement diatur sedemikian rupa dan dihiasi dengan pernak­pernik mulai dari kursi, meja, hingga dekorasi masa lalu Indo­nesia, sehingga nyaman untuk dijadikan tempat bersantai ber­sama teman atau keluarga.

Berbagai pernak­pernik yang dipasang sebagian be­sar didatangkan langsung dari Yogyakarta dan Surabaya, ser­ta sejumlah toko antik di Ja­karta. Termasuk gerobak kuno

de ngan turntable yang tidak jarang menghadirkan decak kagum para pengunjung, apa­lagi saat mengetahui pemilik kafe ini ternyata warga asing.

“Itu semua koleksi Shun (Izumimoto),” ujar Nishikawa dalam bahasa Indonesia yang lancar. “Shun sangat menyukai desain dan musik Indonesia 70­80an, jadi dia yang menentukan ke­seluruhan konsep di sini.”

Saat ditanya alasan memilih konsep Indonesia 30­40 tahun lalu, Izumimoto mengungkap­kan dirinya memang telah ter­gila­gila dengan budaya Indo­nesia sejak lama. Menurutnya Indonesia pada dasawarsa itu

memiliki budaya pop yang masih orisinal dan belum terlalu banyak terpe­ngaruh unsur a sing seperti sekarang.

“Saya sengaja me­nata Cafe Mondo se perti ini agar pengunjung yang datang juga dapat merasakan suasana Indo­nesia masa lalu. Ja ngankan sesama warga a sing, anak muda Indonesia pun agaknya banyak yang belum pernah merasakan atmosfi r seperti ini,” jelasnya.

Nishikawa dan Izumimoto yang telah tujuh tahun tinggal di Indonesia, mengatakan Cafe Mondo memang telah menjadi cita­cita mereka sejak dulu. La­tar belakang pekerjaan sebelum­nya menjadi landasan berdirinya bisnis mereka sejak Juli 2012. Nishikawa yang sejak awal telah terjun di bisnis kuliner bertang­gungjawab atas pengelolaan dan pemilihan menu, sedang­kan Izumimoto, yang memang memiliki latar belakang sebagai desainer didapuk sebagai pem­buat konsep Cafe Mondo.

Nama Mondo sendiri ber a­sal dari Bahasa Italia yang ber­arti ‘dunia’. Melalui nama ini, Nishikawa dan Izumimoto tidak ingin mengkotak­kotakan kafe mereka berdasarkan negara, pekerjaan atau usia. Mereka hanya ingin agar setiap orang dapat bersantai.

“Sesuai dengan namanya, hi­dangan yang kami sajikan juga

berasal dari berbagai negara, tidak hanya Jepang dan Indo­nesia, tapi ada juga Hawaii dan Meksiko,” ujar Nishikawa. “Kami ingin Cafe Mondo menjadi tem­pat di mana tamu tak sekadar minum kopi tapi juga menyan­tap hidangan utama layaknya di restoran,” tambahnya.

Nishikawa memperkenal­kan Loco Moco hidangan dari Hawaii, Gapao dari Meksiko dan Nasi Kare Jepang menjadi menu paling disukai tamu se­lama ini. Tidak hanya makan­an, minuman yang dihidang­kan pun memiliki keunikan, terutama dari pemilihan nama yang tidak biasa, seperti Janda

Hitam yang merupa­kan campuran kopi dan coklat atau Pu­jaan Hati, yakni jus pisang, kopi, susu, dan coklat yang dicampur men­jadi satu. Semua menu yang disaji­

kan relatif terjang­kau dalam kisaran

harga Rp15.000 hingga Rp60.000.Cafe Mondo juga menjual

berbagai piringan hitam musik di lantai 3. Sebagian besar pi­ringan hitam tersebut diimpor langsung dari Jepang. Menu­rut Izumimoto, piringan hitam sa­ngat cocok dengan konsep Cafe Mondo. Lagi pula saat ini tem­pat penjualan cakram vinyl masih sulit ditemukan di Jakar­ta, padahal tren mengoleksi pi­ringan hitam di kalangan anak muda Indonesia belakangan mengalami peningkatan.

Cafe Mondo boleh jadi me­nawarkan atmosfi r retrospektif, namun tetap tak alpa untuk juga menyajikan sentuhan masa kini, terbukti dengan sambungan in­ternet nirkabel gratisnya.•

22 April 2013

RESTO

Kebudayaan Indonesia yang unik, tidak jarang menjadi daya tarik warga asing untuk tinggal

dan mengembangkan bisnis di tanah air. Seperti Nishikawa Tomoko dan Izumimoto

Shunsuke, dua warga Jepang yang telah tinggal di Indonesia sejak 2006, dan membuka Cafe

Mondo dengan mengusung nuansa budaya pop Indonesia dasawarsa 70-80an.

memiliki budaya pop yang

nesia masa lalu. Ja ngankan sesama warga a sing, anak muda Indonesia pun agaknya banyak yang belum pernah

Hitam yang merupa­kan campuran kopi

kau dalam kisaran harga Rp15.000 hingga

Rp60.000.Cafe Mondo juga menjual

Atmosfi r Tempo Dulu dari Seberang Lautan

CaFE mOnDOJl. Kemang Raya No. 72 Unit iJakarta SelatanTelp: (021) 7195701Facebook: facebook.com/CafeMondoJktBuka: 11:00 – 23:30

Izumimoto Shunsuke

• Usia 31 tahun

• Asal Hokkaido

• Datang ke Indonesia 2006

• Pernah belajar Bahasa Indonesia saat kuliah dan ikut program pertukaran pelajar di Universitas Padjajaran Bandung tahun 2000

• Usia 37 tahun

• Asal Nara

• Datang ke Indonesia 2006

• Pertama kali mengenal Indonesia dari sang Ayah yang menggemari batik

Nishikawa Tomoko

Page 23: Halo Jepang Vol. 03

23April 2013

TREN JEPANG

Oleh Meiskhe Fratel

Sejak diperkenalkan pada 2011, LINE kian naik daun, tidak hanya ditem-pat asalnya Jepang,

namun juga di banyak negara, terutama di Asia, sehingga kini tersedia juga dalam bahasa Korea, Cina dan Inggris.

Awalnya, ide pem-buatan aplikasi ini be-rasal dari Lee Hae-Jin, Chief Strategy Offi cer NHN Coorporation Korea. Gempa dan tsunami Je-pang Maret 2011 yang membuat masyarakat su-lit berkomunikasi melalui telepon. Hal ini mendo-rong Lee me ngusulkan kepada NHN Japan, un-tuk menciptakan aplikasi IM, untuk berkomunikasi melalui data.

Ternyata, inovasi NHN Japan ini menjadi populer de ngan pesat. Pada Januari 2013, LINE telah mencatat

hingga 100 juta pengguna di seluruh dunia. Selain layanan untuk berkirim data, chat-ting dan game, tersedia pula la yanan telepon ke sesama pengguna yang didukung ber-bagai platform se perti iPhone, Android, Windows dan OS X.

Tanaka Sae (28), kar-yawan swasta asal Tokyo, me-ngatakan LINE tidak hanya di-gemari remaja dan anak muda. Cukup banyak anak berusia 10 tahunan, kaum dewasa muda berusia 30 tahunan hingga yang lebih senior lagi gemar menggunakan aplikasi ini. “Di kereta, misalnya, terlihat cu-kup besar jumlah mereka yang asyik dengan LINE.”

Selain itu, tampilan LINE mudah dijumpai di jalan, en-tah menghias kereta ataupun beberapa tempat umum lain.

Kelebihan LINE adalah emoticon (emoji) yang sung-guh beragam. Selain yang menggambarkan berbagai ekspresi, ada pula yang dileng-kapi sticker lucu dan lekat

dengan ciri khas budaya pop Jepang yang identik dengan hal-hal bersifat kawaii (imut) .

Beberapa ka rakter LINE adalah Cony si

kelinci, Brown si beruang, Moon dan James. Cony cen-

derung moody namun bisa pula penuh e nergi, Brown ber ekspresi da-tar tetapi berhati emas, Moon memiliki ba nyak kepribadian tak ter-duga, sementara James lebih mengutamakan penampilan meski kadang menyebalkan.

Karena keunikan yang dimilikinya, saat ini banyak

yang mentranformasikan be-berapa karakter LINE menjadi asesoris. Cony, Brown, Moon maupun James, sekarang dapat dijumpai di dunia nyata, dalam bentuk gantu ngan kunci, gan-tungan handphone, boneka, pin maupun gambar tempel dan beberapa asesoris lainnya.

Jika berjalan-jalan ke pu-sat perbelanjaan Tokyu Plaza Omotesando Harajuku, Tokyo, Appbank Store, di sana menye-diakan berbagai karakter LINE.

Beberapa juga dijual secara online, misalnya melalui Ama-zon Jepang, terutama karakter Brown, Cony dan Moon.

Di Indonesia, LINE telah menjaring sejumlah pengguna, dan semakin dikenal karena iklannya juga kerap tayang di televisi. Mahasiswi universitas swasta di Jakarta, Annisa Riris

(22) adalah salah satu peng-gunanya. Ia menyatakan, “Saya baru mengenal LINE akhir ta-hun lalu, karena rekomendasi teman-teman. Katanya lebih menarik karena ada sticker-nya yang lucu.”

Menurut Annisa, karakter yang ditawarkan LINE me-mang belum pernah dijumpai

di aplikasi lain sehingga memberi pe ngalaman berbe-da ketika digunakan. Banyak sekali ekspresi yang tersedia sehingga perasaan pengguna dengan mudah terwakili.•

Aplikasi instant messaging (IM) dengan

berbagai emoticon unik untuk mewakili

ekspresi pengguna bukan hal baru. Namun,

IM besutan Next Human Network (NHN)

Japan, LINE, justru mampu menggairahkan

kembali sesuatu yang ‘biasa saja’ itu dengan menawarkan beragam

variasi emoticon plus karakter yang kemudian dikenal

sebagai sticker.

Mengungkap Emosi lewat

Sumber: www.line.naver.jp www.matome.naver.jp www.facebook.com/LINEbyNAVER

Cony Moon Brown James

Pengguna LINE tidak hanya marak di Jepang namun juga di Indonesia.

Karakter LINE di Appbank Store, Tokyo

Page 24: Halo Jepang Vol. 03