Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan...

28
MODUL PERKULIAHAN Judul : Business Ethics and Corporate Governance 06 Shareholder and the markets for corporate control Fakultas Program Studi Tatap Muka/Maya Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Magister Manajemen 11 35040 Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Abstract Kompetensi Pada hakekatnya, tanggung jawab pemegang saham sebatas pada jumlah nilai saham yang disetornya. Dia akan Setelah mempelajari topik ini diharapkan

Transcript of Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan...

Page 1: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

Fakultas Program Studi Tatap Muka/Maya Kode MK Disusun Oleh

Ekonomi dan Bisnis Magister Manajemen 11 35040 Dr. Tri Mardjoko, SE, MA

Abstract KompetensiPada hakekatnya, tanggung jawab pemegang saham sebatas pada jumlah nilai saham yang disetornya. Dia akan bertanggung jawab secara pribadi bila memenuhi salah satu kondisi: melakukan satu atau lebih hal yang mengakibatkan terjadinya pengungkapan tabir perusahaan tentang Perseroan Terbatas atau menjadi penanggung pribadi berdasarkan perjanjian penanggungan pribadi sehubungan dengan transaksi pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada perusahaan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kredit atau pinjaman tertentu.Bila dia diwajibkan untuk membayar, maka pemegang saham yang bersangkutan wajib

Setelah mempelajari topik ini diharapkan mahasiswa dapat memahami bagaimana penjelasan tentang pemegang saham perusahaan dengan hak dan kewajibannya terhadap para stakeholdernya.

MODUL PERKULIAHAN

Judul : Business Ethics and Corporate Governance

06Shareholder and the markets for corporate control

Page 2: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

membayar lunas seluruh dan setiap hutang yang harus dibayar oleh perusahaan.

Pembahasan:

PEMEGANG SAHAM DAN KEPEMILIKAN PERUSAHAAN

Pemegang saham (bahasa Inggris: shareholder atau stockholder), adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka

Pemegang saham diberikan hak khusus tergantung dari jenis saham, termasuk hak untuk memberikan suara (biasanya satu suara per saham yang dimiliki) dalam hal seperti pemilihan dewan direksi, hak untuk pembagian dari pendapatan perusahaan, hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan hak terhadap aset perusahaan pada saat likuidasi perusahaan. Namun, hak pemegang saham terhadap aset perusahaan berada di bawah hak kreditor perusahaan. Ini berarti bahwa pemegang saham biasanya tidak menerima apa pun bila suatu perusahaan yang dilikuidasi setelah kebangkrutan (bila perusahaan tersebut memiliki lebih untuk membayar kreditornya, maka perusahaan tersebut tidak akan bangkrut), meskipun sebuah saham dapat memiliki harga setelah kebangkrutan bila ada kemungkinan bahwa hutang perusahaan akan direstrukturisasi.

Pada hakekatnya, tanggung jawab pemegang saham sebatas pada jumlah nilai saham yang disetornya. Dia akan bertanggung jawab secara pribadi (tidak terbatas) bila memenuhi salah satu kondisi: a. melakukan satu atau lebih hal yang mengakibatkan terjadinya pengungkapan tabir

perusahaan (piercing corporate veil; lihat Pasal 3 Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas); atau

b. menjadi penanggung pribadi (personal guarantor) berdasarkan perjanjian penanggungan pribadi sehubungan dengan transaksi pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada perusahaan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kredit atau pinjaman tertentu.

 Bila dia diwajibkan untuk membayar, maka pemegang saham yang bersangkutan wajib membayar lunas seluruh dan setiap hutang yang harus dibayar oleh perusahaan. Bila ada pemegang saham lain yang mempunyai kewajiban yang sama, maka pelaksanaan kewajiban pembayaran tersebut dilakukan secara tanggung renteng di antara para pemegang saham tersebut. Pihak kreditor sebagai pihak ketiga hanya berkepentingan dalam hal hutangnya lunas (dibayar), sedangkan urusan internal sehubungan dengan pertanggung jawaban secara tanggung renteng itu sewajarnya hanya menjadi urusan di antara para pemegang saham pada perusahaan yang bersangkutan. 

Page 3: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

Kewajiban pembayaran oleh pemegang saham yang dimaksud di atas dapat timbul dari titik atau sudut pandang yang berlainan, yaitu dari salah satu dari kondisi butir (a) dan (b) di atas, atau bahkan keduanya. Dalam hal butir (a), pendekatan (baca: sudut pandang) yang dilakukan adalah pertanggung jawaban dilihat dari sisi ketentuan hukum perusahaan. Sedangkan, dalam hal butir (b), pendekatan yang kedua adalah pertanggung jawaban yang dilihat dari sisi struktur transaksi pemberian fasilitas kredit. Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa setiap dari kedua pendekatan tersebut tidak ada yang paling benar, karena hanya merupakan pendekatan dalam melakukan analisa apakah pemegang saham dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara pribadi. Jadi, kondisi dimana/bila pemegang saham harus atau dapat bertanggung jawab secara pribadi tersebut lah yang harus lebih diperhatikan daripada sejauh mana kewajiban dia itu dapat dimintakan.

Hak dan Kewajiban Pemegang Saham

Kecuali dibatasi atau ditetapkan dalam akte pendirian perseroan atau oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku, setiap jenis saham memberikan hak-hak dasar kepada para pemiliknya sebagai berikut:

1. Hak untuk ikut serta dalam pengelolaan perusahaan. Termasuk memilih anggota direksi dengan hak suara yang proporsional dengan hak kepemilikan sahamnya di dalam perusahaan, dan hak untuk memperoleh laporan keuangan perusahaan dan menentukan kebijakan-kebijakan strategis perusahaan.

2. Hak untuk mendapatkan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dibagikan oleh perusahaan.

3. Hak untuk mendapatkan pembagian aktiva bersih perusahaan. Meliputi hak untuk membagi dividen dan hak memperoleh pembayaran kembali atas penyertaan modalnya apabila perusahaan harus dibubarkan atau dilikuidasi.

4. Hak untuk mengubah akte pendirian, anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan. Meliputi hak untuk memberikan persetujuan atas perubahan-perubahan akte pendirian, anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan, dan hak untuk mempertahankan rasio kepemilikan sahamnya diperusahaan.

5. Hak untuk dapat mempertahankan jumlah relative saham yang dimiliki melalui pembelian saham-saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan yang disebut preemptive right. Yang memungkinkan seorang pemegang saham untuk membeli sejumlah saham tambahan dalam hal perusahaan melakukan emisi atau menerbitkan saham baru. Sebagai akibatnya, rasio kepemilikan saham tidak bisa dikurangi sebagai akibat dari penerbitan saham-saham baru yang dilakukan oleh perusahaan, kecuali pemegang saham tidak menggunakan haknya untuk membeli saham baru

Tidak setiap pemegang saham memperoleh hak-hak dasar sebagaimana dikemukakan diatas. Sebagai contoh, preemptive right seringkali sudah dieliminasi melalui perubahan akta pendirian, anggaran dasar dan rumah tangga perusahaan. Disamping itu, memang sengaja tidak setiap pemegang saham diberikan hak-hak yang sama. Banyak perusahaan besar menerbitkan beberapa jenis sekuritas saham, dengan karakteristik dan hak-hak yang berbeda (hak suara dalam rapat umum pemegang saham, hak prioritas untuk memperolah pembayaran dividen, hak atas jumlah minimum dividen).

Page 4: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

Sedangkan, untuk kewajiban dari pemegang saham itu sendiri adalah sebagai berikut :

Peraturan mengenai Perseroan Terbatas diatur didalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU PT”). Di dalam UU PT mengatur mengenai tanggung jawab pemegang saham dalam Perseroan Terbatas.

Menurut Pasal 3 ayat (1) UU PT, pemegang saham Perseroan Terbatas (“Perseroan”) tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Ketentuan di dalam pasal ini mempertegas ciri dari Perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.

Namun, masih ada kemungkinan pemegang saham harus bertanggung jawab hingga menyangkut kekayaan pribadinya  berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UU PT  yang menyatakan bahwa ketentuan di dalam Pasal 3 ayat (1) tidak berlaku apabila:

1. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;2. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk

memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;3. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan

oleh Perseroan; atau4. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan

hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.

Selain itu berkaitan dengan masalah likuidasi, menurut Pasal 150 ayat (5) UU PT pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil likuidasi secara proporsional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan. Kewajiban untuk mengembalikan sisa kekayaan hasil likuidasi tersebut wajib dilakukan oleh pemegang saham apabila dalam hal sisa kekayaan hasil likuidasi telah dibagikan kepada pemegang saham dan terdapat tagihan kreditor yang belum

UUPT 2007 Pertegas Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris

Tugas serta tanggung jawab direksi dan komisaris perseroan dipertegas dalam UU PT yang baru. Dalam UU itu juga diperkenalkan adanya komisaris utusan.

Hati-hati bila Anda menjabat direktur atau komisaris di suatu perusahaan. Pasalnya, Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) mengatur lebih tegas tentang tanggung jawab keduanya. Bahkan UU itu memungkinkan direksi maupun komisaris untuk digugat ke pengadilan oleh pemegang saham, bila keduanya terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Setidaknya, Anda bisa membaca klausulnya dalam tabel di bawah.

Sebenarnya, ketentuan tentang tanggung jawab direksi dan komisaris yang ada dalam UU No. 40/2007, tak jauh beda dengan UU PT yang lama (UU No. 1/1995). Namun, dalam UU PT yang baru ini, tanggung jawab itu dipertegas dan disempurnakan. Tujuannya supaya direksi dan komisaris itu tidak main-main dalam menjalankan usahanya, cetus Ratnawati W Prasodjo, Ketua Tim Perumus UU PT Dephukham, usai

Page 5: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

menjadi pembicara dalam Seminar UU PT bertajuk Menyongsong Berlakunya UU 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Seperti diketahui, lebih dari 13 klausul dalam UU No. 40/2007 yang mengatur tentang tanggung jawab direksi dan komisaris. Menurut Ratna � panggilan akrab Ratnawati W Prasodjo � walaupun mengatur tanggung jawab secara tegas, namun masih ada pasal lain yang memberi ruang gerak bagi direksi dan komisaris untuk membela diri. Salah satunya diatur dalam Pasal 97.

UU No. 40/2007

Pasal 97

Ayat (3) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Ayat (4) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.

Ayat (6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan.

Pasal 114

Ayat (3) Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Ayat (6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke pengadilan negeri.

Dalam pasal itu, lanjut Ratna, direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian perusahaan, apabila dia dapat membuktikan salah satu dari 4 hal yang dikecualikan. Pertama, kerugian yang ditimbulkan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, kedua, direksi telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Ketiga, tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian, dan keempat telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

Demikian pula dengan tanggung jawab direksi dalam hal terjadinya kepailitan di perusahaan yang dia pimpin. Wanita yang juga berprofesi sebagai Partner di Pelita Harapan Law Firm ini memaparkan, anggota direksi dapat dibebaskan dari tanggung jawab membayar seluruh kewajiban perusahaan yang diputus pailit, asalkan dia bisa membuktikan tidak bersalah dan tidak lalai dalam menjalankan roda

Page 6: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

perusahaan. Indonesia tidak seperti Anglo Saxon, dimana mereka mengenal ada direksi aktif dan pasif. Kalau di sini (Indonesia, red) semua direksi aktif, ujarnya.

UU No. 40/2007

Pasal 104

Ayat (2) Dalam hal kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.

Ayat (4) Anggota Direksi tidak bertanggungjawab atas kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila dapat membuktikan:

a. kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggungjawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan

d. telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Lantas, apakah semua anggota direksi bisa melakukan perbuatan yang mewakili perseroan? Prinsipnya demikian, jawab Ratna. Hal ini berlaku juga dengan tanggung jawabnya. Semua anggota direksi, menurutnya, bertanggung jawab dan tidak bisa saling menyalahkan bila ada kerugian perusahaan.

Lalu bagaimana dengan komisaris? Komisaris juga harus bertanggungjawab seperti halnya direksi. Pengaturan tentang tanggung jawab komisaris ini adalah hal yang baru, yang sebelumnya tidak diatur dalam UU No. 1/1995. Sama halnya dengan direksi, dalam UU No. 40/2007 dimungkinkan juga bagi komisaris untuk tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian perusahaan.

UU No. 40/2007

Pasal 114

Ayat (5) Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:

a. telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

b. tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan

c. telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

AD harus mencantumkan Komisaris Utusan

Page 7: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

Ratna menambahkan, dalam UU No. 40/2007 bahkan diperkenalkan adanya komisaris utusan. Sebenarnya, sambung dia, komisaris utusan ini sudah lama dikenal di negara lain. Menurutnya, tugas dari komisaris utusan hampir mirip dengan compliance director, yang ada dalam ranah perbankan. Nantinya, setiap perusahaan harus mengatur komisaris utusan di dalam anggaran dasar masing-masing kata Ratna.

Ide diperkenalkannya komisaris utusan ini, sambung Ratna, melalui proses hearing dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan Bank Indonesia (BI). Pada dasarnya, kata dia, BI mengakui kalau komisaris utusan tak ubahnya compliance director, asalkan UU itu mengatur tentang itu.

Senada dengan Ratna, Notaris dan PPAT senior, A Partomuan Pohan, mengemukakan, komisaris utusan seperti halnya komisaris yang lain. Bedanya, kata dia, komisaris utusan lebih rutin di kantor, sehingga dia bisa mengontrol lebih efektif. Tidak mungkin, kalau semua komisaris dari watu ke waktu selalu ada di kantor. Oleh karena itu, rapat dewan komisaris menentukan, salah satu diantara mereka untuk menjadi komisaris utusan. Tugasnya, melaksanakan fungsi dari dewan komisaris fromday to day, tuturnya panjang lebar.

Hanya saja, komisaris ini tidak bisa menindak dalam melakukan pengawasan. Sebab, menurutnya, keputusan mengenai penindakan tetap pada dewan komisaris. Menurut Partomuan, ketentuan lebih lanjut tentang komisaris utusan ini juga akan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP).

Selain komisaris utusan, dalam UU No. 40/2007 juga dimungkinkan dibentuk komite oleh dewan komisaris dalam melakukan pengawasan. Komite ini meliputi komite audit, komite remunerasi dan komite nominasi.

UU No. 40/2007

Pasal 121

Ayat (1) Dalam menjalankan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108, Dewan Komisaris dapat membentuk komite, yang anggotanya seorang atau lebih adalah anggota Dewan Komisaris.

Ayat (2) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.

Penjelasan UU No. 40/2007

Pasal 121

Ayat (1) Yang dimaksud dengan komite, antara lain komite audit, komite remunerasi, dan komite nominasi

Ginting: Kedudukan Pemegang Saham (Investor) Dalam Kepailitan Perusahaan...

Page 8: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

KEDUDUKAN PEMEGANG SAHAM(INVESTOR) DALAM KEPAILITANPERUSAHAAN GO PUBLICJamin GintingABSTRACTShareholder of company that sells its shares to public and eventually has public shareholders,popularly know as go-public company, are the last to get the benefits if theircompany is declared insolvent, that is bankrupt. This condition certainly put the saidpeople in a very weak position, whereas as investors they should enjoy more legalprotection and not the opposite.By law the Governtment Institution for Investment called Bapepam is required to providea disclosed information regulation for a go public company against which abanckruptcy is filed. This would assist the interested whether or not to join the company.This working paper concerns with the legally weak position of the shareholders. Whatlegal basis are being based on this situation and how far do the laws and regulationsgive legal guarantee and security to the investors of a go-public company.Keywords : Shareholder, go-public. Investment and bankruptcy.

PendahuluanSatu hal yang sangat ditakutkanoleh investor untuk membeli sahamperusahaan go publik atauperusahaan terbuka (FT. Tbk.) adalahlemahnya perlindungan hokum terhadap perusahaan go public jikamengalami pailit dan bahkan sampaipada keadaan dilikuidasi. Peran investorlokal maupun asing pada saatini cukup besar dalam melakukaninvestasi di perusahaan terbuka,khususnya terhadap perusahaan yangmemang diyakini dapat memberikanprospek keuntungan yang besar bagiinvestor, di sisi lain emiten dengansegala cara berusaha untuk menarikminat investor tersebut bahkanterkadang terkesan mengelabui pihakinvestor, hal ini tidak saja berupakesengajaan atau kesalahanmanajemen yang membuat emitenbangkrut, tetapi disamping itu jugamerupakan perbuatan yang direncanakan misalnya right issuedengan rasio yang hampir tidakmasuk akal dan nilai nominal yangberbeda, serta bentuk right issue lainyang jika dicermati merupakan suaturekayasa (hostile take over).Kenyataan tragis yang membuat 64bank dilikuidasi atau dibekuoperasikan (BBO) pemerintah sejakakhir 1997 hinggal 1999 dan mergerbeberapa bank pemerintah dewasaini telah membuat investor di pasarmodal menderita rugi besar. Dari 64bank itu, 11 bank diataranya adalahbank go public.1Ada 2 faktor utama penyebabterlikuidasinya bank go publictersebut, pertama, kebangkrutan yangmemang disebabkan oleh tekanankrisis ekonomi, kedua, kebangkrutanakibatkesalahanmanajemen. Keduafaktor tersebut ditambah lagi olehsikap otoritas pasar modal sepertiBapepam dan penyelenggara bursaefek yang tidak menggalakkantransparansi informasi, misalnyaketika itu ada saham bank yangharganya masih menguat seharisebelum dilikuidasi. Hal inimembuktikan bahwa kinerja bankyang sesungguhnya tidak diketahuioleh investor atau kemungkinanpenyebabnya yaitu kinerja yangdipublikasi mengandung data palsuatau memang manajemen banktidak mempublikasikan kinerjanya.Disinilah peran Bapepam selakuotoritas pasar modal untuk lebih bijakdalam mendapatkan informasi dariperusahaan yang akan dilikuidasi ataudimohonkan pailit dan menyampaikaninformasi tersebut kepada investorsecaracepat, akurat, transparan, adildan merata.Permasalahan terhadap kepailitandalam perusahaan terbuka adalahbagaimana kedudukan pemegangsaham (investor) terhadap kepailitanperusahaan go public dan upaya-upayaperlindungan terhadap pemegangsaham perusahaan go public.

Karakteristik Perusahaan Go PublicPada prinsipnya perusahaan gopublic merupakan perluasan dariperusahaan biasa (PT. Tertutup),dalam Pasal 1 butir 22 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun1995 (UUPM No. 8/1995),disebutkan sebagai berikut:

Page 9: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

"Perusahaan Publik adalah perseroanyang sahamnya telah dimiliki sekurangkurangnyaoleh 300 (tiga ratus)pemegang saham dan memiliki modaldisetor sekurang-kurangnya Rp.3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah)atau suatu jumlah pemegang sahamdan modal disetor yang ditetapkandengan peraturan pemerintah". Dalam perusahaan publik prinsipdisclosure (keterbukaan) lebihdiutama-kan, karena perusahaanpublik mernUiki/menghimpun danadarimasyarakat umum yang diperoleh daripenjualan saham/obligasi di bursaefek, sehingga untuk dapat menjadiperusahaan publik hams memperolehijin efektif dari Bapepam selakupengawas pelaksanaan pasar modaldi Indonesia dengan melalui ketentuanhukum sebagaimana diatur dalamUUPM No. 8/1995 dan keputusankeputusanKetua Bapepam yangmengatur ketentuan dan syarat-syaratuntuk menjadi perusahaan publik,berikut ini beberapa karakteristik dariperusahaan publik.a) saham dijual melalui bursa sahamsetelah mendapat ijin efektif dariBapepam.b) Jumlah dan pemegang sahamcukup banyak jumlahnya,sehingga kontrol dan sorotanmasyarakat terhadap kinerjaperusahaan semakin tinggiterutama tuntutan terhadap^jt/rnessfan fair play.c) Adanya kewajiban perusahaanuntuk membukadiri {disclosureprinciple)d) Adanya pemisahan yang tegasantara pemilik dengan manajemenperusahaane) Adanya kontrol dari Bapepa terhadap perusahaan untuksegala tindakan yang menyangkutsaham publikt) Memiliki prospektus untukkelayakan sebagai perusahaanpublik dan sebagai gambarankeadaan perusahaan.

Perusahaan publik wajib mengungkapkaninformasi penting melaluilaporan tahunannya serta laporankeuangan kepada para pemegangsaham maupun laporan-laporanlainnya kepada Bapepam, bursa efek,serta kepada masyarakat dengan carayang tepat waktu, akurat, dapatdimengerti dan obyektif.Dalam menjalankan perusahaan,RUPS (Rapat Umum PemegangSaham) merupakan organ tertinggidari perusahaan. Segala kebijakanyang diambil dalam RUPS tersebutharus disampaikan kepada parapemegang saham, Bapepam, bursaefek dan masyarakat. Para pemegangsaham di dalam perusahaan serta"orangdalam" lainnya sebagaimanadimaksud dalam penjelasan Pasal 95UUPM No. 8/1995 tidak bolehmemanfaatkan informasi orang dalamberkaitan dengan penanganan sahamsahamperusahaan untuk kepentinganpribadi yang dapat mengakibatkankerugian bagi pemegang saham lainnyadan atau perusahaan publik tersebut.Kegiatan perdagangan orang dalam inisering juga disebut sebagai kejahataninsider trading.

Karakteristik Hukum KepailitanTujuan utama dari hokum kepailitan sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang KepailitanNo. 4 Tahun 1998 (UUK No. 4/1998), sebenarnya bukanlah untukmelikuidasi perusahaan, tetapimemberikan kepastian kepadakreditur terhadap piutangnya untukdibayar. Sehingga usaha-usaha untukmendapatkan kembali piutangtersebut dapat melalui restrukturisasiperusahaan, penjadwalan hutangmaupun dengan pembagian hartadebitursetelahpailitAdapun yang dapat penulisketengahkan dari ciri dan karakteristikhukum kepailitan adalah sebagaiberikut:a) Hukum kepailitan bertujuanuntuk meningkatkan asset hartapailit, dan memberikan kepastianhukum terhadap pembagian hartapailit yang adil berdasarkanproritas kreditur.b) Menghindari tindakan-tindakandebitur mengalihkan asset/hartapailit, baik untuk kepentingankreditur tertentu ataupun olehkepentingan pihak ketiga.

Page 10: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

c) Dalam pengurusan harta pailitdiangkat seorang curator bersamaan dengan putusan pailityang bertugas sebagai pengurusdan pemberes harta yang dalamtindakannya diawasi oleh hakimpengawas.d) Putusan pailit hanya dapatdiajukan minimum oleh 2 orangkreditur atau lebih yangpiutangnya telah jatuh waktu(tempo) dan dapat ditagih tetapitidak dibayar oleh debitur.e) Pemohon pailit berdasarkanPasal 1 UUK No. 4/1998, dapatberupa perorangan, badanhukum, kejaksaan untukkepentingan umum, Bank Indonesiauntuk debitur yangmerupakan bank dan Bapepamuntuk debitur yang merupakanperusahaan efek.Status Perusahaan Go PublicSetelah Putusan PailitSeperti layaknya perusahaantertutup, setelah putusan pernyataanpailit diputuskan, perusahaan public kehilangan hak kepengurusan danpenguasaan kekayaan sejak haridiucapkannya pernyataan pailit olehhakim (Pasal 22 UUK No. 4/1998),segala pengurusan dan ataupemberesan harta perusahaan public diberikan kepada kurator (Pasal 12ayat 1 UU Kepailitan) yang diangkatbersamaan dengan putusan pailitberdasarkan Pasal 13 ayat 1 b UUKNo. 4/1998)Direksi perusahaan publik sebagaipelaksana kegiatan perusahaan hanyadapat bekerjajika diminta oleh curator dan tidak mempunyai kewenanganmewakili perusahaan baik di dalammaupun di luar pengadilan, sehinggasegala gugatan hukum berkenaandengan hak dan kewajiban harta pailitperusahaan publik tersebut diajukanoleh atau terhadap kurator. Direksiperusahaan publik juga dapat dicekal(terjadi karena hukum) tetapi hal initidak berlaku bagi komisaris danpemegang saham publik hanyadiwajibkan pelaporan saja, kecualiada indikasi melakukan tindakanhukum seperti yang dimaksud dalamprinsip Piercing Corporate Veil danUltra Vires yang akan dibahas dalamsub bab pertanggungan jawabpemegang saham.

a. Pengurusan oleh Kurator dan Peran BapepamPeran kurator dalam pengurusansangat besar terhadap harta pailit,dapat dikatakan bahwa curator merupakan general manager baruuntuk seluruh kegiatan perusahaanmulai dari putusan pailit sampaidengan rehabilitasi terhadap debiturbahkan kewenangan tersebut terasasangat berlebihan karena dalamsegala tindakannya terhadap hartapailit perusahaan, kurator tidakdiharuskan memperoleh persetujuandan atau menyampaikan pemberitahuanterlebih dahulu kepadahakim pengawas yang diberikankewenangan untuk mengawasitindakan-tindakan kurator, tetapiuntuk tindakan tertentu perlumendapat persetujuan dari hakimpengawas4 seperti: 1) tindakan untukmengalihkan harta pailit sebelumputusan pailit; 2) menjaminkan hartapailit; 3) menghadap di mukapengadilan; dan 4) melanjutkan usahadebitur sebelum verifikasi dan lainsebagainya.Pengurusan dan pemberesanharta pailit terhadap perusahaanpublik samadengan perusahaan biasa,seluruhnya diberikan kepada curator sebagai pengurus dan pemberes hartapailit. Hanya saja dalam praktek,kurator harus bekerja sama denganpengelola perdagangan bursa efekdan Bapepam.Satu hal yang menurut penulisharus dibedakan dari pengurusan danpemberesan harta palit perusahaanpublik ialah peran Bapepam terhadapkelangsungan perusahaan publik yangpailit, peran Bapepam sebagaipelindung dari investor (pemegangsaham perusahaan go public)seharusnya tidak hanya membuatperaturan pada saat perusahaan akanmelakukan go public saja tetapi jugaharus memikirkan nasib investorapabila perusahaan publik mengalamikepailitan, selain kurator dan hakimpengawas yang mengawasi pelaksanaanpemberesan dan atau pengurusanharta pailit, dalam perusahaan publik,Bapepam juga harus dilibatkansebagai lembaga pengawas terhadaptindakan kurator karena pemegangsaham publik merupakan bagian

Page 11: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

darikreditur perusahaan publik yangmempunyai kepentingan terhadapharta pailit. Pada saat ini peranBapepam yang ada hanya pelaporandari emiten jika dimohonkan pailityang diatur dalam Keputusan KetuaBapepam Nomor : Kep-46/PM/1998, Nomor : X.K.5, tentangKeterbukaan Informasi bagi emitenatau perusahaan publik yangdimohonkan pernyataan pailit, yangmenyebutkan sebagai berikut5 :1) Emiten atau Perusahaan Publikyang gagal atau tidak mampumenghindari kegagalan untukmembayar kewajibannyaterhadap pemberi pinjaman yangtidak terafdiasi, maka Emiten atauPerusahaan Publik wajibmenyampaikan laporan mengenaihal tersebut kepada Bapepamdan Bursa Efek dimana EfekEmiten atau Perusahaan Publiktercatat secepat mungkin, palinglambat akhir hari kerja ke-2(kedua) sejak Emiten atauPerusahaan Publik mengalamikegagalan atau mengetahuiketidakmampuan menghindarikegagalan dimaksud.2) Laporan sebagaimana dimaksuddalam angka 1 wajib memuatantara lain rincian mengenaipinjaman termasuk jumlah pokokdan bunga, jangka waktupinjaman, nama pemberipinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindarikegagalan.3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan kePengadilan untuk dimohonkanpernyataan pailit, maka Emitenatau Perusahaan Publik wajibmenyampaikan laporan mengenaihal tersebut kepada Bapepamdan Bursa Efek dimana EfekEmiten atau Perusahaan Publiktercatat secepat mungkin, palinglambat akhir hari kerja ke-2(kedua) sejak Emiten atauPerusahaan Publik mengetahuiadanya permohonan pernyataanpailit dimaksud.4) Laporan sebagaimana dimaksuddalam angka 3 wajib memuatantara lain nama pemberipinjaman yang mengajukanpailit, ringkasan permohonanpernyataan pailit dan jumlahpinjaman lainnya.5) Pihak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 85 UUPM No. 8/1995, tentang Pasar Modal yangmengajukan permohonanpernyataan pailit kepadaPengadilan terhadap Emiten atauPerusahaan Publik Wajibmenyampaikan laporan kepadaBapepam dan Bursa Efekdimana Efek Emiten atauPerusahaan Publik tercatatmengenai hal tersebut secepatmungkin, paling lambat akhirhari ke-2 (kedua) pengajuanpermohonan pernyataan pailit.6) Laporan sebagaimanadimaksuddalam peraturan ini merupakandokumen publik yang tersediabagi masyarakat di PusatReferensi Pasar Modal sesuaidengan Peraturan Nomor II. A.2tentang Prosedur PenyediaanDokumen bagi Masyarakat diPusat Referensi Pasar Modal.7) Bursa Efek wajib mengumumkaninformasi sebagaimanadimaksud dalam peraturan ini diBursa Efek pada hari yang samadengan diterimanya informasitersebut oleh Bursa efek.Dari Keputusan Ketua Bapepamtersebut jelas bahwa proseskepailitan dalam perusahaan publikcukup penting terlebih informasiyang diberikan, karena sangatberpengaruh terhadap saham-sahampublik terlebih terhadap investoryang menanamkan sahamnya diperusahaan yang dimohon pailittersebut. Sehingga Bapepam hamsmendapat informasi secepat mungkinterhadap per-usahaan publik yangdimohonkan pailit guna kepentinganpemegang saham publik.

b. Pembagian harta pailitPada prinsipnya segala kebendaansi berhutang (debitur), baikyang bergerak maupun yang takbergerak, baik yang sudah adamaupun yang baru akan adadikemudian hari, menjadi tanggunganuntuk segala perikatannya perseorangandan kebendaan tersebutmenjadi jaminan bersama-sama bagisemua orang yang mengutangkanpadanya; pendapatan penjualanbenda-benda itu dibagi-bagi menurutkeseimbangan, yaitu menurut besarkecilnya piutang masing-masing,kecuali apabila diantara paraberpiutang itu ada alasan-alasanyang sah untuk

Page 12: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

didahulukan.6Adapun hirarki dari para krediturberdasarkan keseimbangan pembagian harta pailit adalah:

1)Kreditur Preference, yaitu krediturpemegang hak tangungan dan hakgadai, yang dapat bertindak sendiri.Kreditur golongan ini dapat menjualsendiri barang-barang yang menjadijaminan, seolah-olah tidak adakepailitan; 2) Kreditur istimewa,yaitu kreditur yang karena sifatpiutangnya mempunyai kedudukanistimewa dan mendapat hak untukmemperoleh pelunasan lebih dahuludari penjualan harta pailit; dan 3)Kreditur Konkuren, pelunasan tagihan-tagihan yang diambil dari hartapailit setelah dikurangi denganpelunasan untuk kreditur preferencedan kreditur istimewa, dibagi menurutpertimbangan besarkecilnyapiutangmereka.Bagaimana dengan para pemegangsaham publik (investor)?para pemegang saham publikmerupakan kreditur yang termasukdalam kreditur bersaing (konkuren),merupakan kreditur yang mendapatbagian terakhir terhadap harta pailitseadainya ada deviden dari sahamtersebut yang belum dibayar kepadapara pemegang saham publik makapemegang saham hanya bisamenunggu sisadari harta pailit yangmasih ada. Inilah kelemahan daripemegang saham publik yang memilikirisiko besar terhadap saham yangdimilikinya, sehingga sebelummembeli saham publik, investor haruslebih berhati-hati dalam melakukanpilihan investasi dan peran Bapepamsebagai pengawas pasar modal.

c. Pertanggungan jawab pemegangsahamPada dasarnya setiap pemegangsaham hanya bertanggung jawabsebatas saham yang dimilikinya ataskerugian perseroan (Pasal 3 ayat 1UU PT No. 1/1995) tetapi ada suatuparadigma baru dalam UU PT No. 1Tahun 1995 yang menganut prinsipPiercing Corporate Veil yang dalambahasa Indonesia disebut sebagaimenyingkap tabir atau cadarperseroan8. Pertanggungan jawabterbatas tersebut tidaklah mutlak,dalam keadaan tertentu tanggungjawab terbatas tersebut tidak berlakukarena ada pengecualiannya. Hal inidapat kita lihat dalam Pasal 3 ayat 2yang berbunyi sebagai berikut:"(2) Ketentuan sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) tidak berlaku apabila:a. persyaratan perseroan sebagaibadan hukum belum atau tidakterpenuhi.b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidaklangsung dengan itikad burukmemanfaatkan perseroan sematamatauntuk kepentingan pribadi.c. pemegang saham yang bersangkutanterlibat dalamperbuatan melawan hukum yangdilakukan oleh perseroan; ataud. Pemegang saham yang bersangkutanbaik langsung maupuntidak langsung secara melawanhukum menggunakan kekayaanperseroan menjadi tidak cukupuntuk melunasi utang perseroan"Dengan demikian terlihat bahwapemegang saham dapat dimintakanpertanggung jawabannya secarapribadi terhadap harta-harta yangdimilikinya, jika terbukti telahmemenuhi kriteriayang terdapat dalamPasal 3 ayat 2 UUPT tersebut di atas.Bagaimana dengan para pemegang jawaban pemegang saham tersebutsaham publik, peraturan pertanggung-juga berlaku pada kegiatanperusahaan yang melakukan akti vitasdi pasar modal karena ketentuandalam pasar modal belum mengaturmengenai ketentuan ini, hal iniberdasarkan apsal 127 UU PT No. 1Tahun 1995.Ada perbedaan dengan perusahaantertutup yaitu pemegang saham dalamperusahaan publik dapat kita bagimenjadi 2 bagian:a) pemegang saham perusahaanpublik yang turut menentukanarah kebijaksanaan perusahaan.(saham pengendali)b) pemegang saham publik yangtidak turut serta dalam menjalankankebijaksanaan perusahaan.(saham biasa)Pemegang saham publik yang

Page 13: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

tidak turut serta dalam menjalankanperusahaan biasanyamembeli sahamperusahaan publik ini pada pasarperdana (primary market) dan pasarsekunder (secondary market)dimana saham-saham tersebut hanyadijual sebagian kecil saja9, sehinggapara pemegang saham publik yangdiperoleh dari kedua pasar tersebuttidak terpengaruh dalam kebijaksanaanperusahaan, sehingga kemungkinanuntuk melakukan tindakan yangdimaksud dalam Pasal 3 ayat 2 UUPT. No. 1 Tahun 1995 sangat kecildan seandainya juga ada kolaborasidi antara para pemegang sahamtersebut untuk mempengaruhikebijaksanaan perusahaan public tersebut pemegang saham ini tidakmempunyai hak untuk menentukankebijakan dalam perusahaan public tersebut.Umumnya para pendiri suatuperseroan tidak ingin perusahaannyadikendalikan oleh orang lain denganpenjualan saham di atas dari separuhjumlah sahamnya yang dijual di pasarperdana maupun sekunder. Pemegangsaham yang menentukan kebijaksanaanperusahaan adalah pemegangsaham yang memperoleh saham daripendirian perseroan dan pada saatakan dilakukan go public pemegangsaham ini mendapat perlakuanistimewa dari penerbitan sahamsaham(right issue) yang disebutsebagai preemptive rights. Parapemegang saham inilah yangmenentukan arah dan kebijaksanaanperusahaan sehingga para pemegangsaham ini umumnya bertindak sebagaiDireksi dan Komisaris. Dalam hal inimaka berdasarkan Pasal 3 ayat 2 UUPT. No. 1 Tahun 1995, pemegangsaham ini dapat dimintakanpertanggungjawaban secara pribaditerhadap segala tindakannya yangtermasuk dalam ketentuan pasaltersebut. Bahkan dalam Pasal 45KUHD10 menyebutkan sebagaiberikut:"Tanggung jawab para pengurusadalah tak lebih daripada untukmenunaikan tugas yang diberikankepada mereka dengan sebaikbaiknya;mereka pun karena segalaperikatan dari perseroan, dengan dirisendiri tidak terikat kepada pihakketiga. Sementara itu, apabila merekamelanggar sesuatu ketentuan dalamakta atau tentang perubahan yangkemudian diadakannya mengenaisyarat-syarat pendirian, maka ataskerugian yang karenanya telah dideritaoleh pihak ketiga, mereka itupunmasing-masing dengan diri sendiribertanggung jawab untuk seluruhnya".Perbuatan pengurus tersebutdapat disebut sebagai Ultra Vires"yaitu perbuatan-perbuatan tertentu,yang apabila dilakukan manusiaadalah sah, ternyata berada di luarkecakapan bertindak PT (tidaktercakup dalam maksud dan tujuanPT) yang diatur dalam AnggaranDasar Perseroan Terbatas, sehinggapemegang saharn yang melakukantindakan dalam pelaksanaan dan turutserta dalam kebijaksanaan perusahaandapat dimintakan pertanggunganjawab sendiri-sendiri secara pribadi.

Upaya Perlindungan TerhadapPemegang Saham PublikAda beberapa usaha yangmenurut penulis dapat meringankanbeban para pemegang sahamperusahaan yang pailit yaitu:

a. Permohonan pailit oleh pemegangsaham publikDilema yang dihadapi pada saatini adalah apakah pemegang sahampublik dapat melakukan gugatan pailitterhadap perusahaan publik danapakah hal ini menguntungkan bagipemegang saham publik atau justrumerugikan ?Seperti telah disebutkan padabab sebelumnya pemegang sahampublik digolongkan ke dalam pemegangsaham konkuren (bersaing),ini berarti pemegang saham public dapat melakukan permohonan pailitterhadap perusahaan publik.Jika pemegang saham public melakukan gugatan pailit terhadapperusahaan publik, makaalasan yangpaling tepat adalah jika perusahaanpublik tersebut tidak membayardeviden dari saham pada saat jatuh

Page 14: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

tempo dan dapat ditagih dan untuk itudibutuhkan 2 atau lebih dari pemegangsaham publik. Jika hal ini dilakukandan proses kepailitan benar-benarterjadi, keuntungan yang didapat daripemegang saham publik sebagaikreditur tentu sangat kecil, karenastatusnya adalah sebagai krediturkonkuren, kecuali jika parapemegang saham perusahaan public tersebut ingin mengadakan spekulasiuntuk menurunkan nilai saham ataumerusak citra perusahaan publiktersebut. Disinilah perlu peran HakimPengadilan Niaga untuk menilaikelayakan permohonan pailit, apakahsudah benar-benar dapat memberikankeadilan bagi perusahaan publik, investormaupun kreditur lain.

b. Restrukturisasi perusahaanUpaya untuk menghindariterjadinya kepailitan dalam perusahaanpublik sebenarnya dapat dicegahdengan mengadakan usaha-usaharestrukturisasi dalam perusahaandengan jalan sebagai berikut:1) Emiten dapat menerbitkan sahambaru sebagai kompensasi hutanghutangpihak emiten kepadakreditur, sehingga hutang-hutangtersebut dapat dikonversikan kesaham, sehingga perusahaandapat melanjutkan usahanyadengan modal yang likuid danpiutang kreditur dapat dijamindengan saham baru.2) Merger, perusahan publik yangtidak sanggup tersebut dapatmelakukan merger denganperusahaan lain yang sehat, hal inibaik dilakukan terhadapperusahaan yang masih dalamsatu group usaha.3) Akuisisi melalui pasar modal,yaitu dengan penjualan sahambesar-besaran kepada investordengan memberikan hak untukmerubah struktur kepemilikandan pengurusan perusahaan.

KesimpulanPada prinsipnya pemegangsaham publik (investor) adalah pihakyang paling lemah jika terjadikepailitan dalam perusahaan publik,karena merupakan kreditur konkurenyang mendapat perlakuan terakhir daripembagian harta pailit dan itu pun jikamasih ada tersisa. Pemegang sahampublik dapat melakukan tuntutanpidana terhadap perusahaan public jika terdapat kecurangan, penipuanserta berbagai tindakan yang langsungmaupun tidak langsung telahmerugikan kepentingan pemegangsaham publik di pasar modal. Upayayang dilakukan untuk melindungi Investorapat berupa upaya permohonanpailit oleh pemegang sahampublik atau juga dapat mengajukanusulan untuk mengadakan rekstruturisasiperusahaan publik. Sudahsaatnya Bapepam membuat aturanhukum bagi perlindungan sahampublik yang diakibatkan pailitnyaperusahaan publik dan Bapepam lebihadil, cepat dan transparan dalammenyampaikan informasi terhadappemegang saham publik terhadapinformasi-informasi kinerja dariperusahaan publik, untuk menghindaririsiko yang akan dihadapi pemegangsaham publik (investor).

-----------------------------------------------------------------------

Neoliberals claim that shareholders are the owners of companies. This is nonsense, argues Austin Mitchell MP and Prem Sikka, Professor of Accounting, University of Essex

In its 2013 report, the Parliamentary Commission on Banking Standards concluded that “shareholders failed to control risk-taking in banks, and indeed were criticising some for

Page 15: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

excessive conservatism”. The Commission rightly recommended that company law should be changed to remove shareholder primacy in respect of banks, and require directors to ensure the financial safety and soundness of the company ahead of the interests of its shareholders.

No political party has had the good sense to follow up the above recommendations from a Committee, which included a former Conservative Chancellor Lord Lawson. Instead, economic elites continue to preach the futile myths about empowering shareholders to check corporate abuses.

The Department of Business, Innovation and Skills (BIS) claims that the “role of shareholders as owners of companies is crucial. It is they who are best placed to assess the governance of companies and engage with their boards on key governance and other issues”. The illusion of shareholders as owners is rarely questioned in the press. This myth of shareholder supremacy has to go. It’s obstructing the development of a stakeholder economy.

Neoliberals equate “ownership” of shares with ownership of companies. Yet they provide neither theory nor evidence to support this claim. We can all enjoy a legal right to own a pen, a pencil, a car or a house, something which gives us rights, powers, liberties, duties and liabilities. We can use and destroy a pen. If a car that we own injures someone then we can be held liable. If we hold late-night parties at our houses which disturb others, police can be called to remind us of our obligations to neighbours. But ownership of shares in large companies is not like that.

Characteristics of Ownership

The characteristics of ownership have long been explored by scholars and courts. Let`s list them to see whether the possession or ownership of shares passes the tests implicit in the characteristics. The Rights of ownership include:

(1) The right to possess: to have exclusive physical control of athing.

(2) The right of personal use and enjoyment of the thing.

(3) The right to manage: the right to decide how and by whom the thing owned shall be used,

(4) The right to income: receive benefit from foregoing personal use of the thing and allowing others to use it for reward.

(5) The incident of residuarity: It is a characteristic of ownership that an owner has a residuary right in the thing owned.

The idea of ownership confers powers, liberties and immunities. These include:

(1) The right to the capital: the right to capital consists of the power to transfer ownership to others through exchange, selling, gift and mortgage, etc.

Page 16: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

(2) The power to transfer ownership to successors.

(3) The liberty to consume, waste or destroy the thing in question.

(4) The right to security: the owner should be able to look forward to retaining ownership indefinitely, if s/he so chooses and remains solvent.

But ownership isn’t just about rights and powers; it also confers duty and liability towards others. This includes:

(1) the prohibition of harmful use: the owner must not use the thing to harm others, and s/he must also prevent others from using the think to harm citizens. Violation of this duty would lead to penalties.

(2) The thing owned can be taken away to satisfy a debt either either by execution of a judgment debt or on insolvency.

What do Shareholders Own?

How does the above apply to ownership of shares in a large public company? Shareholders of a company, such as Royal Mail, cannot use any of the assets held by the corporation for their personal use. Under corporate law, companies are legal persons and in that capacity they own the assets and use them in accordance with the directions given by the directors. If any shareholder were to attempt to posses the assets and use them for personal enjoyment, they’ll be accused of theft and fraud.

Shareholders do not have a right to manage the company or its assets. Instead, they “elect” directors for that purpose. Shareholders can vote on resolutions to constrain management, but that`s not a right to manage the assets of the company. Most votes at annual general meetings of UK corporations are advisory rather than binding. Directors owe a duty of care’ to the company and not to any individual shareholder.

Shareholders invest in the hope of getting a return on their investment, but do not have the right to demand income from the assets owned and used by the company. Shareholders can receive dividends but only after directors agree to declare them.

Shareholders can continue to enjoy the benefits of shareholding, as long as the company remains in existence, but cannot recover the capital represented by share certificates from the company. They can sell their shares to another party and can transfer or bequeath shares to successors, subject to the taxation laws of the country. The share certificates have some value, as long as the company is solvent. But that`s it: a speculative commodity not a control.

Directors of a company can sell the assets held by the company, but shareholders do not have rights to receive the proceeds. Shareholders do have a residual interest in the event of bankruptcy, assuming that the assets have been sold to satisfy the prior claims of secured and

Page 17: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

unsecured creditors. However, they might still not suffer the ultimate loss of their investment as the state has bailed-out banks and other corporations.

Companies engage in harmful practices, from cartels, tax avoidance, bribery and corruption to adulterated food, and company boardrooms manufacture diseases, such as those relating to smoking and obesity. These harmful practices increase returns to shareholders and also blight the lives of many, but shareholders are not liable for the consequences because their liability is limited to the value of shares that they own but haven’t paid for. At AGMs, shareholders can ask questions about harmful practices but they cannot bind directors to follow a particular business strategy. The ultimate sanction is that shareholders can liquidate the company engaged in harmful practices, but that is extremely rare. The state can liquidate a corporation engaged in harmful practices, but shareholders are not required to make good the damage done to citizens.

Neoliberals claim that shareholders are the owners of companies. Nonsense. Shareholders own a piece of paper that entitles them to receive income from a company. They do not own its assets, cannot personally access them or use them. They have powers to appoint directors but cannot direct them to use any particular business strategy. They cannot force directors to pay a dividend, or demand a higher one. They cannot demand to see a company’s books, or personally audit them. They can sit back and receive dividends, but are not responsible for the harmful use of the resources generating those dividends.

Courts have long distinguished the special characteristics of corporations and do not support the neoliberal propaganda. For example, in the 1935 case of Shaw & Sons (Salford) Ltd v Shaw, the judges said that “A company is an entity distinct alike from its shareholders and its directors. Some of its powers may, according to its Articles be exercised by directors; certain other powers may be reserved for the shareholders in General Meeting. If powers of management are vested in the directors, they and they alone can exercise those powers”. The 1908 case of Gramophone & Typewriter Ltd v Stanley said that “even a resolution of a numerical majority at a general meeting of the company cannot impose its will upon the directors when the articles have confided to them the control of the company affairs. The directors are not servants to obey directions given by the shareholders as individual; they are not agents appointed by and bound to serve the shareholders as their principals”. Successive Companies Acts have codified directors’ duties, but they are not subject to control by any individual shareholder.

So the neoliberal notion that shareholders are the “owners” of companies has little economic and legal substance. At best, share ownership results in a very weak notion of ownership, but not sufficient to direct, control the company, its directors, assets or liabilities. Who owns the company? The answer is that the company owns itself and is the sole andbeneficial owner of all the property vested in it.

Challenges Ahead

Policymakers must move away from narrow concerns about shareholder welfare to building a stakeholder economy. Corporations are created by the state and it has the legal and moral duty to control them to ensure that they serve the entire community. Sadly too many politicians have become subservient to the corporations which fund political parties and provide jobs for former

Page 18: Hak dan Kewajiban Pemegang Saham · Web viewpinjaman, penggunaan pinjamandan alasan kegagalan atauketidakmampuan menghindari kegagalan. 3) Dalam hal Emiten atau PerusahaanPublik diajukan

and potential ministers. So corporate interests get portrayed as “the public interest” and their priorities dominate domestic and foreign policymaking. Such is the grip of corporations on political life that swathes of publicly owned assets have been sold to economic elites at knockdown prices. The result is wholesale destruction of savings, banking crisis, daily scandals. The myth of shareholder power has created an unbalanced economy which lacks any sense of direction, democracy or any concern for the welfare of society. Corporate power over society should also be reduced by promoting alternative forms of business structures, such as cooperatives, mutuals, not-for-profit and employees ownership.

Austin Mitchell is the Labour MP for Great Grimsby and Prem Sikka is the Professor of Accounting, University of Essex

Daftar Pustaka

Fuady, Munir (1999). Pasar ModalModren (Buku I) .Bandung: PT.CitraAdityaBakti.Fuady, Munir (1999). HukumPerusahaan: Dalam ParadigmaHukum Bisnis. Bandung:PT. CitraAdityaBakti.Fuady, Munir (1999). HukumKepalitan Modren, dalamTeori dan Praktek. Bandung:PT. Cintra Aditya Bakti.Chatamarrasjid (2000). MenyingkapTabir Perseroan (Piercing TheCorporate Viel). Bandung: PT.CitraAdityaBakti.Sitompul, Asril. (2000) PasarModal: Penawaran Umum &Permasalahannya. Bandung:PT. CitraAdityaBakti.Usman, Marzuki, dkk. (1998).Pengetahuan Dasar PasarModal. Jakarta: Institut BankirIndonesia.Subekti & Tjirosudibio.( 1983). KitabUndang-Undang HukumDagang dan Undang-UndangKepailitan. Jakarta : PradnyaParamita.Radjagukguk, Erman. (1998).Implementasi Lahirnya PerpuKepailitan Terhadap Debitor& Kreditor: Tinjauan AspekHukum. Jakarta : MakalahSeminar Kepailitan.Muljadi, Kartini. (1998). KompensasiTagihan Dengan SetoranHarga Saham sebagai SalahSatu Alternatif PenyelesaianUtang. Jakarta: Makalah SeminarKepailitan.