BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Inggris
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Inggris
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Inggris
Terjadinya perubahan-perubahan paradigma pendidikan yang
menempatkan manusia sebagai sumber daya yang utuh memberikan arah
kebijakan mendasar dalam meletakkan kerangka bagi pembangunan
pendidikan masa mendatang. Perubahan-perubahan pandangan ini
berimplikasi terhadap terjadinya perubahan cara pandang bahkan
perubahan konsep dalam memaknai eksistensi, prinsip-prinsip dan
pendekatan-pendekatan pembelajaran.
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang
memiliki beberapa arti di antaranya diartikan dengan ‟pendekatan‟. Di
dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of
beginning something „cara memulai sesuai. Karena itu, istilah pendekatan
dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dalam pengertian yang lebih
luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara
belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang
sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah
membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis (Badudu 1996:17).
Aksiomatis artinya bahwa kebenaran kebenaran teori-teori yang
digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching
approach) adalah suatu rancangan atau kebijaksanaan dalam memulai
serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang
10
memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan
pada asumsi yang berkaitan.
Secara praktis, proses pembelajaran yang diharapkan dengan
perubahan paradigam tadi adalah suatu proses yang dapat
mengembangkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu.
Pengembangan dimensi-dimensi individu secara parsial tidak akan mampu
mendukung optimalisasi pengembangan potensi peserta didik sebagaimana
diharapkan. Karena itu dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya
dituntut menyampaikan materi pelajaran akan tetapi harus mampu
mengaktualisasi peran strategisnya dalam upaya membentuk watak siswa
melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang berlaku.
Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-
teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi
sebagai sumber landasan/ prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat
bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan penemuan tentang hakikat
bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan
pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa.
Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar
bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan
pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran
teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak
dipersoalkan lagi.
Dari pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa.
Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang
mengemukakan karya linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan
pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan
metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata Bahasa (Grammar
Method).
Menurut Ma‟mur (2009 : 59) menjelaskan bahwa istilah metode
dalam pembelajaran Bahasa berarti perencanaan secara menyeluruh untuk
menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih bersifat
prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa
dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara
bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian
pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Sedangkan menurut Salamun (2002:32), metode pembelajaran
adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang
berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh
dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang
berbeda-beda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah
kondisi yang berbeda.
Sebagai muatan lokal, Bahasa Inggris merupakan bahasa asing
yang dipelajari setelah bahasa ibu. Dengan kata lain, pengaplikasian serta
alokasi waktu yang diberikan ditingkat sekolah dasar tidak akan melebihi
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Kemudian, bahasa
Indonesia itu sendiri tetap digunakan sebagai bahasa pengantar pada mata
pelajaran lain. Melalui sejumlah pengamatan, secara umum peserta didik
di kelas 1-3 terlihat antusias terhadap pembelajaran bahasa Inggris selama
pembelajaran tersebut tidak keluar dari patokan yang diberikan di dalam
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, yakni memberikan materi
sesuai tingkat literasi performative.
Kenyataannya, tes sering menjadi tujuan utama dalam
pembelajaran bahasa Inggris serta banyak guru yang mengutamakan tes
dalam proses pembelajaran. Guru juga sering terjebak dan terpaku pada
buku bahasa Inggris dari penerbit, sehingga tujuan pembelajaran bahasa
Inggris seringkali melenceng dari tujuan semula. Selain itu, seharusnya
pembelajaran lebih ditekankan pada kosakata yang beragam sesuai dengan
konteks kelas dan sekolah.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan
dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan
informasi, pikiran, perasaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang
utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan
atau menghasilkan teks lisan dan atau tulisan yang direalisasikan dalam
empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca
dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk
menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu
berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris pada tingkat literasi
tertentu. Pendidikan Bahasa Inggris pada jenjang pendidkan SD/MI
identik dengan mengajari seorang bayi bahasa ibu. Secara umum anak-
anak kita di sekolah dasar belum mengenal Bahasa Inggris, sehingga hal
itu akanberdampak pada pola pengajaran Bahasa Inggris pada tingkat
SD/MI yang lebih bersifat pengenalan.
Sehingga diusahakan sedapat mungkin agar tercapai apa yang
disebut “kesan pertama yang mengesankan” yang selanjutnya sebagai
motivasi bagi mereka untuk mengeksplorasi wawasan berbahasa inggris
pada tataran lebih lanjut. Bahasa Inggris sama halnya dengan Bahasa
Indonesia adalah merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa
sifat yaitu sistemik, manasuka, ujar, manusisawi dan komunikatif.
Disebut sistemik karena bahasa merupakan sebuah sistem terdiri
dari sistem bunyi dan sistem makna. Manasuka karena antara makna dan
bunyi tidak ada hubungan logis. Disebut ujaran karena dalam bahasa yang
terpenting adalah bunyi, karena walaupun ada yang ditemukan dalam
media tulisan tapi pada akhirnya dibaca dan menimbulkan bunyi.
Rahim (2006 : 22) mengungkapkan ciri khas pengajaran bahasa
asing ialah bahwa peserta didik harus memperoleh kemampuan untuk
mempergunakannya sebagai alat berkomunikasi dan belajar untuk berfikir
dalambahasa tersebut. Untuk mencapai tujuan komunikatif diperlukan
pendekatan yang tepat dan bagus dalam proses pembelajaran. Salah satu
pendekatan yang tepat dipakai adalah pendekatan komunikatif. Pendekatan
(approach) ialah tingkat asumsi atau pendirian mengenai bahasa dan
pengajaran bahasa.
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan komunikatif merupakan
salah satu pendekatan yang tepat digunakan dalam pembelajaran bahasa
asing, karena pendekatan tersebut menekankan pada fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi sehingga pembelajar dapat melakukan komunikasi dalam
bahasa target yang baik, dan memudahkan dalam proses penerimaan
bahasa tersebut.
Belajar bahasa akan bermakna bagi peserta didik bila yang mereka
pelajari berkaitan dengan pengetahuan siapnya (prior knowledge) dan
pengalamannya. Dalam pandangan lainnya, belajar bahasa harus
berlangsung dengan melibatkan kemampuan berpikirnya secara
berjenjang, mulai dari mengetahui, memahami, menggunakan,
menganalis,melakukan sintesa, dan mengevaluasi apa yang dipelajarinya.
Dalam pandangan ini, belajar bahasa harus dapat membantu
peserta didik untuk menerima, menanggapi apa yang dipelajarinya,
meresapkan (mengorganisasikan), menghayatinya, dan memunculkan apa
yang dipelajarinya dalam perilakunya (aspek afektif) Dalam pandangan ini
pula mempelajari bahasa hendaknya melibatkan aspek keterampilan
motorik/fisik, mulai dari proses menerima, berkonsentrasi, meniru,
mempraktekkan, menyesuaikan keterampilan yang dipraktekkan dengan
kondisi yang dihadapinya, dan membangun keterampilan yang relatif baru.
Pandangan tiga aspek dalam belajar bahasa ini, yakni aspek
kognitf, afektif, dan psikomotor ini telah diterapkan cukup lama dalam
praktek pembelajaran bahasa di sekolah - sekolah kita. Pandangan
kognitivis lainnya menyatakan bahwa belajar bahasa harus memadukan
apa yang dipelajarinya, yaitu pengetahuan yang mencakup pengetahuan
yang bersifat faktual, konseptual, prosedural, dan pengetahuan yang telah
dimilikinya (metakognitif) dengan kemampuan berpikirnya secara
bertahap mulai dari kemampuan mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, menilai, dan membangun apa yang dipelajarinyanya ke
dalam satu kesatuan atau ke dalam bentuk/ struktur yang baru. Adapun
prinsip dasar pembelajaran Bahasa Inggris di SD / MI, adalah sebagai
berikut:
- Kemampuan memahami sekitar
- Penggunaan permainan dan gerak fisik
- Pembelajaran secara tidak langsung (Indirect Learning)
- Pengembangan imajinasi
- Pengaktifan seluruh indera
- Kegiatan pembelajaran yang berganti-ganti setiap waktu
- Perlunya penguatan melalui pengulangan
- Perlunya pendekatan kepada siswa secara individu
Pembelajaran pada anak-anak yang efektif sebaiknya
mengingatkan terjadinya pemerolehan bahasa (Language Acquisition)
bukannya pembelajaran bahasa (Languange Learning). Mekanisme
pemerolehan bahasa ini dilakukan dengan cara memberikan limpahan
kesempatan untuk menggunakan bahasa sebagai alat untuk menciptakan
makna dan berbagi makna dan dengan memberikan penguat (scaffolding)
untuk membantu anak-anak berfungsi secara komunikatif dalam waktu
pertumbuhannya. Oleh karena itu pengajaran dan pembelajaran yang
efektif mesti melibatkan komunikasi alami antara siswa dan guru, antara
siswa dan siswa dan juga berbasis kegiatan yang berupa kegiatan belajar.
Pembelajaran yang efektif juga harus memberikan limpahan cara cara bagi
siswa untuk bisa menggunakan bahasa yang sesuai dengan usianya.
Anak-anak adalah anak-anak, bukan orang dewasa mini. Mereka
bukan orang dewasa seperti kita. Anak-anak memiliki karakter, aspirasi
kebutuhan dan kemauan yang berada dengan orang dewasa dan hal
tersebut adalah sesuatu yang alamiah. Maka berdasarkan kondisi tersebut,
Implikasi Landasan dan Prinsip-prinsip Pembelajaran Bahasa Inggris di
SD / MI, maka sebaiknya pembelajaran dilaksanakan berbasis prinsip-
prinsip berikut:
- Guru harus menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan
serta memberikan posisi pada siswa untuk aktif.
- Guru harus bisa membantu siswa mengembangkan serta melatih
menggunakan bahasa melalui serangkaian kerjasama.
- Guru harus bisa menggunakan kegiatan belajar yang terencana,
terorganisir, berdimensi banyak dan dikembangkan berbasis tema.
- Guru harus bisa memberikan input pembelajaran yang bermakna
dengan tindakan yang mendukung pembelajaran (Scaffolding).
- Guru harus bisa membuat pelajaran Bahasa Inggris dan pelajaran
Bahasa Indonesia serta budayanya yang saling melengkapi dan
menguatkan.
- Guru harus bisa mengintegrasikan Bahasa Inggris dengan
pengetahuan lain yang sesuai dengan usia siswa.
- Guru harus memberikan pemahaman tentang tujuan pembelajaran
yang sedang berlangsung dengan jelas dan apabila siswa telah
menunjukkan keberhasilannya, guru perlu memberikan umpan balik
yang memadai.
1. Definisi Pembelajaran Bahasa Inggris
Pembelajaran Bahasa Inggris pada jenjang pendidikan SD identik
dengan mengajari seorang bayi bahasa ibu. Dimana secara umum anak-
anak kita di sekolah dasar belum mengenal Bahasa Inggris . Sehingga hal
itu akan berdampak pada pola pengajaran Bahasa Inggris pada tingkat SD/
MI yang lebih bersifat pengenalan. Sehingga diusahakan sedapat mungkin
agar tercapai apa yang disebut “kesan pertama sangat mengesankan” yang
selanjutnya sebagai motivasi bagi mereka untuk mengeksplorasi khasanah
berbahasa inggris pada tataran lebih lanjut. Maka dari itu diperlukan kiat-
kiat khusus berupa penerapan metode-metode pembelajaran yang inovatif.
Awalnya pembelajaran Bahasa Inggris di negara asalnya sendiri
yaitu Inggris dan beberapa negara pengguna Bahasa Inggris sebagai
bahasa nasionalnya seperti Australia, New Zaeland, Kanada dan Amerika
Serikat mengajarkan bahasa secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa
hendak dibelajarkan menggunakan pendekatan komunikatif. Dimana
pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa adalah suatu sistem
untuk mengekspresikan suatu makna yang menekankan fase dimensi
semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa. Oleh karna
itu yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan
pengetahuan tentang bahasa.
Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori
pemerolehan bahasa ke dua secara alamiah. Teori ini beranggapan bahwa
proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara alamiah
sehingga proses belajar bahasa lebih efektif dilakukan melalui komunikasi
langsung dalam bahasa yang dipelajari. Kebutuhan siswa yang utama
dalam belajar bahasa berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi maka
tujuan umum pembelajaran bahasa adalah untuk mengembangkan siswa
untuk berkomunikasi. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan
pendekatan komunikatif siswa dihadapkan pada situasi komunikasi nyata,
seperti tukar menukar informasi, negoisasi makna atau kegiatan lain yang
sifatnya riil.
Dalam pendekatan komunikatif peran guru hanya bersifat
memfasilitasi proses komunikasi, partisipan tugas dan teks, menganalisa
kebutuhan, konselor dan manajer pembelajaran. Sementara siswa berposisi
pada pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor sehingga siswa
tidak hanya menguasai bentuk-bentuk bahasa, tetapi bentuk dan maknanya
dalam kaitannya dengan konteks pemakaian. Materi yang disajikan dalam
peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa
dalam tindak komunikasi nyata.
2. Materi Pembelajaran Bahasa Inggris
Materi bahasa inggris sekolah dasar haruslah mencakup semua
aspek skill Bahasa Inggris, mulai dari reading, speaking, listening, dan
writing. Hal ini bertujuan agar para siswa sekolah dasar mampu
meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris mereka secara keseluruhan.
Namun semua materi yang disampaikan sebaiknya merupakan materi
dasar yang memang dibuat khusus untuk siswa sekolah dasar.
Secara umum materi Bahasa Inggris untuk sekolah dasar mungkin
sangat mudah dibuat, namun dalam penyampaiannya, justru materi Bahasa
Inggris sekolah dasar adalah yang paling sulit diimplementasikan. Oleh
karena itu para pengajar Bahasa Inggris tak hanya dituntut untuk pitar
dalam menyusun materi, tapi juga harus jenius dalam menyampaikan
materi kepada anak-anak.
Materi Bahasa Inggris sekolah dasar yang sudah berjalan saat ini
memang memang fokus penekanannya kepada penguasaan vocabulary.
Hal ini tentunya tidaklah sama sekali salah, akan tetapi ada hal yang perlu
digaris bawahi dalam mengajar Bahasa Inggris di sekolah dasar, yaitu
pendekatan pengajaran yang komunikatif.
Dengan cara membiasakan penyampaian materi dengan
menggunakan bahasa Inggris dalam setiap kesempatan, meskipun kata-
kata tersebut sulit disampaikan secara verbal, tapi bisa menggunakan
metode visual ataupun gerak tubuh. Karena penyampaian materi Bahasa
Inggris yang komunikatif akan mendorong anak untuk menggunakan
Bahasa Inggris secara nyata di dalam kelas. Hal ini tentunya akan
memberikan pengalaman dan pembelajaran Bahasa Inggris, yang memang
tujuan utamanya kita dapat menerapkannya untuk tujuan komunikasi.
Pembelajaran Bahasa Inggris pada jenjang pendidikan SD identik
dengan mengajari seorang bayi bahasa ibu. Dimana secara umum anak-
anak kita di sekolah dasar belum mengenal Bahasa Inggris. Sehingga hal
itu akan berdampak pada pola pengajaran Bahasa Inggris pada tingkat SD
yang lebih bersifat pengenalan. Sehingga diusahakan sedapat mungkin
agar tercapai apa yang disebut “kesan pertama sangat mengesankan‟ yang
selanjutnya sebagai motivasi bagi mereka untuk mengeksplorasi khasanah
berbahasa inggris pada tataran lebih lanjut. Maka dari itu diperlukan kiat-
kiat khusus berupa penerapan metode-metode pembelajaran yang inovatif.
Pembelajaran bahasa hendak dibelajarkan menggunakan
pendekatan komunikatif. Dimana pendekatan komunikatif berdasarkan
teori bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan suatu makna,
yang menekankan fasa dimensi semantik dan komunikatif daripada ciri-
ciri gramatikal bahasa. Oleh karna itu yang perlu ditonjolkan adalah
interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa.
Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori
pemerolehan bahasa ke dua secara alamiah. Teori ini beranggapan bahwa
proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara alamiah
sehingga proses belajar bahasa lebih efektif dilakukan melalui komunikasi
langsung dalam bahasa yang dipelajari. Kebutuhan siswa yang utama
dalam belajar bahasa berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi maka
tujuan umum pembelajaran bahasa adalah untuk mengembangkan siswa
untuk berkomunikasi. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan
pendekatan komunikatif siswa dihadapkan pada situasi komunikasi nyata,
seperti tukar menukar informasi, negoisasi makna atau kegiatan lain yang
sifatnya riil.
Dalam pendekatan komunikatif peran guru hanya bersifat
memfasilitasi proses komunikasi, partisipan tugas dan teks, menganalisa
kebutuhan, konselor dan manajer pembelajaran. Sementara siswa berposisi
pada pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor sehingga siswa
tidak hanya menguasai bentuk-bentuk bahasa, tetapi bentuk dan maknanya
dalam kaitannya dengan konteks pemakaian. Materi yang disajikan dalam
peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa
dalam tindak komunikasi nyata.
Pendekatan komunikatif metode yang tepat diterapkan adalah
metode komunikatif itu sendiri dengan uraian teknik sebagi berikut ini:
a. Teknik pelajaran menyimak,
b. Teknik pembelajaran berbicara,
c. Teknik pembelajaran membaca,
d. Teknik pembelajaran menulis.
Sementara teknik evaluasi untuk pendekatan ini adalah tes diskrit
yaitu tes yang bersifat terpisah antar aspek kebahasaan, tes integratif yaitu
tes yang memadukan semua aspek kebahasaan pada suatu tes evaluasi
yang bersifat tercampur. Yang terakhir adalah tes pragmatik yaitu
kemampuan siswa dalam menggunakan elemen-elemen kebahasaan dalam
konteks situasional tertentu sebagai tolak ukurnya. Beberapa jenis tes
pragmatis adalah, dikte, berbicara, parafrase, menjawab pertanyaan, dan
teknik rumpang.
Pendekatan yang lain yang sering dianjurkan untuk diterapkan
adalah pendekatan ketrampilan proses. Dimana pendekatan ketrampilan
proses diidentifikasi sebagai pendekatan yang memberi kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam
proses pemerolehan bahasa.
3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris
Tujuan pembelajaran merupakan diskripsi tentang perubahan
perilaku yang diinginkan atau diskripsi tentang perubahan perilaku yang
diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah
terjadi. Gagne dan Briggs dalam Nashar mengklasifikasikan hasil belajar
menjadi 5 yaitu:
a. Keterampilan intelektual (Intellectual Skills)
Keterampilan intelek merupakan kemampuan yang membuat
individu kompeten. Kemampuan ini bertentangan mulai dari
kemahiran bahasa sederhana seperti menyusun kalimat sampai pada
kemahiran teknis maju, seperti teknologi rekayasa dan kegiatan ilmiah.
Keterampilan teknis itu misalnya menemukan kekuatan jembatan atau
memprediksi inflasi mata uang.
b. Strategi Kognitif (Cognitive Strateggies)
Strategi kognitif merupakan kemampuan yang mengatur
perilaku belajar, mengingat dan berfikir seseorang. Misalnya,
kemampuan mengendalikan perilaku ketika berbicara yang
dimaksudkan untuk belajar dan metode internal yang digunakan untuk
memperoleh inti masalah. Kemampuan yang berada di dalam strategi
kognitif inidigunakan oleh pembelajar dalam memecahkan masalah
secara kreatif.
c. Informasi Verbal (Verbal Information)
Informasi verbal merupakan kemampuan yang diperoleh
pembelajar dalam bentuk informasi atau pengetahuan verbal.
Pembelajar umumnya telah memiliki memori yang umumnya
digunakan dalam bentuk informasi, seperti nama bulan, hari, minggu,
bilangan, huruf, kota, negara, dan sebagainya. Informasi verbal yang
dipelajari disituasi pembelajaran diharapkan dapat diingat kembali
setelah pembelajar menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
d. Keterampilan Motorik (Motor Skills)
Keterampilan motorik merupakan kemampuan yang berkaitan
dengan kelenturan syaraf atau otot. Pembelajar naik sepeda, menyetir
mobil, menulis halus merupakan beberapa contoh yang menunjukkan
keterampilan motorik. Dalam kenyataannya, pendidikan di sekolah
lebih banyak menekankan pada fungsi intelektual dan acap kali
mengabaikan keterampilan motorik, kecuali untuk sekolah teknik.
e. Sikap (Attitudes)
Sikap merupakan kecenderungan pembelajaran untuk memilih
sesuatu. Setiap pembelajar memiliki sikap terhadap berbagai benda,
orang dan situasi. Efek sikap ini dapat diamati dari reaksi pembelajar
(positif atau negative) terhadap benda, orang, ataupun situasi yang
sedang dihadapi.
4. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Inggris
Setiap kegiatan pembelajaran memerlukan kegiatan evaluasi untuk
mengukur sejauh mana efektifitas pembelajaran telah dapat
diselenggarakan. Tentunya hal tersebut memerlukan acuan penilaian yang
dijadikan tuntunan pemberian skor secara kuantitatif sebelum disimpulkan
secara evaluatif. Dalam skenario pembelajaran acuan umum yang dipakai
adalah indikator yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pembelajaran.
Begitu pentingnya kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga setiap
kegiatan pembelajaran mempersaratkan keberadaan perangkat evaluasi.
(Rusyan 2006 : 221) dalam buku Proses Belajar Mengajar Yang Efektif
menyatakan evaluasi dalam suatu proses belajar mengajar merupakan
komponen yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari
keseluruhan proses.
Kepentingan evaluasi tidak hanya mempunyai makna bagi proses
belajar peserta didik, tetapi juga memberikan umpan balik terhadap
program secara keseluruhan. Inti dari evaluasi adalah pengadaaan
informasi bagi pihak pengelola proses belajar mengajar untuk membuat
macam – macam keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperolehnya melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan
instumen tes maupun non tes.
Sedangkan penilaian adalah usaha mengumpulkan berbagai
informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang hasil belajar
yang telah dicapai oleh siswa. Bentuk evaluasi itu ada berbentuk tes dan
non tes. Kedua bentuk itu dapat digunakan salah satu atau kedua-duanya
tergantung tujuan dari penilaian pembelajaran.
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris evaluasi dapat
diselenggarakan untuk mengetahui sejauh mana indikator ketrampilan
berbahasa sudah dapat dikuasai oleh siswa. Evaluasi yang paling relevan
adalah menggunakan lembar tes perfomance yang akan mengukur sejauh
mana penguasaan siswa terhadap aspek kebahasaan yaitu, mendengarkan,
membaca, berbicara dan menulis.
Tampilan tes perfomance tersebut dapat berupa diskrit, yang
menampilkan bagian demi bagian aspek kebahasaan tersebut. Dapat juga
berupa tes integratif dan fragmatik. Yang terpenting dalam hal ini adalah
tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan indikator yang ditargetkan
dengan menggunakan alat ukur berupa evaluasi yang relevan. Tentunya
dengan mempertimbangkan prosedur pembuatan alat ukur evaluasi
tersebut.
B. Motivasi Orang Tua
1. Pengertian Orang Tua
Menurut (Qonita Alya, 2011: 498) , Orang tua berasal dari dua
kata yaitu, orang yang artinya manusia (dalam arti khusus), dan tua
yang artinya sudah lama hidup, lanjut usia, sudah masak atau sampai
waktunya untuk dipetik (Qonita Alya, 2011 :810).
Dalam hal ini motivasi orang tua dapat diartikan kesadaran jiwa
orang tua untuk mempedulikan anaknya, terutama dalam memberikan
dan memenuhi kebutuhan anaknya baik dalam segi emosi maupun
materi. Orang tua berperan sebagai sebagai pembentuk karakter dan
pola fikir dan kepribadian anak. Oleh karena itu, keluarga merupakan
tempat dimana anak-anaknya pertama kali berkenalan dengan nilai
dan norma. Walaupun di dalam keluarga tidak terdapat rumusan
kurikulum dan program resmi dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, akan tetapi sifat pembelajaran di dalam keluarga sangat
potensial dan mendasar.
Orang tua adalah orang yang pertama kali bertanggung jawab
penuh untuk membesarkan anaknya sehingga tumbuh menjadi besar
dan dewasa, dengan memberikan kasih sayang yang tulus baik berupa
moril maupun material, karena adanya pertalian darah yang erat.
Dengan harapan kelak anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas,
berguna bagi keluarga, agama, bangsa dan negara.
Orang tua dalam hal ini adalah ayah dan ibu yang mempunyai
kedudukan masing-masing. Dimana ayah sebagai kepala keluarga dan
ibu sebagai ibu rumah tangga atau orang tua kedua setelah ayah.
Namun pada hakekatnya keduanya mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang sama dalam memelihara, membina, mendidik dan
memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Peran kasih orang tua tidak pernah mengenal batas sampai
kapanpun, bahkan orang tua adalah pendidik pertama bagi anak di
lingkungan keluarga. Terutama peran seorang ibu sejak ia
mengandung, ia akan berusaha menjaga kandungannya dengan sebaik-
baiknya karena ingin agar anaknya lahir dengan baik dan sehat, seperti
kata pepatah yang biasa kita dengar yang berbunyi “kasih ibu
sepanjang masa hanya memberi tak harap kembali”. Dari pepatah
tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kasih sayang sang ibu
terhadap anak-anaknya dilakukan dengan tulus murni dan ikhlas tanpa
mengharapkan imbalan apapun dari anaknya, walaupun pada saat
melahirkan nyawa menjadi taruhannya.
Begitu pula seorang ayah sebagai orang tua kandung laki-laki
dan sekaligus sebagai kepala keluarga pasti juga akan menginginkan
yang terbaik bagi anak-anaknya, hal ini akan terlihat dari usaha sang
ayah dalam bekerja keras mencari nafkah demi untuk mencukupi
kebutuhan hidup keluarganya dan untuk kebaikan anak-anaknya,
karena ayah merupakan sosok manusia yang sangat diandalkan dalam
keluarga. Dalam hal ini Ngalim Purwanto menyatakan, bahwa peranan
ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominant adalah
sebagai berikut:
a. Sumber kekuasaan di dalam keluarga.
b. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia
luar.
c. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga.
d. Pelindung terhadap ancaman dari luar.
e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan.
f. Pendidik dalam segi-segi rasional.
Sebagai kepala keluarga, ayah merupakan salah satu sumber
kekuasaan bagi anggota keluarganya. Sehingga dalam lingkup
keluarga yang sangat potensial untuk memberikan peraturan-peraturan
terletak pada sang ayah. Disinilah sebagai ayah diuji kemampuannya
apakah mampu menjadi sumber kekuasaan di dalam keluarga atau
tidak.
Sebagai penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau
dunia luar, maka ia harus tampil prima bagaimana cara terbaik untuk
menghubungkan anak dan isterinya dengan masyarakat di
lingkungannya.
Sebagai pemberi rasa aman dan sebagai pelindung terhadap
ancaman dari luar bagi seluruh anggota keluarga, maka ia harus tampil
terdepan diantara anak dan isterinya, karena ia merupakan orang yang
paling bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan
keluarganya.
Adapun sebagai hakim dalam keluarga maka ia harus mengadili
dan memberikan jalan keluar sebaik mungkin dalam memecahkan
permasalahan yang ada diantara anggota keluarganya.
Selain itu ayah juga berperan sebagai pendidik dalam segi-segi
rasional terhadap anak. Sebab jika anak tidak diberikan pendidikan
sebaik mungkin, maka pada akhirnya anak akan terjerumus kejalan
yang sesat. Maka dari itu pendidikan merupakan sesuatu yang harus
diberikan kepada anak, dan yang paling pertama adalah masalah
keimanan. Hal ini sebagaimana dilaksanakan oleh Luqman kepada
anak-anaknya agar mereka tidak menyekutukan Allah. Sesuai dengan
firman-Nya yang temuat dalam Al-Quran sebagai berikut:
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar (QS. Luqman: 13)
Ayat Al-Quran di atas mempunyai pengertian bahwa sebagai
orang tua khususnya bagi seorang ayah dalam memberikan pendidikan
kepada anaknya yang paling pertama harus ditekankan adalah
pendidikan keimanan. Dengan pendidikan keimanan anak akan dapat
membedakan antara yang baik untuk dapat dilaksanakan dan yang
buruk untuk ditinggalkan sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Keimanan yang tertanam dalam diri anak merupakan salah satu
pondasi kuat untuk menangkal bujuk rayuan syaitan, yang pada
akhirnya anak akan berusaha untuk berbuat amar ma‟ruf nahi munkar
dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai ayah selain berperan untuk memberikan pendidikan
keagamaan kepada anak-anaknya, juga sangat berperan untuk
memberikan pengajaran dalam arti luas, sehingga anak memperoleh
peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan
setinggi mungkin yang dapat dicapainya.
Selain pengetahuan agama, pengetahuan umum juga sangat
dibutuhkan anak dalam rangka untuk kemaslahatan dunia, sedangkan
agama dibutuhkan dalam rangka untuk kemaslahatan di akhirat nanti.
Agar kemaslahatan didunia dan diakhirat dapat tercapai, maka ilmu
keagamaanmaupun ilmu pengetahuan sama-sama dibutuhkan oleh
anak.
Orang tua disebut juga sebagai pendidik kodrat. Namun karena
pihak orang tua tidak mempunyai kemampuan baik dari segi waktu
dan sebagainya, maka mereka menyerahkan sebagian tanggung
jawabnya kepada orang lain yang berkompeten untuk melaksanakan
tugas mendidik. Secara tidak sadar banyak orang tua yang
menganggap bahwa ia telah mendidik anaknya bila memasukkan
anaknya ke sekolah, padahal kewajibannya untuk mendidik itu belum
cukup dengan memasukkannya ke sekolah saja, karena ia merupakan
penanggung jawab utamanya.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua
Sebelum anak dewasa, orang tua berkewajiban untuk mendidik
anaknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Seperti
anak diajari berbicara, diajari berhitung, diajari membaca dan
sebagainya.
Ketika anak mencapai usia belajar, maka orang tua harus
bertanggung jawab memasukkan anknya ke sekolah dan membiayai
pendidikannya di sekolah. Terhadap hal ini Abu Ahmadi
mengemukakan sebagai berikut:
“Keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individu dan
grup, dan merupakan kelompok sosial individu yang pertama dimana
anak-anak menjadi anggotanya. Dan keluarga sudah barang tentu yang
pertama menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi anak-anak. Ibu,
ayah dan saudara-saudaranya adalah orang yang pertama dimana
anakmengadakan kontak sosial dan pertama pula untuk mengajarkan
hal-hal tertentu kepada anak itu sampai anak memasuki sekolah”.
Dari keterangan ini dapat diketahui bahwa orang tua memegang
peran penting dalam pendidikan anaknya. Setelah anak masuk sekolah
bukan berarti tugas dan tanggung jawab orang tua mendidik anak
berakhir, karena sekolah tidak mungkin dapat membina anak dengan
baik tanpa dukungan orang tua, dan alokasi waktu yang tersedia di
sekolah sangat terbatas.
Tanggung jawab orang tua khususnya ayah dalam merawat,
mengasuh dan mendidik anak, diharapkan pada akhirnya dapat
membentuk anak menjadi insan kamil (manusia yang sempurna). Baik
sempurna dalam melaksanakan perintah dalam kehidupan sehari-hari
maupun melaksanakan perintah (peraturan-peraturan) yang berlaku
didalam lingkungan masyarakat sekitarnya. Allah SWT berfirman:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim :6)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa kita harus
memelihara diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Oleh karena itu
pendidikan agama sangat penting untuk diberikan kepada anaksedini
mungkin. Agar mereka tidak terjerumus kepada perbuatan-perbuatan
yang dilarang oleh agama.
Peran orang tua dalam membina anak pada garis besarnya
terbagi dua yaitu mensejahterakan kebutuhan fisik dan kebutuhan
mental rohani. Terhadap hal ini redaktur majalah keluarga
mengemukakan sebagai berikut: Diantara bentuk perwujudan
tanggung jawab dalam membina anak adalah dengan mensejahterakan
kehidupan mereka. Semua narasumber sependapat bahwa
kesejahteraan anak itu meliputi segi fisik (jasmani) dan mental
(rohani).
Tanggung jawab dalam segi mental rohani merupakan masalah
penting karena kualitas pribadi anak merupakan hasil dari pembinaan
mental rohaninya. Salah satu bagian dari tanggung jawab pembinaan
mental rohani anak adalah menyekolahkan anak ke sekolah.
Untuk membina mental rohani anak di sekolah tidak memadai
waktu dan kemampuan guru yang harus melayani jumlah siswa yang
cukup banyak. Karena itu untuk memperoleh prestasi belajar yang
baik maka orang tua harus membantu anak dengan masalah-masalah
yang dihadapinya. Adanya tanggung jawab bersama antara sekolah
dengan keluarga dikemukakan oleh Abu Ahmadi sebagai berikut:
Dalam kehidupan sehari-hari kitamengetahui bahwa sekolah dan
keluarga itu membagi tanggung jawab untuk mendidik anak. Satu
pendapat yang ekstrim mengatakan bahwa tiap-tiap grup itu harus
mengetahui keluarga tiap-tiap anak. Misalnya mengadakan diskusi,
konferensi dengan orang tuanya untuk kemajuan si anak, disamping
itu juga untuk memberanikan orang tua dan untuk mengunjungi
sekolah dan sebagainya.
Tanggung jawab orang tua dalam membina anaknya antara lain
membantu kesulitan belajar anaknya, mengontrol hasil belajar
anaknya, memberi saran dan petunjuk dalam belajar.Bantuan yang
paling penting adalah memberi motivasi belajar agar anaknya belajar
dengan sungguh-sungguh dan serius.
Dalam memberi motivasi kepada anaknya, orang tua dalam
memberi motivasi, maka tinggal menentukan teknik yang
digunakannya, yaitu apakah dengan cara memberi hadiah atau dengan
cara memberi hukuman atau denga cara kompetensi (persaingan).
Melalui pilihan cara ini anak diberi motivasi agar belajar lebih baik
lagi, biasanya orang tua tahu dengan kelemahan anak karena itu
mereka dapat memilih cara pemberian motivasi yang benar.
Dari devinisi di atas motivasi adalah suatu dorongan yang
timbul dari diri suatu individu baik dari dalam maupun dari luar yang
terbagi dalam dua macam motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Untuk membangkitkan motivasi seorang anak maka diperlukan
peranan orang tua agar motivasi dalam diri anak dapat mencapai
tujuan yang maksimal. Maka sintesis dari motivasi yang diberikan
oleh orang tua adalah agar anak memiliki rasa tanggung jawab,
disiplin yang tinngi, memiliki rasa percaya diri, kepribadian yang baik
dan memiliki kemampuan bekerja keras.
Adapun kewajiban-kewajiban orang tua (terutama ayah)
terhadap anak antara lain sebagai berikut :
a. Orang tua hendaknya memberi nama anak-anaknya dengan nama
yang baik.
b. Memberikan pendidikan kepada anak-anaknya.
c. Memperlakukan dengan adil diantara anak-anaknya
d. Menolong mereka untuk berbuat kebaikan dan tidak segera
menindak dengan keras terhadap kenakalan anak-anaknya.
Pada hakekatnya setiap orang tua mengharapkan anak-anaknya
kelak akan tumbuh dan berkembang supaya menjadi anak yang baik,
memberikan ilmu pendidikan yang benar, memperlakukan anak yang
seadil-adilnya tanpa membedakan yang satu dengan yang lainnya serta
selalu menolong anak untuk berbuat kebaikan. Mendidik sopan santun
terhadap anak harus dilakukan sedini mungkin, mengajarkan sopan
santun termasuk pembentukan budi pekerti atau akhlak mulia.
Akhlak terpuji bagi anak selalu didambakan oleh setiap orang
tua. Oleh karena itu maka sebagai orang tua berkewajiban untuk
memberikan bimbingan kepada anak secara terus-menerus, baik
bersopan santun maupun tingkah laku sehari-hari karena hal tersebut
pada umumnya akan dilihat, ditiru dan diikuti oleh anak-anaknya.
Semua itu merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua selaku
pendidik utama dan pertama sebelum anaknya dimasukkan ke
lembaga pendidikan.
3. Pengertian dan Fungsi Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi sehingga anak mau/ingin melakukansuatu hal (Noerhadi
Djamal, (2004:64). Istilah motivasi berasal dari kata motive yang
artinya segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak
melakukan sesuatu. Dari pengertian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa motif adalah rangsangan atau dorongan daya
yang membangkitkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, istilah motivasi
merupakan istilah yang menunjukkan kepada seluruh proses
gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang
timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh
situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.
Selanjutnya menurut M. Alisuf Sabri, motivasi adalah suatu
yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau
mendorong untuk memenuhi sesuatu kebutuhan dan sesuatu yang
dijadikan motivasi itu merupakan suatu kepuasan yang telah
diterapkan individu sebagai suatu kebutuhan akan tujuan nyata
yang ingin dicapai.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi diartikan
sebagai “Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar
atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan
tertentu. Usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok
orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai
tujuan yang dikehendakunya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.
Sehubungan dengan motivasi belajar, teori Behavior yang
dikemukakan oleh Waston sebagai berikut: Pengetahuan harus
bersifat positif sehingga objeknya harus dapat diamati ialah berupa
tingkah laku. Tingkah laku ialah reaksi organisme sebagai
keseluruhan sebagai perangsang dari luar.
Dari beberapa devinisi yang dikemukakan dapat diketahui
bahwa istilah motivasi itu berhubungan dengan kekuatan yang
timbul dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu karena
dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan. Rangsangan itu ada yang
timbul dari diri sendiri karena naluri atau karena dipengaruhi oleh
pengaruh luar baik berupa saran, hukuman atau ganjaran.
Melihat sumber yang mempengaruhi lahirnya motif, motivasi
itu dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah motif yang
berasal dari diri sendiri, terhadap hal ini Amir Daien Indrakusuma
mengemukakan sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik ialah motivasi yang berasal dari dalam diri anak itu
sendiri.” Faktor yang menimbulkan motivasi intrinsik antara lain:
adanya kebutuhan, adanya pengetahuan tentang kemajuan sendiri
dan adanya aspirasi atau cita-cita. Ketiga faktor inilah yang
melahirkan motivasi pada anak.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang lahir karena adanya
dorongan atau pengaruh yang datang dari luar. Terhadap hal ini
Amir Daien mengemukakan sebagai berikut: “Yang dimaksud
motivasi ekstrinsik ialah motivasi atau tenaga-tenaga pendorong
yang berasal dari luar diri anak. Motivasi ini ada pula yang
menyebutnya incetive atau perangsang”. Motivasi ekstrinsik terdiri
dari beberapa kategori , yaitu ganjaran, hukuman dan persaingan
atau kopetisi.
Ganjaran merupakan motivator yang bersifat ekstrinsik,
karena itu ganjaran merupakan alat pendidikan represif yang
bersifat positif. Ganjaran sebagai alat motivasi dapat menjadikan
pendorong bagi anak-anak untuk belajar lebih baik dan lebih giat
lagi.
Hukuman dapat menjadi motivator yang bersifat ekstrinsik,
yaitu bila seorang anak mendapat hukuman karena nakal atau lalai
maka ia tidak akan mengulangi kembali kesalahan yang telah
dilakukan sehingga dengan adanya hukuman tersebut dapat
mendorong anak berbuat baik dan positif.
Setiap manusia membutuhkan penghargaan dan kedudukan
sebab penghargaan dan kedudukan itu penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan. Untuk memperoleh kedudukan dan
penghargaan diperlukan usaha yang serius karena mereka harus
bersaing dengan sesamanya. Usaha yang dilakukan untuk
memperoleh kedudukan dan penghargaan didorong oleh
berkompetisi.
Menurut Gibson, Ivancevich dan Donnelly, dalam bukunya
Organization, mengemukakan sebagai berikut: Motivasi adalah
suatu konsep yang dapat digunakan ketika memulai dan berprilaku
secara langsung sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemimpin.
Dari keterangan ini dapat diketahui bahwa persaingan atau
kompetisi merupakan daya dorong atau motivasi untuk mencapai
sesuatu. Dilihat dari tujuan suatu motif, maka motivasi dapat
digolongkan ke dalam beberapa golongan. Berikut ini
penggolongan yang dikemukakan oleh Sarlito Wirasan Sarwono:
Sebenarnya banyak penggolongan motif menurut para ahli dari
yang hanya mengenal satu motif seperti K. Goldstein (1939) yang
hanya mengenal motif pertanyaan diri sendiri, sampai kepada yang
membuat dua motif seperti H.A. Murray (1938). Tetapi disini akan
ditelaah satu cara penggolongan motif saja yaitu yang dibuat oleh
W.I. Thomas (1923) sebagai berikut:
1) Motif rasa aman yaitu motif dasar dan primer, yang meliputi
kebutuhan akan rasa aman dan terhindar dari bahaya.
Tergolong ke dalam motif ini adalah motif yang didasri oleh
kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut :
- Kebutuhan fisiologis, misalnya lapar, haus, kebutuhan
seksual.
- Kebutuhan ini timbul sewaktu-waktu secara periodic dan
ia akan reda sendiri jika sudah dipenuhi. Dalam keadaan
ekstreem,kebutuhan ini menjadi vital dan bisa
membahayakan bila tidak dipenuhi kebutuhannya.
- Kebutuhan akan keselamatan, yaitu kebutuhan untuk
melindungi diri dari ancaman bahaya baik dariluar
maupun dari diri sendiri.
- Kepercayaan dan kesesuaian diri dengan lingkungan.
Kebutuhan ini timbul karena manusia sering tidak cukup
mengetahui gejala-gejala alam disekelilingnya dantidak
bisa menguasai gejala-gejala tersebut sehingga manusia
menyusun sistim kepercayaan seperti motis, legenda dan
sebagainya.
2) Motif respon, berasal dari kebutuhan akan keselamatan
kemudian berkembang dan menjadi motif sendiri. Motif respon
merupakan keinginan untuk berhubungan dengan manusia lain
secara intim dan bersahabat. Motif ini bersifat terus-menerus
dan ada pada setiap saat. Termasuk dalam motif ini adalah
kasih sayang, cinta romantis, sosialitas dan sebagainya.
3) Motif pengalaman baru adalah variasi seksual, keingintahuan,
percaya diri, motif untuk menyimpang dan dominasi.
4) Motif pengenalan diri didasarkan oleh kebutuhan yang
dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang unik yaitu
punya kepribadian sendiri, termasuk ke dalam motif ini adalah:
harga diri, status, prestise dan sebagainya.
Dari golongan menurut tujuannya ini dapat diketahui betapa
pentingnya model motif manusia yang dapat dijadikan sebagai
pendorong untuk memacu anak belajar. Anak dapat diancam dan
diberi imbalan melalui pemberdayaan faktor-faktor yang dapat
dijadikan sebagai motivatornya.
b. Fungsi Motivasi
Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi
inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan
motivasi itu pulalah kualitas hasil belajar siswa juga
kemungkinannya dapat diwujudkan. Siswa yang dalam proses
belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun
dan berhasil belajarnya. Menurut Noerhadi Djamal (2004:65),
Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi
motivasi sebagai berikut :
1) Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
2) Penentu arah perbuatan yakni kea rah tujuan yang hendak
dicapai.
3) Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang
mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah
kepada tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai
penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu
suatu hasil perbuatan. Sejalan dengan arti dan fungsi motivasi
tersebut dalam agama islam ada sejenis motivasi yang arti dan
fungsinya sama yaitu “niat”, seperti yang dikemukakan oleh
Rosulullah SAW dalam sebuah hadits “Sesungguhnya amal itu
tergantung dari niatnya, dan setiap orang pasti akan mendapatkan
sesuatu (balasan perbuatan)sesuai dengan niatnya.”
Dengan demikian niat itu sama dengan motivasi akan
mendorong orang untuk bekerja atau melakukan sesuatu perbuatan
dengan sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya niat/motivasi itu
pulalah yang akan menentukan pahala/balasan sebagai hasil
perbuatannya.
4. Motivasi Orang Tua Yang Harus Dilaksanakan
Motivasi orang tua yang harus dilaksanakan dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Motivasi yang bersifat material, diantaranya :
1) Orang tua dapat memberikan buku-buku kepada anak sebagai
pedoman atau bahan masukan untuk belajar. Mungkin dengan
adanya buku-buku, pada saat waktu luang anak dengan
kegiatan membaca. Dengan demikian anak akan memperoleh
wawasan atau ilmu pengetahuan baru dengan membaca. Hal
ini berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar anak di
sekolah.
2) Orang tua menyediakan media-media yang dibutuhkan oleh
anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Media tersebut
bukan saja keperluan belajar yang primer saja seperti buku dan
alat tulis lainnya, tetapi juga bagi orang tua yang mampu dapat
menyediakan media elektronik seperti computer. Dengan
teknologi komputer dapat mengasah fungsi psikomotorik anak.
b. Motivasi yang bersifat non material
1) Orang tua memberikan bimbingan yang baik kepada anak,
bahkan dari hal-hal yang sederhana. Membimbing anak bisa
dilakukan dengan nasehat-nasehat, nasehat tersebut dapat
diberikan misalnya pada saat sambil menyaksikan atau nonton
televisi, saat makan bersama, dan sebagainya.
2) Orang tua sebaiknya terlebih dahulu mengenalakan
pemahaman mengenai pembelajaran agama sebagai bekal dan
pedoman penting bagi setiap manusia (tua, muda, anak-anak
maupun dewasa) dalam menjalani kehidupan sehari-hari
karena agar tujuan hidup dapat terlaksana dengan baik maka
tidak lepas dengan penegakkan syariah agama. Disinilah
sebagai orang tua sebaiknya memberikan pemahaman tersebut,
contoh misalnya saja dalam belajar dijelaskan bahwa belajar
itu penting dan wajib sesuai dengan hadits nabi yang berbunyi:
Artinya : “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim
laki-laki dan muslim perempuan.” (H.R. Bukhori Muslim)
Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa belajar itu penting untuk
masa depan kita, karena dengan belajar manusia akan tumbuh
dengan cerdas dan akan menjadi manusia yang berguna
sehinggadapat meraih masa depan yang cemerlang.
Apabila motivasi orang tua tersebut dapat terlaksana maka
prestasi belajar anak akan semakin meningkat.Karena orang tua
adalah pendidik informal utama dan pertama bagi pelajar sebagai
anak.
Menurut Dorothy Law Nolte, 1945 mengatakan “jika anak
dibesarkan dengan celaan ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan
dengan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan
denga cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan
hinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan
teloransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan
dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian,
ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan kasih saying dan
persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan”.
Dorothy Law Nolte memang bukan seorang pakar pendidik
anak, tetapi puisi yang ia tuliskan menggambarkan tentang sebuah
pola pendidikan dan hasilnya. Dari sinilah maka orang tua harus
pandai memilih motivasi mana dan bagaimana yang terbaik yang
harus diberikan kepada anaknya dalam rangka meningkatkan prestasi
belajarnya.
5. Indikator Motivasi Orang Tua Yang Baik
Orang tua yang baik adalah orang tua yang sanggup memainkan
peranan dirinya sebagai orang tua seoptimal mungkin di mata anak-
anaknya. Peranan yang optimal itu ditandai salah satunya dengan
kemampuannya dalam memunculkan apa yang dalam teori
pengetahuan disebut success faktors. menurut Ashar Sunyoto
Munandar dalam buku psikologi dan prestasi ( 2003:120 ) Beberapa
indikator motivasi orang tua yang baik, antara lain:
a. Orang tua dapat memberikan buku-buku kepada anak sebagai
pedoman atau bahan masukan untuk belajar. Mungkin dengan
adanya buku-buku, pada saat waktu luang anak dengan kegiatan
membaca. Dengan demikian anak akan memperoleh wawasan atau
ilmu pengetahuan baru dengan membaca. Hal ini berkaitan dengan
peningkatan prestasi belajar anak di sekolah.
b. Orang tua menyediakan media-media yang dibutuhkan oleh anak
dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Media tersebut bukan
saja keperluan belajar yang primer saja seperti buku dan alat tulis
lainnya, tetapi juga bagi orang tua yang mampu dapat
menyediakan media elektronik seperti komputer. Dengan
teknologi komputer dapat mengasah fungsi psikomotorik anak.
c. Orang tua memberikan bimbingan yang baik kepada anak, bahkan
dari hal-hal yang sederhana. Membimbing anak bisa dilakukan
dengan nasihat-nasihat, nasehat tersebutdapat diberikan misalnya
pada saat sambil menyaksikan atau nonton televisi, saat makan
bersama, dan sebagainya.
d. Orang tua sebaiknya terlebih dahulu mengenalakan pemahaman
mengenai pembelajaran agama sebagai bekal dan pedoman
penting bagi setiap manusia (tua, muda, anak-anak maupun
dewasa) dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena agar tujuan
hidup dapat terlaksana dengan baik maka tidak lepas dengan
penegakkan syariah agama. Disinilah sebagai orang tua sebaiknya
memberikan pemahaman tersebut.
Dari uraian diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa orangtua memiliki peranan yang sangat penting dalam
pendidikan anak-anaknya yang diantaranya sebagai motivator. Dalam
hal ini orangtua harus senantiasa memberikan dorongan kepada
anaknya agar mempunyai semangat dalam belajar, khususnya dalam
belajar dirumah sebagai penunjang keberhasilan prestasi
disekolahnya.
Orangtua sebagai pendidik harus senantiasa memperhatikan
perkembangan pribadi anak sebagai penentu dalam perlakuan
pendidikan yang sesuai dengan periode atau tingkat usia serta
kemampuan berfikir anak.motivasi merupakan salah satu faktor yang
ikut menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Pengaruh orangtua
dalam pengembangan motivasi dalam diri sangatlah baik dalam
motivasi itrinstik anak , anak lebih percaya diri dan yakin akan usaha
dan kemampuannya.
Pemeneuhan upaya yang dilakukan jika terlaksana jelas akan
memacu anak untuk lebih bertanggungjawab akan hasil belajarnya dan
serius dalam menuntut ilmu sehingga tidak menutup kemungkinan
bagi si anak untuk mendapatkan prestasi baik dalam lingkungan
pendidikan formal atau informal.
Hal ini jelas mendapat mendapatkan dampak baik antara
0rangtua dan anak. Anak mendapatkan yang dibutuhkannya yaitu
perhatian serta dukunagan material dan nonmaterial, orangtua
mendapatkan kebanggaan karena prestasi atau tingkat semangat
belajar anak tinggi.
Motivasi juga tidak selamanya diberikan ketika anak dalam
posisi yang menyenangkan, namun ketika anak dalam situasi yang
buruk karena mnegalami kesulitan atau gangguan social karena
dimusuhi teman, orangtuaharus teap memberikan dukungan positif
sehingga anak tetap berkembang dengan baik, dan lebih
bertanggungjawab akan apa yang terjadi.
Motivasi juga bisa berupa hukuman ketika anak melakukan
kesalahan hukuman diberikan sebagai efek jera agar tidak mengukangi
kesalahan tersebut. Sehingga anak menjadi lebih bertanggungjawab
dalam bertindak serta memicu motivasi anak untuk mneghindari
tingkah laku yang buruk sehingga tumbuh menjadi anak yang
beretika baik.
Keberhasilan siswa dalam belajar juga dapat dipengaruhi banyak
faktor, salah satunya adalah motivasi belajar dari orang terdekat , yaitu
orangtua . motivasi belajar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
sebab siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki
motivasi yang tinggi . motivasi juga senantiasa dapat menentukan
itansitas usaha belajar dan prestasi belajar bagi siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi orangtua terhadap
prestasi belajar siswa.
C. Prestasi Belajar Siswa
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi menurut Qonita Alya adalah hasil yang telah dicapai (dari
apa yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) (2011:568).
Dari pendapat ahli diatas, terlihat adanya suatu kesamaan bahwa
prestasi adalah merupakan suatu hasil dari suatu usaha yang telah
dilakukan oleh individu atau kelompok yang menggembirakan dalam
bidang tertentu.
Prestasi adalah daya penggerak yang memotivasi semangat
seseorang, karena kebutuhan berprestasi mendorong seseorang
mengembangkan kreatifitas dan pengaktualan semua kemampuan serta
energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang maksimal.Orang
akan antisius berprestasi tinggi, asalkan kemampuan untuk itu
diberikan kesempatan. Seseorang menyadari bahwa dengan mencapai
prestasi yang tinggi akan dapat memperoleh reward (hadiah) yang
besar.
Ashar Sunyoto berpendapat bahwa seseorang yang memiliki
kebutuhan berprestasi yang lebih tinggi lebih menyukai pekerjaan-
pekerjaan dimana mereka memiliki tanggung jawab pribadi, akan
memperoleh balikan dan tugas-tugas pekerjaannya memiliki resiko
yang sedang.
Prestasi merupakan hasil dari suatu kegiatan atau aktivitas
manusia, seperti yang terdapat dalam kamus besar Bahasa Indonesia
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang pernah
dilakukan atau dikerjakan. Banyak kegiatan yang dijadikan sarana
untuk mendapatkan prestasi tergantung profersi masing–masing
individu, dalam pendidikan prestasi merupakan hasil kegiatan belajar
siswa yang berupa nilai-nilai, seperti pendapat para ahli berikut ini,
yaitu prestasi adalah ”penilaian pendidikan tentang perkembangan dan
kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran
yang disajikan serta nilai-nilai dalam kurikulum.
Hakekat prestasi siswa menurut para ahli sebagai berikut :Dalam
bukunya yang berjudul Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Syaiful
Bahri Djamarah mengutip pendapat beberapa ahli tentang prestasi,
yaitu sebagai berikut:
a. W.J.S. Poerwadarminto berpendapat bahwa prestasi adalah hasil
yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan).
b. Mas‟ud Khasan Abdul Qahar berpendapat bahwa prestasi adalah
penilaian yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keulatan kerja.
c. Nasrun Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah
penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid
yang berkenaan dengan penguasaan bahan belajar kepada mereka
serta nilai- nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
prestasi adalah hasil dari sesuatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan
keuletan kerja, baik secara individu maupun kelompok dalam bidang
tertentu.
Menurut Utami Munandar prestasi adalah perwujudan atau hasil
dari bakat dan kemampuan seseorang. Pendapat tersebut dapat
menerangkan bahwa prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai
oleh seseorang karena melakukan suatu kegiatan. Tinggi rendahnya
prestasi yang dimiliki seseorang dapat berubah sesuai dengan
kemampuan seseorang saat melakukan perbuatan atau kegiatan yang
dibebankan kepadanya.
Jadi prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang dari yang pernah
dikerjakan sesuai dengan masing-masing individu. Bagi siswa prestasi
yang diperoleh merupakan hasil dari kegiatan belajar termasuk dalam
pemanfaatan sarana belajar.
Prestasi belajar merupakan prestasi siswa yang telah melakukan
kegiatan belajar dalam jangka waktu tertentu dan memperoleh nilai
yang diberikan guru. Senada dengan itu Ign Masidjo mengemukakan
bahwa prestasi belajar adalah penilaian guru terhadap siswa untuk
mengetahui seberapa jauh pnguasaan siswa terhadap materi pelajaran
yang telah diberikan.
Penilaian belajar harus bersifat terukur dan dapat dilakukan
dengan melalui tes, seperti yang dikemukakan D.C. Marquis bahwa
prestasi belajar adalah “kemampuan yang telah menyatu dan dapat
diukur melalui tes”. Sejalan dengan itu ahli lain mengatakan bahwa
“penilaian tidak bersifat edukatif dan biasanya dibuktikan dengan
angka-angka sebagai indikasi dari hasil belajar. Jadi prestasi belajar
diperoleh dari tes-tes dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru mata
pelajaran yang berbentuk penilaian.
Dari beberapa pengertian para ahli tersebut di atas mengenai
prestasi belajar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar
adalah penilaian-penilaian terhadap tingkat penguasaan yang dicapai
siswa yang bersifat edukatif yang dibuktikan dengan angka-angka,
data-data prestasi dari setiap mata pelajaran yang dikumpulkan
kemudian disusun menjadi sebuah raport dan dilaporkan kepada orang
tua siswa setiap akhir semester.
2. Macam-Macam Prestasi Belajar
Baik tidaknya pretasi belajar individu tergantung kepada
bermacam-macam faktor, antara lain :
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor
individual, seperti pertumbuhan dan kematangan, kecerdasan,
latihan, motivasi dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktorsosial, seperti
keluarga, guru, alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar,
lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Dalam belajar pemahaman merupakan faktor yang penting.
Sehingga dengan belajar diharapkan siswa dapat memahami hubungan
antara pengetahuan dan pengalaman. Dengan belajar individu atau
organisme memegang peranan yang sangat sentral, karena belajar
tidak hanya dilakukan secara reaktif dan mekanisme saja, tetapi
dilakukan secarasadar, bermotif dan bertujuan.
Setelah mengetahui makna kata prestasi dan belajar maka dapat
dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh yang
berupa kesuksesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari kreativitas dalam belajar.
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa prestasi belajar
adalah “Penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala
hal yang dipelajari di Sekolah yang menyangkut pengetahuan,
kecakapan atau keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil
penelitian.
Menurut Permana Ahmadi prestasi belajar adalah “tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi di Sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah mata pelajaran”.
Wujud prestasi belajar digunakan dalam kegiatan pengajaran di
Sekolah adalah nilai raport. Nilai raport dalam penelitian ini adalah
jumlah nilai raport kelas 5 selama satu tahun. Jumlah nilai raport
tersebut mencerminkan kemampuan belajar siswa dalam mengikti
berbagai macam mata pelajaran selama satu tahun. Untuk memperoleh
prestasi di Sekolah siswa memerlukan bantuan dan perhatian orang
tua agar dapat menangkap atau mengikuti apa yang diajarkan gurunya
di Sekolah. Jika belajar di Sekolah dipandang sebagai persiapan hidup
di kemudian hari mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan
maupun masyarakat, maka prestasi belajar meliputi ruang lingkup
yang sangat luas dan bervariasi.
Sebenarnya prestasi belajar pada tahap terakhir merupakan
perkembangan kepribadian yang menjadi tujuan terakhir dari proses
pendidikan dan pengajaran itu. Tetapi tujuan itu dicapai melalui
interaksi siswa dengan kurikulum yang ada.
Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu
proses perubahan yang menggambarkan tingkat kemampuan
penguasaan, pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap serta
penguasaan diri dalam belajar yang ditunjukan dengan nilai atau hasil
tes yang diberikan guru yang kemudian hasil tes tersebut dituangkan
dalam raport.
Orang tua yang menginginkan anaknya mempunyai perubahan
untuk berprestasi diharapkan agar memperhatikan dan memperkecil
faktor-faktor penghambat serta berusaha melengkapi faktor-faktor
pendukungnya.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik faktor yang berasal dari dirinya (internal) maupun yang berasal
dari luar dirinya (eksternal). Aktifitas belajar yang dicapai siswa pada
hakekatnya merupakan interaksi antara dua faktor tersebut.
Oleh karena itu, pengenalan orang tua terhadap faktor yang
dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa penting sekali artinya
dalam rangka membantu siswa dalam melakukan aktifitas belajar
yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-
masing.
Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)
1) Faktor jasmani (fisiologi), baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh termasuk faktor ini ialah panca indera yang
berfungsi sebagaimana mestinya seperti mengalami sakit,
cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna,
berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah
laku.
2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, terdiri dari :
a) Faktor in-efektif, yang meliputi faktor potensial, yaitu
kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu
aktifitas yang dimiliki.
b) Faktor non in-efektif, yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,
motivasi, emosi dan penguasaan diri.
b. Faktor yang berasal dari luar (eksternal)
1) Faktor sosial yang terdiri dari :
a) Lingkungan sekolah
b) Lingkungan masyarakat
c) Lingkungan kelompok
2) Fator budaya seperti adapt istiadat, ilmu pengetahuan dan
kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti lingkungan rumah dan fasilitas
belajar.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
Faktor dari lingkungan sekolah yang mempengaruhi belajar
antara lain: kondisi ruangan, jumlah siswa, kondisi guru, kondisi
peralatan belajar mengajar, alat peraga, cara guru mengajarnya dan
manajemennya. Terhadap hal ini Ngalim Purwanto mengemukakan
sebagai berikut:
Pengaruh faktor lingkungan sekolah seperti guru, cara
mengajarnya, alat yang digunakannya, lingkungan/susunan belajarnya,
kesempatan yang tersedia dan motivasi sosialnya. Dari keterangan ini
dapat diketahui bahwa faktor lingkungan sekolah berpengaruh
terhadap aktivitas belajar dan prestasinya.
Faktor lingkungan yang paling dominant dalam mempengaruhi
pendidikan anak adalah keluarga. Kondisi lingkungan keluarga
berbeda-beda baik dilihat dari kondisi sosial ekonominya, status
sosialnya maupun kondisi intelektualnya. Bila diperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhi proses belajar, maka pada garis besarnya
kendala yang timbul bersumber dari tiga faktor pula yaitu dari kondisi
individu itu sendiri, dari lingkungan sekolah dan dari lingkungan
sosial atau masyarakat termasuk keluarga.
Penghambat prestasi belajar yang bersumber dari individu cukup
banyak antara lain: kematangan, kecerdasan, kemalasan, motivasi,
kesehatan dan faktor bawaan. Terhadap hal ini Ngalim Purwanto
mengemukakan sebagai berikut:
Faktor penghambat dalam belajar antara lain kematangan yang
belum cukup, kecerdasan yang rendah, kemalasan, motivasi yang
rendah, kondisi fisik yang sakit dan faktor bawaan seperti tingkat IQ
yang rendah.
Faktor guru ini dijelaskan oleh 1 Jumhur sebagai berikut : Guru
merupakan faktor penting yang mempengaruhi berhasil tidaknya
proses belajar, karena itu guru harus menguasai prinsip-prinsip
belajar, disamping menguasai materi yang diajarkannya.
Dari keterangan ini dapat diketahui bahwa kondisi guru dapat
menjadi penghambat dalam belajar. Guru ada yang disenangi oleh
siswa ada juga yang membuat siswa merasa takut dan jenuh, karena
pribadi guru itu berbeda-beda yaitu ada yang baik, ada yang galak, ada
yang dapat memberikan penjelasan secara jelas dan ada guru yang
Cuma memberi perintah untuk mencatat saja.
Belajar dalam ruang yang sempit karena jumlah siswa yang
terlalu banyak dan dengan cuaca yang panas akan menjadi kendala
juga dalam proses belajar mengajar. Sekolah yang peralatan
belajarnya kurang, dapat menjadi penghambat dalam belajar. Seperti
kekurangan buku pelajaran akan menyulitkan guru dalam memberi
penjelasan. Kekurangan alat belajar dapat menjadi penghambat dalam
proses belajar mengajar, sehingga prestasi yang diharapkan akan sulit
untuk dicapai.
Seorang anak yang belum memenuhi kewajibannya kepada
sekolah seperti membayar SPP, akan merasa takut atau malu dalam
belajar karena biasanya kebijakkan sekolah yang cukup ketat,
sehingga bila seorang siswa yang belum memenuhi kewajibannya,
lebih baik bolos dari padaterkena hukuman. Hal ini juga dapat
menjadi penghambat keberhasilan prestasi siswa dalam proses belajar
mengajar.
Lingkungan keluarga dapat menjadi penghambat balajar anak
yaitu bila keluarga yang kurang memperhatikan kebutuhan belajar
anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar seseorang
berbeda-beda hal ini dikarenakan oleh faktor pendukungnya. Aktivitas
belajar anak akan tercapai dengan baik bila faktor pendukungnya baik
pula. Faktor- faktor pendukung dari dalam diri anak sendiri maupun
factor-faktor yang datang dari luar yaitu lingkungan sekolah maupun
lingkungan sosial masyarakatnya.
Seberapa besar keberhasilan siswa dalam aktivitas belajar dapat
dilihat dari kehadiran anak di sekolah, aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, kegemaran atau hobi yang positif dan memiliki kepribadian
yang baik dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di
sekolah.
4. Cara Menentukan Prestasi Belajar
Banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk menentukan
prestasi belajar, diantaranya yaitu dengan evaluasi dari guru. Setelah
siswa melakukan proses belajar secara rutin, maka untuk mengetahui
apakah hasil belajar yang dilakukan oleh siswa tersebut berhasil atau
tidak maka guru melakukan evaluasi dengan berbagai cara diantaranya
dilakukan dengan:
a. Tes lisan
b. Tulisan
c. Pilihan Ganda
d. Esai, dan lain-lain.
Dengan adanya evaluasi seperti yang dilakukan di atas maka
dapat diukur sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran di sekolah.
5. Indikator Prestasi Belajar
Sampai saat ini masalah yang paling mendasar dalam sistem
pendidikan nasional adalah efisiensi dalam menejemen pendidikan.
Oleh karena itu berbagai ukuran efisiensi dan optimasi dalam
manajemen pendidikan perlu dipantau dan dievaluasi secara terus
menerus dan dalam waktu yang teratur.
Menurut Ashar Sunyoto Munandar dalam judul buku psikologi
dan prestasi ( 2003:130 ) indikator prestasi belajar dapat di lihat dari
Nilai ulangan harian, nilai ujian tengah semester, dan nilai raport, guru
dan orangtua siswa harus memberikan teguran kepada anak ketika
prestasi siswa menurun, berkomunikasi dengan anak dan guru
mengani hal-hal yang berhubungan dengan sekolah dan prestasi.
Dalam skripsi ini indikator disimpulkan dalam bentuk raport.
Raport diberikan kepada siswa setiap akhir semester. Dalam raport
dijelaskan hasil nilai belajar siswa dari semua mata pelajaran yang
telah diterima. Baik nilai harian maupun nilai ulangan-ulangan
semester semua hasil tersebuat tertuang dalam bentuk nilai dan tertulis
di buku raport tersebut. Jadi raport harus dimiliki oleh setiap siswa.
D. Literatur Review/Penelitian Terdahulu
Berdasarkan kajian penelitian yang relevan berkaitan dengan
Motivasi Orang tua terhadap prestasi belajar sebagai berikut:
1. Budiyono. 2012. Pengaruh motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi
Belajar Siswa (Studi Kasus Kelas IV MI Miftahul Falah Dusun
Gayam Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2011/2012). Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program
Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga (STAIN). Dosen Pembimbing Drs. Kastolani, M.Ag.
Penelitian ini berjudul Pengaruh motivasi Orang Tua Terhadap
Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus Pada Kelas IV MI Miftahul Falah
Dusun Gayam Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012).
Permasalahan dalam penelitian ini apakah ada pengaruh antara
motivasi orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas IV MI
Miftahul Falah Dusun Gayam Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
angket dan dokumentasi sebagai metode pokok. Data yang diperoleh
dari hasil angket dan dokumentasi kemudian dianalisis dengan
menggunakan tehnik analisis data korelasi product moment.
Kemudian dengan uji t, dengan taraf 5% sebesar 1,697.
Dari hasil penelitian, diperoleh nilai rxy korelasi antara
perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas IV MI
Miftahul Falah Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 sebesar 0,485. Setelah
dikonsultasikan dengan r table pada taraf signifikan 5% dengan N =
32 sebesar 0,349 dan taraf signifikan 1% 0,449 ternyata hasil rxy lebih
besar daripada harga r table product moment.Dan dikonsultasikan
dengan uji t 5% sebesar 1,697 dan t hitung = 3,588, maka dalam hal
ini t hitung > t tabel. Dalam hal ini Ho ditolak dan Ha diterima. Dari
hasil tersebut membuktikan bahwa adanya pengaruh motivsai orang
tua terhadap prestasi belajar siswa kelas IV MI Miftahul Falah Dusun
Gayam Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran2011/2012.
Dengan demikian hipotesis yang Penulis ajukan pada bab I yang
menyatakan bahwa “ Ada pengaruh positif antara motivasi orang tua
terhadap prestasi belajar siswa kelas IV MI Miftahul Falah Dusun
Gayam Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2011/2012” diterima.
2. Iip Nur‟afianti, ( pengaruh Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi
Belajar Anak Pada Siswa Kelas V di SDN Curug 2 Cimanggis Depok,
Jurusan : Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Mei 2008 )
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah adanya hasil prestasi
belajar yang baik akibat pengaruh motivasi orang tua terhadap
anaknya dalam menyongsong cita-cita di masa depan. Penelitian ini
bertujuan ingin mengetahui sejauh mana pengaruh motivasi orang tua
terhadap prestasi belajar pada siswa.
Penelitian ini dilakukan di SDN Curug 2 Cimanggis Depok,
dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang ingin
mendapatkan gambaran yang sesungguhnya di lapangan dengan
mengumpulkan data primer melalui riset dilapangan dan data
sekunder dengan melalui riset kepustakaan. Populasi adalah seluruh
siswa kelas 5 SDN Curug 2 Cimanggis Depok tahun ajaran 2007-
2008. Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling. Dari
populasi sebanyak 111 siswa ditentukan sampel sebanyak 20%,
sehingga diperoleh sampel sebanyak 20 orang siswa.
Setelah diberikan sejumlah angket diperoleh hasil penelitian
adanya pengaruh yang tinggi antara hubungan motivasi orang tua
terhadap prestasi belajar pada siswa kelas V di SDN Curug 2
Cimanggis Depok.
3. DIAH FAUZIAH (1410170038) : Pengaruh Motivasi orang tua
terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SDN
Rajagaluh kidul II kecamatan Rajagaluh kabupaten Majalengka.
Motivasi orangtua sangat berpengaruh terhadap peningkata
prestasi siswa dalam belajar disekolah. Ini menunjukan salah satu ciri
bahwa proses pendidikan dikatakan tercapai apabila siswa mampu
membuktikannya dengan prestasi yang cukup baik. Tinggi rendahnya
prestasi belajar siswa salah satunya dipengaruhi oleh motivasi
orangtua.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
baik penggunaan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar IPS.
Penelitian ini dilakukan di SDN Rajagaluh kidul II kecamatan
Rajagaluh Kabupaten Majalengka.
Motivasi orang tua merupakan salah satu factor yang
menentukan prestasi belajar siswa. Karena dengan adanya motivasi
dari orangtua maka timbulah minat Seoarang siswa untuk terus belajar
demi tercapainya cita-cita sesuai apa yang diinginkannya. Motivasi
juga dikombinasikan dengan proses belajar serta ditunjang oleh gaya
belajar , metode, media maupun sarana dan prasarana yang lainnya
yang cukup memadai tentu akan menghasilkan output yang
berkualitas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena hasil
penelitian yang telah dilakukan berupa angka-angka . penelitian
kuantitatif adalah metode untuk menguji teori – teori tertentu dengan
cara meneliti pengaruh antara variabel. Variabel ini diukur biasanya
menggunakan instrumen penelitian. sehingga data yang berupa angka-
angka dapat dianalisa berdasarkan prosedur statistic serta prosesnya
diteliti secara detile . sumber penelitiannya yaitu siswa kelas V SDSN
Rajagaluh Kidul II yang berjumlah 31 orang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi orang tuia
berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS Siswa. Hal ini dibuktikan
dari perhitungan uji korelasi 0,679 yang artinya terdapat hubungan
antara motivasi orangtua terhadap prestasi belajar siswa sebesar 44 %
sementara sisanya 55,9 % yang dipengaruhi oleh variabel lain.
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam memacu anak giat belajar, orang tua harus memberikan
motivasi sesuai dengan kondisi anak yaitu anak ada yang menjadi aktif
bila diberi ganjaran, ada yang menjadi aktif bila diancam dengan
hukuman, ada juga yang menjadi aktif bila dirangsang dengan persaingan.
Motivasi orang tua akan sangat berperan terutama dalam bentuk
materil dan non materil, karena dengan adanya motivasi ini akan
mempengaruhi semangat belajar anak. Semakin tinggi motivasi yang
diberikan orang tua maka semakin tinggi pula semangat belajar anak guna
mencapai prestasi yang baik. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah
motivasi yang diberikan orang tua maka semangat belajar anak akan
semakin rendah pula. Untuk itu diduga terdapat hubungan antara
pemberian motivasi oleh orang tua dengan prestasi belajar anak sebagai
siswa.
Dalam memberikan motivasi, orang tua harus konsekwen yaitu
harus menepati janji sebab bila orang tua tidak menepati janji, maka untuk
selanjutnya pemberian motivasi oleh orang tua menjadi tidak ditanggapi.
Bila orang tua menepati janjinya baik yang bersifat ganjaran ataupun yang
bersifat hukuman maka anak akan merasakan bahwa ia harus sungguh-
sungguh belajar.
Pemberian motivasi harus disertai oleh control secara
berkesinambungan sehingga pengaruh pemberian itu dirasakan terus oleh
anak. Disamping itu orang tua harus membantu belajar anak di rumah
sebab salah satu kemungkinan lemahnya belajar anak adalah karena
potensi yang dimiliki anak sangat lemah. Dengan bantuan yang diberikan
oleh orang tua maka anak akan timbul kepercayaan dirinya untuk dapat
bersaing dengan kawan-kawannya.
Dalam hal belajar siswa akan berhasil belajarnya kalau dalam
dirinya ada kemauan untuk belajar, keinginan atau dorongan inilah yang
disebut dengan motivasi. Motivasi adalah dorongan mental yang
menggerakkan, mengarahkan sikap dan pelaku individu dalam belajar. Di
dalam motivasi terkandung adanya cita-cita atau aspirasi siswa. Dengan
cita-cita atau aspirasi ini diharapkan siswa dapat belajar dan mengerti
dengan apa yang menjadi tujuan dalam belajar dan dapat mewujudkan
aktualisasi diri. Dengan kemampuan siswa, kecakapan dan keterampilan
dalam menguasai mata pelajaran diharapkan siswa dapat menerapkan dan
mengembangkan kreativitas belajar. Kondisi siswa, dimana siswa yang
dalam keadaan fit akan menyebabkan siswa tersebut bersemangat dalam
belajar dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik. Kebalikan dengan
siswa yang sedang sakit atau banyak persoalan maka siswa tersebut tidak
akan mempunyai gairah dalam belajar.
Disamping itu, kondisi lingkungan siswa yang berupa keadaan
alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan
kemasyarakatan juga mendukung adanya semangat dalam belajar.
Misalkan dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka
semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. Selain itu, melalui unsur-
unsur dinamis dalam belajar yakni dengan siswa memiliki perasaan,
perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan
berkat pengalaman hidup dan yang terakhir adalah pembelajar yang baik
berkat bimbingan, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi
pembelajar.
Penulis berpendapat bahwa peran dan motivasi serta bimbingan
orang tua sangat penting dan mampu mendidik anak didik untuk
berprilaku sesuai dengan peraturan dan etika yang ada.
Persoalan mengenai siapa saja yang mampu dan berperan penting
dalam proses perkembangan anak terutama pada prestasi anak, penulis
sependapat dengan teori dari Suryabrata (2004:177-181) pendapat yang
bermacam-macam, yaitu terbagi kedalam tiga golongan yang diantaranya
ada golongan/aliran konvergensi yang menyatakan bahwa didalam
perkembangan individu baik dasar (pembawaan, bakat) ataupun
lingkungan (pendidikan) yang didalamnya menyebutkan peran orang tua
sangat penting.
Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan
tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
Dengan adanya perlakuan semacam ini di atas, guru dan orang tua
diharapkan dapat memberikan terhadap siswa serta mampu
membangkitkan semangat belajar anak di luar maupun di dalam kelas
untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Partisipasi dan teladan dalam memilih perilaku yang baik sudah
merupakan upaya membelajarkan siswa. Meninjau hasil belajar yang harus
dicapai oleh siswa dan juga meninjau proses belajar menuju hasil belajar,
ada langkah-langkah instruksional yang dapat diambil oleh guru dalam
membantu belajar siswa dirumuskan dalam lima kategori diantaranya
adalah informasi verbal, dalam hal ini siswa harus mempelajari berbagai
bidang ilmu pengetahuan baik yang bersifat praktis maupun teoritis.
Kemudian dalam keterampilan intelek, siswa harus mampu menunjukkan
kemampuannya dengan lingkungan hidup, mampu bersaing dengan dunia
luar.
Di samping itu ada juga strategi kognitif, siswa harus mampu
menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri khususnya
bila sedang belajar dan berfikir. Siswa mampu melakukan suatu rangkaian
gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi
antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu merupakan
kategori dalam hal keterampilan motorik. Dan yang terakhir dan penting
adalah sikap, siswa mampu bersikap positif terhadap sekolah karena
sekolah merupakan proses menuju masa depannya.
Berdasarkan rujukan diatas dapat dirumuskan bahwa motivasi
belajar memiliki peranan yang sangat menentukan dan mendorong siswa
untuk belajar dengan penuh perhatian dan konsentrasi dalam menerima
pelajaran, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan oleh siswa yaitu hasil
belajarnya yang ditunjukkan dengan prestasi belajar akan meningkat. Jadi
dalam hal ini motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar. Semakin
tinggi motivasi belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan semakin
meningkat. Sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar maka hasil
belajar yang dicapai akan semakin menurun.
Dari beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan ke dalam
kerangka berfikir yang menunjukan 2 variabel di atas yakni Motivasi
orang tua siswa (variabel X) dengan prestasi belajar B. inggris (variabel
Y).
Ket:
X : Motivasi Orang tua Siswa
: Korelasi
Y : Prestasi belajar Bahasa Inggris
X Y
Bagan 1
Kerangka Pemikiran
Dari uraian di atas bagan bahwa ada hubungan antara bimbingan
orang tua siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dengan
demikian semakin besar bimbingan orang tua maka semakin baik pula
prestasinya.
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan (Dalam Sugiyono, 2012: 64).
Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
Ha: Ada hubungan antara motivasi orang tua dengan prestasi
belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Bahasa Inggris di MI Hidayatul
Muta‟allimin Sidangjawa Cirebon.
Guru
Hasil
Belajar
Motivassi
Orang tua
KBM B. Inggris
Inggg
Siswa
H0: Tidak ada hubungan antara motivasi orang tua dengan prestasi
belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Bahasa Inggris MI Hidayatul
Muta‟allimin Sidangjawa Cirebon.