Hak Dan Kew Prodi Keperawatan

download Hak Dan Kew Prodi Keperawatan

of 12

description

hak dan kewajiban prodi keperawatan

Transcript of Hak Dan Kew Prodi Keperawatan

PRODI KEPERAWATAN - Tatib Mahasiswa

Bab IKetentuan UmumPasal 11. Politeknik Kesehatan RS dr. Soepraoen atau Poltekkes RS dr. Soepraoen adalah Institusi Pendidikan Kesehatan yang berada dibawah naungan Yayasan Wahana Bhakti Karya Husada Perwakilan Di Jawa Timur , yang mengemban amanat menyelenggarakan pendidikan kesehatan untuk membentuk manusia yang berdisiplin dan berakhlak mulia2. Mahasiswa adalah setiap orang yang terdaftar aktif dan menempuh studi dalam tahun yang sedang berjalan;3. Disiplin adalah ketaatan terhadap aturan-aturan, ketentuan-ketentuan yang dilaksanakan dengan ikhlas dan tanpa keterpaksaan;4. Peraturan Disiplin Mahasiswa adalah ketentuan yang berfungsi mengatur tentang hak, kewajiban, larangan, sanksi bagi mahasiswa Poltekkes RS dr. Soepraoen;5. Sanksi adalah hukuman yang bersifat akademik dan atau administratif yang dijatuhkan kepada mahasiswa yang melakukan pelanggaran ketentuan disiplin;6. Lembaga Kemahasiswaan adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang dibentuk dan dibina oleh Poltekkes RS dr. Soepraoen;7. Tim Disiplin adalah personil yang ditunjuk olek Direktur yang terdiri dari : Para Koordinator I, II Prodi dan Pembina Urusan Kemahasiswaan dan diketuai oleh Pudir III;8. Tim Pembela adalah personil yang ditunjuk oleh Kaprodi yang terdiri dari Dosen PA, dan Wali Kelas;9. Pejabat yang berwewenang adalah pejabat yang berwewenang menjatuhkan sanksi, dalam hal ini adalah Direktur PoltekkesBab IIHak dan kewajiban MahasiswaPasal 2Hak mahasiswa1. Setiap mahasiswa mempunyai hak yang sama di lingkungan Poltekkes RS dr. Soepraoen2. Mahasiswa mempunyai hak :1. Setiap mahasiswa berhak memperoleh pelayanan pendidikan yang baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Poltekkes RS dr. Soepraoen2. Setiap mahasiswa berhak memanfaatkan atau menggunakan fasilitas akademik dan kemahasiswaan untuk menunjang proses belajar-mangajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Poltekkes RS dr. Soepraoen3. Setiap mahasiswa berhak mendapatkan ketenangan, ketentraman, kedamaian, perlindungan, dan keamanan selama menempuh pendidikan di Poltekkes RS dr. Soepraoen4. Mahasiswa yang menjadi tersangka/ terlapor akibat pelanggaran disiplin berhak didampingi oleh tim pembela;

Pasal 3Kewajiban mahasiswa1. Setiap mahasiswa mempunyai kewajiban yang sama di di Poltekkes RS dr. Soepraoen.2. Mahasiswa berkewajiban :1. Mematuhi semua Peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Poltekkes RS dr. Soepraoen 2. Menjaga dan menjunjung tinggi kewibawaan dan nama baik Institusi 3. Menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan yang ditetapkan baginya. Melakukan registrasi dan herregistrasi pada tiap awal semester dan tahun ajaran sesuai ketentuan4. Melakukan konsultasi kepada pembimbing akademik 5. Mengikuti perkuliahan dan menjalankan tugastugas sebagai mahasiswa6. Mengikuti ujian sesuai dengan ketentuan yang berlaku7. Menyusun tugas akhir dan atau karya ilmiah sesuai dengan ketentuan yang berlaku8. Menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika, sosial dan budaya serta bersikap sopan santun dengan rekan dan Para pendidik serta staf9. Bersikap saling menghormati dan menghargai sesama Mahasiswa dalam suasana kekeluargaan serta tidak mengganggu proses belajar-mengajar. 10. Peduli dan berperan serta dalam memelihara sarana-prasarana, kebersihan, keamanan dan ketertiban Kampus. 11. Bertanggungjawab untuk mencegah terjadinya pelanggaran, gangguan keamanan dan ketertiban Kampus. 12. Berpakaian yang sopan dan rapi serta bersih dalam mengikuti semua kegiatan didalam kampus. 13. Mahasiswa Tubel harus hafal SM, SP dan 8 wajib TNI14. Bersikap sopan dan membina hubungan yang baik dengan sesama mahasiswa serta warga Rumkit Dr. Soepraoen.15. Peduli dan berperan serta dalam penegakan disiplin serta tata tertib yang berlaku di pendidikan.16. Rambut harus rapi dan pendek, tidak memelihara jenggot serta kumis harus rapi.17. Peduli terhadap air, listrik, telepon, serta pemeliharaan bangunan dan lingkungan Rumkit dan asrama18. Kendaraan :19. Bagi mahasiswa yang membawa kendaraan diijinkan untuk menyimpan di tempat parkir mahasiswa dengan syarat bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan menjadi tanggungjawab si pemilik.20. Kendaraan bermotor wajib memakai stiker Poltekkes21. Kendaran bermotor harus dilengkapi peralatan standar 22. Dilarang keras membawa, menggunakan benda terlarang seperti senjata tajam, senjata api, minuman keras, obat-obatan psikotropika, buku /majalah 23. serta benda - benda asusila lainnya dilingkungan kampus poltekkes24. Dilarang keras mengajak orang luar/ non Mahasiswa untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan di Poltekkes25. Dilarang keras melakukan aktivitas, hasutan, menyebar informasi yang merugikan mahasiswa lain atau Institusi26. Dalam situasi dan kondisi tertentu siap membantu kegiatan RS dr. Soepraoen.27. Mahasiswa wajib mematuhi Etika Keperawatan / Kebidanan / Akupunktur28. Mahasiswa wajib mematuhi norma-norma, hukum serta etika yang berlaku pada masyarakat luas.Bab IIIPeraturan Dasar PendidikanPasal 4Perkuliahan Setiap mahasiswa harus mengikuti kegiatan perkuliahan sesuai jadwal dan menyelesaikan penugasan-penugasan yang telah ditentukan oleh dosen pembimbing.1. PresensiKehadiran dihitung berdasarkan presensi perkuliahan atau kegiatan masing-masing mata kuliah, yaitu:a. Jumlah kegiatan minimal 90% dari seluruh jumlah perkuliahan atau kegiatan dalam satu semester.b. Apabila tidak hadir karena:1) Sakit : harus ada surat keterangan sakit dari dokter2) Izin : harus sepengetahuan dosen wali (wali kelas) sedikitnya satu hari sebelumnya apabila keperluan mendadak.c. Toleransi presensi perkuliahan lebih dari 10 % mendapat penugasan dari para dosen di semester tersebut atau mengulang pada semester berikutnyaPasal 52. Peraturan Kelasa. Kewajiban Mahasiswa :1) Mahasiswa diharuskan hadir tepat waktu sesuai jadwal perkuliahan atau kegiatan2) Telah memprogram mata ajaran ( KHS ) tersebut pada semester yang bersangkutan sepengetahuan Pembimbing Akademik (PA)3) Harus mematuhi aturan dosen atau pembimbing klinik4) Mengisi presensi pada setiap perkuliahan atau kegiatan, bila tidak dianggap alpa.5) Setiap Mahasiswa wajib berpakaian sopan dan rapih sesuai ketentuan serta bersepatu pada saat mengikuti perkuliahan dan atau berhubungan / berurusan dengan Dosen atau staf Poltekkes.6) Jika dosen berhalangan hadir, maka pertemuan / tatap muka tersebut akan digantikan oleh dosen lain atau digantikan pada hari lain oleh dosen yang bersangkutan atau waktunya dikonfirmasikan terlebih dahulu dengan mahasiswa (kontrak waktu). 7) Setiap Mahasiswa wajib membawa kartu Mahasiwa selama proses perkuliahan berlangsung8) Setiap Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan yang diselenggarakan oleh Dosen9) Komputer, LCD, OHP alat-alat lain dipertanggung jawabkan kepada Koordinator Kelas, bila rusak Mahasiswa wajib melaporkan hal tersebut kepada pihak yang bertanggung jawab ( staf / teknisi komputer ), bila rusak karena kecerobohan mahasiswa maka mahasiswa yang bersangkutan wajib mengganti biaya perbaikanPasal b. Tata-tertib Kelas1. Tidak diperkenankan membawa makanan/minuman kedalam ruang kuliah, 2. Tidak diperkenankan mengaktifkan Handphone selama proses perkuliahan berlangsung3. Mahasiswa harus sudah masuk kelas 15 menit sebelum kegiatan belajar-mengajar berlangsung4. Toleransi keterlambatan 15 menit setelah pelajaran Dimulai5. Sebelum memulai pelajaran Koordinator kelas terlebih dahulu membacakan doa6. Mahasiswa diwajibkan mengisi absensi 7. Dosen berhak mengeluarkan mahasiswa yang tidak Patuh terhadap peraturan kelas 8. Dilarang keras bermain game, menghapus atau mengubah program pada saat menggunakan komputer Pasal 73. Ketentuan ujian a.Syarat untuk mengikuti ujiana) Presensi kehadiran sesuaib) Sudah melunasi persyaratan administrasi c) Sudah masuk ke ruang ujian 15 menit sebelum ujian dimulaid) Membawa pulpen sebanyak 2 ( dua ) buah, Tip-ex 1 ( satu ) buahe) Memakai pakaian seragam sesuai waktuf) Membawa kartu ujian atau Kartu Tanda Mahasiswa b. Tata Tertib ujian, dilarang :a) Membuat gaduh pada saat ujianb) Melihat catatan kecil/menyontekc) Mencari tahu soal ujian sebelum ujian dilaksanakand) Mengangkat naskah/hasil ujian agar terlihat temane) Membawa alat komunikasif) Mengambil soal ujiang) Bertanya atau meminjam alat-alat tulis pada temanPasal 8Jenis dan Tingkat Pelanggaran1. Pelanggaran ringan a Tidak memakai atribut kemahasiswaan b Terlambat tanpa keterangan yang sah c Berpakaian tidak rapi2 Pelanggaran sedang a Presensi kurang dari 80% b Tidak masuk kuliah satu kali tanpa keterangan c Dua kali melakukan pelanggaran ringan d Tidak mengerjakan tugas akademik yang diberikan dosen e. Memakai pakaian seragam tidak sesuai ketentuan3 Pelanggaran berat a Memalsu nilai, presensi perkuliahan atau tanda tangan dosen pembimbing. b Presensi kuliah sama atau kurang dari 75% c Melakukan pelanggaran kriminal (susila, pencurian, napza, melecehkan dosen dll) d Melanggar kode etik keperawatan / Kebidanan / Akupunktur e. Dua kali melakukan pelanggaran sedang f. Melanggar tata tertib ujianPasal 9Sanksi Pelanggaran1 Pelanggaran ringan dengan sanksi: a Teguran lisan b Tindakan fisik. c Bila lebih dari dua kali, membuat pernyataan diketahui koordinator kelas, pembimbing akademik.2 Pelanggaran sedang dengan sanksi:1. Membuat surat pernyataan dengan diketahui Ka Prodi dan disampaikan ke orang tua / wali atau satuan asal.2. Menyelesaikan penugasan akademik (makalah, mengambil kasus kemudian membuat laporan, dll) Kedua sanksi tersebut dapat dilakukan secara bersamaan3 Pelanggaran berat dengan sanksi:1. Membuat surat pernyataan dengan diketahui oleh Direktur dan orang tua/wali mahasiswa dipanggil ke Poltekkes RS dr. Soepraoen.2. Tidak diperkenankan mengikuti ujian di semester bersangkutan, sehingga diharuskan untuk mengulang pada tahun berikutnya.3. Dapat diberhentikan sementara atau dikeluarkan dari Poltekkes RS dr. Soepraoen disertai dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP)4. Melanggar ketentuan ujian tidak diperkenankan mengikuti ujian Ketiga sanksi tersebut dapat dilakukan secara bersamaan5. Setiap pelanggaran akan di proses Pudir III di BAP dibaca di tandatangani oleh pelanggar dan Pudir IIIdilaporkan kepada Kaprodi dilaporkan kepada Direktur disertai dengan saran tindakan, pada kasus berat dengan sangsi dapat dikeluarkan melalui rapat senat 6. Pudir III membacakan sanksi tersebut kepada pelanggar dan ditandatangani

http://www.poltekkes-soepraoen.ac.id/?prm=profil1&sub=prodi1&id=4

1. Carilah peraturan atau tata tertib yang mengatur hak dan kewajiban perawat, pasien dan Rs di di salah satu RS yang ada di Bali. 2. Apakah saudara sebagai mahasiswa keperawatan memiliki hak dan kewajiban, kalau ya coba sebutkan dan dimana saudara temukan aturan tersebut. 3. Menurut saudara manakah yang lebih dominan antara hak dengan kewajiban. 4. Cobaklah saudara analisis pada kasus- kasus berikut : 1. Pada pasien jiwa yang gawat apakah boleh dipaksa untuk dirawat dirumah sakit. Para ahli etika mengatakan bahwa kebanyakan hak adalah hak pada pandangan pertama artinya hak itu berlaku sampai dikalahkan oleh hak lain yang lebih kuat. Dengan kata lain, hak tidak bersifat absolute.Salah satu contohnya yaitu hak atas kebebasan. Setiap manusia berhak untuk hidup bebas dan tidak seorang pun boleh ditahan begitu saja atau dirampas keebasannya.2. Pelaku terorisme Bom kuta setelah ditangkap kenapa tidak disiksa, bahkan akibat bomnya telah melukai banyak orang. 3. Kenapa aborsi itu tidak boleh dilakukan , apakah janin yang dalam kandungan itu sudah mempunyai hak. 4. Apakah euthnasia ( menghilangkan nyawa seserang ) yang penuh duka dan kesakitan hak kehidupannya bisa dihilangkan. 5. Jika teman saudara tenggelam dilaut, saudara melihatnya, tetapi saudar tidak membantu karena tidak bisa berenang, apakah ini pelanggaran hak.

1. Sebagai manusia, tentunya dari awal mula kita hidup telah memiliki hak-hak yang mendasar sejak kita lahir.. Seiring dengan waktu yang terus berjalan dan tak akan pernah bisa berhenti, hak-hak itu terus berkembang disertai juga dengan munculnya tanggung jawab terhadap suatu hal dan hak yang membuat seorang harus melakukan sesuatu disamping suatu hal dan hak yang dapat didapat atau diberikan oleh orang lain..

Hak dan tanggung jawab terhadap hak yang telah diperoleh tersebut berjalan berdampingan dan seimbang.. Hak dan tanggung jawab atau kewajiban tersebut secara seimbang membuat seseorang hidup dengan baik namun, ketika salah satu dari hak atau tanggung jawab tadi terlalu dititik beratkan, maka akan terjadi suatu kondisi dimana kita akan jatuh dalam arti ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya itu..

Di belakang hak-hak kita, kita kerap kali 'melupakan' tanggung jawab kita. Situasi ini memang sebuah keadaan nyata dimana setelah hak telah diberikan, maka sering kali tanggung jawab akan suatu hal akan terlupakan. Memang, hak akan kita dapati tanpa menunggu kita melakukan kewajiban. oleh karena itu Sebagian besar Orang akan cenderung memilih untuk mendapatkan hak-hak namun tidak melakukan kewajibannya karena telah terlalu terbawa dengan hak-haknya tersebut. Hal ini dapat teratasi ketika seseorang memiliki kesadaran diri untuk melakukan kewajiban yang wajib dilakukannnya.

Terlalu terbuainya akan hak-hak yang didapati hingga menjadikan hak tersebut perisai untuk menangkis tanggung jawab terhadap sesuatu akan menimbulkan sikap Individualisme. Seperti yang telah kita ketahui, manusia memiliki berbagai keinginan untuk mencapai tahap puas. Namun, kepuasan tersebut tak akan pernah tercapai jika tak ada kontrol diri. Oleh karena itu, banyak yang ingin mendapatkan hak-hak pribadi tersebut dan menggunakannya hingga melupakan tanggung jawab apa yang harus dilakukan ketika mendapatkan hak tersebut karena menguntungkan bagi dirinya.Bukan hanya orang lain yang akan susah jika kita bersikap individualisme,Individualisme akan membawa kita kepada suatu kondisi dimana orang akan menyingkirkan kita dari suatu pergaulan ataupun dari suatu lingkungan sosial, serta akan membuat kita rapuh dan lemah dalam melakukan suatu hal ataupun dalam menghadapi masalahh. Maka, sebaiknya kita tak memiliki sikap individualisme ini

Meski sulit untuk memberi tanggung jawab terhadap suatu hal dan mudah untuk memperoleh dan mengimplementasikan hak-hak dalam kehidupan, kita harus terus mencoba dan berusaha mempertanggungjawabkan hak yang telah kita terima dan menggunakan hak itu secara baik, terutama untuk membantu orang lain agar tetap menjadi homo socialis(makhluk sosial) bukannya menjadi homo individualis.

sikap individual ini perlu kita singkirkan,kita tidak lebih memntingkan hak-hak kita daripada tanggung jawab kita, seharusnya hak dan tanggung jawab yang ada pada diri kita seimbang,untuk itulah kita memerlukan sikap bersama.

Tanpa adanya sikap kebersamaan dalam diri kita, hidup kita akan rusak,tidak ada orang yang akan memperdulikan kita dan mungkin kita dijauhkan oleh semua orang karena kita terlalu bersikap individual dan tidak mementingkan kepentingan orang lain. Dengan adanya sikap kebersamaan dan seimbangnya hak & tanggung jawab, hidup kita akan lebih baik.

Pada situasi sebaliknya dimana apabila kita lebih menekankan kewajiban dan melaksanakannya secara dominan maka tentu juga akan menimbulkan hal yang tidak baik dan keseimbangan juga terganggu. Dominan yang dimaksud ialah lebih menitikberatkan pada pelaksanaan kewajiban dari pada hak, mengambil tanggung jawab secara berlebihan, melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab orang lain sehingga membebani diri sendiri. Hal ini biasanya disebabkan oleh sifat manusia yang kurang bisa memposisikan dirinya dalam bekerja sama sebagai makhluk sosial dan tidak pandai dalam memilih mana yang menjadi tugas kita dan yang mana bukan menjadi tugas kita. Untuk itulah pentingnya pembagian tugas dalam bekerja sama sesuai porsi yang tepat agar terjadi keseimbangan antara satu orang dengan yang lainnya.

Antara hak dan kewajiban tidak boleh dipertentangkan dengan memandang hanya pada salah satunya saja, keduanya memotret harmoni yang saling berikatan, saling memengaruhi dan saling menopang. Menunaikan kewajiban berarti mendahulukan hak orang lain, dan dengan mengutamakan hak kita telah melakukan kewajiban.2. Menurut saya Pada dasarnya semua rumah sakit sudah commited dan berjanji akan melakukan kegiatan gawat darurat atau dengan kata lain pasien jiwa dalam keadaan gawat dapat dirawat di rumah sakit selama rumah sakit yang bersangkutan masih dapat memenuhi kebutuhan sebisa mungkin dalam jangka waktu yang masih memungkinkan tergantung dari tingkat kekritisan jiwa pasien. Hal ini tentu harus didukung dan disesuaikan dengan alat-alat dan kewenangan dari masing-masing tenaga kesehatan yang menanganinya. Apabila semuanya termasuk memenuhi criteria penanganan jiwa maka pasien tersebut dapat dirawat dalam waktu tertentu di rumah sakit. Apalagi mengingat hak pasien dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT yang beberapa bunyinya mengatur permasalahan ini yaitu pada BAB VIII tentang KEWAJIBAN DAN HAK Bagian Kesatu Kewajiban Pasal 29 (1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit; menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan; dan memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya. Hal ini juga didukung oleh tugas perawat sebagai perawat yang sebagai care giver maka perawat harus memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan significant dari klien serta perawat menggunakan Nursing Process untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah-nasalah psikologis yang terkait kejiwaan pasien. Namun hal tersebut bukan berarti pasien dengan gangguan jiwa harus dipaksa untuk dirawat di rumah sakit. Apabila keadaan jiwa pasien yang sudah kritis, alat yang kurang memenuhi serta penangannan sudah melewati wewenang tenaga kesehatan rumah sakit maka dapat dirujuk ke rumah sakit jiwa untuk pelayanan yang lebih intensif terhadap kejiwaannya. Pasien juga berhak untuk memutuskan bagaimana kelangsungan hidupnya secara kodrati dan berhak memberikan persetujuan atau menolak sebagian atau seluruh tindakan yang akan diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap dengan pengecualian yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Undang-undang yang dimaksud adalah UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT yang beberapa bunyinya mengatur permasalahan ini yaitu pada BAB VIII tentang KEWAJIBAN DAN HAK Bagian Kesatu Kewajiban Pasal 29 (1) Setiap rumah sakit melaksanakan sistem rujukan; memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien; menghormati dan melindungi hak-hak pasien.Jadi semuanya disesuaikan dengan situasi yang terjadi dan memperhatikan semua hak dan kewajiban seluruh pihak yang terkait di dalam pelayanan dan penanganan gangguan tertentu. 3. Indonesia4. Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana[footnoteRef:2][5]. Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun. [2: ]

5. Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal Moeloek dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5 Oktober 2004 menyatakan bahwa : Eutanasia atau "pembunuhan tanpa penderitaan" hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. "Euthanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP.[footnoteRef:3][6] [3: ]

6. Hak Pasien dan Pembatasannya7. Penghormatan hak pasien untuk penentuan nasib sendiri masih memerlukan pertimbangan dari seorang dokter terhadap pengobatannya. Hal ini berarti para dokter harus mendahulukan proses pembuatan keputusan yang normal dan berusaha bertindak sesuai dengan kemauan pasien sehingga keputusan dapat diambil berdasarkan pertimbangan yang matang. Pasien harus diberi kesempatan yang luas untuk memutuskan nasibnya tanpa adanya tekanan dari pihak manapun setelah diberikan informasi yang cukup sehingga keputusannya diambil melalui pertimbangan yang jelas.8. Beberapa Aspek Euthanasia9. Aspek Hukum. 10. Undang undang yang tertulis dalam KUHP Pidana hanya melihat dari dokter sebagai pelaku utama euthanasia, khususnya euthanasia aktif dan dianggap sebagai suatu pembunuhan berencana, atau dengan sengaja menghilangkan nyawa seseorang. Sehingga dalam aspek hukum, dokter selalu pada pihak yang dipersalahkan dalam tindakan euthanasia, tanpa melihat latar belakang dilakukannya euthanasia tersebut. Tidak perduli apakah tindakan tersebut atas permintaan pasien itu sendiri atau keluarganya, untuk mengurangi penderitaan pasien dalam keadaan sekarat atau rasa sakit yang sangat hebat yang belum diketahui pengobatannya.11. Aspek Hak Asasi. 12. Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup, damai dan sebagainya. Tapi tidak tercantum dengan jelas adanya hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini terbukti dari aspek hukum euthanasia, yang cenderung menyalahkan tenaga medis dalam euthanasia. Sebetulnya dengan dianutnya hak untuk hidup layak dan sebagainya, secara tidak langsung seharusnya terbersit adanya hak untuk mati, apabila dipakai untuk menghindarkan diri dari segala ketidak nyamanan atau lebih tegas lagi dari segala penderitaan yang hebat.13. Aspek Ilmu Pengetahuan. 14. Pengetahuan kedokteran dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan upaya tindakan medis untuk mencapai kesembuhan atau pengurangan penderitaan pasien. Apabila secara ilmu kedokteran hampir tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan, apakah seseorang tidak boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi hidupnya? Segala upaya yang dilakukan akan sia sia, bahkan sebaliknya dapat dituduhkan suatu kebohongan, karena di samping tidak membawa kepada kesembuhan, keluarga yang lain akan terseret dalam pengurasan dana.15. Aspek Agama. 16. Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri. Pernyataan ini menurut ahli ahli agama secara tegas melarang tindakan euthanasia, apapun alasannya. Dokter bisa dikategorikan melakukan dosa besar dan melawan kehendak Tuhan yaitu memperpendek umur. Orang yang menghendaki euthanasia, walaupun dengan penuh penderitaan bahkan kadang kadang dalam keadaan sekarat dapat dikategorikan putus asa, dan putus asa tidak berkenan dihadapan Tuhan. Aspek lain dari pernyataan memperpanjang umur, sebenarnya bila dikaitkan dengan usaha medis bisa menimbulkan masalah lain. Mengapa orang harus kedokter dan berobat untuk mengatasi penyakitnya, kalau memang umur mutlak di tangan Tuhan, kalau belum waktunya, tidak akan mati. Kalau seseorang berupaya mengobati penyakitnya maka dapat pula diartikan sebagai upaya memperpanjang umur atau menunda proses kematian. Jadi upaya medispun dapat dipermasalahkan sebagai melawan kehendak Tuhan.[footnoteRef:4][10] [4: ]

17. G. Euthanasia Dipandang Dari Aspek Hukum Indonesia18. Berdasarkan hukum di Indonesia maka euthanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344, 338, 340, 345, dan 359Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Dari ketentuan tersebut, ketentuan yang berkaitna langsung dengan euthanasia aktif terdapat pada pasal 344 KUHP.19. Pasal 344 KUHP20. barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.21. Untuk euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan, beberapa pasal dibawah ini perlu diketahui oleh dokter.22. Pasal 340 KUHP23. Barang siapa yang dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau pejara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.24. Pasal 35925. Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.26. Pasal 34527. Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun penjara.28. Berdasarkan penjelasan pandangan hukum terhadap tindakan euthanasia dalam skenario ini, maka dokter dan keluarga yang memberikan izin dalam pelaksanaan tindakan tersebut dapat dijeratkan dengan pasal 345 KUHP dengan acaman penjara selama-lamanya empat tahun penjara.29. 30. KESIMPULAN31. Hak untuk hidup merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling mendasar dan melekat pada setiap diri manusia secara kodrati, berlaku universal dan bersifat abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Namun pada kenyataannya, masih banyak manusia yang dengan sengaja melakukan berbagai cara untuk mengakhiri kehidupannya sendiri maupun orang lain secara tidak alamiah. Hal ini tentu saja sangat bertentangan dengan keyakinan setiap umat beragama yang percaya bahwa hanya Tuhan pemilik hidup ini dan berhak atas kehidupan manusia ciptaan-Nya, juga hanya Tuhan yang akan menentukan batas akhir kehidupan setiap manusia di dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya.32. Euthanasia merupakan perbuatan yang terlarang karena dikategorikan sebagai suatu pembunuhan atas nyawa seseorang dan terhadap pelakunya diancam pidana, tetapi bukan mustahil jika selama ini euthanasia telah banyak terjadi di Indonesia, walaupun hal tersebut dilakukan secara diam-diam. Pada kenyataannya, semakin lama ternyata tindakan euthanasia menjadi suatu "kebutuhan" dalam beberapa kasus tertentu mengenai penderitaan pasien atas penyakit tak tersembuhkan yang dideritanya. Memberikan hak kepada individu untuk mendapatkan pertolongan dalam pengakhiran hidupnya masih menjadi perdebatan yang sengit bagi banyak negara.