Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
-
Upload
adam-hartono -
Category
Documents
-
view
104 -
download
1
description
Transcript of Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 1/20
Ulang tahun PAPDI ke-54 yang jatuh pada 16 November 2011 lalu sangat istimewa. Pasalnya, pada ulang tahun ini
pengurus PB PAPDI mendapat “kado” dari sesepuh dan para mantan Ketua Umum PB PAPDI. Para tokoh PAPDI ini
meluangkan waktu hadir pada acara sarasehan dan diskusi dalam rangka ulang tahun PAPDI yang diselenggarakan
pada 20 November 2011, di Hotel Boroburur.
Sarasehan tersebut mengangkat tema “ PAPDI: Merajut Asa - Kini dan Masa Depan”. Pada kesempatan itu, Ketua
Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP banyak menerima asupan dari para sesepuh.
Mereka yang hadir adalah para mantan Ketua Umum PB PAPDI, yaitu Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH, FINASIM, Prof. Dr.
Slamet Suyono, SpPD, K-EMD, FINASIM, Prof. DR. Dr. Sjamsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACP dan Prof. Dr. A. Aziz
Rani, SpPD, K-GEH, FINASIM. Sedangkan Dr. Achmad Dachlan, SpPD, mantan Ketua Umum PB PAPDI periode 1975 - 1978,
dan 1978-1981 berhalangan hadir. Di samping itu, hadir pula mantan pengurus lain yang turut membesarkan PAPDI
diantaranya Prof. DR. Dr. Jose Roesma, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof. DR. Dr. Suhardjono, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof. Dr.
Herdiman T. Pohan, SpPD, K-PTI, FINASIM, dan Prof. Dr. H.A.M. Akil, SpPD, K-GEH, FINASIM. ”Acara ini menjadi sangat
istimewa para sesepuh PAPDI hadir di tengah-tengah kita,” ujar Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-
HOM, FINASIM, FACP saat membuka acara.
Dr. Aru mengatakan PAPDI berkembang seperti saat ini tak bisa dipisahkan dari proses perjalanan sebelumnya. Para
Ketua Umum PB PAPDI sebelumnya telah meletakan anak tangga untuk mencapai puncaknya. “Begitu pula saya, mele-
takkan anak tangga untuk pengurusan selanjutnya,” katanya. “Namun dalam menapaki anak tangga, ada kalanya berhen-
ti sejenak untuk merenung dan mengevaluasi apa yang telah dicapai.”
Pada sarasehan ini, Dr. Aru mengajak jajaran pengurus “menarik napas” berkontempelasi atas pencapaian – penca-
paian selama kepengurusannya. “Telah banyak perubahan yang dilakukan sehingga PAPDI menjadi besar seperti saat ini.
Saya kagum dan memberi apresiasi kepada Dr. Aru dan pengurus lain,” ujar Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH,
FINASIM yang juga diikuti oleh keempat mantan ketua dan sesepuh lain. (HI)
Edisi 20 Maret 2012
4
7
9
10
15
HUTPAPDI Ke-54:Kado Dari Sesepuh
Waspadai RaibnyaPendidikan Subspesialis
UU Pendidikan Kedokteran:MestiBisa Menjawab Tantangan Global
Prof. Dr. Nuzirwan Acang, SpPD,K-HOM, FINASIM:Antara Medis, Musik dan Adat
Lima CUntuk MembuatInformed Consent
Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM; Dr.Alvin Tago r Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden: Caban g Jakarta Raya, Cabang Ja wa Bara t, Cabang Surabaya , Cabang Yogyakarta, Caba ng Sumut, Cabang Semarang , Cabang Pada ng, Cabang Man ado, Caba ng Sumbagsel, Cabang Makassar, Cabang Ba li,Cabang Malang , Cabang Surakarta , Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Nanggroe Aceh Darussa lam, Cabang Kalse lteng , Cabang Palu , Cabang Banten, Cabang Bogo r, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang , Cabang Jambi, Cabang KepulauanRiau, Cabang Go ronta lo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tana h Papua, Cab ang Maluku Utara, Caba ng Bekasi, Cabang Nusa Tengga ra Barat , Cabang Depok, Cabang Bengkulu *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. AnindyaYustikasari *Alamat : PB PAPDI, Gedun g ICB Bumiputera, G round Floo r 2B, Jl. Proboling go No. 18, Go nda ngd ia, Ment eng , Jakart a 10350. Telp. (021) 2300818, Fax. (021) 2300588, 2300755; SMS 085695785909; Email: pb_papd [email protected] .id; Website: ww w.pbp apd i.org
HUT Ke-54 PAPDI: Merajut Asa –Kini dan Masa Depan
HUT Ke-54 PAPDI: M erajut Asa –Kini dan Masa Depan
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 2/20
Jumpa lagi dan salam sejahtera para Teman Sejawat yang budiman. Kami dari tim redaksi Halo Internis
menyapa kembali para pembaca dengan berita hasil sarasehan dalam rangka HUT PAPDI yang berisi
ungkapan, uraian, serta nasehat petuah dari mantan Ketua Umum PB PAPDI periode awal hingga
sekarang. Yang mengandung asa ke depan dalam rangka mengembangkan, membesarkan, dan mem-
bangun PAPDI, sebagai wadah organisasi profesi yang tidak saja sebagai alat mensejahterakan anggota
tetapi juga memperjuangkan aspirasi anggota di arena pelayanan kesehatan di Tanah Air. Serta mem-
bantu meningkatkan mutu profesi Penyakit Dalam guna menjawab kebutuhan masyarakat yang makin
tinggi. Hal ini dinarasikan oleh sejawat Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM.
Selain itu masalah Pendidikan Subspesialisasi menjadi arena pertarungan kepentingan pihak ter-tentu yang menafikan pendidikan Sp 2 cukup oleh Kolegium Ilmu Penyakit Dalam. Masalahnya pen-
gakuan Konsil Kedokteran Indonesia dalam mengeluarkan STR tergantung dari ijazah resmi oleh insti-
tusi pendidikan, bukan berdasarkan surat keterangan selesai pendidikan oleh Kolegium Ilmu Penyakit
Dalam. Sehinga dikhawatirkan dalam arena CAFTA dan WTO 1 Januari 2015 nanti Indonesia dianggap
tidak mempunyai Konsultan Spesialis dan ini akan menjadi lahan praktek dokter asing masuk
Indonesia. Hal ini sudah diperjuangkan melalui UU Pendidikan Kedokteran oleh Sejawat Pengurus
Besar PAPDI di komisi 10 DPR bersama-sama teman-teman Kolegium lain yang dirugikan oleh adanya
aturan itu.
Berita lain yaitu mengenai perjuangan kita meraih kesempatan menjadi tuan rumah WICIM 2016 di
Bali nanti, juga berita-berita lain yang merupakan kontribusi Sejawat daerah. Ada juga ulasan sejawat
Dr. Bambang Subagyo, SpPD, MM, FINASIM tentang informed consent yang dapat dipakai sebagai
acuan pelayanan di tempat kerja kita masing-masing.
Selamat membaca
S E K A P U R S IR IH
OM I N T ER N I Z
2 Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
BIDANG
HUMAS
PUBLIKASIDAN
MEDIA
Warna jas boleh sama,sumpah dokter boleh sama, kok
tentang Pendidikan Sp2 ribut ya...?
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 3/20
SOROT UTAMA 3Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
6 Juli 2006 di kota Palembang, DR. Dr. Aru W.
Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP yang barusaja terpilih menjadi Ketua Umum PB PAPDI perio-
de 2006-2009 mengaku was-was menerima jabat-
an ini. Pasalnya, dia paham benar, begitu banyak hal
yang harus dibereskan dalam menakhodai gerbong or-ganisasi ahli penyakit dalam untuk melalui waktu ke de-
pan. “Ini merupakan tanggung jawab yang tidak bisa
saya elakkan,” katanya, seperti dikutip HI edisi 15 pa-
da saat itu.
Dr. Aru, begitu biasa disapa, menyadari, organisasi
yang dipimpinnya cukup besar, sehingga hal pertama
yang dilakukannya saat itu adalah konsolidasi anggota.Ia sangat ingin menjadikan PAPDI sebagai suatu or-
ganisasi yang kuat. Penataan organisasi adalah hal
pertama yang mampir dipikirannya. “Pendataan anggo-
ta ini sangat penting. Tanpa data yang lengkap, ba-gaimana bisa menggalang kekuatan,” ujar ahli hema-
tologi-onkologi medik ini.
Rencananya berjalan mulus. Tiga tahun duduk se-
bagai ketua umum membawa banyak perubahan ke
arah lebih baik. Kepemimpinannya tak diragukan. Dr.Aru terpilih kembali menjadi Ketua Umum PB periode
2009-2012 secara aklamasi pada Kongres NasionalPerhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (KOPAP-
DI) XIV, di Jakarta, Nopember 2009 laluDimasa kepengurusan PB PAPDI J ilid II Dr. Aru
menata organisasi PAPDI lebih professional dan lebih
berperan aktif baik di tingkat nasional maupun inter-
national.
d. Tahun 2008 : Mengikuti World Congress of In-
ternal Medicine 2008 di Buenoes Aires, Argen-
tina. Bidding pertama menjadi tuan rumah
WCIM 2014 tidak diterima dengan alasan kea-
manan negara dan fasilitas yang kurang.e. Tahun 2010 : Mengikuti WCIM 2010 di Mel-
bourne, Australia. Dan bidding kedua untuk
menjadi tuan rumah WCIM. Berhasil diterima
menjadi tuan rumah WCIM 2016, di Bali, Indo-nesia.
6. Tahun 2009: Islah PAPDI-PERKI, menandatanganikesepakatan untuk saling menghargai.
7. Tahun 2009: Dr. Aru terpilih kembali secara akla-masi pada KOPAPDI XIV, J akarta.
8. Tahun 2011: Menempati kantor baru di Gedung
ICB Bumiputera, Cikini
9. Tahun 2011: Mengikuti Philiphine College of Phy-
sicians (PCP), Manila dan mengaktifkan kembali
Asean Federation of Internal Medicine (AFIM) da-
lam rangka harmonisasi Asean.
10. Tahun 2011: Konferensi Kerja PAPDI XII di Batam11. Tahun 2011: Peluncuran buku panduanEmergen-
cy in Internal Medicine (EIMED) PAPDI.
Momentum penting dua periodekepengurusan Dr. Aru1. Penataan organisasi: membuat tertib admnistra-
si, standar prosedur kerja (SOP), tertib keuangan,
mengurus akte notaris, pertanggungjawaban ke-
pada anggota, transparansi pajak, dan pemben-
tukan divisi advokasi2. Tahun 2009 : Roadshow tentang antibiotik, nutri-
si klinik, onkologi, lipid dan hipertensi, UMED dan
lain-lain. Di samping pertemuan ilmiah, roadshow
juga dimanfaatkan konsolidasi anggota PAPDI dicabang-cabang.
3. Pembukaan PAPDI cabang di daerah-daerah
4. PAPDI Store menyediakan merchandise PAPDI
5. Go international
a. Tahun 2007: Aktif mengikuti American College
of Physicians (ACP ) 2007
b. Tahun 2007: Mengundang Presiden ISIM pada
Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) V 2007 diSolo, Jawa Tengah.
c. Tahun 2008 : Dr. Aru mengikuti Konvokasi pa-
da ACP, Internal Medicine 2008 di Washing-
ton, Amerika Serikat.
PENGUMUMANHalo Internis edisi mendatang membuka rubrik
baru, yaitu :
Pojok Tanya Jawab. Rubrik ini ditujukan bagi
sejawat yang ingin berkonsultasi tentang kasus-
kasus yang ditemui di tempat praktik sejawat
Surat Pembaca. Kami menerima masukan beru-
pa kritik, saran serta tanggapan lain seputar
tabloid ini. Disamping itu, kami juga menerima
opini seputar hal-hal yang berkaitan dengan ke-dokteran.
Kirimkan pertanyaan, kritik, saran, tanggapan,atau opini Anda ke:
Kantor PB PAPDI
Gedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B, Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng,
Jakarta 10350.
Telp. (021) 2300818;
Fax. (021) 2300688, 2300755
Website: www.pbpapdi.orgE-mail: [email protected]
Sesungg uhnya PAPDI itu besa r
dan tersebar di seluruh Indo-
nesia. Jadi sudah selayaknyaPAPDI dilihat dan didengar.
PAPDI-PERKI menandatangani k esepakatan unt uk saling menghargai
Syukuran kantor baru PB PAPDI di Gedung ICB Bumiputera,Cikini, Jakarta
Dr. Ceresna selaku juru bicara PB PAPDI pada saat bidding t uan rumahWCIM 2016 di WCIM 20 10, Austral ia.President ISIM hadir pada PIN V tahun 2007
Dr. Aru mengikuti konvokasi pada ACP, Internal Medicine 2008di Washington, Amerika Serikat.
Konker PAPDI XII di Batam
PB PAPDI: Lima Tahunyang Menentukan
PAPDI aktif mengikuti ACP pada 2007
F O T O - F O T O : D O K .
H I
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 4/20
SOROT UTAMA4 Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
Di ulang tahun PAPDI ke-54 DR.
Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-
HOM, FINASIM, FACP beserta ja-
jarannya mendapat “kado” isti-
mewa dari sesepuh PAPDI. Ha-
diah tersebut bukan berupa materi, na-
mun ucapan selamat dan apresiasi
yang tinggi dari para senior dan mantan
Ketua Umum PB PAPDI atas pencapai-
an yang telah diperoleh saat ini. Hal
tersebut disampaikan pada acara dis-
kusi dan sarasehan PAPDI dalam rang-
ka hari ulang tahun PAPDI di Hotel Bo-
robudur, 20 Nopember 2011 lalu.
“Saya sangat senang hadir pada
acara ini. Apa yang saya pikirkan sela-ma 30 tahun aktif di PAPDI, semuanya
sudah terealisasi lima tahun terakhir.
Lima tahun ini begitu besar loncatan-
nya,” ujar Prof. Dr. Sjaifoellah Noer,
SpPD, K-GEH, FINASIM, mantan Ketua
Umum PB PAPDI periode 1987-1990
dan 1990 – 1993, bangga.
Prof. Sjaifoellah, begitu biasa ia di-
sapa, mengatakan bahkan pencapaian
PAPDI saat ini di luar apa yang ada di-
benaknya. Dokter yang pernah praktik
di Amerika ini bangga melihat PAPDI di-
akui dan aktif di dunia international. Ke
depan, ia berharap PAPDI dapat mene-
lurkan penelitian-penelitian yang mem-
punyai hak paten dan anggota PAPDI
ada yang mendapat penghargaan inter-
national.”Kalau mungkin dapat Nobel,”
kata mantan pengurus yang selalu
mendapat peran sebagai sekretaris ini.
Hal senada juga disampai Prof. Dr.
Slamet Suyono, SpPD, K-EMD,
FINASIM yang berbicara setelah Prof.
Sjaifoellah pada acara itu. Prof. Sla-
met, begitu ia disapa, mengatakan
gembira berada ditengah-tengah pen-
gurus PB PAPDI. Ia memberikan apre-
siasi kepada Dr. Aru beserta pengurus
lain. Ia setuju PAPDI kini telah audit-
able dan memiliki NPWP. Ia mengingat-
kan meski sudah berkembang, dalam
perjalanannya PAPDI mesti merujuk pa-
da anggaran dasar dan anggaran ru-
mah tangga (AD/ RT) PAPDI. Ia pun ber-
harap Dr. Aru dapat menyelesaikan
konflik PAPDI-PERKI disisa kepengurus-
annya. “Saya appreciate, begitu luas
dan banyak yang telah dicapai. Pengu-
rus ini yang kerjanya paling berat hing-
ga dapat gedung baru,“ kata mantan
Ketua Umum PB PAPDI periode 1993 –
1996 dan 1996 – 2000 ini, haru. “Sa-
ya jadi maklum, kenapa ia (Dr. Aru-red)
belum menjadi professor,” tambahnya
berkelakar.
Penghargaan juga disampaikan
Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD,
K-AI, FINASIM, FACP. Prof. Samsuridjal,
sapaan akrabnya, mengatakan meski
fasilitas jauh lebih baik, namun periode
Dr. Aru merupakan kepengurusan “pe-ngorbanan”. Bukan hanya waktu yang
diberikan, kepengurusan saat ini me-
nguras tenaga, pikiran dan menurun-
nya pendapatan lantaran harus sering
meninggalkan praktik. “Apa yang telah
dicapai kepengurusan PAPDI sekarang
beyond expectations . Bukan sekadar
baik, tapi diluar dugaan. Maka hal-hal
ini mesti dilanjutkan dan dikembang-
kan oleh kepengurusan yang akan da-
tang,” ungkap mantan Ketua Umum PB
PAPDI periode 2000 – 2003 ini, salut.
Kendati demikian, Ketua Kolegium
Ilmu Penyakit Dalam ini mengatakan
tantangan PAPDI juga tak kalah besar-
nya. Tantangan ini, menurutnya, adalah
fragmentasi di tubuh penyakit dalam.
Ada kekuatan dari luar, di tambah ke-
inginan beberapa internis, yang ingin
mengotak-kotakan pelayanan kesehat-
an di tubuh penyakit dalam. Hal ini
mesti diantisipasi, PAPDI harus mem-
pertahankan pelayanan kesehatan
holistik. “Karena itu, saya rasa kita
harus menjawab dengan membuat bu-
ku putih melalui sejarah PAPDI dan ka-
lau boleh menulis kembali pidato Prof.
Slamet supaya dapat dipahami oleh
anggota – anggota yang lain dengan
baik,” ungkap Prof. Samsuridjal.
Soal fragmentasi ini, lanjutnya, ma-
syarakat dan negara akan menanggung
tingginya biaya pelayanan kesehatan.
Amerika Serikat, misalnya, mengalami
fragmentasi namun karena biaya kese-
hatan begitu tinggi, akhirnya mereka
kembali ke holistik. “Apakah kita akan
mengikuti Amerika? Kita terfragmen-
tasi dulu, kemudian ketika kita sadar
tidak mampu melakukan pelayanan ter-
kotak-kotak lalu kembali ke holistik,”
tegasnya.
Persoalan lain, adalah membina hu-
bungan baik dengan profesi lain, ter-
utama dokter umum. Menurut Prof.
Samsuridjal PAPDI harus dekat dengan
dokter umum. Kalau perlu, tambahnya,
pada saat KOPAPDI atau PIN PAPDI
dokter umum diberi tempat khusus.
Kemudian, PAPDI mesti memberi
perhatian lebih pada divisi psikosoma-tik. Bidang ini kurang berkembang di
banding yang lain. Padahal, dari segi
konsep, psikosomatik sudah cukup
kuat. Prof. Samsuridjal juga meng-
ingatkan, dalam kepengurusan PAPDI
tetap menjunjung kepemimpinan kole-
gial dan cost effectiveness.
Selanjut, Prof. Dr. A. Aziz Rani,
SpPD, K-GEH, FINASIM menyampaikan
pandangannya. Menurutnya kepengu-
rusan saat ini sudah menjalankan
PAPDI sangat luar biasa. Periode ini,
lanjutnya, telah meletakkan model or-
ganisasi yang professional untuk perio-
de berikutnya. “Pengurusan saat ini su-
dah menjawab tantangan yang ada pa-
da masanya. Selamat kepada kepengu-
rusan saat ini,” kata mantan Ketua
Umum PB PAPDI periode 2003-2006
ini.
Prof. Aziz, begitu biasa disapa, men-
dukung rencana Dr. Aru membentuk
foundation.Menurutnya foundationme-
rupakan perpanjangan tangan dari or-
ganisasi profesi. Dengan begitu ruang
gerak PAPDI lebih luas dan dapat lebih
dekat dengan masyarakat.
Berkaitan dengan PAPDI Medical Re-
lief (PMR), Prof. Aziz mengusulkan agar
PMR masuk dalam AD/ART di bawah
PB PAPDI. Namun tetap diberi kemandi-
rian dalam hal mengelola kelengkapan
organisasi. Hal ini terkait dengan suatu
lembaga kemanusiaan yang bersifat
nirlaba dituntut untuk transparan me-
ngatur dana dari donator. ”Silahkan di-
jadikan anak atau anak angkat. Karena
PMR juga menjalankan misi PAPDI,”
tukasnya.
Sesepuh lain, Prof. Dr. A.M. Akil,SpPD, K-GEH, FINASIM, Prof. Dr. Jose
Roesma, SpPD, K-GH, FINASIM, Prof.
Dr. Herdiman Pohan, SpPD, K-PTI,
FINASIM, Prof. Dr. Suhardjono, SpPD,
K-GH, FINASIM juga memberi apresiasipada pengurus saat ini. Mereka sepen-
dapat apa yang dilakukan Dr. Aru ber-
sama pengurus lain telah jauh dari apa
yang dipikirkan. “Saya sangat bangga
pengurus PAPDI saat ini. Dr. Aru sangat
luar biasa, setiap saat ia pergi me-
ngunjungi daerah-daerah,“ ujar Prof.
Akil selaku penasehat PB PAPDI pe-
riode ini.
Prof. Akil sependapat dengan Prof.
Samsuridjal. Ia menegaskan perlunya
pemahaman yang lebih dalam tentang
holistik. Konsep ini tetap dipertahan-
kan, boleh saja mendalami satu bidang
tapi tetap dalam kerangka holistik.
“Untuk itu perlu komunikasi lebih inten
ke Kemenkes, IDI, dan fakultas-fakul-
tas kedokteran,” ujar Prof. Akil.
Sementara Prof. Herdiman T. Pohan
senada dengan Prof. Aziz. Ia setuju di-
bentuk yayasan. “Banyak yang bisa di-
kelola. Kita akan sukses karena PAPDI
punya asset anggota dan scientif po-
wer,” ungkapnya. Sedangkan Prof. Su-
hardjono menambahkan PAPDI sudah
perlu merekrut sekretaris eksekutif
agar lebih professional.
Diantara sesepuh PAPDI yang hadir,
sayangnya Dr. Achmad Dachlan, SpPD
mantan Ketua Umum PB PAPDI periode
1975-1978 dan 1978-1981 berhalang-
an hadir karena ada keperluan keluar-
ga yang sangat mendesak. Namun keti-
ka ditemui tim Halo Internis di tempat
kediamannya di bilangan Cinere, De-
pok, ia mengatakan sangat terharu de-
ngan kepengurusan sekarang yang se-
lalu menjalin komunikasi dan memberi
perhatian kepadanya. “Meski kami ku-
rang mengikuti perkembangan PAPDI,
tapi kami selalu diundang ke acara
PAPDI. Terima kasih atas perhatian-
nya,” ujar Dr. Achmad Dachlan yang du-
duk didampingi istrinya. (HI)
HUT PAPDI ke-54:
Kado Dari Sesepuh
Apa yang telah dica pai kepengurusa n PAPDI
sekarang beyond expectations . Buka n sekada r
ba ik, tapi d ilua r dug a a n. Ini mesti di la njutkan
da n d ikemba ngkan o leh kepengurusan yang
a k a n d a t a n g .
Ketua Umum PB PAPDI, Dr. Aru W. Sudoyo (tengah) bersama mantan k etua PB PAPDI. (kiri-kanan) Prof. Samsuridjal Djauzi, Prof. Slamet Suyono, Prof. Sjaifoellah Noer
dan Prof. Aziz Rani.
D O K .
P A P D I
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 5/20
SOROT UTAMA 5Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
Saat ini PAPDI telah
memberi kontribusi
dan manfaat yang
baik bagi anggotanya.
Adanya program-programseperti symposium ilmi-
ah, baik dalam skala ke-
cil, regional mapun na-
sional, mampu memban-
tu meng-update penge-
tahuan, sesuai tuntutan
profesi.
Hal tersebut disam-
paikan Dr. H. Amrizal,
SpPD, FINASIM. Akan te-
tapi kontribusi ini tidak
akan maksimal tanpa
peran aktif sendiri dari
anggotanya. Sejak dires-
mikannya PAPDI Cabang
Sumatera selatan pada2007, organisasi ini ti-
dak hanya menjadi ajang
menjalin komunikasi se-
cara kekeluargaan, per-
sonal hingga institusional saja, tapi ju-
ga memberi sumbangsih bagi internis
di daerah dalam meng-update perkem-
bangan dan ilmu pengetahuan.
Memasuki usianya ke-54, PAPDI ju-
ga dihadapkan pada tantangan teruta-
ma menghadapi era global. “Kami ber-
syukur saat ini di UNSRI Palembang te-
lah membuka jenjang pendididikan sub-
spesialis. Ini adalah bagian dari upaya
menghadapi tantangan zaman,” ujar
dokter kelahiran Palembang, 25 Okto-
Era globalisasi yang memungkinkan
dokter penyakit dalam asing masuk
ke Indonesia. Situasi ini, menurut
Dr. Harlinda Haroen, SpPD, K-HOM, FI-
NASIM menjadi tantangan bagi PAPDI
untuk tetap dapat mempertahankan
kompetensinya.
Sebagai organisasi profesi, PAPDI
menjadi wadah untuk tukar pikiran dan
memperoleh informasi dalam berbagai
soal yang menyangkut ilmu penyakit
dalam yang sedang dihadapi masyara-
kat Indonesia. Bagi Dr. Harlinda, PAPDI
berperan mendorong dan meningkat-
kan penelitian dalam bidang penyakit
dalam. Kegiatan-kegiatannya merupa-
kan salah satu wadah untuk upgrade
dan sharing ilmu pengetahuan terkini.
Dr. Harlinda menilai, PAPDI sejauh ini
telah memiliki kinerja dan peran yang
baik. “Penyelenggaraan Kongres Nasio-
nal PAPDI yang dilaksanakan setiap 3
tahun merupakan program yang paling
baik dan sukses selama ini,” ujar ben-
dahara PAPDI Cabang
Manado tersebut.
Namun demikian,
pihaknya berharap
roadshow yang terse-
lenggara tidak hanya
terpusat terpusat di
Jakarta. “Sebaiknya bi-
sa sampai juga ke dae-
rah-daerah,” ungkap-
nya. Selain itu, untuk
kegiatan roadshow ,
bukan sekadar sharing
ilmu namun ia ber-
harap dapat menjadi
wadah membahas ma-
salah organisasi baik
di cabang maupun di
pusat. Ke depan, ia
ingin PAPDI tetap da-
pat menjadi induk bagi
organisasi-organisasi
sub-spesialisasi lain-
nya. (HI)
Perhimpunan Dokter Spesialis Penya-
kit Dalam Indonesia (PAPDI) adalah
perhimpunan yang menjadi wadah
berkumpul dan bersatunya seluruh In-
ternis yang berada di Indonesia. Sejak
dibentuk tahun 1957, PAPDI saat ini
telah memiliki 35 Cabang yang terse-
bar mulai dari Nangroe Aceh Darussa-
lam hingga dengan Tanah Papua. PAPDI
telah memiliki anggota sebanyak 2416
Internis dengan jumlah Konsultan se-
banyak 544 pada masing-masing bi-
dang Ilmu Penyakit Dalam yang berjum-
lah 12 divisi. Selain itu sebanyak 761
Internis sudah memiliki gelar FINASIM
(Fellow of The Indonesian Society of
Internal Medicine).
Sebagai wadah induk kalangan pro-
fesional dokter penyakit dalam di Indo-
nesia, sudah menjadi kewajiban PAPDI
untuk mampu meningkatkan kualitas
anggotanya. Apalagi dalam kancah
menghadapi pertarungan global saat
ini. Menurut Dr. Nyoman Suarjana,
SpPD, K-R anggota PAPDI Cabang Ka-
limantan Selatan, melalui berbagai ke-
giatan yang dibentuk seperti lokakarya,
simposium, penerbitan buku ajar mau-
pun majalah ilmiah, PAPDI telah cukup
banyak ambil peran meningkatkan kua-
litas para anggotanya.
“Penerbitan buku EIMED, sangat
baik karena bisa menjadi panduan da-
lam penatalaksanaan pasien khusus-
nya bagi anggota PAPDI yang ada di
daerah,” ujar dokter yang sehari-hari
berpraktek di RSUD Ulin Banjarmasin
ini. Namun dokter kelahiran Tabanan,
24 Oktober 1965 ini menilai, program
Emergency in Internal Medicine sebaik-
nya diperuntukkan bagi dokter umum.
“Program ini bisa menjadi standar
pengetahuan dan ketrampilan kedaru-
ratan dibidang ilmu penyakit dalam,
yang nantinya dipakai sebagai salah
satu syarat yang harus dimiliki oleh
dokter umum, khususnya yang bertu-
gas di rumah sakit/ unit gawat daru-
rat,” ungkapnya. Menurut Dr. Nyoman,
sertifikat tersebut nantinya bisa diseja-
jarkan dengan ACLS maupun ATLS, se-
dangkan untuk anggota PAPDI nantinya
harus memiliki sertifikat EIMED. (HI)
“P
APDI sudah 54 tahun! Congratu-
lations!,” sapa Prof. Dr. Hans
Tandra, SpPD , K-EMD, FINASIM,PhD, FACE mengawali wawancara de-
ngan Halo Internis . Menurut dokter ke-
lahiran Samarinda 54 tahun silam ini,
di era globalisasi PAPDI dituntut lebih
berperan aktif, baik nasional maupun
international. Pasalnya, ke depan PAP-
DI bakal banyak menghadapi tantangan
dari segi perkembangan keilmuan, tun-
tutan masyarakat atau regulasi global.
”Untuk itu, semua anggota turut berpe-
ran aktif,” ujarnya
Prof. Hans mengatakan PAPDI ada-lah organisasi yang dapat menyatukan
para internis, dan mampu menjadi pe-
lindung dan pengayom mereka. Sudah
banyak yang diberikan PAPDI, mulai su-
rat edaran, Halo Internis, Acta Medica
Indonesiana, ataupun website PAPDI.
“Bagi dokter yang gemar membaca
apalagi menulis, semua itu pasti akan
terasa kurang, sebaliknya bagi yang
malas, semua info itu mungkin ti-
dak memberikan banyak dam-
pak,” kata Prof. Hans.
Prof. Hans menambahkan
membaca adalah satu dari se-
kian aktivitas wajib yang harus
dilakukan oleh seorang dokter. Iasendiri selalu menyempatkan
waktu membaca hal-hal yang
berkaitan dengan penambahan
kemampuaannya di bidang endo-
krin. Hampir setiap hari ia mene-
rima email newsletter atau jurnal
international.
Kini ia berharap, kelak ada
newsletter PAPDI yang mencakup
informasi organisasi, berita-beri-
ta, ataupun artikel ilmiah, yang
dapat dikirim langsung via email
ke setiap dokter. ”Tapi tentu bu-
tuh tenaga khusus untuk ini,” aku
Prof. Hans. Semoga harapan ini
segera terwujud. (HI)
ber 1964 ini.
Selain itu dokter yang sehari-hari
berpraktek di RSU Kundur Palembang
ini juga mengatakan kemajuan teknolo-
gi yang kian pesat, menutut PAPDI se-
bagai anggota profesi untuk turut mam-
pu memaksimalkan akses teknologi
yang semakin canggih tersebut. “Bah-
kan hal sederhana seperti grup PAPDI
di Blackberry saja mampu memberi
manfaat yang banyak, seperti yang sa-
ya rasakan,” ujarnya. (HI)
Dr. H. Amrizal, SpPD, FINASIM
Maksimalkan Akses Teknologi
Dr. Harlinda Haroen, SpPD, K-HOM, FINASIM
Roadshow Lebih Diperbanyak Dr. Nyoman Suarjana, SpPD, K-R
EIMED Sebaiknya untuk Dokter Umum
Prof. Dr. Hans Tandra, SpPD, K-EMD, FINASIM, PhD, FACE
Newsletter PAPDI LangsungVia Email
Dr. H. Amrizal, SpPD, FINASIM
Prof. Dr. Hans Tandra, SpPD, K-EMD, FINASIM, PhD, FACE
Dr. Nyoman Suarjana, SpPD, K-R, FINASIM
Dr. Harlinda Haroen, SpPD, K-HOM, FINASIM
D O K .
P A P D I
D O K .
P A P D I
D O K .
P A P D I
D O K .
P A P D I
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 6/20
SOROT UTAMA6 Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
peran strategis perhimpunan dokter
dalam menentukan arah sistem kese-
hatan. Para sejawat dari organisasi pro-
fesi mendapat paparan bagaimana
keterlibatan organisasi profesi kedokter-
an disana terhadap kebijakan kese-
hatan di negeri Kangguru ini. Seperti
diketahui Australia sendiri adalah salah
satu negara yang memiliki sistem kese-hatan yang baik. Di sana organisasi pro-
fesi memiliki andil besar dalam menen-
tukan kebijakan pelayanan kesehatan.
Misalnya: ada beberapa aspek dasar,
seperti jumlah dokter, distribusi, pen-
dapatan, dan kompotensi dokter diatur
oleh pemerintah bersama dengan ko-
legium.
Hal lain yang menarik, lanjut Dr. Sally,
paparan dari CEO Rural Doctors Asso-
ciation of Australia Dr. jenny Jhonson
dan Dr. Ian Fraser dari Royal Australia
College of Physicians mengenai bagai-
mana mengatasi ketimpangan soal dis-
tribusi dokter di sana. Persoalan mal
distributiondokter juga menjadi kendala
di Australia. Dokter-dokter yang meru-
pakan warga Australia enggan di tem-
patkan dipedesaan. Padahal, pemerin-
tah telah menjamin dokter tersebut be-
serta keluarganya akan menerima pen-
dapatan yang sangat pantas. Untuk me-
ngisi tenaga medis pada rural doctor pe-
merintah mendatangkan dokter asing
yang umumnya dari negara-negara com-
monwealth. “Dokter-dokter dari negara
persemakmuran Inggris memiliki sistem
Secangkir kopi Phoenam menanti di
Makassar, Sulawesi Selatan. Tuan
rumah Pertemuan Ilmiah Nasional
Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-
nyakit Dalam Indonesia ke-9, PAPDI ca-
bang Sulawesi Selatan menyuguhkan
kopi dengan cita rasa tinggi ini bagi se-
jawat penyuka kopi. Bila ke Makassar
belum lengkap rasanya bila tidak me-nyempatkan ke kedai kopi Phoenam.
Alih-alih menyeruput kopi campuran
robusta dan arabica ini, Dr. Sally Aman
Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM berte-
patan dengan PIN IX di Makassar malah
bertolak ke Melbourne, Australia. Wakil
Sekretaris Jenderal PB PAPDI ini menja-
di delegasi PAPDI mengikuti workshop
“Perhimpunan Profesi Kedokteran Kese-
hatan Dalam Memperkuat Sistem Kese-
hatan yang Berkeadilan” yang diseleng-
garakan pada 12 – 14 Oktober 2011 di
Melbourne, Australia.“Saya mendapat
tugas dari PB mesti ke Melbourne. Mo-
hon maaf kepada tuan rumah PIN, tidak
bisa datang ke Makassar. Padahal kopi
Phoenam sudah menanti disana.” Ujar
Dr. Sally kepada Prof. Dr. H. AM. Akil,
SpPD, K-GEH, FINASIM saat sarasehan
PB PAPDI.
Dr. Sally hadir atas undangan Pusat
Managemen Pelayanan Kesehatan Fa-
kultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada (PMPK FK UGM) dan Nossal Ins-
titute, Melbourne University. Selain
PAPDI, ada tiga perhimpunan dokter
spesialis lain yang diundang pada aca-
ra itu, yaitu IDAI, POGI, dan IDSAI.
Dan peserta lainnya adalah dari induk
kedokteran IDI, Konsil Kedokteran In-
donesia (KKI) dan Kementerian Kese-
hatan. Nossal Institute adalah pusat
kajian kesehatan masyarakat yang ba-
nyak berkontribusi terhadap sistem
kesehatan di Australia. Lembaga ini
melakukan kerjasama dengan lembaga
serupa di beberapa negara termasuk
Indonesia. Sebelumnya, Nossal Insti-
tute telah menjalin kerjasama dengan
PMPK FK UGM membuat kajian dengan
fokus pada sistem kesehatan di In-
donesia.
Pada acara itu, menurut Konsultan
Kardiovakular ini, banyak membahas
pendidikan kedokteran yang sama
sehingga mudah beradapta-
si dengan sistem pen-
didikan di Austra-
lia,” jelas Dr.
Sally.
K e n d a l a
mal distribusi juga terjadi di
Indonesia. Dr.
Sally, setelah
Dr. Ian Fraser,
mempresenta-
sikan distribusi
dokter spesialis de-
ngan fokus tentu saja
dokter spesialis penyakit dalam di Indo-
nesia. Kondisinya sangat berbeda de-
ngan di Australia. Pemerintah Australia
telah sukses mengatasi persoalan ter-
sebut dengan memberi apresiasi beru-
pa kesejahteraan bagi dokter yang be-
kerja di pedesaan. Sementara di Indone-
sia, penyebaran dokter yang tidak mera-
ta bahkan banyak daerah yang belum
tersentuh dokter yang telah terjadi lama
hingga kini belum ada jalan keluarnya.
Program dokter Pegawai Tidak Tetap
(PTT) yang diharapkan dapat menjemba-
tani kendala ini tidak berhasil dikarena-
kan statusnya yang semula diwajibkan
bagi calon dokter, kini menjadi sukarela
sifatnya. Sedangkan program tugas be-
lajar (tubel) yang baru-baru ini digulirkan
pemerintah untuk mengisi tenaga medis
di daerah, rentan dengan sistem rekrut-
men yang belum jelas lantaran lemah-nya regulasi. “Saya beberapa kali men-
dapatkan mahasiswa tubel yang mereka
tidak mengenal daerah yang mengutus-
nya. Bahkan ada yang baru satu bulan
di daerah tersebut langsung dapat tu-
bel, sementara dokter yang sudah lama
praktik disana belum mendapatkan ke-
sempatan. Ini baru yang di penyakit da-
lam RSCM/ FKUI, hal yang sama juga
terjadi di tempat lain. Seleksi mahasis-
wa tubel mesti dibenahi dengan ketat
untuk menghindari ada
penyelewengan. Se-
hingga niat mulia peme-
rintah saat mencanang-
kan program ini dapattercapai tujuannya,” ka-
ta Dr. Sally yang juga
salah satu tim penerima-
an mahasiswa tubel di
Departemen Ilmu Penya-
kit Dalam RSCM/ FKUI.
Tak jarang kebijakan
yang dibuat sulit diaplika-
sikan atau kontraproduktif. Pasal-
nya, regulasi yang terkait tenaga
medis sering diputuskan se-
pihak tanpa melibatkan
organisasi kedokteran
yang memiliki ang-
gota tersebar di ber-
bagai daerah. “DiIndonesia organisa-
si profesi belum
optimal dilibatkan
dalam mengambil
kebijakan pemerintah
dalam sistem kesehat-
an. Banyak kebijakan
yang tidak sejalan dengan
institusi kedokteran. Ada dua isu
penting yang menjadi perhatian yaitu
mal distribusi dan soal pendapatan dok-
ter.” ungkap Dr. Sally
Dari workshop “Health Care Pro-
fessional Association (HCPAs) and Their
Role in Achieving MDGs” yang diseleng-
garakan di Dhaka, Bangladesh, pada
2008 dijelaskan bahwa organisasi pro-
fesi belum memberikan kontribusi yang
optimal terhadap peningkatan sistem
pelayanan kesehatan secara global, ter-
utama yang berkaitan dengan pencapai-
an MDGs. Penyebabnya adalah perbe-
daan fokus perhatian organisasi profe-
si, pengelola organisasi profesi, dan ku-
rangnya integrasi antar-profesi dalam
sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu,
workshop tersebut merekomendasikan
meningkatkan keterlibatan organisasi
profesi dalam pencapaian MDGs.
Lalonde dan Peron (2006) dalam ma-
kalahnya menyatakan bahwa organisasi
profesi kebidanan dan kandungan di Ka-
nada memberikan peran yang sangat
besar dalam perbaikan kesehatan re-
produksi di negara berkembang. Kepe-
mimpinan dari organisasi ini menjadi
motor penggerak sistem pelayanan ke-
sehatan. Kedua peneliti tersebut me-
nyebutkan langka-langkah yang mesti
dilakukan organisasi profesi, diantara-
nya penguatan pengelolaan organisasi,
peningkatan kapasitas teknis anggota,
dan peningkatan kredibilitas serta kemi-
traan. (HI)
Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, Wakil Sekretaris J enderal PB PAPDI
Peran Strategis Organisasi Profesi
dalam MenentukanSistem Kesehatan
Dua isu penting
yaitu ma l distribusi
d a n g a p p e n d a pa t a n
yang sign if ika n.
Orga nisa si profesi mem -
beri kontribusi dalam
menent ukan sistem
kesehatan.
Delegasi Indonesia di Nossal Institute, Australia. Tampak diantaranya Dr. Sally A. Nasution, Wasekjen PB
PAPDI (ketiga dari kiri), dan Ketua Umum PB IDI, Dr. Priyo Sidipratomo, SpRad (paling kanan). Dr . S al l y A. Nasut i o n memp r esent asi k an m a l d i s t r i b u t i o n d o k t er sp esi al i s d i Ind o nesi a.
Dr. Ian Fraser dari Royal Australia College of Physicians mempresentasikan bagaimana mengatasi maldistribusidokter di Australia.
F O T O - F O T O : D O K .
P A P D I
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 7/20
7Halo Internis Edisi 20 Maret 2012SOROT UTAMA
Hotel Holiday, Batam sore menje-
lang malam. Dr. Pranawa, SpPD,
K-GH, FINASIM tampak geram. Ia
segera mencetak surat elektronik
yang baru sore tadi diterima da-
lam perjalanannya dari Jakarta ke Batam
untuk menghadiri Konferensi Kerja (KON-
KER) PAPDI, Juni 2011 lalu. Dalam hi-
tungan menit, malam itu ia memutuskan
kembali ke Jakarta. “Ini darurat, ayat
tentang pendidikan subspesialis dalam
draft Undang-Undang Pendidikan Kedok-
teran, hilang. Pak Ketua saya minta izin
kembali ke Jakarta,” kata Dr. Pranawa
kepada Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr.Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM,
FACP.
Kegalauan Dr. Pranawa cukup ber-
alasan. Ketua IDI Jawa Timur ini aktif da-
lam penggodokan UU Pendidikan Kedok-
teran (UU Dikdok). Ia tahu persis pasal
26 point c tentang Pendidikan Subspe-
sialis yang mengundang kontroversi, se-
mentara disepakati masuk dalam RUU
Dikdok. Namun dalam proses pemba-
hasan pasal tersebut masih diwarnai ta-
rik-ulur antara pihak yang setuju dima-
sukkan dan tidak.”Memang ada pihak
yang tidak setuju pendidikan subspesial-
is masuk dalam jenjang pendidikan ke-
dokteran. Pihak ini cukup kuat. Ini mesti
dikawal dengan ketat, kalau itu tidak ma-
suk, runtuh apa yang telah dibangun se-
lama ini,” tegasnya.
Hilangnya pasal tersebut memicu ba-
nyak reaksi dari berbagai pihak, terma-
suk Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-
nyakit Dalam (PAPDI). Pengurus Besar
PAPDI menggelar Media Gathering pada
awal Februari 2012 lalu untuk menge-
laborasi duduk perkaranya. Menurut DR.
Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINA-
SIM, MMB, FACP dalam RUU Didok pen-
didikan kedokteran hanya dibatasi sam-
pai jenjang pendidikan spesialis. Sebe-
lumnya, UU inisiatif DPR itu mencan-
tumkan jenjang pendidikan subspesialis
pada pasal 26, kemudian point tersebut
dihilangkan oleh salah satu tim panja.
Padahal, lanjut Dr. Ari, pendidikan sub-
spesialis di beberapa fakultas kedokter-
an, termasuk FKUI telah terselenggara
lama.
“Ada upaya penghapusan program
pendidikan subspesialis. Bila jenjang
pendidikan subspesialis ini tidak dimuat
dalam UU, maka proses pendidikan sub-
spesialis di fakultas kedokteran akan di-
hapuskan. Ini berarti menutup pengem-
bangan ilmu kedok-
teran. Dampaknya,
masyarakat tidak
mendapatkan jen-
jang pelayanan kese-
hatan tersier dari
dokter konsultan.
Tentu, kondisi akan
dimanfaatkan dokter
konsultan asing
untuk masuk ke
Indonesia melakuan
praktik subspesialis.
Boleh jadi ini adalah
pesanan pihak-pihaktertentu. kami akan
berjuang melawan,” tegas Koordinator
Bidang Advokasi PB PAPDI ini.
Hal senada disampaikan Ketua
Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo,
SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Hilangnya
pasal jenjang pendidikan subspesialis,
menurut Dr. Aru, akan merugikan fakul-
tas kedokteran. Sebab, seorang subspe-
sialis atau konsultan merupakan
tenaga pendidik bagi jenjang spe-
sialis. Hal ini, tentu akan
menghambat pertambahan
dokter yang saat ini masih
sangat kurang jumlahnya.
“Jumlah dokter dan mal
distribusi dokter masih
menjadi kendala dalam
sistem kesehatan,”
ujarnya.
Berkaitan “mahalnya”
biaya konsul ke subspe-
sialis, Dr. Aru mengatakan
hal itu bersifat sementara dan
bisa diatasi dengan sistem
rujukan. Praktik subspesialis
adalah layanan kesehatan tersier. Bila
sistem pembiayaan kesehatan sudah
berbasis asuransi maka sistem rujukan
ini akan dapat diselenggarakan dengan
baik. Seorang pasien yang telah di-
tanggung asuransi, baru akan mendapat
layanan subspesialis bila mendapat ru-
jukan dari dokter sebelumnya. “Dengan
disahkannya UU SJSN dan BPJS, pada
2014 akan berlaku universal coverage ,
masyarakat akan dijamin pembiayaan
kesehatannya dengan asuransi. Ketika
itu sistem rujukan dapat terselenggara
dengan efektif,” katanya
Dr. Aru mengumpamakan “kalau mau
irit, jangan tangan yang diamputasi, me-
lainkan sistemnya yang harus diatur. Ja-
di jangan karena biaya, ada kemampuan
dan keahlian dibidang kedokteran yang
dihilangkan. Ini dua persoalan yang mes-
ti dipisahkan.”
Pendapat Dr. Aru diamini mantan Ke-
tua Umum PP Ikatan Dokter Spesialis
Anak Indonesia (PP IDAI) DR.Dr Sukman
T. Putra, SpA(K), FACC, FESC. Dr. Suk-
man mengatakan sistem pembiayaan
kesehatan belum berbasis asuransi.
“Saat ini, sistem kesehatan di negeri ini
masih amburadul. Soal mal distribusi,
sudah 40 tahun tak beres-beres. Bagi
dokter, praktik di kota-kota besar meru-
pakan pilihan, dan tak bisa disalahkan
lantaran mereka membiayai sendiri stu-
dinya. Berbeda di luar negeri, dokter
yang mengambil pendidikan spesialis
atau subspesialis tidak membayar, ma-
lah mereka mendapat gaji karena mere-
ka juga melakukan praktik di rumah sakit
pendidikan,” ujar Ketua Program Studi
Subspesialis J antung Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM/FKUI ini.
Untuk itu,
lanjut Dr. Sukman,
regulasi perlu dibenahi, termasuk mem-
buat UU Dikdok. UU ini penting dan
mendesak karena dokter, termasuk kon-
sultan bekerja harus dapat dipertang-
gungjawabkan mutunya. Oleh karenanya,
jenjang pendidikan ini hendaknya dise-
lenggarakan oleh institusi pendidikan
yang terstandar. Dengan demikian, pihak
fakultas kedokteran dapat mengelu-
arkan bukti kompotensi berupa ijazah
kepada peserta didik sebagai pertang-
gungjawaban atas kompetensinya.
Sayangnya, tambah Dr. Sukman, pe-
serta didik subspesialis hanya meneri-
ma sertifikat yang ditandatangani dekan
dan ketua kolegium. Sesuai dengan UU
Praktik Kedokteran, sertifikat ini tidak
memiliki legalitas untuk mendapat Surat
Tanda Registrasi dari Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI). Sebab, KKI hanya me-
ngeluarkan STR berdasar ijazah, bukan
sertifikat dari Dekan.” Indonesia bisa di-
anggap belum memiliki subspesialis ka-
rena dokter konsultan belum memiliki
ijazah sehingga tidak dapat mengurus
STR subspesialis. Silahkan saja dokter
asing masuk, tapi kenapa kita yang su-
dah ada tidak dianggap,” ujar Dr. Suk-
man.
Hilangkan PendidikanSubspesialis, UUDikdok Inkonsisten
Profesi dokter berbeda dengan profe-
si lain. Profesi ini bekerja sarat dengan
regulasi dan undang-undang. Semesti-
nya antara undang-undang yang satu de-
ngan yang lain saling sinergis. Tapi tidak
pada UU Dikdok tentang pendidikan sub-
spesialis. “Dari undang-undang yang
ada, semuanya memuat peran dan pen-
tingnya pendidikan konsultan. Oleh kare-
na itu pendidikan subspesialis mutlak di-
perlukan,” kata mantan Ketua Kolegium
Ilmu Penyakit Dalam Prof.Dr. Zubairi
Djoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM.Prof. Zubairi mengatakan dalam sis-
tem Kesehatan Nasional (SKN 2009)
menyebutkan bahwa pelayanan kese-
hatan diselenggarakan secara berjen-
jang mulai dari pelayanan primer, sekun-
der dan tersier. Setiap jenjang pelayanan
ini dipegang oleh tenaga kesehatan yang
sesuai dengan kemampuan dan kompe-
tensinya. “Kalau mengacu SKN maka
pendidikan subspesialis memang diper-
lukan dan harus ada,” ungkapnya
Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas tahun 2003) le-
bih menguatkan peran konsultan dalam
institusi pendidikan. UU itu menyebutkan
bahwa dalam penyelenggaraan pendidik-
an maka pendidikan pada satu strata ha-
rus dilaksanakan oleh pendidik satu
strata di atasnya. Jadi, calon dokter spe-
sialis dididik oleh dokter konsultan. De-
ngan demikian pendidikan dokter sub-
spesialis harus dilaksanakan secara for-
mal dan terstruktur.
Sedangkan dalam Undang-Undang
Praktik Kedokteran (UU PK) tahun 2004
menegaskan legalitas pendidikan sub-
spesialis. Di UU PK dijelaskan untuk me-
laksanakan pelayanan kesehatan diperlu-
kan STR untuk mendapatkan Surat Izin
Praktik (SIP). Untuk mendapatkan STR di-
perlukan surat pernyataan dari profesi
dan ijazah dari perguruan tinggi (PT).
Dengan demikian pendidikan subspesia-
lis juga harus memiliki ijazah dari PT.
Oleh karenanya, Ketua Senat Akade-
mik FKUI ini menegaskan dari ketiga hu-
kum tersebut maka pendidikan subspe-
sialis harus diselenggarakan oleh insti-
tusi pendidikan secara formal dan ter-
struktur. Nah, aneh bila UU Dikdok tanpa
pendidik subspesialis. Atau kalau UU ini
dipaksakan maka harus melakukan yudi-
sial review terhadap UU yang lebih dulu
ada. Ehmm (HI)
Ada upaya
pengha pusan program
pendidikan subspesialis. Ini
berar t i menutup pengem-ba nga n i lmu kedokteran .
Dampa knya , ma syarakat t idak
menda pat kan jenjang
pelaya nan kesehat an ter-
sier da ri do kter kon-
sultan.
Waspadai RaibnyaPendidikan Subspesialis
D O K .
P A P D I
Media Gathering PAPDI tent ang RUU Dikdok.
Dari kiri ke kanan: DR. Dr. Sukman T. Putra, SpA; Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD,K-HOM, FINASIM; DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP; denganmoderat or DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MM B, FACP.
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 8/20
8 Halo Internis Edisi 20 M aret 2012
beri gelar profesi untuk jenjang perta-
ma, kedua (spesialis) dan ketiga (sub-
spesialis). Maka, Dr. Ratna, mengata-
kan FKUI telah menyelenggarakan pen-
didikan subspesialis dan telah meng-
hasilkan 350 konsultan dari 12 depar-
temen. Ini artinya FKUI sebagai institu-
si sudah menyelenggarakan pendidik-
an Sp2 tanpa adanya kendala-kendala
yang signifikan dan mereka yang lulus
diterima dimasyarakat dan telah mem-
baktikan dirinya dengan baik. “Pendi-
dikan subspesialis sudah direncana-kan, bukannya tiba-tiba ada. Ini meru-
pakan kebutuhan untuk menjawab tan-
tangan saat ini. Perkembangan sub-
spesialistik tak bisa ditahan-tahan lagi.
Hal ini juga terjadi diseluruh dunia,”
ujarnya.
Namun, tambah Dr. Ratna, mesti
ada yang dapat menjamin mutu kom-
petensi seorang konsultan. Oleh kare-
na itu, pendidikan subspesialis harus
diselenggarakan secara formal oleh
institusi pendidikan yang memiliki kua-
lifikasi standar bukan non formal.
Sayangnya, pendidikan subspesialis
belum diakui oleh konsil kedokteran In-
donesia (KKI). Lulusan pendidikan ini
hanya menerima bukti lulus berupa ser-
tifikat yang ditandatangi oleh dekan
dan KPS nya, bukan ijazah. Padahal,
kata Dr. Ratna, “Tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam menyelenggara-
kan pendidikan spesialis dan subspe-
silasi. Lalu kenapa institusi pendidikan
tidak boleh menyelenggarakan pendi-
dikan sp2? Mesti ada jawab yang te-
gas” katanya.
Untuk kondisi Indonesia, menurut Dr.
Ratna, subspesialis di bawah perguruan
tinggi adalah pilihan tepat. Pasalnya,
institusi pendidikan dan rumah sakit
berada pada departemen yang berbeda.
Sedangkan di John Hopkins Hospital
Mayo Clinic, misalnya, yang menganut
hospital base . Disana tak ada kendala
karena antara perguruan tinggi dan
rumah sakit berada satu atap.
MeneropongPerseteruanSubspesialis
Tarik ulur pembahasan jenjang pen-
didikan subspesialis cukup alot. Se-
waktu-waktu pasal tersebut bisa hilang
timbul. UU inisiatif Dewan ini melibat-
kan Dikti, IDI, KKI dan Komisi X. se-
mentara Panja DPR dengan suara bulat
menyatakan setuju dimasukan pasal
jenjang pendidikan subspesialis. “Dari
kami, Panja DPR seluruhnya setuju di-
masukan pembahasan tentang jenjang
pendidikan subspesialis,” kata Ketua
Komisi X Prof. Dr. Mahyuddin NS,
SpOG(K).
Suara berseberangan terdengar ke-
ras dari Panja Pemerintah. Tapi
sayangnya ketika RDPU tak ada per-
wakilan dari pemerintah yang memberi
alasan kenapa dihilangkan. Bahkan
yang terjadi sebaliknya, perwakilan
Dikti malah berbalik mendukung pen-
didikan subspesialis masuk dalam UU
Dikdok. ”Meski Panja Pemerintah men-
coret pasal pendidikan subspesialis,
tapi dalam batang tubuh tetap ada. Ini
jelas inkonsistensi. Saya pribadi
berpandangan bahwa psp2 mesti
dimasukan dalam pendidikan formal.
Karena secara de facto ini sudah
berlangsung di fakultas kedokteran.
Dan sistem pendidikan kedokteran
harus berpegang pada prinsip tiga
tungku, yaitu kolegium, institusi pen-
didikan dan rumah sakit. Untuk itu
saya menyarankan panja RUU mesti
melihat realitas di lapangan,” tegas
Prof. Dr. Laksono Triantoro dari Uni-
versitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Berkaitan dengan sikap panja peme-rintah, Prof. Mahyuddin menambahkan,
pemerintah melalui Perpres telah me-
netapkan subspesialis masuk dalam
konsep jenjang pendidikan dan posisi-
nya stara dengan doktor.
Pendapat berbeda di sampaikan
Prof. Dr. Errol Hutagalung, SpB dari IDI.
Menurut Ketua MKKI ini pendidikan
subspesialis tidak bisa lepas dari in-
duk spesialisnya. Spesialis beserta tu-
runannya jangan dipisah-pisahkan da-
lam jenjang pendidikannya. “Spesialis
beserta turunannya biar dalam satu ke-
ranjang,” ujar Prof. Errol.
Jadi, tambahnya, saat ini yang mesti
dilakukan adalah mendapat pengakuan
secarade jure . Sementara seorang kon-
sultan tetap bisa memberi praktik spe-
sialis. Dengan demikian dalam STR nya
seorang konsultan tidak tertera sub-
spesialisnya tapi hanya spesialisnya.
Sejauh ini, lanjut Prof. Errol, MKKI
sudah menyiapkan konsep akademik
Sp2 dan melakukan loby-loby ke Dikti
dan KKI. Diharapkan konsep ini diteri-
ma dan dapat dikeluarkan per Konsil.
Diharapkan naskah ini sinergi dengan
UU Dikdok.
Pandangan Prof. Errol disanggah
DR. Dr Sukman T. Putra, SpA(K), FACC,
FESC. Menurut Dr. Sukman, jenjang pe-
ndidikan itu mesti melihat tingkat kom-
petensinya. Pendidikan subspesialis
memiliki kompetensi berbeda dengan
spesialis. ”Pendidikan subspesialis
berbeda dengan spesialis karena kom-
petensi berbeda,” ujarnya.
Pendapat Dr. Sukman didukung Dr.
Ratna. Dekan FKUI ini mengatakan
pendidikan subspesialis merupakan
pendidikan berkelanjutan yang mesti
diformalkan agar mutunya terjamin dan
melindungi dokternya. “Jadi jangan di-
katakan pendidikan subspesialis cuma
sekeranjang dari spesialis. Tapi ini ada-
lah pendidikan berkelanjutan yang me-
mang dibutuhkan. “Memang KKI tidak
memiliki faham yang sama dengan fa-
kultas,” tandasnya. (HI)
Raibnya pasal tentang pendidikan
subspesialis membuat geram
institusi pendidikan, tak terke-
cuali Fakultas Kedokteran Univer-
sitas Indonesia. Dekan FKUI Dr.
Ratna Sitompul, SpM (K) beserta
jajarannya menyambangi Komisi X DPR
untuk melaksanakan Rapat Dengar
Pendapat Umum pada 2 Februari
2012.
Pada RDPU itu, selain dari FKUI ha-
dir pula dari panja pemerintah yang ter-
diri dari Dikti, IDI, dan KKI, dan panjaDPR. Rapat yang dipimpin Ketua Komi-
si X Prof. Dr. Mahyuddin, SpOG men-
dengarkan masukan dan saran dari De-
kan FKUI. Dr. Ratna mengatakan jen-
jang pendidikan subspesialis harus di-
masukan dalam UU Pendidikan Kedok-
teran. Pasalnya, hal tersebut merupa-
kan amanat yang terdapat dalam bebe-
rapa regulasi seperti UU Praktik Kedok-
teran tahun 2004, UU Sisdiknas tahun
2003, sesuai dengan Sistem Kesehat-
an Nasional 2009, serta beberapa re-
gulasi lain. “Dari regulasi sebelumnya
pendidikan subspesialis mesti ada dan
masuk dalam UU Dikdok,” tegas Dr.
Ratna.
Dalam SKN misalnya, Dr. Ratna
mencontohkan, disebutkan bahwa pe-
layanan kesehatan terselenggara seca-
ra berjenjang mulai dari primer, sekun-
der dan tersier. Setiap jenjang dilaksa-
nakan oleh tenaga medis yang sesuai
dengan kemampuan dan kompetensi-
nya. Untuk itu, pelayanan tersier hanya
dapat dilakukan oleh dokter subspe-
sialis.
Dari sisi pendidikan, tenaga subspe-
sialis merupakan tenaga pendidik spe-
sialis. Hal tersebut telah tertuang da-
lam UU Tentang Guru dan Dosen tahun
2005 dan UU Sisdiknas tahun 2003.
Disana dikatakan bahwa lulusan dokter
spesialis merupakan tenaga didik un-
tuk calon dokter, lulusan dokter sub-
spesialis adalah tenaga didik untuk ca-
lon dokter spesialis dan subspesialis.
Institusional Base VS Hospital Base
Sesuai dengan Keputusan Majelis
Wali Amanat UI tahun 2009 yang me-
nyatakan Universitas Indonesia mem-
Dekan FKUI DR. Dr. Ratna Sitompul, SpM(K):
Pendidikan Subspesialis
Mesti Diformalkandan Terstruktur
Prof.Dr. Bambang Supriyanto, SpA(K), DR.Dr.Zulkifli Amin, SpPD, K-P, DR.Dr.Iman Subekti, SpPD,K-EMD, Dekan FKUI DR. Dr. Ratna Sitompul, SpM, Prof.Dr. ZubairiDjoerban, SpPD, K-HOM, DR.Dr.Siti Setiat i, SpPD, K-Ger, DR.Dr. Sukman T. Putra, SpA dan DR.Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH
Rapat dengar pendapat um um RUU Dikdok , FKUI bersama Komisi X DPR dan panja pemerint ah di ruang sidangkomisi X, Senayan.
SOROT UTAMA
Ta rik ulur pem ba ha s-an jenjan g pendidik-
a n subspesia lis cukup
a lot. Meski tida k di-
a kui KKI, secara de
facto fa kulta s kedo k-
teran te lah menye-
lengg arakan pendi-
dika n sub spesialis.
Kena pa institusi pen-
didikan t ida k boleh
menyelenggarakanpendidikan subspe-
sia lis. Mema ng KKI
tidak memiliki faham
yang sama d engan
fakultas.
D O K .
P A P D I
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 9/20
Tenggat waktu Rancangan Undang-
Undang Pendidikan Kedokteran
tinggal hitungan hari. RUU Dikdok
ini mesti masuk dalam rapat pleno
DPR pada 29 Maret 2012. Namun
materi yang tersusun masih mengun-
dang perdebatan. Menurut Ketua Komi-
si X DPR Prof. Dr. Mahyuddin, NS,
SpOG dari 540 masalah yang sudahterselesaikan 300 masalah. Masih ada
240 masalah yang masih dalam pem-
bicaraan. Diantaranya adalah tentang
jenjang pendidikan subspesialis. “Pen-
didikan kedokteran berbeda dengan
pendidikan profesi lain. Oleh karena itu
DPR berinisiatif menggagas UU ini,” ka-
ta Prof. Mahyuddin pada Seminar RUU
Pendidikan Kedokteran di aula FKUI,
24 Februari 2012.
Prof. Mahyuddin bersama panja DPR
lainnya mendapat asupan soal pendi-
dikan dari pakar yang hadir acara itu.
Seminar yang diketuai oleh DR. Dr. Siti
Setiati, SpPD, K-Ger, FINASIM, MEpid
ini mengundang pembicara dari berba-
gai institusi kedokteran, seperti Sekre-taris Jenderal AIPKI DR. Dr. Ratna Si-
tompul, SpM, Ketua MPPK IDI Prof.Dr.
Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINA-
SIM, Panja Pemerintah Prof. DR. Dr. Ak-
mal Taher, SpU, Ketua Pendidikan Sub-
spesialis Departemen Ilmu Kesehatan
Anak FKUI-RSCM DR. Dr. Sukman T.
Putra, SpA, Dekan FK Unsri Palembang
Dr. H.M Zulkarnain, MMed, ScPKK dan
Panja DPR Prof. Mahyuddin, SpOG.
Dr. Ratna mengatakan jenjang pen-
didikan subspesialis telah terselengga-
ra di beberapa fakultas kedokteran di
Indonesia. Tenaga-tenaga subspesialis
ini merupakan kebutuhan fakultas yang
akan menjadi pengajar pada jenjang
spesialis. Untuk itu, tenaga konsultan
ini mesti diatur baik jumlah maupun
mutunya oleh institusi pendidikan.
“Penjaminan mutu subspesialis harus
dilakukan oleh institusi pendidikan
yang telah terstandar,” tegasnya.
Salah satunya adalah FK Universitas
Sriwijaya, Palembang yang telah me-
nyelenggarakan pendidikan subspesia-
lis. Menurut Dr. Zulkarnain, hal terse-
but sesuai dengan UU Sisdiknas danPeraturan Pemerintah No 19 tahun
2005 tentang standar pendidikan.
“Baik dokter umum, spesialis, subspe-
sialis secara berjenjang diselenggara-
kan oleh perguruan tinggi agar mutu
pendidikannya terjamin,” ujarnya.
Pendapat Dr. Zulkarnain senada de-
ngan DR. Dr. Sukman T. Putra, SpA.
Menurut DR. Sukman jenjang pendi-
dikan subspesialis dapat disetarakan
dengan jenjang akademik doktor de-
ngan beberapa penambahan bidang
studi yang diambil. Oleh karena itu,
tambah Dr. Sukman, sejatinya pendi-
dikan kedokteran dalam berbagai jen-
jang merupakan pendidikan formal, bu-
kan non formal.
Dengan demikian, ada penjaminan
mutu yang akan berimplikasi pada pe-
layanan kesehatan. Menurut Prof. Ak-
mal pelayanan yang baik di rumah sakit
pendidikan mencerminkan proses pen-
didikan yang baik. Oleh karena itu,
Prof. Akmal mengusulkan agar dalam
UU Pendidikan Kedokteran perlu diinte-
grasikan rumah sakit pendidikan de-
ngan fakultas kedokteran. “Dari berba-
gai penelitian, tidak diragukan lagi inte-
grasi antara rumah sakit dengan insti-
tusi pendidikan akan membangun sis-
tem pelayanan kesehatan yang opti-
mal,” ujar Direktur Utama RSCM ini.
Pelayanan kesehatan yang baik di
era globalisasi ini merupakan tuntutan
yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Prof.
Zubairi Djoerban mengatakan hendak-
nya Undang-Undang Dikdok ini juga
mempertimbangkan kompetensi-kom-
petensi kesehatan global. Dengan begi-
tu, mahasiswa kedokteran akan dibe-
kali kompetensi tersebut yang nantinya
dapat menjawab tantangan di era kese-
hatan global ini. (HI)
9Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
Pelaya nan yang b aik
di rumah sakit pen-
didikan mencer-
minkan pro ses pen-
didikan yang ba ik.
Penjaminan mutu
subspesia lis ha rusdilakukan o leh insti-
tusi pendidikan yang
te lah tersta nda r
Para pembicara pada Seminar RUU Pendidikan Kedokteran di aula FKUI.
SOROT UTAMA
Seminar RUU Pendidikan Kedokteran-FKUI
UU Pendidikan Kedokteran
Mesti Bisa MenjawabTantangan Global
Ketua Komisi X DPR Prof. Dr. Mahyuddin, NS, SpOG.
Prof. DR. Dr. Akmal Taher, SpU.
F O T O - F O T O : D O K .
P A P D I
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 10/20
PROF IL10 Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
Tahun 2011 lalu, Prof. Dr. Nuzir-
wan Acang SpPD, K-HOM, FINA-
SIM memasuki usia pensiun. Ta-
pi, momen tersebut ternyata ti-
dak mampu membuat aktivitas-
nya terhenti. Meski telah pensiun, FK
Universitas Andalas Padang tetap me-
minta Prof. Acang untuk membaktikan
tenaga, waktu, dan pikirannya.
Untunglah, fisik dan stamina Prof
Acang mampu memanipulasi usianya.Di usia lebih dari 65 tahun, ia masih
segar menjalankan kegiatannya. Saat
ini, ia menjabat sebagai Ketua Program
Studi PPDS Konsultan Bagian Penyakit
Dalam FK Unand. Di organisasi, ia
adalah penasehat PB PAPDI, Ketua
Perhimpunan Hematologi dan Transfusi
Darah Indonesia Cabang Padang, Wakil
Ketua PMI Wilayah Sumbar, dan Wakil
Ketua I PP Perhimpunan Hematologi
dan Onkologi Medik Penyakit Dalam
Indonesia.
Kesibukannya baik di profesi mau-
pun organisasi, menurutnya telah bia-
sa dilakukan. Dan, Prof. Acang tidak
merasa terbebani dengan jadwal yang
padat. "Disiplin adalah kuncinya," ujar-
nya. Dengan disiplin, ia justru merasa
bebas sesibuk apapun.
Hal yang sama berusaha ia tanam-
kan di lingkungan kerjanya. Prof. Acang
dikenal tegas dalam menjalankan ko-
mitmen yang telah ditetapkan bersa-
ma. Pernah suatu ketika ada staf yang
tidak masuk selama tiga kali berturut-
turut, maka Prof. Acang tidak segan
memberikan teguran hingga sanksi.
"Semua untuk kebaikan bersama. Ka-
rena jika tetap seperti itu akan meng-
ganggu yang lain, yang sudah disiplin,"
ujar pria kelahiran 11 Juli 1946 ini.
Di sisi lain, Prof. Acang tidak segan
memberikan reward , misalnya dengan
mengajak staf ikut serta jika Prof
Acang harus ke luar kota. "Meski tidak
ada dana, saya coba usahakan," ujar-nya. Selain stafnya dapat melihat ritme
kerja di tempat lain, ke luar kota, mi-
salnya ke Jakarta, juga akan memberi-
kan suasana yang berbeda dengan ru-
tinitas sehari-hari.
Dengan disiplin itu pula
ia menjalankan aktivi-
tasnya yang lain, yaitu sebagai
Manager PIU Pembangunan University
Hospital Universitas Andalas Padang.
Project ini merupakan bagian dari proj-
ect pemerintah di bawah supervisi
DIKTI yang pada saat yang sama dia-
manatkan kepada FKUI, FK
UNS, dan FK Unand.
"Sekarang sedang da-
lam tahap pre de-
sain," ujarnya. Prof
Acang menggambarkan
nantinya desain harus
mampu mengakomodasi kebutuhan
baik untuk pendidikan maupun peneliti-
an disamping untuk pelayanan.
Prof. Acang mengatakan ia tidak kua-
sa menolak ketika diminta oleh Rektor
Unand untuk menjalankan amanat seba-
gai Manager PIU dalam membangun uni-
versity hospital untuk mengembangkan
pendidikan dan penelitian di Unand. Pa-
dahal saat itu, Prof Acang sudah hampir
memasuki usia pensiun. Menurutnya,
untuk urusan pendidikan, ia akan selalu
menyediakan waktu dan tenaganya.
Motivasi untuk mengembangkan
pendidikan pula yang mendorongnya
memasuki departemen penyakit dalam
ketika ia lulus dari Unand tahun 1973.
Saat itu, Unand masih sangat kekuran-
gan staf pengajar dan bidang ilmu
penyakit dalam menarik minatnya.
"Begitu lulus, saya langsung mengikuti
pendidikan," ujarnya. Selama 8 tahun
ia menjalani pendidikan penyakit dalam
tidak hanya di Padang, melainkan juga
di Jakarta. "Saya menjalani pendidikan
di sub-bagian jantung, metabolik-
endokrin dan ginjal di FKUI," katanya.
Usai menyelesaikan pendidikan pe-
nyakit dalam, Prof Acang menjalani
pendidikan di bidang penyakit tropik
infeksi. Namun bidang hematologi saat
ituurgentmembutuhkan staf, sehinggaProf. Dr. Nuzirwan Acang SpPD, K-HOM, FINASIM bersama keluarga
usai mendapatkan diploma di bidang
penyakit tropik dan infeksi di Bangkok,
Thailand pada tahun 1979, Prof. Acang
mendalami bidang hematologi.
Untuk lebih menyelami ilmunya, Prof
Acang mengambil pendidikan kemotera-
pi di Paris Perancis pada 1995 dan Vie-
na Austria pada 2005.
Disiplin Sejak BeliaProf. Acang mengenang, sosok yang
mendorongnya untuk memasuki dunia
medis adalah ibunda. Sang ibu, adalah
seorang bidan di jaman pendudukan
Belanda. Prof . Acang yang merupakan
anak kedua dari sembilan bersaudara
diminta ibunya untuk menjadi dokter,
karena anak pertama lebih tertarik
menekuni teknik.
Dari ibunya pula, pendidikan disiplin
itu ditanamkan dalam keluarga Prof.
Acang. "Mungkin karena ibu saya hasil
didikan Belanda, maka ia mendidik ka-
mi dengan cara Belanda juga," ujarnya.
Sejak bangun tidur pagi hari, setiap
anak harus mengerjakan kewajiban un-
Ta k heran jika jiw a seni beg itu leka t pa da
puteranya . Pro f . Acang sew aktu muda ,
a da la h seorang pemusik. Ia di Kot a
Bukitt ingg i Suma tera Ba rat b a hkan mem iliki
grup musik yang kerap diundang saa t a da
haja ta n di kampung.
Prof. Dr. Nuzirwan Acang SpPD, K-HOM, FINASIM
Antara Medis, Musik, danAdat MinangAntara Medis,
Musik, danAdat Minang
Prof. Dr. Nuzirwan Acang, SpPD, K-HOM, FINASIM
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 11/20
PROF IL
tuk sekolah maupun pekerjaan rumah.
Sang ayah pun tak kalah keras dalam
mendidik anak yang menekankan agar
bekerja giat, berbuat yang terbaik bukan
semata hanya mengharapkan sesuatu.
Meski keluarganya tidak kekurangan da-
lam sisi materi, sang ayah tidak mento-
lerir jika anaknya hidup berleha-leha.
Prof . Acang menjalankan apa yangditanamkan kedua orang tuanya. Tak
heran jika Prof. Acang dipercaya untuk
menduduki berbagai jabatan. Namun ia
menekankan, ia tidak pernah mengha-
rapkan suatu kedudukan. Bahkan keti-
ka ia diminta untuk menjadi Wakil Di-
rektur Administrasi dan Keuangan RS
Dr. M. Djamil Padang pada 1999, ia
sempat menolak. Namun karena direk-
tur periode sebelumnya juga turut me-
minta Prof. Acang membantu, ia pun
tak kuasa menolak.
Disiplin dan kerja keras pula yang ia
terapkan pada kedua anaknya, Ikhsan
Perdana, Bc. Hon. Music Engineer dan
Fikrian Hadi, S.T. Tidak seperti dirinyayang diminta untuk menekuni dunia
medis, Prof. Acang membebaskan put-
eranya untuk memilih bidang yang
disukai. Dan, tak satupun yang terjun
di dunia medis.
Putera kedua Prof Acang telah lulus
dari ITB. Dan yang unik, putera perta-
ma justru memilih melanjutkan sekolah
musik di Malaysia dan kini menjadi
komposer musik di Kuala Lumpur.
Meski awalnya kaget karena putera
pertamanya menggeluti hobi bermusik-
nya, Prof. Acang dan istri tidak mampu
berbuat apa-apa. Sampai suatu ketika,
ia dan istri diundang ke Malaysia untuk
menonton pertunjukan anaknya. Ter-nyata, istrinya sedemikian terpukau
mendengar hasil karya anaknya. Usai
pertunjukan, istrinya menangis sambil
berkata, "Mama rela Pa, mama seka-
rang rela ia memilih musik."
Sebenarnya, tak heran jika jiwa seni
begitu lekat pada puteranya. Prof.
Acang sewaktu muda, adalah seorang
pemusik. Ia di Sumatera Barat bahkan
memiliki grup musik yang kerap diun-
dang saat ada hajatan di kampung.
Perhatiannya di luar dunia medis, ki-
ni tercurahkan pada kampung hala-
mannya Koto Gadang. Sekitar 8 tahun
lalu, Prof. Acang diangkat sebagai "Da-
tuk", tetua di antara kerabat di kam-
pungnya. Selain bertanggung jawab pa-
da masalah kemasyarakatan sukunya,ia juga harus menjaga adat istiadat
kampungnya. Dan soal adat istiadat ini
menjadi titik perhatiannya.
Bicara soal adat, Prof. Acang mengi-
sahkan, salah satu upaya agar adat is-
tiadat tetap lestari adalah dengan perni-
kahan yang kedua mempelai berasal
dari daerah yang sama. "Ketika seseo-
rang menikah dengan orang lain daerah,
kecil kemungkinan ia akan selalu kem-
bali ke kampung halaman, termasuk un-
tuk melestarikan pusaka adat," ujarnya.
Meski demikian, ia tak akan me-
maksakan adat Siti Nurbaya pada ke-
dua puteranya yang belum menikah.
"Sekarang sudah bukan jamannya,"
ujarnya. Tapi, perkawinan orang tua pa-
da jaman dahulu, meski dijodohkan,banyak yang masih langgeng. "Mungkin
karena kami tidak banyak menuntut
apa-apa dan saling menerima pasang-
an kami," ujar Prof. Acang. "Istri saya
misalnya, menerima saya dengan kesi-
bukan saya, dan saya sepenuh hati
menjaga kepercayaan yang diberikan
oleh istri saya."
Prof Acang kini tengah membuat
buku mengenai adat istiadat Kotoga-
dang termasuk tata cara menjalankan
adat, seperti menyelenggarakan perni-
kahan atau upacara kematian. Prof
Acang memiliki tim untuk mengumpul-
kan data dan riset. Ia sendiri lebih ber-
peran sebagai editor. "Sejauh ini sudah
rampung 2 buku," ujarnya. Buku terse-
but akan diwariskan kepada generasiselanjutnya. "Malu saya jika sampai
mereka tidak paham (adat istiadat),"
ujar Prof Acang.
Bagi Prof Acang semua yang dila-
kukannya kini lebih merupakan amal
ibadah sebagai bekal kehidupan selan-
jutnya. "Semuanya Lillahi Ta'ala," ujar
Prof Acang. Dan ia tampak menikmati
waktu dan kesibukannya. (HI)
11Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
PAPDI Store menyediakan pernak-pernikdengan berlogokan PAPDI.Merchandise
ini untuk mensosialisasikan logo PAPDIsebagai suatu merek yang telah dipaten-kan,di kalangan sejawat, terutama inter-nis.Dengan begitusemoga PAPDI lebihdekat lagi di hatianggotanya.
Untuk pemesanan
Hubungi (021) 2300818
PAPDIMerchandise
Workshop: Penatalaksanaan Nyeri Kanker
No. Cabang Tanggal1 Sumatera Utara 10 Maret2 Makassar Tbc3 Pekanbaru Tbc4 Denpasar Tbc5 Palembang 17 Maret6 Padang 24 Maret7 Jakarta Raya 31 Maret8 Semarang 7 April9 Jawa Barat 14 April10 Surabaya 21 April11 Malang 19 Mei12 Solo 15 Sept.13 Banten 29 Sept.14 Bekasi 13 Oktober15 Pontianak 20 Oktober
Workshop: Comprehensive Management of
Lipid Disorders And Hypertension in Daily Practice
No Cabang Tanggal
1 Jakarta 10 Maret2 Medan 14 April3 Bandung 5 Mei4 Solo 9 Juni5 Palu 16 Juni6 Banjarmasin 7 Juli7 Bandarlampung 15 Sept8 Pekanbaru 6 Okt
Workshop: Nutrisi
No. Cabang Tanggal1 Bogor 31 Maret – 1 April2 Sumatera Barat 26 – 27 Mei3 Kupang 20 – 21 Oktober
Workshop: Update on Rheumatology 2012
No Cabang Tanggal
1 Surabaya 5 Mei2 Denpasar 14 April3 Makasar 17 Maret4 Palembang 9 Juni5 Pekanbaru 14 Juli
Workshop: Controling All Key BP Parameters: The Next Big Target in Hypertension
No Cabang Tanggal
1 Jakarta 3 Maret
2 Surabaya 18 Maret3 Medan 28 April4 Bali 9 Juni5 Pontianak 19 Mei
Workshop: Comprehensive Management ofNausea-Vomiting & Acid Related Diseases
No Cabang Tanggal
1 Surabaya 21 April2 Sumatera Utara 5 Mei3 Yogyakarta 2 Juni
*Jadwal dapat berubah bila diperlukan
AGENDA KEGIATAN ROADSHOW PAPDI TAHUN 2012*
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 12/20
karena kasus-kasus
emergensi di rumah
sakit yang merupa-
kan kompetensi pe-
nyakit dalam besar
sekali. EIMED ini se-
moga bisa dilaku-
kan di daerah-daerah, sehingga internis
di daerah dapat meningkatkan kemam-
puannya di bidang ini. EIMED yang per-
tama di dunia.
Dr. R. Bowo Pramono, SpPD,K-EMD, dari PAPDI Cabang
Yogyakarta
EIMED mempermu-
dah memahami
emergensi penyakit
dalam. Modul-mo-
dul EIMED dapat
diterapkan di pusat-
Setelah sukses meluncurkan buku
EIMED (Emergency in Internal Me-
dicine) PAPDI, PB PAPDI melanjut-
kan program kegawatdaruratan pe-
nyakit dalam ini dengan mengadakan
workshop “Pelatihan Narasumber EI-
MED PAPDI” pada 17-19 Februari 2012
di Hotel Harris, J akarta. Pelatihan ini di-
ikuti oleh para tutor dari seluruh cabang
PAPDI di Indonesia. “Pada acara ini se-
ngaja kita memilih sejawat dari tiap-tiap
cabang yang ada, agar nantinya bisa
membantu workshop ke daerah-dae-
rah,” ujar Koordinator EIMED Dr. Bam-
bang Setyohadi, SpPD, K-R.
Program ini, lanjut Dr. Bambang,
akan dilanjutkan dengan penerbitan bu-
ku jilid dua dan tiga yang disertai de-
ngan pelatihan EIMED bagi internis dan
dokter umum. “EIMED menjadi standar
kegawatdarurutan ilmu penyakit dalam.
Kelebihan EIMED materinya telah dise-
suaikan dengan kondisi dan kasus-ka-
sus yang sering terjadi di Indonesia,” ka-
tanya
Dr. Haerani Rasyid, SpPD, K-GH, FINASIM, dari PAPDI Ca-bang Makassar, Sulawesi Selatan
EIMED ini penting
sekali karena ka-
sus-kasus emer-
gensi penyakit da-
lam cukup besar,
sekitar 40 persen.
Seorang internis ha-
rus meningkatkan kompetensi ini, se-
hingga kasus-kasus emergensi penyakit
dalam dapat ditangani oleh internis, bu-
kan bidang lain bukan kompetensinya.
Workshop seperti ini bermafaat sekali
sebaiknya dapat dilakukan berkala, mi-
nimal 2 kali setahun.
Dr. Samuel MaripadangBaso, SpPD, FINASIM, dariPAPDI Cabang Tanah Papua
Kegawatdarurutan penyakit dalam su-
dah lama dipikirkan. Baru periode Dr. Aru
bisa berjalan. Ini merupakan hal penting
D O K .
H I
12 Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
pusat pendidikan karena materinya cu-
kup up to date dan dibuat oleh ahlinya.
EIMED dapat setara dengan ACLS, jadi
dokter umum dapat mengambil work-
shop ini.
Dr. C. Singgih Wahono, SpPDdari PAPDI Cabang Malang
EIMED dapat men-
jawab kebutuhan
kami dalam mena-
ngani kasus-kasus
emergensi penyakit
dalam yang cukup
dominan di rumah
sakit. Program ini
mesti dibuat standarnya dan dilakukan
terjadwal terutama ke daerah-daerah.
Seorang internis harus memiliki skill ini,
ia harus bisa dan lebih bisa menangani
pasien-pasien emergensi. (HI)
KABAR PAPDI
Ilmu kedokteran merupakan perpadu-
an ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan sosial. Keputusan me-
dis yang didasari ilmu kedokteran
berimplikasi terhadap kehidupan pa-
sien. Keputusan medis ditetapkan se-
cara profesional dengan memperhati-
kan kondisi pasien. Bahkan dokter di-
tuntut dapat mengambil tindakan me-
dis dikala kondisi emergensi. Tentu ini
bukan perkara mudah, mengambil ke-
putusan yang tepat di tengah waktu
yang sempit. Salah-salah nyawa pasien
taruhannya.
Namun seorang internis tak bisa le-
pas dari pasien gawat darurat. Berkait-
an hal tersebut, PB PAPDI mengakomo-
dasi kebutuhan internis dengan mener-
bitkan buku Emergency in Internal Me- dicine (EIMED) PAPDI sebagai upaya
untuk meningkatkan kompetensi ang-
gotanya dalam menangani kasus-ka-
sus kegawatdaruratan penyakit dalam.
“Kami (PAPDI) berharap internis dapat
lebih baik memberikan pelayanan
emergensi dan tidak menolak pasien
emergensi,” kata Dr. Bambang Setyo-
hadi, SpPD, K-R, FINASIM, salah satu
editor EIMED PAPDI.
Buku Emergency in Internal Medicine
(EIMED) PAPDI bukan sekadar mem-
perkaya khazanah literatur kedokteran
di Indonesia, namun juga menjawab
kebutuhan para dokter, terutama in-
ternis dalam menghadapi kasus-kasus
kegawatdaruratan medik. Berbeda den-
gan referensi kegawatdaruratan lain,
EIMED PAPDI adalah buah karya 50
pakar-pakar ahli penyakit dalam di In-
donesia. Kasus-kasus kegawatdarurat-
an penyakit dalam, termasuk kardiologi
dan paru, dibahas secara paripurna.
Lebih menarik lagi, buku ini bukan saja
membekali internis ketika menerima
pasien emergensi di rumah sakit, tapi juga memberi penjelasan basic life sup-
port seperti resustasi jantung dan paru
agar mampu menghadapi kasus emer-
gensi di prehospital , termasuk pada
kegawatdaruratan saat bencana alam.
Buku terbitan Interna Publishing ini
disuguhkan secara sistematis dan mu-
dah dipahami. Dengan begitu, diharap-
kan dapat membantu internis meng-
ingat kembali materi-materi kegawatda-
ruratan yang pernah diperoleh saat
menjadi residen. EIMED PAPDI ini diba-
gi menjadi tiga jilid. Pada jilid pertama,
mengenai EIMED dasar dan kegawat-
daruratan penyakit dalam ditinjau dari
gejala-gejala yang dirasakan pasien pa-
da waktu datang ke unit gawat darurat.
Jilid kedua mengenai kegawatdarurat-
an ditinjau dari pendekatan penyakit,
dan jilid ketiga membahas prosedurdan tindakan dalam kegawatdaruratan
penyakit dalam.
Serupa dengan ACLS atau ATLS, ta-
pi EIMED dirancang sebagai panduan
untuk mempelajari kegawatdaruratan
penyakit dalam. Layaknya suatu buku,
EIMED PAPDI mengacu pada standar
prosedur emergensi
nan ideal, namun aplikasinya dapat dit-
erapkan untuk kondisi di Indonesia.
Untuk lebih memahami penerapan
kegawatdaruratan, PB PAPDI menga-
dakan kursus kegawatdaruratan sela-
ma tiga hari. Kursus ini terdiri dari
empat modul yang akan mengulas
berbagai kasus kegawatdaruratan yang
kompleks bersama para pakar dibidan-
gnya. “Kita akan mendiskusikan kasus-
kasus yang rumit. Dan kita akan mem-buka wawasan internis bagaimana
menangani kegawatdaruratan pada
prehospital. Bukan hal yang tidak
mungkin internis turun dalam prehos-
pital atau bencana,” ujar Dr. Bambang.
Berkaitan dengan pelatihan EIMED,
Dr. Bambang mengatakan PAPDI semen-
tara akan menyelenggarakan Training of
Tranee (TOT) EIMED, pada 17-19 Fe-
bruari 2012.Buku EIMED jilid pertama
sudah terbit Oktober 2011 lalu. J ilid per-
tama terdiri dari 50 bab yang ditulis oleh
50 pakar. Sementara jilid kedua dan
ketiga masih dalam proses penulisan.
Seiring dengan perkembangan ilmu ke-
dokteran, PAPDI akan selalu memperba-harui isinya. Dan PAPDI terbuka atas sa-
ran atau kritik untuk kesempurnaan bu-
ku ini. Dengan begitu, diharapkan inter-
nis memiliki kompetensi yang lebih baik
dalam menangani kasus-kasus emer-
gensi yang mengancam keselamatan
jiwa pasien di negeri ini. (HI)
Seoran g internis dituntut ma mpu berlomb adeng an w aktu dalam menentukan keputusanmedis bagi pasien emergensi. Menghasilkankeputusan tepa t d an cepa t d i t enga h w aktuyang ketat merupakan perkara sulit . PB PAPDImenjaw ab nya denga n menerbi tkan bukuEIMED da n pela t ihan kega w at da rurata n .
Buku Emergency in Internal Medicine (EIMED) PAPDI:
Bangkitkan Sen se Of Em ergen cy In t e rn i s
Dr. Bambang Setyohadi, SpPD, K-R, FINASIM, salah
seorang editor EIMED PAPDI
TOT EIMED PAPDI:
Mengasah Kompetensi Emergensi
Penyakit DalamSuasana workshop “ Pelatihan Narasumber EIMED PAPDI”.
F O T O - F O T O : D O K .
H I
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 13/20
13Halo Internis Edisi 20 Maret 2012KABAR PAPDI
KKasus hepatitis A yang merebak di
beberapa daerah membuat resah
masyarakat. Pada waktu bersama-
an beberapa daerah di Jawa Barat
seperti Bandung, Depok, Tasikmalaya,
dan Bogor telah ditetapkan sebagai Ke-
jadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A.
Kondisi ini menjadi perhatian PB
PAPDI. Untuk itu, PB PAPDI bersama
Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia
(PPHI) berbagi informasi dalam Konfe-
rensi Pers seputar Hepatitis A, di Kan-
tor PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera,
Cikini. Hadir sebagai narasumber Ke-
tua Umum PPHI DR. Dr. Rino A. Gani,
SpPD, K-GEH, FINASIM yang didampin-
gi Wakil Sekretaris J enderal PB PAPDI
Dr. Sally A. Nasution, SpPD,K-KV,
FINASIM selaku moderator.
Menurut Dr. Rino, gejala klinis infek-
si virus hepatitis A sangat bervariasi,
mulai dari tanpa gejala hingga ganggu-
an fungsi hati, namun umumnya tidak
berat. Kebanyakan 80 persen pasien
yang terinfeksi hepatitis tidak meng-
alami suatu gejala, sehingga pasien ti-
dak sadar kalau dirinya sudah terinfek-
si virus. Hanya sekitar 20 persen saja
yang menunjukkan gejala.
Ia menambahkan, setelah melewati
masa inkubasi selama 15-49 hari,
barulah pasien dapat merasakan geja-
la seperti misalnya, lemas, mual, mun-
tah, demam, dan kadang diare. "Hepa-
titis A termasuk jenis yang akut (ber-
langsung kurang dari 6 bulan). Sedang-
kan hepatitis B dan C biasanya hepati-
tis kronik (lebih dari 6 bulan)," katanya.
Untuk pengobatan infeksi virus he-
patitis A dapat dilakukan secara supor-
tif. Karena menurut Dr. Rino, tidak ada
obat untuk membunuh virus tersebut
secara langsung dan memang tidak
diperlukan obat-obatan. Pasalnya, virus
tersebut akan hilang dengan sendirinya
dalam darah. "Pengobatan suportif
yang dimaksud misalnya, kalau pasien
muntah harus diberikan obat untuk me-
ngurangi muntahnya. Atau jika pasien
kekurangan cairan, dapat diberikan
cairan infus untuk mengatasi kekurang-
an cairan tersebut," jelasnya.
Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN)PAPDI adalah kegiatan ilmiah Pe-
ngurus Besar Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indone-
sia yang diselenggarakan setiap tahun
dengan mengulas perkembangan terba-
ru mengenai diagnosis dan tata laksana
seputar penyakit dalam. Pada 2011 la-
lu, PB PAPDI bekerjasama dengan PAPDI
Cabang Makassar menggelar PIN IX di
Hotel Clarion, Makassar, Sulawesi Sela-
tan, 14-16 Oktober 2011 lalu. Kegiatan
ilmiah ini mengedepankan tema “Up-
date in Diagnostic Procedures and
Treatment in Internal Medicine”.
Ketua Panitia PIN IX Prof. DR. Dr.
Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC,FESC, FAPSIC mengatakan kegiatan PIN
ini bertujuan membantu internis di selu-
ruh Indonesia untuk meningkatkan ke-
trampilan dan meng-update ilmu penge-
tahuan khususnya di bidang Ilmu Penya-
kit Dalam. Dengan begitu, diharapkan
para internis mampu memperoleh pe-
ngetahuan dan ketrampilan tambahan
dalam rangka peningkatan pelayanan
secara holistik kepada pasien.
PIN IX dibuka langsung oleh Ketua
Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo,
SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Selanjut-
nya, acara diisi dalam bentuk simpo-
sium, temu ahli dan lokakarya dengan
pembicara yang kompeten. “Dalam pe-
laksanaan PIN, PIN di Makassar meru-
pakan PIN dengan jumlah peserta terba-
nyak,” kata Dr. AruMeningkatnya jumlah peserta PIN di-
akui Ketua PAPDI Cabang Makassar,
Prof. DR. Dr. Syamsu, SpPD, K-AI, FINA-
SIM. Menurut Prof. Syamsu yang men-
jadi daya tarik dari setiap kegiatan PIN
adalah materi yang disuguhkan panitia.
Begitu pula dengan kemasan acara yang
apik, sangat memungkinkan peserta un-
tuk dapat menjalin interaksi dengan pa-
ra pembicara. “Tema-tema yang disu-
guhkan sesuai dengan kebutuhan seja-
wat ketika berpraktik, terutama bagi se-
jawat yang ada di daerah. Selain itu, PIN
Makassar menjadi kesempatan bagi
dokter-dokter di wilayah Timur untuk sal-
ing bersilaturahmi,” ujar Prof. Syamsu.
Pada kegiatan PIN ini materi di bi-
dang ilmu penyakit dalam di bahas se-
cara holistik. Salah satu perserta dari
Kepulauan Riau, Dr. Rayendra, SpPD,
FINASIM mengatakan yang menarik per-
hatiannya mengikuti PIN ini karena
tema-tema yang dihadirkan cukup luas
dan menyeluruh. Ini yang membedakan
dengan kegiatan ilmiah dari subspe-
sialis tertentu.”PIN menjadi agenda
wajib tahunan. Karena tema-temanya
bersifat holistik. Dengan ini seorang in-
ternis dapat selalu meng-update ke-
mampuan yang diperlukan dalam men-
jalankan profesinya,” ujar internis yang
berpraktik di RSUD Dr. Arifin Ahmad
Riau ini.
Lebih jauh, Dr. Rayendra yang juga
Ketua PAPDI Cabang Riau ini mengakui
mendapat manfaat yang besar meng-
ikuti PIN. Menurutnya tema-tema PIN
dapat diaplikasikan ketika praktik. De-
ngan begitu ia dapat meningkatkan kua-
litas pelayanan kesehatan kepada ma-
syarakat.
Tema yang menarik membuat acara
yang berlangsung tiga hari ini setiap se-
sinya selalu dipadati peserta. Beberapa
tema workshop yang menarik perhatian
peserta diantaranya: resusitasi jantungparu (RJP), strategi pemakaian obat anti
hipertensi pada hipertensi emergensi,
penanganan DHF berat, terapi insulin,
pemasangan akses vena & permasala-
hannya, terapi non operatif pada hemo-
roid, penatalaksanaan perioperative pa-
sien penyakit dalam, endoskopi saluran
cerna: teknik dan interpretasinya dan
lain-lain.
Pada PIN IX ini juga dikenalkan pro-
gram baru PB PAPDI yaitu Emergency in
Internal Medicine (EIMED) PAPDI. Pro-
gram ini diawali dengan meluncurkan
buku panduan EIMED PAPDI. Menurut
Koodinator EIMED PAPDI, Dr. Bambang
Setiyohadi, SpPD, K-R, FINASIM buku iniberisi kasus-kasus kegawatdaruratan
dalam Ilmu Penyakit Dalam. Buku ini ter-
diri dari tiga jilid, dan selanjutkan akan
diadakan workshop kegawatdaruratan
penyakit dalam bagi internis. Selain un-
tuk internis, PB PAPDI juga merancang
program EIMED untuk dokter umum.
Di samping memperoleh ilmu dan
keahlian yang memang dibutuhkan da-
lam praktik, Kota Makassar menawar-
kan beberapa tempat wisata alam nan
indah. Tak ayal, sebagian peserta me-
manfaatkan kesempatan ini dengan
berwisata di kota Angin Mamiri. “Suatu
kehormatan bagi PAPDI Cabang Ma-
kassar dapat mengadakan PIN ini. Te-
rimakasih kepada para sejawat turut
mensukseskan kegiatan ini sembari me-
nikmati wisata di Makassar,” ujar Ketua
PAPDI Cabang Makassar ini. (HI)
PB PAPDI bersama PPHI menggelar Konferensi Pers tent ang Hepatit is A di Kantor PB PAPDI, Gedung ICBBumiput era, Cikini, Jakar ta. Hadir sebagai narasumber Ketua Umum PPHI DR. Dr. Rino A.Gani, SpPD, K-GEH,
FINASIM dan sebagai moderator Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM.
PAPDI PeduliKLB Hepatitis A
PIN IX Makassar:
Meng-update Ilmu
di Kota Angin Mamiri
PIN men yugu hkan
tema-tema menarikyang diula s secara ho -listik. Bag i pa ra seja-w a t te ru tama se jaw a tdi daerah, tema inimenjad i daya ta r iksehingg a da pat d i-aplikasikan di kamarpraktik.
Ketua Panitia PIN IX Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC memberi sambutanpada pembukaan PIN IX di Makassar.
Suasana salah satu sessi ilmiah pada PIN IX M akassar. Tampak Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R,FINASIM sebagai pembicara.
Salah satu work shop pada PIN IX Makassar, Dr. Dono Antono, SpPD,K-KV, FINASIM sebagai narasumber.
D O K .
H I
D O K .
H I
D O K .
H I
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 14/20
14
International Sepsis Forum (ISF), 27 – 28 Oktober
2011 lalu, di Beijing merupakan kegiatan tahunanpakar sepsis dunia, untuk membicarakan berbagai
perkembangan terbaru dan hasil penelitian terakhir
dalam berbagai aspek yang terkait dengan guide-
lines , imunopatogenesis, penelitian biomolekuler dan
penatalaksanaan mengenai sepsis.
Beberapa dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Tropik Infeksi Indonesia (PETRI) hadir pada
acara tersebut. Diantaranya adalah Prof. Dr. Iskandar
Zulkarnain, SpPD, K-PTI, Prof. Dr. Djoko Widodo, DTM &
H, SpPD, K-PTI, Prof. Dr. Herdiman Pohan, SpPD, K-PTI,
Dr. Budi Riyanto, SpPD, K-PTI, DR. Dr. Suhendro, SpPD,
K-PTI, Dr. Samsirun Halim, SpPD, K-PTI,Dr. Soroy Lardo,
SpPD dan Dr. Hambali.
Pada forum itu, PETRI, setelah melalui suatu seleksi
yang ketat, mendapat kesempatan mempresentasikan
tiga poster penelitian dan satu laporan kasus. Keempattulisan tersebut dimuat dalam Critical Care 2011, 15
(Suppl 3). Ketiga judul penelitian diantaranya Lactate
Clearance as simple bedside instrument to predict
short term mortality of severe septic patients ( W Ham-
bali, K Chen, D Widodo, E Dewiasty, HT Pohan, S Su-
warto),Effect of low dose steroid on NF-kB and caspace-
3 intestinal expression in a sepsis mouse model. (HA
Guntur, HP Diding, HT Pohan, D Widodo). Low – dose
corticosteroid effect clinical improvement sepsis
patients with APACHE II score (S Devi, AG Hermawan).
Satu Laporan Kasus dari RSPAD Gatot Soebroto dengan
judul Pulmonary Embolism in Sepsis Patient Following
Appendectomy Surgery (S Lardo, A Arianne, K Chen).
Dalam kegiatan tersebut yang mendapatkan The
2011 Stephen F Lowry Young Investigator Award So-
phie Mwinsa Chimese dari Department Of Internal Me-dicine, University Of Zambia, Lusaka Zambia dengan
judul Clinical characteristic, management, and out-
comes of sepsis in Lusaka, Zambia. Penelitian ini mu-
dah-mudahan memicu PETRI untuk melakukan pene-
litian karakteristik dan manajemen sepsis di Indonesia.
Kegiatan Ilmiah
Pada forus tersebut ada tiga sesi, yaitu plenary ses-
sion, palarel session danclinical trials. Dalam plenary
session dibahas tentang definisi dan paradigma baru
Sepsis. Kriteria Sepsis yang dicetuskan oleh Riger
Bone dengan Bone Criteria perlu penegasan kembalidengan paradigma terbaru dimana sepsis terdiri dari
dua kriteria, yaitu sepsis dan syok sepsis.
Pada sesi lain juga dibahas aspek biomolekuler dan
imunologi sepsis. Topik The epithelium in sepsis mem-
bahas bahwa suatu kejadian MODS terkait dengan
berbagai pathway yang menyebabkan disregulasi sis-
tem imun berelaborasi dengan sitokin, oksidan, enzim
yang merusak jaringan dan mediator proinflamasi lain-
nya. Walaupun sampai saat ini proses biokimia dan
basis biologi yang mendasari belum dipahami terkait
dengan histopatologi MODS. Namun yang diyakini saat
ini MODS disebabkan oleh disfungsi sel parenkim pada
multipel organ yang disebabkan memburuknya sistem
kontrol respon inflamasi. Terdapat harapan bahwa de-
rangements formasi dan fungsi struktur khusus pada
sel epitel TJs (tight junctions ) mungkin merupakan fak-tor utama terhadap disfungsi pada paru, hati, sistem
saluran cerna dan ginjal yang dikaitkan dengan sepsis
yang disebabkan disregulasi proses inflamasi.
Beberapa Clinical Trial
Dalam sessi yang lain, dipresentasikan beberapa cli-
nical trial yang sedang berjalan dan direncanakan de-
ngan skala besar. Diantaranya penelitian ACCES – Erito-
rian, TLR4 antagonist pada sepsis berat sebagai anta-
gonis yang berfungs sebagai inhibitor kompetitif terha-
dap endotoksin pada level kompleks MD2TLR4, yang
sudah fase III dengan target
TLR pada inflamasi sistemik.Penelitian lain adalah
PROWESS Shock: activated
protein C in septic shock
sebagai studi penting, walau-
pun belum merupakan obat
yang menjanjikan namun te-
tap dalam tataran riset.
Selain itu ada penelitian
tentang EGDT melalui Pro-
CeSS, ARISE and ProMISE
untuk memfasilitasi standar-
isasi EGDT dalam optimal-
isasi tim sepsis dalam pena-
talaksanaan sepsis. Clinical
Trial yang akan dilaksanakan
ke depan adalah A large trial of corticosteroid treat- ment of septic shock – The Escape Study. Penelitian ini
bertitik tolak terhadap ‘jatuh bangunnya’ pemberian
steroid. Dalam The Surviving Sepsis Campaign 2008
penggunaan dosis rendah kortikosteroid masuk low
grade recommendation. Berdasarkan kontroversi terse-
but, akan dilakukan suatu studi multisenter dengan
jumlah kasus yang besar yaitu ESCAPE study melalui
ANZICS clinical trials group .
Sepsis Sebagai TantanganAhli Penyakit Dalam
Bagaimanapun dengan meningkatnya kasus infeksi
dengan berbagai komorbid penyakit, baik di daerah
maupun di pusat rujukan, kasus sepsis hendaknyamenjadi perhatian penting bagi setiap ahli penyakit
dalam, terutama dalam pemahaman EGDT berdasar-
kan Sepsis Campaign. Hal utama yang perlu menjadi
perhatian adalah upaya dan usaha bersama untuk se-
nantiasa belajar dan berusaha meningkatkan kompe-
tensi dalam penatalaksanaan sepsis dengan berusaha
‘berguru’ pada pakarnya serta selalu sharing dari
berbagai kasus sepsis yang dihadapi. Dengan demi-
kian, melalui kolaborasi sebagai tim sepsis, kesung-
guhan, keikhlasan dan jangan lupa “bekerjasama” de-
ngan keluarga pasien menjadi hal penting dalam keber-
hasilan penatalaksanaan sepsis. (HI)
Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
Rombongan Petri Indonesia dari kiri: DR. Dr. Suhendro, SpPD, K-PTI; Dr. Samsirun Halim, SpPD; Prof. Dr. DjokoWidodo, SpPD, K-PTI; Prof. Dr. Herdiman Pohan, SpPD, K-PTI; Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain, SpPD, K-PTI;
Dr. Budi Riyanto, SpPD, K-PTI; Dr. Soroy Lardo, SpPD dan Dr. Hambali.
I N F O M E D I S
INTERNATIONAL SEPSIS FORUM 2011, Bei jing, China:
An Up Dat e on Sep sis
Bertepatan Hari AIDS Sedunia, PB PAPDI menggelar
Konferensi Pers mengenai “Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran (PNPK) HIV/AIDS”, di Mu-
nik Restoran, Matraman, Jakarta pada 1 Desember
2011 lalu. Memerangi penyakit HIV/ AIDS merupakan
salah satu dari delapan target pembangunan untuk
pencapaian Millenium Development Goals (MDGs).
Hingga kini, berbagai upaya menekan prevalensi
HIV/AIDS telah dilakukan tetapi belum optimal. Pada
kenyataan terdapat empat masalah utama dalam
pemberantasan penyakit ini di Indonesia yaitu deteksi
dini infeksi HIV, ketersediaan obat yang terbatas di
Masyarakat, kemampuan petugas kesehatan yang be-
lum optimal dalam penanganan kasus-kasus HIV, baik
dalam aspek preventif, promotif, kuratif, dan rehabili-
tasi serta keterbatasan sarana dan prasarana.
Untuk itu, PB PAPDI terpanggil me+nyusun PNPK
HIV/AIDS sebagai panduan bagi para petugas kese-
hatan dalam menangani kasus-kasus HIV/AIDS. PNPK
HIV/AIDS dibuat oleh tim yang berasal dari multidisiplin
baik dari profesi kesehatan maupun institusi pendidik-
an kedokteran. Selanjutnya, PNPK akan disahkan oleh
Kementerian Kesehatan dan menjadi asupan bagi selu-
ruh petugas kesehatan terutama yang bekerja di rumah
sakit dalam menangani pasien HIV/AIDS. "Keberadaan
buku pedoman ini sangat penting bagi para medis di
rumah sakit hingga klinik, karena dapat dipakai pe-
gangan dalam mengobati penderita HIV/AIDS," ungkap
Ketua Umum PB PAPDI DR. dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-
HOM, FINASIM, FACP.
Koordinator Tim PNPK, DR. Dr. Ari Fahrial Syam,
SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP menjelaskan
panduan ini berisi tentang strategi: pencegahan HIV,
diagnosis HIV, pencegahan dan tatalaksana infeksi
oportunistik, obat anti retroviral (ARV) dan pence-
gahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Buku ini juga
menyampaikan 72 rekomendasi untuk penanganan
kasus HIV/ AIDS di Indonesia.”Kemampuan petugas
kesehatan yang belum optimal dalam menangani ka-
sus HIV/AIDS menjadi salah satu kendala pemberan-
tasan penyakit ini. Pedoman ini bisa menjadi panduan
bagi petugas kesehatan,” ujar Dr. Ari yang juga koor-
dinator bidang advokasi PB PAPDI.
Terapi antiretroviral dapat menurun-
kan risiko penularan. Hal tersebut didu-
kung oleh suatu peer-reviewed study
yang mendapatkan bahwa pemberian
terapi ARV kepada orang dengan
HIV/ AIDS (ODHA) dapat menurunkan
penyebaran virus Human Immunodeffi-
ciency Virus (HIV) hingga 92%. Untuk
itu, Prof.Dr. Zubairi Djoerban, SpPD,K-
HOM, FINASIM, Tin PNPK sekaligus
penggiat HIV/ AIDS menghimbau peme-
rintah agar ketersediaan dan keleng-
kapan ARV terus diupayakan. (HI)
PNPK HIV/ AIDS:Harapan Baru dalam UpayaPenanggulangan AIDS
PB PAPDI menggelar Konferensi Pers dalam rangk a Hari AIDS Sedunia. Pada acara ters ebuthadir sebagai narasumber Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM, dan
Kooordinator PNPK DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH ,FINASIM, MMB, FACP.
KABAR PAPD I
D O
K .
H I
D O K .
H I
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 15/20
15
Pertanyaanya adalah, bagaimana dokter harus me-
lakukan komunikasi tersebut? Prinsip dari suatu komu-
nikasi dokter-pasien yang etis, adalah komunikasi dua
arah yang bersifat horizontal, sederajat, antara pasien
dan dokter. Lebih ideal lagi apabila komunikasi berjalan
timbal-balik ini, dan bisa berkembang menjadi semacam
diskusi. Disini dokter karena keilmuannya menjadi nara-
sumber, karena lebih memahami masalah medis yang
dihadapi pasien. Namun pasien adalah pemilik sah dari
tubuhnya, yang posisinya harus dihormati oleh dokter.
Siapapun tanpa izin pasien, tidak berhak melakukan tin-dakan medis pada tubuhnya .
Problemnya adalah dokter harus
memberikan informasi pada seseo-
rang yang sedang mengalami kondisi
yang tidak biasa, pasien yang sedang
berada dalam kondisi bingung, stres,
kesakitan, dan lain sebagainya,
umumnya sulit untuk menerima infor-
masi Bagaimanapun juga, dokter ha-
rus bisa memberikan informasi tsb,
dan pasien harus dapat memahami
materi yang diinformasikan oleh dok-
ter Harus diingat tujuan dari lang kah
pertama ini, adalah agar pasien memahami informasi
yang diberikan dokter, Atau dengan kata lain, dokter ha-
rus mampu membuat pasien menjadi informed
Kedua, hal lain yang sangat penting, sehingga ha-
rus diperhatikan oleh dokter, ialah dokter harus me-
mahami bagaimana kondisi klinis pasien dan terutama
kompetensi dari pasien, pada saat dokter akan membe-
rikan informasi tersebut. J ika yang dihadapi dokter, ada-
lah pasien dewasa yang sadar dan kompeten, maka in-
formed consent harus terjadi antara dokter dan pasien-
nya. Artinya informasinya harus diberikan oleh dokter,
dan consent -nya harus diberikan oleh pasien nya sendi-
ri. Tetapi untuk pasien anak-anak, atau pasien dewasa
yang tidak kompeten secara hukum, maka hukum
mengharuskan consent diberikan oleh pihak ketiga,
yaitu: orang tua, wali, atau orang yang dikuasakan, dan
lain-lain, tentu saja setelah mereka memperoleh infor-
masi yang cukup dari dokter
Apakah yang dimaksudkan dengan pasien yang kom-
peten? Dalam llmu hukum yang dimaksudkan dengan
individu yang tidak kompeten, adalah mereka yang kare-
na sesuatu hal, dianggap tidak mampu bertindak seba-
gai subyek hukum. Tidak sah untuk bertindak mewakili
dirinya sendiri, termasuk memberikan persetujuan pada
informed consent . Adapun yang termasuk pada orang-
orang yang tidak kompeten menurut hukum, diantara-
nya adalah: mereka yang belum dewasa, penderita ke-
terbelakangan mental, tidak sadar, pikun, gila dan se-
bagainya. Pada pasien yang tidak sadar, tetapi memer-
lukan tindakan darurat untuk menyelamatkan jiwanya,
untuk sementara informed consent dapat ditinggalkan.
Tindakan penyelamatan jiwa harus didahulukan, tetapi
informed consent tetap harus dilakukan, yaitu nanti
pada saat pasien tadi telah sadar, dan mampu meneri-
ma informasi
Jadi pemahanan dokter pada kondisi klinis pasien
dan kompetensi pasien sangat penting, karena menen-
tukan kualitas dan sahnya suatu informed consent
Mengingat kondisi pasien dan kompetensinya, adalah
dua hal yang kadang-kadang sulit dipisahkan. Maka
penilaian patients condition dancompetent sebaiknya
dilakukan sekali jalan dalam satu langkah
Ketiga, selain memberikan informasi kepada pa-
sien, dokter juga harus mau memberikan penjelasan
(clarification). Minimal pasien harus tahu mengapa ha-
rus dilakukan tindakan medis itu, apa komplikasi/ risi-
ko yang akan dihadapi pasien, bila tidak dilakukan tin-
dakan medis, apakah ada alternatif tindakan medis di-
luar tindakan medis yang direncanakan, bagaimana tin-
dakan medis tadi akan dilakukan, seberapa besar pelu-
ang keberhasilannya, dan lain-lain.
Pasien/keluarganya harus mendapat informasi ten-
tang masalah masalah tersebut dengan sejelas-jelas-
nya. Bila diperlukan, pasien boleh melakukan klarifikasi
dan mencari second opinion pada dokter lain.Klarifikasi menjadi penting, karena dengan adanya
klarifikasi pasien akan memperoleh pencerahan dari
masalahnya. Artinya pasien/ keluarganya benar-benar
akan memahami alasan dokter merencanakan tindak-
an tersebut. Jadi pasien yang informed , ditambah de-
ngan klarifikasi, akan semakin meningkat pemaham-
annya, sehingga akan menjadi pasien yang tercerah-
kan (enlightened ).
Selain itu dokter juga harus melakukan klarifikasi
pada pasien. Harus dinilai apakah persepsi pasien/ -
keluarga terhadap tindakan medis yang direncanakan
oleh dokter, telah sesuai dengan persepsi yang diha-
rapkan oleh dokter. Bila ternyata belum ada kesamaan
persepsi antara dokter dan pasien, dokter jangan se-
gan mengulangi lagi langkah yang sudah dilakukan.
Tujuan dari klarifikasi agar pasien/ keluarga benar-benar telah dapat memahami: men-
gapa, untuk apa, dan bagaimana tin-
dakan medis yang direncanakan oleh
dokter tadi. Jadi untuk memperoleh
informed consent harus ada clarifica-
tion, yang dilakukan baik oleh dokter,
maupun oleh pasien.
Keempat, consent merupakan
tujuan akhir dari proses informed
consent. Karena setelah pasien/ke-
luarga telah mendapatkan klarifikasi,
diharapkan dengan pemahaman yang
telah diperoleh, pasien dapat mengambil keputusan
untuk mengabulkan, tindakan medis atau pasien
bersedia memberikan consent. Yang lebih penting lagi, adalah harus ada jaminan
bahwa consent yang diberikan oleh pasien, betul-betul
terjadi karena kesadaran dari pasien, bukan perse-
tujuan karena pasien menerima intimidasi, atau telah
direkayasa oleh dokter. Informed consent yang dire-
kayasa, sehingga ada resiko pelanggaran etik dan hu-
kum. Dokter seharusnya menghindari informed con-
sent yang demikian.
Dokter dan PasienYang Powered
Informed consent yang baik, harus dibuat melalui
suatu aktivitas Communication dokter-pasien. Dimana
dokter harus selalu mempertimbangkan patient Condi-
tion dan Competent dari pasien tersebut. Lewat pro-
ses komunikasi, pasien yang semula tidak tahu masa-
lahnya, menjadi pasien yang informed, Selanjutnya dok-
ter maupun pasien, melakukan proses Clarification .
Sehingga pasien akan makin tercerahkan alias enlight-
ened . Terakhir karena pasien sudah memahami masa-
lahnya, pasien tersebut akan menjadi powered , sehing-
ga Concent pada tindakan medis yang direncanakan
Suatu kebetulan kata kata : Communication, Condi-
tion, Competent, Clarification dan Consent , semuanya
diawali oleh huruf C Sehingga dengan mengingat ada
lima C yang harus dilakukan dalam aktivitas pembuat-
an informed consent . Atau lewat jurus lima-C menjadi-
kan pembuatannya menjadi lebih mudah.
Dengan menjadikan lima-C ini menjadi jurus andalan
dalam pembuatan informed consent , diharapkan tidak
ada dokter yang tidak menguasai pembuatannya se-
hingga nanti tidak akan ada lagi, dokter yang harus
menghadapi masalah etika atau hukum terkait dengan
informed consent . Karena dokter akan makin enlight-
ed tentang informed consent , sehingga menjadi po-
wered . Semakin percaya diri karena telah piawai, se-
hingga jauh dari pembuatan informed consent yang ti-
dak benar
Tentu saja jurus lima-C ini, masih jauh dari sempur-
na, Namun rasanya jurus ini bisa diandalkan, cukup
memadai untuk digunakan sebagai panduan praktis
dalam praktik dokter sehari hari.
Halo Internis Edisi 19 Maret 2012I N F O M E D I S
Dr.Bambang Subagyo,SpPD,FINASIM,MM
Tim Advokasi Medicolegal PAPDI Cabang Jakarta Raya, Dewan Etik dan Pembelaan Anggota PB PAPDI
Lima C Untuk MembuatIn f o rm ed Con sen t
Informed consent merupakan salah satu isu sentral
dari etika medis yang berlaku pada saat ini, karena
terkait penghormatan dokter pada otonomi pasien.
Sehingga pada saat ini dokter akan dianggap me-
langgar kode etik, apabila nekat melakukan tindakan
medis, tanpa informed consent. Bahkan dimasa seka-
rang pelanggaran etika terkait informed consent , ber-
potensi menjadi sengketa hukum karena beberapa ne-
gara telah memberlakukan pelanggaran informed con-
sent , sebagai pelanggaran hukum yang bisa dipidana.
Walaupun begitu sampai sekarang masih ada dokteryang merasa kesulitan dalam membuat informed con-
sent . Padahal ketrampilan ini, merupakan ketrampilan
dasar yang mutlak harus sudah dikuasai oleh semua
dokter pada saat ini.
Meskipun telah banyak diterbitkan buku, juga tu-
lisan dalam majalah medis, tentang informed consent ,
bahkan banyak juga penulis yang membahas dengan
panjang lebar, akan tetapi tidak banyak yang menulis
dari sisi praktisnya. Khususnya bagaimana membuat
informed consent yang praktis, tetapi memenuhi per-
syaratan etika dan hukum. Padahal resep praktis se-
perti itu, sangat diperlukan oleh para dokter
Empat Langkah, LimaAktivitas
Kita ketahui bahwa proses informed consent harus
melewati serangkaian langkah, dimulai pada saat dok-
ter memberikan informasi kepada pasien, dan diakhiri
sewaktu pasien telah memberikan consent kepada
dokter. Informasi yang diberikan dokter harus jelas, se-
hingga pasien dapat memahami maksudnya. Sedang-
kan consent yang diberikan pasien kepada dokter ,juga
harus jelas dan dapat dibuktikan keabsahannya secara
hukum.
Informed consent adalah aktivitas bersama dokter-
pasien. Minimal harus ada empat langkah dari aktivi-
tas-aktivitas yang dilakukan dokter dan pasien, pada
pembuatan suatu informed consent yang baik dan
benar, yaitu:
Pertama, informed consent harus dibuat melalui
komunikasi dokter pasien. Jadi langkah dokter paling
awal adalah menciptakan communication dengan pa-
sien. Namun disini bukan sembarang komunikasi ka-
rena ini merupakan komunikasi etis, dan komunikasi
yang harus bisa memberi pencerahan pada pasien. Di-
sebut komunikasi etis, karena tidak boleh menabrak
rambu-rambu etika, termasuk etika medis. Dan men-
jadi komunikasi yang mencerahkan, karena informasi
yang diberikan harus membuat pasien mampu mema-
hami, alasan mengapa diperlukan tindakan medis
tersebut.
Lima C untukInformed consent :• Commun icatio n
• Con di t io n
• Com pet en t
• Clar if icati on
• Con cen t
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 16/20
16
Awal tahun 2012, Prof. DR. Dr.
Idrus Alwi SpPD, KKV, FINASIM,
FACC, FESC, FAPSIC telah mele-
wati satu lagi pencapaian dalam
perjalanan hidupnya. Dalam
usia relatif muda, ia resmi dikukuhkan
sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu
Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Dalam pidato-
nya, ia memaparkan mengenai sel pun-
ca (Stem Cell ), bidang yang dapat dika-
takan masih baru namun sangat mem-
beri harapan dalam dunia kedokteran.
"Sel punca, memang belum sampai
pada tahap aplikasi secara luas padapasien. Sejauh ini, aplikasi sel punca
pada penyakit kardiovaskular masih pa-
da tahap riset," ujar pria kelahiran
Palembang, 22 Maret 1962 ini. Namun
harapan yang dibawa oleh sel punca
sedemikian luar biasa, sehingga riset
bidang ini di dunia mengalami perkem-
bangan pesat beberapa dasawarsa ter-
akhir. "Stem sel di bidang jantung dila-
kukan pada penyakit jantung tahap akhir
dan untuk pasien dengan infark miokard
akut," ujarnya dalam perbincangan de-
ngan Halo Internis .
Dan Indonesia, untuk bidang satu
ini tidak mau ketinggalan. Selain seba-
gai salah satu pelopor terapi sel puncadi Asia Tenggara, Indonesia juga meru-
pakan salah satu negara pertama di
Asia selain Hongkong yang memiliki
alat NOGA. "Alat tersebut digunakan
dalam pemetaan (mapping ) dan injeksi
stem sel pada otot jantung," ujar Prof.
Idrus.
Di negara ini, Prof. Idrus merupakan
salah satu ahli yang ingin mengem-
bangkan sel punca untuk penyakit jan-
tung. Ia tertarik mendalami sel punca
karena stem sel dianggap sebagai ba-
tas akhir pengobatan berbagai penya-
kit. "Ini opsi terakhir. Salah satu terapi
untuk jantung memang bisa dilakukan
pemasangan stent tapi hal tersebut
tidak mampu memperbaiki jaringan
yang rusak. Sedangkan transplantasi
juga tidak mudah dilakukan," ujar pria
yang pernah mengunduh ilmu tentang
stem cell di Amerika ini.
Perhatiannya di bidang sel punca,
juga membuktikan bahwa Prof Idrus
memiliki pikiran terbuka terhadap
berbagai bidang ilmu.
Sebelumnya, Prof. Idrus di bidang
penyakit jantung mendalami inflamasi
dan ketimbang meneliti obat-obatan
sintetis, ia justru meneliti kurkumin
sebagai anti inflamasi. Ketua Divisi
Kardiologi Departemen Penyakit Dalam
FKUI/ RSCM ini memilih herbal karena
ditinjau dari efek samping, relatif tidakmemiliki efek samping.
"Kita tidak boleh menutup mata ter-hadap perkembangan yang terjadi. Visi
kita tidak boleh satu titik. Tidak boleh
hanya fokus pada satu pandangan,"
ujarnya tentang berbagai riset yang
dilakukannya.
Untuk memperdalam bidang jantung
termasuk sel punca, Prof. Idrus menim-
ba ilmu ke manca negara dan juga ten-
tunya kepada ahli sel punca yang juga
ahli penyakit jantung, Prof. DR. Dr. T.
Santoso, SpPD, KKV, FACC, FESC. "Be-
liau memang mempersiapkan penerus
di bidang stem sel," ujar Koordinator
Terapi Sel Punca pada Penyakit Jan-
tung FKUI/ RSCM ini.
Dengan tekun, Prof. Idrus terus
memperkaya ilmu pengetahuannya di
bidang medis terutama jantung. Ia
mengakui, jadwalnya padat, sehinggaia kini jarang melakukan olahraga fit-
ness yang dulu sering dilakukannya.
Meski demikian, Prof. Idrus selalu
tampil segar dan prima di setiap acara
ataupun dalam aktivitas keseharian. Sa-
lah satu resep Ketua Perhimpunan Ahli
Penyakit Dalam Indonesia Cabang Jakar-
ta Raya (PAPDI JAYA) ini adalah menik-
mati setiap kegiatan yang dilakukan.
Profesi, organisasi, keluarga, semua
mendapat prioritas dalam hidup Prof.
Idrus. "Justru semua hal itu membuat
hidup kita berwarna," ujarnya.
Prof. Idrus mengatakan tidak pernah
ngoyo untuk mencapai sesuatu. "Se-
mua sudah ada yang mengatur, yang
terpenting adalah kita melakukan apa-
pun sebaik-baiknya," ujarnya terse-
nyum.
Pernikahannya dengan DR. Dr Dwia-
na Ocviyanti, SpOG(K) telah mengha-
dirkan 3 orang anak yang juga meng-
ikuti jejak orang tuanya sebagai ahli
medis.
"Saya tidak pernah mengarahkan
mereka mau menjadi apa. Demikian ju-
ga dalam belajar, saya tidak pernah
mem-push anak-anak," ujarnya. "Mung-
kin saja mereka melihat orang tuanya
enjoy, maka mereka juga tertarik (de-
ngan dunia medis)."
Sama seperti halnya Prof. Idrus
saat remaja, ia juga tidak pernah dim-
inta orang tuanya untuk menjadi ahli
medis. Menurut Prof. Idrus, keluar-
ganya dulu tidak hidup kekurangan juga
tidak berlebih. Orang tuanya selalu
menekankan pentingnya pendidikan.
Salah satu pesan yang diingat Prof.
Idrus adalah, "J ika mau hidup senang,
harus dengan ilmu."
Maka selepas dari SMA Xaverius I,
Palembang, anak dari pasangan H. Alwi
Idrus Shahab (alm.) dan H. Nafisah
hengkang ke Jakarta untuk belajar diFKUI. Sebagai anak pertama, ternyata
langkah Prof. Idrus juga diikuti oleh adik-
adiknya. Dari 12 orang bersaudara, 9
orang menjadi dokter, 1 orang dokter
gigi, dan yang lain mendalami teknik.
Prof. Idrus tertawa ketika
ditanyakan bagaimana rasanya meng-
hadapi lingkungan yang 'serba dokter',
mulai dari lingkungan pekerjaan, anak,
isteri, hingga saudara kandung. "Saya
jika bertemu adik-adik tidak bicara
kedokteran," ujarnya. "Keluarga besar
biasanya kumpul saat lebaran."
Terlebih, beberapa saudaranya juga
bertempat tinggal di luar kota.
Hal yang sering dilakukan Prof. Idrus
bersama istri dan putranya saat libur
adalah travelling atau kuliner. Restoran
Jepang adalah salah satu favorit kelu-
arga Prof. Idrus.
Di luar aktivitasnya di bidang kedok-
teran, Prof. Idrus menaruh perhatian
khusus pada organisasi PAPDI. "PAPDI
perlu berorientasi pada masyarakat un-
tuk memberikan pelayanan yang ter-
baik," ujarnya. Visi PAPDI ke depan ha-
rus memberikan yang terbaik untuk
masyarakat. "Intinya, selain untuk ke-
sejahteraan anggotanya, juga untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat khu-
susnya di bidang kesehatan."
Ia memaparkan, kualitas internis
yang baik lahir dari proses yang baik
dengan tiga pilar yaitu pendidikan, pe-
nelitian, dan pelayanan. Menurutnya,
upaya peningkatan kualitas harus dila-
kukan secara terus menerus. "Filosofi-
nya seperti orang berenang, jika ber-
henti maka akan tenggelam. Maka
agar tidak tenggelam, berenang bisa
dilakukan dengan berbagai gaya. Na-
mun semuanya harus punya arah, goal ,
dan sasaran bergerak," ujar Prof. Idrus
menutup pembicaraan. (HI)
Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC.
Prof. Idrus dan istri, saat pengukuhan sebagai Guru Besar FKUI.
SOSOK
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC
Terus Bergerak Terus Bergerak
“ Filosofinya sepert i
oran g b erenan g, jika
berhenti maka a kan
teng gelam. Namun
semua nya h arus punya
arah, goal , dan sasaran
bergerak.”
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 17/20
17KABAR CABANGHalo Internis Edisi 19 Maret 2012
Diagnosis dan pengobatan adekuat
hanya dapat dilakukan oleh dokter-
dokter yang kompeten. Peningkatan
kompetensi, baik ketrampilan maupun
ilmu pengetahuan kedokteran, dapat di-
peroleh lewat berbagai cara, diantara-
nya simposium, pelatihan dan lain-lain.
Pengurus Besar Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB
PAPDI) setiap tahunnya menyelenggara-
kan Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN)
PAPDI yang bertujuan membantu para
dokter, terutama internis yang tersebut
di seluruh Indonesia untuk meningkat-
kan skill dan meng up date ilmu penge-
tahuan, khususnya di bidang ilmu pe-nyakit dalam. ”Dengan adanya PIN ini di-
harapkan dokter spesialis penyakit da-
lam dapat memperoleh pengetahuan
dan ketrampilan tambahan dalam rang-
ka peningkatan pelayanan secara holis-
tik kepada pasien,” kata Ketua Pelaksa-
na PIN Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-
KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC
Pada 2012 ini pengurus pusat telah
menetapkan PAPDI cabang Kalimantan
Timur menjadi tuan rumah PIN X. Panitia
yang terdiri dari pengurus pusat dan ca-
bang akan menggelar acara di Hotel
Grand Senyiur, Balikpapan, Kalimantan
Timur, 28 Juni – 1 Juli 2012. Dengan
mengusung tema “Update in Diagnostic
Procedures and Treatment in Internal
Medicine ” diharapkan menjadi daya ta-
rik tersendiri bagi Internis untuk mem-pelajari kasus-kasus yang kerap dijum-
pai disaat praktik. Ditambah lagi dengan
kemasan yang menarik, berupa kuliah
P
erhelatan akbar Kongres Nasional
Perhimpunan Dokter Spesialis Pe-
nyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI)
XV akan digelar pada 12-15 De-
sember di Medan, Sumatera Utara.
PAPDI Cabang Sumatera Utara terpilih
menjadi tuan rumah tiga tahun lalu pa-
da KOPAPDI XIV di J akarta. Pada saat
itu, PAPDI cabang Sumatera Utara
merupakan kandidat yang dinilai paling
siap menjadi penyelenggara kongres.
“Sebelum berangkat ke Kongres di Ja-
karta, kami telah mempersiapkan diri
menjadi tuan rumah. Kami telah mem-
bawa surat dukungan dari Gubernur
Sumatera Utara,” kata Ketua PAPDI
cabang Sumatera Utara Prof. DR. Dr.
Harun Alrasyid, SpPD, SpGK, FINASIM,
pada kesempatan itu.
KOPAPDI XV mengusung tema “ 55
Tahun Peran Professional PAPDI Mena-
pak Era Globalisasi di Tengah Masyara-
kat Indonesia dan Kedokteran Univer-
sal”. Menurut Prof. Harun, tema ini
mengingatkan internis untuk selalu me-
ningkatkan kemampuan dan pengeta-
huan supaya dapat memberikan pela-
yanan kesehatan lebih baik lagi di te-
ngah masyarakat global. Bagi Kota Me-
dan, tambah Prof. Harun, acara ini
akan membuktikan kepada masyarakat
Sumatera Utara bahwa internis di Indo-
nesia tak kalah dibanding negeri te-
tangga. “Ada sebagian masyarakat di-
sini yang mempercayai soal kesehatan-
nya untuk berobat ke Malaysia, pada-
hal kita juga memiliki skill yang cukup,”
kata Prof. Harun, menyayangkan.
Seperti biasa, KOPAPDI selalu ramai
dihadiri oleh internis. Begitu pula pada
KOPAPDI XV di Medan nanti. Para se-
jawat akan tumpah ruah di empat hotel
bintang lima yaitu Hotel JW Marriot
International, Hotel Grand Aston, Hotel
Aryaduta International, dan Hotel San-
tika yang berdekatan. Berbagai acara
telah dikemas panitia dengan apik,
seperti sidang organisasi yang menjadi
agenda utama kongres, simposium
ilmiah, workshop, konvokasi, gala din-
ner, bakti sosial dan olah raga.
Rencananya, kongres akan dibuka
oleh Kementerian Kesehatan Dr. En-
dang Rahayu Sedyaningsih sekaligus
memberi orasi pada plenary lecture . Se-
mentara, Gubernur Sumatera Utara
akan bersama peserta kongres pada
malam keakraban. Dan yang memberi
orasi memorial lecture pada konvokasi
adalah Ketua PMI Yusuf Kalla yang juga
mantan wakil Presiden RI. Di samping
undangan dari institusi pemerintah dan
tokoh nasional, nuasa kongres lebih
terasa mendunia dengan diundangnya
Presiden Interna-
tional Society of In-
ternal Medicine
(ISIM), dan Asean
Federation of In-
ternal Medicine
(AFIM).
Di tengah pa-
datnya acara, pe-
serta akan diman-
jakan dengan ber-
bagai wisata di Ko-
ta Medan. Danau
Toba menjadi tu-
juan wisata yang
tak boleh dilewatkan. Panorama alam
Danau Toba nan indah akan menjadi
kenangan yang tak terlupakan. Begitu
pula dengan wisata budaya Istana Mai-
mun yang membuat decak kagum pe-
ngunjung. Istana Sultan Deli yang diba-
ngun 1888 ini bukan saja usianya yang
tua, tapi juga memiliki desain interior
yang indah dengan memadukan buda-
ya Melayu Islam, Spanyol, India, dan
Arab. Selain itu juga ada wisata kuliner
dengan cita rasa Nusantara yang terse-
bar di Kota Medan.
KOPAPDI kali ini akan selalu diingat
karena waktu pelaksanaanya yang unik,
serba dua belas. Panitia berencana akan
membuka kongres ini pada tanggal 12 di
bulan 12 tahun 2012 dan tepat pada pu-
kul 12 waktu setempat. “Tanggal ini ka-
rena kebetulan saja, tidak ada arti yang
aneh-aneh. Moment ini unik, jadi kita
manfaatkan agar mudah dikenang, insya
Allah,” ujar Prof. Harun Alrasyid, berha-
rap. (HI) Website PB PAPDI: ww w.pbpapdi.org
umum, temu ahli dan workshop, memu-
dahkan peserta untuk berinteraksi lebih jauh dengan para pembicara yang pakar
dibidangnya. “PIN diminati para dokter,
terutama internis. PIN X ini diperkirakan
lebih banyak pesertanya, karena berte-
patan dengan libur sekolah. Para dokter
dapat membawa keluarga sembari me-
nikmati tempat wisata di Kalimantan Ti-
mur. Panitia optimis dapat menyukses-
kan acara ini,” kata Ketua PAPDI cabang
Kalimantan Timur Dr. Carta Agrawanto
Gunawan, SpPD, K-PTI, FINASIM.
Dr. Carta menambahkan pada PIN di
Balikpapan nanti akan ada acara baru,
yaitu pelatihan Emergency In Internal
Medicine (EIMED). Pelatihan EIMED dise-
lenggarakan selama tiga hari denganmembahas tema-tema kegawatdarurat-
an dalam Penyakit Dalam. Para peserta
akan dibekali ketrampilan menangani pa-
sien emergensi baik di hospital maupun
prehospital . Dengan begitu, diharapkan
internis mampu mengambil keputusanmedis yang terbaik di tengah keterbatas-
an fasilitas dan waktu yang ketat.
Di sampingup datepengetahuan, pa-
ra sejawat dapat menikmati tempat be-
lanja dan wisata alam Kota Modern Ba-
likpapan. Bagi yang ingin memiliki cin-
deramata berupa permata dan kerajinan
tangan khas Kalimantan Timur, dapat
mengunjungi Pasar Kebon Sayur. Se-
mentara budaya asli suku Dayak beser-
ta keseniaan khasnya dapat ditemui
wisata Budaya Pampang. Untuk menik-
mati keelokkan alam Tanah Borneo tem-
pat wisata seperti Pantai Melawai, Pan-
tai Manggar, Bukit Bangkirai (Canopy
Bridge ), menjadi pilihan yang tepat.Penggemar kuliner tentunya tidak akan
melewatkan kelezatan kepiting, udang
galah, ikan patin yang banyak dijumpai
di Balikpapan. Selain itu, Pulau Dera-
wan, Kakaban, Sangalaki, dan Maratua
menawarkan keindahan wisata bawah
laut. Daerah wisata ini telah tersohor di
mancanegara surganya para penyelam
dengan keramahan habitat laut seperti
karang laut, ikan hias, penyu hijau, dan
ubur-ubur.
Kekayaan budaya Kalimantan Timur
serta keramahan wisata alam nan elok
akan memanjakan sejawat saat meng-
ikuti PIN. Besar harapan panitia, para
sejawat bersama keluarga dari seluruhIndonesia dapat hadir di PIN X. Kami
tunggu kedatangan sejawat di Kota
Balikpapan. (HI)
PIN X PB PAPDI, Balikpapan 28 Juni – 1 J uli 2012
Welcom e t o East Bo r n eo in Ce leb ra t i n g A Decad e o f PIN PAPDI
KOPAPDI XV, Medan 12 – 15 Desember 2012
Selamat Datang di Kota Medan,Selamat Berkongres
Hotel Grand Senyiur, Balikpapan, tempat bakal berlangsungnya acara PIN X PAPDI.
Ketua PAPDI Cabang Kalimantan Timur Dr. CartaAgrawanto Gunawan, SpPD, K-PTI, FINASIM.
Danau Toba.
Ketua PAPDI Cabang Sumatera Uta ra Prof. DR. Dr.
Harun Alrasyid, SpPD, SpGK, FINASIM.
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 18/20
18 KABAR CABANG
Penyakit jantung ta k
be rdiri send iri,
melainkan diikuti
penyakit lain ya ng
mend a sari . Oleh kare-
na i tu , penangana n
pa sien ja ntung mesti
bersifat komprehensif.
I
lmu kedokteran terkait diagnosa dan
tatalaksana suatu penyakit sangat di-namis. Dari waktu ke waktu menga-
lami perkembangan. Tak heran, profes-
sional kedokteran terus meng update il-
munya dengan berbagai cara, termasuk
mengikuti seminar dan workshop . Per-
himpunan Dokter Spesialis Penyakit Da-
lam (PAPDI) Cabang Semarang bersama
SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Undip-
RSUP Dr. Kariadi Semarang menyeleng-
garakan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT)
XV, di Patra Semarang Convention Hotel,
7-9 Oktober 2011 lalu.Pada PIT kali ini mengusung tema
“Hearts and Systemic Disease: A Com-
prehensive Approach”. Ketua Panitia
PIT XV, Dr. Arwedi Arwanto, SpPD,K-GH
mengatakan penyakit jantung dan pe-
nyakit sistemik masih menjadi masa-
lah kesehatan di banyak negara terma-
suk Indonesia. Prevalensinya kian me-
ningkat setiap tahun. Penyakit jantung
tak berdiri sendiri, melainkan diikuti pe-
nyakit sistemik lain. Oleh karena itu,
penanganan pasien jantung mesti ber-sifat komprehensif. “Pendekatan yang
komprehensif dalam hal preventif dan
kuratif mempunyai harapan yang cukup
baik dalam penanganan pasien-pasien
penyakit dalam, khususnya pasien jan-
tung,” kata Dr. Arwedi.
Untuk itu, PAPDI berupaya menjaga
kompetensi ilmu penyakit dalam para
dokter, terutama para anggotanya. Me-
nurut Ketua PAPDI Cabang Semarang
periode 2009-2012, Dr. Tony Suharto-
no, SpPD, K-EMD, FINASIM acara ilmi-
ah tahunan PAPDI Cabang Semarang
ini menjadi sarana bagi dokter, baik in-
ternis, dokter umum dan spesialis lain
untuk melakukan penyegaran dan me-
nambah pengetahuan seputar ilmu pe-
nyakit dalam. ”Kegiatan ilmiah ini di-
maksudkan untuk penyegaran bagi pa-
ra dokter agar dapat memberikan pe-layanan kesehatan kepada masyarakat
lebih professional,” katanya.
PIT XV lebih menarik perhatian pe-
serta karena menghadirkan para pem-
bicara dari berbagai pusat pendidikan
Kedokteran di Indonesia dan beberapa
pembicara asing. Mereka memaparkan
berbagai perkembangan penyakit jan-
tung dan penyakit sistemik. Event ini
terdiri dari delapan topik workshop
yang diadakan pada hari pertama, 7
Oktober, kemudian dilanjutkan 12 topik
symposium. Lebih dari 500 peserta
antusias mengikuti acara yang berlang-
sung selama tiga hari itu. ”Para peser-
ta diberi asupan kasus-kasus jantungagar dapat menangani pasien-pasien
jantung lebih baik lagi,” ujarnya.
Di samping acara ilmiah, pada ke-
sempatan itu juga diadakan malam ha-
lal bil halal dan rapat PAPDI Cabang Se-
marang beserta anggotanya. Sessi ini
bersifat internal untuk konsolidasi ang-
gota dan mempererat silaturahmi para
internis lulusan FK Undip yang hadir
dari berbagai daerah. (HI)
Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
PAPDI Cabang SemarangPIT XV 2011:Hear t s an d Sy st em ic Di sease,A Com p rehen si ve A pp roach
Ketua PAPDI Cabang Semarang Dr. Tony Suharto no, SpPD, K-EMD, FINASIM membuka PIT XV 2011 .
Ibadah haji membutuhkan kesehatan
jasmani dan fisik nan prima. Pasal-
nya, kondisi geografis yang sangat
berbeda dengan Indonesia memaksa
tubuh dapat beradaptasi dengan iklim
disana. Ditambah, jutaan umat dari se-
luruh penjuru dunia berkumpul di satu
tempat melakukan bersama-sama ri-
tual haji. “Ini menjadi beban stress fi-
sik dan metabolik karena suhu di
Makkah pada saat ibadah haji musim
panas diperkirakan berkisar 500 C ser-
ta risiko tertular penyakit infeksi menu-
lar misal meningitis serta ISPA,” ung-
kap Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana,
SpPD, FINASIM, Humas PB PAPDI.
Untuk mengurangi angka kesakitan
selama haji, jemaah haji hendaknya
mempersiapkan kesehatan sebaik-
baiknya dan membekali diri dengan be-
berapa informasi kesehatan. Guna
membantu masyarakat terutama je-
maah haji, PB PAPDI menyelenggara-
kan PAPDI Forum dengan tema “Sehat
Fisik Dan Jasmani Selama Ibadah Haji”
di Aula FKUI, 13 September 2011. Se-
minar untuk awam ini, menghadirkan
pembicara yang pakar dibidangnya,
yaitu DR. Dr. Hj. Iris Rengganis, SpPD,
K-AI, FINASIM, DR. Dr. Hj. Dwiana Ocvi-
yanti SpOG, Dr. Hj. Nina Kemalasari,
SpPD, K-Ger, FINASIM, Drs. H.A. Kar-
tono Direktur Pembinaan Haji dan Um-
rah Kementerian Agama RI, dan Mah-
dalena Lubisdari Prodia.
Dr. Agasjtya mengatakan melalui
PAPDI Forum ini diharapkan kiat sehat
seama ibadah haji ini dapat berguna
bagi jemaah yang akan menjalankan
haji sehingga angka kesakitan dan ke-
matian dapat dikurangi secara bermak-
na dan kembali ke Indonesia dengan
kondisi sehat dan mabrur.
(HI)
Sehat Fisik dan JasmaniSelama Ibadah Haji
KABAR PAPD I JADWAL KEGIATAN ILM U PENYAKIT DALAMTAHUN 2012
No Tanggal Nama Kegiatan Tempat Sekretariat / Pendaftaran
1 10-18 Maret KPPIK Hotel Grand Sahid J aya, CME FKUI, J l. Salemba Raya No. 6 J akarta Telp.: 021-3106737, CP: Ela
2 9-11 Maret Pertemuan Ilmiah Tahunan Hotel Pulman, PDUIDokter Umum ke 3 J akarta Telp.: 081382916195, CP : Ade
3 10-11 Maret Temu Ilmiah Psikosomatik Hotel Grand Sahid J aya, Divisi Psikosomatik(TIPS) 2012 J akarta Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
Telp.: 021-31930956/ 90616075Fax : 021-3142108 CP: Murti
4 24 Maret TB Day GD A Lt. 8 Divisi PulmonologiDept Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Telp.: 021-3149704 Fax : 021-31902461CP: Indah, Dr. Ibnu, Samsul, Supri
5 30-31 Maret Post Satellite Meeting Sanur Paradise Plaza Hotel Ikatan Keseminatanon Atherosclerosis & XI Holistic Bali Kardioserebrovaskular IndonesiaApproach in Cardiovascular Divisi Kardiologi FKUI/RSCMDisease Symposium d/a Dept. Ilmu Penyakit Dalam
Telp.: 021-31934636 Fax : 021-3161467CP : Ella / Mumun
6 6-8 April Kursus Penyegar Ilmu Penyakit Departemen Ilmu Penyakit PKB IPD/ CME
Dalam untuk Dokter Primer Dalam FKUI/RSCM d/a Dept. IPD FKUI/RSCM Telp.: 021-31930956 / 3142108Fax : 021-3142108 CP : Nadya
7 19-22 April Temu Ilmiah Reumatologi (TIR) 19 April (RKPD ) Divisi Reumatologi20-22 April (Hotel Borobudur) d/a Dept. IPD FKUI/RSCM
Telp.: 021-31930166 Fax : 021-31936736CP : Siti Mahfudzoh / Acep Yulianto
8 27-29 April 13th Jakarta Antimicrobial Hotel Grand Sahid J aya, Divisi Tropik InfeksiUpdate (J ADE) J akarta d/a Dept. IPD FKUI/RSCM
Telp.: 021 - 3908157/ 3925491/3920185 Fax: 021 - 319 1873
CP : Leni /Rita
9 5-6 Mei Simposium Jakarta Hotel Nikko, Jakarta Divisi Metabolik EndokrinologiEndocrinology Meeting (J EM) d/a Dept. IPD FKUI/RSCM
Telp.: 021- 3907703 Fax : 021- 3103729CP : Ola & Anna
10 10-13 Mei J akarta Nephrology Hypertensi J akarta Sekt. PERNEFRI/Div. Ginjal HipertensiCare (J NHC) d/a Dept. IPD FKUI/RSCM
Telp.: 021-3141203/3149208CP : Rusmini
11 26-27 Mei Simposium Jakarta Allergy and Jakarta Divisi Alergi Imunologi KlinikClinical Immunologi Network d/a Dept. IPD FKUI/RSCM
(J ACIN) Telp.: 021- 31902822/3141160Fax : 021- 3904546 CP : Enah
12 2-3 J uni Temu Ilmiah Geriatri IX (TIG) Hotel Grand Sahid J aya, Divisi Geriatri J akarta d/a Dept. IPD FKUI/RSCM
Telp.: 021-31900275 Fax : 021-3146633CP : Cici / Indah
13 14 - 16 Juni Kongres Nasional PETRI XVI II Banda Aceh Divisi Tropik Infeksid/a Dept. IPD RS. Dr. Zainoel AbidinFK. Universitas Syiah Kuala Telp.: 0651-638290 Fax : 0651-26090CP : Ferdyan Fuad, Ahmad Oktahar
14 28 J uni - 1 J uli PIN PAPDI Balikpapan Kaltim PB PAPDI Ged. ICB Bumiputera lt. dasar Telp.: 021- 2300818Fax : 021- 2300858/2300755CP : Bp. Muchtar/Yunita
Pembicara PAPDI Forum Haji Direkt ur Pembinaan Haji dan Umroh Kementerian Agama Drs. H.A. Kart ono,DR.Dr.Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM, DR.Dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG, Dr. Nina Kemalasari, SpPD, K-Ger
dengan moderator Dr. Alvin Harahap, SpPD
D O K .
H I
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 19/20
19
Oleh: DR. Dr. Czeresna Heriawan Soejono,
SpPD, K-Ger, FINASIM, MEpid, FACPDirektur Pelayanan Medik RSCM
Dunia kedokteran Indonesia berduka. Di penghu- jung 2011, salah satu tokoh pendidikan kedok-teran dan perintis geriatri telah kembali ke Sang
Khalik pada 27 Desember 2011 lalu. Ia meninggaldunia di usia 81 tahun karena sakit yang dirasakanbeberapa tahun ini.
Ia adalah Prof. Dr. Supartondo, SpPD, K-EMD, K-Ger, FINASIM, salah satu arsitek kurikulum pendidik-an kedokteran Indonesia. Pria kelahiran Purwakarta,7 Mei 1930 silam ini telah memberi kontribusi yangbesar dalam pendidikan kedokteran di negeri ini.
Pandangannya, pendidikan kedokteran mesti me-ngedepankan pendekatan holistik dengan menanam-kan nilai-nilai kemanusiaan. Prof. Supartondo amatrisau jika pasien mendapat pelayanan terkotak-kotak.Bahkan ia berani menentang pendekatan pelayanankesehatan berdasarkan organ-organ tubuh, apalagi jika hal tersebut terjadi pada pasien usia lanjut.
Perintis Geriatri NasionalPemikirannya menjangkau jauh ke depan, ia mene-
rapkan pendekatan bio-psiko-sosio-spiritual pada pa-sien geriatri. Sungguh paripurna. Pendekatan ini ber-hasil ia terapkan pada layanan terpadu geriatri diRSCM. Kemudian model layanan ini diaplikasikan pa-da pelayanan kesehatan pasien usia lanjut di Indo-nesia. Bahkan ia mengatakan pendekatan paripurnaini seyogyanya terhadap semua pasien.
Atas prakarsanya, pada Agustus 1996lahirlah Divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam
“ RSimadibrata, Praktik internis”. Papan nama ituberdiri tegak di depan rumah, Jalan Sumatera
40, Jakarta Pusat. Di sana pemilik nama itumenghabiskan waktu tuanya melakukan praktik pe-nyakit dalam. Di salah satu sisi rumah yang beruku-ran sedang Dr. Rd. Rudolf Simadibrata Kolopaking,SpPD, K-GEH menerima pasien yang kebanyakan lan-sia. Akan tetapi, plang nama itu kini sudah tidak ber-tuan. Si pemilik nama telah berpulang ke haribaanSang Kuasa pada 20 Oktober 2011 di rumah sakitAbdi Waluyo, Jakarta Pusat. ”Bapak meninggal di ru-mah sakit pukul setengah lima sore,” ujar istri almar-hum Joyce Bhiyana Simadibrata dalam suasana ber-duka ketika ditemui HI di kediamannya.
Dr. Rd. Rudolf Simadibrata Kolopaking wafat diusia 86 tahun dengan tenang. Ia satu dari sekian to-koh pendidikan kedokteran di Indonesia. Ilmu gastro-enterologi yang diperoleh ketika fellow di Canada dibawa dan dikembangkan pertama kali di RSCM/ -FKUI. Namanya akan selalu dikenang sebagai pendiri
dan pelopor gastroenterologi di Indonesia. ”Beliaupertama kali membuka divisi gastro di penyakit da-lam, dan beberapa periode menjadi ketua Perhimpun-an Gastroenterologi Indonesia,” ujar staf Divisi Gas-troenterologi dan Hepatologi Departemen Ilmu Pe-nyakit Dalam RSCM/ FKUI Dr. Rd. Marcellus Simadi-brata Kolopaking, SpPD, K-GEH, PhD, FINASIM,FACG, FASGE, yang juga putra almarhum.
Kini, pendiri Gastroenterologi Indonesia itu telahtiada. Duka teramat sangat dirasakan keluarga. Saat-
saat ajal menjemput, keluarga sedang me-lakukan sembayang bersama yang dipimpin
oleh seorang pastor di kamar perawatan.“Setelah menjenguk bapak, pastor me-
ngajak kita berdoa bersama. Tapi tiba-tiba jantungnya berhenti dan dinya-takan meninggal,” kenang Joyce, 77tahun, dengan mata berkaca-kaca.
Memang Dr. Simadibrata telahsetahun terakhir sering keluarmasuk rumah sakit. Pada awal-nya, ia merasa tidak enak badandan minta dibawa ke rumah sakitAbdi Waluyo. Ketika itu, ia dirawatselama enam hari karena stroke.Kemudian, kondisi fisiknya punkian menurun hingga terkena infeksipneumonia dan akhirnya sepsis. ”Pe-nyakit papi dasarnya stroke kemudianinfeksi pneumonia akhirnya sepsis,” ujarDr. Marcel perihal sakit ayahnya.
Berdedikasi TinggiBagi Dr. Rd. Marcel, dan juga Dr. Rr. Christina Lani
Simadibrata Kolopaking dan Dr. Rd. Paulus Simadi-brata Kolopaking, SpPD kepergian ayah meninggalkankesedihan yang mendalam. Sosok ayah adalah inspi-rator dalam mengarungi hidup. Sifatnya yang pekerjakeras dan sangat disiplin dengan waktu menjaditeladan bagi mereka. Tak heran, ketiga anaknyamengikuti jejaknya menjadi dokter. Padahal, diakui Dr.Marcel, ayah tidak pernah memaksa anak-anaknyauntuk menjadi dokter. Ia memberi kebebasan memilih
untuk menjadi sarjana apa saja, asal dapatbermanfaat bagi masyarakat.“ Bagi kami,ayah itu selain sebagai orang tua, ia jugaguru dan temen. Ia temen yang dapat diskusi,memberi nasihat dan bimbingan. Kami tidak per-nah disuruh menjadi dokter. Boleh menentukanpilihan, yang penting berguna bagi masyarakat,”
ujar Dr. Marcel mengenang nasihat ayahnya.Berkat kerja keras dan disiplin, dokteryang gemar tennis ini dapat meraih
sukses di dunia kedokteran. Pada-
hal, dokter yang tergabung dalampaduan suara Hegasindo ini la-hir dari keluarga yang kurangmampu. Simadibrata muda hi-dup berpindah-pindah mengi-kuti pamannya, Dr. Sim KiAy, dokter keraton Yogyakar-ta. “Sebenarnya ayah masihada hubungan keluarga (ketu-runan) dengan Senopati Ma-taram, Raden Kolopaking. Ka-
rena dulu Keraton Kolopakingdihancurkan Belanda, jadi jatuh
miskin. Keluarga Simadibrata di Yo-gyakarta miskin. Ketika di Jakarta, ia
tidur diemperan sampai akhirnya diteri-ma di FKUI,” kata Dr. Marcel mengenang ceri-
ta ayahnya.Di tengah-tengah kesibukannya ia selalu punyawaktu untuk keluarga. Dedikasinya tinggi baik padapekerjaan maupun keluarga. Joyce menambahkan,ia sudah saling kenal sejak usia 12 tahun. Seiringwaktu, pada 1955 Simadibrata meminang Joyce.Dalam mengarungi bahtera keluarga, Simadibrata,diakui Joyce, cukup perhatian. Simadibrata selalumengajak Joyce bila ada konferensi di luar negeri.“Kami selau bersama-sama bila ke luar negeri. Tapikenapa sekarang ia pergi meninggalkan saya,”ujar Joyce dengan nada sedih. (HI)
RSCM/ FKUI hingga besar seper-ti sekarang. Pada 1998 MenteriKesehatan RI menganugerahkanpenghargaan sebagai PerintisGeriatri Nasional.
Pelayanan YangBerkesinambungan
Ia sangat akrab dengan pasien.Bahkan ia memahami apa yang dirasakanpasien. Pola laku pasien menjadi bahan renun-gan yang akhirnya menjadi suatu pemikiran yang dis-ampaikan dalam bentuk perkuliahan. Salah satu yang
menjadi perhatiannya dalam melayani pasien adalahpelayanan yang berkesinambungan. Sejak di rumahsakit dan akhirnya rawat jalan, pasien harus mendap-atkan pengelolaan yang lengkap. Ruang pelayanantidak terbatas di rumah sakit dan poliklinik, kunjunganke rumah pasien menjadi salah satu materi kuliahyang diajarkan pada mahasiswa. Ia mengatakan pen-didikan kedokteran harus bisa menghasilkan lulusanyang melayani.
Di mata teman-temannya, ia adalah sosok konsis-ten, satu kata dan perbuatan dan bertanggung jawab.Lulus tingkat pertama, ia dipercaya sebagai asistenProf. Kostermans, Guru Besar dalam bidang kimiauntuk membantu para mahasiswa FKUI dalam prak-tikum kimia. Dan ia pun sangat aktif di Senat Maha-siswa; pernah menjadi Wakil Ketua Senat MahasiswaFKUI.
Lulus menjadi dokter pada 1959, ia melanjutkan
pendidikan spesialis penyakit dalam. Pada 1964 iamenyandang gelar internis. Selanjutnya, pada 1970
ia menjadi Kepala Subbagian MetabolikEndokrin. Di bidang Endokrinologi, Prof.Supartondo banyak memainkan peran. Ia adalah
klinikus, guru dan organisatoris di dalamdan luar negeri. Denyut awal organisasi
diabetes dan endokrinologi diIndonesia, tak bisa lepas dari per-
annya.
Nilai kearifan dan keadilanyang kuat sudah tertanam se- jak kecil. Supartondo kecilhidup berpindah-pindah bersa-ma keluarga. Ketika Ayahnyaditugaskan ke Tasikmalaya, iaterpaksa dipindahkan ke Yog-yakarta untuk mendalami danmenekuni budaya leluhur. Ia
pun sudah mulai belajar untukmandiri, percaya diri dan bertang-
gungjawab meskipun jauh dari ke-luarga. Lulus dari AMS tahun 1950,
kemudian melanjutkan pendidikan keFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Prof. Supartondo dikenal sebagai pendidik yangberorientasi pada masyarakat kecil. Ia mengingat-kan perlunya perhatian terhadap penerapan etik
kedokteran. Dari waktu ke waktu beliau berusahasecara konsisten menjadi pemerhati etik kedok-teran, dengan mengumpulkan berbagai macampemberitaan di surat kabar, terutama yang ber-kaitan dengan etik dan empati terhadap pasienkurang mampu.
Keberpihakannya kepada masyarakat yangkurang berdaya serta jiwa ingin menolong mengin-spirasi Direksi RSCM. Saat ini, sifat tersebut men- jadi nilai inti RSCM dalam transformasi budaya yangtengah berlangsung.
Untuk itu, pimpinan dan segenap warga RSCMmenyampaikan belasungkawa yang mendalam. Se-moga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Nilai-nilai yang engkau jaga selama ini, baikyang tertulis dalam tulisan maupun tertulis dalamperbuatan akan terus menemani perjalanan sejarahilmu kedokteran di negeri ini.
Selamat jalan Bapak pendidik kami. (HI)
Halo Internis Edisi 19 M aret 2012OBITUARI
Prof. Dr. Supartondo, SpPD, K-EMD, K-Ger, FINASIM
Perintis Geriatri Nasionaldan Tokoh Pendidikan
Kedokteran Indonesia
Dr. Rd. Rudolf Simadibrata Kolopaking, SpPD, K-GEHPendiri dan PeloporGastroenterologi Indonesia
7/17/2019 Halo Internis Edisi 20; HUT Ke-54 PAPDI - Merajut Asa - Kini Dan Masa Depan 9
http://slidepdf.com/reader/full/halo-internis-edisi-20-hut-ke-54-papdi-merajut-asa-kini-dan-masa-depan 20/20
20 ALBUM PAPDI
◆Ketua Umum PB PAPDI, DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP
melantik pengurus PAPDI Cabang Kalimantan Barat periode 2011-2012, di
Hotel Kapuas, pada 26 November 2011 lalu. Prosesi pelantikan berlangsung khid-
mat yang ditandai dengan penyematan PIN oleh Ketua Umum PB PAPDI kepada
Ketua PAPDI Cab. Kalimantan Barat Dr. B.A. Marbun, SpPD, FINASIM, Sekretaris Dr,
Yustar Mulyadi, SpPD, FINASIM dan dilanjutkan keseluruh anggota PAPDI Cab.
Kalimantan Barat. Pelantikan ini disaksikan perwakilan IDI Wilayah Kalimantan
Barat.
◆Di akhir prosesi
p e l a n t i k a n
PAPDI Cabang Kali-
mantan Barat, para
pengurus berkesem-
patan foto bersama.
Tampak Ketua Umum
PB PAPDI DR, Dr. Aru
W. Sudoyo, SpPD, K-
HOM, FINASIM, FACP
beserta Sekretaris
Jenderal Dr. Chairul Rajab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, MKes, FACP, Wakil
Sekretaris J enderal Dr. Sally A.Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, Ketua PAPDI Cab.
◆Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru
W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM,
FACP melantik pengurus PAPDI Cabang
Yogyakarta periode 2011-2012, di Hotel
Melia Purosani, pada 22 Oktober 2011
lalu. Pada prosesi pelantikan tampak Ke-
tua Umum PB PAPDI dan Ketua PAPDI Ca-
bang Yogyakarta Dr. Ibnu Purwanto,
SpPD, K-HOM, FINASIM saling menanda-
tangani berita acara pelantikan yang di-
saksikan oleh perwakilan IDI Wilayah
Yogyakarta dan seluruh pengurus PAPDI Cabang Yogyakarta.
◆Foto bersama pengurus antara pengurus PB PAPDI dan PAPDI Cabang Yogyakar-
ta. Tampak Ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP beserta Sekretaris J enderal Dr. Chairul Rajab Nasution, SpPD, K-GEH,
FINASIM, MKes, FACP, Wakil Sekretaris Jenderal Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV,
FINASIM, Ketua PAPDI Cabang Yogyakarta Dr. Ibnu Purwanto, SpPD, K-HOM, FINASIM,
◆PB PAPDI menye-
l e n g g a r a k a n
“Scientific Meeting on
Thrombolytic Agent”
pada, 17 Desember
2011 di Hotel Borobu-dur, J akarta Pusat.
Acara ini terselenggara
atas kerjasama antara
Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Da-
lam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPE-
DIN), Ikatan Keseminatan Kardioserebrovaskular Indonesia (IKKI) dan PT Dexa Me-
dica. Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP
pada pembukaan acara tersebut mengatakan acara ini memiliki nilai historis kare-
na baru pertama kalinya ada acara khusus yang diselenggarakan oleh dua sub-spe-
sialis penyakit dalam dengan mengambil suatu masalah bersama. Diharapkan hal
ini bisa ditindaklanjuti.
◆Acara ini melibatkan pembicara dari masing-masing organisasi profesi terse-
but. Pada sesi pertama menghadirkan pembicara, yaitu, DR. Dr. Lugyanti
Sukrisman, SpPD, K-HOM, FINASIM, Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM
dan DR. Raymond R. Tjandrawinata, MS, MBA, FCB, Ph.D. Sessi ini bertambah
menarik dengan dipandu DR. Dr. Djumhana Atmakusuma, Sp.PD, K-HOM dan Dr.Ika Prasetya W, SpPD, K-KV, FINASIM. Presentasi selanjutnya menyajikan beberapa
kasus penyakit yang disajikan oleh Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD dan Dr. Rachmat
Hamonangan, SpPD. Diskusi ini lebih hidup dengan dua moderator, Prof. DR. Dr. A.
Harryanto Reksodiputro, SpPD, K-HOM, FINASIM dan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FASPIC.
Halo Internis Edisi 20 Maret 2012
◆PB PAPDI menerima kunjungan dari Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PP PDPI) pada 17 Januari 2012 di Kantor PB PAPDI Gedung ICB
Bumiputera, Cikini J akarta. Kunjungan ini dalam rangka silaturahmi dari pengurus
baru PP PDPI periode 2011-2014. Hadir dalam pertemuan itu dari PB PAPDI adalah
Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, Wakil
Sekretaris J enderal Dr. Sally A. Nasution, SpPD,K-KV, FINASIM, Ketua Bidang
Organisasi Dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD, K-GH, FINASIM, Dr. Anna Uyainah
Nazir, SpPD,K-P, Mars dan Dr. Ceva W. Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC perwakilan
dari PERPARI. Sedangkan dari PP PDPI Ketua Umum PP PDPI Dr. Arifin Nawas,SpP(K), Mars, Bendahara Umum Dr. Temmasonge R. Pakki, SpP(K), Ketua Bidang
Profesi Dr. Budhi Antariksa, SpP (K), dan Dr. Erlina B, SpP(K) sebagai Ketua Bidang
International PP PDPI.
◆Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP,
menerima cindera mata dari Ketua Umum PP PDPI Dr. Arifin Nawas, SpP(K),
Mars.
PB PAPDI PB PAPDI
Pelantikan PAPDI Cabang Kalimantan Barat Pelantikan PAPDI Cabang Yogyakarta
D O K .
P A P D I
D O K .
P A P D I
D O K .
P A P D I
D O K .
P A
P D I
D O K .
P A P D I
D O K .
P A P D I
D O K .
P A P D I
D O K .
P A P D I