HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep...

88
ANALISIS FATWA MUI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL TERHADAP PEMOTONGAN AYAM DI RPH “RESTU IBU” DESA KARANGAN KECAMATAN BALONG KABUPATEN PONOROGO HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Oleh: EVI YULIANA NIM. 210215153 Pembimbing: Dr. H. SAIFULLAH, M.Ag NIP. 196208121993031001 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2020

Transcript of HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep...

Page 1: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

ANALISIS FATWA MUI NOMOR 12 TAHUN 2009

TENTANG STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL

TERHADAP PEMOTONGAN AYAM DI RPH “RESTU IBU”

DESA KARANGAN KECAMATAN BALONG KABUPATEN PONOROGO

HALAMAN SAMPUL

SKRIPSI

Oleh:

EVI YULIANA

NIM. 210215153

Pembimbing:

Dr. H. SAIFULLAH, M.Ag

NIP. 196208121993031001

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2020

Page 2: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi atas nama saudara:

Nama : Evi Yuliana

NIM : 210215153

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Judul : Analisis Fatwa MUI No 12 Tahun 2009 Tentang Standart

Sertifikasi Penyembelihan Halal Terhadap Pemotongan

Hewan di RPH Restu Ibu Desa Karangan Kecamatan

Balong Kabupaten Ponorogo.

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqasah

Ponorogo, 09 Maret 2020

Mengetahui,

Ketua jurusan

Hukum Ekonomi Syariah

Hj. Atik Abidah, M.S.I

NIP. 197605082000032001

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. H. Saifullah, M.Ag

NIP. 196208121993031001

Page 3: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

PENGESAHAN

Skripsi atas nama saudari:

Nama : Evi Yuliana

Nim : 210215153

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Judul : Analisis Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang

Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal Terhadap

Pemotongan Ayam di RPH Restu Ibu Desa Karangan

Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

Skripsi ini telah dipertahankan pada sidang munaqosah Fakultas Syariah

Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Institut Agama Islam Negeri Ponorogo pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 19 Maret 2020

Dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar

sarjana dalam Ilmu Syariah pada:

Hari : Rabo

Tanggal : 25 Maret 2020

Tim Penguji:

1. Ketua sidang : Rifah Roihanah, S.H, M.Kn ( )

2. Penguji l : Hj. Atik Abidah, M.S.I. ( )

3. Penguji ll : Dr. H. Saifullah, M.Ag. ( )

Ponorogo, 22 Maret 2020

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah

Dr. H. Moh. Munir, Lc., M.Ag.

NIP. 196807051999031001

Page 4: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

ABSTRAK

Yuliana, Evi, 2020. Analisis Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standar

Sertifikasi Penyembelihan Halal Terhadap Pemotongan Ayam Di RPH Restu

Ibu Desa Karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Skripsi.

Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam

Negeri Ponorogo. Pembimbing Dr.H Saifullah, M.Ag

Kata kunci: Fatwa MUI, Penyembelihan halal, Ayam.

Penyembelihan menurut bahasa artinya memotong, adapun menurut istilah

ialah menyembelih atau memotong hewan dengan cara memotong saluran

pernafasan, saluran makanan dan dua pembuluh darah. Hewan yang disembelih

haruslah hewan yang sehat dan boleh dimakan. Penyembelih harus mengetahui tata

cara penyembelihan berdasarkan hukum Islam dan memiliki keahlian di dalam

menyembelih. Penyembelihan harus dilakukan dengan satu kali dan secara cepat.

Adapun hewan yang gagal penyembelihan harus dipisahkan. Di dalam praktik

pemotongan ayam yang dilakukan di RPH Restu Ibu ini, dalam pemilihan dan

standar kesehatan hewan, masih terdapat hewan yang kurang layak dikonsumsi.

Seperti halnya ada bagian yang sudah membusuk, warna daging lebam dan juga

jeroan busuk. Terkait penyembelihannya ada beberapa hewan yang belum mati

setelah disembelih disebabkan urat nadinya belum terputus sehingga dilakukan dua

kali penyembelihan. Dari ayam yang gagal penyembelihan tersebut, tidak ada

pemisahan daging, antara ayam yang gagal disembelih dan yang berhasil disembelih.

Dari latar belakang diatas penulis menggunakan rumusan masalah sebagai

berikut: 1. Bagaimana analisa Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 tentang Standar

Sertifikasi penyembelihan Halal terhadap pemilihan hewan di RPH Restu Ibu Balong

Kabupaten Ponorogo? 2. Bagaimana analisa Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009

tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal terhadap cara pemotongan ayam di

RPH Restu Ibu Balong Kabupaten Ponorogo? 3. Bagaimana analisa Fatwa MUI

Nomor 12 Tahun 2009 tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal terhadap

pengolahan pasca sembelih di RPH Restu Ibu Balong Kabupaten Ponorogo?.

Didalam penelitihan ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan

penelitihan lapangan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan teknik

wawancara, observasi Teknik pengelolaan data dengan cara editing, organizing, dan

penemuan hasil data. Selanjutnya data akan dianalisis menggunakan cara berfikir

deduktif dengan teori penyembelihan. Setelah itu, permasalahan tersebut akan

dibahas dengan menggunakan fatwa MUI.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, berdasarkan fatwa MUI No 12

Tahun 2009 terhadap pemilihan hewan ada yang sudah sesuai dan juga belum sesuai.

Dikarenakan kurangnya ketelitihan didalam memilih ayam, sehingga masih terdapat

ayam yang mengandung kecacatan. Berdasarkan ketentuan Fatwa MUI Nomor 12

Tahun 2009 Di dalam penyembelihannya, pemotongan ayam di Rumah Potong

Hewan Restu Ibu ini sebagian sudah sesuai dan juga ada yang belum sesuai. Karena

penyembelih tidak memastikan bahwa ayam tersebut benar-benar mati oleh sebab

penyembelihan tersebut. Dan berdasarka fatwa MUI nomor 12 Tahun 2009 terhadap

pengolahan pasca penyembelihan, rumah potong ayam Restu Ibu belum sesuai,

karena di dalam proses pengolahannya ayam masih dijadikan satu antara hewan yang

mati karena sembelihan dengan hewan yang gagal penyembelihan.

Page 5: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Muamalah merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, Islam memberikan aturan-aturan yang global untuk memberikan

kesempatan bagi perkembangan hidup manusia yang seiring dengan

berkembangnya zaman, berbedanya tempat dan situasi. Karena memang pada

dasarnya alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT untuk memenuhi

kebutuhan manusia, yang mana telah diatur hal-hal sedemikian rupa. Oleh

karena itu, manusia bisa diharapkan bisa menjalankan semua aturan-aturan

yang telah diatur dalam Al-Qur‟an.1

Usaha yang dilakukan di bidang muamalah meliputi beberapa bidang

diantaranya, bisnis atau perdagangan, industri, pertanian, peternakan maupun

ketrampilan dan kemahiran yang dimiliki seseorang melalui pekerjaan. Yang

dilakukan dalam prinsip umum yang baik dan halal untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.2

Islam sebagai sebuah ajaran agama dan falsafah kehidupan juga

menjadikan ekonomi sebagai kajian yang tidak bisa dilepaskan dari Islam itu

sendiri. Ekonomi merupakan aspek muamalah yang sangat mengedapankan

nilai dan moralitas. Sehingga ketika mendekatkan Islam dengan ekonomi,

1 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 11.

2 Qomarul Huda, Fikih Muamalah (Yogyakarta: Teras, 2011), 1.

Page 6: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

2

2

akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi

terebut.3

Islam telah mengatur cara untuk memenuhi kebutuhan makanan, ada

makanan yang dihalalkan dan ada pula makanan yang diharamkan. Bahan

makanan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari sangatlah beragam, salah satunya adalah protein yang bisa

diperoleh dari ikan, daging hewan dll. Islam mempunyai garis tegas yang

menyatakan bahwa diharamkan memakan sebagian hewan tanpa disembelih

secara syara‟ terlebih dahulu.4

Pelaksanaan kegiatan ekonomi syariah di Indonesia yang dimulai sejak

tahun 1991 diawali dengan pelaksanaan perbankan syariah dan merebak ke

bidang kegiatan ekonomi lainnya yaitu asuransi syariah, pasar modal syariah,

dan pembiayaan syariah. Perkembangan ini memberikan pengaruh terhadap

perkembangan hukum yang mengakomodasi kegiatan ekonomi syariah.

Sehingga seiring dengan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia, MUI

menambah perangkat dalam struktur organisasinya dengan nama Dewan

Syariah Nasional.5

Berdasarkan SK Dewan Kepemimpinan MUI tentang Pembentukan

Dewan Syariah Nasional (DSN) No. Kep-754/MUI/II/1999, salah satu yang

3 Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 6.

4Kamil Musa, Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman, (Solo: Ziyad Visi

Media, 2006), hal. 91 5 Atho Mudzhar, Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dalam Perspektif Hukum Dan

Perundang-Undangan (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang Dan Diklat

Kementerian Agama RI, 2012), 256.

Page 7: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

3

menjadi tugas dan wewenang DSN ialah mengeluarkan fatwa. Fatwa adalah

suatu perkataan, yang diartikan sebagai pernyataan hukum mengenai suatu

masalah yang muncul kepada siapa saja yang ingin mengetahuinya. Dengan

berdasarkan pada dalil-dalil syariah secara umum dan menyeluruh.6

Selama ini lembaga yang merepresentasikan ormas Islam di Indonesia

dan diberi kewenangan untuk mengeluarkan fatwa adalah MUI. Oleh karena

itu, menjadi suatu hal yang logis jika penetapan fatwa ekonomi syariah juga

diamanatkan kepada MUI. Kemudian untuk menangani hal ini, MUI

membentuk Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia yang khusus

menjalankan fungsi MUI dalam bidang ekonomi syariah, sehingga posisi

DSN-MUI adalah mufti di Indonesia terkait dengan ekonomi syariah. Tugas

utama DSN-MUI adalah menjalankan fungsi MUI dalam bidang ekonomi

syariah, yang meliputi penetapan fatwa ekonomi syariah, pemberian opini

syariah produk lembaga keuangan syariah ataupun regulator,pengawasan

kesesuaian syariah disetiap LKS, dan pemberian rekomendasi Dewan

Pengawas Syariah.7

Fatwa muncul selain didasarkan atas nushush syar‟iyyah juga

didasarkan atas refleksi dari kondisi sosial yang melingkupinya. Sedemikian

besar pengaruh kondisi sosial terhadap lahirnya sebuah fatwa, sehingga dapat

dikatakan bahwa relevensi sebuah fatwa sangat tergantung pada kondisi sosial

6 Ichwan Sam Dkk, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah DSN-MUI (Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2014), 7-8. 7 Ichwan Sam, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah DSN-MUI (Jakarta: Penerbit Erlangga,

2014), 905.

Page 8: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

4

yang melingkupinya. Karakteristik fatwa yang merupakan respon terhadap

suatu masalah yang berkembang merupakan pintu masuk yang realistis bagi

pembaharuan hukum Islam. Fatwa DSN-MUI dalam tatanan tertentu secara

sadar dimaksudkan untuk melakukan pembaharuan tersebut. Pembaharuan

yang dilakukan oleh DSN-MUI melalui fatwanya lebih kepada menguji

validitas „illah terhadap pendapat ulama terdahulu, jika „illah nya dipandang

relevan dengan kondisi kekinian, maka pendapat ulama tersebut akan dipakai.

Dan begitupun sebaliknya. Fatwa tentang ekonomi syariah yang ditetapkan

oleh DSN-MUI, selain dibangun diatas manhaj tertentu, juga tidak terlepas

dari landasan umum hukum ekonomi syariah.8

Menurut Amir Syarifuddin, kata al-fatwa bermakna jawaban atas

persoalan-persoalan syariat atau perundang-undangan yang sulit. Bentuk

jamaknya adalah fataawin dan fataaway.9 Sedangkan al-iftaa‟ adalah

penjelasan hukum-hukum dalam persoalan-persoalan syariat, undang-undang

dan semua hal yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan orang yang

bertanya. Al- Muftiy adalah orang yang menyampaikan penjelasan hukum atau

menyampaikan fatwa di tengah-tengah masyarakat. Mufti adalah seorang

faqih yang diangkat oleh Negara untuk menjawab persoalan-persoalan.

Sedangkan menurut pengertian syariat, tidak ada perselisihan pendapat

mengenai makna syariat dari kata al-fatwa dan al-iftaa‟ berdasarkan makna

bahasanya. Oleh karena itu, fatwa secara syariat bermakna, penjelasan hukum

syariat atas suatu permasalahan dari permasalahan-permasalahan yang ada,

8 Ma‟ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam (Jakarta: Elsas, 2008), 281.

9 Amir Syarifuddin, Ushul Fikih Jilid ll (Jakarta: Kencana Prenada Media Grop, 2011), 455.

Page 9: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

5

yang didukung oleh dalil yang berasal dari Al-Qur‟an, sunnah nabawwiyyah,

dan ijtihad.10

Fatwa merupakan perkara yang sangat urgen bagi manusia,

dikarenakan tidak semua orang menggali hukum-hukum syariat. Pada zaman

modern sekarang ini, fatwa adalah pendapat hukum Islam dari mufti atau

ulama sebagai individu atau kolektif sebagai jawaban atas pertanyaan yang

diajukan atau sebagai respon atas masalah yang berkembang dalam

masyarakat. Dari pengertian dan sifat fatwa tersebut di atas maka fatwa pada

satu sisi adalah objek kajian hukum Islam, tetapi pada sisi yang lain fatwa juga

dapat digunakan sebagai sumber penting bagi penulisan sejarah sosial dan

ekonomi dalam masyarakat Islam, dimana mufti atau ulama itu hidup.11

Dalam istilah fiqh pemotongan disebut dzukāt/dzabh. Qathruf

mengatakan bahwa asal kata dzukāt dalam bahasa adalah tamām

(penyempurnaan). Sedangkan dalam syar‟i, dzukāt adalah ungkapan untuk

sebuah penumpahan darah yang disertai dengan niat kepada Allah SWT.12

Pemotongan adalah sengaja memutus saluran makanan, tenggorokan dan dua

pembuluh darah hewan dengan alat yang tajam selain kuku dan gigi.

Pemotongan dilakukan untuk melepaskan nyawa binatang dengan jalan paling

mudah, yang kiranya meringankan dan tidak menyakiti. Penyembelihan

adalah syarat halalnya memakan hewan darat yang boleh dimakan. Artinya,

tidak halal memakan hewan apa pun yang boleh dimakan tanpa dilakukan

10

Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Dalam Sistem Hukum

Nasional Di Indonesia (Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat Kemenag Ri, 2010), 63. 11

Muhammad Sugiono, Kedudukan Fatwa Dalam Islam,

Http//Muhammadsugionowordpress.Com, Diakses Pada Tanggal 21 Agustus 2019. 12

Kamil Musa, Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman, Terj. Ahkaamul

Ath-„Imati fil Islaami oleh Suyatno, (Solo: Ziyad Visi Media, 2006), 91.

Page 10: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

6

penyembelihan yang sesuai dengan aturan syari‟at. Dari uraian diatas Allah

SWT mengaitkan kehalalan memakan hewan–hewan tersebut dengan

penyembelihan. Sementara itu, hikmah dilakukannya penyembelihan adalah

melindungi kesehatan manusia secara umum dan menghindarkan tubuh dari

kemudharatan dengan cara memisahkan darah dari daging dan mensucikannya

dari cairan merah tersebut. Mengkonsumsi darah yang mengalir hukumnya

haram, sebab membahayakan kesehatan tubuh manusia dikarenakan ketika itu

darah menjadi tempat bersemayamnya berbagai kuman dan mikroba

berbahaya.13

Sembelihan adalah semua binatang yang halal untuk dimakan yang

disembelih dengan baik dalam keadaan berbaring (dzabh) maupun berdiri

(nahr) pada saat menyembelihnya. Demikian kambing dari jenis domba

maupu kambing biasa, demikian pula seluruh jenis unggas seperti ayam dan

lain-lainnya, semuanya di sembelih dalam keadaan berbaring.14

Proses pemotongan hewan harus mendapat perhatian yang khusus

sehingga pemotongannya benar-benar sesuai dengan syariat yang sah. Yang

sudah diatur didalam Fatwa MUI no 12 tahun 2009 tentang standar sertifikasi

penyembelihan halal. Untuk itu harus mengetahui dan menentukan dengan

jelas bagaimana pemotongannya, profesi penyembelih, proses pemotongan

pada hewan, alat pemotongan, tata caranya, tasmiyah (penyebutan) nama

13

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, (Jakarta Timur: Almahira, 2010), hal 305-306 14

Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Tata cara Qurban Tuntunan Nabi, (Jogjakarta:Media

Hidayah,2003),75.

Page 11: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

7

Allah Swt, niat serta hal-hal yang berhubungan dengan pemotongan termasuk

syarat-syarat sah dan syarat-syarat yang bersifat etis.15

Perhatian ini dianggap perlu karena semakin banyak dan kompleksnya

jenis makanan yang menurut sebagian orang dianggap modern dan memenuhi

syarat kesehatan, tetapi tidak jelas halal-haramnya. Hewan yang boleh

dimakan dagingnya oleh manusia tidak halal dimakan kecuali dengan

penyembelihan secara syara‟ atau dengan cara yang semakna dengannya. Ada

dua binatang yang dikecualikan oleh syariat Islam dari kategori bangkai, yaitu

belalang dan ikan dengan semua jenisnya dari berbagai macam binatang yang

hidup didalam air.16

Untuk memastikan kehalalan sembelihan, harus diperhatikan hewan

yang hendak disembelih. Standar hewan yang boleh disembelih adalah hewan

yang halal dimakan, hewan harus dalam keadaan hidup ketika disembelih,

kondisi hewan harus memenuhi standar kesehatan hewan yang ditetapkan oleh

lembaga yang memiliki kewenangan. Dalam Islam seorang penyembelih harus

memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Penyembelih disyaratkan beragama

Islam dan sudah akil baligh, memahami tata cara penyembelihan yang syar'i,

serta memiliki keahlian dalam penyembelihan.

Syarat sah nya suatu penyembelihan adalah dengan mengalirkan darah,

memutuskan urat leher, dan memutuskan tempat penyembelihan (tenggorokan

15

Kamil Musa, Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman, (Solo: Ziyad Visi

Media, 2006), 90. 16

Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu Surabaya,

2010), 60.

Page 12: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

8

dan kerongkongan) dengan tidak memecahkannya. Penyembelihan ini tidak

boleh dilakukan dengan kuku dan gigi.17

Penyembelihan dilakukan dengan

mengalirkan darah melalui pemotongan saluran makanan, saluran

pernafasan/tenggorokan, dan dua pembuluh darah. Proses penyembelihan

dilakukan satu kali dan secara cepat serta memastikan adanya aliran darah

dan/gerakan hewan sebagai tanda hidupnya hewan dan memastikan matinya

hewan disebabkan oleh penyembelihan tersebut.18

Sebagaimana firman Allah

SWT dalam surat Al-Maidah:3 sebagai berikut:

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging

hewan) yang disembelih atas nama selain nama Allah, yang tercekik, yang

terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali

yang sempat kamu menyembelihya, dan (diharamkan bagimu) yang di

sembelih untuk berhala. Dan diharamkan juga mengundi nasib dengan anak

panah, mengundi nasib dengan anak panah itu adalah kefasikan”.19

17

Imam Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Al‟um Buku 1 jilid 1-2, (Jakarta:

Pustaka Azzam,2013)., hal. 758 18

Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi

Penyembelihan Halal, hal. 70 19

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya, 108.

Page 13: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

9

Di Barat, metode penyembelihan konvensional dengan menggorok

leher hewan (slaugthering) dianggap menyakiti hewan. Oleh karenanya,

seiring kemajuan teknologi, orang-orang Eropa mengembangkan teknik

stunning atau pemingsanan sebelum melakukan penyembelihan. Dengan

pemingsanan, hewan belum mati, tapi pingsan lalu disembelih. Tujuan

pemingsanan sebenarnya bukan sekadar belas kasihan terhadap hewan, namun

efisiensi waktu penyembelihan. Jumlah kebutuhan daging di Eropa sangat

tinggi. Ribuan ternak harus disembelih tiap harinya. Penyembelihan manual

akan memakan waktu yang lama, khususnya bagi rumah pemotongan hewan

yang besar. Sementara dengan stunning, hewan lebih mudah ditenangkan lalu

disembelih. Lebih efisien secara waktu dan terkesan lebih berbelas kasihan

kepada hewan. Saat sekarat lalu mati, hewan tak bergerak karena sudah

pingsan. Lain halnya jika digorok, hewan terlihat tersiksa saat sekarat.20

Disini penulis mengambil lokasi penelitihan di pemotongan ayam,

tepatnya di RPH Restu Ibu yang bertempat di Dusun Bulak Desa Karangan

Kecamatan Balong. Penulis memilih lokasi ini dengan alasan karena di RPH

ini marketingnya sudah mecapai luar kota dan tentunya sudah sangat luas,

selain dari pada itu penulis tau bahwa pemotongan ayam tersebut sudah masuk

dalam kategori besar. Selain dari marketing dan lokasinya penulis menemukan

permasalahan di dalam pemilihan hewan, penyembelihan serta pengolahannya

20

Hujjah,“Majalah Fikih Islam”, Stunning Pemingsanan Hewan Sebelum Disembelih, 6 Juni

2015. http://www.hujjah.net/2015/06/06/stunning-pemingsanan-hewan-sebelum-disembelih/ (11

September 2019).

Page 14: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

10

yang belum penulis temukan ditempat lainnya.21

Mata pencahariaan

masyarakat Desa Karangan Kecamatan Balong Ponorogo ini yaitu rata- rata

pekerjaannya berdagang dan bertani. Di dalam sektor perdagangan, yang

dilakukan oleh masyarakat desa Karangan yaitu berdagang ayam dan juga

melayani pemotongan ayam yang dilakukan di RPH nya pribadi, di dalam

praktiknya pemotongan ayam tersebut dibagi menjadi dua yaitu, pemotongan

ayam yang berasal dari lokasi pemotongan dan juga ayam yang dibawa dari

rumah oleh masyarakat Desa Karangan dan sekitarnya untuk dipotongkan.

Ayam yang dibawa dari rumah hanya dikenakan membayar jasa

pemotongannya saja. Biaya pemotongannya yaitu sebesar 5000 rupiah.

Sedangkan ayam yang membeli dari RPH tersebut tidak dikenai biaya

pemotongan. Sedangkan di dalam sektor pertanian, masyarakat desa Karangan

biasa yang mereka lakukan yaitu seperti berladang, kesawah dan juga mencari

rumput.22

Didalam standar kesehatan hewan, penulis menemukan bahwa ada

beberapa hewan yang belum memehuhi standar kesehatan, yang mana penulis

ketahui pada saat ayam sudah dibersihkan ternyata ada ayam yang warnanya

hitam lebam dan ada juga yang sebagian dari daging ayam tersebut sudah

tidak layak konsumsi.23

Akan tetapi, untuk standar kesehatan ayam pembeli

tidak bisa memilih mana ayam yang benar-benar sehat dan mana ayam yang

mengandung penyakit. Karena di dalam praktiknya ada pembeli yang datang

21

Observasi, 22 September 2019. 22

Budi, Wawancara, 22 September 2019. 23

Observasi, 10 Desember, 2019.

Page 15: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

11

untuk membeli daging ayam tersebut, penjual langsung mengambilkannya

ayam yang masih hidup, sehingga setelah sudah disembelih dan dipotong,

banyak pembeli yang menemukan kecacatan tehadap fisik hewan tersebut.24

Di dalam penyembelihan ayam penulis mendapatkan kejanggalan yang

mana di dalam penyembelihannya masih diragukan apakah ayam tersebut

sudah benar-benar terpotong urat nadinya, tenggorokannya dan juga alat

pernafasannya. Sebab, pada saat ayam sudah disembelih masih ada beberapa

ayam yang masih hidup kembali. Sehingga ayam tersebut disembelih kembali.

Penyembelihan yang dilakukan sangat cepat. Dengan menggunakan pisau.25

Di dalam Fatwa MUI No 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi

Penyembelihan Halal disebutkan bahwa hewan yang gagal penyembelihan

harus dipisahkan, akan tetapi didalam proses pengolahannya semua daging

yang sudah melewati proses mulai dari penyembelihan hingga pencucian

dijadikan satu, tanpa dipisahkan antara ayam yang gagal sembelih dengan

ayam yang mati karena sembelihan.26

Sehingga, berdasarkan permasalahan yang penulis temui, dapat

disimpulkan bahwa didalam praktik pemotongan ayam tersebut penulis

merangkum tiga permasalahan. Yang pertama didalam pemilihan hewan

antara yang sehat dan yang mengandung penyakit dan yang kedua didalam

pemotongannya dan yang ke tiga di dalam pengolahannya. Maka dari itu

24

Eva, Wawancara, 10 Agustus 2019. 25

Observasi, 10 Desember, 2019. 26

Observasi, 12 Januari, 2020.

Page 16: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

12

penulis ingin mengkajinya lebih dalam melalui skripsi yang berjudul

“Analisis Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi

Penyembelihan Halal Terhadap Pemotongan Ayam Di RPH “Restu Ibu”

Desa Karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diambil

beberapa pokok permasalahan. Agar terancang dan sistematis maka dapat

diambil beberapa garis besar tentang pokok permasalahan yang ada, untuk

dibahas dalam sebuah skripsi, yaitu:

1. Bagaimana analisa Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 tentang Standar

Sertifikasi penyembelihan Halal terhadap pemilihan hewan di RPH Restu

Ibu Balong Kabupaten Ponorogo?

2. Bagaimana analisa Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 tentang Standar

Sertifikasi Penyembelihan Halal terhadap cara pemotongan ayam di RPH

Restu Ibu Balong Kabupaten Ponorogo?

3. Bagaimana analisa fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standar

Sertifikasi Penyembelihan Hewan Halal terhadap pengolahan pasca

penyembelihan ayam di RPH Restu Ibu Balong Ponorogo?

Page 17: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

13

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui analisa Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 tentang

Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal terhadap pemilihan hewan di

RPH Restu Ibu Balong Ponorogo.

2. Untuk mengetahui analisa Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 tentang

Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal terhadap cara pemotongan di

RPH Restu Ibu Balong Ponorogo.

3. Untuk mengetahui apakah sudah sesuai atau belom antara Fatwa MUI

Nomor 12 Tahun 2009 tentang Standar Sertifikasi penyembelihan Halal

dengan pemilihan hewan dan juga cara pemotongan yang dipraktekan di

RPH Restu Ibu Balong Ponorogo.

D. Manfaat Penelitian

Agar tujuan dari penelitian skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan,

maka penulis berharap agar penelitian ini berguna untuk:

1. Kegunaan Ilmiah

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam rangka memperkaya hazanah keilmuan dan berpartisipasi dalam

pengembangan pemikiran dibidang hukum Islam.

2. Kegunaan Terapan

Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih pemikiran didalam

meghadapi problematika yang ada, khususnya dalam masalah pemilihan

Page 18: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

14

hewan dan juga cara pemotongan ayam di RPH Restu Ibu Balong

Ponorogo.

E. Kajian Pustaka

Sejauh penelusuran penulis, belum ada karya tulis yang membahas

tentang standar sertifikasi penyembelihan halal ini. Oleh karena itu penulis

beranggapan bahwa penelitian ini masih layak untuk dilakukan.

Diantara karya tulis yang penulis temukan adalah:

Pertama, Skripsi Hasan Saiful Rizal S, 2014 , Prespektif Fiqih

Muamalah Terhadap Praktik Jual Beli Ayam Potong Di Desa Ginuk

Kecamatan Karas Kabupaten Magetan, di dalam praktik jual beli tersebut ada

pemotongan timbangan, bahkan disini terjadi dua kali pemotongan dan ada

juga pengembalian ayam setelah penimbangan cacat atau mati karena

penimbangan. Pemotongan timbangan ½ kg setiap sekali penimbangan dan

pemotongan timbangan seberat keranjang yang digunakan untuk menimbang

dilakukan setelah penimbangan selesai. Sedangkan pengembalian ayam

karena cacat atau mati dilakukan setelah penimbangan selesai. Dengan alasan

untuk mengantisipasi jika ada susut di kemudian hari dan untuk memperoleh

berat bersih. Dengan fokus permasalahan, a. bagaimana perspektif fikih

muamalah terhadap kuantitas timbangan pada jual beli ayam potong di Desa

Ginuk kecamatan Karas kabupaten Magetan?. b. bagaimana perspektif fikih

muamalah terhadap pengembalian ayam potong di Desa Ginuk Kecamatan

Karas Kabupaten Magetan?.

Page 19: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

15

Didalam penelitihan ini peneliti menggunakan jenis penelitihan

lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan dan wawancara.

Pendekatan yang penulis gunakan didalam penelitihan ini adalah penelitihan

kualitatif. Dari hasil pembahasan dan analisis tersebut dapat diperoleh

kesimpulan bahwa, a. pemotongan timbangan ½ kg dan pemotongan

timbangan seberat keranjang yang digunakan pada jual beli ayam potong di

Desa Ginuk Kecamatan Karas Kabupaten Magetan adalah sah menurut fiqh

muamalah, karena kedua belah pihak telah setuju dan suka sama suka untuk

melakuakan jual beli diantara kedua belah pihak tidak ada yang merasa

dirugikan. b. pengembalian setelah penimbangan karena cacat atau mati, sah

menurut fiqh muamalah, karena hal ini sudah menjadi adat kebiasaan diantara

kedua belah pihak dan atas dasar suka sama suka.27

Kedua, skripsi Wiwik Dwi Astuti, 2016, Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Praktik Jual Beli Ayam Dirumah Potong Hewan Hidayah

Ponorogo. Didalam prakteknya jual beli ayam ini menggunakan dua macam

akad jual beli dan menggunakan 4 macam cara pembayaran serta adanya

perubahan harga ayam ketika telah jatuh tempo. Dari praktik tersebut penulis

menyajikan pembahasan sebagai berikut:

a. Tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad jual beli ayam.

b. Tinjauan hukum Islam terhadap cara pembayaran ayam.

c. Tinjauan hukum Islam terhadap perubahan harga ayam ketika jatuh tempo.

27

Hasan Saiful Rizal, “Prespektif Fiqih Muamalah Terhadap Praktik Jual Beli Ayam Potong

Di Desa Ginuk Kecamatan Karas Kabupaten Magetan”, Skripsi (Ponorogo: IAIN Ponorogo,

2014), 77.

Page 20: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

16

Penelitihan ini merupakan penelitihan lapangan yang menggunakn

metode penelitihan kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi dan

wawancara, analisis, dan menggunakan metode deduksi, dengan

menggunakan hukum Islam.

Dari pembahasan ini dapat diambil kesimpulan bahwa, (a). akad jual

beli ayam di RPH Hidayah Ponorogo telah sesuai dengan hukum Islam,

karena semua syarat dan rukun jual beli telah terpenuhi. (b). cara pembayaran

di RPH Hidayah Ponorogo dengan menggunakan cara pembayaran secara

DP, mengangsur, atau membayar dibelakang adalah tidak bertentangan

dengan hukum Islam. Karena adanya kesepakatan yang menunjukkan

kerelaan dari kedua belah pihak dengan tidak adanya suatu paksaan. (c).

perubahan setelah jatuh tempo di RPH Hidayah Ponorogo telah sah menurut

hukum Islam karena kedua belah pihak sudah saling rela dan juga tidak ada

yang dirugikan. selain itu hal ini sudah menjadi adat kebiasaan dalam

masyarakat tersebut.28

Jadi bisa disimpulkan, dari karya tulis diatas sangat berbeda dengan

karya tulis yang ingin penulis buat, baik dari segi sudut pandang dan juga dari

segi rumusan masalah. Karena didalam skripsi yang pertama menggunakan

sudut pandang fikih muamalah dengan rumusan masalah dari segi kuantitas

dan pengembalian ayam dan skripsi yang kedua ditinjau dari segi hukum

islam, dengan rumusan masalah terkait akad, cara pembayaran, dan juga

perubahan harga. Sedangkan skripsi yang akan penulis buat, disini penulis

28

Wiwik Dwi Astuti, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Ayam Dirumah

Potong Hewan Hidayah Ponorogo”, Skripsi (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2016), 79.

Page 21: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

17

menggunakan analisis fatwa MUI yang menerangkan tentang pemotongan

ayam. Dengan rumusan masalah terkait pemilihan hewan atau standar hewan

yang disembelih dan juga didalam praktik penyembelihannya serta di dalam

pengolahannya. Dari sangat jelas disini bahwa skripsi yang penulis akan buat

sangat berbeda dengan skripsi-skripsi yang sudah ada.

F. Metode Penelitian

Agar mendapatkan data yang akurat dan lengkap dalam hasil

penelitian yang akan dilaksanakan nantinya, maka jenis penelitian yang

penyusun gunakan adalah sebagi berikut :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

lapangan (field research) yaitu yang mana penelitian dilakukan secara

mendalam terhadap subjek dan objek penelitian yaitu praktek pemotongan

ayam di RPH Restu Ibu Desa Karangan Kecamatan Balong Kabupaten

Ponorogo. Dengan sifat penelitian yaitu deskriptif, dan untuk memecahkan

masalah dengan pendekatan normatif dengan analisa kualitatif. Pendekatan

kualitatif, yaitu menurut Bogdan dan Taylor didefinisikan sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang disusun. Ide

pentingnya adalah bahwa penelitian ini berangkat dari lapangan untuk

Page 22: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

18

mengamati atau mengadakan tentang suatu fenomena dalam suatu

keadaan.29

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai partisipan penuh,

yang artinya peneliti terjun langsung untuk mengamati fenomena yang

terjadi dilapangan yaitu praktek pemotongan ayam di RPH Restu Ibu di

Balong Ponorogo. Begitu juga dengan pengamatan yang dilakukan adalah

pengamatan secara terang-terangan. Selain itu peneliti juga melakukan

wawancara langsung kepada penjual atau pemotong dan juga pembeli

yang berfungsi sebagai informan yang dapat memberikan penjelasan dan

data yang akurat sebagai bahan dalam penelitian ini. Selama penelitian

berlangsung, informan juga mengetahui akan keberadaan peneliti dengan

melakukan pertemuan dan tanya jawab langsung. Hal ini peneliti lakukan

untuk mendapatkan data dan fakta yang benar-benar terjadi.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan objek Penelitian ini terletak desa Karangan

Kec Balong Ponorogo. Penulis memilih lokasi ini dikarenakan masih perlu

dilakukan kajian terhadap praktik pemotongan ayam di RPH Restu Ibu

Balong Kabupaten Ponorogo.

4. Data dan Sumber Data Penelitian

a. Data

29

Lexy J.Moloeng, metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2004),26.

Page 23: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

19

Data adalah kumpulan keterangan-keterangan atau deskripsi

dasar dari suatu hal (objek atau kejadian) yang diperoleh dari hasil

pengamatan (observasi) dan dapat diolah menjadi bentuk yang lebih

kompleks, seperti; informasi, database, atau solusi untuk masalah

tertentu. Data yang digunakan penulis disini yaitu data tentang praktek

pemotongan ayam antara pemotong dengan pembeli di RPH Restu Ibu

Balong Kabupaten Ponorogo.

b. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

1) Sumber data primer

Penelitian dengan menggunakan sumber data primer

membutuhkan informasi dari sumber pertama atau responden. Data

atau informasi diperoleh melalui pertanyaan tertulis dengan

menggunakan lisan dengan menggunakan metode wawancara.30

Data utama dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan

para informan, yaitu kepada para penjual ayam maupun kepada

pembeli di RPH Restu Ibu Balong Ponorogo yaitu sebagai berikut:

Pemilik rumah potong ayam Restu Ibu : pak budi dan keluarga

Pengelola : bapak budi dan bapak iswahyudi

Keuangan : bapak iswahyudi

30

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2006), 16.

Page 24: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

20

Karyawan : Yuli, Arif, Wawan, Surya, Pak Ren, Rijal, Rochim,

dan Si Pur.

Pembeli : Eva, Sutris, Angga, Anjar, Rina, Boinah dan Sarji.

2) Sumber data sekunder

Penelitian dengan menggunakan sumber data sekunder

adalah penelitihan yang menggunakan bahan yang bukan dari

sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau

informasi untuk menjawab masalah yang diteliti. Penelitian ini

juga dikenal dengan penelitian yang menggunakan studi

kepustakaan dan yang biasanya digunakan oleh para peneniti yang

menganut paham pendekatan kualitatif.31

Peneliti menggunakan

data sekunder ini untuk memperkuat penemuan atau informasi

yang telah dikumpulkan melalui observasi dan wawancara secara

langsung dengan penjual atau pemotng dan juga pembeli di RPH

Restu Ibu balong Kabupaten Ponorogo.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan

digunakan peneliti adalah:

a. Wawancara

Metode wawancara bebas terpimpin. Yaitu suatu wawancara

dimana peneliti bebas melakukan wawancara dengan berpijak

kepada cacatan mengenai pokok-pokok pertanyaan. Wawancara

31

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2006), 17.

Page 25: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

21

yang di lakukan dalam metode kualitatif cenderung tidak formal

seperti obrolan-obrolan ringan. Bersifat mendalam dan segala

sesuatunya dikembangkan sendiri oleh penelitinya.32

Materi

wawancara adalah tema yang berkisar pada ruang lingkup fenomena

bisnis berbasis syariah dalam fatwa-fatwa tersebut, seperti yang

tertera dalam rumusan masalah. Wawancara ini dilakukan dengan

pihak-pihak yang mendukung, yaitu : pemotong atau penjual,

pembeli, serta orang-orang yang mengetahui praktik jual beli

tersebut.33

Di dalam proses wawancara, yang penulis lakukan yaitu

dengan bersilaturahmi dengan pemilik RPH sekaligus tuan rumah.

Berawal dari terkait perizinan dan dilanjutkan bertanya tentang

sejarah, profil RPH, visi misi dan juga proses di dalam pemotongan

ayam tersebut. Mulai dari ayam sampai di lokasi sampai ayam

sudah siap dipasarkan oleh para pedagang-pedagang pasar. Setelah

itu, penulis terjun langsung sekaligus mengikuti atau membantu

proses pemotongan ayam. Dan bertemu dengan orang-orang yang

menyembelih, karyawannya serta para pembeli yang berjumlah

begitu banyak yang juga saya beri pertanyaan terkait apa yang

penulis bahas di dalam skripsi ini.

b. Observasi

32

Mudjaharin Thohir, Memahami Kebudayaan, Teori, Metodologi, dan Aplikasi

(Semarang: Fasindo Press, 2007), 58. 33

Roni Hanijito Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, cet, Ke-2 (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1993), 72.

Page 26: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

22

Observasi atau pengamatan secara langsung yaitu

melakukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian. Karena

teknik pengamatan ini memungkinkan melihat dan mengamati

sendiri kemudian mencatat kejadian sebagaimana yang terjadi pada

keadaan yang sebenarnya.34

Yaitu suatu aktivitas yang

memperhatikan dan mencermati bagaimana pelaksanaan praktek

pemotongan ayam di RPH Restu Ibu Balong Kabupaten Ponorogo.

Dengan metode observasi ini, peneliti secara langsung terjun di

lapangan dan melakukan pencatatan terhadap praktek pemotongan

ayam serta mengamati dan mengikuti proses pemotongan dari awal

sampai akhir.

6. Teknik Pengolahan Data

Adapun pengolahan data yang digunakan oleh penyusun adalah

dengan cara sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang

terkumpul, terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna,

keselarasan satu dengan yang lainnya, relevansi, dan beragam

masing-masing dalam kelompok data.35

34

Lexy J. Meloers, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet, ke-XXIII (Bandung: Raja

Resdakarya, 2007), 174. 35

Misri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3IES,

1982), 191.

Page 27: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

23

b. Organizing, yaitu menyusun data dan sekaligus mensistematis dari

data-data yang diperoleh dalam rangka paparan yang sudah dan

direncanakan sebelumnya sesuai dengan permasalahannya.36

c. Penemuan hasil data, melakukan analisis lanjutan terhadap hasil

pengorganisasian data dengan teori-teori sehingga diperoleh

kesimpulan sebagai pemecahan dari rumusan yang ada.

7. Analisa Data

Untuk memperoleh hasil yang lengkap, tepat dan benar maka,

analisis data yang digunakan adalah metode data kualitatif dengan cara

berfikir deduktif. Metode ini digunakan untuk menganalisis data

kualitatif (data yang tidak berupa angka), sedang dalam menganalisis

data tersebut digunakan cara berfikir deduktif yaitu berangkat dari

dalil-dalil yang bersifat umum kemudian diteliti untuk diambil suatu

kesimpulan yang bersifat khusus.

8. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data dalam suatu penelitian ditentukan dengan

menggunakan kriteria kredibilitas. Yang dapat ditentukan dengan

beberapa teknik agar keabsahan data dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam penelitian ini, untuk menguji kredibilitas data menggunakan

teknik sebagai berikut:

a. Ketekunan Pengamatan

36

Ibid.,192.

Page 28: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

24

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut

maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara

pasti dan sistematis.37

Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita

mengecek soal-soal, atau makalah yang telah dikerjakan, apakah

ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan itu,

maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data

yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan

meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan

deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang

diamati.38

Teknik ketekunan pengamatan ini digunakan peneliti agar

data yang diperoleh dapat benar-benar akurat. Untuk meningkatkan

ketekunan pengamatan peneliti, maka peneliti akan membaca

berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-

dokumentasi yang terkait dengan teori fatwa MUI Nomor 12 tahun

2009 tentang standar sertifikasi halal .39

Dalam teknik ketekunan pengamatan, penulis membaca dan

mencari sumber-sumber referensi berupa buku, hasil penelitihan,

ataupun dokumen-dokumen yang terkait dengan teori tentang

penyembelihan halal. Selain daripada itu penulis mengecek

37

Ibid., 272. 38

Ibid,. 39

Ibid.

Page 29: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

25

kembali, apakah data-data yang telah penulis kumpulkan benar-

benar valid. Baik data lapangan maupun referensi.

b. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi

sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi

sumber. Dimana peneliti melakukan pengecekan data tentang

keabsahannya, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen dengan memanfaatkan berbagai sumber data informasi

sebagai bahan pertimbangan. Dalam hal ini peneliti

membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara,

dan juga membandingkan hasil wawancara dengan wawancara

lainnya yang kemudian diakhiri dengan menarik kesimpulan

sebagai hasil temuan lapangan.40

G. Sistematika Pembahasan

Agar penelitian ini menghasilkan bentuk tulisan yang ilmiah dan

baik, untuk mempermudah penulis dalam menyusun skripsi, maka susunan

skripsi ini dalam pembahasannya dibagi dalam beberapa bab, sebagai

berikut:

40

Ibid., 273.

Page 30: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

26

Pada bab pertama, pendahuluan. Dalam bab ini merupakan

gambaran umum untuk memberi pola pemikiran skripsi ini, yang akan

menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan, telaah pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Pada bab kedua akan diuraikan tentang konsep Fatwa MUI No 12

Tahun 2009 Tentang Standart Serttifikasi Penyembelihan Halal,

pengertian penyembelihan, rukun dan syarat penyembelihan, tata cara

penyembelihan, pengolahan.

Pada bab ketiga diuraikan tentang praktik pemotongan ayam di

RPH Restu Ibu Desa Karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo.

Untuk itu penulis akan menggambarkan seajarah singkat wilayah

penelitian, dilanjut dengan prakteknya.

Pada bab keempat, membahas mengenai inti dari pembahasan

skripsi ini, dalam bab ini akan membahas mengenai hasil analisis Fatwa

MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan

Halal terhadap pemotongan ayam di RPH Restu Ibu Desa Karangan

Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo.

Pada bab kelima merupakan penutup, berisi kesimpulan yang

merupakan jawaban dari rumusan masalah yang dilengkapi dengan saran

sebagai bahan rekomendasi dari hasil penelitian penulis.

Bagian akhir skripsi ini memuat tentang lampiran-lampiran, terdiri

dari salinan Fatwa MUI No 12 Tahun 2009 Tentang Standart Sertifikasi

Page 31: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

27

Penyembelihan Halal, lampiran izin rekomendasi penelitian, lampiran

pedoman wawancara dan lampiran curriculum vitae serta lampiran lainya

yang dianggap penting.

Page 32: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

28

BAB II

KONSEP PENYEMBELIHAN HALAL

BERDASARKAN KETENTUAN FATWA MUI NOMOR 12 TAHUN 2009

TENTANG STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL

A. Konsep Pemilihan Hewan Berdasarkan Ketentuan Fatwa MUI No 12

Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

Di dalam penyembelihan harus memperhatikan standar hewan yang akan

di sembelih. Penyembelihan yang dilakukan terhadap hewan yang halal

dimakan dimaksudkan untuk mensucikan hewan dari najis sehingga

menjadikannya halal untuk dimakan. Hal ini disebabkan karena mengalirnya

darah dari hewan yang disembelih menjadikan hewan itu suci dan baik. Semua

hewan yang dinilai oleh orang Arab (pada masa turunnya Al-Qur‟an) halal,

kecuali yang diharamkan agama. Dengan penyembelihan hewan tersebut,

dapat membedakannya dengan bangkai yang diharamkan.1 Hewan yang

disembelih merupakan hewan yang halal dimakan, di bawah ini adalah keadaan

hewan yang harus disembelih, diantaranya yaitu:

1. Hewan yang halal dimakan, baik yang ada di darat, udara, maupun yang ada

di laut, seperti kambing, kerbau, sapi, unta, ayam, burung, ikan dan

lain sebagainya.

2. Hewan maqdur „alaih, Ulama‟ Fiqih sepakat bahwa hewan darat apabila

keadaannya maqdur „alaih dan hidupnya belum putus serta disembelih

dengan ketentuan syara‟ maka halal untuk dimakan.

1 Abdul Fatah Idris, Terjemahan Ringkas Fiqih Islam Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta, 1987),

305.

Page 33: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

3. Hewan yang dicekik, dipukul, jatuh, atau diterkam dan diketahui adanya

hayyat mustaqirrah pada hewan itu dan tidak sampai mati, jika hewan

itu dibiarkan tidak disembelih tentu hewan itu hidup menurut dugaan

yang kuat, dan hewan itu disembelih maka halal untuk dimakan.

4. Hewan ghair maqdur „alaih, seperti menjadi liar sesudah dijinakkan,

jatuh ke dalam sumur, atau sepertinya jika dilukai bagian manapun dari

tubuhnya dan dianggap sebagai tempat untuk menyembelihnya maka halal

untuk dimakan.

5. Hewan yang hampir mati, disebabkan sakit dan berada dalam keadaan

hidupnya yang paling minim lalu disembelih, maka hewan itu halal dimakan.2

Diantara syarat-syarat hewan yang disembelih berdasarkan ketentuan Fatwa

MUI nomor 12 tahun 2009 tentang standar sertifikasi penyembelihan halal,

diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Hewan yang disembelih adalah hewan yang halal dan boleh untuk dimakan

Allah menciptakan berbagai jenis binatang juga dikaruniakan kepada

manusia, tetapi tidak semuanya boleh atau halal untuk dimakan dagingnya.

Dalam hukum agama sendiri Islam juga telah memberikan kategori macam-

macam binatang yang halal untuk dimakan. Jika melihat tempat hidup hewan

yang terbagi menjadi tiga yaitu darat, air dan bisa di darat ataupun di laut (dua

alam). Maka hewan yang dihalalkan dalam hukum Islam adalah hewan yang

hidupnya menetap pada satu alam, di laut saja, ataupun di darat saja. Seperti

binatang ternak (kecuali babi) dan ikan. Dalam Al-Qur‟an sendiri juga telah

dijelaskan mengenai halalnya daging binatang ternak ini.

2 Yusuf Qordhowi, Halal Dan Haram Dalam Islam, Diterjemahkan Oleh Tim Kuadran Dari

Halal Wal Haram Fil Islam, (Bandung: Jabal, 2007), 67-68.

Page 34: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

Dan untuk hewan yang hidup di air, baik itu di laut atau di air tawar,

juga dijelaskan dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 96 sebagai berikut:

أ …

Artinya: “ Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang

berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-

orang yang dalam perjalanan…”

Khusus binatang yang hidupnya di darat, semuanya adalah halal

selama tidak ada dalil yang mengharamkannya, dan juga melalui

penyembelihan yang sah pula. Adapun untuk hewan buruan yang ditangkap

oleh hewan yang sudah terlatih, asalkan melepas hewannya juga dengan

menyebut asma Allah. Seperti yang tertera dalam QS. Al-Maidah (5): 4

Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu: “Apakah yang dihalalkan bagi

mereka?”. Katakanlah: “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan

(buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar

dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa

yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa

yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang

buas itu (waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya”.

2. Hewan harus dalam keadaan hidup sebelum disembelih

Di dalam ketentuan hukum Islam hewan yang akan disembelih

dianjurkan harus masih dalam keadaan hidup. Tidak boleh hewan yang sudah

mati. Karena apabila hewan yang disembelih sudah mati itu dinakan bangkai,

Page 35: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

dan itu haram dimakan. Kecuali bangkai belalang dan ikan. Seperti dijelaskan

dalam Q.S Al-Maidah ayat 3 sebagai berikut:

Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,

(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang

tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam

binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan

(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.” (QS. Al

Maidah: 3)

3. Kondisi hewan harus sehat.3

Hewan yang akan disembelih harus masih dalam keadaan sehat, agar

baik dan sehat untuk dimakan. Tidak dianjurkan hewan yang tidak layak

konsumsi dilakukan penyembelihan. Kondisi hewan harus memenuhi standar

kesehatan hewan yang ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan.

B. Konsep Penyembelihan Hewan Berdasarkan Ketentuan Fatwa MUI No 12

Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal

1. Pengertian penyembelihan

Penyembelihan adalah tindakan memotong urat-urat kehidupan yang

ada pada hewan itu, yaitu empat buah urat, diantaranya yaitu tenggorokan,

3 Fatwa MUI No 12 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal, 706.

Page 36: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

kerongkongan dan dua urat besar yang terletak di bagian samping leher. Letak

penyembelihan itu sendiri adalah bagian diantara bagian bawah leher dengan

tempat tumbuhnya jenggot, yaitu tulang rahang bawah. Sementara itu, yang

disebut penyembelihan dalam pandangan madhab Syafi‟i dan Hambali adalah

tindakan menyembelih hewan tertentu yang boleh dimakan dengan cara

memotong tenggorokan dan kerongkongannya. Adapun posisi dan letak

pemotongan itu bisa di bagian atas leher atau di bagian bawah leher, atau

dalam situasi yang tidak memungkinkan dilakukannya penyembelihan dileher,

akan dilakukan penikaman yang mematikan dibagian mana saja dari tubuh

hewan itu.4

Perlu diperhatikan bahwa semakin banyak dan kompleksnya jenis

makanan yang menurut sebagian orang dianggap modern dan memenuhi

syarat kesehatan, tetapi tidak jelas halal-haramnya. Sebab makanan yang

masuk ke dalam tubuh seseorang mempengaruhi tingkah laku orang tersebut.

Karena selain merupakan suatu aturan pastinya juga terkandung manfaat

disana yaitu terjaminnya kesehatan dan keberkahan atas makanan tersebut.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 168:

Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

4 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 4, (Damaskus: Darul Fikr, 2007), 304 -

305.

Page 37: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu.5

Hewan yang boleh dimakan dagingnya oleh manusia, tidak halal

dimakan kecuali dengan penyembelihan secara syara‟ atau dengan cara yang

semakna dengannya. Ada dua binatang yang dikecualikan oleh syariat Islam

dari kategori bangkai, yaitu belalang dan ikan dengan semua jenisnya dari

berbagai macam binatang yang hidup di dalam air.6 Islam telah mengatur

cara untuk memenuhi kebutuhan makanan, ada makanan yang dihalalkan dan

ada pula makanan yang diharamkan. Bahan makanan yang dibutuhkan oleh

tubuh manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sangatlah beragam,

salah satunya adalah protein yang bisa diperoleh dari ikan, daging hewan dan

lainnya. Islam mempunyai garis tegas yang menyatakan bahwa diharamkan

memakan hewan halal tanpa disembelih secara syar‟i.

dapun yang menjadi dasar peraturan mengenai penyembelihan

terhadap binatang yang halal dimakan, adalah firman Allah dalam surat al-

Maidah ayat 3:

Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,

(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang

tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam

binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan

(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan

(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi

nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini

orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,

sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah

kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu

agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan

telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa

5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta Timur:

Pustaka Al-Mubin, 2013), 25. 6 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Alih bahasa oleh Mu‟ammal Hamidy

(Surabaya: PT Bina Ilmu Surabaya, 2010), 60.

Page 38: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

terpaksa Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,

sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(QS. al-Maidah:3)

Berdasarkan ayat tersebut di atas, dapat diambil keterangan

bahwasannya Allah telah memberi kemampuan kepada manusia khususnya

kepada orang Islam untuk mengukur perkara yang halal dan yang haram

sesuai dengan yang telah ditentukan. Terutama dalam hal makanan karena

apa yang masuk dalam perut kita itu merupakan energi yang dibutuhkan otak

untuk selalu menjaga tingkah laku kita. Dalam uraian ayat di atas dapat

disimpulkan bahwa makanan hewan yang berhubungan dengan

penyembelihan ini, harus diperhatikan betul tentang jenis hewan apa yang

harus disembelihnya, siapa yang menyembelihnya, bagaimana cara

menyembelihnya, serta apa yang dibaca pada saat menyembelih. Oleh karena

itu, diharamkan makan daging binatang yangmatinya karena tercekik,

terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas, atau yang

disembelih bukan atas nama Allah. Jadi makanan yang tidak disembelih

menurut ajaran Islam sama dengan bangkai, oleh karena itu haram dimakan.7

Penyembelihan menurut bahasa bermakna memotong, adapun

menurut syara‟ ialah menyembelih hewan yang terkendali dan halal

dikonsumsi dengan cara memotong saluran pernafasan dan saluran makanan.

Sedangkan penyembelihan menurut Kamus Dewan berarti perbuatan

menyembelih, atau memotongan.8 Adapun menurut syara‟ ialah

7Yusuf Qordhowi, Halal Dan Haram Dalam Islam, Diterjemahkan Oleh Tim Kuadran Dari

Halal Wal Haram Fil Islam, (Bandung: Jabal, 2007), 67-68 8Sheikh Othman bin Sheikh Salim, Kamus Dewan (Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka,

1989), Cet. 1, 1154.

Page 39: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

menyembelih hewan yang terkendali dan halal dikonsumsi dengan cara

memotong saluran pernafasan dan saluran makanan.9

Sembelihan dalam istilah fiqh disebut dzakāt‟ yang berarti baik atau

suci, dipakai istilah dzakāt untuk sembelihan karena dengan penyembelihan

yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan syara‟. Dalam syar‟i, dzukāt adalah

ungkapan untuk sebuah penumpahan darah yang disertai dengan niat kepada

Allah SWT.10

Sembelihan dalam istilah Fiqh disebut “Dzakaat” yang berarti baik

atau suci. Dipakai istilah dzakaat untuk sembelihan karena dengan

penyembelihan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan syara‟ akan

menjadikan binatang yang disembelih itu baik,suci dan halal dimakan. Jika

seekor binatangtidak disembelih terlebih dahulu, maka binatang itu tidak

halal dimakan.11

Yang dimaksud dengan sembelih atau penyembelihan hewan

adalah suatu aktifitas, pekerjaan atau kegiatan menghilangkan nyawa hewan

atau binatang dengan memakai alat bantu atau benda yang tajam ke arah urat

leher dan saluran pernafasan. Dengan kata lain mematikan binatang agar

halal dimakan dengan memotong tenggorokan dan urat nadi pokok di

lehernya sesuai dengan ketentuan-ketentuan syara‟.

Penyembelihan disebut dzakah karena ibahah syar‟iyah (pemubahan

secara syar‟i) dapat menjadikan binatang yang disembelih itu menjadi baik.

9Imam Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Al‟um jilid 1-2 (Jakarta: Pustaka

Azzam,2013), 758. 10

Kamil Musa, Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman, hal. 91 11

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqh Jilid I Cet II (Jakarta:

Press , 1983), 505.

Page 40: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

Yang dimaksud disini ialah penyembelihan binatang secara syar‟i, karena

sesungguhnya hewan yang halal dimakan tidak boleh dimakan sedikit pun

darinya kecuali disembelih terlebih dahulu, terkecuali ikan dan belalang.

Tujuan penyembelihan yaitu, untuk membedakan apakah binatang

yang telah mati itu halal atau haram dimakan. Binatang yang disembelih

sesuai dengan ketentuan-ketentuan syara‟ halal dimakan, sedang binatang

yang mati tanpa disembelih atau disembelih tetapi tidak sesuai dengan

ketentuan-ketentuan syara‟, seperti bangkai, binatang yang disembelih

dengan menyebut nama selain Allah dan sebagainya, haram dimakan.12

Penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui

pemotongan saluran makanan (mari‟/esophagus), saluran pernafasan/

tenggorokan (ulqū/trachea), dan dua pembuluh darah (wadajain/vena

jugularis dan arteri carotids). Proses penyembelihan dilakukan satu kali dan

secara cepat serta memastikan adanya aliran darah dan/gerakan hewan

sebagai tanda hidupnya hewan (hayah mustaqirrah) dan memastikan matinya

hewan disebabkan oleh penyembelihan tersebut.13

Dan adapun sunah-sunah dalam menyembelih yaitu:

a. Menajamkan alat penyembelih

b. Membaca basmallah (Bismillahirohmaanirrohiim) dan shalawat atas

Nabi SAW

c. Menghadapkan diri dan yang disembelih kearah kiblat

d. Memutuskan kedua urat pada kiri kanan leher mengikuti hukum

12

Ibid, 506. 13

Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi

Penyembelihan Halal, 707.

Page 41: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

(tenggorokan)

e. Menyembelih dipanggal leher

f. Digulingkan ke tulang rusuknya sebelah kiri

Firman Allah SWT:

“Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah

ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayatNya.” (QS.

Al-An‟am [6]: 118)

2. Syarat orang yang menyembelih

Penyembelih disyaratkan seorang muslim atau Ahli Kitab (Yahudi dan

Nasrani). Khusus untuk Ahli Kitab disyaratkan dia meyakini kaumnya telah

memeluk agama Musa dan Isa sebelum terjadinya perubahan dan

penyimpangan dalam kitab sucinya. Menurut syara‟ ada tiga kelompok yang

boleh dan tidak boleh dalam penyembelihan.14

Kelompok yang disepakati

boleh menyembelih. Para ulama sepakat bahwa orang yang boleh

menyembelih itu memenuhi syarat yaitu sebagai berikut:

a. Islam

b. Laki-laki

c. Balig

d. Berakal sehat

e. Tidak menyia-nyiakan shalat

Sementara itu, sebagaimana standar penyembelih berdasarkan

ketentuan fatwa mui nomor 12 tahun 2009 tentang standar sertifikasi

penyembelihan halal yaitu sebagai berikut;

14

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Beirut: Dar al-jiil, Cet. ket-3, 1989), 314.

Page 42: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

a. Beragama Islam dan sudah akil baligh

b. Memahami tata cara penyembelihan

c. Memiliki keahlian di dalam penyembelihan15

Sembelihan yang disepakati oleh seluruh ulama kehalalan

memakannya adalah sembelihan seorang Muslim laki-laki yang balig dan

berakal serta tidak meninggalkan shalat.16

Para ulama berbeda pendapat

mengenai hukum orang yang meninggalkan shalat.Imam Ahmad bin Hanbal

mengatakan: “orang yang meninggalkan shalat adalah kafir”, kekafiran yang

menyebabkan orang tersebut keluar dari Islam, diancam hukuman mati, jika

tidak bertaubat dan tidak mengerjakan shalat. Maka jika orang yang

meninggalkan shalat adalah kafir, hukum sembelihannya pun menjadi haram.

Sementara Imam Abu Hanifah, Malik dan Syafi‟i mengatakan: “orang yang

meninggalkan adalah fasik dan tidak kafir”, namun, mereka berbeda pendapat

mengenai hukumannya, menurut Imam Malik dan Syafi‟ i “diancam hukuman

mati sebagai hadd”, dan menurut Imam Abu Hanifah “diancam hukuman

ta‟zir, bukan hukuman mati”. Hukum sembelihan dari orang fasik adalah

makruh17

Dalam penyembelihan diwajibkan bahwa penyembelih adalah orang

yang berakal baik ia seorang pria atau seorang wanita, baik muslim atau ahli

kitab. Jika ia tidak memenuhi syarat ini, misalnya seorang pemabuk, atau

orang gila, atau anak kecil yang belum dapat membedakan, maka

sembelihannya dinyatakan tidak halal. Demikian pula sembelihan orang

15

Fatwa Mui No 12 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Penyembelihan Halal, 706. 16

Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2002, 118. 17

Bnu Rusyd, Bidayatul ....., 307.

Page 43: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

musyrik penyembah patung, orang zindik, dan orang yang murtad dalam

Islam.18

Syarat-syarat yan disepakati oleh para ulama‟ fiqih rajih, yang harus

dilakukan supaya hewan yang disembelih itu halal, diuraikan sebagai berikut:

a. Muslim Tamyiz

Penyembelihan merupakan salah satu ibadah yang membutuhkan niat

dengan menyebut nama Allah. Karena itu, orang yang menyembelih bisa

berakibat haramnya daging hewan yang disembelihnya. Hal lain yang perlu

diperhatikan adalah penyembelih diutamakan laki-laki, karena dianggap

lebih kuat, tapi sembelihan wanitapun halal.19

b. Ahli Kitab Timbul perselisihan pendapat dikalangan ulama tentang siapa

yang dimaksud ahli kitab, dan apakah Yahudi dan Nasrani masa kini masih

dapat dan wajar disebut ahli kitab, dan apakah selain dari mereka, seperti

penganut agama Budha dan Hindu dapat dimasukan ke dalam ahli kitab

atau tidak.

Imam Syafi„i menyatakan bahwa sembelihan ahli kitab halal, baik

menyebut nama Allah atau tidak, dengan syarat tidak menyebut nama selain

Allah ketika menyembelih dan tidak diperuntukan untuk tempat

peribadatannya.20

Demikian pula imam Hanafi dan Hambali sependapat

dengan imam Syafi„i. Dalam hal ini yang dimaksud ahli kitab oleh imam

Syafi„i, Hambali dan Hanafi adalah ahli kitab pada masa Rasulullah

18

Sayyid Sabit, Fiqih Sunnah 13, diterjermahkan oleh Kamalaudin A. Marzuki dari

Fiqhussunnah, (Bandung: PT. Alma‟arif, 1987), 132 19

Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 6, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, Cet.7, 2006), 1969 20

Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 6,... 1971

Page 44: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

Muhammad SAW, sedangkan imam Malik memandang makruh sembelihan

ahli kitab demi menjaga diri dari sesuatu yang diragukan.21

c. Sadar dan Berakal Sehat Penyembelihan merupakan ibadah yang

disyaratkan dan membutuhkan niat, maksud, dan tujuan. Karena itu, hal

lain yang perlu diperhatikan adalah keadaan orang yang menyembelih saat

melakukan penyembelihan. Penyembelih harus mempunyai akal dan sadar

dengan apa yang dilakukan sebab penyembelihan itu merupakan ibadah

kepada Allah. Hal itu tidak akan nyata bila orang yang menyembelih adalah

orang gila, orang mabuk, atau anak kecil yang belum tamyiz, ketika orang-

orang tersebut malakukan penyembelihan tidak akan tepat pada bagian

leher yang ditentukan oleh syara‟.22

3. Alat penyembelihan

Berdasarkan ketentuan Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang

Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal standar alat penyembelihan yaitu

sebagai berikut:

a. Alat penyembelihan harus tajam

Salah satu syarat penyembelihan adalah penggunaan alat

penyembelihan. Disyaratkan menyembelih dengan alat yang tajam dan

sekiranya mempercepat kematian hewan dan meringankan rasa sakit

hewan tersebut.11 Untuk itu disyaratkan mempertajam alat

penyembelihan supaya dapat mengalirkan darah dengan deras sekali

21

Abu Sari Muhammad Abdul Hadi, Hukum Makanan dan Sembelihan dalam Islam,... 258 22

Abu Sari Muhammad Abdul Hadi, Hukum Makanan dan Sembelihan dalam Islam,... 258

Page 45: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

sayatan pada leher agar tidak terlalu menyakitkan dan mempercepat

kematian hewan sembelihan.

b. Alat dimaksud bukan kuku, taring/gigi dan juga tulang.

Dilarang menyembelih dengan menggunakan gigi dan kuku, karena

penyembelihan dengan alat tersebut dapat menyakiti binatang, pada

dasarnya gigi dan kuku hanya bersifat mencekik.

Ijmak ulama menetapkan bahwa besi, batu, kayu dan belahan

kayu yang bisa mengalirkan darah dan memutuskan urat-urat leher boleh

dipakai untuk menyembelih.23

Dan segala sesuatu yang tajam dan dapat

memotong boleh dipergunakan untuk menyembelih. Kecuali gigi, tulang

dan kuku manusia atau hewan lainnya. Tidak sah menyembelih dengan

tiga benda ini, baik ia masih melekat atau telah terpisah dari jasad.

Proses penyembelihan hewan yang dapat dikendalikan disyaratkan harus

memutus saluran pernafasan dan saluran makanan. Praktik seperti ini

merupakan cara penyembelihan dalam kondisi normal.

4. Tata cara penyembelihan

Pada dasarnya, penyembelihan merupakan perkara yang ta„abbudi

yang tata cara pelaksanaannya telah ditentukan oleh syara‟. Karena itu, tidak

diperbolehkan menyembelih dengan kehendak hati sendiri. Secara umum,

gambaran tenteng penyembelihan dapat dibedakan kedalam dua bentuk

berdasarkan keadaan hewan yang akan disembelih, yaitu penyembelihan atas

hewan yang dapat disembelih lehernya (maqdur „alaih), dan penyembelihan

23

Ibnu Rusyd, Bidayatul ....., 307.

Page 46: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

atas hewan yang tidak dapat disembelih lehernya karena liar (ghair maqdur

„alaih).

Berkenaan dengan keduanya, Fuqoha‟ telah menyepakati bahwa ada

dua macam cara penyembelihan yaitu dengan cara nahr, merupakan

penyembelihan yakni di atas dada dan penyembelihan dengan cara zabh.

a. Maqdur „Alaih

Dalam keadaan maqdur „alaih, hewan dapat disembelih dengan cara

nahr, yaitu penyembelihan yang ditujukan pada bagian pangkal leher di

atas dada dan dengan cara zabh. Zabh merupakan salah satu Tazkiyah.

Tazkiyah merupakan penyembelihan yang ditujukan pada ujung pangkal

leher sehingga dapat melenyapkan nyawa hewan seperti dengan

memburunya. Sedangkan zabh berarti memotong suatu bagian pada leher

hewan yang dapat menyebabkan kematiannya.

Penyembelihan hendaknya dilaksanakan dengan menghadapkan kearah

kiblat yang merupakan arah yang diagungkan. Beberapa tata cara dalam

menyembelih, yaitu:

1) Menyebut nama Allah, Imam Syafi„i menyatakan kehalalan atas

sembelihan dengan menyebut nama Allah, baik karena lupa atau

disengaja. Beliau memandang sunnah menyebut nama Allah atas

sembelihan. Meninggalakn menyebut nama Allah dengan sengaja tidak

mempengaruhi hasil sembelihan selama dilakukan oleh orang yang

mempunyai keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.

ليجادلىكم أوليائهم إلى ليىحىن الشياطيه وإن لفسق وإوه عليه الله اسم يذكر لم مما تأكلىا ولا

لمشركىن إوكم أطعتمىهم وإن

Artinya: “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak

disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya

Page 47: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.

Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-

kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu

menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi

orang-orang yang musyrik”. (QS: Al-An'am Ayat: 121)

Jika sengaja tidak menyebut nama Allah padahal ia tidak bisu

dan mampu mengucapkan maka hasil sembelihannya tidak boleh

dimakan menurut pendapat mayoritas ulama. Sedangkan bagi yang

lupa untuk menyebutnya atau dalam keadaan bisu, maka hasil

sembelihannya boleh dimakan.24

Allah SWT berfirman sebagai

berikut:

ولا تأكلىا هوا لن يركس اسن اللو عليو وإنو لفسق

“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak

disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya

perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS. Al-

An‟am: 121)

Inilah yang dipersyaratkan oleh mayoritas ulama yaitu dalam

penyembelihan hewan harus ada tasmiyah (penyebutan nama Allah

atau basmalah). Sedangkan Imam Asy Syafi‟i dan salah satu pendapat

dari Imam Ahmad menyatakan bahwa hukum tasmiyah adalah sunnah

(dianjurkan). Mereka beralasan dengan hadits „Aisyah R.A sebagai

berikut:

ا يأتىنا باللحن لا ندزي أذكس اسن اللو إى قىه –صل الله عليو وسلن –أى قىها قالىا للنب

. قالت وكانىا حديث عهد بالكفس« . سوىا عليو أنتن وكلىه » عليو أم لا فقال

“Ada sebuah kaum berkata pada Nabi shallallahu „alaihi wa

sallam, “Ada sekelompok orang yang mendatangi kami dengan

hasil sembelihan. Kami tidak tahu apakah itu disebut nama Allah

ataukah tidak. Nabi SAW mengatakan, “Kalian hendaklah

menyebut nama Allah dan makanlah daging tersebut.” ‟Aisyah

24

Yusuf Qardhawi, Tuntas Memahami Halal dan Haram dalam Islam, (Jakarta: PT Serambi

Semesta Distribusi, 2017), 91-93.

Page 48: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

berkata bahwa mereka sebenarnya baru saja masuk Islam.” (HR.

Bukhari no. 5507)

Namun pendapat mayoritas ulama yang menyaratkan wajib

tasmiyah (basmalah) itulah yang lebih kuat dan lebih hati-hati.

Sedangkan dalil yang disebutkan oleh Imam Asy Syafi‟i adalah

untuk sembelihan yang masih diragukan disebut nama Allah

ataukah tidak. Maka untuk sembelihan semacam ini, sebelum

dimakan, hendaklah disebut nama Allah terlebih dahulu.

2) Mengasah pisau penyembelihan jauh dari hewan sembelihan.

3) Menjauhkan hewan yang disembalih jauh dari hewan lainnya.

4) Membawa dan membaringkannya dengan lembut dan

menyenangkannya.

5) Hendaknya digulingkan kesebelah rusuk kirinya, agar memudahkan

bagi orang yang menyembelihnya.

6) Kerongkongan dan tenggorokan harus terpotong.25

b. Ghair maqdur „alaih

Berkenaan dengan hewan ghair maqdur „alaih yang terbagi atas hewan

buruan dan hewan ternak yang karena suatu hal menjadi liar dihukumi

sama dengan hewan buruan. Hewan dalam keadaan ini bisa dibunuh

dibagian manapun dari tubuhnya dengan menggunakan benda tajam atau

alat apapun yang dapat mengalirkan darah dan mempercepat kematiannya.

Ulama fiqih menyepakati bahwa selama masih ada hayyat

mustaqirrahnya, maka hewan tersebut boleh disembelih. Tanda-tanda

hayyat mustaqirrah adalah gerakan yang keras pada hewan setelah

25

Abdul Aziz Dahlan et.al, Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 6, ...1971

Page 49: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

diputuskan bagian-bagian tubuhnya disertai dengan memancar dan

mengalirnya darah dengan deras. Jadi, jika penyembelihan dilakukan

secara perlahan dan usaha pemotongan terlalu lamban sehingga ketika

penyembelihan selesai ternyata hewan itu tidak bergerak-gerak lagi berarti

nyawanya yang menetap telah tiada sebelum sempurnanya penyembelihan.

Maka jelaslah hewan itu belum sempat disembelih sudah mati dan halal

dimakan. Jika nyawanya sudah tidak menetap lagi sebelum disembelih,

maka tidak halal dimakan kecuali sebelumnya telah disembelih secara

darurat. Dalam hal ini, mengalirnya darah dari urat leher setelah

pemotongan bukan merupakan petunjuk atas adanya nyawa yang menetap.

Berdasarkan ketentuan Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang

Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal, proses penyembelihan hewan yaitu,

sebagai berikut:

a. Penyembelihan dilaksanakan dengan niat menyembelih dan menyebut asma

Allah, sesuai dengan Firman Allah dalam surat al-An'am (6) ayat 118:

Artinya: "Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut

nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada

ayat-ayatnya." (QS. Al-An'am [6]: 118).

b. Penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui pemotongan

saluran makanan (mari‟/esophagus), saluran pernafasan/tenggorokan

(hulqūm/trachea), dan dua pembuluh darah (wadajain/vena jugularis dan

arteri carotids).

c. Penyembelihan dilakukan dengan satu kali dan secara cepat.

Page 50: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

d. Memastikan adanya aliran darah dan/atau gerakan hewan sebagai tanda

hidupnya hewan (hayah mustaqirrah).

e. Memastikan matinya hewan disebabkan oleh penyembelihan tersebut.

5. Syarat-syarat penyembelihan

Penyembelihan dianggap sah apabila telah memenuhi syarat–syarat

berikut:

a. Binatang itu hidup (mustaqirrah) diawal penyembelihannya walaupun

secara dugaan saja. Apabila ada binatang ternak yang jatuh, atau sudah

disembelih lehernya, tetapi belum putus (belum putus dua urat pernafasan

dan makanan) haram hukumnya memakan daging binatang itu dengan

penyembelihan yang kedua kali, karena dianggap menganiaya binatang.

Selain itu binatang yang hendak disembelih adalah binatang yang halal

dimakan, seperti ayam, sapi, kambing dan sebagainya.26

b. Alat penyembelihannya harus tajam yang dapat mengalirkan darah. Haram

memakan daging binatang yang mati terhimpit, mati jatuh, atau ditembak

dengan peluru (bukan berburu), atau disembelih dengan pisau tumpul yang

tidak dapat dikeratkan melainkan semata-mata dengan kekuatan yang

menyembelih.27

c. Menyebut nama Allah. berdasarkan Firman Allah SWT Al–An‟am:121:

26

Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi'I (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007),

453. 27

Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi'i, 454.

Page 51: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

Artinya: Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang

(ketika di sembelih) tidak disebut nama Allah, perbuatan itu

benar–benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan–setan akan

membisikan kepada kawan–kawannya agar mereka membantah

kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah

menjadi orang musyrik.28

d. Memotong tenggorokan di bagian bawah jakun (lidah kecil), serta

memotong kerongkongan dan dua urat leher sekaligus.

C. Konsep Pengolahan Hewan (Ayam) setelah disembelih berdasarkan

ketentuan Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi

Penyembelihan Halal

Pengolahan dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 12

Tahun 2009 disebutkan bahwa “Pengolahan adalah proses yang dilakukan

terhadap hewan setelah disembelih, yang meliputi antara lain pengulitan,

pencincangan, dan pemotongan daging”. Dari keterangan tersebut dapat

diketahui bahwa pengolahan adalah proses yang dilakukan setelah hewan

disembelih. Proses tersebut diantaranya adalah pengulitan, pencincangan dan

pemotongan daging jika hewan yang disembelih adalah seperti sapi,

sedangkan untuk ayam atau unggas, maka pengulitan disini yang dimaksud

adalah proses pencabutan bulu.29

Tidak hanya berhenti pada pengulitan, pencincangan dan pemotongan

daging saja yang harus diperhatikan setelah proses penyembelihan,

penyimpanan dan pendistribusian daging tersebut juga harus diperhatikan

untuk menjamin agar daging tetap dalam keadaan baik dan sehat. Dalam

28

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 143. 29

Ma‟ ruf Amin, dkk., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak1975...., hlm. 747

Page 52: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 juga dijelaskan

mengenai standar pengolahan hewan setelah disembelih, yaitu:

a. Pengolahan dilakukan setelah hewan dalam keadaan mati oleh sebab

penyembelihan.

b. Hewan yang gagal penyembelihan harus dipisahkan.

c. Penyimpanan dilakukan secara terpisah antara yang halal dan nonhalal.

d. Dalam proses pengiriman daging, harus ada informasi dan jaminan

mengenai status kehalalannya, mulai dari penyiapan (seperti

pengepakan dan pemasukan ke dalam kontainer), pengangkutan (seperti

pengapalan/shipping), hingga penerimaan.

Page 53: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

49

BAB III

PRAKTIK PEMOTONGAN AYAM DI RPH “RESTU IBU”

DESA KARANGAN KECAMATAN BALONG

KABUPATEN PONOROGO

A. Gambaran Umum Rumah Potong Ayam Restu Ibu

1. Sejarah Singkat Rumah Potong Ayam Restu Ibu Desa

Karangan Kecamatan Baling Kabupaten Ponorogo

Dimulai dari sang ibu menjual ayam dalam skala kecil, dari

pasar ke Pasar. Mulai dari 2, 5 hingga 30 ekor perhari yang di ikuti

oleh kedua anaknya. Dengan etos kerja yang besar yang berawal

dari penjualan berskala kecil menjadi besar yang berawal dari

jumlah ayam yang sedikit menjadi banyak. Bisnis yang Pak Budi

kelola saat ini dikembangkan oleh satu keluarga tersebut, sehingga

menjadi usaha keluarga hingga saat ini.

Seiring berjalannya waktu, pemasaran dan penjualan

semakin berjalan pesat. Mulai mengenal banyak konsumen baik

dalam jumlah pembelian kecil maupun besar. Dan juga pemesanan

dalam maupun luar kota. Sehingga bapak Budi beserta keluarga

memutuskan untuk mendirikan usaha dirumah, yaitu rumah

pemotongan hewan yag berupa ayam dirumahnya. Rumah potong

ini didirikan pada tahun 2014, dan sudah beroperasi sekitar 5 tahun

yang lalu hingga sekarang. Dengan tenaga karyawan sebanyak 8

Page 54: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

orang untuk dipekerjakan sebagai penyembelih dan pengola

daging ayam tersebut dan juga sebagai sopir pengiriman ayam

dalam jumlah besar. RPH ini bertempat di Desa Karangan

Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Rumah potong hewan

Restu Ibu ini didirikan oleh Bapak Budi sekeluarga.

Usaha Rumah Potong Ayam “Restu Ibu” ini tidak pernah

sepi pembeli atau pemesan, selalu ada pesanan daging ayam baik

dari lingkungan sekitar maupun para pedagang daging ayam.

Berdasarkan hasil wawancara penulis, rumah potong ayam ini bisa

berkembang hingga saat ini berdasarkan usaha, doa dan juga restu

dari ibunda tercinta. Sehingga rumah potong ayam ini diberi nama

“RESTU IBU”. 1

2. Visi Dan Misi

a. Visi

Untuk membangun kesejahteraan dalam keluarga dan untuk

meningkatkan pengembangan SDA dalam hidup.

b. Misi

Terus mengembangkan usaha dibidang peternakan dan juga

pemotongan ayam. Semakin menambah dan menggali potensi

terhadap perkembangan didunia bisnis perdagangan.

3. Struktur organisasi RPH Restu Ibu

1 Wawancara, 22 September, 2019.

Page 55: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

Organisasi merupakan salah satu wadah dimana terdapat

sekumpulan orang-orang yang melakukan kerjasama untuk

mencapai suatu tujuan. Jadi struktur organisasi dapat diartikan

sebagai kerangka yang mewujudkan pola tetap dari hubungan

diantara bidang-bidang kerja maupun orang-orang yang

menunjukkan kedudukan dan peranan masing-masing dalam

kerjasama. Rumah potong ayam “Restu Ibu” dalam menjalankan

usahanya membagi peran serta masing - masing personalia dalam

struktur yang jelas dan sistematis sesuai dengan tujuannya masing

- masing agar proses operasionalnya berjalan dengan lancar.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

rumah potong ayam Restu Ibu dapat dikemukakan mengenai

struktur organisasi tersebut yaitu sebagai berikut:2

Pemilik RPH Budi Dan Keluarga

Pengelola Budi

Iswahyudi

Keuangan Iswahyudi

Karyawan Yuli, Arif, Wawan, Surya, Pak

ren, Rizal, Rokhim, dan Si pur.

2 Bapak Budi, Wawancara, 22 September 2019.

Page 56: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

Adapun tugas dari masing-masing organisasi diatas yaitu

sebagaiberikut:

a. Pemilik RPH yaitu bertanggung jawab atas semua aspek

operasional RPH, termasuk produk, pemasaran dan keuangan.

b. Pengelola yaitu bertugas Menyusun perencanaan, mengarahkan /

mengendalikan kegiatan, mengkoordinasikan kegiatan,

melaksanakan pengawasan, menentukan kebijaksanaan,

mengadakan rapat mengambil keputusan dan mengatur proses

berjalannya usaha rumah potong ayam restu ibu.

c. Keuangan bertugas untuk membuat pembukuan dan mengatur

keuangan dalam pemasukan dan pengeluaran uang dari hasil

penjualan dan pembelian ayam tersebut.3

d. Karyawan yaitu bertugas sebagai pelaksana usaha, dari mulai

proses penimbangan, pemilihan, pemotongan, pembersihan

hingga sampai daging ayam siap untuk dipasarkan.4

B. Praktik Pemilihan Ayam Di RPH “RESTU IBU” Desa Karangan

Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

Rumah potong ayam Restu Ibu Desa Karangan merupakan

salah satu perusahaan yang menghasilkan daging ayam untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat daerah Balong, Ngrayun, Magetan,

Pacitan dan juga kota lainnya. Pemilik rumah potong ayam

mempunyai alasan selain jiwa wirausaha ada pula bahwa usaha

3 Bapak budi, Wawancara, 22 September 2019.

4 Pak Ren, Wawancara, 10 Januari 2019.

Page 57: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

tersebut yang paling tepat dan mempunyai keuntungan yang dapat

diandalkan di masa depan.

Di samping itu, pemasarannya cukup baik serta mendapat

respon baik dari para konsumen. Mengingat harganya yang ekonomis

menjadikannya cepat laku dan penyembelihannya relatif singkat.

“Disini itu banyak para penjual daging ayam. Tetapi masih jarang ada

yang menyediakan tempat penyembelihan. Jadi saya rasa usaha ini

sangat efektif sekali dilingkungan masyarakat sini yang kebutuhan

tentang daging ayam lumayan tinggi”.5

Sebelum melakukan penyembelihan pihak RPH Restu Ibu

sebelumnya sudah melakukan pemesanan kepada para peternak ayam

di wilayah Madiun dan juga yang ada di Ponorogo dan wilayah

sekitarnya untuk distok di rumah. Hal tersebut dipilih karena sudah

berlangganan selain dari pada itu, dengan pertimbangan bahwa

meminimalisir kerugian dan waktu perjalanan yang lama

mengakibatkan kondisi kesehatan ayam menjadi menurun, ayam

menjadi lemas dan stres, dan hal tersebut membuat berat ayam

menjadi berkurang.6

RPH Restu Ibu biasanya melakukan pemesanan ayam dengan

jumlah cukup banyak, kurang lebih setiap harinya mengambil dua

mobil pengangkut ayam atau bisa disebut rak ayam bahkan lebih.

5 Iswahyudi, Wawancara, 24 Desember 2019

6 Bapak Budi, Wawancara, 13 November 2019.

Page 58: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

Sedangkan pemesanannya pada peternak tergantung jumlah ayam

yang masih tersisa pada saat sebelum pemesanan. Bisa pada waktu

pagi, siang, ataupun malam hari. Sedangkan pengirimannya dilakukan

sore dan pagi hari sesuai kemampuan peternak ayam atau bisa

mengambil sendiri ketempat peternak. Akan tetapi, biasanya waktu

pengiriman ayam dari peternak ke RPH Restu Ibu Desa Karangan

Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo kebanyakan pada siang hari.

Proses ayam yang baru datang di siang hari, sampai saat

penyembelihan ayam diturunkan dan di timbang terlebih dahulu per

jenis ayam hingga habis. Karena di RPH ini ada tiga jenis ayam yang

dijual. Yaitu ayam Ras, Induk dan ayam Potong. Kemudian setiap

setelah selesai penimbangan ayam tersebut ditempatkan di dalam

tempat penampungan sementara atau kandangnya masing-masing

untuk di istirahatkan. Sampai waktu tiba ayam untuk disembelih. Bisa

sore ataupun pagi.7

Jadi, ayam yang akan disembelih langsung mengambil dari

kandangnya dan ditimbang sesuai permintaan konsumen. “Ayam yang

datang itu sebelum dimasukkan ke kandang ditimbang terlebih dahulu.

penimbangan dilakukan tergantung waktu kapan ayam tersebut

7 Wawan, Wawancara, 10 Januari 2020.

Page 59: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

datang. Jika ingin menyembelih ya tinggal ngambil di kandang dan

ditimbang lali sesuai dengan jumlah pembelian konsumen”.8

Di dalam pemotongan ayam Restu Ibu, bahwa didalam hal

pemilihan hewan sebelum proses penyembelihan, konsumen yang

datang ada yang langsung mengambil sendiri ayam di kandang ada

yang diambilkan oleh petugas rumah potong. Akan tetapi kebanyakan

diambilkan oleh pihak rumah potong. Dengan tujuan agar lebih cepat

lalu ditimbang sesuai permintaan pembeli.9 Setelah ayam sudah

dicabut bulunya di mesin bubut ternyata ayam ada yang kurang sehat.

Seperti bagian sayapnya busuk, luka lebam di badan ayam bahkan

jeroannya busuk. “Jika ada pembeli yang datang biasanya ada yang

mengambil sendiri ada pula yang di ambilkan oleh pihak rumah

potong mbak. Proses pemilihannya ya kita ngambil dari kandangnya

dan kemudian kita timbang sesuai permintaan konsumen”.10

C. Praktik penyembelihan Ayam Di RPH “RESTU IBU” Desa

Karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan yakni dari rumah

potong ayam Restu Ibu yang ada di desa Karangan Kecamatan Balong

kabupaten Ponorogo mempunyai cara penyembelihan dan pengolahan

yang hampir sama dengan tempat lain akan tetapi ada pula hal yang

menjadi perbedaan. Terdapat beberapa tahapan yang dilalui untuk

8 Yuli, Wawancara Dan Observasi, 7 Oktober 2019.

9 Observasi, 10 Januari 2020.

10 Pak Ren, Wawancara, 10 Januari 2020.

Page 60: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

mendapatkan ayam yang siap dipasarkan oleh konsumen, yaitu

sebagai berikut.

Dalam proses penyembelihanya, Restu Ibu memilki sebanyak

8 karyawan yang setiap harinya mampu menyembelih rata-rata 1,5-2

ton ayam bahkan lebih, tergantung banyak sedikitnya permintaan

pasar. Di dalam pemotongannya Restu Ibu mengunakan teknik

manual. Proses penyembelihan yang terjadi pada rumah potong ayam

Restu Ibu dimulai pada pukul 17:00-20:00 dan 02.00-08.00 WIB.11

Kondisi ayam yang akan disembelih tidak semuanya sehat, terkadang

ayam yang sakit atau cacat ikut disembelih jika dilihat ayam tersebut

masih layak konsumsi dan dicampur bersama dengan ayam yang

benar-benar sehat, Kemudian alat yang digunakan untuk menyembelih

adalah pisau. Dan disembelih dengan sangat cepat. Petugas yang

bertugas menyembelih ada beberapa orang. Tergantung pembelinya,

jika mau menyembelih dan memotong sendiri juga diperbolehkan.12

Adapun tata cara penyembelihan ayam di RPH Restu Ibu

adalah, sebagai berikut:

1. Petugas penyembelih mengambil ayam dari kandangnya terlebih

dahulu dan langsung ditempatkan di timbangan dan ditimbang

sesuai berat yang dipesan.

11

Bapak Budi, Wawancara, 22 September 2019. 12

Observasi, 24 Desember 2019.

Page 61: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

2. Petugas penyembelih menghadap satu tong, tempat darah ayam

yang sudah disembelih. Petugas mengambil satu persatu ayam

untuk disembelih, dengan begitu cepat. Dengan memegang leher

setengah di tegakkan ke belakang.

3. Lalu ayam yang sudah disembelih tersebut langsung di letakkan di

dalam tong tempat darah ayam bersama ayam yang lainnya agar

benar-benar ayam tersebut mati. Akan tetapi disini tidak semua

dari ayam tersebut bisa mati, di dalam praktiknya masih ada

beberapa ayam disetiap penyembelihan yang masih belum mati,

hingga akhirnya penyembelih menyembelih kembali ayam

tersebut.

4. Setelah itu ayam dimasukkan kedalam panci yang berisi air panas

selama beberapa detik. Dengan tujuan agar bulu-bulu ayam

tersebut dapat lebih mudah di bubut.

5. Dan setelah ayam di angkat, ayam tersebut dimasukkan kedalam

mesin bubut, hingga bulunya hilang dan bersih. Alat bubut ayam

ini berkapasitas 5 sampai 6 ayam. Dan di RPH ini ada dua mesin

bubut ayam. Dan selanjutnya proses pembersihan atau pencucian.13

“kita dalam hal menyembelihnya tidak orang khusus tukang

menyembelih mbak, kita disini serabutan, jadi ya mana yang

nganggur aja. Kayak tadi ada yam yang belum mati ya kita tinggal

sembelih saja, ya mau gimana lagi. Kan nggak mungkin saya

langsung celupkan ke air yang panas itu. Kasian juga ayamnya

kalau belum mati”.14

13

Observasi, 10 Januari 2020. 14

Budi, Hasil Wawancara, Ponorogo. 23 Januari 2020.

Page 62: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 24 Desember

2019 menunjukan, dari banyaknya ayam yang disembelih ternyata ada

beberapa ekor ayam di antaranya yang masih bergerak menunjukkan

kalau ayam tersebut masih hidup, disebabkan penyembelihannya

kurang sempurna sehingga urat nadinya belum terputus. Kemudian

ayam tersebut di sembelih lagi dan langsung dimasukkan ke dalam

bak perendam hingga proses pembubutan bulu oleh mesin pembubut

bulu. Jadi, matinya ayam yang uratnya masih belum terputus

disebabkan karena di sembelih dua kali dan juga direndam ke dalam

air panas.

D. Praktik Pengolahan Ayam di RPH “Restu Ibu” Desa Karangan

Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

Dalam proses ayam yang telah disembelih rumah potong ayam

telah mempunyai mesin pencabut bulu. Mesin bubut bulu ayam,

harganya sekitar 3,5 - 4.5 juta dengan kapasitas 12 kg per menit.

Tujuan pencabutan bulu dengan mesin adalah agar pembersihan dan

pencabutan bulu ayam lebih mengefesienkan waktu dan tenaga

petugas pencabut bulu. Jadi, semua kegiatan penyembelihan bisa

berjalan seekonomis mungkin. Setelah diangkat dari bak perendam

lalu dimasukkan oleh petugas pembubutan ke dalam mesin bubut

untuk dibersihkan bulunya.15

15

Observasi, 23 Desember 2019.

Page 63: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

“Ya pasti ada perbedaan antara ayam yang bulunya dicabut

dengan mesin dengan ayam yang bulunya dicabut dengan tangan.

Kalau dilihat dari segi kualitas jelas bagus yang dicabut dengan

tangan, soalnya kalau dicabut dengan mesin kadang tulangnya patah-

patah. Tapi kalau tidak menggunakan mesin ya jadi lama prosesnya.”

Kata pak budi.16

Di sinilah ayam yang belum terputus uratnya pada waktu

penyembelihan terakhir melepaskan nyawanya. Dari proses

pengolahan ayam pasca penyembelihan kemudian dilakukan beberapa

tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan Pembersihan

Setelah dilakukan kegiatan penyembelihan dan

pencabutan bulu, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh

petugas rumah potong ayam dalam proses penyembelihan yaitu

kegiatan pengambilan jeroan. Dari semua ayam yang sudah

bulunya dicabut maka semua juga di potong bagian perut dan

dadanya untuk mengambil jeroannya untuk dibersihkan. Setelah

itu baru semua dilakukan pencucian.17

a. Pencucian pertama

Dalam kegiatan pencucian pertama ini, petugas pencuci

melakukan pencucian terhadap daging ayam yang

dimasukkan ke dalam bak dan disiram air panas untuk

membersihkan darah-darah yang ada ditubuh ayam. Dan juga

pencucian usus ayam, untuk membersikhan kotoran ayam.

16

Bapak Budi, Wawancara, 22 September 2019. 17

Observasi, 10 Januari 2020

Page 64: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

b. Pencucian Kedua

Dalam kegiatan pencucian kedua ini, daging ayam

dimasukkan ke bak lagi dan direndam lalu dicuci dengan air

bersih. Adapun kegunaannya adalah untuk menjaga

kebersihan dan kesegaran daging ayam.18

2. Kegiatan pengepakan (Packing)

Dalam kegiatan pengepakan (packing) ini, petugas hanya

memasukkan daging ayam sesuai dengan pesanan atau perrmintaan

pasar tradisional. Namun demikian ayam yang akan dipacking

tidak dipisahkan antara daging ayam yang berasal dari ayam sehat

atau cacat dan tidak. “proses selanjutnya ya seperti biasa

dimasukkan dalam kantong plastik sesuai dengan pesanan. Tidak

ada yang dipisahkan dari hasil ayam yang benar-benar mati saat

disembelih ataupun ayam yang disembelih dua kali. Ya untuk

mempermudah mbawanya mbak dan juga mempersingkat

waktunya”. 19

Keadaan Ayam yang dipacking ada ayam yang masih utuh dan

juga ada yang sudah dipotong. Selanjutnya langsung dibawa oleh

pemesannya ataupun bisa diantarkan.20

18

Observasi, 10 Januari 2020 19

Pak Budi, Wawancara, 24 Desember 2019. 20

Observasi, 24 desember 2019.

Page 65: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

61

BAB IV

ANALISIS FATWA MUI NOMOR 12 TAHUN 2009

TENTANG STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL

TERHADAP PEMOTONGAN AYAM DI RPH “RESTU IBU”

DESA KARANGAN KECAMATAN BALONG KABUPATEN PONOROGO

A. Analisis Proses Pemilihan Hewan di RPH “Restu Ibu” Desa Karangan

Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

Di dalam penyembelihan harus memperhatikan standar hewan

yang akan di sembelih. Penyembelihan yang dilakukan terhadap hewan

yang halal dimakan dimaksudkan untuk mensucikan hewan dari najis

sehingga menjadikannya halal untuk dimakan. Hewan yang disembelih

merupakan hewan yang halal dimakan, di bawah ini adalah keadaan hewan

yang harus disembelih, diantaranya yaitu:

1. Hewan yang halal dimakan, baik yang ada di darat, udara, maupun

yang ada di laut, seperti kambing, kerbau, sapi, unta, ayam,

burung, ikan dan lain sebagainya.

2. Hewan maqdur „alaih, Ulama‟ Fiqih sepakat bahwa hewan darat

apabila keadaannya maqdur „alaih dan hidupnya belum putus

serta disembelih dengan ketentuan syara„ maka halal untuk dimakan.

3. Hewan yang dicekik, dipukul, jatuh, atau diterkam dan diketahui

adanya hayyat mustaqirrah pada hewan itu dan tidak sampai

mati, jika hewan itu dibiarkan tidak disembelih tentu hewan itu

Page 66: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

hidup menurut dugaan yang kuat, dan hewan itu disembelih maka

halal untuk dimakan.

4. Hewan ghair maqdur „alaih, seperti menjadi liar sesudah

dijinakkan, jatuh ke dalam sumur, atau sepertinya jika dilukai bagian

manapun dari tubuhnya dan dianggap sebagai tempat untuk

menyembelihnya maka halal untuk dimakan.

5. Hewan yang hampir mati, disebabkan sakit dan berada dalam

keadaan hidupnya yang paling minim lalu disembelih, maka hewan itu

halal dimakan.1

Di dalam Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standart

Sertifikasi Penyembelihan Halal, disebutkan bahwa di dalam ketentuan

hukum standart hewan yang disembelih, sebagai berikut:

1. Hewan yang disembelih adalah hewan yang boleh dimakan.

2. Hewan harus dalam keadaan hidup ketika disembelih.

3. Kondisi hewan harus memenuhi standar kesehatan hewan yang

ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan.

Dari fatwa di atas dapat diketahui bahwa, hewan yang disembelih

adalah hewan yang boleh dan baik dimakan, dan juga sebelum disembelih

hewan harus dipastikan benar-benar hidup. Selain dari pada itu kondisi

hewan harus benar-benar sehat.2

Di dalam praktiknya pemotongan ayam Restu Ibu tersebut,

bahwa didalam hal pemilihan hewan sebelum proses penyembelihan,

1 Yusuf Qordhowi, Halal Dan Haram Dalam Islam, Diterjemahkan Oleh Tim Kuadran

Dari Halal Wal Haram Fil Islam, (Bandung: Jabal, 2007), 67-68.

2 Fatwa MUI No 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal, 707.

Page 67: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

konsumen sudah diberikan pilihan didalam memilih ayam.

Bisa memilih ayam sendiri atau diambilkan, akan tetapi

terkadang juga disaat pembeli mengambil sendiri ayam didalam

kandangnya juga dibantu oleh petugas rumah potong ayam Restu Ibu

tersebut untuk lebih cepatnya lalu ditimbang sesuai permintaan

pembeli.3 Setelah ayam sudah disembelih dan sudah dibersihkan

ternyata ada beberapa hewan yang ternyata kurang sehat. Karena

disebabkan tidak adanyanya pengecekan terlebih dahulu oleh pihak

karyawan tersebut.

Sehingga dari praktik pemilihan ayam di rumah potong hewan

Restu Ibu tersebut sudah memenuhi standar hewan pada poin satu dan

dua di atas. Yaitu yang disembelih hewan yang diperbolehkan yaitu

ayam. Dan di dalam pra penyembelihan ayam tersebut masih dalam

keadaan hidup. Akan tetapi dalam standar kesehatan hewan yang di

sembelih, rumah potong ini masih belum sesuai dengan ketentuan pada

poin tiga, karena di dalam praktiknya ternyata masih ada ayam yang

kurang sehat dan tidak layak konsumsi seperti tulangnya patah, bahkan

jeroannya membusuk dan dagingnya hitam lebam. Jadi, Dari uraian

diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Fatwa MUI Nomor 12

Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan halal.

3 Observasi, 10 Januari 2020.

Page 68: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

64

Dalam hal pemilihan hewan tersebut ada yang sudah sesuai dengan

Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi

Penyembelihan Halal yaitu hewan yang di sembelih adalah hewan yang

halal dan boleh dimakan dan di dalam pra penyembelihan hewan

tersebut masih dalam keadaan hidup. Dan dalam hal pemilihan hewan

tersebut berdasarkan ketentuan Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009

Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal ada juga yang belum

sesuai, yaitu dalam kesehatan hewan masih belum terpenuhi.

B. Analisis Proses Penyembelihan Ayam Di RPH “Restu Ibu” Desa

Karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

Di keluarkannya Fatwa MUI Nomor 12 tahun 2009 Tentang

Standart Sertifikasi Penyembelihan Halal, diharapkan mampu menjadi

acuan untuk memberikan jawaban dan solusi yang dihadapi oleh umat

muslim khususnya dalam bidang standart kehalalan pangan.93

Penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui pemotongan

saluran makanan (mari‟/esophagus), saluran pernafasan/ tenggorokan

(ulqū/trachea), dan dua pembuluh darah (wadajain/vena jugularis dan

arteri carotids). Proses penyembelihan dilakukan satu kali dan secara

cepat serta memastikan adanya aliran darah dan/gerakan hewan sebagai

tanda hidupnya hewan (hayah mustaqirrah) dan memastikan matinya

hewan disebabkan oleh penyembelihan tersebut. Pada dasarnya,

penyembelihan merupakan perkara yang ta‟abbudi yang tata cara

93

Mardani, Hukum Ekonomi Syariah Di Indonesia (Bandung: Refika Aditama, 2011),

215.

Page 69: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

65

pelaksanaannya telah ditentukan oleh syara‟. Karena itu, tidak

diperbolehkan menyembelih dengan kehendak hati sendiri. Secara umum,

gambaran tentang penyembelihan dapat dibedakan kedalam dua bentuk

berdasarkan keadaan hewan yang akan disembelih, yaitu penyembelihan

atas hewan yang dapat disembelih lehernya (maqdur „alaih), dan

penyembelihan atas hewan yang tidak dapat disembelih lehernya karena

liar (ghair maqdur „alaih).

Berkenaan dengan keduanya, Fuqoha‟ telah menyepakati bahwa

ada dua macam cara penyembelihan yaitu dengan cara nahr, merupakan

penyembelihan yakni di atas dada dan penyembelihan dengan cara zabh.

1. Maqdur „Alaih

Dalam keadaan maqdur „alaih, hewan dapat disembelih dengan

cara nahr, yaitu penyembelihan yang ditujukan pada bagian pangkal

leher di atas dada dan dengan cara zabh. Zabh merupakan salah satu

Tazkiyah. Tazkiyah merupakan penyembelihan yang ditujukan pada

ujung pangkal leher sehingga dapat melenyapkan nyawa hewan seperti

dengan memburunya. Sedangkan zabh berarti memotong suatu bagian

pada leher hewan yang dapat menyebabkan kematiannya.

Penyembelihan hendaknya dilaksanakan dengan menghadapkan

kearah kiblat yang merupakan arah yang diagungkan. Beberapa tata

cara dalam menyembelih, yaitu:

a. Menyebut nama Allah, Imam Syafi„i menyatakan kehalalan atas

sembelihan dengan menyebut nama Allah, baik karena lupa atau

Page 70: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

66

disengaja. Beliau memandang sunnah menyebut nama Allah atas

sembelihan. Meninggalakn menyebut nama Allah dengan sengaja

tidak mempengaruhi hasil sembelihan selama dilakukan oleh orang

yang mempunyai keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.

أوليائهم إلى ليىحىن الشياطيه وإن لفسق وإوه عليه الله اسم يذكر لم مما تأكلىا ولا

لمشركىن إوكم أطعتمىهم وإن ليجادلىكم

Artinya: “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang

tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya.

Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah

suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan

kepada kawan-kawannya agar mereka membantah

kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya

kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik”.

(QS: Al-An'am Ayat: 121)

Jika sengaja tidak menyebut nama Allah padahal ia tidak

bisu dan mampu mengucapkan maka hasil sembelihannya tidak

boleh dimakan menurut pendapat mayoritas ulama. Sedangkan

bagi yang lupa untuk menyebutnya atau dalam keadaan bisu, maka

hasil sembelihannya boleh dimakan.94

Allah SWT berfirman

sebagai berikut:

“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak

disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya

perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS.

Al-An‟am: 121)

94

Yusuf Qardhawi, Tuntas Memahami Halal dan Haram dalam Islam, (Jakarta: PT

Serambi Semesta Distribusi, 2017), 91-93.

Page 71: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

67

Inilah yang dipersyaratkan oleh mayoritas ulama yaitu

dalam penyembelihan hewan harus ada tasmiyah (penyebutan

nama Allah atau basmalah). Sedangkan Imam Asy Syafi‟i dan

salah satu pendapat dari Imam Ahmad menyatakan bahwa hukum

tasmiyah adalah sunnah (dianjurkan). Mereka beralasan dengan

hadits „Aisyah R.A sebagai berikut:

إى قىها يأتىنا باللحن لا ندزي أذكس اسن –يو وسلن صل الله عل –أى قىها قالىا للنب

. قالت وكانىا حديث عهد بالكفس« . سوىا عليو أنتن وكلىه » اللو عليو أم لا فقال

“Ada sebuah kaum berkata pada Nabi shallallahu „alaihi wa

sallam, “Ada sekelompok orang yang mendatangi kami dengan

hasil sembelihan. Kami tidak tahu apakah itu disebut nama

Allah ataukah tidak. Nabi SAW mengatakan, “Kalian hendaklah

menyebut nama Allah dan makanlah daging tersebut.” ‟Aisyah

berkata bahwa mereka sebenarnya baru saja masuk

Islam.” (HR. Bukhari no. 5507)

Namun pendapat mayoritas ulama yang menyaratkan

wajib tasmiyah (basmalah) itulah yang lebih kuat dan lebih hati-

hati. Sedangkan dalil yang disebutkan oleh Imam Asy Syafi‟i

adalah untuk sembelihan yang masih diragukan disebut nama

Allah ataukah tidak. Maka untuk sembelihan semacam ini,

sebelum dimakan, hendaklah disebut nama Allah terlebih

dahulu.

b. Mengasah pisau penyembelihan jauh dari hewan sembelihan.

c. Menjauhkan hewan yang disembalih jauh dari hewan lainnya.

Page 72: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

68

d. Membawa dan membaringkannya dengan lembut dan

menyenangkannya.

e. Hendaknya digulingkan kesebelah rusuk kirinya, agar

memudahkan bagi orang yang menyembelihnya.

f. Kerongkongan dan tenggorokan harus terpotong.95

2. Ghair maqdur „alaih

Berkenaan dengan hewan ghair maqdur „alaih yang terbagi atas

hewan buruan dan hewan ternak yang karena suatu hal menjadi liar

dihukumi sama dengan hewan buruan. Hewan dalam keadaan ini bisa

dibunuh dibagian manapun dari tubuhnya dengan menggunakan benda

tajam atau alat apapun yang dapat mengalirkan darah dan

mempercepat kematiannya. Ulama fiqih menyepakati bahwa selama

masih ada hayyat mustaqirrahnya, maka hewan tersebut boleh

disembelih. Tanda-tanda hayyat mustaqirrah adalah gerakan yang

keras pada hewan setelah diputuskan bagian-bagian tubuhnya disertai

dengan memancar dan mengalirnya darah dengan deras. Jadi, jika

penyembelihan dilakukan secara perlahan dan usaha pemotongan

terlalu lamban sehingga ketika penyembelihan selesai ternyata hewan

itu tidak bergerak-gerak lagi berarti nyawanya yang menetap telah

tiada sebelum sempurnanya penyembelihan. Maka jelaslah hewan itu

belum sempat disembelih sudah mati dan halal dimakan. Jika

nyawanya sudah tidak menetap lagi sebelum disembelih, maka tidak

95

Abdul Aziz Dahlan et.al, Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 6, ...1971

Page 73: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

69

halal dimakan kecuali sebelumnya telah disembelih secara darurat.

Dalam hal ini, mengalirnya darah dari urat leher setelah pemotongan

bukan merupakan petunjuk atas adanya nyawa yang menetap.

Dalam Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standar

Sertifikasi Penyembelihan Halal. Menyebutkan ketentuan Hukum

didalam standart Proses penyembelihan harus memenuhi standart

sebagai berikut:

1. Penyembelihan dilaksanakan dengan niat menyembelih dan

menyebut atas nama-Nya.

2. Penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui

pemotongan saluran makanan (mari'), saluran pernafasan atau

tenggorokan (hulqum), dan dua pembuluh darah (vena dan arteri).

3. Pembelihan dilakukan satu kali dan secara cepat.

4. Memastikan adanya aliran darah atau gerakan hewan sebagai tanda

hidupnya hewan.

5. Memastikanmatinya hewan disebabkan oleh penyembelihan hewan

tersebut.96

Rumah potong hewan dalam hal ini menjadi target utama.

Pihak yang harus benar-benar menerapkan fatwa MUI tersebut.

Termasuk rumah potong ayam juga harus bersertifikasi halal.

Sertifikasi halal pada rumah potong ayam sangat diperlukan sebagai

jaminan bahwa daging ayam yang akan dikonsumsi oleh konsumen

96

Ma‟ruf Amin Dkk, mpunanHi Fatwa Indonesia Sejak 1975 (Edisi Baru) (Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2015), 846.

Page 74: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

70

telah benar-benar halal dan baik.

Pelaksanaan pemotongan ayam di Rumah potong hewan Restu

Ibu masih menggunakan cara tradisional dengan menggunakan

peralatan pisau tajam. Sebelum proses penyembelihan petugas

penyembelih atau karyawan selalu memastikan bahwa pisau yang akan

digunakan memang benar-benar tajam, dengan cara selalu

mengasahnya sebelum digunakan.97

Jika dilihat dari segi proses

penyembelihan hal tersebut merupakan tindakan yang memang harus

dilakukan oleh seorang penyembelih. Guna meminimalisir rasa sakit

hewan sampai mencegah tindakan penyiksaan hewan ketika proses

penyembelihan dan juga mempercepat proses penyembelihan.

Dalam hal ini sebelum ayam disembelih, petugas penyembelih

memegang leher ayam yang kemudian dihadapkan kebelakang, untuk

mempermudah dalam penyembelihan yang dapat menyebabkan rasa

sakit pada hewan yang akan disembelih. Disini proses penyembelihan

sangat cepat dan terlihat sudah mahir didalam hal penyembelihan.

Namun setelah proses penyembelihan berlangsung ayam yang sudah

disembelih langsung dilempar pada tong yang berfungsi sebagai

penampungan darah dan juga ruang bergeraknya hewan ketika sekarat

setelah disembelih.98

Selanjutnya setelah itu ayam ketika akan di celupkan kedalam

97

Observasi, 24 Desember 2019. 98

Observasi, 23 Desember 2019.

Page 75: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

71

air panas, ternyata masih ada beberapa hewan yang belum mati dengan

sempurna bahkan uratnya ada yang belum terputus. Sehingga ayam-

ayam tersebut disembelih yang kedua kalinya dan dibiarkan sampai

ayam tersebut benar- benar mati. Pada proses ini perlu diperhatikan

agar penyembelihan benar-benar memutus uratnya agar ayam tersebut

benar-benar mati karena penyembelihan.

Dari uraian di atas dapat di analisa bahwa Rumah Potong

Hewan Restu Ibu tersebut melakukan tindakan penyembelihan sudah

sesuai dengan ketentuan dalam Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009

Tentang Standart Sertifikasi Penyembelihan Halal pada poin d, yang

disebutkan di dalam standart proses penyembelihan bahwa,

memastikan adanya aliran darah atau gerakan hewan sebagai tanda

hidupnya hewan. Dan di dalam penyembelihannya rumah potong ini

ada beberapa hewan yang dilakukan dua kali penyembelihan karena

disebabkan oleh tidak diperiksannya atau tidak memastikan ayam

setelah di sembelih. Sedangkan di dalam Fatwa MUI No 12 Tahun

2009 Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal sudah

disebutkan bahwa penyembelihan harus dilakukan satu kali dan secara

cepat. Dan juga pada poin b bagian standar proses penyembelihan

disebutkan bahwa, penyembelihan dilakukan dengan mengalirkan

darah melalui pemotongan saluran makanan (mari'), saluran

pernafasan atau tenggorokan (hulqum), dan dua pembuluh darah (vena

Page 76: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

72

dan arteri).99

Hanya saja setelah penyembelihan, penyembelih tidak

memastikan ayam tersebut benar-benar mati setelah disembelih satu

kali dan dengan cepat ayam langsung ditaruh pada bak penampungan.

Setelah penulis telusuri apakah ayam tersebut disembelih dengan cara

yang benar sebagaimana fatwa diatas, penulis menemukan bahwa hasil

dari penyembelihannya dipangkal leher masih ada nadi yang belum

terpotong. Sehingga ayam susah untuk mati.100

Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan ketentuan

Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi

Penyembelihan Halal, pemotongan ayam di Rumah Potong Hewan

Restu Ibu Desa karangan Kecamatan Balong kabupaten Ponorogo ini

ada yang sudah sesuai dan juga belum sesuai. Yang sudah sesuai

dengan ketentuan fatwa di atas yaitu penyembelih menyebut nama

Allah SWT atau berniat sebelum menyemnbelih, penyembelih

melakukan penyembelihan dengan mengalirkan darah melalui

pemotongan saluran makanan (mari'), saluran pernafasan atau

tenggorokan (hulqum), dan dua pembuluh darah (vena dan arteri). Dan

yang belum sesuai dengan ketentuan Fatwa MUI Nomor 12 Tahun

2009 Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal yaitu ada

beberapa hewan yang penyembelihannya dilakukan dua kali, karena

pihak penyembelih tidak memastikan bahwa ayam tersebut benar-benar

99

Emir, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975 Edisi Baru (Jakarta: Penerbit Erlangga,

2015), 846. 100

Observasi, 18 Februari 2020.

Page 77: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

73

mati oleh sebab penyembelihan.

C. Analisis Proses Pengolahan Ayam Di RPH “Restu Ibu” Desa

Karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

Berkaitan dengan proses pengolahan hewan sembelihan telah

disebutkan dalam Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Standar

Sertifikasi Penyembelihan Halal, dalam ketentuan hukumnya

menyebutkan bahwa :

1. Pengolahan dilakukan setelah hewan dalam keadaan mati oleh sebab

penyembelihan.

2. Hewan yang gagal penyembelihan harus dipisahkan.

3. Penyimpanan dilakukan secara terpisah antara yang halal dan

nonhalal.

4. Dalam proses pengiriman daging, harus ada informasi dan jaminan

mengenai status kehalalannya, mulai dari penyiapan (seperti

pengepakan dan pemasukan kedalam kontainer), pengangkutan

(seperti pengapalan atau shipping), hingga penerimaan.101

Dari fatwa diatas dapat diketahui bahwa setelah proses

penyembelihan ayam, harus dibedakan antara ayam yang gagal

disembelih dan ayam yang berhasil disembelih.. Kemudian harus diolah

secara terpisah karena termasuk barang nonhalal. Namun dipemotongan

ayam Restu Ibu tersebut, setelah penulis melakukan observasi, tidak ada

pemisahan antara ayam yang gagal disembelih dan ayam yang berhasil

101

Ma‟ruf Amin, dkk., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia.hlm 747.

Page 78: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

74

disembelih. Hal tersebut terlihat dari pasca penyembelihan, ayam

langsung dijadikan satu pada bak penampungan darah untuk selanjutnya

diolah. Karena hasil penyembelihan yang tidak sempurna atau gagal

disembelih pada proses penyembelihan tidak dipisahkan sehingga tidak

ada kejelasan antara ayam yang gagal disembelih yang menjadi haram

untuk dimakan dengan ayam yang berhasil disembelih seperti yang

telah disebutkan diatas.

Selanjutnya dalam tahap pengolahan yaitu perendaman,

pengeluaran jeroan, pencucian dan persiapan pemasaran harus

dilakukan di tempat yang bersih dan terpisah, karena persyaratan utama

sebuah bangunan rumah potong ayam harus dibedakan antara daerah

kotor dan daerah bersih. Menurut Standar Nasional Indonesia, daerah

kotor adalah daerah dengan tingkat pencemaran bologik, kimiawi dan

fisik tinggi, sedangkan daerah bersih adalah daerah yang tingkat

pencemaran biologik, kimiawi dan fisik yang rendah.102

Dalam hal ini, rumah potong hewan Restu Ibu Desa Karangan

Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo tersebut, setelah penulis

melakukan observasi di pemotongan ayam tersebut belum memisahkan

daerah atau ruang kotor dengan daerah atau ruang bersih dalam proses

penyembelihan ayam, hal ini karena rumah potong ayam tidak

mempunyai lahan yang cukup bagi sebuah rumah potong ayam dalam

102

Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6160-1999 Rumah

Pemotongan Unggas.

Page 79: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

75

pengembangannya. Sehingga rumah potong ayam tersebut dalam

melakukan proses pemotongan ayam dalam masih satu ruangan, yaitu

tempat penyembelihan bersatu dengan proses perendaman, pencabutan

bulu, pencucian, pengeluaran jeroan, dan proses-proses lain. Selain itu,

hasil penyembelihan yang tidak sempurna atau gagal disembelih pada

proses penyembelihan tidak dipisahkan sehingga tidak ada kejelasan

antara ayam yang gagal disembelih yang menjadi haram untuk dimakan

dengan ayam yang berhasil disembelih seperti yang telah disebutkan

diatas.

berdasarkan dalam buku panduan Auditor Internal Halal juga

disebutkan mengenai pemprosesan dan pengendalian dalam

penyembelihan hewan, yaitu:

1. Binatang yang diproses hendaklah dipastikan benar-benar halal.

2. Pabrik yang menmproses sembelihan halal tidak bercampur dengan

sembelihan tidak halal.

3. Pemrosesan, pembungkusan, penyimpanan, dan pengangkutan

hendaklah tidak bercampur dengan yang haram.103

Dari uraian diatas berdasarkan ketentuan Fatwa MUI No 12

Tahun 2009 tentang Standar Sertifikasi penyembelihan Halal di dalam

praktik pengolahan ayam pasca penyembelihan belum sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang ada di dalam fatwa tersebut. Karena dalam

103

Tsin Zuyyina Zarkasi, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Melalui Sertifikasi

Halal Rumah Potong Hewan (RPH) Di Pulau Lombok, (Mataram: 2014).

Page 80: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

76

praktik pengolahan ayam pasca sembelihan tersebut, tidak ada

pemisahan antara ayam yang benar-benar mati oleh sebab

penyembelihan dan hewan yang gagal penyembelihan dan masih

dicampur dalam satu wadah. Sehingga tidak ada kejelasan antara mana

ayam yang halal untuk dikonsumsi dan mana ayam yang tidak harus

dikonsumsi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 81: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

77

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan ketentuan Fatwa MUI No 12 Tahun 2009 Tentang Sstandar

Sertifikasi Penyembelihan Hahal, bahwa rumah potong ayam Restu Ibu

Desa karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo dalam pemilihan

hewan tersebut ada yang sudah sesuai dengan Fatwa MUI Nomor 12

Tahun 2009 Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal yaitu hewan

yang di sembelih adalah hewan yang halal dan boleh dimakan dan di

dalam pra penyembelihan hewan tersebut masih dalam keadaan hidup.

Dan ada juga yang belum sesuai, yaitu dalam standar kesehatan hewan

masih belum terpenuhi.

2. Berdasarkan kententuan Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009 Tentang

Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal, pemotongan ayam di Rumah

Potong Hewan Restu Ibu Desa karangan Kecamatan Balong ini ada yang

sudah sesuai dan juga belum sesuai dengan ketentuan fatwa tersebut. Yaitu

yang sudah sesuai dengan ketentuan fatwa di atas yaitu penyembelih

menyebut nama Allah SWT atau berniat sebelum menyembelih,

penyembelih melakukan penyembelihan dengan mengalirkan darah

melalui pemotongan saluran makanan (mari'), saluran pernafasan atau

tenggorokan (hulqum), dan dua pembuluh darah (vena dan arteri). Dan

yang belum sesuai dengan ketentuan Fatwa MUI Nomor 12 Tahun 2009

Tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Halal yaitu ada beberapa

hewan yang penyembelihannya dilakukan dua kali, karena pihak

penyembelih tidak memastikan bahwa ayam tersebut benar-benar mati

Page 82: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

78

oleh sebab penyembelihan.

3. Berdasarkan kententuan Fatwa MUI No 12 Tahun 2009 Tentang Standar

Sertifikasi Penyembelihan Halal. praktik pengolahan ayam pasca

penyembelihan belum sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada di

dalam fatwa tersebut. Karena dalam praktik pengolahan ayam pasca

sembelihan tersebut, tidak ada pemisahan antara ayam yang benar-benar

mati oleh sebab penyembelihan dan hewan yang gagal penyembelihan dan

masih dicampur dalam satu wadah. Sehingga tidak ada kejelasan antara

mana ayam yang halal untuk dikonsumsi dan mana ayam yang tidak harus

dikonsumsi.

B. Saran

1. Lebih baiknya pihak Rumah Potong Hewan Restu Ibu Desa Karangan

Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo lebih memperhatikan dan

lebih hati-hati di dalam melakukan proses penyembelihan dan juga

proses pengolahannya. Dan juga harus lebih diperhatikan lagi kwalitas

kesehatan ayam tersebut. Usahakan antara kententuan syariat islam di

terapkan di dalam proses usaha rumah potong hewan ini. Agar hasil

dari pada ayam yang telah disembelih menjadi halal dan baik untuk

dikonsumsi.

2. Perlu diperhatikan kembali kepada para pedagang ayam khususnya,

masyarakat sekitar dan konsumen lainnya untuk lebih berhati-hati di

dalam memilih tempat pemotongan ayamdan juga harus lebih jeli di

dalam memilih daging ayam.

Page 83: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

79

Page 84: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Imam Syafi‟i. Al‟um Buku 1 jilid 1-2.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2013.

Amin, Ma‟ruf. HimpunanFatwa Indonesia Sejak 1975 (Edisi Baru). Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2015.

Amin, Ma‟ruf. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. Jakarta: Elsas, 2008.

Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 4. Damaskus: Darul

Fikr, 2007.

Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6160-

1999 Rumah Pemotongan Unggas.

Barkan, Riadi. “Proses Penyembelihan Hewan dengan Metode stunning

dalam Perspektif Hukum Islam”.Skripsi. Jakarta: Fak. Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2014.

Bin Shalih Al Utsaimin, Muhammad. Tata cara Qurban Tuntunan Nabi.

Jogjakarta:Media Hidayah, 2003.

Budi, Wawancara, 22 September 2019.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur‟an dan Terjemahannya.

Jakarta Timur: Pustaka Al-Mubin, 2013.

Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam. Ilmu Fiqh Jilid I Cet

II. Jakarta: Press , 1983.

Dwi, Astuti. Wiwik. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli

Ayam Dirumah Potong Hewan Hidayah Ponorogo”. Skripsi.

Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2016.

Emir. Himpunan Fatwa Mui Sejak 1975 Edisi Baru. Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2015.

Eva, Wawancara, 10 Agustus 2019.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 12 Tahun 2009 Tentang Standar

Sertifikasi Penyembelihan Halal.

Page 85: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

Hanijito, Soemitro. Roni. Metodologi Penelitian Hukum, cet, Ke-2. Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1993.

Hasan Saiful Rizal. “Prespektif Fiqih Muamalah Terhadap Praktik Jual Beli

Ayam Potong Di Desa Ginuk Kecamatan Karas Kabupaten Magetan”.

Skripsi. Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2014.

Huda, Qomarul. Fikih Muamalah. Yogyakarta: Teras, 2011.

Hujjah. “Majalah Fikih Islam”, Stunning Pemingsanan Hewan Sebelum

Disembelih. 6 Juni 2015. http://www.hujjah.net/2015/06/06/stunning-

pemingsanan-hewan-sebelum-disembelih/. 11 September 2019.

Ibnu Mas'ud. Zainal Abidin. Fiqih Madzhab Syafi'I. Bandung: CV Pustaka

Setia, 2007.

Ichwan Sam. Dkk. Himpunan Fatwa Keuangan Syariah DSN-MUI. Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2014.

Khsan Dwitama. Proses S tunning.

https://www.academia.edu/9065468/Stunning_Process. 29 agustus

2019.

Mardani. Hukum Ekonomi Syariah Di Indonesia. Bandung: Refika Aditama,

2011.

Misri Singarimbun. Sofyan Efendi. Metode Penelitian Survey. Jakarta:

LP3IES, 1982.

Moloeng, Lexy J. metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004.

Mudzhar, Atho. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dalam Perspektif

Hukum Dan Perundang-Undangan. Jakarta: Puslitbang Kehidupan

Keagamaan Badan Litbang Dan Diklat Kementerian Agama RI, 2012.

Musa,Kamil. Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman.

Solo: Ziyad Visi Media, 2006.

Mustofa, Yaqub. Ali Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan

Kosmetika Menurut Al-Quran dan Hadists. Jakarta: PT Pustaka

Firdaus, 2009.

Othman bin. Sheikh. Salim, Sheikh. Kamus Dewan cet 1. Selangor: Dewan

Bahasa dan Pustaka, 1989.

Page 86: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk

Qardhawi, Yusuf. Halal dan Haram dalam Islam. Surabaya: PT Bina Ilmu

Surabaya, 2010.

Salma, Yeni. Barlinti. Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Dalam

Sistem Hukum Nasional Di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang Dan

Diklat Kemenag RI, 2010.

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitati.

fYogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Sugiono. Kedudukan Fatwa Dalam Islam,

Http//Muhammadsugionowordpress.Com, Diakses Pada Tanggal 21

Agustus 2019.

Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Sumar‟in. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu,

2012.

Syarifuddin, Amir. Ushul Fikih Jilid ll. Jakarta: Kencana Prenada Media

Grop, 2011.

Thohir, Mudjaharin. Memahami Kebudayaan, Teori, Metodologi, dan

Aplikasi. Semarang: Fasindo Press, 2007.

Yuli, Wawancara Dan Observasi, 7 Oktober 2019.

Zuhaili, Wahbah Fiqih Imam Syafi‟i. Jakarta Timur: Almahira, 2010.

Zuyyina, Zarkasi. Tsin. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Melalui

Sertifikasi Halal Rumah Potong Hewan (RPH) Di Pulau Lombok.

Mataram: 2014.

Page 87: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk
Page 88: HALAMAN SAMPULetheses.iainponorogo.ac.id/10364/1/UPLOAD ETHESES.pdf2 2 akan ditemukan sebuah konsep yang sangat tinggi dalam sistem ekonomi terebut.3 Islam telah mengatur cara untuk