HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT...

94
HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT TANGAN DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN MAHRAM: STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Helfiani NIM. 53030150006 PROGRAM STUDI ILMU HADIS FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SALATIGA 2019

Transcript of HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT...

Page 1: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT TANGAN

DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN MAHRAM: STUDI

KRITIK SANAD DAN MATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Agama (S.Ag)

Oleh:

Helfiani

NIM. 53030150006

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SALATIGA

2019

Page 2: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

ii

Page 3: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

iii

Page 4: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

iv

Page 5: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

v

MOTTO

Jadikanlah dirimu sendiri untuk bahagia selalu dan disaat cita-cita mu telah

tercapai jangan pernah berhenti untuk slalu bersyukur, berdoa, dan berusaha

setelah kesuksesan itu telah tercapainya. BAHAGIA ITU SEDERHANA.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tuaku

Kepada saudara-saudaraku

Kepada dosenku

Dan kepada pembaca skripsi ini.

Page 6: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas taufik

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“HADITS-HADITS KONTRADIKSI TENTANG BERJABAT

TANGAN DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN MAHRAM:

STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN” Penulis menyadari sepenuhnya

bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak, oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag., Selaku Rektor

Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum, selaku Dekan Fakultas

Ushuludin, Adab dan Humaniora beserta jajarannya.

3. Ibu Miftachur Rif‟ah Mahmud, M.Ag. selaku ketua program studi

Ilmu Hadits.

4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing

yang tiada hentinya memberikan saran untuk dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Dosen-dosen pengajar Ilmu Hadis yang telah memberikan ilmunya.

6. Teman-teman seangkatan IH 2015 yang telah menemaniku empat

tahun ini.

7. Teman-teman yang selalu memberikan semangat kepadaku.

8. Semua pihak yang telah berkecimpung dan menetap dalam

kehidupanku, terimakasih kasih.

Sebagai manusia biasa, dengan segala kerendahan hati dan

keterbatasannya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna dan terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun teknik

Page 7: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

vii

penulisannya, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari

berbagai pihak yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 01 Oktober 2019

Peneliti,

Helfiani

Page 8: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Transliterasi Arab-Latin

Daftra huruf arab dan transliterasinya kedalam huruf latin dapat

dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

Ba B Be ب

Ta T Te ت

. ث

Sa .

S

Es (dengan titik

diatas)

Jim J Je ج

Ha ح

Ḥ Ha (dengan titik di

bawah)

Kha Kh Ka dan Kh خ

Dal D De د

. ر

Zal

.

Z

Zet (dengan titik di

atas)

Ra R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es ش

Syin Sy Es dan Ey ظ

Ṣad Ṣ Es (dengan titik di ص

bawah)

ḍad ḍ De (degan titik di ض

bawah)

Ṭa Ṭ Te (dengan titik di ط

bawah

ẓa ẓ Zet (dengan titik di ظ

bawah)

Ain „_ Apostrof terbalik„ ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Page 9: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

ix

Qaf Q Qi ق

Kaf K Ka ن

Lam L El ل

Mim M Em و

Nun N En

Wau W We و

Ha H Ha

Hamzah _‟ Apostrof ء

Ya Y Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa

diberi tanda apa pun. Jika ia terletak ditengah atau diakhir, maka

ditulis dengan tanda ( ‘ ).

2. Vokal

Vokal bahasa arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa arab yang lambangnya berupa tanda atau

harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf latin Nama

Fathah A A ا

Kasraah I I ا

Dhomah U U ا

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan

antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf latin Nama

Fathah dan ya Ai A dan I ى

Fathah dan wau Au A dan U ى و

Contoh:

ف kaifa:ك

ل haula:ه و

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang panjangnya berupa harakat dan

huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat dan

Huruf

Nama Huruf dan Tanda Nama

ى--- | ا--- Fathah dan alif

atau ya

_

A

a dengan garis

di atas

Page 10: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

x

ىي Kasrah dan ya _

I

i dengan garis

di atas

Dhomah dan ى و

Wau

_

U

u dengan garis

di atas

Contoh: ات : ي

ي ي : ر

ت و :

mâta

ramâ

yamûtu

4. Ta Marbûtah

Transliterasi untuk ta marbûtah ada dua, yaitu ta marbûtah yang

hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dhammah,

transliterasinya adalah (t). Sedangkan ta marbûtah yang mati atau

mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah (h).

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbûtahdiikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu

terpisah, maka ta marbûtah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

ا ل ط ف ال ة ض و rauḍah al-aṭfâl : ر

ة ذ ه ة ا ن ان ف اض : al-madânah al-fâḍilah

ة ك al-hikmah : ا ن ح

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda tasydid ( ), maka dalam transliterasi ini

dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi

tanda syaddah.

Contoh:

ب ا rabbanâ: ر

ا najjaânâ : ج ك al-ḥaqq : ا ن ح

ج al-ḥajj : ا ن ح

Page 11: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xi

ى nu‟ima : ع

و ذ aduwwun„ : ع

Jika huruf ى bertasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

kasrah ( ي .maka ditransliterasikan seperti huruf maddah (â) ,(ض

Contoh:

ه ali (bukan „aliyy atau „aly)„: ع

ض ر arabi (bukan „arabiyy atau „araby)„ : ع

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf

( alif lam ma „ arifah ) . Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang

ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf

syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi

huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari

kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:

ص Al-Syamsu (bukan Asy-Syamsu) : ا ش

ن ة ن س Al- Zalzalah (bukan Az-Zalzalah) : ا ن سف ة Al-Falsafah : ا ن ف ه ط _ : ا ن ب لا د

Al-Biladu

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof („) hanya berlaku

bagi hurufhamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila

hurufhamzah terletak di awal kata, maka tidak dilambangkan karena

dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

و ر ج ا ي : ta‟murūna

ء ‟al-nau : ا ن و

ء syai‟un : ش ت ر umirtu : ا ي

8. Penulisan Kata Arab Yang Lazim Digunakan Dalam Bahasa

Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah

atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata,

istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari

pembendaharaan bahasa Indonesia tidak lagi ditulis menurut cara

transliterasi di atas, misalnya kata hadis, sunnah, khusus dan umum.

Page 12: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xii

Namun bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks

Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh.

Dikecualikan dari pembakuan kata dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) adalah kata al-Qur‟an. Dalam KBBI digunakan kata

Alquran, namun dalam penulisan naskah ilmiah dipergunakan sesuai

asal teks Arabnya yaitu al-Qur‟an, dengan huruf a setelah apostrof tanpa

tanda panjang, kecuali jika merupakan bagian dari teks Arab.

Contoh:

Fi al-Qur‟an al-Karîm

Al-Sunnah qabl al-tadwîn

9. Lafz Aljalâlah (الله)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf

lainnya atau berkedudukan sebagai muḍâf ilaih (frasa

nominal)ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

الله dînullah د

billâh ب الله

Adapun ta marbûtahdi akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-

jalâlahditransliterasi dengan huruf (t).

Contoh:

ة الله ح ر ف hum fî rahmatillâh ه ى

10. Huruf Kapital

Walaupun dalam sistem alfabet Arab tidak mengenal huruf kapital,

tetapidalam transliterasinya huruf-huruf tersebut diberlakukan ketentuan

tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan Pedoman Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan. Huruf kapital antara lain digunakan

untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf

pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata

sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal

nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada

awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan

huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal

dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika

ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan.(CK, DP, CDK, dan

DR). Contoh:

Page 13: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xiii

_ _ _

Wa ma MuḤammadun illa rasul

_ _ _

Inna awwala baitin wuḍi„a linnasi lallaẓi bi Bakkata mubarakan.

Page 14: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xiv

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ucapkan syukur sebanyak-banyaknya atas kehadirat Allah

SWT. yang memberikan rahmat, curahan kasih sayang, serta karunia

yang telaah diberikan kepada penulis berupa kesehatan daan waktu

yaang cukup banyak untuk menyelesaikaan tugas akhir penulis sebagai

mahasiswa IAIN Salatiga prodi Ilmu Hadis, dalam menyelesaikan

Skripsi ini. Shalawat serta salam selaalu penulis kirimkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad saw., yang slalu membawa keberkahan

dan slalu mengajak umatnya untuk berbuat kebaikaan terhadap

seseorang yang membutuhkan, mengajak kebenaran dengan izin-Nya

dan pemberi cahaya penerang bagi umatnya.

Dan dalam pembuatan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya

bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya

bantuan dan dukungan secara aktif maupun pasif dari berbagai pihak.

Oleh karna itu, penulis merasa sangat perlu untuk menyampaikan

ucapan terimakasih kepada kepada pihak yang membantu maupun yang

telah membimbing, mengarahkan, memberikan petunjuk, memberikan

nasehat, dan tak lupa memberikan do‟a dan motivasi agar penulis terus

belajar dalam hal apapun. Motivator pertama yang slalu memberikan

dukungan do‟a, serta usaha, yang telah diberikan kepada penulis yaitu:

1. Bapak Heri Ponimin dan Ibu Any Hidayah yang selama ini telah

berjuang, merawat, membesarkan, mendoakan, bekerja mencari

nafkah untuk anak-anaknya, sehingga penulis dapat memperoleh

pencapaian seperti sekarang ini. Segala do‟a, kasih sayang dan

kesabaran dalam mendidik ananda, semoga beliau mendapatkan

kebahagiaan di dunia maupun diakhirat dan mendapatkan

balasan yang berlimpah dari Allah SWT.

2. Ucapan terimkasih kepada bapak ibu guru TK sampai SMA dari

penulis belajar membaca, menulis, menghitung dan lain

sebagainya. Terimakasih atas bimbingan selama belajar di

sekolah, tak pernah lupa jasa-jasa bapak ibu guru selama

mengajar, hingga penulis bisa melanjutkan kejenjang perguruan

tinggi dan telah mendapatkan gelar S.Ag.

3. Kepada ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.Si. selaku Pembimbing

Akademik yang slalu memberikan motivasi yang tak dilupakan.

Page 15: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xv

4. Kepada Ibu Miftachur Rif'ah Mahmud, M.Ag. selaku ketua prodi

Ilmu Hadis bersama sekretarisnya Bp. Dr. Muhammad Rikza

Muqtada, M. Hum.

5. Kepada bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, LC., M.A. selaku

pembimbing penulis yang dengan ikhlas membimbing dan

memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

sejak awal hingga akhir.

6. Para dosen di lingkungan Fakultas Ushuluddin, Adab dan

Humaniora IAIN Salatiga, yang telah berjasa mengajar dan

mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di IAIN Salatiga.

7. Kepada keluarga penulis yang slalu memberikan dukungan serta

do‟a-do‟anya.

8. Kepada sahabat-sahabat penulis terkhusus sahabat satu

perjuangan di kelas Ilmu hadis 2015 yang slalu mendukung satu

sama lain dan saling mendo‟akan satu sama lain agar kita tetap

menjadi yang terbaik untuk sahabat-sahabat disekeliling kita

bahagia.

9. Terakhir, penulis ucapakan banyak terimakasih kepada mereka

yang berkenan membaca dan mengoreksi skripsi ini, sehingga

kedepannya bisa menjadi lebih baik dan dapat diterima secara

layak di masyarakat. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca.

Salatiga, 01 Oktober 2019

Penyusun

Helfiani

NIM. 53030150006

Page 16: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xvi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................... v

ABSTRAK .............................................................................. vi

KATA PENGANTAR.....................................................vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................. ix

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................. xv

DAFTAR ISI ....................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................. 8

C. Tujuan Penelitian. ................................................... 8

D. Manfaat Penelitian .................................................. 8

E. Kajian Pustaka......................................................... 9

F. Metode Penelitian ................................................. 11

G. Sistematika Pembahasan ....................................... 15

BAB II HADITS-HADITS KONTRADIKSI TENTANG HUKUM

BERJABAT TANGAN DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN

MAHRAMNYA

A. Hadits Mukhtalif dan MetodePembahasan ...... 17

B. Hadits-Hadits Larangan dan Bolehnya

Berjabat Tangan dengan Lawan Jenis………26

C. Pendapat Para Ulama Tentang Larangan

D. dan Bolehnya Berjabat Tangan dengan Lawan

Jenis yang Bukan Maramnya .................................. 36

BAB III KRITIK SANAD TENTANG BERJABAT TANGAN

DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN MAHRAMNYA

A. Takhrij Hadits ................................................ 39

B. I‟tibar Hadits .................................................. 57

C. Naqd‟ Hadits....................................................62

Page 17: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xvii

BAB IV KRITIK MATAN HADITS TENTANG BERJABAT

TANGAN DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN

MAHRAMNYA

A. Teori Kritik Matan ............................................ 83

B. Analisa Kritik Matan ......................................... 84

C. Kesimpulan Hasil Penelitian Kritik Sanad

dan Matan .......................................................... 92

BAB V PENUTUP ............................................................. 93

A. Kesimpulan ........................................................ 93

B. Saran...... ............................................................. 94

DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 95

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................. 98

Page 18: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang
Page 19: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits adalah sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur‟an.

Fungsi hadits yaitu menetapkan hukum yang belum nyata disebutkan di

dalam al-Qur‟an. Dari kata al-hadits )ث ذ )ا نح ,yaitu kata mufrad, jamak

dari kata al-hadits yaitu ) اد ث الأح ), dasar dari kata tersebut yaitu

tahdits) ث ذ yang artinya “pembicaraan”. Adapun dari segi bahasa ,(ج ح

kata al-hadits memiliki beberapa arti, diantaranya yaitu: Al-Jadid) ذ ذ ;(ا ن ج

yang berarti “yang baru”, Ath-thariqah al-Maslukah) ة ك ه و ط ا ن م ة ;(ا نطر

yang berarti “jalan yang ditempuh”, Al-Khabar ( ب ر yang berarti ;(ا ن خ

“berita”, As-sunnah ( ة yang berarti “perjalanan”.52 ;(ا نط

Adapun menurut istilah, yaitu segala sesuatu yang bersumber dari

Nabi SAW, baik dari perkataan, perbuatan, dan ketetapaan (taqrir)

maupun dari sifat beliau. Dari ahli hadits dan ahli ushul berbeda

pendapat dalam pengertian hadits Nabi, yaitu menurut ahli hadits

memandang hadits sebagai sesuatu yang bersumber dari Nabi

Muhammad sendiri, hingga setiap apa yang melekat pada Nabi

Muhammad akan menjadi kebiasaan yang akan ditiru oleh umatnya yang

bersifat kemanusiaan. Sedangkan ahli ushul memandang Nabi

Muhammad Saw, apa yang menjadi kebiasaan dan bersifat kemanusiaan

tidak termasuk hadits.

Dalam memahami hadits harus mempunyai kejelian yang kuat karna

bisa menentukan mana hadits shahih, hasan, dan dhaif atau mempunyai

metode yang tepat. Jika ada hadits-hadits yang bertentangan secara

dhahir satu dengan yang lainnya, maka hadits yang bertentangan lebih

baik diteliti dahulu kebenarannya, karna sebuah riwayat hadits harus

52

Ma‟shum Zein, Ilmu Memahami Hadis Nabi: Cara Praktis Menguasai Ulumul

Hadits dan Mustholah Hadits, ((Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2016), h.1-2.

Page 20: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

ii

lebih dipahami dengan melihat riwayat yang lain, sehingga apa yang

dimaksudkan dalam hadits tersebut akan menjadi lebih jelas.53

Sebuah hadits mempunyai bebeapa redaksi, yaitu yang bersifat

umum satu riwayat sedangkan redaksi yang bersifat khusus yaitu dengan

topik yang sama. Sebagaimana halnya redaksi hadits yang bersifat

muthlaq (pengertian secara luas), muqayyad (pengertian secara terbatas),

mujmal (global), dan mubayyin (penjelas) pada topik yang sama. Maka,

dalam hal ini yang mutlak harus dipahami dengan pengertian yang

muqayyad, sedangkan yang mujmal harus dipahami dengan pengertian

yang mubayyin. Sehingga yang tadinya bersifat global dalam redaksi

hadits maka akan lebih jelas (mubayyan). Jika dalam arti lain, hadits

yang belum jelas dalam maknanya lebih baik harus ditafsirkan oleh

hadis yang sudah jelas maknanya. Inilah yang disebut bahwa hadits

dengan hadits saling menjelaskan, sebagaimana halnya al-Qur‟an yaitu

ayat dengan ayat saling menafsirkan.

Banyak persoalan yang sedang di hadapi oleh masyarakat muslim,

dengan ini penulis ingin menyampaikan pemahaman hadits yang

(kontradiktif) bertentangan dengan persoalan yang membahas pendapat

pemahaman para ulama empat madzhab dan ulama kontemporer yaitu

Yusuf Qardhawi serta meneliti sebuah hadis yang berbeda pendapat

dengan melakukan penelitian kritik sanad dan kritik matan hadis tersebut

yang berkaitan dengan tema boleh tidaknya berjabat tangan antara laki-

laki dan perempuan yang bukan makhramnya.

Dalam status kemahraman keluarga yang perlu diperhatikan untuk

saling menyentuh atau menghindari dalam berjabat tangan yaitu dengan

cara pemahaman dari anak-anak terlebih dahulu untuk mengetahui nasap

kemahraman yang boleh atau tidak untuk bersentuhan dan

menerapkannya kedalam sosialisasi antara orang tua terhadap anaknya.

Hal ini perlu diperhatikan dalam memahami kemahraman antara

keluarga seperti anak paman atau anak bibi dari ayah maupun ibu

(bukan mahramnya), istri paman dari ayah maupun ibu (mahram nasap),

dan saudara ipar/ponakan ipar/sepupu (bukan mahramnya) atau wanita-

53

Ali Musthafa Yaqub, Cara Benar Memahami Hadits, (Cet. I, Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2016), h. 133.

Page 21: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

iii

wanita lain yang masih ada hubungan kekerabatan. Pada saat waktu

tertentu seperti silaturahmi, menjeguk orang sakit, teman atau kerabat

mengucapkan selamat apa yang kita capai, bertemu dengan sapaan

berjabat tangan antara satu dengan yang lainnya yang bukan

mahramnya. Hal itu, sekarang menjadi budaya yang orang awam tidak

tau nasab haramnya berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan

mahramnya.54

Dalam pribadi Rasulullah Saw. yang mempunyai sifat tawadhu

(rendah diri), Rasulullah Saw., slalu mengulurkan tangan beliau untuk

mengajak bersalaman kepada setiap orang, baik orang tua maupun anak-

anak, baik kaya maupun miskin, dan orang yang berkulit hitam atau

putih. Beliau slalu mendahului dalam bersalaman kepada kaumnya akan

tetapi berjabat tangannya beliau tidak ada rasa suka atau syahwat kepada

kaum perempuannya, itulah sifat Rasulullah Saw yang bersikap tawadhu

(rendaah diri). 55 Tawadhu termasuk pilar penting dalam pergaulan

dengan manusia. dengan bersikaptawadhu, seseorang dapat masuk

kedalam hati manusia dan memperoleh kecintaan mereka.

Didalam ilmu fiqih menurut jumhur ulama berjabat tangan dengan

lawan jenis yang bukan mahramnya itu diharamkan, karna apabila kita

diperintahkan untuk menahan pandangan dari seorang laki-laki maupun

pandangan dari perempuan yang bukan mahramnya, pada dasarnya

pandangan adalah salah satu sarana untuk menimbulkan syahwat, maka

menahan tangan kita dari berjabat tangan yang bukan mahramnya jauh

lebih penting, sebab berjabat tangan itu sentuhannya lebih kuat dan lebih

besar dalam merangsang syahwat dari pada memandang seseorang yang

bukan mahramnya. 56

54

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer 2, (Cet. 1, Jakarta: Gema Insani,

1995), h. 402. 55

Khalil Al-Musawi, Keajaiban Silaturahmi, (Cet I, Jakarta: PT Ufukreatif Design,

2011), h. 81. 56

Ahmd Sarwat, Ensiklopedia fiqih Indonesia 8: Pernikahan, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2019), h. 83.

Page 22: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

iv

Disamping itu, ada beberapa hadits yang menjadi persoalan tentang

boleh tidaknya berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan

mahramnya. Hadits yang di riwayatkan oleh Tabrani, yaitu:

أ , لبي: أبأ ث, حس صب شساز ث ؼعس, ع س , حس صبصط ث ع ث أح ث حسصب عجسا

ع صى الل ث ؽبض, لبي: لبي ضؼي الل عم علاء, حس ص ف ا طع : "الأ ؼ

." طأحلا رح ػ ا أ ط حسس ذ رظ ث 57ضأغ ضج

Telah menceritakan kepada kami Abdaanu bin Ahmad, telah

menceritakan kepada kami Nas‟ru bin Ali, berkata Abihi, telah

menceritakan kepada kami Sa‟dadu bin Syaid, dari Abi Al‟i, telah

menceritakan kepada kami Maqil bin Yasar, berkata: Rasulullah Saw

berkata: kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum besi,

lebih baik daripada dia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.

Pada dasarnya ungkapan “menyentuh” itu berarti menyentuh yang

semata-mata tidak menggunakan tanggan akan tetapi yang dimaksud

disini yaitu jima‟ (hubungan biologis/seksual) yang dapat memberikan

kepuasan atau mengeluarkan syahwat yang dimiliki oleh salah satu

orang yang berjabat tangan. Dalam hadis tersebut terdapat sebuah petisi

yaitu “menyentuh perempuan yang tidak halal baginya” (maksud dari

petisi tersebut yaitu, tidak halal bagi seseorang yang saling bersentuhan

jima‟ yang bukan mahram dalam melakukan menyentuh dan akan

adanya yang ditimbulkan oleh orang tersebut dengan syahwat yang

berlebihan). 58

Ditemukan pula hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, yaitu:

ز حسصب عجس اط ح صب حس الل عبئشخ ضض ح ع عط طي ع اع ط ع ع اق أذجطب ظ

خ } لا ا ص ث ىلا جبع اؽبء ثب ؼ ع صى الل اج ب لبذ وب ع ثبلل شطو

ئب { لبذ بش ى طأح طأح إلا ا س ا ؼ ع صى الل ؽذ س ضؼي الل ب

Telah menceritakan kepada kami Mahmud telah menceritakan

kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari

57

Hadis Riwayat Thabrani, Kitab Mu‟jam al-Kabir Thabrani, Bab Haramnya

Bersalaman Lawan Jenis, No. 16881, Juz 15, Maktabah Syamilah, h. 143. 58

Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, (Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press,

1997), h. 114.

Page 23: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

v

Az Zuhri dari 'Urwah dari Aisyah radliallahu 'anha, mengatakan, Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam Shallallahu'alaihiwasallam membaiat wanita

cukup dengan lisan (tidak berjabat tangan) dengan ayat ini; 'Untuk tidak

menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun….' sampai akhir (QS.

Almumtahanah 12) kata Aisyah; Tangan Rasulullah

Shallallahu'alaihiwasallam sama sekali tidak pernah menyentuh wanita

selain wanita yang beliau miliki (isterinya).59

Maksud dari hadis tersebut yaitu, menghindarnya Rasulullah Saw

dalam berjabat tangan denga kaum perempuan karna Rasulullah

menghindar disaat kondisi kaum beliau yang ingin bertemu dengan

baliau beragamnya acara untuk melakukan berjabat tangan dengan

beliau, mulai dari menyampaikan selamat dalam bentuknya yang paling

sederhana, sampai pada meminta doa dan mengharap keberkahan

dengan cara menyentuh tangan beliau yang mulia atau untuk berbai‟at

masuk islam. Akan tetapi Rasullulah tidak akan menghindar dari semua

bentuk kondisi yang lain, hanya saja Rasulullah menghindar dari fitnah

pada kondisi dengan wanita yang ingin berjabat tangan dengan beliau.

Jadi Rasulullah merasa aman dari fitnah pada kondisi tersebut dan tidak

ada alasan yang lain yang berkepentingan dengan Rasulullah untuk

berjabat tangan. 60

Hadis yang menunjukan boleh menyentuh tangan ketika ada

kebutuhan dan terhindar dari fitnah. Hal ini di perkuat oleh hadis riwayat

Bukhari, yaitu:

ح ع ؽ م ذبس ا عجس ث صب حس وضط أذجطب ؼفب س ث ح صب ت حس بضصخ ث

ضعف جخ و ا ثأ لبي ألا أذجطو ؼ ع صى الل اج ع رعاع زضبعف ا

اظ ج عز ابض و ثأ ألا أذجطو لأثط عى الل ألؽ عؽى س ث ح لبي ؽزىجط

بء إ خ وبذ الأ به لبي إ حسصب أػ ث س اط أذجطب ح حسصب ش أ

ف ؼ ع صى الل سخ زأذص ثس ضؼي الل ش شبءد ا ح طك ث ز

59

Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari, Bab Bai‟at Wanita, No. 6674,

(Jakarta: Lidwa Pusaka i-Software, 2011).

60

Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan.., (Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press), h.

120.

Page 24: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

vi

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah

mengabarkan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami

Ma'bad bin Khalid Al Qaisi dari Haritsah bin Wahb Al Khuza'i dari Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Maukah kalian aku

beritahu penduduk surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan

diperlemah. Sekiranya ia bersumpah atas nama Allah pasti Allah akan

mengabulkannya, Maukah kalian aku beritahu penghuni neraka? Yaitu

Setiap orang yang keras (hati), congkak dan sombong." Muhammad bin

Isa berkata; telah menceritakan kepada kami Husyaim telah

mengabarkan kepada kami Humaid At Thawil telah menceritakan

kepada kami Anas bin Malik dia berkata; "Sekiranya ada seorang budak

dari budak penduduk Madinah menggandeng tangan Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam, sungguh beliau akan beranjak bersamanya

kemana budak itu pergi."61

Dalam buku Yusuf Qardhawi, yang dikatakan oleh Al-Hafidz Ibnu

Hajar dalam Fathul Bari yaitu: dari istilah memegang tangan di dalam

hadis tersebut yaitu kasih sayang atau keteundukan seorang Nabi

terhadap kaum-Nya yang memenuhi keperluan sang budak tersebut

untuk pergi keluar kota madinah, niscaya beliau akan membantunya.62

Pemahaman dalam berjabat tangan antara laki-laki dengan

perempuan yang bukan mahramnya tidak sepenuhnya dipahami oleh

kaum muslim, seperti budaya sekarang ini yang pada umumnya

menjadikan berjabat tangan antara laki-laki dengan perempuan bukan

mahramnya menjadi sesuatu yang sudah biasa dilakukan atau adab

berjabat tangan yang semestinya tidak diterapkan yang akan menjadi

budaya dikalangan milenial sekarang. Dan dalam penelitian ini akan

membahas implementasi antara pendapat pemahaman para ulama empat

madzhab dan ulama Yusuf Qardhawi serta membahas hadis yang akan

ditakhrijkan dengan meneliti sanad dan matan hadis, maka dalam

penelitian ini sangat penting untuk dikaji karna agar lebih mengetahui

hukum yang sebenarnya.

61

Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari, Bab Sombong, No. 5610, (Jakarta:

Lidwa Pusaka i-Software, 2011). 62

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer 2, (Cet. 1, Jakarta: Gema Insani,

1995), h. 415.

Page 25: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

vii

B. Rumusan Masalah Untuk memudahkan serta memperjelas dalam melakukan penelitian

ini, maka beberapa rumusan masalah yang dapat diambil dari hasil

pemaparan latar belakang mengenai berjabat tangan dengan lawan jenis

yang bukan mahramnya,yaitu:

1. Bagaimana kritik sanad hadits-hadits yang berkaitan dengan

berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya?

2. Bagaimana kritik matan hadits-hadits yang berkaitan

denganberjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan

mahramnya?

C. Tujuan Penelitian Dari deskripsi masalah yang telah penulis uraikan di atas dalam

permasalahan tersebut tentunya penulis mempunyai alasan atau tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui dan memahami kritik sanad tentang hadis-hadis

kontradiksi tentang berjabat tangan dengan lawan jenis yang

bukan mahramnya.

2. Megetahui dan memahami kritik matan hadis-hadis kontradiksi

tentang berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan

mahramnya,

D. Manfaat Penelitian Segala sesuatu yang dilakukan dengan nama kebaikan pasti akan

mendapatkan bermacaam manfaat, sehingga hasildari penelitian ini

mempunyai manfaat secara teoritis dan praktis dan bisa di ambil dalam

pengetahuannya tentang berjabat tangan dengan lawaan jenis yang

bukan mahramnya:

1. Manfaat secara teorotis

Page 26: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

viii

Menambah wawasan dari hasil penelitian ini, dengan

mengetahui pendapat pemahaman para ulama dan mengetahui

kualitas sanad dan matan hadis, sehingga dapat memahami hadis

dengan semestinya.

2. Manfaat secara praktis

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi yang bisa

diterapkan dengan baik dalam bermasyarakat antara laki-laki dan

perempuan yang bukan mahramnya, karna kualitas hadis tidak

diragukan lagi.

E. Kajian Pustaka

Dalam pembahasan pada masalah yang penulis kaji ada beberapa

penelitian yang terkait dengan berjabat tangan dengan lawan jenis yang

bukan mahramnya, yaitu sebagai berikut:

Pertama, yaitu Berjabat Tangan antara Laki-Laki dengan

Perempuan dalam tinjauan Ikhtilaf Hadis oleh Mazro‟atus Sa‟adah

dalam artikelnya yaitu menjelaskan tentang metode memahami hadis

bertentangan, hadis-hadis tentang berjabat tangan antara laki-laki dengan

perempuan, dan pendapat para ulama yang berkaitan dengan berjabat

tangan dengan lawan jenis yang bukan makhramnya.63

Kedua, yaitu Metode Ijtihad Yusuf al-Qardhawi dalam Fatawa

Mu‟ashirah oleh Ali Akbar dalam jurnalnya yaitu menjelaskan tentang

pemikiran hukum al-Qardhawi dan metode ijtihadnya dalam bidang

ibadah. Dimana dalam pembahasan tersebut menjelaskan hukum

berjabat tangan antara laki-laki dengan perempuan yang bukan

mahramnya.64

Ketiga, yaitu Analisi Hukum Islam Berjabat Tangan antara Laki-

laki dan Perempuan pada Pesta Pernikahan Studi Kasus Desa Bandung

63

Mazro‟atus Sa‟adah, Metode Memahami Hadits Nabi”Berjabat Tangan Antara

Laki-Laki Dengan Perempuan Dalam Tinjauan Ikhtilaf Hadits”, dalam

http://ejournal.kopertais4.or.id.pdf , diakses 22 Maret 2019, h. 29. 64

Ali Akbar, Metode Ijtihad Yusuf Qardhawi Dalam Fatwa Mu‟ashirah, dalam

http://ejournal.uin-suska.ac.id.pdf (Vol. XVIII, No. 1, Januari/2012), diakses 22 Maret 2019,

h. 6-7.

Page 27: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

ix

Lor, Kunir, Dempet, Demak oleh Bustanul Arifin dalam skripsinya yaitu

menjelaskan tentang ketentuan umum berjabat tangan, dan hasil praktek

dalam pelaksanaan berjabat tangan saat pesta pernikahan.65

Keempat, yaitu Relevansi Pengetahuan Masyarakat tentang Etika

dan Berjaba Tangan dengan Lawan Jenis dalam Tinjauan Islam oleh

Nurin Fitriana dalam artikelnya yaitu menjelaskan tentang lembaga-

lembaga pendidikan islam, etika dan moral, dan berjabat tangan dalam

islam.66

Kelima, yaitu Hadis Mushafahah Berjabat tangan atau Bersalaman

oleh Suheri dalam artikelnya yaitu menjelaskan hukum berjabat tangan

dan berjabat tangan dengan lawan jenis.67

Dari penelitian di atas peneliti belum menemukan penelitian dengan

judul hadits-hadits kontradiksi tentang berjabat tangan dengan lawan

jenis yang bukan muhrimnya: studi kritik sanad dan matan. Perbedaan

dari penelitian di atas dengan penelitian penulis terutama pada penelitian

pendapat para ulama keseluruhannya tidak membahas ulama empat

madzhabdan pada penelitan kualitas sanad, dan matan hadis belum

ditemukan penulis dalam mentarjih hadis-hadis berjabat tangan dengan

lawan jenis yang bukan mahramnya.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis untuk meneliti

penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka ( library research),

dengan mengumpulkan data dan informasi dari data-data tertulis yang

65

Bustanul Arifin, Analisi Hukum Islam Berjabat Tangan antara Laki-laki dan

Perempuan pada Pesta Pernikahan “Studi Kasus Desa Bandung Lor, Kunir, Dempet,

Demak”, Skripsi (Jepara: Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah UNISNU Jepara,

2015), h. 18. 66

Nurin Fitriana, Relevansi Pengetahuan Masyarakat tentang Etika dan Berjaba

Tangan dengan Lawan Jenis dalam Tinjauan Islam, dalam http://www.researchgate.net.pdf,

diakses 31 Agustus 2019, h. 10-13. 67

Suheri Euroliner, Hadis Mushafahah Berjabat tangan atau Bersalaman, dalam

http://www.Academia.edu.pdf, diakses 14 September 2019, h. 2-3.

Page 28: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

x

berupa literatur berbahasa Arab dan berbahasa Indonesia yang

mempunyai relevansi rujukan yang dengan penelitian.

2. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini, bersumber dari

perpustakaan tertulis buku ilmiah, referensi tertulis lainnya dan

menggunakan CDR Sofware lidwa 9 imam kitab. Data adalah

sekumpulan informasi yang digunakan dan dilakukan analisis agar

tercapai tujuan penelitian. Kemudian dikategorikan sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data utama atau data pokok penelitian yang

diperoleh secara langsung dari sumber utama yang menjadi obyek

penelitian. Yang akan dijadikan rujukan dalam penelitian ini yaitu

pendapat para ulama tentang berjabat tangan dengan lawan jenis yang

bukan mahramnya dan hadis yang menunjukkan boleh atau tidaknya

berjabat tangan dengan lawan jenis yang terdapat dalam sembilan kitab

hadis dan dengan menggunakan metode takhrij, yaitu:

1) Takhrij bi al-Lafzh yaitu mencari hadis melalui lafal matan, baik

bagian awal, tengan maupun akhir.

2) Takhrij bi al-Maudhu‟ yaitu penelusuran hadis yang didasarkan

pada topik, seperti bab sholat dan lain sebagainya.

3) Takhrij bi al-Rawi al-A‟la yaitu penelusuran hadis melalui nama

perawi pertama dalam sanad.

Metode takhrij ada 5 metode, akan tetapi penulis mengambil tiga

metode, karna penulis dalam mencari hadis di sofware aplikasi komputer

lidwa 9 imam kitab hadis tidak semua lima metode digunakan untuk

menelusuri hadis, seperti mencari hadis melalui permulaan matan yang

terdapat dalam kitab al-Jami‟ Al-Shagir, dan penelusuran melalui status

hadis.

Sebagai sumber utama dalam penelitian ini adalah buku-buku yang

berkaitan langsung dengan berjabat tangan antara laki-laki dan

prempuan yang bukan mahramnya. Penelusuran data hadis ini dibantu

dengan sofware aplikasi komputer lidwa 9 imam kitabhadis. Adapun

kitab-kitab hadis yang menjadi sumber primer hadis-hadis berjabat

Page 29: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xi

tangan dengan lawan jenis yang bukn mahranya yaitu dengan

mengelompokkan hadis larangan yang dilarang berjabat tangan dengan

lawan jenis yang bukan mahramnya yaitu terdapat dalam kitab Thabrani

dan Bukhari, sedangkan pengelompokan hadis yang membolehkan yaitu

dalam kitab bukhari.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data-data yang mendukung tema-tema pokok

yang akan dibahas dalam penelitian dengan mengunakan buku pustaka ,

artikel, jurnal maupun bahan pustaka lainnya yang didalamnya ada

pembahasan yang terkait dengan berjabat tangan dengan lawan jenis

yang bukan mahramnya, guna untuk memperkuat argumentasi dan

melengkapi hasil dari penelitian tersebut. Dalam mendapatkan buku

ataupun bahan pustaka lainnya dengan cara mencari tema utama seperti

berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya yang akan

dibahas dalam penelitian tersebut.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan teknik pengumpulan data, maka teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Mengumpulakan data yang relevan dengan masalah yang

akan diteli yang berhubungan dengan hadis-hadis tentang

berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.

b. Mengumpulkan hadis-hadis tentang berjabat tangan dengan

lawan jenis yang bukan mahramnya.

c. Meneliti kualitas para perawi hadis dengan menggunakan

Ilmu al-Jarah wa Ta‟dil.

d. Meneliti ketersambungan sanad yang jalur periwayatannya

berkaitan antara perawi satau dengan yang lainnya, baik

berupa guru, murid, wafat, yang terdapat dalam data kitab

Rijal al-Hadis.

e. Meneliti kualitas matan, apakah matan tersebut mempunyai

tambahan lafal, sisipan lafal, pengurangan lafal, dan

perbaikan lafal.

4. Teknik Analisis Data

Page 30: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xii

Metode analisis data yaitu, mencari sumber data yang berkaitan

dengan penelitian ini lalu menjelaskan data-data tersebut untuk mencari

makna dalaam penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan

penelitian analisis kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskripsi-analisis dalam suatu objek tertulis yang dapat diamati dan

di teliti.

Kemudian dalam penelitian analisis data ini menggunakan metode

tahlili68dengan menggunakan pendekatan takhrij hadis dalam metode

kritik sanad dan kritik matan , metode ini mempunyai langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Mengumpulkan sanad, matan dan mukharrij yang berkaitan

dengan judul penelitian.69

b. Menjelaskan kualitas sanad dan matan hadis yang akan diteliti.

c. Menjelaskaan kandungan hadis.

d. Menguraikan hikmah yang dapat dipetik dari hadis yang akaan

diteliti.

5. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, ada metode dalam pendekatan

penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini, yaitu menggunakan

pendekatan penelitian dengan pendekatan deskriptif-normatif.

Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan

suatu gejala, peristiwa, atau kejadiaan yang masih terjadi pada saat-saat

sekarang. Dalam penelitian ini tidak dilakukan kesimpulan yang secara

menyeluruh atas data yang telah ada, akan tetapi penelitian ini hanya

mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara teliti sesuai dengan

data yang akan diteliti dari sumber yang telah didapatkan. 70Pendekatan

68

Metode tahlili yaitu, metode yang menjelaskan makna hadis secara berurutan dan

memaparkan segala aspek yang terkandung didalamnya, dengan mengikuti sistematika buku

hadis yang disyarahkan. Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis Nabi,

(Cet. 1, Jakarta, Amzah: 2014), h. 141. 69

Siti Fatimah, Silaturahmi Menurut Hadis Nabi SAW Suatu Kajian Tahlili, Skripsi

dalam http://repositori.UIN-Alauddin.ac.id.Skripsi.pdf diakses 30 Juni 2019, h. 14.

70 Deny Nofriansyah, Penelitian Kualitatif Analisis Kinerja Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan, (Cet. 1, Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 8.

Page 31: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xiii

normatif adalah upaya dalam memahami aturan atau norma-norma

tertentu dalam ajaran islam sebagaimana terdapat dalam al-Qur‟an,

Sunnah, dan Ijtihad.71

Jadi pendekatan deskriptif-normatif yaitu penelitian dengan

mendeskripsikan suatu peristiwa dengan kejadian yang telah terjadi

dengan menggunakan norma-norma dalam aturan ajaran agama islam

yang terdapat dalam al-Qur‟an, Hadits, dan Ijtihad sebagai suatu

kebenaran yang harus diterima dan tidak boleh diganggu-gugat.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman, da penelaahan pokok

pembahasan yang penulis akan bahas dalam penelitian ini, maka penulis

menyusun sistematika pembahasan skripsi sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, berisi tentang: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II :Hadis-hadis kontradiktif tentang hukum berjabat tangan

dengan lawan jenis yang bukan mahramnya dengan menjelaskan tentang

hadits mukhtalif dan metode penyelesaiannya, hadits-hadits larangan

dan bolehnya berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan

mahramnya, pendapat para ulama yang berkaitan dengan larangan dan

bolehnya berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.

BAB III :Kritik sanad hadis tentang berjabat tangan dengan lawan

jenis yang bukan mahramnya. Yang menjelaskan tentang takhrij hadis,

i‟tibar hadis, dan naqd hadis

BAB IV : Kritik matan hadits tentang berjabat tangan dengan lawan

jenis yang bukan mahramnya. Menjelaskan tentang teori kritik matan,

analisis kritik matan, kesimpulan hasil penelitian kritik sanad dan matan.

71

Wahidul Anam, Dekontruksi Kaidah „Adalah Al-Sahabah: Implikasi Terhadap

Studi Ilmu Hadits, (Cet. 1, Yogyakarta: LKS Pelangi Aksara, 2016), h. 132.

Page 32: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xiv

BAB V : Menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian yang

penulis buat dari berbagai sumber. Saran dan daftar pustaka.

Page 33: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xv

BAB II

HADITS-HADITS KONTRADIKTIF TENTANG HUKUM

BERJABAT TANGAN DENGAN LAWAN JENIS YANG

BUKAN MAHRAMNYA

A. Hadits Mukhtalif dan Metode Penyelesaiannya

Hadits mukhtalif yaitu hadits yang kontradiktif dengan hadits yang

lain, dengan arti hadits yang secara lahiriyah sudah saling bertentangan

dengan hadits yang sama maknanya, lalu hadits-hadits tersebut yang

saling bertentangan dihilangkan salah satu atau kedua hadis tersebut

dikompromikan terlebih dahulu sebelum dihapusnya. Jika masalah

dalam kandungan hadits-hadits tersebut sulit dipahami atau sulit mencari

gambaran dalam hadis tersebut, maka kesulitan tersebut akan

dihilangkan dan dijelaskan pada hakikat yang sebenarnya.72

Apabila ada dua hadits yang kontradiktif tetapi keduanya shahih,

maka solusinya yaitu mengompromikannya dengan membatasi (taqyid)

yang mutlak, mengkhususkan (takhsbih) yang umum, atau

menginterpretasikan pristiwa yang terjadi berkali-kali dengan berbeda

latar belakang dan kondisnya.73 Atau hadits-hadits yang bersifat muskil

untuk ditakwilkan, maka kan hilang kemuskilannya, walaupun hadits-

hadits tersebut tidak saling bertentangan.

Prinsip pokok dalam penyelesaian hadits-hadits yang saling

bertentangan menurut ulama dalam urutannya sebagai berikut:

1. Al-Jam‟u wa al-taufiq (kompromi)

Salah satu hal yang terpenting dalam memahami sunnah Nabi yang

baik adalah menyesuaikan hadits-hadits yang tampak bertentangan serta

menggabungkan hadits yang satu dengan hadits yang lainnya. Jika salah

satu hadits bersifat khusus, hadits yang bersifat khusus tersebut

mengkhususkan hadits yang umum. Cara lainnya yaitu menakwilkan

72 Ma‟shum Zein, Ilmu Memahami Hadis Nabi:Cara Praktis Menguasai Ulumul

Hadits dan Mustholah Hadits, (Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2016), h. 100. 73

Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis, (Cet.I, Jakarta: Amzah,

2014), h. 196.

Page 34: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xvi

salah satu hadits yang berlawanan dengan syara‟, sedangkan yang

lainnya sesuai dengan syara‟.74 Bisa juga dengan cara penyelesaian

berdasarkan pemahaman dengan pendekatan kaidah ushul dalam arti

untuk memahami maksud dari suatu hadis-hadis Rasulullah dengan

memperhatikan dan mempedomani ketentuan atau kaedah-kaedah ushul

untuk dapat meng-istinbath-kan hukum-hukum yang dikandung dengan

baik.75

Contoh al jam‟u wa al-taufiq yaitu dengan hadis yang melarang dan

membolehkan berjabat tangan dengan lawan jenis non mukhrim. Hadis

yang melarang yaitu:

Hadis pertama

ص ز حس ح صب حس عبئشخ ضض ح ع عط طي ع اع ط ع ع اق أذجطب ظ ب عجس اط

خ ا ثص ىلا جبع اؽبء ثب ؼ ع صى الل اج ب لبذ وب ع الل } لا شطو

ش ثبلل ى طأح طأح إلا ا س ا ؼ ع صى الل ؽذ س ضؼي الل ب بئب { لبذ

Telah menceritakan kepada kami Mahmud telah menceritakan

kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari

Az Zuhri dari 'Urwah dari Aisyah radliallahu 'anha, mengatakan, Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam Shallallahu'alaihiwasallam membaiat wanita

cukup dengan lisan (tidak berjabat tangan) dengan ayat ini; 'Untuk tidak

menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun….' sampai akhir (QS.

Almumtahanah 12) kata Aisyah; Tangan Rasulullah

Shallallahu'alaihiwasallam sama sekali tidak pernah menyentuh wanita

selain wanita yang beliau miliki (isterinya).76

Hadis kedua

74

Ibid., h. 197. 75

Sri Aliyah, “Teori Pemahaman Ilmu Mukhtalif Hadits”, jurnal, (Juni 2014), h. 7. 76 Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari, Bab Bai‟at Wanita, No. 6674,

(Jakarta: Lidwa Pusaka i-Software, 2011).

Page 35: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xvii

، لبي: أب س، حسصب صط ث ع ث أح أث حسصب عجسا أث، حسصب شساز ث ؼعس، ع

ف طع :"لأ ؼ ع صى الل ث ؽبض، لبي: لبي ضؼي الل عم علاء، حسص ضأغ ا

طأح لا ػ ا أ ط حسس ذ رظ ث ".ضج 77 رح

Telah menceritakan kepada kami Abdanu bin Ahmad, telah

menceritakan kepada kami Nas‟ru bin Ali, berkata Abihi, telah

menceritakan kepada kami Sa‟dadu bin Syaid, dari Abi Al‟i, telah

menceritakan kepada kami Maqil bin Yasar, berkata: Rasulullah SAW

berkata: Kepala salah sesorang diantara kamu ditusuk dengan jarum dari

besi, lebih baik daripada dia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.

Sementara hadis yang membolehkan berjabat tangan dengan lawan

jenis non mukhrim, yaitu:

حبضصخ ع ؽ م ذبس ا عجس ث صب حس وضط أذجطب ؼفب س ث ح صب ت حس ث

ضعف جخ و ا ثأ لبي ألا أذجطو ؼ ع صى الل اج ع رعاع زضبعف ا

ؽزى اظ ج عز ابض و ثأ ألا أذجطو لأثط عى الل ألؽ عؽى س ث ح لبي جط

بء إ خ وبذ الأ به لبي إ حسصب أػ ث س اط أذجطب ح حسصب ش أ

ط فز ؼ ع صى الل سخ زأذص ثس ضؼي الل ش شبءد ا ح ك ث

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah

mengabarkan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami

Ma'bad bin Khalid Al Qaisi dari Haritsah bin Wahb Al Khuza'i dari Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Maukah kalian aku

beritahu penduduk surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan

diperlemah. Sekiranya ia bersumpah atas nama Allah pasti Allah akan

mengabulkannya, Maukah kalian aku beritahu penghuni neraka? Yaitu

Setiap orang yang keras (hati), congkak dan sombong." Muhammad bin

Isa berkata; telah menceritakan kepada kami Husyaim telah

mengabarkan kepada kami Humaid At Thawil telah menceritakan

kepada kami Anas bin Malik dia berkata; "Sekiranya ada seorang budak

dari budak penduduk Madinah menggandeng tangan Rasulullah

77 Hadis Riwayat Thabrani, Kitab Mu‟jam al-Kabir Thabrani, Bab Haramnya

Bersalaman Lawan Jenis, No. 16881, Juz 15, Maktabah Syamilah, h. 143.

Page 36: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xviii

shallallahu 'alaihi wasallam, sungguh beliau akan beranjak bersamanya

kemana budak itu pergi."78

2. Al-Naskh (penghapusan)

Kata “Naskh” berasal dari bahasa arab yaitu ( خ-غ- ), betuk tasrifan

dari kata tersebut yaitu: ( ؽرب-ؽد -ؽد) , secara bahasa berarti izalah

(penghapusan atau pembatalan). Sedangkan secara istilah yaitu “suatu

hukum penghapusan syari‟ oleh syari‟at, berdasarkan hukum satu dalil

syari‟ yang datang kemudian.” Maksud dari pernyataan tersebut yaitu,

apabila hukum yang sebelumnya berlaku, kemudian dinyatakan tidak

berlaku lagi oleh syari‟ (Allah dan Rasul-Nya), maka akan datangnya

syar‟iy yang baru dan yang akan membawa ketentuan hukum lain dari

yang berlaku sebelumnya. Hukum lama yang tidak berlaku lagi disebut

mansukh, sedangkan hukum yang baru yang datang kemudian disebut

nasikh.79

Apabila dalam bentuk penyelesaian naskh dipandang sebagai bentuk

penyelesaian hadis-hadis mukhtalif non-kompromi, maka salah satu dari

hadis tidak lagi dapat diamalkan, karna hal in sesuai dengan ungkapan

imam al-Syafi‟i terdahulu yakni: “Dan jangan jadikan hadis-hadis

bertentangan kecuali tidak mungkin untuk diamalkan selain harus

meninggalkan salah satu darinya.”80

Apabila dalam penyelesaian hadis yang bertentangan menggunakan

al-jam‟u wa al-taufiq tidak bisa dilakukan, maka ditetapkan bahwa hadis

yang datang belakangan menaskh hadis yang lebih dahulu. Contohnya:

طي ع اع ط ع ع صب اق لبي حس ظ جأب عجس اط لبي أ إثطا أذجطب إؼحك ث اث ع ؼب

ثعس صلاس الأضبح ح رؤو ى أ ؼ ع صى الل ضؼي الل ط أ ع

Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, ia berkata;

telah memberitakan kepada kami Abdur Razzaq, ia berkata; telah

78 Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari, Bab Bai‟at Wanita, No. 5610,

(Jakarta: Lidwa Pusaka i-Software, 2011). 79

Kaizal Bay, Metode Penyelesaian Hadis-Hadis Mukhtalif Menurut al-Syafi‟i, dalam

http://ejournal-ushuluddin.uin-suska.ac.id.pdf (Vol. XVII, No. 2, Juli/2011), diakses 10

September 2019, h. 195. 80 Sri Aliyah, “Teori Pemahaman Ilmu Mukhtalif Hadits”, jurnal, (Juni 2014), h. 8.

Page 37: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xix

menceritakan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri dari Salim dari Ibnu

Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang memakan

daging kurban setelah tiga hari.81

صى الل ضؼي الل جبثط أ ط ع ث أث اع به ع عؽى أذجطب حسصب إؼحبق ث ع

ازذطا زا رع لبي ثعس شه وا ثعس صلاس ص الأضبح ح أو ى ع ؼ

Telah bercerita kepada kami Ishaq bin 'Isa telah mengabarkan

kepada kami Malik dari Abu Az-Zubair dari Jabir Rasulullah

Shallallahu'alaihiwasallam melarang makan daging kurban setelah tiga

hari. Namun di kemudian hari beliau bersabda "Makanlah, berbekallah

dan simpanlah."82

Pada hadis yang pertama menunjukkan adanya larangan menyimpan

daging kurban selama lebih dari tiga hari. Kemudian pada hadis yang

kedua tersebut dinasakh-kan, bahwa larangan menyimpan daging kurban

selama tiga hari berlaku pada masa lampau.83

3. Al-Tarjih (Menguatkan)

Tarjih secara etimologi yaitu “menguatkan”. Dalam arti istilah

adalah sebuah ungkapan mengenai di iringinya salah satu dari dua dalil

yang pantas dalam menunjukkan kepada siapa yang dikehendaki, dan

disamping keduanya berbenturan yang mewajibkan untuk diamalkan

satu di antaranya dan meninggalkan yang satu lagi.

Dalam sebuah kata (satu di antara dua dalil yaang pantas), maksud

dari kata tersebut yaitu, apabila diantara dua atau satu dalil yang tidak

pantas untuk dijadikan dalil, maka yang demikian itu tidak disebut

dengan tarjih. Sedangkan dalam kata (disamping keduanya

berbenturan), maksud dari kata tersebut yaitu, apabila dari kedua dalil

yang patut untuk di tarjih, namun dalil tersebut tidak berbenturan, maka

dalil tersebut dinamakan tarjih. Karena tarjih itu diperlukan waktu

81

Hadits Riwayat Nasa‟i, Kitab Sunan Nasa‟i, Bab Larangan menyantap daging

setelah tiga hari dan menahannya, No. 4347, (Jakarta: Lidwa Pusaka i-Software, 2011). 82 Hadits Riwayat Ahmad, Kitab Musnad Ahmad, Bab Musnad Jabir bin Abdullah

Radliyallahu ta'ala 'anhu, No. 14635, (Jakarta: Lidwa Pusaka i-Software, 2011). 83

Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis, (Cet.I, Jakarta: Amzah,

2014), h. 201.

Page 38: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xx

menghadapi dua dalil yang berbenturan dan tidak perlu di tarjih apabila

tidak terdaapat perbenturan tersebut.84

Apabila di antara salah satu dalil hadis yang termasuk dalam hadis

kontradiktif tidak dapat diketahui apakah dalil tersebut muncul lebih

awal atau belakangan, jalan yang bisa diaplikasikan dalam menentukan

metode yang ketiga dengan menggunakan metode tarjih. Tarjih disini

yaitu penguatan salah satu hadis yang dilihat dari segi sanad, matan, atau

penguat lainnya. Misalnya, dari segi sanad, Al-Hazimi dalam kitabnya

yang berjudul Al-I‟tibar menjelaskan ada 50 sanad, Al-Iraqi

menjelaskan ada 110 sanad, dan Al-Suyuthi meringkasnya menjadi 7

sanad.85 Hukum mengamalkan dalil hadis yang rajih adalah wajib,

sedangkan mengamalkan dalil yang marjuh, disamping adanya yang

rajih tidak dibenarkan.86

Menurut ahli hadis yang dikatakan oleh Al-Iraqi mempunyai 110

sanad dan semua itu kalo disimpulkan dapat dibedakan dalam tujuh

kategori,87 yaitu:

a. Tarjih dengan memeperhatikan keadaan periwayatan dalam

segala aspeknya.

b. Tarjih dengan memperhatikan aspek Tahammul.

c. Tarjih dengan memperhatikan aspek periwayatan.

d. Tarjih dengan waktu wurud.

e. Tarjih dengan memperhatikan lafal khabar, seperti mentarjih

khabar yang bersifat khash atau yang bersifat „am, dan

mendahulukan hakikat atau majaz.

f. Tarjih memeperhatikan aspek hukum, seperti mentarjih nas yang

menunjukkan kepada haram yang menunjukkan kepada mubah.

84

Kaizal Bay, Metode Penyelesaian Hadis-Hadis Mukhtalif Menurut al-Syafi‟i, dalam

http://ejournal-ushuluddin.uin-suska.ac.id.pdf (Vol. XVII, No. 2, Juli/2011), diakses 10

September 2019, h. 197. 85

Abdul Majid Khon, Takhrij..., h. 202. 86 Kaizal Bay, Metode Penyelesaian..., h. 198. 87 Sri Aliyah, “Teori Pemahaman Ilmu Mukhtalif Hadits”, jurnal, (Juni 2014), h. 9.

Page 39: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxi

g. Mentarjih dengan faktor luar, seperti kesesuaian dengan lahir al-

Qur‟an atau sunnah lain, dengan qiyas, amal ulama terutama

para khalifah, dan sebagainya.

Sedangkan jalan untuk merajih dua dalil hadis yang bertentangan itu

dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:

1) Tarjih dilihat dari segi sanad

a) Hadis yang memiliki perawi banyak merajihnya hadis yang

rawinya sedikit.88

b) Hadis yang memiliki perawi yang lebih tsiqah, maka merajih

hadisnya dengan yang rawinya kurang tsiqah.

c) Dalam periwayatan yang terdahulu lebih utamaa

dibandingkan dengan periwayatan yang sekarang, kecuali

lebih dhabith.

d) Diantara salah satu seorang yang lebih kuat degan

hafalannya seperti, Malik bin Anas lebih kuat ingatannya

daripada Syu‟aib bin Kisan.

e) Salah seorang periwayataannya disepakati dengan

keadilannya, akan tetapi yang lainnya diperselisihkan.

f) Salah satu periwayat menerima suatu hadis disaat setelah

balig, sementara yang satu lagi belim balig.

2) Tarjih dilihat dari segi matan

a) Hadis yang mempunyai arti hakikat, merajihkan hadis

dengan yang mempunyai arti majazi.89

b) Mendahulukan hadis khusus daripada hadis yang umum.

c) Mendahulukan yang muqayyad (ada pembatas) daripada

yang mutlak (tanpa pembatas).

d) Mendahulukan penguat asal bagi hukum asal daripada yang

menimbulkan hukum.

e) Mendahulukan yang lebih ihtiyath (berhati-hati)

3) Tarjih dilihat dari segi hasil penunjukkan

88 Kaizal Bay, Metode Penyelesaian..., h. 198. 89

Muhammad Misbah, Hadis Mukhtalif Dan Pengaruhnya Terhadap Hukum

Fiqih:Studi Kasus Haid Dalam Kitab Bidayatul Mujtahid, dalam

http://Journal.stainkudus.ac.id.pdf, (Vol 2, No. 1, 2016), diakses 10 September 2019, h. 109-

110.

Page 40: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxii

a) Mad-lul yang positif, merajihnya yang negatif (didahulukan

mutsbit „alan-nafi).90

4) Tarjih dilihat dari segi penguat lain

a) Mendahulukan hadis yang memiliki penguat lain daripada

yang tidak memilikinya.91

b) Mendahulukan hadis qauli daripada fi‟li karena qauli

mempunyai bentuk ungkapan (shighah), sedangkan fi‟li

tidak mempunyai.

c) Mendahulukan ungkapan yang tegas dan jelas.

d) Mendahulukan amalan yag sesuai dengan amalan Khulafaur

Rasyidin.

e) Mendahulukan yang lebih dekat kepada makna lahirnya al-

Qur‟an.

4. Al-Tawaqquf (Berhenti)

Dan apabila ketiga dalam penyelesaian metode hadis kontradiktif itu

tidak dapat diselesaikaan dengan cara ditas, maka penyelesaian

terakhirnya menggunakan cara di tawaqquf-kan atau ditinggalkan untuk

beristidlal dengan kedua dalil hadis yang kontradiktif tersebut dan

berpindah dengan beristidlal dengan hadis lain, jika ketiga cara diatas

tidak bisa tercapai penyelesaiannya.92

Yang dimaksud dengan Al-Tawaqquf atau Mutawaqqaf fih yaitu

hadis yang dihentikan, ditunda, tinggalkan, di diamkan atau tidak

diamalkan. Munculnya dua dalil hadis bermula saat dua dalil hadis yang

kontradiktif tidak dapat dikompromikan, tidak dapat dinaskh, dan tidak

dapat ditarjih, maka jalan yang ditempuh untuk menyelesaikan dua dalil

hadis yang bertentangan ini yaitu dengan cara ditinggalkan, dihentikan,

ditunda,di diamkan dan tidak diamalkan.93

90 Kaizal Bay, Metode Penyelesaian..., h. 198. 91

Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis, (Cet.I, Jakarta: Amzah,

2014), hal. 203. 92

Khairuddin, Metode Penyelesaian Hadits Mukhtalif:KajianTa‟arudh al-Adillah,

dalam http://Journal.ar-raniry.ac.id.pdf (Vol. XII, No. 1, April/2010), diakses 10 September

2019, h. 57. 93

Ibid, h. 205.

Page 41: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxiii

Dalam kasus seperti hadis mutawaqqaf fih ini mempunyai

kesamaan dengan hadis mudhtharib, karna dua dalil hadis yang

mempunyai sifat kontradiktif yang tidak dapat ditarjihkan. Sebagaimana

dengan hadis mudhtharib lebih umum daripada dengan hadis

mutawaqqaf fih. Jika hadis mudhtharib dapat terjadi pada sanad dan

matan dan bisa juga terjadi pada hadis shahih, hasan, dan dhaif. Maka

pada hadis mutawaqqaf fih hanya akan terjadi pada matan dan hadis

yang makbul saja.

B. Hadits-Hadits larangan dan Bolehnya Berjabat Tangan

dengan Lawan Jenis

1. Definisi Berjabat Tangan dengan Lawan Jenis yang Bukan

Mahramnya

Berjabat tangan (mushafahah) yaitu menempelkan kedua telapak

tangan bagian dalam dengan telapak tangan bagian dalam dari orang lain

yang saling menjabat tangannya disaat mereka bertemu dan

mengucapkan salam hingga selesai berbicara. Berjabat tangan sangat

dianjurkan, akan tetapi berjabat tangan yang dimaksud dianjurkan yaitu

berjabat tangan yang diperbolehkan antar sesama jenis.94 Karna berjabat

tangan antar sesama jenis akan menambahkan rasa kasih sayang diantara

kaum muslimin dan akan terjalinnya silaturahmi yang baik yang akan

menimbulkan rasa persaudaraan yang tulus terhadap sesama

seimannya.95 Sebagai saudara seiman diharuskan untuk saling

membantu dalam hal apapun jika kita mampu untuk membantunya,

islam pun mengajarkan kita untuk saling mendoakan, mengucap salam,

berjabat tangan ketika bertemu dengan orang lain.

Dalam budaya disekitar kita, berjabat tangan sesama jenis atau tidak

itu merupakan salah satu simbol keakraban, kekeluargaan, dan

pertemanan. Namun dalam hukum islam yang sesungguhnya, berjabat

tangan antara laki-laki dengan perempuan yang bukan mahramnya ada

batasan yang harus diperhatikan untuk menghindari fitnah. Karna

94

Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, Panduan Berbusana Islami, (Cet. I, Jakarta:

Almahira, 2007), h. 151. 95

Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid, Ensiklopedia Adab Islam Menurut Al-Qur‟an Dan

As-Sunnah, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2007), h. 36.

Page 42: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxiv

berjabat tangan antar lawan jenis yang bukan mahram itu sering

menimbulkan terjadinya fitnah dan akan menimbukan perasaan yang

mengarah pada perbuatan yang tidak diinginkan.96

Dalam berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya

harus lebih berhati-hati dalam bertindak sikap untuk saling menghargai

orang lain yang tidak melakukan berjabat tangan dan menolaknya

dengan cara halus, menolak bukan berarti oraang tersebut benci, karna

seseorang tersebut sangat meneladani sunnah Rasul dan ketaatan

seseorang tersebut pada syariat islam yang begitu memuliakan wanita

yang menghindari berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan

mahramnya.

2. Hadis Larangan Berjabat Tangan dengan Lawan Jenis yang Bukan

Mahramnya :

, لبي س , حس صبصط ث ع ث أح أث حسصب عجسا : أبأ ث, حس صب شساز ث ؼعس, ع

طع : "الأ ؼ ع صى الل ث ؽبض, لبي: لبي ضؼي الل عم علاء, حس ص ف ا

ػ أ ط حسس ذ رظ ث ".ضأغ ضج طأحلا رح ا97

Telah menceritakan kepada kami Abdaanu bin Ahmad, telah

menceritakan kepada kami Nas‟ru bin Ali, berkata Abihi, telah

menceritakan kepada kami Sa‟dadu bin Syaid, dari Abi Al‟i, telah

menceritakan kepada kami Maqil bin Yasar, berkata: Rasulullah Saw

berkata: kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum besi,

lebih baik daripada dia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.

Adapun larangan untuk berjabat tangan dengan lawan jenis yang

bukan mahramnya tentang keharaman menyentuh lawan jenis yaitu

terdapat dalam al-Qur‟an diantaranya:

س طا لبذ ضة أى ى ب شبء إشا لضى أ ؽؽ ثشط لبي وصه الل رك

ب مي و فى ٧٤-فئ -

96 Abdillah F Hasan, 101 Rahasia Wanita Muslimah, (Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2015), h. 154. 97 Hadis Riwayat Thabrani, Kitab Mu‟jam al-Kabir Thabrani, Bab Haramnya

Bersalaman Lawan Jenis, No. 16881, Juz 15, Maktabah Syamilah, h. 143.

Page 43: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxv

“Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhan-ku, bagaimana mungkin aku

akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang

menyentuhku?” Dia (Allah) Berfirman, “Demikianlah Allah

Menciptakan apa yang Dia Kehendaki. Apabila Dia Hendak Menetapkan

sesuatu, Dia hanya Berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu

itu.”98 (Q.S Al-Imran: 47)

Dari pernyataan hadis riwayat Thabrani ini menunjukkan bahwa

Rasulullah saw sama sekali tidak menyentuh tangan wanita, sebab ada

keharaman dan hukuman apabila seseorang lawan jenis saling

bersentuhan tau sentuhan yang dimaksud yaitu jima‟ (hubungan

intim/seksual) yang akan ditusuknya kepala seseorang dengan seutas

besi. Yang dimaksud dengan pengharaman menyentuh antara kulit laki-

laki dengan perempuan itu yang akan menutup pintu fitnah dan menutup

syahwat ketika salah seorang dari mereka berjabat tangan dengan

menimbulkan rasa saling suka.99

Menurut penulis apabila tidak ada kepentingan untuk bersalaman

dengan lawan jenis baik tua maupun muda yang bukan mahramnya lebih

baiknya kita cukup menundukkan kepala agar menghormati orang lain.

Ketika berjabat tangan dengan lawan jenis terutama seseorang yang

memiliki rasa saling suka maka hawa nafsu lebih kuat dari pada

memandang, karna bersentuhan tangan itu lebih banyak menimbulkan

madhorotnya. Jadi menurut penulis lebih baik menghindar yang sifatnya

akan menimbulkan madhorotnya daripada ketika berslaman dengan

lawan jenis akan menimbulkan nafsu dan terjadinya fitnah yang akan

merugikan diri kita sendiri baik di dunia maupun diakhirat, karna hadis

iwyat thabrani sangat jelas ancamannya bagi seseorang yang melakukan

perbuatan bersalaman dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.

Dan apabila kita sedang membutuhkan sentuhan dari lawan jenis

untuk membantu sesuatu dari orang lain karna sakit atau kecelakaan

98

Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syaamil Cipta

Media, 2005), h. 56. 99 Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer 2, (Cet. 1, Jakarta: Gema Insani,

1995), h. 409.

Page 44: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxvi

maka diperbolehkannya untuk menyentuh lawan jenis karna sifatnya

darurat.

Kemudian hadis selanjutnya yang tidak membolehkan berjabat

tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya yaitu ketika

Rasulullah tidak memegang tangan perempuan disaat Rasulullah

melakukan bai‟at kepada kaum perempuan:

عبئشخ ضض ح ع عط طي ع اع ط ع ع اق أذجطب ظ ز حسصب عجس اط ح صب حس

ع خ } لا ش الل ا ثص ىلا جبع اؽبء ثب ؼ ع صى الل اج ب لبذ وب طو

ط طأح إلا ا س ا ؼ ع صى الل ؽذ س ضؼي الل ب ئب { لبذ ش بثبلل ى أح

Telah menceritakan kepada kami Mahmud telah menceritakan

kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari

Az Zuhri dari 'Urwah dari Aisyah radliallahu 'anha, mengatakan, Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam Shallallahu'alaihiwasallam membaiat wanita

cukup dengan lisan (tidak berjabat tangan) dengan ayat ini; 'Untuk tidak

menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun….' sampai akhir (QS.

Almumtahanah 12) kata Aisyah; Tangan Rasulullah

Shallallahu'alaihiwasallam sama sekali tidak pernah menyentuh wanita

selain wanita yang beliau miliki (isterinya).100

Adapun larangan untuk berjabat tangan dengan lawan jenis yang

bukan mahramnya tentang Rasulullah terhadap bai‟atnya kepada kaum

perempuannya yaitu terdapat dalam al-Qur‟an diantaranya:

لا ؽطل ئب ش ثبلل بد جبعه عى أ لا شطو ؤ إشا جبءن ا ب اج ب أ لا ع

لا عص أضج س أ فزط ث زب ثج لا أر لاز أ لا مز عطف ه ف

ح غفض ض الل إ الل اؼزغفط ٢١-فجبع -

“Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan Mukmin datang

kepadamu untuk mengadakan baiat (janji setia), bahwa mereka tidak

akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; tidak akan

mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak

akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki

100

Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari, Bab Bai‟at Wanita, No. 6674,

(Jakarta: Lidwa Pusaka i-Software, 2011).

Page 45: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxvii

mereka** dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka

terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka

kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”101

(Q.S Mumtahanah: 12).

Ketika Rasulullah Saw ditunjuk untuk membai‟at kaum wanita untuk

masuk islam, maka sikap Rasulullah berkata “Saya tidak berjabat tangan

dengan kaum wanita. Ucapanku untuk sratus kaum wanita sama dengan

ucapanku untukseorang wanita.”102 Dalam periwayatan Urwah, Aisyah

mengatakan Rasulullah Saw bwrsabda: “Saya telah membai‟at kaum

wanita dengan ucapan.” Demi Allah Rasulullah belum pernah sekali pun

menyentuh tangannya dengan tangan wanita mana pun ketika waktu

berbai‟at. Beliaulah hanya bersabda, „saya telah membai‟atmu terhadap

perkara-perkara itu.‟103

Menurut penulis perkataan Aisyah dengan ucapan “Demi Allah” itu

untuk meyakinkan dalam berita yang menunjukkan Rasulullah pernah

berjabat tangan ketika berbaiat dengan kaum perempuan yang

diriwayatkan oleh Ummu Athiyah.

Ketika apa yang Rasulullah perbuat maka kita juga harus meniru

perbuatan Rasulullah, maka disaat Rasulullah tidak berjabat tangan

dengan lawan jenis kita pun tidak dianjurkan untuk berjabat tangan

dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Karna Rasulullah pun ketik

membai‟at kaum wanita mempunyai rasa takuta apabila Rasulullah

menjabat tangan kaum wanita tersebut dan akan menimbulkannya

fitnah. Dalam hadis ini Aisyah istri dari Rasulullah meyakinkan

kaumnya untuk tidak percaya terhadap berita yang ditujukan kepada

Rasulullah ketika Rasulullah membai‟at kaum wanita

3. Hadis Yang Membolehkan Berjabat Tangan dengan Lawan Jenis

yang Bukan Mahramnya:

101

Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syaamil Cipta

Media, 2005), h. 551. 102

Yahya Ismail, Hubungan Penguasa dan Rakyat dalam Presepektif Sunnah, (Cet.

1, Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 157. 103

Ibid, h. 158.

Page 46: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxviii

ذب عجس ث صب حس وضط أذجطب ؼفب س ث ح صب ت حس حبضصخ ث ع ؽ م س ا

ضعف جخ و ا ثأ لبي ألا أذجطو ؼ ع صى الل اج ع رعاع زضبعف ا

ابض ثأ ألا أذجطو لأثط عى الل ألؽ عؽى س ث ح لبي ؽزىجط اظ ج عز و

بء إ خ وبذ الأ به لبي إ حسصب أػ ث س اط أذجطب ح حسصب ش أ

صى الل سخ زأذص ثس ضؼي الل ش شبءد ا ح طك ث فز ؼ ع

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah

mengabarkan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami

Ma'bad bin Khalid Al Qaisi dari Haritsah bin Wahb Al Khuza'i dari Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Maukah kalian aku

beritahu penduduk surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan

diperlemah. Sekiranya ia bersumpah atas nama Allah pasti Allah akan

mengabulkannya, Maukah kalian aku beritahu penghuni neraka? Yaitu

Setiap orang yang keras (hati), congkak dan sombong." Muhammad bin

Isa berkata; telah menceritakan kepada kami Husyaim telah

mengabarkan kepada kami Humaid At Thawil telah menceritakan

kepada kami Anas bin Malik dia berkata; "Sekiranya ada seorang budak

dari budak penduduk Madinah menggandeng tangan Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam, sungguh beliau akan beranjak bersamanya

kemana budak itu pergi."104

Penjelasan dari hadis di atas termasuk dalam berjabat tangan yang

dibolehkan. Karna keterbukaan dan keakraban Rasulullah saw. dengan

orang-orang yang banyak baik laki-laki maupun perempuan dan budak

madinah. Kedekatan Rasulullah terhadap orang-orang tersebut karna

inginnya beliau untuk membimbing orang yang membutuhkan

bimbingan agar mereka slalu mendekatkan diri kepada Allah dan dapat

berbuat baik yang orang tersebut bisa menyontoh sikap rendah dirinya

Rasulullah saw. Rasulullah saw slalu memberikan bantuan terhadap

setiap orang yang membutuhkan bantuan dan berusahanya beliau untuk

memenuhi permintaan orang-orang tersebut yang berada didekatnya

beliau maupun berada di tempat yang jauh.105

104 Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari, Bab Sombong, No. 5610, (Jakarta:

Lidwa Pusaka i-Software, 2011). 105

Abu Usamah Salim bin „Ied Al-Hilali, Syarah Riyadhus Shalihin, (Jakarta: Pustaka

Imam, 2005), h. 529.

Page 47: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxix

Kerendahan hati seorang Rasulullah saw., membuatnya bersedia

ketika budak wanita Madinah mengajak beliau pergi untuk menunaikan

kebutuhannya. Dihadapan sang Rasulullah semua umatnya sama dan

Rasulullah tidak pernah membedakan kehidupan sosial kaumnya,

Rasulullah pun tidak menunjukkan kesombongan sebagai seoraang

pemimpin atau seorang guru. Disaat Rasulullah dekat dengan kaumnya

maka Rasulullah akan paham dengan masalah-masalah yang dihadapi

oleh kaumnya dan Rasulullah slalu memberikan solusi yang baik untuk

mereka agar mereka lebih menaati perintah-perintah Allah SWT dan

menjauhi larangan-larangan yang Allah perintahkan kepada umatnya. 106

Menurut penulis hadis ini merupakan deskripsi yang jelas tentang

ketawadhuan Rasulullah saw sebagai pemimpin yang sangat jauh dari

sifat sombong dan selalu memberikan bantuan terhadap umatnya karna

Rasulullah sangat mencintai umatnya yang taat kepada perintah Allah

SWT. bukan berarti bersentuhan itu dibolehkan, akan tetapi ketika

seseorang membutuhkan bantuan terhadap kita alangkah baiknya kita

untuk membantu mereka dengan rasa hormat dan rasa santun terhadap

seseorang yang kita bantu. Karna Rasulullah mengajarkan kita untuk

tidak berbuat sombong atau pebuatan yang tidak disukai oleh orang lain.

Maka dari situ kita harus saling tolong menolong ketika orang lain

membutuhkan bantuan kita.

C. Pendapat Para Ulama Tentang Boleh Tidaknya Berjabat

Tangan Dengan Lawan Jenis Yang Bukan Mahramnya

Berjabat tangan dalam pembahasan hadis diatas ada yang melarang

dan ada pula yang membolehkan. Dan menurut ulama pula berjabat

tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya akan ada perbedaan

dalam menangani masalah seperti ini. Perselisihan diantara ulama

madzhab dalam penjelasan hukumnya berjabat tangan dengan lawan

jenis yang bukan mahramnya yaitu:

1. Madzhab Syafi‟i

106

Yendri Junaidi, Metode Rasulullah Saw Dalam Mendidik, (Cet. I, Yogyakarta:

Deepublish, 2014), h. 15.

Page 48: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxx

Didalam buku Ensiklopedia Fiqih Indonesia 8: Pernikahan, pendapat

madzhab Syafi‟i yaitu: Imam Nawawi Berkata dalam Syarah Shahih

Muslim “ketika Rasulullah membaiat para wanita, baiatnya Rasulullah

itu dengan menggunakan perkatan/ucapan saja tidak berjabat tangan

dengan wanita tersebut. Dalam menyentuh secara langsung dengan

lawan jenis yang bukan mahramnya hukumnya haram, karna akan

menimbulkan fitnah atau seseorang diantara yang menyentuh itu akan

mengeluarhkan syahwat. Jika dalam keadaan darurat karna sakit

(perempuan) dan dokter (laki-laki) menyentuh pasien tersebut untuk

diperiksa, maka hal itu diperbolehkan karna dalam keadaan yang

darurat. Kalau pun laki-laki dan perempuan saling bertemu tidak ada

kepentigan hal yang darurat sangat haram hukumnya untuk saling

menyentuh.”107

Menurut madzhab Syafi‟i dalam buku fiqih Moderen Praktis 101

Panduan Hidup Muslim Sehari-hari yaitu, bahwa berjabat tangan antara

laki-laki dan perempuan boleh berjabat tangan akan tetapi masing-

masing pihak laki-laki maupun perempuan sebaiknya menggunakan

lapisan kain dan aman dari fitnah baik perempuan tua maupun

perempuan yang masih gadis.108

menurut penulis jika kita akan berjabat tangan dengan lawan jenis

yang bukan mukhrimnya sebaiknya kalo tidak ada kepentigan apa pun

dan tidak ada darurat sakit alangkah baik menghindari dari perbuatan

menyentuh yang akan menimbulkan terjadinya fitnah dan saling

menghargai terhadap orang yang menolak untuk berjabat tangan dengan

meminta maaf atau menundukkan badan serta mengangkat tangan

dengan telapak tangan saling menyentuh agar kita tidak dianggap

sombong oleh orang lain.

2. Madzhab Hambali

Didalam buku Ensiklopedia Fiqih Indonesia 8: Pernikahan,

pendapat madzhab Hambali, yaitu: Ibnu Muflih dalam Al-Furu‟

107 Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fiqih Indonesia 8: Pernikahan, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2019), h. 84. 108 Fahad Salim Bahamam, fiqih Moderen Praktis 101 Panduan Hidup Muslim

Sehari-hari, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 275.

Page 49: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxxi

mengatakan “apabila laki-laki dengan perempuan yang bukan mukhrim

saling berjabat tangan itu diperbolehkan dengan wanita terhormat yang

sudah tua yang umurnya sudah tidak muda lagi dan tidak mempunyai

gairah nafsu. Akan tetapi jika berjabat tangan dengan wanita muda yang

masih mempunyai gairah nafsu dan akan menimbulkan terjadinya fitnah

hukumnya haram.109

3. Madzhab Maliki

Menurut pandangan ulama madzhab Maliki dalam berjabat tangan

dengan lawan jenis yang bukan mukhrim hukumnya haram, baik dengan

perempuan muda yang sudah balig atau dengan perempuan tua. karna

keduanya akan menimbulkan dorongan syahwat dan melakukan

perbuatan yang tidak menyenangkan yang akan menimbulkan fitnah.110

Dalam buku Ensiklopedia Fiqih Indonesia 8: Pernikahan, menurut

Imam Al-Baji berkata dalam kitabnya Al-Muntaqa, Rasulullah saw.

bersabda “sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita”.

Maksud dari petikan tersebut yaitu, berjabat tangan secara langsung

dengan tangannya. Akan tetapi saat beliau membai‟at laki-laki yaitu

dengan cara berjabat tangan dengannya secara langsung, akan tetapi jika

Rasulullah berbai‟at dengan perempuan yang menggunakan tanggan

secara langsung hukumnya terlarang.111

4. Madzhab Hanafi

Dalam buku Ensiklopedia Fiqih Indonesia 8: Pernikahan,penulis

kitab Al-Hidayah dan kitab Ad-Dar Al-Mukhtar berkata: bagi seorang

laki-laki tidak diperbolehkan menyentuh wajah atau telapak tangan

perempuan yang bukan mukhrimnya, walaupun kedua belah pihak

merasa aman dari syahwat.112

109 Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fiqih,,,, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019),

h. 84. 110 Fahad Salim Bahamam, fiqih Moderen Praktis 101 Panduan Hidup Muslim

Sehari-hari, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 262. 111 Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fiqih,,,, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019),

h. 83. 112

Ibid., h. 83.

Page 50: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxxii

Dalam buku Fiqih Moderen Praktis, menurut Madzhab Hanafi:

disebutkan dalam kitab “Tabyin Al-Haqoaiq Syarhu Kanzi Ad-Daqaaiq”

oleh Imam Az-Zaila‟i, menyentuh wajah atau telapak tangan seorang

perempuan yang bukan mukhrimnya hukumnya tidak boleh/haram

walaupun mereka akan merasa aman dari fitnah, dan jika tidak ada

kepentingan atau sesuatu yang darurat untuk menyentuhnya, lebih baik

menghindari untuk berjabat tangan supaya aman dari timbulnya fitnah.

Apabila ada seorang perempuan tua yang masih didambakan untuk

dinikahi maka hukum berjabat tangan dengan wanita tua itu haram, akan

tetapi jika perempuan tua itu sudah lanjut usia dan tidak mempunyai

gairah syahwat dan pikun (lupa ingatan) atau tidak didambakan untuk

dinikahi hukum berjabat tangan dengan perempuan tua tersebut boleh

saja, karna timbulnya fitnah yang dikhawatirkan tidak akan ditunjukkan

kepada pelaku yang berbuat berjabat tangan tersebut.113

5. Yusuf Qardhawi

Menurut Yusuf Qardhawi berjabat tangan itu haram, karena apabila

seseorang lawan jenis yang bukan mahramnya saling berjabaat tangan

yang disertai dengan syahwat dari salah satu pihak, maka dikhawatirkan

akan menimbulkan terjadinya fitnah.114 Seseorang yang sudah balig jika

melihat atau bersentuhan anggota tubuh degan lawan jenisnya

khususnya disaat berjabat tangan tentu saja akan menimbulkan gairah

nafsu dari salah satu pihak, dan jika sudah terjadi bersentuhan sudah

pasti orang yang melihat akan mengira seseorang tersebut dengan fitnah-

fitnah yang ditunjukkan kepada seorang yang melakukan sentuhan

tersebut.

113

Fahad Salim Bahamam, fiqih Moderen Praktis 101 Panduan Hidup Muslim

Sehari-hari, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 262. 114

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer 2, (Cet. 1, Jakarta: Gema Insani,

1995), h. 404.

Page 51: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxxiii

BAB III

KRITIK SANAD HADITS TENTANG BERJABAT TANGAN

DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN MAHRAMNYA

A. Takhrij Al-Hadits

1. Pengertian Takhrij hadits

Takhrij ( ج -secara bahasa memiliki beberapa arti, yaitu al ( ررط

Istinbath( جبط ) artinya “mengeluarkan”, at-tadrib ,(الاؼز ت ازسض ), artinya

“melatih”, atau “pembiasan” dan at-tarjih ( ح ازطج ), artinya

“menghadap”.115

Sedangkan menurut istilah, takhrij mempunyai beberapa arti,

diantaranya adalah:

a. Menyampaikan hadits kepada orang banyak dengan

menyebutkan semua perawi dalam mata rantai sanad hadits itu

beserta metode yang mereka tempuh.

b. Seorang ulama yang ahli dalam bidang hadis menyampaikan

beberapa hadits yang telah dikemukaan oleh para guru hadis,

atau dari kitab-kitab koleksi yang susunannya dikemukaan

berdasarkan riwayat sendiri, bisa juga didasarkan pada riwayat

para gurunya, dengan menjelaskan sumber siapa

periwayatannya, dari penyusun kitab atau karya tulis yang

dijadikan sumber pengambilan.

c. Menunjukkan asal-usul hadits dan mengemukakan sumber

pengambilannya dari berbagai kitab hadits yang disusun oleh

para mukharijnya secara langsung.

d. Menjelaskan hadits berdasarkan sumbernya, yakni kitab-kitab

hadits yang didalamnya disertai metode periwayatannya dan

sanadnya masing-masing, serta menjelaskan keadaan para

perawi dan kualitas sanadnya.

115

Ma‟shum Zein, Ilmu Memahami Hadist Nabi: Cara Praktis Menguasai Ulumul

Hadis Dan Mustholah Hadits, (Cet. I, Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang, 2016), h. 222.

Page 52: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxxiv

e. Menunjukkan letak asal hadits pada sumbernya yang asli secra

lengkap, baik matan maupun mata rantai sanadnya. Serta

menerangkan kualitas hadtis yang bersangkutan.

Yang dimaksud dengan pengertian takhrij diatas apabila dihubungkan

dengan kegiatan penelitian hadits bisa berarti sebagai penelusuran atau

pencarian sebuah hadits pada berbagai sumber kitab asli dari hadits yang

bersangkutan yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap

baik matan dan mata rantai sanad yang bersangkutan.116

2. Tujuan Takhrij

Sebelum melakukan penelitian takhrij hadis, maka alangkah baiknya

mengetahui tujuan pokok dari takhrij yang ingin dicapai seorang

peneliti,117yaitu:

a. Menentukan suatu hadis dari beberapa sumber buku hadis yang

ingin diteliti, apakah hadis tersebut berada dibuku hadis atau

tidak.

b. Mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti. jika

riwayat hadis tidak diketahui asal-usulnya, maka hadis tersebut

akan sulit diteliti statusnya dan kualitasnya.118

c. Mengetahui kualitas dan kuantitas hadis, baik dari segi sanad

maupun dari segi matan. Dengan demikian, daapat ditetapkan

apakaah hadis tersebut diterima (makbul) atau tertolak

(mardud).119

d. Menemukan cacat dalam sanad atau matan, mengetahui sanad

yang sambung (muttashil) atau terputus (munqhati‟), dan

mengetahui kemampuan periwayat dalam mengigat hadis serta

kejujurannya.

e. Mengetahui status hadis. Apabila sanad suatu hadis hukumnya

dha‟if kemudian melalui sanad lain hukumnya shahih, maka

116

Ibid, h. 223-224. 117

Abdul Majid Khon, Takhrij Dan Metode Memahami Hadis, (Cet. 1, Jakarta:

Amzah, 2014), h. 4. 118

Asep Herdi, Memahami Ilmu Hadis, ( Cet. I, Bandung: Tafakur, 2014), h. 136. 119

Abdul Majid Khon, Takhrij..., h. 5.

Page 53: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxxv

hadis tersebut akan meningkatkan status hadis tersebut yang

awalnya dha‟if akan menjadi hasan li ghairihi atau dari hasan

menjadi shahih li ghairihi.

f. Mengetahui bagaimana pendapat ulama dengan menilai kualitas

hadis dan bagaimana penilaian terebut disampaikan.

3. Metode Takhrij

Untuk menelusuri sebuah hadis secara jelas beserta sumber-sumber

asalnya yang terhimpun dalam banyak kitab,maka ada beberapa metode

takhrij hadis yang dapat digunakan. Ada lima metode takhrij hadis yang

digunakan,120 yaitu:

a. Bi al-lafzh (dengan kata)

b. Bi al-maudhu‟ (dengan topik)

c. Bi awwal al-matn (dengan awal matan)

d. Bi al-rawi al-a‟la (dengan rawi paling atas)

e. Bi al-shifah al-hadits (dengan status hadits).121

Akan tetapi, disini penulis menggunakan tiga metode takhrij hadis.

Hadis yang digunakan ialah hadis tentang boleh tidaknya berjabat

tangan dengan lawan jenis yang bukan mukhrimnya yang di riwayatkan

oleh Thabrani, dan Bukhari.

1) Takhrij bi al-lafzh, penelusuran hadis melalui lafal matan, baik

dibagian awal, tengah atau bagian akhir. Pada lafal di dalam

matan hadis mempunyai akar kata yang dapat dirubah bentuk

katanya. Dalam menggunakan metode ini kitab yang di perlukan

untuk mentakhrij hadis dengan Al-Mu‟jam Al-Muhfaras bisa

juga menggunakan sofware atau aplikasi komputer seperti, Al-

Maktabah Al-Syamilah atau lidwa 9 buku induk hadis.

2) Takhrij bi al-maudhu‟, penelusuran hadis yang berdasarkan pada

topik masalah, seperti bab tawadhu‟, bab sholat, bab nikah, dan

bab niat. Rujukan kitab yang digunakan dalam metode ini selain

kitab Mu‟jam al-Muhfaras dan sofware (CDR) bisa juga

menggunakan kitab Miftah Min Kunus Al-Sunnah.

120

Asep Herdi, Memahami Ilmu..., h. 137. 121

Abdul Majid Khon, Takhrij..., h. 8.

Page 54: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxxvi

3) Takhrij bi Awwal Matn, penelusuran hadis dengan menggunakan

awal matan. Dalam metode ini kitab yang digunakan yaitu Al-

Jami‟ Al-Shaghir karya Al-Suyuthi.

Setelah melakukan pencarian menggunakan metode diatas untuk

merujuk ke kitab sembilan dan kitab Thabrani ditemukan beberapa

petunjuk yang dapat mengarah ke berbagai kitab sumber. Berikut ini

hadis yang telah ditemukan, antaranya:

a) Hadis yang dilarang berjabat tangan riwayat Thabrani di

temukan dua hadis, dan kosa kata yang penulis dapat yaitu ,طع

berikut hadisnya:

أ , لبي: أبأ ث, حس صب شساز ث ؼعس, ع س , حس صبصط ث ع ث أح ث حسصب عجسا

علا ف ا طع : "الأ ؼ ع صى الل ث ؽبض, لبي: لبي ضؼي الل عم ء, حس ص

." طأحلا رح ػ ا أ ط حسس ذ رظ ث 122ضأغ ضج

، حسصب شساز ث ، أب اضط ث ش ، حسصب إؼحبق ث ضا بض ؼى ث حسصب

، لبي: اؼج ث ؽبض، ؼعس اط عم عذ ط، مي: ؼ ر ث اش عذ عس ث عجس الل ؼ

حسس رظ ث ف ضأغ أحسو طع :"لأ ؼ ع صى الل مي: لبي ضؼي الل

طأح ػ ا أ ط " ذ 123لا رح " b) Hadis yang tidak dibolehkannya berjabat tangan riwayat Bukhari

dan penguat hadisnya diriwayatkan oleh musnad ahmad, dan

kosa kata yang penulis temukan yaitu ىلا berikut ini ,جبع اؽبء ثب

terdapat hadisnya:

ز حسصب ح صب حس الل عبئشخ ضض ح ع عط طي ع اع ط ع ع اق أذجطب ظ عجس اط

خ } لا ا ص ث ىلا جبع اؽبء ثب ؼ ع صى الل اج ب لبذ وب ع ثبلل شطو

ئب بش ى طأح طأح إلا ا س ا ؼ ع صى الل ؽذ س ضؼي الل ب 124{ لبذ

122

Hadis Riwayat Thabrani, Kitab Mu‟jam al-Kabir Thabrani, Bab Haramnya

Bersalaman Lawan Jenis, No. 16881, Juz 15, Maktabah Syamilah, h. 143.

123

Hadis Riwayat Thabrani, Kitab Mu‟jam al-Kabir Thabrani, Bab Haramnya

Bersalaman Lawan Jenis, No. 16880, Juz 15, Maktabah Syamilah, h. 143. 124

Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari: Hukum-Hukum, Bab Bai‟at

Wanita, No. 6674, (Jakarta: Lidwa Pusaka i-Software, 2011).

Page 55: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxxvii

ح ضؼي الل عبئشخ لبذ وب ح أ عط طي ع اع ط ع ع اق أذجطب ظ سصب عجس اط

ش ثبلل لا شطو خ } عى أ ا ص ث ىلا جبع اؽبء ثب ؼ ع ئب { لبذ صى الل

ىب طأح طأح لظ إلا ا ؽذ س س ا ب 125

c) Hadis yang di bolehkan berjabat tangan diriwayatkan oleh

Bukhari dan ditemukan dua hadis, penulis menemukan kosa kata

dalam hadis tersebut yaitu سخ زأذص ا بء أ dan hadisnya ,إ

seperti berikut:

س اط ، أذجطب ح عؽى ، حسصب ش س ث ح لبي به لبي وبذ ، حسصب أػ ث

ح طك ث ضؼي الل صى الل ع ؼ فز سخ زأذص ثساج ا بء أ إ خ ش الأ

126شبءد

حبضصخ ث ع ؽ م ذبس ا عجس ث صب حس وضط أذجطب ؼفب س ث ح صب ت حس

لبي ألا أذج ؼ ع صى الل اج ع رعاع ا زضبعف ضعف جخ و ا ثأ طو

س ح لبي ؽزىجط اظ ج عز ابض و ثأ ألا أذجطو لأثط عى الل عؽى ألؽ ث

ص حس س اط أذجطب ح حسصب ش بء أ إ خ وبذ الأ به لبي إ ب أػ ث

ش شبءد ح طك ث فز ؼ ع صى الل سخ زأذص ثس ضؼي الل 127ا

Berdasarkan redaksi hadits-hadits kontradiksi tentang berjabat

tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya yang diriwayatkan

oleh Thabrani, Bukhari dan Ahmad, maka peneliti menyusun urutan

periwayatan sebagai berikut:

A . Tabel Hadits Riwayat Thabrani

1. Tabel hadits jalur pertama

No. Nama

Periwayatan

Urutan Sebagai

Sanad

Lambang

Periwayatan

Status

1 Thabrani Mukharij al-

Hadits

ث ا ذ Mukharij ح

al-hadits

(Tsiqat)

2 „Abdan bin VI ث ا ذ Tabi‟ut ح

125

Hadis Riwayat Ahmad, Kitab Musnad Sahabat Anshar, Bab Bai‟at Wanita, No.

24042, (Jakarta: Lidwa Pusaka i-Software, 2011). 126

Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari, Bab Wahyu, No. 6072, Juz 8,

Maktabah Syamilah, h. 24. 127

Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari, Bab Sombong, No. 5610, (Jakarta:

Lidwa Pusaka i-Software, 2011).

Page 56: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxxviii

Ahmad Atba

kalangan

tua

3 Nashr bin Ali V ث ا ذ Tabi‟ut ح

Atba

kalangan

pertengahan

4 Abihi IV أب Tabi‟in

5 Saddad bin Sa‟id III ث ا ذ Tabi‟in ح

6 Abi Al-Ala II Tabi‟in ع

kalangan

pertengahan

7 Maqil bin Yasir I حس ص Sahabat

2. Tabel jalur kedua

No. Nama

Periwayatan

Urutan Sebagai

Sanad

Lambang

Periwayatan

Status

1 Thabrani VII ث ا ذ -Muharij Al ح

hadits

(Tsiqat)

2 Musa bin Harun VI ث ا ذ Tabi‟ul Atba ح

kalangan tua

3 Ishaq bin

Rohawaih

V ث ا ذ Tabi‟ul Atba ح

kalangan

pertengahaan

4 Al-Nadlr bin

Syumail

IV أب Tabi‟in

5 Saddad bin Sa‟id III ث ا ذ Tabi‟in ح

6 Yazid bin

Abdullah

II ث ع Tabi‟in ض

kalangan

pertengahan

7 Maqil bin Yasir I ث ع Sahabat ض

Page 57: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xxxix

B. Tabel hadits Riwayat Bukhari dan Ahmad

1. Tabel hadits jalur pertama riwayat Bukhari

No. Nama

Periwayataan

Urutan

Sebagai Sanad

Lambang

Periwayatan

Status

1 Bukhari VII ث ا ذ Mmuharij ح

Al-hadits

(Tsiqat)

2 Mahmud VI ث ا ذ Tabi'in ح

kalangan

pertengahan

3 Abdurrazaq V ث ا ذ Tabi'ut ح

Tabi'in

kalangan

biasa

4 Ma‟mar IV أذجطب Tabi'ut

Tabi'in

kalangan tua

5 Az-Zuhri III Tabi‟ut ع

Tabi‟in

kalangan

pertengahan

6 Urwah II Tabi‟in ع

kalangan

pertengahan

7 Aisyah I Sahabat ع

2. Tabel hadist jalur kedua riwayat Ahmad

No. Nama

Periwayatan

Urutan

Sebagai

Sanad

Lambang

Periwayatan

Status

1 Ahmad VI ث ا ذ -Mukharij Al ح

Hadits

(Tsiqat)

2 Abdurrazaq V ث ا ذ Tabi‟ut ح

Tabi‟in

Page 58: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xl

kalangan

biasa

3 Ma‟mar IV ب ر اأ خ Tabi‟ut

Tabi‟in

kalangan tua

4 Az-Zuhri III Tabi‟ut ع

Tabi‟in

kalangan

pertengahan

5 Urwah II Tabi‟in ع

kalangan

pertengahan

6 Aisyah I Sahabat أ

C. Tabel Hadits Riwayat Bukhari

1. Tabel hadits jalur pertama

No. Nama

Periwayatan

Urutan

Sebagai

Sanad

Lambang

Periwayatan

Status

1 Bukhari V ث ا ذ -Muharij al ح

Hadits

(Tsiqat)

2 Muhammad bin

Isya

IV ل ال Tabi‟ut و

kalangan tua

3 Hasim III ث ا ذ Tabi‟in ح

kalangan tua

4 Humaid at-Tawil II ا ب ر Tabi‟in أ خ

kalangan

pertengahan

5 Anas bin Malik I ث ا ذ Sahabat ح

2. Tabel hadis jalur kedua

No. Nama Urutan Lambang Status

Page 59: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xli

Periwayatan Sebagai

Sanad

Periwayatan

1 Bukhari V ث ا ذ Mukharih ح

Hadits

(Tsiqat)

2 Muhammad bin

Katsir

IV ث ا ذ Tabi‟ul Atba ح

kalangan tua

3 Sufyan III ا ب ر Tabi‟ut أ خ

Tabi‟in

kalangan tua

4 Ma‟bad bin

Khalid Al-Qaisi

II ث ا ذ Tabi‟in ح

kalangan

pertengahan

5 Haritsah bin

Wahb Al-

Khuza‟i

I Sahabat ع

B. I’tibar al-Hadits

I‟tibar secara bahasa yaitu, al-I‟tibar ( اعزجبض ) masdar dari kata

I‟tabara( اعزجبض ), sedangkan makna dari kata I‟tibar adalah memahami

atau meninjau suatu perkara dengan maksud untuk mengetahui sesuatu

yang sejenisnya.

Sedangkan dalam istilah ilmu hadis, al-I‟tibar dengan arti

menyertakan sanad-sanad yang lain dalam suatu hadis tertentu, dan pada

hadis bagian sanadnya hanya terdapat seorang periwayat saja. Apabila

tidak menyertakan sanad-sanad yang lain, maka tidak dapat diketahui

apakah ada periwayat yang lain atau tidak, pada bagian sanad dari sanad

hadis yang dimaksud. Jadi yang dimaksud dengan I‟tibar yaitu metode

untuk medapatkan informasi mengenai kualitas hadis dari literatur

Page 60: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xlii

hadis.128 Juga bisa mengetahui ada tidaknya suatu pendukung yang

berupa perawi yang mempunyai status muttabi‟ atau syahid.129

Setelah melakukan pengelompokan hadis dari sumber kitab induk

atau CDR Maktabah Syamilah, dan Lidwa imam 9 kitab maka langkah

selanjutnya dengan meneliti I‟tibar sanad. Dengan demikian penulis

melakukan penelitian dengan jalur periwayatan dari 3 kitab sumber, dan

dibawah ini ditemukannya jalur-jalur periwayatan sebagai berikut:

128

Cut Fauziah, I‟tibar Sanad Dalam Hadits, Jurnal Ilmu Hadis, Vol. I, No. I,

(Januari-Juli 2018 M/1349 H), h. 125. 129

Ma‟shum Zein, Ilmu Memahami Hadits Nabi: Cara Praktis Menguasai Ulumul

Hadits dan Mustholaah Hadits, (Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2016), h. 195.

Page 61: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xliii

1. Bagan sanad hadis pertama riwayat Thabrani

Rasulullah saw

Maqil bin Yasir

Abi Al'ala Yazid bin Abdullah

syaddad bin Sa'id

Abihi

Nashr bin Ali

'Abdan bin Ahmad

Al-Nadlr bin Syumail

Ishaq bin Rahawaih

Musa bin Harun

Thabrani

Page 62: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xliv

2. Bagan sanad riwayat Bukhari dan penguat hadis riwayat Musnad

Ahmad

Rasulullah saw

Aisyah

Urwah

Az-Zuhri

Ma'mar

Abdurrazaq

Mahmud

Bukhari

Ahmad

Page 63: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xlv

3. Bagan sanad riwayat Bukhari

Rasulullah saw

Anas bin Malik

Humaid at-Thawil

Hasim

Muhammad bin I'sa

Bukhari

Haritsah bin Wahb Al Khuza'i

Ma'bad bin Khalid Al

Qaisi

Sufyan

Muhammad bin Katsir

Bukhari

Page 64: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

xlvi

Page 65: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

47

Naqd al-Hadits

Dalam istilah bahasa al-Naqd mempunya pegertian yang sama

dengan al-Tanqad (مس yang berarti meneliti secara seksama, dan ,( ر

menyatakan secara khusus yang mempunyai sifat keaslian dan

menyingkirkan sifat yang palsu darinya.79 Menurut Johana Nasrudin

Naqd al-Hadits yaitu, ilmu yang meneliti suatu sanad dan matan hadis

untuk mengetahui kualitas suatu hadis yang akan diteliti.80

1. Kritik Sanad

Dalam meneliti sebuah hadis yang akan diketahui kualitas hadisnya,

maka sangat diperlukan gambaran untuk menentukan suatu hadis.

Setelah penulis melakukan penelitian dengan sekema pohon sanad,

maka langkah selanjutnya dengan melakukaan kritik sanad dan kritik

matan. Pada kritik sanad dilakukan untuk membuktikan saanad pada

hadis-hadis tersebut memenuhi kriteria hadis shahih atau sebaliknya.

Disini penulis menggunakan CDR Maktabah Syamilah dan Lidwa 9

Kitab Imam untuk membantu memudahkan dalam mencari sanad-sanad

hadis yang ingin diteliti penulis. Syarat-syarat yang memenuhi hadis

shahih yaitu:

a. Sanadnya bersambung

b. Perawinya adil

c. Perawinya dhabit

d. Tidak ada kejanggalan (syadz)

e. Tidak ada cacat (mu‟allal).81

1) Biografi Perawi

a) Sanad Thabrani

79

Hatta Abdul Malik, Naqd al-Hadits Sebagai Metode Kritik Kredibilitas Informasi

Islam, Jurnal of Islamic Studies and Humanities, Vol. I, No. I, (Universitas Islam Negri

Walisonggo Semarang: 2016), h. 58. 80

Johana Nasrudin dan Dewi Royani, Kaidah-Kaidah Ilmu Hadits Praktis, (Cet. I,

Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 156. 81

Ma‟shum Zein, Ilmu Memahami Hadits Nabi: Cara Praktis MenguasaiUlumul

Hadits Dan Mustholah Hadits, (Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2016), h. 113.

Page 66: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

48

, لبي: أبأ ث, حس صب شساز س , حس صبصط ث ع ث أح أث حسصب عجسا ث ؼعس, ع

طع : "الأ ؼ ع صى الل ث ؽبض, لبي: لبي ضؼي الل عم علاء, حس ص ف ا

." طأحلا رح ػ ا أ ط حسس ذ رظ ث 82ضأغ ضج

از ث ، حسصب شس ، أب اضط ث ش ، حسصب إؼحبق ث ضا بض ؼى ث حسصب

ث ؽبض، عم عذ ط، مي: ؼ ر ث اش عذ عس ث عجس الل ، لبي: ؼ اؼج ؼعس اط

حسس رظ ث ف ضأغ أحسو طع :"لأ ؼ ع صى الل مي: لبي ضؼي الل

ط "ذ طأح لا رح ػ ا أ 83

Nama : Maqil bin Yasir bin Abdullah bin

Ma‟bar

Nama lain : Maqil bin Yasir Maj‟ni

Guru : Rasulullah saw

Murid : Abi Al‟ala

Wafat : 60 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Sahabiy

Thabaqah : II

Nama : Yazid bin Abdullah bin Syahir bin Auf

Nama lain : Yazid bin Abdullah al-Am‟ri

Guru : Maqil bin Yasir bin Abdullah

82

Hadis Riwayat Thabrani, Kitab Mu‟jam al-Kabir Thabrani, Bab Haramnya

Bersalaman Lawan Jenis, No. 16881, Juz 15, Maktabah Syamilah, h. 143.

83

Hadis Riwayat Thabrani, Kitab Mu‟jam al-Kabir Thabrani, Bab Haramnya

Bersalaman Lawan Jenis, No. 16880, Juz 15, Maktabah Syamilah, h. 143.

Page 67: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

49

Murid : Syaddad bin Said bin Malik

Wafat : 108 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Ahmad bin Su‟aib An-Nasa‟i : Tsiqat.

Ahmad bin Shalih al-Jaili : Tsiqat.

Ibnu Hajar As-Qalani : Tsiqat

Thabaqah III

Nama Saddad bin Said bin Malik

Nama lain Saddad bin Said Ar-Rasbi

Guru Abi Al‟Ala

Murid Abihi dan Al-Nadlr bin Syumail

Wafat

Al-Jarah wa Ta‟dil Yahya bin Mu‟ain : Tsiqat

Zuhair bin Harb An-Nasa‟i : Tsiqat

Thabaqah IV

Nama Ali bin Nasru bin Ali bin Shahiban

bin Abi al-Jah‟dhahi

Nama lain Ali bin Nasru al-Hadis

Guru Saddad bin Said bin Malik

Murid Nasru bin Ali

Wafat 187 H

Page 68: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

50

Al-Jarah wa Ta‟dil Abu Hatim Ar-Razi : Tsiqat

Shaduq.

Ahmad bin Syuaib An-Nasa‟i :

Tsiqat.

Ibnu Hajar As-Qalani : Tsiqat.

Halih bin Muhammad Jazarah :

Shaduq (sangat benar).

Thabaqah : IV

Nama : Al-Nadlr bin Syumail

Nama lain : Abu al-Hasan al-Nawi al-Bashr

Guru : Saddad bin Said

Murid : Ishaq bin Rohawaih

Wafat : 203 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Al-Nasa‟i : Tsiqat

Abu Hatim : Tsiqat

Thabaqah : V

Nama : Nasru bin Ali bin Nasru bin Ali bin

Shahiban bin Abi

Nama lain : Nasru bin Ali al-Ardhi

Guru : Abihi

Murid : Abdan bin Ahmad

Page 69: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

51

Wafat : 250

Al-Jarah wa Ta‟dil : Musalamah bin Al-Qasim :

kepercayaan itu dia miliki semuanya.

Ahmad bin Suaip al-Nasa‟i : Tsiqat

Thabaqah : V

Nama : Ishaq bin Rahawaih

Nama lain : Abu Yaqub al-Marwazi

Guru : Al-Nadlr bin Syumail

Murid : Musa bin Harun

Wafat : 237 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Abu Bakar al-Nu‟aim : Tidak ada

cacat padanya (Laba‟tsa bihi)

Thabaqah : VI

Nama : Abdan bin Ahmad

Nama lain : Abdullah bin Ahmad al-Ahwari

Guru : Nasru bin Ali

Murid : Al-Thabrani

Wafat : 306 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Abu al-Abas bin Makil : dia

seorang hafidz.

Page 70: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

52

Abdul Hayya bin Amad Hambal :

dia seorang penghafal yang Tsiqaat

(dapat dipercaya.

Thabaqah : VI

Nama : Musa bin Harun

Nama lain : Abu Umar

Guru : Ishaq bin Rahawaih

Murid : Al-Thabrani

Wafat : 224 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Abu Zur‟ah : tidak ada cacat

padanaya (Laba‟tsa

bihi).

Ibnu Hiban : Tsiqat.

Sanad Thabrani, semua sanad hadis ini memiliki keterambungan

sanad antara perawi satu dengan yang lain dan perawinya mendapat

predikat Tsiqat oleh para ahli hadis dan pada periwayatan Nasru bin Ali

kekuatan daya hafalannya dapat dipercaya, maka kedudukan hadis ini

bisa dikatakan dengan hadis shahih. Namun tetap di posisikan hadis

hasan.

Page 71: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

53

b) Sanad Bukhari

ا ظ ز حسصب عجس اط ح صب حس عبئشخ ضض ح ع عط طي ع اع ط ع ع ق أذجطب

خ ا ثص ىلا جبع اؽبء ثب ؼ ع صى الل اج ب لبذ وب ع الل } لا شطو

ب ئب { لبذ ش بثبلل ى طأح طأح إلا ا س ا ؼ ع صى الل ؽذ س ضؼي الل 84

ح صب ت حس حبضصخ ث ع ؽ م ذبس ا عجس ث صب حس وضط أذجطب ؼفب س ث

ضعف جخ و ا ثأ لبي ألا أذجطو ؼ ع صى الل اج ع رعاع زضبعف ا

ألؽ س ث ح لبي ؽزىجط اظ ج عز ابض و ثأ ألا أذجطو لأثط عؽى عى الل

بء إ خ وبذ الأ به لبي إ حسصب أػ ث س اط أذجطب ح حسصب ش أ

ش شبءد ح طك ث فز ؼ ع صى الل سخ زأذص ثس ضؼي الل ا

Thabaqah : I

Nama : Aisyah binti Abdullah bin Asim bin

Amer bin Ka‟ab bin Sa‟id

Nama lain : Aisyah binti Abi Bakar As-Shadiq

Guru : Rasulullah Saw

Murid : Urwah

Wafat : 57 H/ 58 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Sahabiy

Thabaqah : II

Nama : Urwah bin Zabir bin A‟um

Nama lain : Urwah bin Zabir al-As‟di

Guru : Aisyah

Murid : Az-Zuhri

84

Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari: Hukum-Hukum, Bab Bai‟at Wanita,

No. 6674, (Jakarta: Lidwa Pusaka i-Software, 2011).

Page 72: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

54

Wafat : 94 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Muhammad bin Sa‟id : banyak

kepercayaan di era moderen ini.

Ibnu Hajar As-Qalani : Tsiqat

al-Ajli : Tsiqat

Thabaqah : III

Nama : Muhammad bin Muslim bin

Ubaiduallah bin Abdullah bin Shihab

Nama lain : Muhammad bin Shihab Az-Zuhri

Guru : Urwah

Murid : Ma‟mar

Wafat : 124 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Abu Abdullah al-Hakim : Tsiqat

Muhammad bin Sa‟id : banyak

ilmu pengetahuan ahli hukum

modern yang dapat dipercaya.

Ibnu Hajar „Asqalani : faqih hafidz

mutqin

Thabaqah : IV

Nama : Ma‟mar bin Rosid

Nama lain : Ma‟mar bin Abi Amru Al-Az‟di

Page 73: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

55

Guru : Az-Zuhri

Murid : Abdul Rozak

Wafat : 154 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Abu Bakar al-Baihaqi : dia

seorang Hafidz.

Abu Abdullah al-Hakim al-

Naisaburi : terpercaya dan

amanah.

Abu Muhammad al-Hajim

Adhohiri : Tsiqat.

Ibnu Hajar Asqalani : Tsiqat

Tsabat

Thabaqah : V

Nama : Abdul Rozaq bin Hamam bin Nafi‟

Nama lain : Abdul Rozaq bin Hamam al-

Hamiri

Guru : Ma‟mar

Murid : Mahmud

Wafat : 211 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Abu Abdullah al-Hakim Naisaburi

: Tsiqat.

An-Nasa‟i : Tsabat

Ya‟kub bin Syaibah : Tsiqat

Page 74: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

56

Tsabat

Ibnu Hiban : Tsiqat

Ibnu Adi : Laba‟tsa bih

Thabaqah : VI

Nama : Muhammad bin Ai‟lan

Nama lain : Muhammad bin Ai‟lan al-A‟di

Guru : Abdul Rozaq bin Hamam

Murid : Bukhari

Wafat : 239 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Abu Hatim al-Razi : Tsiqat

Ahmad bin Suaip an-Nasa‟i : Tsiqat

Ibnu Hajar As-Qalani : Tsiqat.

Adz-Dzahabi : Hafidz

c) Sanad Ahmad

عبئش ح أ عط طي ع اع ط ع ع اق أذجطب ظ حسصب عجس اط ضؼي الل خ لبذ وب

ش ثبلل لا شطو خ } عى أ ا ص ث ىلا جبع اؽبء ثب ؼ ع ئب { لبذ صى اللىب طأح طأح لظ إلا ا ؽذ س س ا ب

85

85

Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari, Bab Wahyu, No. 6072, Juz 8,

Maktabah Syamilah, h. 24.

Page 75: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

57

Thabaqah : V

Nama : Abdul Rozaq bin Hamam bin Nafi‟

Nama lain : Abdul Rozaq bin Hamam al-Hamiri

Guru : Ma‟mar

Murid : Musnad Ahmad

Wafat : 211 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Abu Abdullah al-Hakim Naisaburi :

Tsiqat.

Ahmad bin Suaib An‟Nasa‟i : yang

dapat ditandingkan hafalannya.

Sanad Bukhari dan Ahmad, semua perawi sanadnya bersambug

dan semua perawi mendapatkan predikat Tsiqat oleh para ahli hadis,

kecuali pada periwayatan Az-Zuhri atau Muhammad bin Muslim bin

Ubaidillah dan periwayatan Ma‟mar bin Rasyid mereka mempunyai

hafalan yang buruk, maka kedudukan hadis ini sama seperti sanad

Thabrani bisa dikatakan dengan hadis shahih, namun tetap di posisikan

dalam hadis hasan. Dan orang yang pertama mendengar langsung

perkataan Rasulullah tersebut yaitu Aisyah (istrinya).

d) Sanad Bukhari

به ، حسصب أػ ث س اط ، أذجطب ح عؽى ، حسصب ش س ث ح لبي لبي وبذ

ح طك ث ضؼي الل صى الل ع ؼ فز سخ زأذص ثساج ا بء أ إ خ ش الأ

86شبءد

86

Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari, Bab Wahyu, No. 6072, Juz 8,

Maktabah Syamilah, h. 24.

Page 76: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

58

ت ح حبضصخ ث ع ؽ م ذبس ا عجس ث صب حس وضط أذجطب ؼفب س ث ح صب س رعاع ا

زض ضعف جخ و ا ثأ لبي ألا أذجطو ؼ ع صى الل اج عى ع ألؽ بعف

عؽى ح س ث ح لبي ؽزىجط اظ ج عز ابض و ثأ ألا أذجطو لأثط أذجطب الل سصب ش

وبذ الأ به لبي إ حسصب أػ ث س اط ح سخ زأذص ثس ضؼي الل ا بء أ إ خ ش شبءد ح طك ث فز ؼ ع 87صى الل

Thabaqah : I

Nama : Anas bin Malik bin Nadar bin

Dhomdhom

Nama lain : Anas bin Malik an-Naisaburi

Guru : Rasulullah

Murid : Humaid at-Tawil

Wafat : 93 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Sahabiy

Thabaqah : II

Nama : Humaid bin Tayriya

Nama lain : Humaid bin Abi Humaid at-Tawil

Guru : Anas bin Malik

Murid : Husaim

Wafat : -

87

Hadis Riwayat Bukhari, Kitab Shohih Bukhari, Bab Sombong, No. 5610,

(Jakarta: Lidwa Pusaka i-Software, 2011).

Page 77: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

59

Al-Jarah wa Ta‟dil : Abu Hatim al-Razi : dapat dipercaya

dan tidak ada kecacatan padanya.

Abu Daud al-Sajistani : hadis yang

baru dapat di percaya.

Ahmad bin Shalih al-Jaili : Tsiqat

Ahmad bin Suaip an-Nasa‟i : Tsiqat.

Thabaqah : III

Nama : Husaim bin Basri bin Qasim bin Dinar

Nama lain : Usaim bin Basri as-Salami

Guru : Humaid at-Tawil

Murid : Muhammad bin Isya

Wafat : 183 H

Al-Jarah wa Ta‟dil : Abu Abdullah Al-Khatim Naisaburi :

Tsiqat.

Thabaqah IV

Nama Muhammad bin Isya bin Surat bin

Musa

Nama lain Muhammad bin Isya at-Tirmidzi

Guru Husaim bin Qasim

Murid Bukhari

Page 78: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

60

Wafat 279 H

Al-Jarah wa Ta‟dil Para ahli hadis 9 kitab mempunyai

kepercayaan yang disetujui

Ibnu Hajar as-Qalani : salah satu

imam yang dapat dipercayai dengan

hafidz nya.

Thabaqah V

Nama Harits bin Wahab al-Khaza‟i

Nama lain Haris bin Wahab

Guru Rasulullah Saw

Murid Ma‟bad bin khalid

Wafat -

Al-Jarah wa Ta‟dil Sahabiy

Thabaqah VI

Nama Ma‟bad bin Khalid bin Murair bin

Haris bin Yasir

Nama lain Ma‟bad bin Khalid

Guru Harits bin Wahab

Murid Sufyan

Wafat 118 H

Page 79: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

61

Al-Jarah wa Ta‟dil Yahya bin Ma‟in : Tsiqat

Al-Ajli : Tsiqat

Abu Hatim : Shaduq

Ibnu Hibban : disebutkan dalam

„ats Tsiqat

Ibnu Hajar as-Qalani : Tsiqat

ahli ibadah

Thabaqah VII

Nama Sufyan bin Sa‟id bin Masruq

Nama lain Abu‟ Abdullah

Guru Ma‟bad bin Khalid

Murid Muhamad bin Yasir

Wafat 161 H

Al-Jarah wa Ta‟dil Malik bin Anas : Tsiqat

Yahya bin Ma‟in : Tsiqat

Ibnu Hibban : termasuk dari para

huffad mutqin

Ibnu Hajar „asqalani : Tsiqat

hafidz faqih

Page 80: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

62

Thabaqah VIII

Nama Muhammad bin Katsir al-Adzi

Nama lain Abu Abdullah al-Basri

Guru Sufyan

Murid Bukhari

Wafat 223 H

Al-Jarah wa Ta‟dil Yahya bin Ma‟in : lam yakun bi

Tsiqat

Abu Hatim : Shaduq

Ibnu Hibban : disebutkan dalam „ats

Tsiqat

Ibnu Hajar Asqalani : Tsiqat

Setelah penulis melakukan peneitian terhadap periwayatan hadis-

hadis diatas, maka dapat dikatakan bahwa jalur sanad diatas shahih.

Melihat dari kriteria ketersambungan sanad, yakni dari segi

ketersambungan sanad karna pertemuan antara guru dan murid, dan para

perawi yang dinilai Tsiqat oleh para kritikus hadis, maka penulis

menyatakan bahwasannya sanad ini shahih.

Page 81: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

63

BAB IV

KRITIK MATAN HADITS TENTANG BERJABAT TANGAN

DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN MAHRAMNYA

A. Teori Kritik Matan

Dalam ilmu hadits dirayah, kritik matan itu bisa dilakukan dengan

dua cara, yaitu; Pertama, kritik terhadap redaksi matan hadits, dan kedua

kritik terhadap makna matan hadis.88 Sanad yang tsiqat belum tentu

matan dalam hadits itu juga memiliki predikat tsiqat dan dapt dipercaya.

Dalam kepercayaan isnad, ke-Tsiqat-an matan juga harus dibuktikan

untuk keautentikan sebuah hadits dengan syarat bahwa autentifikasi dan

penilaian “buruk” seorang perawi berdasarkan sebuah asumsi dan

seorang perawi yang dianggap memiliki predikat tsiqat oleh seorang

kritikus hadits maka kritikus hadits yang lainnya akan menganggap

sebaliknya. Dengan meneliti kritik matan, kesalahan yang diperbuat oleh

seorang perawi dapat dikontrol dan penilaian seorang kritikus terhadap

dinilai tsiqat atau sebaliknya, hanya saja setelah meneliti riwayat mereka

dan meneliti matannya.89

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap sanad hadis yang

menjadi objek kajian penelitian, dan telah sampai pada kesimpulan

bahwa sanad tersebut bisa dikatakan hadis shahih, karna sudah

memenuhi kriteria hadis yang shahih. Setalah melakukan kritik sanad

dan memenuhi kriteria hadis shahih, maka langkah selanjutnya penulis

akan melakukan kritik terhadap matan hadis diatas.

B. Analisa Kritik Matan

Dalam menelusuri kritik matan ini, penulis menggunakan

pendekatan dalam kritik matan, yaitu: meneliti matan dengan melihat

kualitas sanad, meneliti susunan lafal matan yang semakna, dan meneliti

kandungan matan dalam hadis, dan hasil penelitian matan hadits.

88

Johana Nasrudin dan Dewi Royani, Kaidah-Kaidah Ilmu Hadits Praktis, (Cet. I,

Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 156. 89

Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadits, (Cet. I,

Jakarta: Mizan Publika, 2009), h. 56-57.

Page 82: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

64

Berikut adalah langkah-langkah dalam penelitian kritik matan hadis,

yaitu sebagai berikut:

1. Meneliti matan dengan melihat kualitas sanad

Hadis diatas adalah hadis yang masyhur, karna dikalangan sahabat

thabaqah pertamadiriwayatkan lebih dari dua orang sahabat, yaitu Maqil

bin Yasir, Aisyah, Anas bin Malik, dan Harits bin Wahab. Dan pada

thabaqah selanjutnya, yaitu dikalangan tabi‟in dan setelahnya juga

termasuk pada golongan hadis masyhur.

Pada hadis diatas sanadnya muttashil (bersambung) dari awal

sampai akhir. Dan pada semua kalangan sahabat yang pertama

mendengar hadis ini secara langsung dari Nabi Saw. sedangkan bobot

untuk masing-masing sanad dari tiga sempel yang telah dipilih adalah

sebagai berikut:

2. Meneliti susunan matan yang semakna

Setelah mengetahui kualitas kritik sanad hadis, maka langkah

selanjutnya dalam penelitian ini yaitu penulis meneliti susunan matan

yang semakna dari berbagai hadis. Akan tetapi dalam penelitian kritik

matan yang susunan lafalnya semakna, penulis akan menggunakan

kaidah mayor kesahihan hadis yaitu terhindarnya dari „illah. Illah secara

bahasa yaitu, penyakit. Dalam sebuah hadis, jika salah satu ada penyakit

yang membuat hadis itu lemah maka hadis tersebut tidak bisa di

kategorikan sebagai hadis shahih. Sedangkan illah secara istilah yaitu,

ssuatu sebab permasalahan atau penyakit yang tersembunyi yang

membuat cacat pada hadis, sementara secara lahir tidak tampak adanya

kecacatan pada hadis tersebut.90

Dan kaidah minornya yaitu, terhindarnya dari Ziyadah (tambahan),

Inqilab (perbaikan lafal), Mudraj (sisipan), Naqis (pengurangan), dan

Al-Tahrif/Al-Tahsif (perubahan huruf/syakalnya). Berikut susunan lafal

90

Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadits, (Cet. I, Jakarta:

Amzah, 2014), h. 123.

Page 83: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

65

matan hadis yang penulis melakukan perbedaan lafal disetiap matan

hadis, yaitu sebagai berikut:

Dalam kitab at-Thabrani ditemukan dua hadis, yaitu:

Hadis ke 1

رظ ث ف ضأغ ضج طع الأ

Hadis ke 2

رظ ث ف ضأغ أحسو طع لأ

Dalam kitab Bukhari ditemukan satu hadis dan hadis penguatnya dari

periwayatan Musnad Ahmad hanya ditemukan satu hadis saja, yaitu:

Hadis ke 1

طأح إلا س ا ؼ ع صى الل ؽذ س ضؼي الل ب ئب { لبذ ش ثبلل } لا شطو

ب ى طأح ا

Hadis ke 2

ب ى طأح طأح لظ إلا ا ؽذ س س ا ب ئب { لبذ ش ثبلل لا شطو } عى أ

Dalam kitab Bukhari ditemukan dua hadis, yaitu:

Hadis ke 1

طك ث ضؼي الل صى الل ع ؼ فز سخ زأذص ثساج ا بء أ إ خ وبذ الأ

ش شبءد ح

Hadis ke 2

طك ث فز ؼ ع صى الل سخ زأذص ثس ضؼي الل ا بء أ إ خ وبذ الأ إ

ش شبءد ح

Setelah melakukan penelitian dalam membandingkan matan hadis

satu dengan matan hadis pengguatnya, dari beberapa periwayatan di atas

dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa perbedaan, diantaranya

Page 84: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

66

terdapat pada matan yang panjang pada lafalnya dan ada pula matan

dengan lebih pendek lafalnya. Berikut perbedaan lafal matan yang

berbeda:

Dari periwayatan Thabrani perbedaan kata hadis pertama

menggunakan kata pada bagian sedangkan pada hadis nomor dua ,ضج

menggunakan kata أحسو

Dari periwayatan Bukhari dan Ahmad, perbedaan kata hadis yang

pertama menggunakan kata pada bagian ؼ ع صى الل ,ضؼي الل

sedangkan pada bagian hadis kedua tidak menggunakan kata

tersebut.Selanjutnya pada hadis pertama tidak menggunakan kata ,عى أ

sedangkan pada hadis kedua menggunakan kata Dan pada hadis .عى أ

pertama tidak menggunakan kata , sedangkan hadis kedua

menggunakan kata . Terakhir pada hadis pertama tidak menggunakan

kata لظ, sedangkan hadis kedua menggunakan kata لظ. Dari kesimpulan

diatas bahwa periwayatan Ahmad lah yang ada perubahan kata, akan

tetapi tidak merubah makna dari kalimat tersebut.

Selanjtnya dari periwayatan Bukhari perbedaan kata hadis yang

pertama menggunakan kata وبذ, sedangkan pada matan hadis kedua

menggunakan kata وبذ Dari kesimpulan diatas perbedaan dengan .إ

ditambahnya kata .د dan perubahan syakal pada hurufإ

Selanjutnya penulis akan meneliti hadis di atas apakah benar-benar

memenuhi kaidah keshahihan matan atau tidak. Penulis meneliti sebuah

hadis diatas dengan istilah kaidah mayor dan kaidah minor dalam

keshahihan suatu matan hadis yang terhindarnya ari illah, illah disini

mempuyai kaidah minor, yaitu sebagai berikut:

a. Tidak Mudraj91, artinya mengalami sisipan atau penambahan dari

lafal matan hadis atau dari periwayatan.

b. Tidak Maqlub92, artinya hadis yang lafal matannya mengalami

pertukran oleh perawi atau oleh seseorang yang ada pada mata rantai

91

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Shahih Bukhari Muslim, (Jakarta: PT Gramedia,

2017), h. XXVii.

Page 85: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

67

tersebut, misalnya perawi yang seharusnya mendahulukan lafalnya,

akan tetapi malah mengakhirkan lafalnya. Namun pada penelitian

lafal matan hadis diatas tidak terjadi perputaran balikan lafal.

c. Tidak Mushahhaf93, artinya hadis yang mengalami perubahan lafal

atau makna. Akan tetapi hadis pertama riwayat Thabrani

menggunakan kata م ج sedangkan hadis kedua menggunakan kata ,ر

ذ ك ى أ ح . Namun dari perubahan kata lafal tersebut sama sekali tidak

merubah makna dari hadis riwayat Thabrani.

d. Tidak mengalami Naqis, artinya mengurangi lafal pada matan hadis

yang sebenarnya.

3. Meneliti Kandungan Matan

Dalam memahami kandungan matan hadits ditemukannya

keragaman acuan dalam pendekatan tersebut ada dua dalam memahami

maksud matan hadits yaitu al-Qur‟an dan Sunnah, sementara acuan

dalam memahami substansi matan hadits yang sampai sekarang masih

menjadi polemik di antara ulama yaitu logika (akal sehat), (fakta

historis), (pokok-pokok ajaran islam), (ijma/kesepakatan ulama),

(qiyas/analogi), (prilaku sahabat), dan lain sebagainya.94

Hadits tentang berjabat tanggan dengan lawan jenis yang bukan

makhramnya tidak bertentangan dengan akal sehat karna berjabat tangan

yang dilakukan oleh pihak laki-laki dengan perempuan bukan

makhramnya tidak dianjurkan kalo tidak ada kepentingan apapun

menjaga sentuhan terhadap lawan jenis nya lebih baik dari pada berjabat

tanggan tetapi banyak mudhorotnya seperti menimbulkan hawa nafsu

dan akan mengakibatkan terjadinya fitnah dianta mereka. Kalo pun

bersentuhan itu dibolehkan jika dalam keadaan darurat atau membantu

orang tua yang sudah pikun tak berdaya dan sudah tak memiliki hawa

nafsu. Karna membantu sesama muslim itu lebih baik daripada kita

mengabaikan orang yang sedang membutuhkan bantuan dari kita.

92

Ma‟shum Zein, Ilmu Memahami Hadits Nabi: Cara Praktis MenguasaiUlumul

Hadits Dan Mustholah Hadits, (Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2016), h. 153. 93

Ibid, h. 160. 94

Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur‟an dan Hadits, (Jakarta:

Elex Media Komputindo, 2014), h. 21.

Page 86: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

68

Apabila disandingkan dengan al-Qur‟an peneliti menyimpulkan tidak

ada yang bertentangan dengan al-Qur‟an pada periwayatan Thabrani,

Bukhari, dan Ahmad dalam larangan berjabat tangan dengan lawan jenis

yang bukan mahramnya. Sebagai firman Allah SWT, yaitu:

طا ل ب شبء إشا لضى أ ؽؽ ثشط لبي وصه الل رك س بذ ضة أى ى

ب مي و فى ٧٤-فئ -

“Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhan-ku, bagaimana mungkin aku

akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang

menyentuhku?” Dia (Allah) Berfirman, “Demikianlah Allah

Menciptakan apa yang Dia Kehendaki. Apabila Dia Hendak Menetapkan

sesuatu, Dia hanya Berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu

itu.”95 (Q.S Al-Imran: 47)

لا ؽطل ئب ش ثبلل بد جبعه عى أ لا شطو ؤ إشا جبءن ا ب اج ب أ لا ع

لا مز عط لا عصه ف أضج س أ فزط ث زب ثج لا أر لاز ف أ

ح غفض ض الل إ الل اؼزغفط ٢١-فجبع -

“Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan Mukmin datang

kepadamu untuk mengadakan baiat (janji setia), bahwa mereka tidak

akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; tidak akan

mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak

akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki

mereka** dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka

terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka

kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”96

(Q.S Mumtahanah:12)

4. Hasil Penelitian Matan

Setelah matan hadits diteliti berdasarkan kualitas sanad hadits,

peneliti menyimpulan susunan matan yang seksama, dan peneliti

95

Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syaamil

Cipta Media, 2005), h. 56. 96

Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syaamil

Cipta Media, 2005), h. 551.

Page 87: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

69

mendapatkan kesimpulan dalam kandungan matan hadis periwayatan

Thabrani, Bukhari, dan Ahmad tentang larangan berjabat tangan dengan

lawan jenis yang bukan makhramnya dimana dalam matan hadits

tidaklah ada yang bermasalah karena sesuai dengan syarat-syarat matan

shahih yang disyaratkan oleh mukharij hadits, dengan demikian unsur

syuzuz dan „illat tidaklah ditemukan. Kesimpulan yang penulis dapatkan

dalam membandingkan kritik matan yang satu dengan matan yang

lainnya yaitu, setiap matan dalam hadis mempunyai perbedaan. Namun,

semua perbedaan itu tidak ada satupun yang merusak makna dalam

matan hadits. jadi hadits ini dapat disimpulkan dengan predikat shahih

berdasarkan pertimbangan yang penulis telah kemukakan.

C. Kesimpulan Hasil Penelitian Kritik Sanad dan Matan

Sanad hadits yang melarang berjabat tangan dengan lawan jenis

yang bukan mahramnya dalam periwayatan Thabrani, Bukhari, Ahmad,

dan Bukhari (yang membolehkan berjabat tangan dengan lawan jenis

yang bukan mahramnya) adalah shahih. Dan dalam penelitian dengan

kritik matan hadits tersebut juga dikatakan shahih. Apabila keduanya

digabungkan dalam sanadnya yang mempunyai predikat shahih dengan

matan juga mempunyai predikat shahih, maka hasil dari keseluruhan

hadis tersebut adalah bersetatus predikat shahih. Dalam penelitian

tersebut bisa dikatakan shahih karena sanad adalah kunci bagi matan

dalam suatu kasus hadis tersebut, sanad yang menjadi kunci utama bagi

matan yaitu mempunyai predikat shahih.

Page 88: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan-pembahasan yang telah penulis paparkan di bab-

bab sebelumnya, maka pembahasan selanjutnya di bab ini penulis akan

menarik kesimpulan dari hasil penelitian sebelumnya kedalam bentuk-

bentuk poin yang berdasarkan pada rumusan masalah, yaitu: .

1. Hadis yang telah dijadikan kajian objek dalam penelitian ini,

berdasarkan penelusuran yang telah diteliti baik dari segi kritik

sanad hadis maka penulis menyimpulkan bahwa dalam larangan

dan bolehnya berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan

mahramnya dilihat dari aspek kualitas hadis diatas memnuhi

yarat-syarat hadis shahih dan hadis ini juga termasuk kedalam

hadis hadis yang al-Muttashil Marfu‟, yaitu hadis yang

sanadnya langsung disandarkan kepada Rasulullah saw.

Disamping itu juga dari persambungan sanad perawinya, pada

periwayatan Thabrani, Bukhari, dan Ahmad yang melarang

berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya

sanad prawinya jugaa saling bertemu dan semuanya yang

mayoritas Tsiqaat dan Adil. Akan tetapi pada sanad hadis yang

membolehkan berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan

mahramnya dari awal sudah tidak bersambungnya sanad dan ada

berapa periwayatan memiliki predikat dalam lemah hafalannya

maka penulis menyimpulkan sanad hadis ini dikategorikan

dalam hadis dha‟if. Karna hadis ini tidak memiliki syarat-syarat

hadis shahih.

2. Pada kritik matan tidak adanya pendukung dari al-Qur‟an dan

hadisnya termasuk dalam hadits mungkar, dan pada salah satu

periwayatan memiliki lemah dalam hafalannya. Jadi hadits ini

tidak bisa dikatakan hadits shahih karna tidak mepunyai kriteria

kedalam hadis shahih.

Page 89: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

71

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, penulis berharap pembaca

bisa memahami dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk

menghindari dari berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan

mahramnya karna akan dikhawatirkan dapat menimbulkan syahwat dan

menimbulkan fitnah. Dalam budaya berjabat tangan yang sering kita

lihat dalam sehari-hari anatara laki-laki dan perempuan yang bukan

mahramnya jangan dijadikan budaya yang tidak taat akan perintah

Allah, budaya yang tidak seharusnya dilestarikan. Akan tetapi budaya

yang menjadikan ketaatan akan perintah Allah SWT. dan sunah-sunah

Rasulullah yang sudah diajarkan. Jika tidak ada keperluan darurat

alangkah baiknya kita menghindari dari perbuatan tersebut agar tidak

menimbulkan nafsu dan fitnah.

Dengan selesainya penelitian skripsi ini, penulis menyadari

bahwasannya masih banyak terjadinya kesalahan dari kata sempurna

yang memiliki banyak kekurangan di dalam skripsi ini, dan penulis

berharap kepada pembaca akan saran dan sanggahan tentunya yang

bersifat membangun.

Page 90: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

72

DAFTAR PUSTAKA

Abu Syuqqah, Abdul Halim. Kebebasan Wanita. Cet. I. Jakarta: Gema

Insani Press, 1997.

Aliyah, Sri. “Teori Pemahaman Ilmu Mukhtalif Hadits.” jurnal,

Juni/2014.

Akbar, Ali. Metode Ijtihad Yusuf Qardhawi Dalam Fatwa

Mu‟ashirah, dalam http://ejournal.uin-suska.ac.id.pdf. Vol.

XVIII. Januari/2012. diakses 22 Maret 2019.

Anam, Wahidul. Dekontruksi Kaidah „Adalah Al-Sahabah: Implikasi

Terhadap Studi Ilmu Hadits. Cet. 1, Yogyakarta: LKS

Pelangi Aksara, 2016.

Amin, Kamaruddin. Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik

Hadits. Cet. I. Jakarta: Mizan Publika, 2009.

Arifin, Bustanul. Analisi Hukum Islam Berjabat Tangan antara Laki-

laki dan Perempuan pada Pesta Pernikahan “Studi Kasus

Desa Bandung Lor, Kunir, Dempet, Demak.” Skripsi. Jepara:

Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah UNISNU Jepara,

2015.

Bahamam, Fahad Salim. fiqih Moderen Praktis 101 Panduan Hidup

Muslim Sehari-hari. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2013.

Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Shahih Bukhari Muslim. Jakarta: PT

Gramedia, 2017.

Bay, Kaizal. “Metode Penyelesaian Hadis-Hadis Mukhtalif Menurut

al-Syafi‟i.” Jurnal Ushuluddin. Vol. XVII. Juli/2011.

Departemen Agama. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Bandung: PT

Syaamil Cipta Media, 2005.

Page 91: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

73

Eurolinier, Suheri. Hadis Mushafahah Berjabat tangan atau

Bersalaman. Dalam http://www.Academia.edu.pdf. diakses

14 September 2019.

Fatimah, Siti. Silaturahmi Menurut Hadis Nabi SAW Suatu Kajian

Tahlili. Skripsi Dalam http://repositori.UIN-

Alauddin.ac.id.Skripsi.pdf. diakses 30 Juni 2019.

Fauziah, Cut. “I‟tibar Sanad Dalam Hadits”, Jurnal Ilmu Hadis. Vol.

I. Januari-Juli 2018 M/1349 H.

Fitriana, Nurin. Relevansi Pengetahuan Masyarakat tentang Etika dan

Berjaba Tangan dengan Lawan Jenis dalam Tinjauan Islam.

Dalam http://www.researchgate.net.pdf. diakses 31 Agustus

2019.

Herdi, Asep. Memahami Ilmu Hadis. Cet. I. Bandung: Tafakur, 2014.

Hasan, Abdillah F. 101 Rahasia Wanita Muslimah. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2015.

Hadits Riwayat Ahmad. Kitab Musnad Sahabat Anshar. Bab Bai‟at

Wanita. Jakarta: Lidwa Pusaka i-Software. 2011.

Hadis Riwayat Bukhari. Kitab Shohih Bukhari. Bab Sombong. Jakarta:

Lidwa Pusaka i-Software. 2011.

Hadis Riwayat Thabrani. Kitab Mu‟jam al-Kabir Thabran., Bab

Haramnya Bersalaman Lawan Jenis. Maktabah Syamilah.

Ismail, Yahya. Hubungan Penguasa dan Rakyat dalam Presepektif

Sunnah. Cet. 1. Jakarta: Gema Insani, 1995.

Irina, Fristiana. Metodelogi Penelitian Terapan. Cet. I. Yogyakarta:

Parama Ilmu, 2017.

Junaidi, Yendri. Metode Rasulullah Saw Dalam Mendidik. Cet. I.

Yogyakarta: Deepublish, 2014.

Khairuddin. Metode Penyelesaian Hadits Mukhtalif:KajianTa‟arudh

al-Adillah. Dalam http://Journal.ar-raniry.ac.id.pdf. Vol. XII.

April/2010. diakses 10 September 2019.

Page 92: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

74

Khon, Abdul Majid. Takhrij dan Metode Memahami Hadis. Cet.I,

Jakarta: Amzah, 2014.

Malik, Hatta Abdul. “Naqd al-Hadits Sebagai Metode Kritik

Kredibilitas Informasi Islam.” Jurnal of Islamic Studies and

Humanities Vol. I. Universitas Islam Negri Walisonggo

Semarang, 2016.

Muhammad Misbah, Hadis Mukhtalif Dan Pengaruhnya Terhadap

Hukum Fiqih:Studi Kasus Haid Dalam Kitab Bidayatul

Mujtahid, Dalam http://Journal.stainkudus.ac.id.pdf. Vol 2

2016. diakses 10 September 2019.

Muhtador, Moh. “Sejarah Perkembangan Metode Dan Pendekatan

Syarah Hadis”, Jurnal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

(2016).

Musawi, Khalil. Keajaiban Silaturahmi. Cet I. Jakarta: PT Ufukreatif

Design, 2011.

Nasrudin, Johana dan Dewi Royani. Kaidah-Kaidah Ilmu Hadits

Praktis. Cet. I. Yogyakarta: Deepublish, 2017.

Nofriansyah, Deny. Penelitian Kualitatif Analisis Kinerja Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan. Cet. 1, Yogyakarta:

Deepublish, 2018.

Qardhawi, Yusuf. Fatwa-Fatwa Kontemporer 2. Cet. 1. Jakarta: Gema

Insani, 1995.

Sa‟adah, Mazro‟atus. Metode Memahami Hadits Nabi”Berjabat

Tangan Antara Laki-Laki Dengan Perempuan Dalam

Tinjauan Ikhtilaf Hadits.” Dalam

http://ejournal.kopertais4.or.id.pdf. diakses 22 Maret 2019.

Salim, Abu Usamah bin „Ied Al-Hilli. Syarah Riyadhuh Shalihin.

Jakarta: Pustaka Imam, 2005.

Sarwat , Ahmad. Ensiklopedia Fiqih Indonesia 8: Pernikahan.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019.

Page 93: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

75

Sayyid, Abdul Aziz bin Fathi. Ensiklopedia Adab Islam Menurut Al-

Qur‟an Dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i,

2007.

Thawilah, Abdul Wahab Abdussalam. Panduan Berbusana Islami.

Cet. I. Jakarta: Almahira, 2007.

Umar, Nasaruddin. Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur‟an dan

Hadits. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2014.

Yaqub, Ali Musthafa. Cara Benar Memahami Hadits. Cet. I. Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2016.

Zein, Ma‟shum. Ilmu Memahami Hadis Nabi: Cara Praktis

Menguasai Ulumul Hadits dan Mustholah Hadits. Cet. I.

Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2016.

Page 94: HADITS-HADITS KOTRADIKSI TENTANG BERJABAT ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7536/1/sripsi.pdfIlmu Hadits. 4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.selaku Dosen Pembimbing yang

76

Daftar Riwayat Hidup

Data Pribadi

Nama : Helfiani

Tempat,

Tanggal

Lahir

: Kendal, 23 Desember 1996

Jenis

Kelamin

: Perempuan

Umur : 23 Tahun

Agama : Islam

Alamat

Rumah

: Ds. Kebonharjo Perumahan Patebon

Indah, Kec. Patebon, Kab. Kendal

Status : Belum Menikah

E-mail : [email protected]

Latar Belakang Pendidikan

Formal

2002-2004 : TK Mayasari Cepiring Kendal

2004-2009 : SDN 3 Cepiring Kendal

2009-2012 : SMP Taqkhassus al-Qur‟an al-

Asy‟ariyyah, Kalibeber, Wonosobo

2012-2015 : Man Kendal

2015-2019 : Institut Agama Islam Negri ( IAIN),

Salatiga (S1)

Non Formal

Pondok Pesantren Takhfidul Qur‟an (PPTQ) Al-Asy‟ariyyah,

Kalibeber, Mojotengah Wonosobo.