Hadits Masyhur

download Hadits Masyhur

If you can't read please download the document

Transcript of Hadits Masyhur

HADITS MASYHURMakalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas AkademikMata kuliah: Studi Al-Hadis: Teori dan MetodologiDosen pengampu : Dr. Hj. Marhumah, M.Pd.Disusun Oleh:JiyantoNIM: 1320411020PAI A MANDIRIKONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMPASCA SARJANA PROGRAM PENDIDIKAN ISLAMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA2013HADITS MASYHURBAB IPENDAHULUANLATAR BELAKANG Umat Islam telah selah sepakat bahwasanya apa yang keluar dari rasulullah saw., baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqriri, dan hal itu dimaksudkan sebagai pembentukan hokum-hukum Islam dan sebagai tuntunan serta diriwayatkan kepada kita dengan sanad yang shahih yang menunjukkkan kepastian atau dugaan kuat tentang kebenarannya, maka ia menjadi hujjah atas kaum muslimin, dan sebagai sumber hukum syara. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, (Semarang: Dira Utama. 1994). Hal. 42Hadits, sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Quran maka para ulama memberikan perhatian khusus padanya. Mereka menghasibkan waktu tenaga, pikiran dan harta benda untuk mengkaji (meneliti) salah satu disiplin ilmu Islam tersebut.Dalam penelitiannya dan dengan syarat-syarat tertentu yang mereka tetapkan, para ulama memberikan sebuah pemetaan kepada hadits menjadi beberapa aspek diantaraya yaitu dari aspek kuantitas. Hal ini penting karena dengannyalah kita bisa memilih dan memilah hujjah yang tepat ketika hendak melakukan suatau amalan tertentu.Adapun salah satu pemetaan hadits ditinjau dari aspek kuantitasnya adalah hadits masyhur. Apa dan bagaimana hadits masyhur itu? Maka, untuk itu pada makalah ini akan dibahas mengenai konsep hadits masyhur, urgensi hadits masyhur, contoh hadits masyhur macam-macam hadits masyhur, dan analisa penulis mengenai hadits masyhur.BAB IIPEMBAHASANPENGERTIAN HADITS MASYHURDitinjau dari segi etimologi, masyhur menurut bahasa adalah Al-Intisyar wa Az-Zuyu (sesuatu yang sudah tersebar dan populer). Mudasir. Ilmu Hadis. (Bandung: Pustaka Setia. 2008),Hal. 127) Menurut Mahmud Thahhan, masyhur merupakan mashdar berbentuk Isim maful dari kata Syaharats Al Amru yang berarti sesuatu yang telah terkenal setelah disebarluaskan dan ditampakkan di permukaan. Mahmud Thahhan. Intisari Ilmu Hadits. (Malang: UIN-Press. 2007), Hal. 36)Sedangkan pengertian hadits masyhur ditinjau dari segi terminologi menurut Manna Al Qathan adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada setiap thabaqah (tingkatan) dan belum mencapai batas mutawatir. Manna Al Qathan. Pengantar Studi Ilmu Hadits. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2010), Hal. 113 Senada dengan itu Fathur Rahman memberikan definisi, hadits masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir. Fathur Rahman. Ikhtisar Musthalahul hadits. (Bandung: PT Al Maarif. 1995), Hal. 86) Hal ini diperkuat oleh pendapat A. Qodir Hassan bahwa hadits masyhur adalah suatu hadits yang diriwayatkan dengan tiga sanad yang berlainan rawi-rawinya. A. Qadir Hassan. Ilmu Musthalah Hadits. (Bandung: Diponegoro. 2007), Hal. 272Menurut ulama fiqih, hadits masyhur itu adalah muradif dengan hadits mustafid. Sedang ulama yang lain membedakannya. Yakni, suatu hadits dikatakan dengan mustafid bila jumlah rawi-rawinya tiga orang atau lebih sedikit, sejak dari thabaqah pertama sampai dengan thabaqoh terakhir. Sedang hadits masyhur lebih umum dari pada hadits mustafidz. Yakni jumlah rawi-rawi dalam tiap-tiap thabaqoh tidak harus selalu sama baiknya, atau seimbang. Karena itu, dalam hadits masyhur, bisa terjadi jumlah rawi-rawi dalam thabaqah pertama sahabat, thabaqah kedua tabiin, thabaqah ketiga tabiut tabiin dan thabaqah keempat orang setelah tabiut tabiin, terdiri dari seorang saja, baru kemudian jumlah rawi-rawi dalam thabaqah kelima dan seterusnya banyak sekali. Fathur Rahman.Ibid. Hal. 86Berbeda lagi definisi yang diberikan oleh Zeid B. Smeer memberikan definisi yang lebih luas yaitu hadits yang diriwayatkan oleh lebih dari tiga perawi dan belum mencapai batasan mutawatir , apabila dalam salah satu Thabaqahnya dari Thabaqah sanad terdapat tiga perawi maka hadits tersebut dikategorikan hadits masyhur, sekalipun pada Thabaqah sebelum atau sesudahnya terdapat banyak perawi Zeid B. Smeer. Ulumul Hadits pengantar studi Hadits Praktis (Malang, UIN-Malang Press). Hal. 42)Dari beberapa uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa hadits masyhur (mustafidz) adalah hadits yang dalam salah satu atau lebih thabaqah dari thabaqah sanad terdapat tiga perawi atau lebih, namun tidak mencapai derajat mutawatir.(Pendapat pertama) Atau hadits masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada setiap thabaqah (tingkatan) akan tetapi tidak mencapai derajat mutawatir. (Pendapat kedua)KEHUJJAHAN DAN CONTOH HADITS MASYHURHukum hadits masyhur adakalanya shohih, hasan atau dhoif bahkan ada yang bernilai maudhu. Akan tetapi hadits masyhur yang berkualitas shohih memiliki kelebihan untuk ditarjih (diunggulkan) bila ternyata bertentangan dengan hadits aziz dan hadits gharib Mahmud Thahhan. Ibid, Hal. 40-50Yang dimaksud hadits masyhur sohih adalah hadits masyhur yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan hadits sohih, seperti contoh hadits di bawah ini:Hadits masyhur/mustafidz (pendapat 1) "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan"Keterangan:Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan MuslimGambaran sanadnya adalah sebagai berikut: Hadits tersebut pada thabaqah pertama hanya diriwayatkan oleh sahabat Umar sendiri, pada thabaqah kedua hanya diriwayatkan oleh Alqamah sendiri, pada thabaqah ketiga hanya diriwayatkan oleh Ibnu Ibrahim At Taimy sendiri dan pada thabaqah keempat diriwayatkan oleh Yahya bin Said sendiri. Dari Yahya bin Said inilah hadits tersebut diriwayatkan oleh orang banyak. Ditinjau dari segi klasifikasi hadits Ahad yang lain, maka hadits Umar tersebut dapat juga dikatakan dengan hadits Gharib pada awalnya, masyhur pada akhirnya. Fathur Rahman.Ibid. Hal. 89 Hadits masyhur (pendapat 2) .... "Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya....Keterangan:Hadits tersebut, diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Turmudzi dengan berlainan sanadnya.Gambaran sanad-sanadnya adalah sebagai berikut: NABI SAWAbdullah bin AmrAsy-SyabiAbdullah bin Abis SafarSyubahAdamBUKHARI1 : 7Abu MusaAbu BurdahAbu Burdah bin Abdullah bin Abi BurdahYahyaSaidMUSLIM1 : 36Abi HurairahAbu ShalihAl-QaqaIbnu AjlanAl-LaitsTURMUDZI10 : 93Cobalah perhatikan sanad dari jalan Abdullah bin Amr sampai Bukhari, yang dari jalan Abi Musa sampai Muslim, dan yang dari jalan Abi Hurairrah sampai TurmudziAkan kita dapati: tidak seorangpun dari antara rawi-rawi itu yang bersamaan orangnya. Oleh sebab itu, hadits ini dikatakan mempunyai tiga sanad, dan dinamakan masyhur Contoh di atas haditsnya shohih karena rawi-rawinya kepercayaan A. Qadir Hassan. Ibid, Hal. 272-273Sedangkan yang dimaksud dengan hadits masyhur hasan adalah hadits masyhur yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan hadits hasan, baik mengenai sanad maupun matannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut: Mudharat tidak boleh dihilangkan dengan cara mudharatHadits ini diriwayatkan melalui banyak jalan yang meningkat sampai ke tingkat hasan atau sohih. Ibnu majah meriwayatkan dari Ubadah secara munqathi dan juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Al-Hakim meriwayatkan dari Abi Saad Al-Khudry dan dia menganggap hadits shohih sesuai dengan syarat Muslim. Nur Ad-Din dalam Munzier Suparta dan Ujang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, (Jakarta: PT Raja Grafindo. 1993). Hal.97Adapun yang dimaksud dengan hadits masyhur Dhoif adalah hadits masyhur yang tidak memenuhi syarat hadits sohih dan hasan, baik pada sanad maupun matannya, seperti lafadz hadits di bawah ini: Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuanHadits ini di dhoifkan oleh Imam Ahmad, Al Baihaqi dan lain-lain. Munzier Suparta dan Ujang Ranuwijaya, Ilmu Hadits, (Jakarta: PT Raja Grafindo. 1993). Hal.97MACAM-MACAM HADITS MASYHURIstilah masyhur yang ditetapkan pada suatu hadist, kadang-kadang bukan untuk menetapkan kriteria-kriteria hadits menurut ketetapan di atas, yakni banyaknya rawi-rawi yang meriwayatkan suatu hadits, tetapi ditetapkan juga memberikan sifat suatu hadits yang mempunyai ketenaran di kalangan para ahli ilmu tertentu atau di kalangan masyarakat tertentu. Fathur Rahman. Ibid. Hal. 69. Dari tujuan inilah menyebabkan ada suatu hadits bila dilihat dari bilangan rawinya tidak dapat dikatakan sebagai hadits masyhur, tetapi bila dilihat dari kepopulerannya tergolong hadits masyhur. Munzier Suparta dan Ujang Ranuwijaya. Ibid Sehingga dengan demikian ada suatu hadits yang rawi-rawinya kurang dari tiga orang, bahkan ada hadits yang tidak berasal (bersanad) sama sekalipun, dapat dikatakan dengan hadits masyhur.Dari segi ini, maka hadits masyhur itu terbagi menjadi beberapa macam antara lain yaitu:Masyhur di kalangan ahli haditsContoh: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus berkata, telah menceritakan kepada kami Za'idah dari At Taimi dari Abu Mijlaz dari Anas bin Malik ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah melaksanakan qunut selama satu bulan untuk mendo'akan (kebinasaan) atas suku Ri'la dan Dzakwan." (HR. Bukhari 1: 119) A. Qadir Hassan. Ibid. Hal. 274Masyhur di kalangan ulama ahli hadits, ulama-ulama lain dan dikalangan orang umum.Contoh: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan" (HR. Bukhari) Ibid. Hal. 275Masyhur di kalangan ulama ahli fiqih.Contoh: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang jual beli dengan cara hashah (yaitu: jual beli dengan melempar kerikil) dan cara lain yang mengandung unsur penipuan. (HR. Muslim) Munzier Suparta dan Ujang Ranuwijaya. Ibid. Hal. 98Masyhur di kalangan ahli ushul fiqih.Contoh: "Jika seorang hakim berijtihad dalam menetapkan suatu hukum, ternyata hukumnya benar, maka hakim tersebut akan mendapatkan dua pahala, dan apabila dia berijtihad dalam menetapkan suatu hukum, namun dia salah, maka dia akan mendapatkan satu pahala."(HR. Muslim) Ibid. Hal. 98-99Masyhur di kalangan masyarakat umumContoh: "Sifat hati-hati (waspada) itu dari Allah dan tergesa-gesa itu godaan dari setan." (HR. Tirmidzi) Manna Al Qathan. Ibid. Hal. 114Masyhur di kalangan sufiContoh: Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, maka Kuciptakan makhluk dan melalui Aku merekapun kenal padaKuHadits ini banyak diketemukan di dalam buku-buku tasawuf sebagai landasan adanya aliran tasawuf. Munzier Suparta dan Ujang Ranuwijaya. Ibid. Hal. 99Masyhur di kalangan ulama-ulama ArabContoh: Kami (orang-orang Arab yang paling fasih mengucapkan huruf dad (), sebab kami dari golongan prang Qurays. Ibid. Hal. 99Dan masih bayak lagi hadits-hadits yang kemasyhurannya hanya di kalangan tertentu sesuai dengan disiplin ilmu dan bidangnya masing-masing.KITAB-KITAB YANG BERISI TENTANG KUMPULAN HADITS MASYHUR.Secara khusus para ulama mengumpulkan haidts masyhur pada kitab mereka. Kumpulan hadits masyhur dapat kita temui dibeberapa kitab di bawah ini:Kasyaf Al-Khifa dan Mazil Al-Ilbas oleh Ismail bin Muhammad Al-Ajaluni.Al-Maqasid Al_Hasanah Al-Ahadis al-Masyhurah karangan Al-Hafiz Syams ad-Din Muhammad bin Abd. Rahman As-Sakhawy (wafat 902 H)Asna Al-Matalib oleh Syekh Muhammad bin Sayyid Barwisi.Tamyiz At-Tayibi oleh Ibn Ad-Daiba As-Syailani. Mundzier Suparta dan Ujang Ranuwijaya. Ibid. Hal. 99 ANALISAApabila kita amati dengan seksama maka akan kita temukan bahwasanya istilah masyhur yang terdapat di dalam sebuah kitab tertentu, mengandung makna secara bahasa dan juga secara istilah. Istilah masyhur yang ditetapkan pada sebuah hadits, terkadang bukan untuk menetapkan kriteria-kriteria hadits menurut ketetapan rawi-rawi yang meriwayatkan suatu hadits, tetapi ditetapkan juga memberikan sifat suatu hadits yang mempunyai ketenaran di kalangan para ahli ilmu tertentu, di kalangan masyarakat tertentu atau golongan tertentu. Untuk itu kita harus jeli sehingga dapat mendudukkan sebuah hadits masyhur tersebut sesuai dengan klasifikasinya. Hal ini penting karena dengan mengetahui kondisi hadits ditinjau dari segi kuantitasnya dapat mempengaruhi takhrij hadits (kita bisa memilah hadits mana yang lebih rajih)Sedangkan di antara hadits masyhur tersebut terdapat derajat sohih dan dhoif bahkan maudhu, maka kita harus hati-hati dan perlu melakukan penelitian terlebih dahulu agar dapat dibedakan. Hal ini sangat penting karena dengan mengetahui kualitas sebuah hadits, kita akan menjadi lebih yakin dan tidak ragu-ragu dalam beramal dengan berlandaskan hadits yang telah kita ketahui derajatnya tersebut. BAB IIIKESIMPULANPara ulama memberikan tarif yang berbeda mengenai hadits masyhur. Menurut ulama fiqih, hadits masyhur itu adalah muradif dengan hadits mustafid. Sedang ulama yang lain membedakannya. Hadits masyhur lebih umum dari pada hadits mustafdi. Hadits masyhur (mustafidz) adalah hadits yang dalam salah satu atau lebih thabaqah dari thabaqah sanad terdapat tiga perawi atau lebih, namun tidak mencapai derajat mutawatir.(Pendapat pertama).Hadits masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada setiap thabaqah (tingkatan) akan tetapi tidak mencapai derajat mutawatir. (Pendapat kedua)Hadits masyhur terbagi menjadi dua yaitu hadits masyhur berdasar jumlah rawi dan hadits masyhur berdasar kepopuleran sebuah disiplin ilmu atau sebuah komunitas. Hadits tersebut adakalanya bernilai sohih, hasan, dhoif bahkan maudhu Diperlukan sebuah penelitian terlebih dahulu (takhrijul hadits) sebelum melaksanakan isi kandungan sebuah hadits agar hati kita yakin dan tidak ragu-ragu ketika mengamalkan sebuah amal dengan berlandaskan hadits yang sudah jelas derajatnya. DAFTAR PUSTAKAAl Qathan. Manna. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2010Hassan, A. Qadir. Ilmu Musthalah Hadits. Bandung: Diponegoro. 2007. Mudasir. Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia. 2008Rahman, Fathur. Ikhtisar Musthalahul hadits. Bandung: PT Al Maarif. 1995. Smeer, Zeid B.. Ulumul Hadits pengantar studi Hadits Praktis. Malang, UIN-Malang PressSuparta, Munzier dan Ranuwijaya,Ujang. Ilmu Hadits, Jakarta: PT Raja Grafindo. 1993Thahhan, Mahmud. Intisari Ilmu Hadits. Malang: UIN-Press. 2007Wahhab Khallaf, Abdul. Ilmu Ushul Fiqih. Semarang: Dira Utama. 1994