Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

20
Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match) Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU) Yang Diprakarsai Oleh Badan Usaha Deystia Ayesha Rae, Bono Budi Priambodo. Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Depok, Jawa Barat, Indonesia. E-mail: [email protected] Abstrak Pengadaan infrastruktur di Indonesia saat ini telah menggunakan skema Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU) di mana di sini Pemerintah bekerjasama dengan Badan Usaha dalam rangka penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum. Dalam skema KPBU di kenal suatu pengajuan proyek dengan prakarsa Badan Usaha di mana proyek tersebut tidak termasuk kedalam Rencana Induk Pemerintah, yang disebut sebagai Unsolicited Project. Dalam Unsolicited Project, dikenal suatu pemberian kompensasi terhadap Badan Usaha pemrakarsa yang salah satunya adalah pemberian Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik Right to Match saat ini dan bagaimana pengaturan hukum di Indonesia berkaitan dengan Right to Match dalam skema KPBU, serta permasalahan-permasalahan apa yang umum terjadi berkaitan dengan Right to Match didalam skema KPBU dan bagaimana cara mengatasinya. Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dengan deskriptif. Hasil penelitian ini menyarankan agar pembagian tanggung jawab risiko dalam skema KPBU diberikan kepada pihak yang dianggap paling bisa mengelolanya, dan Pemerintah dalam memberikan kompensasi Right to Match lebih melakukan pengawasan agar Badan Usaha tidak menerima keuntungan yang dapat merugikan masyarakat sebagai calon pengguna infrastruktur. The Right to Bid by The Initiating Business Entity In Relation With The Best Bidder (Right to Match) in Public Private Partnership’s Unsolicited Project Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Transcript of Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

Page 1: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match) Dalam Proyek

Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU) Yang Diprakarsai Oleh

Badan Usaha

Deystia Ayesha Rae, Bono Budi Priambodo.

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Depok, Jawa

Barat, Indonesia.

E-mail: [email protected]

Abstrak

Pengadaan infrastruktur di Indonesia saat ini telah menggunakan skema Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU) di mana di sini Pemerintah bekerjasama dengan Badan Usaha dalam rangka penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum. Dalam skema KPBU di kenal suatu pengajuan proyek dengan prakarsa Badan Usaha di mana proyek tersebut tidak termasuk kedalam Rencana Induk Pemerintah, yang disebut sebagai Unsolicited Project. Dalam Unsolicited Project, dikenal suatu pemberian kompensasi terhadap Badan Usaha pemrakarsa yang salah satunya adalah pemberian Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik Right to Match saat ini dan bagaimana pengaturan hukum di Indonesia berkaitan dengan Right to Match dalam skema KPBU, serta permasalahan-permasalahan apa yang umum terjadi berkaitan dengan Right to Match didalam skema KPBU dan bagaimana cara mengatasinya. Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dengan deskriptif. Hasil penelitian ini menyarankan agar pembagian tanggung jawab risiko dalam skema KPBU diberikan kepada pihak yang dianggap paling bisa mengelolanya, dan Pemerintah dalam memberikan kompensasi Right to Match lebih melakukan pengawasan agar Badan Usaha tidak menerima keuntungan yang dapat merugikan masyarakat sebagai calon pengguna infrastruktur.

The Right to Bid by The Initiating Business Entity In Relation With The Best Bidder (Right to Match) in Public Private Partnership’s Unsolicited Project

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 2: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

Abstract

Infrastructure provision in Indonesia right now has adopted the Public Private Partnership (PPP) scheme where Government is in cooperation with private sector to build an infrastructure for public interest. In PPP scheme there is a project called Unsolicited Project in which the projects are not requested by Government or not in the Government’s Master Plan and usually originate from the private sector. In an Unsolicited Project, the private sector as proponent can receive an advantages, one of which is The Right to Bid by The Initiating Business Entity In Relation With The Best Bidder (Right to Match). This research aims to determine the current practice of Right to Match, how the legal arrangement in Indonesia relating to the Right to Match in PPP scheme, and the problems relating to the Right to Match in PPP scheme and how to handle it. This research is normative with descriptive. The result of this research suggest to allocate the risk in PPP scheme to those deemed most able to manage it, and Government in providing the Right to Match compensation to do more supervision to the private sector so they don’t receive benefits that can do harm to the communities as users of infrastructure.

Keywords: Public Private Partnership (PPP); Unsolicited Project; Right to Match.

Pendahuluan

Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU) di Indonesia sebagaimana diatur di

dalam Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan

Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, disebutkan bahwa KPBU merupakan suatu bentuk

kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk

kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah,

yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengen memperhatikan

pembagian resiko diantara para pihak.1 Dalam skema KPBU terdapat proyek dimana Pemerintah

                                                                                                                         1 Indonesia, Peraturan Presiden tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam

Penyediaan Infrastruktur, Perpres No 38 Tahun 2015, Ps. 1 butir 6.

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 3: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

sering mendapatkan proposal pengajuan penyediaan infrastruktur dari Badan Usaha, dimana

proposal ini memiliki ide-ide inovatif dan dapat membantu Pemerintah menemukan konsep untuk

proyek baru, proyek kerjasama ini disebut sebagai Unsolicited Project.2 Proposal Proyek

Kerjasama Unsolicited ini tidak di minta oleh Pemerintah dan biasanya diajukan oleh Badan

Usaha.

Dalam Proyek kerjasama Unsolicited, Badan Usaha dapat mengajukan prakarsa proyek

kerjasama penyediaan insfrastruktur dengan kriteria yaitu:

a. Proyek tersebut tidak termasuk dalam rencana induk pada sektor yang bersangkutan;

b. Terintegrasikan secara teknis dengan rencana induk pada sektor yang bersangkutan;

c. Layak secara ekonomi dan finansial; dan

d. Tidak memerlukan dukungan pemerintah yang berupa kontribusi fiscal dalam bentuk

finansial.

Pemerintah terhadap Badan Usaha pemrakarsa KPBU memberikan suatu kompensasi atas

persetujuan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang diberikan dalam bentuk:

a. Pemberian tambahan nilai sebesar 10% (sepuluh per seratus);

b. Pemberian hak untuk menyamai penawaran terbaik (Right to Match) sesuai dengan hasil

penilaian dalam proses pelelangan; atau

c. Pembelian prakarsa KPBU, antara lain hak kekayaan intelektual yang menyertainya oleh

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah atau oleh pemenang lelang.

Dalam skema Right to Match pemrakarsa proyek diberikan wewenang untuk

menyesuaikan tawaran mereka dengan penawaran terendah yang diajukan investor lain. Pada

Proyek Kerjasama Unsolicited, rentan untuk terjadi nya praktek persaingan tidak sehat,

minimnya transparansi dan bahkan terjadinya kecurangan dan korupsi pada proposal kecuali

mereka bisa mendapatkan keuntungan dari adanya persetujuan transparansi dan tender yang

kompetitif. Oleh karena itu maka perlu untuk dibuatnya mekanisme untuk memastikan

adanya tender Proyek Kerjasama Unsolicited yang kompetitif untuk memastikan terpilihnya

investor yang terbaik, mekanisme ini meliputi pemeriksaan secara merinci proposal proyek

                                                                                                                         2 Jeffrey Delmon, Public Private Partnership Projects in Infrastructure An Essential Guide for

Policy Makers, (New York: Cambridge University Press, 2011), hlm. 46.

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 4: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

Unsolicited untuk memastikan mereka dapat bekerja dengan baik, memiliki strategi yang

baik, dan proyeknya di minati.3

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa salah satu kompensasi yang diberikan kepada

pemrakarsa adalah hak untuk menyamai penawaran terbaik (Right to Match), pada umum nya

penyelenggaraan Proyek Kerjasama Unsolicited tetap akan diberikan kepada pemrakarsa

dikarenakan faktor pemberian Right to Match atau ketiadaan penawaran yang baik dari peserta

tender lain. Dengan kemungkinan diharuskannya melakukan studi teknis yang rumit terkait

proyek membuat peserta tender yang lain menjadi tidak tertarik terlebih dengan jangka waktu

yang ditentukan dan dana besar yang harus dikeluarkan untuk mengajukan proposal.4 Salah satu

faktor negatif dari Right to Match ini yaitu ada nya kekhawatiran bahwa dengan ada nya Right to

Match ini dapat meningkatkan dominasi peran swasta dalam penguasaan infrastruktur di

Indonesia sehingga dapat mengurangi peran Negara dan kepentingan publik menjadi hilang,5

maka dari itu perlu untuk diketahui bagaimana pada praktik nya Right to Match dilakukan.

Motivasi untuk dilakukannya proyek KPBU atau dikenal juga sebagai Public Private Partnership

ini bagi pemerintah adalah:

1) Untuk menarik investasi;

2) Untuk meningkatkan efisiensi dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif;

dan

3) Untuk mereformasi sektor-sektor yang ada melalui realokasi peran, insentif, dan

akuntabilitas.

Untuk dapat memanfaatkan sumber daya langka yang ada merupakan tantangan bagi

Pemerintah yang pada umumnya berakhir kurang baik, hal ini dikarenakan Pemerintah kurang

memiliki insentif untuk dapat menciptakan efisiensi yang terstruktur. Sebaliknya, pihak swasta

atau Badan Usaha melakukan investasi dengan tujuan yang jelas untuk mendapatkan profit yang

                                                                                                                         3 Delmon, Public Private Partnership Projects in Infrastructure An Essential Guide for Policy

Makers, hlm. 46  

4 Hodges dan Dellaca, Unsolicited Infrastructure Proposal: How Some Countries Introduce Competition and Transparency An International Experience Review, hlm. 44

5 AntaraNews.com, “Menko Sofyan: Perpres KPS Jamin Konsistensi Kebijakan” http://www.antaranews.com/berita/479593/menko-sofyan-perpres-kps-jamin-konsistensi-kebijakan diakses pada 27 Agustus 2016.  

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 5: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

sebanyak-banyaknya yang dilakukan dengan cara meningkatkan efisiensi dalam investasi atau

pengerjaan proyek. Dalam proyek KPBU atau PPP ini Pemerintah dapat memberikan tugas

pengaturan efisiensi kepada pihak swasta atau Badan Usaha yang apabila dilakukan dengan benar

maka dapat mengurangi pengeluaran berlebihan bagi Pemerintah dan layanan yang lebih baik dan

lebih murah untuk konsumen.6

Penelitian ini di buat untuk mendalami secara mendetail bagaimana pada praktik nya hak

untuk menyamai penawaran terbaik proyek infrastruktur (Right to Match) tersebut terjadi,

kemudian mengetahui bagaimana pengaturan hukum di Indonesia mengatur mengenai Right to

Match ini, dan mengetahui cara agar kerangka hukum yang sudah ada dapat ditingkatkan untuk

mengantisipasi masalah-masalah atau isu-isu yang mungkin timbul terkait Right to Match ini.

Melalui penelitian dengan judul “Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match)

Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU) yang Diprakarsai oleh

Badan Usaha” maka diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai judul

penelitian ini. Terdapat 3 (tiga) rumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana praktik yang terjadi saat ini mengenai hak untuk menyamai penawaran

terbaik pada proyek insfrastruktur yang diajukan oleh Badan Usaha.

2. Bagaimana pengaturan hukum di Indonesia yang berkaitan dengan hak untuk menyamai

penawaran terbaik dalam KPBU?

3. Bagaimanakah agar kerangka hukum tersebut dapat ditingkatkan guna mengantisipasi

permasalahan yang mungkin timbul terkait hak untuk menyamai penawaran terbaik?

Tujuan umum dari dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

secara jelas dan mendetail mengenai hak untuk menyamai penawaran terbaik (Right to Match)

proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha dalam pengadaan infrastruktur. Sedangkan

tujuan khusus dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendetail

bagaimana pada prakteknya hak untuk menyamai penawaran terbaik pada proyek infrastruktur

(Right to Match) tersebut terjadi, mengetahui bagaimana pengaturan hukum di Indonesia

mengatur mengenai Right to Match ini, dan mengetahui cara agar kerangka hukum yang sudah

ada dapat ditingkatkan untuk mengantisipasi masalah-masalah atau isu-isu yang mungkin timbul

terkait Right to Match ini.

                                                                                                                         6 Asian Development Bank, Public-Private Partnership Handbook (Manila: Asian Development

Bank, 2006), hlm. 4.

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 6: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

Tinjauan Teoritis

Proyek penyediaan infrastruktur yang diprakarsai oleh Badan Usaha yang untuk

selanjutnya disebut sebagai Unsolicited Project, merupakan proyek yang pada awalnya diajukan

oleh pihak Badan Usaha dan bukan merupakan proyek yang berasal dari Rencana Induk

Pemerintah. Unsolicited Proposal yang diajukan oleh Badan Usaha untuk Unsolicited Project

pada umumnya diajukan oleh Badan Usaha yang memiliki keterkaitan dengan dengan industri-

industri tertentu seperti perencana pembangunan, pengadaan barang dan jasa, serta investasi yang

menggunakan uang mereka untuk mengembangkan suatu proyek tertentu dan kemudian

mendekati Pemerintah untuk mendapatkan persetujuan atau perizinan yang dibutuhkan.7 Pada

proposal Unsolicited Project, proyek yang diajukan bisa sudah dalam bentuk perencanaan secara

menyeluruh atau hanya berupa ide atau konsep.8 Pengajuan proposal Unsolicited Project bagi

Pemerintah dapat memberikan pengetahuan dan ide-ide yang inovatif berkaitan dengan

penyediaan infrastruktur, hal ini dapat menjadi keuntungan bagi Pemerintah yang memiliki

sumber daya yang rendah dalam sektor tertentu sehingga pihak Badan Usaha dapat mengisi

kekosongan tersebut dengan penyelesaian masalah yang inovatif. Selain itu pihak Badan Usaha

juga dapat menyediakan informasi kepada Pemerintah terkait peluang komersial yang ada serta

minat pasar.9 Unsolicited Project saat ini telah menjadi tren global sebagai salah satu cara

penyediaan infrastruktur dan pada umumnya muncul pada saat Pemerintah mengalami suatu

permasalahan seperti kebutuhan yang mendesak untuk segera memanfaatkan sumber daya alam

baru yang muncul atau dibutuhkannya pembangunan infrastruktur kembali sesudah terjadinya

bencana alam, namun hal yang paling umum terjadi adalah kekurangannya pendanaan dalam

menyediaan infrastruktur. Apabila hal tersebut terjadi dan Pemerintah mengalami kekurangan                                                                                                                          

7 John T Hodges dan Georgina Dellaca, Unsolicited Infrastructure Proposal: How Some Countries Introduce Competition and Transparency An International Experience Review, (Washington: PPIAF, 2006), hlm. vii.

8 Laura Turley, Unsolicited Proposals in Infrastructure Procurement: A growing reality for governments, requiring robust management frameworks, (Canada: The International Institute for Sustainable Development, 2015), hlm. 2.

9 International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank, et al., Public-Private Partnerships Reference Guide Version 2.0, (Washington: World Bank, 2014), hlm. 196.

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 7: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

pendanaan, sumber daya atau memiliki waktu yang terbatas untuk penyediaan infrastruktur maka

Unsolicited Project dapat menjadi jalan pintas untuk segera menjalankan penyediaan

infrastruktur.10

Unsolicited Project memiliki beberapa permasalahan yang umumnya ada pada persaingan

yang sehat dan transparansi, hal ini dikarenakan terkadang Pemerintah memberikan hak

penyediaan infrastruktur kepada Badan Usaha tertentu tanpa melalui proses pelelangan yang

transparan, hal ini dikarenakan seringkali Badan Usaha pemrakarsa berargumen bahwa mereka

adalah Badan Usaha yang memiliki Hak Kekayaan Intelektual atas konsep penyediaan

infrastruktur, merupakan satu-satu nya Badan Usaha yang tertarik untuk melakukan penyediaan

infrastruktur tersebut, dan dapat menghemat waktu serta dana bagi Pemerintah sebagai satu-

satunya sumber informasi mengenai prosedur atau metode-metode yang bisa digunakan dalam

penyediaan infrastruktur.11

Prosedur yang jelas terkait pengajuan Unsolicited Project dibutuhkan untuk menjamin ada

nya transparansi. Langkah awal yang dilakukan adalah Badan Usaha mengajukan proposal

Unsolicited Project dengan konten yang sesuai dengan yang dipersyaratkan, jika proposal

berhasil melewati penilaian awal maka Badan Usaha pemrakarsa akan diminta untuk

menyelesaikan studi-studi lain yang dibutuhkan sesuai kriteria KPBU. Apabila disetujui maka

pilihan bentuk kompensasi biasa nya ditentukan pada tahap ini. Pemerintah kemudian

mempersiapkan dokumen penawaran yang dibutuhkan berdasarkan proposal akhir, kemudian

menyelenggarakan pelelangan Badan Usaha pelaksana.12

Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik sebagai salah satu bentuk kompensasi yang

diberikan kepada Badan Usaha pemrakarsa atas Unsolicited Project yang diajukannya memiliki

latar belakang berawal dari berkembangnya partisipasi dari pihak Badan Usaha dalam penyediaan

infrastruktur melalui Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU). Pada awal nya,

proyek-proyek direncanakan dan dikembangkan oleh Pemerintah dan pihak Badan Usaha hanya                                                                                                                          

10 Turley, Unsolicited Proposals in Infrastructure Procurement: A growing reality for goverments, requiring robust management frameworks, hlm. 2.  

11 Hodges dan Dellaca, Unsolicited Infrastructure Proposal: How Some Countries Introduce Competition and Transparency An International Experience Review, hlm. vii

12 Ibid.  

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 8: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

ikut berpartisipasi dalam pendanaan dan pelaksanaan proyek tersebut, kemudian barulah

terkadang pihak Badan Usaha mengajukan proposal proyek penyediaan infrastruktur kepada

Pemerintah dimana proposal tersebut tidak dimintakan sebelum nya atau tidak masuk kedalam

Rencana Induk Pemerintah. Salah satu bentuk kompensasi yang paling sering diberikan oleh

Pemerintah kepada Badan Usaha pemrakarsa dalam pengajuan proposal Unsolicited Project

adalah Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match).13

Pengajuan proposal Unsolicited Project harus melalui Pra-studi Kelayakan seperti analisa

pasar serta pembiayaan serta aspek-aspek teknis yang terkait. Selain itu proposal harus memenuhi

persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan untuk proposal Unsolicited Project seperti

persyaratan hukum, pengalaman-pengalaman dan kecakapan Badan Usaha terkait dengan proyek

yang akan dilaksanakan, kemudian terakhir perencanaan Badan Usaha dalam hal pembiayaan dan

pelaksanaan proyek di lapangan.14 Pemerintah kemudian akan melakukan persetujuan atas

proposal Unsolicited Project setelah dilakukannya pemeriksaan,15 apabila Pra-Studi Kelayakan

yang diajukan telah disetujui maka Badan Usaha pemrakarsa dapat memperoleh salah satu bentuk

kompensasi seperti Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match). Keuntungan dari

pemberian kompensasi kepada Badan Usaha pemrakarsa dalam bentuk Hak Untuk Menyamai

Penawaran Terbaik (Right to Match) bagi Pemerintah adalah mendorong pihak Badan Usaha

untuk mengajukan inovasi-inovasi dan insentif yang diberikan kepada Pemerintah terutama

dalam kondisi dimana Pemerintah kekurangan pengetahuan teknis dan kemampuan pendanaan

untuk dapat melakukan pengembangan proyek, dikarenakan pemberian kompensasi ini dapat

menarik pihak Badan Usaha untuk mengajukan inovasi tersebut dalam bentuk Unsolicited

Project. Kemudian keuntungan lain yang mungkin didapatkan adalah membantu

mengembangkan proyek-proyek potensial yang sebelum nya tidak termasuk ke dalam proyek

yang menjadi prioritas dari Pemerintah.16 Kerugian yang mungkin timbul dari pemberian

                                                                                                                         13 EY Building A Better Working World, “Swiss Challenge Procurement “

http://www.dif.mp.gov.in/ppp/pppgis2014/GIS_Swiss_Challenge_EY.pdf, diakses 30 Oktober 2016 14 Ibid. 15 Vivek Anggarwal, I.A.S, “Global Investor Summit 2014 PPP Under Swiss Challenge Method”

http://www.dif.mp.gov.in/ppp/pppgis2014/GIS_Swiss_Challenge_DIF.pdf, diakses 31 Oktober 2016.

16 EY Building A Better Working World, “Swiss Challenge Procurement “ http://www.dif.mp.gov.in/ppp/pppgis2014/GIS_Swiss_Challenge_EY.pdf, diakses 30 Oktober 2016.

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 9: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

kompensasi dalam bentuk Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match) atau

dikenal juga sebagai sistem Swiss Challenge ini adalah sulit untuk dapat meningkatkan

persaingan, hal ini dikarenakan tinggi nya tingkat kerumitan dan upaya yang sulit untuk

mempersiapkan penawaran bagi para Badan Usaha peserta pelelangan, hal ini mengakibatkan

penawaran yang diberikan untuk menandingi penawaran milik Badan Usaha pemrakarsa menjadi

tidak terlalu memuaskan. Pada dasar nya tidak ada kerugian bagi pihak Badan Usaha dengan

diberikannya Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match) karena ia merupakan

suatu bentuk kompensasi atau imbalan dengan diajukannya ide atau inovasi di dalam proposal

Unsolicited Project. Kompensasi atau imbalan ini lah yang menjadi keuntungan bagi Badan

Usaha pemrakarsa karena mereka dapat menyamai penawaran terbaik yang diajukan Badan

Usaha lain peserta lelang. Umum nya dalam praktik, pengadaan proyek akan diberikan kepada

Badan Usaha Pemrakasa yang mengajukan proposal proyek tersebut sebagai akibat dari

diterimanya kompenasi Hak Untuk Menyamai Penawaran terbaik (Right to Match) atau ketiadaan

Badan Usaha lain peserta lelang. Ada nya kemungkinan untuk menyusun studi teknis yang rumit

seperti Studi Kelayakan, hal tersebut dapat membuat Badan Usaha lain mundur atau tidak

berminta untuk ikut pelelangan dikarenakan waktu yang sempit serta kemungkinan pengeluaran

dana yang besar untuk mengajukan dokumen proposal untuk menyeimbangi proposal milik

Badan Usaha pemrakarsa.17

Berkaitan dengan pemberian kompensasi Hak Untuk Menyamai Penawaran (Right to

Match) dalam Unsolicited Project pada proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha, di

Indonesia di atur di dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama

Pemerintah Dengan Badan Usaha, dimana dalam Perpres tersebut di atur mengenai 3 (tiga)

bentuk alternatif kompensasi yaitu:

a. Pemberian tambahan nilai sebesar 10% (sepuluh per seratus);

b. Pemberian hak untuk melakukan penawaran oleh Badan Usaha pemrakarsa terhadap

penawaran terbaik (Right to Match), sesuai dengan hasil penilaian dalam proses

pelelangan; atau

                                                                                                                         17 Hodges dan Dellaca, Unsolicited Infrastructure Proposal: How Some Countries Introduce

Competition and Transparency An International Experience Review, hlm. 34.  

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 10: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

c. Pembelian prakarsa KPBU, antara lain hak kekayaan intelektual yang menyertainya oleh

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah atau oleh pemenang lelang.

Pilihan bentuk kompensasi di atas akan diberikan kepada Badan Usaha pemrakarsa dari

Unsolicited Project, dimana Unsolicited Project ini berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38

Tahun 2015 memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada sektor yang bersangkutan;

b. Layak secara ekonomi dan finansial; dan

c. Badan Usaha yang mengajukan prakarsa memiliki kemampuan keuangan yang memadai

untuk membiayai pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur.

Metode Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian yuridis normative, yang menekankan pada

penggunaan norma-norma hukum secara tertulis serta didukung dengan hasil wawancara dengan

narasumber dan informan.

Tipe penelitian untuk penelitian ini adalah deskriptif karena memberikan data yang

menjelaskan, memaparkan dan menggambarkan keadaan secara teliti. Disini keadaan yang

dipaparkan adalah terkait praktik yang terjadi terkait hak untuk menyamai penawaran terbaik

pada proyek infrastruktur (Right to Match) di Indonesia dan bagaimana pengaturan hukum yang

sudah berlaku mengatur mengenai hal tersebut.

Pendekatan yang akan dilakukan di dalam penelitian ini adalah pendekatan secara normatif.

Pendekatan normatif dilakukan dengan mempelajari buku-buku, bahan-bahan bacaan literature

peraturan perundang-undangan yang menunjang dan berhubungan sebagai penelaahan hukum

terhadap kaidah yang dianggap sesuai dengan penelitian hukum tertulis.

Data yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer disini yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian lapangan yang berkaitan

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 11: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

dengan permasalahan yang ada. Sedangkan pada data sekunder bahan hukum yang akan

dipergunakan adalah:

1) Bahan hukum primer, yang digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-

undangan berupa Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah

Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi atau hal-hal

yang berkaitan dengan isi bahan hukum primer serta implementasinya, yang berupa

buku-buku yang membahas mengenai Public Private Partnership atau Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder.

Hasil Penelitian

Hasil yang di dapat dari penelitian ini adalah diketahui bahwa pada Unsolicited Project

dalam skema Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU), rentan untuk terjadi nya

permasalahan-permasalahan seperti risiko-risiko yang mungkin timbul terkait dengan

pengembangan proyek KPBU beserta pembagian tanggung jawab atas risiko tersebut, penarikan

minat investor untuk mau terlibat di dalam proyek Penyediaan Infrastruktur, pengaturan

manajemen asset infrastruktur yang dianggap buruk, serta proses penyediaan lahan yang

lambat.18

Pemberian kompensasi dalam bentuk Right to Match juga dikhawatirkan dapat

menyebabkan timbul nya permasalahan seperti bertentangan dengan tujuan awal atau prinsip-

prinsip dari skema KPBU dikarenakan dengan pemberian suatu kompensasi Right to Match maka

                                                                                                                         18 Centre For Strategic And International Studies Economic Research Institute for ASEAN and East

Asia, “Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Pembangunan Infrastruktur di Indonesia” http://eternitycctv.com/csis/wp-content/uploads/2016/09/HLN-ID-Pembangunan-Infrastruktur.pdf, diakses 16 Desember 2016.  

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 12: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

ada suatu pemberian keuntungan kepada pihak Badan Usaha pemrakarsa proyek yang

memberikan Badan Usaha tersebut kelebihan apabila dibandingkan dengan Badan Usaha lain

peserta lelang proyek. Pemberian kelebihan tersebut apabila disalahgunakan maka dikhawatirkan

dapat menyalahi beberapa prinsip dalam skema KPBU seperti kemungkinan hilang nya unsur

persaingan dalam proses pengadaan Badan Usaha pelaksana dikarenakan dengan ada nya

pemberian kompensasi Right to Match kepada Badan Usaha pelaksana, hal tersebut dapat

menimbulkan penurunan minat Badan Usaha kompetitor untuk ikut mengajukan proposal proyek

karena Badan Usaha tersebut berpikir kemungkinan mereka untuk memenangkan lelang proyek

akan menjadi lebih kecil. Selain itu penulis melihat bahwa pada pemberian kompensasi Right to

Match dalam Unsolicited Project seringkali dalam penerapan prinsip efisiensi nya prinsip efektif

menjadi terlanggar.

Pembahasan

Skema KPBU dalam penyediaan infrastruktur di Indonesia sebelum nya diatur di dalam

Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha

Dalam Penyediaan Infrastruktur dan kemudian diubah menjadi Peraturan Presiden No. 13 Tahun

2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama

Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur dan selanjutnya diubah lagi

menjadi Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam

Penyediaan Infrastruktur. Kemudian pada tahun 2015 dikeluarkan Peraturan Presiden No. 38

Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan

Infrastruktur, dimana dalam Peraturan Presiden tersebut terdapat beberapa hal baru yang

menjawab permasalahan-permasalahan yang selama ini dihadapi dalam proses KPBU untuk

mempercepat Penyediaan Infrastruktur seperti pengadaan tanah dan penjaminan.19

                                                                                                                         19 Trias Melia, “Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Percepatan Penyediaan

Infrastruktur,” Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian – Republik Indonesia Tinjauan Ekonomi & Keuangan (April 2015), hlm. 15.  

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 13: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 menyebutkan bahwa KPBU memiliki tujuan untuk:

i. Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam Penyediaan

Infrastruktur melalui pengerahan dana swasta;

ii. Mewujudkan Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, tepat

sasaran, dan tepat waktu;

iii. Menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan Badan Usaha dalam

Penyediaan Infrastruktur berdasarkan prinsip usaha sehat;

iv. Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima,

atau dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna;

dan/atau

v. Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha dalam Penyediaan

Infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala oleh Pemerintah

kepada Badan Usaha.20

Berbagai permasalahan yang umum nya terjadi dalam proyek KPBU berkisar kepada ada

nya tingkat pengembalian yang lambat, keterbatasan pembiayaan dari pihak pemberi pinjaman,

pembebasan lahan yang lama, penyiapan proyek yang belum matang, regulasi yang sering

berubah dan kurang adaptif, tata kelola dan kelembagaan yang belum mencerminkan Good

Investment Governance, perbedaan persepsi antara Pemerintah dan Badan Usaha, kapasitas

regulator dan PJPK yang belum maksimal, pembagian dan identifikasi risiko yang belum

terpetakan secara maksimal, serta koordinasi yang kurang produktif karena luas nya rentang

koordinasi dan pembuat keputusan yang berujung kepada lambatnya proyek dengan skema

KPBU.21

Pemberian kompensasi kepada Badan Usaha Pemrakarsa dalam skema KPBU pun harus

tetap memenuhi prinsip-prinsip KPBU, seperti contoh pemberian kompensasi berupa Hak Untuk

Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match), sebab pemberian kompensasi seringkali

                                                                                                                         20 Indonesia, Peraturan Presiden tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam

Penyediaan Infrastruktur, Perpres No. 38 Tahun 2015, Ps. 3.

21 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, “Kementerian PUPR Mendorong KPBU Dalam Penyediaan Infrastruktur”, http://www.pu.go.id/berita/10800/Kementerian-PUPR-Mendorong-KPBU-Dalam-Penyediaan-Infrastruktur, diakses 13 Desember 2016.

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 14: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

menyebabkan timbul nya permasalahan seperti bertentangan dengan tujuan awal atau prinsip-

prinsip dari skema KPBU dikarenakan dengan pemberian suatu kompensasi Right to Match maka

ada suatu pemberian keuntungan kepada pihak Badan Usaha pemrakarsa proyek yang

memberikan Badan Usaha tersebut kelebihan apabila dibandingkan dengan Badan Usaha lain

peserta lelang proyek, yang apabila disalahgunakan maka dikhawatirkan dapat menyalahi

beberapa prinsip dalam skema KPBU seperti kemungkinan hilang nya unsur persaingan dalam

proses pengadaan Badan Usaha pelaksana dikarenakan dengan ada nya pemberian kompensasi

Right to Match kepada Badan Usaha pelaksana, hal tersebut dapat menimbulkan penurunan minat

Badan Usaha kompetitor untuk ikut mengajukan proposal proyek karena Badan Usaha tersebut

berpikir kemungkinan mereka untuk memenangkan lelang proyek akan menjadi lebih kecil.

Dalam pemberian kompensasi Right to Match perlu dilihat apakah dengan pemberian kompensasi

ini maka dapat menimbulkan kemungkinan ada nya pelanggaran terhadap tujuan dari skema

KPBU sehingga nilai efektifitas KPBU menjadi hilang, sebab seringkali dalam rangka

menerapkan prinsip efisiensi justru prinsip efektif nya menjadi terlanggar. Seringkali dikarenakan

prinsip efisien berkaitan dengan pendanaan proyek maka disalahartikan sebagai suatu

pengurangan pembiayaan seminimal mungkin untuk memperoleh suatu hasil tertentu yang

menguntungkan bagi Badan Usaha sebagai pelaksana proyek, maka dari itu disinilah seringkali

prinsip efektif terlanggar, dikarenakan apa yang dianggap sebagai pengurangan biaya untuk

memperoleh hasil tertentu yang menguntungkan tersebut dapat bertentangan dengan apa yang

dianggap menguntungkan bagi masyarakat selaku pengguna infrastruktur. Apabila ini terjadi

maka dapat dikatakan bahwa permasalahan yang ada dalam proyek KPBU berkaitan dengan

prinsip efisien dan efektif nya adalah seringkali dalam pemenuhan prinsip efisien, prinsip efektif

menjadi tidak terpenuhi. Pihak Badan Usaha pelaksana sebagai pihak yang menjalankan proyek

rentan untuk melanggar prinsip efektif demi tercapai nya prinsip efisien, hal ini dilatarbelakangi

oleh motif yang melatarbelakangi keputusan masing-masing, dimana Pihak Badan Usaha

cenderung untuk selalu mencari keuntungan sebanyak-banyak nya dari layanan dan produk yang

diberikan kepada publik sehingga tujuan yang dicari adalah laba maksimum, sementara

Pemerintah cenderung untuk melakukan tindakan didasarkan sebagai wujud pertanggung

jawaban kepada masyarakat sehingga tujuan yang dicari adalah ketersediaan pelayanan publik

yang berkualitas.22 Proyek infrastruktur KPBU ini harus dibangun sesuai dengan kebutuhan

                                                                                                                         22 Indonesia Infrastructure Guarantee Fund, Optimisme KPS di Indonesia, (Jakarta: Indonesia

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 15: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

masyarakat sebagai pengguna infrastruktur dengan cara yang paling efektif dengan penggunaan

dana yang efisien.23 Penerapan prinsip efisien dalam skema KPBU dapat membantu meringankan

tekanan kepada pengeluaran dana publik dan defisit sekaligus berkontribusi dalam pembangunan

ekonomi yang lebih stabil dan meningkatkan transparansi terkait pengeluaran dana publik, hal ini

dapat dilakukan dengan cara meningkatkan Value for Money.24 Value for Money dapat digunakan

sebagai standar apakah prinsip efisien telah diterapkan dengan baik atau tidak.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul dalam proyek Kerjasama

Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU) maupun di dalam pemberian kompensasi berupa Right

to Match, diketahui bahwa kunci dari keberhasilan proyek KPBU bergantung kepada hal-hal

sebagai berikut:

i. Komitmen

Keberhasilan proyek KPBU bergantung kepada bagaimana setiap pihak dapat

memberikan dukungan penuh mulai dari masa-masa persiapan hingga pelelangan

dan pengawasan operasional operasional. Berkaitan dengan komitmen terdapat 3

(tiga) hal yang dapat menjadi pembelajaran berharga di dalam KPBU:

a. Visi yang jelas mengenai peran KPBU di dalam pembangunan infrastruktur

b. Kualitas proyek KPBU yang baik

c. Persepsi positif mengenai KPBU dari semua pihak terkait;

ii. Pengelolaan KPBU Yang Efektif

Pemerintah sebagai penanggung jawab proyek memiliki peran besar dalam

menentukan arah kebijakan serta regulasi yang mendukung skema KPBU mulai dari

persiapan hingga pelelangan. Pihak Badan Usaha juga dapat tertarik untuk

mengikuti lelang KPBU jika skema KPBU dapat berjalan dengan lancar dan penuh

dengan kepastian. Terdapat 3 (tiga) hal yang dapat menjadi kunci dari pengelolaan

KPBU yang efektif, yaitu:

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         Infrastructure Guarantee Fund, 2013), hlm. 40.

23 GHD Pty Ltd, Policy Brief Unsolicited Proposals Final Draft as of September 20, 2012 (Canberra: GHD Pty Ltd, 2012), hlm. 13.

24 PriceWaterhouse Coopers, Delivering the PPP promise A review of PPP issues and activity, hlm. 6.

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 16: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

a. Kerangka hukum yang kuat terkait KPBU

b. Standarisasi model KPBU dengan tolak ukur yang jelas

c. Efektifitas dan kapasitas institusi Pemerintah;

iii. Eksekusi Yang Baik

Sistem perencanaan dalam persiapan proyek harus dibuat dengan baik. Salah satu

nya Studi Kelayakan, dimana Studi Kelayakan menggambarkan model bisnis yang

ditawarkan oleh Badan Usaha menjadi penting. Studi Kelayakan sebaiknya dibuat

dengan baik dan mencakup seluruh aspek terkait implementasi proyek mulai dari

pra-konstruksi, konstruksi, hingga masa operasional. PJPK perlu untuk memiliki

Sumber Daya Manusia yang baik untuk menjadi tim pelelangan KPBU, sehingga

proses lelang KPBU memiliki struktur pengerjaan serta implementasi yang baik dan

transparan. Terdapat 3 (tiga) hal yang dapat menjadi pembelajaran penting dari sisi

eksekusi yang baik, yaitu:

a. Rencana bisnis yang kuat, menarik, dan alokasi risiko yang jelas

b. Proses lelang yang jelas dan transparan

c. Kontrol yang efektif dan ada nya proses umpan balik.25

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan bab-bab sebagaimana dipaparkan sebelumnya maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Proyek penyediaan infrastruktur yang diprakarsai oleh Badan Usaha atau disebut

juga sebagai Unsolicited Project merupakan proyek yang diajukan oleh Badan

Usaha dan bukan berasal dari Rencana Induk Pemerintah, yang berisi ide-ide dan

inovasi dari Badan Usaha kepada Pemerintah untuk mengatasi permasalahan-

permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur. Badan Usaha

                                                                                                                         25 PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), Panduan Penyelenggaraan Kerjasama Pemerintah-

Swasta (KPS) Dalam Penyediaan Infrastruktur, hlm. 34.

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 17: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

pemrakarsa yang mengajukan proposal Unsolicited Project akan diberikan beberapa

pilihan kompensasi dalam bentuk pemberian poin bonus, hak untuk menyamai

penawaran terbaik (Right to Match), dan pembelian konsep proyek dari Badan

Usaha pemrakarsa. Pemberian kompensasi Right to Match disini memberikan hak

kepada Badan Usaha pemrakarsa untuk menyamai penawaran yang diberikan Badan

Usaha kompetitor peserta pelelangan pengadaan Badan Usaha pelaksana proyek

apabila penawaran tersebut dinilai lebih baik dari penawaran Badan Usaha

pemrakasa.

2. Hak Untuk Menyamai Penawaran (Right to Match) diatur sebagai salah satu bentuk

kompensasi yang diberikan kepada Badan Usaha pemrakarsa di dalam proyek

dengan prakarsa Badan Usaha (Unsolicited Project). Right to Match pertama kali

diperkenalkan di dalam Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama

Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, dimana

sebelumnya Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tidak mengatur mengenai

pemberian kompensasi dalam bentuk Right to Match. Right to Match ini diatur lagi

di dalam Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan

Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Saat ini Peraturan Presiden Nomor

38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam

Penyediaan Infrastruktur kembali mengatur mengenai kompensasi dalam bentuk

Right to Match.

3. Permasalahan-permasalahan yang umum nya timbul dalam penyelenggaraan

penyediaan infrastruktur dengan skema KPBU adalah risiko-risiko yang mungkin

timbul di dalam proyek KPBU, manajemen asset infrastruktur untuk jangka

panjang, lambat nya pembebasan tanah untuk proyek KPBU, dan minat Badan

Usaha yang rendah untuk terlibat di dalam proyek KPBU. Sedangkan permasalahan

yang umum nya timbul dalam pemberian kompensasi Right to Match adalah

berkaitan dengan efektifitas dan efisiensi proyek KPBU serta peningkatan dominasi

peran Badan Usaha. Peningkatan dominasi peran Badan Usaha ini dikarenakan

pemberian kompensasi Right to Match dikhawatirkan dapat menurunkan minat

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 18: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

Badan Usaha lain untuk ikut mengajukan penawaran di dalam Pelelangan karena

beranggapan bahwa mereka tidak memiliki peluang untuk menang dalam

Pelelangan karena Badan Usaha pemrakarsa telah memiliki kompensasi Right to

Match tersebut. Selain itu penulis menyimpulkan bahwa permasalahan yang ada

dalam Unsolicited Project yang termasuk didalamnya pemberian kompensasi Right

to Match adalah dalam rangka penerapan prinsip efisien terkadang prinsip efektif

menjadi tidak terpenuhi.

Saran

Penulis memberikan saran-saran yang dapat dilakukan untuk meminimalisir permasalahan-

permasalahan yang mungkin timbul dalam proyek KPBU dan pemberian kompensasi berupa

Right to Match sebagai berikut:

1. Pembagian tanggung jawab risiko di dalam proyek KPBU harus dilakukan dengan

mempertimbangkan pemberian tanggung jawab kepada pihak yang di anggap paling

bisa mengelola risiko tersebut, hal ini ditujukan agar proyek KPBU dapat tetap

berjalan dengan baik walaupun risiko tersebut benar-benar terjadi, dan penerapan

prinsip efektif dan efisien dapat tercapai.

2. Agar prinsip efektif dan efisien dapat tercapai maka Pemerintah perlu memastikan

bahwa suasana persaingan yang kompetitif tetap ada agar Badan Usaha peserta

lelang dapat memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan untuk tercapainya tujuan dari

skema KPBU dalam rangka penyediaan layanan publik yang menguntungkan bagi

setiap lapisan masyarakat.

3. Dalam proyek dengan skema KPBU diperlukan suatu kejelasan prosedur dan

transparansi untuk menghindari permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul

dalam proyek dengan skema KPBU. Selain itu perlu dipastikan juga bahwa calon

Badan Usaha Pelaksana baik itu Badan Usaha pemrakarsa atau bukan memiliki

keahlian yang dibutuhkan sesuai dengan proyek KPBU.

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 19: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

Kepustakaan

Peraturan

Indonesia. Peraturan Presiden tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam

Penyediaan Infrastruktur. Perpres No. 38 Tahun 2015.

Buku

Delmon, Jeffrey. (2011). Public Private Partnership Projects in Infrastructure An Essential

Guide for Policy Makers. New York: Cambridge University Press.

Hodges, John T dan Georgina Dellaca. (2006). Unsolicited Infrastructure Proposal: How Some

Countries Introduce Competition and Transparancy An International Experience Review.

Washington: PPIAF.

Turley, Laura. (2015). Unsolicited Proposals in Infrastructure Procurement: A growing reality

for governments requiring robust management frameworks. Canada: The International

Institute for Sustainable Development.

International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank. et al. (2014). Public-

Private Partnerships Reference Guide Version 2.0. Washington: World Bank.

Asian Development Bank. (2006). Public-Private Partnership Handbook. Manila: Asian

Development Bank.

Indonesia Infrastructure Guarantee Fund. (2013). Optimisme KPS di Indonesia. Jakarta:

Indonesia Infrastructure Guarantee Fund.

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). (2014). Panduan Penyelenggaraan Kerjasama

Pemerintah-Swasta (KPS) Dalam Penyediaan Infrastruktur. Jakarta: PT Sarana Multi

Infrastruktur (Persero).

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017

Page 20: Hak Untuk Menyamai Penawaran Terbaik (Right to Match ...

GHD Pty Ltd. (2012). Policy Brief Unsolicited Proposals Final Draft as of September 20, 2012.

Canberra: GHD Pty Ltd.

PriceWaterhouse Coopers. (2005). Delivering the PPP promise A review of PPP issues and

activity. London: PriceWaterhouseCoopers.

Majalah

Melia, Trias. (April 2015). “Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Percepatan

Penyediaan Infrastruktur,” Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian – Republik

Indonesia Tinjauan Ekonomi & Keuangan, hlm. 15.

Internet

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. “Kementerian PUPR

Mendorong KPBU Dalam Penyediaan Infrastruktur”

http://www.pu.go.id/berita/10800/Kementerian-PUPR-Mendorong-KPBU-Dalam-

Penyediaan-Infrastruktur. Diakses 13 Desember 2016.

Centre For Strategic And International Studies Economic Research Institute for ASEAN and East

Asia. “Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Pembangunan Infrastruktur di Indonesia”

http://eternitycctv.com/csis/wp-content/uploads/2016/09/HLN-ID-Pembangunan-

Infrastruktur.pdf. Diakses 16 Desember 2016.

EY Building A Better Working World. “Swiss Challenge Procurement”

http://www.dif.mp.gov.in/ppp/pppgis2014/GIS_Swiss_Challenge_EY.pdf. Diakses 30

Oktober 2016

I.A.S, Vivek Anggarwal. “Global Investor Summit 2014 PPP Under Swiss Challenge Method”

http://www.dif.mp.gov.in/ppp/pppgis2014/GIS_Swiss_Challenge_DIF.pdf. Diakses 31

Oktober 2016.

AntaraNews.com. “Menko Sofyan: Perpres KPS Jamin Konsistensi Kebijakan”

http://www.antaranews.com/berita/479593/menko-sofyan-perpres-kps-jamin-konsistensi-

kebijakan. Diakses 27 Agustus 2016.

Hak untuk ..., Deystia Ayesha Rae, FH UI, 2017