Hakikat Bahasa

14
LATAR BELAKANG Pada zaman yang serba canggih ini, bahasa tetap konsisten sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan luas di kalangan masyarakat. Bahasa tetap memegang peranan penting dalam menghubungkan atau menyalurkan ilmu, baik itu ilmu pasti, seperti matematika. Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah bahwa, selain ahli-ahli bahasa, ahli-ahli lain yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan yang lain semakin memperdalam dirinya dalam bidang teori dan praktek bahasa. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Bahasa tidak terikat pada waktu. Bahasa itu terus berkembang, bahasa terus mengekspresikan segala hal yang terjadi dalam kehidupan. Melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat diturukan kepada generasi-generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang berada di sekitar manusia: peritiwa- peristiwa, binatang-binatang, tumbuhan-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dan diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi. Komunikasi melalui bahan ini memungkinkan setiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat-istiadat, kebudayaan serta latar belakangnya masing-masing. Bahasa bukan saja menjadi alat komunikasi semata, bahasa juga mempunyai banyak fungsi lain. Dengan satu bahasa yang sama bisa mempersatukan manusia yang tinggal di beribu-ribu pulau di Indonesia, bahkan dunia sekalipun. Pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, bahasa merupakan unsur penting yang menyatukan kekuatan seluruh pemuda yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Dan

description

bahasa

Transcript of Hakikat Bahasa

Page 1: Hakikat Bahasa

LATAR BELAKANG

Pada zaman yang serba canggih ini, bahasa tetap konsisten sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan luas di kalangan masyarakat. Bahasa tetap memegang peranan penting dalam menghubungkan atau menyalurkan ilmu, baik itu ilmu pasti, seperti matematika. Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah bahwa, selain ahli-ahli bahasa, ahli-ahli lain yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan yang lain semakin memperdalam dirinya dalam bidang teori dan praktek bahasa. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.

Bahasa tidak terikat pada waktu. Bahasa itu terus berkembang, bahasa terus mengekspresikan segala hal yang terjadi dalam kehidupan. Melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat diturukan kepada generasi-generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang berada di sekitar manusia: peritiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuhan-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dan diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi. Komunikasi melalui bahan ini memungkinkan setiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat-istiadat, kebudayaan serta latar belakangnya masing-masing.

Bahasa bukan saja menjadi alat komunikasi semata, bahasa juga mempunyai banyak fungsi lain. Dengan satu bahasa yang sama bisa mempersatukan manusia yang tinggal di beribu-ribu pulau di Indonesia, bahkan dunia sekalipun. Pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, bahasa merupakan unsur penting yang menyatukan kekuatan seluruh pemuda yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Dan hasilnya bahasa Indonesia disepakati sebagai bahasa nasional yang mempersatukan seluruh pemuda untuk melawan kekuatan penjajah.

Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan dengan memperhatikan wujud bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.

Page 2: Hakikat Bahasa

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, penulis berusaha merumuskan beberapa pertanyaan mendasar mengenai Dasar-dasar Kebahasaan dan Aplikasinya sabagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan bahasa?2. Apa hakikat bahasa dan Indonesia?3. Bagaimanakah proses lahirnya Bahasa Indonesia?4. Bagaimana bahasa Melayu bisa diangkat menjadi bahasa Indonesia?

METODE PENULISAN

Dalam proses penulisan ini, penulis mengumpulkan informasi mengenai Dasar-Dasar Kebahasaan dan Aplikasinya dan metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan.

TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah ini ditujukan untuk masyarakat luas serta civitas akademik Fakultas Sains dan Teknik Jurusan Matematika Undana dengan tujuan:

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian bahasa.2. Mahasiswa dapat mengetahui hakikat bahasa dan Indonesia.3. Mahasiswa dapat mengetahui proses lahirnya bahasa Indonesia.4. Mahasiswa dapat mengetahui proses bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia.

SISTEMATIKA PENULISAN

Berdasarkan makalah yang telah dibuat, sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang mengenai kebahasaan itu sendiri, rumusan masalah, metode penulisan, dan tujuan penulisan. Bab II Isi yang menjelaskan tentang hakikat bahasa Indonesia, lahirnya bahasa Indonesia dan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, serta Bab III Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Hakikat BahasaSecara etimologi, istilah bahasa berasal dari bahasa Latinlingua. Dalam bahasa Itali “bahasa”

disebut linguaggio danlingua, bahasa Perancis menyebut “bahasa” sebagai langagedan langue, dalam bahasa Spanyol “bahasa” disebut denganlengua dan disebut dengan language dalam bahasa Inggris.

Penyebutan “bahasa” terdiri dari dua konsep utama dalam kajian lingustik yaitu penyebutan bahasa secara umum (bersifat koloquel) seperti langage (bahasa Prancis), linguaggio (bahasa Itali) dan

Page 3: Hakikat Bahasa

juga penyebutan bahasa pada bahasa tertentu atau suatu sistem linguistik tertentu seperti langue (dalam bahasa Prancis), lingua (bahasa Itali) dan lengua (bahasa Spanyol). Akan tetapi, language dalam bahasa Inggris dapat digunakan untuk menamakan bahasa secara umum atau digunakan untuk menyebut satu bahasa tertentu, demikian halnya dengan istilah “bahasa” dalam bahasa Indonesia.

Sedangkan pengertian terminologis dari bahasa itu sendiri telah banyak didefinisikan oleh para ahli sebagai berikut:

1. Saphir (1921) dalam Chaedar Alwasilah (1990) bahwa bahasa adalah “a purely human and non-instinctive method of communicating ideas, emotion and desire by means of voluntarily produced symbol”. Saphir menyebutkan lima butir terpenting dalam definisi “bahasa” yaitu: manusiawi, dipelajari, memilki sistem, arbitrer dan bersimbol.

2. Hall mengungkapkan bahwa bahasa merupakan suatu institusi dalam pengertian alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar umat manusia.

3. Wardhough menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambangbunyi yang arbitrer yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

4. Hasan Lubis (1988) menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambang-lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk menyampaikan fikiran dan perasaannya dengan bunyi-bunyi.

5. Kridalaksana (2008) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.

6. Caroll (1959) beranggapan bahwa bahasa adalah sebuah sistem berstruktur mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia.

7. Bloch dan Trager (1942) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.

Pakar linguistik telah merumuskan banyak hal tentang hakikat bahasa. rumusan-rumusan tersebut jika dibutirkan akan menghasilkan sejumlah ciri atau sifat yang merupakan hakikat bahasa. Sifat-sifat tersebut pula yang telah didefinisikan oleh pakar-pakar linguistik diatas dalam menemukan pelbagai sifat-sifat bahasa.

Sifat-sifat tersebut sebagaimana yang disebutkan oleh Chaer (2007) antara lain: (1) Bahasa adalah sebuah sistem, (2) Bahasa itu berwujud lambang, (3) Bahasa itu berupa bunyi, (4) Bahasa itu bersifat arbitrer, (5) Bahasa itu bermakna, (6) Bahasa itu bersifat konvensional, (7) Bahasa itu bersifat unik, (8) Bahasa itu bervariasi, (9) Bahasa itu bersifat produktif, (10) Bahasa itu bervariasi, (11) Bahasa itu bersifat dinamis, (12) Bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, (13) Bahasa itu merupakan identitas penuturnya. Begitu pula yang dipaparkan oleh Chaeda Alwasilah (1993) yang secara sederhana lagi menyebutkan hakikat bahasa itu antara lain: (1) Bahasa itu sistematik, (2) Bahasa itu manasuka “arbitrer”, (3) Bahasa itu ucapan/vokal, (4) Bahasa itu simbol atau lambang, (5) Bahasa itu mengacu pada dirinya sendiri, (6) Bahasa itu manusiawi dan (7) Bahasa itu komunikasi. Kemudian masih banyak lagi paparan-paparan linguis tentang hakikat bahasa yang tentu tidak dapat disebutkan satu persatu dalam tulisan ini.

Dari beberapa keterangan yang diambil dari berbagai sumber, maka penulis akan menjelaskan tentang hakikat bahasa tersebut secara sederhana dan hal-hal yang akan dijelaskan kemudian merupakan beberapa dari poin inti dari hakikat bahasa. Berikut paparan dari sifat-sifat tersebut secara rinci:

Page 4: Hakikat Bahasa

1. Bahasa Sebagai SistemSistem sangat identik dengan pengertian cara atau aturan. Sistem juga berarti susunan teratur

berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya yang berhubungan secara fungsional.

Begitupun dengan bahasa, sebagai sebuah sistem, bahasa memiliki komponen-komponen dan aturan-aturan. Dalam pengertian ini, bahasa memiliki dua aspek penting yaitu unsur-unsur dan hubungan-hubungan yang dirajut oleh unsur-unsur tersebut. Satuan-satuan bahasa tersebut selalu terkait satu dengan yang lain sehingga membentuk kepaduan yang erat dan saling mendukung.

Pyles dan algeo (1993) menyebutkan bahwa terdapat dua tingkatan dalam sistem bahasa yang mereka sebut sebagai duality of patterning yang jika diterjemahkan menjadikaidah ganda sistem bahasa. Kedua tingkatan ini mencakup komponen makna dan bentuk. Komponen bentuk yang berupa bunyi dipelajari oleh cabang linguistik yaitu fonetik atau fonologi sedangkan komponen makna ditelaah oleh semantik dan tata bahasa.

Lebih jauh, Chaer (2007) menjelaskan, sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistemis. Dengan sistemis, artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola dan tidak tersusun secara acak atau secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-sub sitem atau sistem bawaan. Dapat disebutkan sistem bawaan tersebut antara lain: subsistem fonologi, morfologi, sintaksis dan subsistem semantik

Dalam linguistik, terutama subsistem fonologi, morfologi dan sintaksis tersusun secara hierarkial. Artinya, subsistem yang satu terletak dibawah subsistem yang lain, lalu subsistem yang lain tersebut terletak pula dibawah subsistem lainnya. Selanjutnya, ketiga subsistem tersebut- pun terkait dengan subsistem semantik.

Dengan kata lain, bahasa sebagai sistem merupakan kerjasama antara subsistem yang lain dengan subsistem lainnya yang terjalin dan membentuk bahasa.

2. Bahasa Sebagai LambangKata lambang sering dipadankan dengan kata simbol yang diartikan dengan pengertian yang

sama. Lebih rinci, Chaedar Alwasilah (1993) menjelaskan bahwa lambang atau simbol mengacu pada suatu obyek dan hubungan antara simbol dan obyek itu bersifat manasuka. Lambang dapat dibuat dari bahasa apa saja, ia bisa terbuat hari suatu benda seperti piramid yang melambangkan keagungan, atau dari kain seperti warna putih atau hitam atau juga dalam bentuk ujaran.

Lambang dengan segala seluk beluknya dikaji dalam kegiatan ilmiah dalam satu bidang kajian yang disebut dengan ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang terdapat didalam kehidupan manusia termasuk bahasa.vii

Dalam kehidupannya, manusia selalu menggunakan lambang. Oleh karena itu, Earns Cassirer menyatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum).viii Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari lambang, termasuk alat komunikasi verbal yang disebut dengan bahasa.ix

Jika ide atau konsep keadilan   sosial dilambangkan dengan gambar padi   dan   kapas, maka wujud bahasa dilambangkan dalam bentuk bunyi yang berupa satuan-satuan bahasa seperti kata atau gabungan kata. Mengapa kata disebut sebagai lambang dalam satuan bahasa? sekali lagi, karena lambang bersifat manasuka, yaitu tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dan dengan yang dilambangkannya.

3. Bahasa Itu Berupa BunyiBahasa adalah bunyi, maka sepenuhnya dapat dikatakan bahwa bahasa adalah sistem

lambang bunyi. Yaitu, sistem bahasa itu adalah berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi.x

Page 5: Hakikat Bahasa

Kemudian, yang perlu dipertegas disini adalah tentang bunyi itu sendiri menurut pandangan bahasa, apakah itu bunyi seperti yang dikenal secara umum? Apakah semua bunyi disebut bahasa? dan lain sebagainya. Bunyi yang dimaksud dalam bahasa disebut juga denga “speech sound” adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang didalam fonetik diamati sebagai “fon” dan didalam fonemik sebagai “fonem” yang keduanya dibahas dalam bidang lingusitik.

4. Bahasa Itu Bersifat ArbitrerArbitrary berarti selected at random and without reason, dipilih secara acak dan tanpa alasan.

Ringkasnya, manasuka atau seenaknya, asal bunyi, tidak ada hubungan logis antara kata-kata sebagi simbol atau lambang dengan yang dilambangkannya.xi Atau, dengan bahasa lain, Chaer (2007) menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.

Contoh pengertian arbitrer tersebut dapat kita lihat sehari-hari dalam kehidupan kita, hal tersebut terbukti antra rangkaian bunyi-bunyi dengan makna yang dikandungnya. Mengapa bahan bakar sepeda motor disebut dengan bensin tidak kecap, binatang tertentu di Indonesia disebut kuda, di Inggris horse, di Arab faras dan akan terus berbeda diwilayah-wilayah lain tentang penyebutannya.

Itulah yang disebut dengan arbitrer atau manasuka yang tidak akan bisa ditemukan alsan penyebutannya yang berbeda-beda dikarenakan sifat ke-arbitreran-nya. Andaikata bahasa itu tidak arbitrer, sudah barang tentu dapat kita pastikan bahwa sebutan untuk kuda hanya akan ada satu kata dalam bahasa manusia, tidak ada lagi penyebutan kuda,   horse,   faras dan lain sebagainya, hanya akan ada satu penyebutan.

5. Bahasa Itu BermaknaBahasa, sebagai sistem lambang yang berwujud bunyi sudah pasti melambangkan suatu

pengertian tertentu. Maka, yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi tersebut. Karena lambang –lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu memiliki makna.xii

Contohnya adalah lambang bahasa yang berwujud bunyi “kuda”; lambang ini mengacu pada konsep “sejenis binatang berkaki empat yang dapat dikendarai”, kemudian konsep tersebut dihubungkan dengan benda yang ada didalam dunia nyata. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa “kuda” merupakan lambang bunyi, “sejenis binatang berkaki empat yang dapat dikendarai” merupakan konsep dan “kuda” yang ada didalam dunia nyata merupakan wujud dari lambang bunyi tersebut.

6. Bahasa Itu KonvensionalMeskipun hubungan antara lambang bunyi dan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi

penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa harus mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.

Contohnya adalah, adanya kesepakatan dalam masyarakat bahasa Indonesia untuk menyebut suatu benda beroda dua yang dapat dikendarai dengan dikayuh, yang secara arbitrer dilambangkan dengan bunyi “sepeda”, maka anggota masyarakat bahasa Indonesia “seluruhnya” harus mematuhinya. Jika tidak diapatuhi dan kemudian diganti dengan dengan lambang lain, maka komunikasi antar masyarakat akan terhambat.

Oleh karena itu, jika ke-arbitreran bahasa terletak pada antara lambang-lambang bunyi dengan konsep yang dilambangkannya, maka ke-konvensionalan bahasa terletak pada kepatuhan

Page 6: Hakikat Bahasa

para penutur bahasa untuk menggunakan lambang-lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkan.

7. Bahasa Itu DinamisBahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan

gerak manusia, sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat

Karena keterkaitan dan keterikatan manusia dengan bahasa, dan kehidupan manusiapun akan terus berubah dan tidak tetap, maka bahasa-pun menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.

Perubahan bahasa dapat terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik maupun leksikon. Namun perubahan yang paling terlihat dan paling sering terjadi adalah pada tataran leksikon dan semantik. Hampir setiap saat terdapat kata-kata baru muncul sebagai akibat dari perubahan budaya dan ilmu, atau terdapat kata-kata lama muncul dengan makna baru.

Dengan terjadinya perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu secara otomatis akan bermunculan konsep-konsep baru yang tentunya disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru. Kalau-pun kelahiran konsep tersebut belum disertai dengan wadahnya, maka manusia sendiri yang akan meciptakan istilahnya

8. Bahasa itu bervariasiSetiap bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat

bahasa, dan adapun yang masuk dalam satu masyarakat bahasa adalah mereka yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, jika disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia. Yang termasuk anggota masyarakat sunda adalah orang-orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa sunda dan seterusnya. Jadi, dapat ditarik sedikit konklusi bahwa banyak orang Indonesia yang menjadi lebih dari satu anggota masyarakat bahasa, karena disamping dia sebagai orang Indonesia, dia juga menjadi pemilik dan pengguna bahasa daerahnya.

Anggota mayarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama, baik dari segi pendidikan, profesi, usia dan lain-lain. Oleh karena latar belakang dan lingkungan yang tidak sama, maka bahasa yang digunakan beragam atau bervariasi, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain seringkali memiliki perbedaan yang besar.

Mengenai variasi bahasa, terdapat tiga istilah yang dipandang perlu untuk diketahui, yaitu idiolek, dialek dan ragam.xix Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Artinya setiap orang memiliki ciri khas bahasa masing-masing, contohnya adalah bahasa-bahasa penulis seperti Hamka, Andrea Hirata dan lain-lain yang tentu berbeda satu sama lain.

Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Contohnya adalah dialek Banyumas, dialek Surabaya, bahasa Indonesia zaman Balai Pustaka dan sebagainya.

Adapun ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal, digunakan ragam bahasa yang disebu dengan ragam baku, untuk situasi yang tidak formal, digunakan ragam yang tidak baku. Begitu pula dapat dilihat dari sisi sarana, terdapat ragam tulisan dan lisan dan masih banyak lagi ragam-ragam lainnya.

9. Bahasa Itu ManusiawiBahasa itu manusiawi dalam pengertian bahwa apa-apa yang sudah dipaparkan sebelumnya

adalah suatu kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia. Ringkasnya bahwa manusia-lah yang berbahasa sedangkan hewan-hewan lain tidak berbahasa.

Page 7: Hakikat Bahasa

Keistimewaan bahasa menusia akan semakin terasa jika dibandingkan dengan komunikasi binatang misalnya. Hal ini dapat ditelusuri dari sejarah evolusi manusia dan evolusi bahasanya, ahli-ahli biologi-pun membuktikan bahwa sistem komunikasi binatang itu sama sekali tidak mengenal ciri ganda bahasa manusia yaitu sistem bunyi dan makna (duality feature).xxi

Sering didengar dalam literatur-literatur yang mengatakan bahwa manusia itu homo loquens (the speaking animal), hewan yang memiliki kemampuan berbahasa. Jika manusia itu hewan yang berbahasa sedangkan bahasa adalah seperangkat kalimat-kalimat yang lazim, sedangkan kalimat lazim dibedakan dari yang tidak lazim dari tata bahasa, maka kesimpulan tentang manusia itu adalah homo grammaticus, yakni hewan yang bertata bahasa.

Sejarah Lahirnya Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia adalah salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan yang ditempuh oleh bahasa indonesia tak terpisahkan dengan perjalanan yang ditempuh oleh bangsa Indonesia untuk merdeka. Sejalan dengan hal tersebut, sejarah perkembangan bahasa indonesia dapat ditinjau dari masa sebelum Indonesia merdeka dan masa sesudah merdeka.

Peristiwa bersejarah yang monumental bagi bangsa dan bahasa indonesia adalah diikrarkannya sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 di Jakarta. Ikrar sumpah pemuda yang terdiri dari tiga butir yang diantaranya berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa indonesia”. Hal ini membuktikan bahwa adanya kebulatan tekad untuk menjunjung bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan.

Nama bahasa indonesia baru dikenal sejak 28 Oktober 1928, yang sebelumnya bernama bahasa melayu. Bahasa melayu yang mendasari bahasa indonesia yang kemudian dijadikan bahasa persatuan. Namun, dari hal ini para sosiologi bahasa tertarik untuk meneliti kondisi apa yang memungkinkan bahasa melayu dipilih dan disepakati untuk dijadikan sebagai bahasa persatuan, mengapa tidak bahasa yang lainnya seperti bahasa jawa, sunda yang jumlah penuturnya lebih banyak dari pada bahasa melayu.

Ada beberapa faktor yang mendasar mengapa bahasa melayu menjadi bahasa asli dari bahasa indonesia yaitu bahasa melayu telah digunakan sebagai lingua franca ( bahasa perhubungan ) selama berabad-abad sebelumnya diseluruh kawasan tanah air. Hal tersebut tidak terjadi pada bahasa jawa, sunda, atau pun bahasa daerah lainnya, bahasa melayu memiliki daerah persebaran yang paling luas dan melampaui batas-batas wilayah bahasa lain meskipun jumlah penutur aslinya tidak sebanyak penutur asli bahasa Jawa, Sunda, Madura, atau pun bahasa daerah lainnya. Bahasa melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa nusantara lainnya sehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing, dan bahasa melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat kebahasaan sehingga mudah dipelajari.

Bahasa melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa antar penutur yang berasal dari berbagai daerah. H.B. Yassin menyatakan bahwa Sumpah Pemuda adalah suatu manifesto politik yang juga mengenai bahasa. Penamaan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia tidak berdasarkan perbedaan dalam struktur dan perbendaharaan bahasa pada masa itu, tetapi semata-mata dasar politik. Dalam bahasa tidak terjadi perubahan apa-apa, tetapi hanya berganti nama sebagai pernyataan suatu cita-cita kenegaraan yaitu kesatuan, tanah air, bangsa dan bahasa.

Page 8: Hakikat Bahasa

Pada zaman penjajahan Belanda ketika Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada 18 Mei 1918 bahasa Melayu memperoleh pengakuan sebagai bahasa resmi kedua, di samping bahasa Belanda yang berkedudukan sebagai bahasa resmi pertama di dalam sidang Dewan Rakyat. Masalah bahasa resmi muncul lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Solo pada tahun 1938. Pada kongres itu ada dua hasil keputusan yang penting, yaitu bahasa indonesia diusulkan menjadi bahasa resmi dan bahasa pengantar dalam badan-badan perwakilan dan perundang-undangan.

Demikianlah lahirnya bahasa Indonesia bukan sebagai sesuatu yang tiba-tiba, tetapi melalui perjuangan panjang disertai keinsyafan, kebulatan tekad, dan semangat untuk bersatu. Dan api perjuangan itu berkobar terus untuk mencapai Indonesia merdeka. Selama zaman pendudukan Jepang 1942-1945 bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di semuua tingkat pendidikan. Jepang terpaksa harus menumbuhkan dan mengembangkan bahasa Indonesia secepat-cepatnya agar pemerintahannya dapat berjalan dengan lancar. Bagi orang Indonesia hal itu merupakan keuntungan besar terutama bagi para pemimpin pergerakan kemerdekaan. Dalam waktu yang pendek dan mendesak mereka harus beralih dari berorientasi terhadap bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Selain itu, semua pegawai negeri dan masyarakat luas yang belum paham akan bahasa Indonesia, secara cepat dapat memakai bahasa indonesia. Ketika Jepang menyerah, tampak bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, makin kuat kedudukannya. Berkaitan dengan hal di atas, semua peristiwa tersebut menyadarkan kita tentang arti bahasa nasional. Bahasa nasional identik dengan bahasa persatuan yang didasari oleh nasionalisme, tekad, dan semangat kebangsaan. Bahasa nasional dapat terjadi meskipun eksistensi negara secara formal belum terwujud. Sejarah bahasa Indonesia berjalan terus seiring dengan sejarah bangsa pemiliknya.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebangsaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa yang latar belakang sosial budaya dan bahasanya berbeda, dan alat perhubungan antar daerah dan antar budaya. Dalam perjalanan perkembangan bahasa indonesia banyak sekali jaringan masalah kebahasaan di Indonesia. Hal itu disebabkan oleh adanya persentuhan antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah, dan adanya persentuhan antara bahasa Indonesia dan bahasa asing, ditambah pula datangnya berbagai tuntutan agar hanya didasarkan pada eksistensi bahasa Indonesia sebagai sistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantis, tetapi juga harus mempertimbangkan faktor-faktor nonkebahasaan seperti politik, ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan. Dari penjelasan secara singkat sejarah lahirnya bahasa indonesia dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan bahasa dapat mempersatukam segala keanakaragaman suku, bahasa, daerah dan perbedaan yang ada. Dan bahasa menjadi komponen yang sangat penting bagi suatu negara dalam menjalankan sistem pemerintahannya serta bahasa juga menjadi identitas nasional bagi suatu negara.

BAHASA MELAYU DIANGKAT MENJADI BAHASA INDONESIA

          Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa

buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di

Page 9: Hakikat Bahasa

Nusantara. Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku

di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari

luar Nusantara.

Perkembangan bahasa melayu tersebut dinamakan perkembangan konseptual yang

memiliki tiga bentuk. Pertama, perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh interaksi antar

daerah, Kedua, perkembangan bahasa daerah yang lain, dan yang terakhir perkembangan bahasa

yang di akibatkan oleh pertemuan bahasa melayu dalam konteks yang lebih luas.

Bahasa melayu berkembang berdasarkan interaksi dengan lingkungan sosial yang

bersinggungan antar ruang dan waktu, yang mana terjadi suatu hal yang sedang mempengaruhi

penggunaan bahasa. Historis tersebut dapat dilihat dari asal usul bahasa yang merupakan awal

komunikasi antar orang yang menggunakan bahasa isyarat ke kata-kata yang semakin

komunikatif.

Pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia didasarkan atas pertimbangan yang rasional,

baik secara politik, ekonomi, dan kebahasaan, yaitu:

1. Bahasa Melayu telah tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.

2. Bahasa Melayu diterima oleh semua suku di Indonesia, karena telah dikenal dan digunakan

sebagai bahasa pergaulan, tidak lagi dirasakan sebagai bahasa asing.

3. Bahasa Melayu bersifat demokratis; maksudnya tidak membeda-bedakan tingkatan dalam

pemakaian sehingga meniadakan sifat feodal dan memudahkan orang memperlajarinya.

4. Bahasa Melayu bersifat reseptif; artinya mudah menerima masukan dari bahasa daerah lain dan

bahasa asing sehingga mempercepat perkembangan bahasa Indonesia di masa mendatang.

5. Bahasa Melayu sudah menjadi lingua franca atau bahasa pengantar di wilayah Indonesia dan

Asia Tenggara sejak ribuan tahun lalu.

6. Bahasa Melayu merupakan suatu kebudayaan bagi Indonesia, dan banyak sekali kemiripan

antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu, mulai dari pengartian dan bahasannya.

7. Bahasa Melayu mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang atau kegiatan di

Indonesia di masa lalu.

Page 10: Hakikat Bahasa

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka CiptaAlieva, N.F. dkk. 1991. Bahasa Indonesia: Deskripsi dan Teori. Yogyakarta: KanisiusAl-Kasimi, Ali M. 1997. Linguistic and Bilingual Dictionary, Leiden: E.J. BrillAitchison, Jean. 1972. General Linguistics. London: The English Universities Press LtdAllan, Keith. 1986. Linguistic Meaning. Jilid I dan II. London: Routledge and Kegan PaulBarber, C.L. 1972. The Story of Language. London: The Causer PressBolinger, Dwight L. 1975. Aspects of Language. New York: Harcourt, Brace and Word Inc