gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan...

25
W‘ gwapsp Æ I DINAS MUSEUM DAN SEDJARAH D.C. I. DJAKARTA

Transcript of gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan...

Page 1: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

W‘

gwapspÆI

D IN A S M U SEU M DAN SEDJARAHD.C. I. D J A K A R T A

Page 2: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

TEAM SURVEY

DINAS MUSEUM DAN SEDJARAH DCI.&

LEMBAGA PURBAKALA DAN PENINGGALAN NASIONAL

PEMERINTAH DAERAH CHLiSUS IBUKOTA DJAKARTA

D I N A S M U S E U M D A N S E D J A R A HDjl Pintu Besat Utara No. 27 Tilp 2256o

D J A K A R T A K O T A

Page 3: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

PROFIL BIBIR BIBIR PER1UK

SAMBAR 7

Page 4: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

D A F T A R I S I

Halaman

KATA PENGANTAR .........................................................................

— Halaman bergambar (foto) ................................................. .........

Penggalian Neolithik di Kelapadua .................................... ;....... 3 — 6

Lokasi, situasi dan hasil survey .................................................. 6 — 7

— Penggalian Penjelidikan (ex. Cavaiion) ..................................... 7 — 10

Hasil2 penemuan :

a). Kapak persegi (quadrangular adzes) .... ............................

b). Kereweng tak berhias, (Undecora'ted patsherds) ............

c). Serpihan batu (Chips) ......................................................

d). Mute (beads) dan gelang........................................................

e). Batu asahan berfaset (facetted grinding stone) ................

— Kumpulan sementara .................................... .................. — 10

— Halaman bergambar (gambar2 peta/jpendjelasan) .....................

1 . 1 ______ Mi___

Page 5: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

KATA PENGANTAR

Masa kini tidak akan datang djika tidak didahului oleh masa lampau. Demikian pula tak mungkin sda sedjarah masa kini djika tidak ada sedjarah masa silam jang mungkin sudah berlalu beribu-ribu tahun lamanja. Waktu seialu berhimpit, dan hasil kebudajaanpun akan selalu berkait-kait. Masa sila\n bajangannja sudah ter&jetjer dan kelam ; demikian pula hasil2 kebudajaannia kebanjakan sudah menukik terpendam pada lapisan2 'tanah.

Karena hasil2 kebudajaan masa silam itu sudah terpendam dalam lapis- an2 tanah, pada hal kita jang hidup diimas,a kini masih ingin mengetahui apa2 peninggalan nenek-^mojang kita, maka perlu diusahakan pentjarian terhadap peninggakn2 mereka.

Penggalian2 pada site2 jang telah disurvey teriebih dahulu untuk mene­mukan benda2 peninggalan masa silam adalah salah satu usaha jang paling tepat. Sebab dengan ditemukannja benda2 peninggalan nenek-mojang jaag pada umumnja terdiri dari alat2 aiau peralatan dalam penghidupan mereka sehari-hari, dapatlah dari sana ditentukan kebud'ajaan mereka.

Salah satu usaha penggalian jang telah dilakukan oleh Ddnas, Museum dan Sedjarah D.C.I. Djakarta jang bekerdja sama dengan Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional ialah penggalian didaerah Kelapa Dua Bogor.

Bagaimana djalannja penggalian tersebut dan apa pula hasil2 jang telah ditjapai setjara ringkas dipaparkan dalam laporan ini, jang pasti akan besar sekali manfaatnja bagi penelitian sedjarah Djakarta dan sekitarnja.

Djakarta, Nopember 1970 Pds. Kepala Dinas Museum & Sedjarah

D.C.I. Djakarta

( G.A. Warmansjah. B.A. )

Page 6: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

Gambar atas menundjukkan sektor I ketika diadakan pemetaan. Sektor I jang sedang digali diketemukan sebuah

k apa k persegi pandjang.Foto : Dokbit/A Baidowi

Page 7: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

Gambar atas memperlihatkan para Archeoloog sedang mengadakan penggalian pada sektor VI Disini banjak

ditemukan serpihan2 dan batu asahan berfassette.

Gambar bawah memperlihatkan sebuah kapak persegi pandjang jang diketemukan pada sektor XII.

Page 8: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2
Page 9: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

PENGGALIAN NEOLITHIK DI KELAPADUA (BOGOR)

P e n d a h u l u a n :

Periode neolithicum adalah periode terachir djaman batu. Periode ini di' tandai dengan teknik pengerdjaan alat2 (tools) jang lebih madju dibanding dengan kedua periode sebelumnja (paleolithikum dan mesolithikum);. Kenu- djuan teknik neolithis itu nampak pada tjara mengasah (mengupam) alat. Suatu ha] jang lebih peqfting lagi selain kemadjuan teknik dari periode neoli- thikum ini ialah daerah persebaran kebudajaan ini telah merata diselumh Ke­pulauan Indonesia. Berbeda dengan pericxle sebelumnja jang ditemukan ter­batas dibeberapa tempajt sadja. Maka tak salahlah dikatakan bahwa kebudaja­an inilah jang mendjadi dasar sesungguhnja dari kebudajaan Indonesia sek;i rang meskipun tentu sadja anasir2 paleolithikum dan mesolithikum jang ikut serta membentuk dasar itu tak dapat diabaikan (Soekmono, 1958 : 45).

Perhatian pertama kali terhadap alat2 batu neolithis ini dimulai pada awai abad 19 (1800 - 1850) jang dikumpulkan oleh „Museum o f the RoyJ Batavia Society” jang sekarang bernama Museum Pusat DjaJvarta. Hal tersebut sebenarnja di-ilhami oleh karangan terkenal G.E. Rumphius jang terbit tli Amsterdam. Dalam karangannja itu terdapat bagian jang mengupas terbang alat2 batu prasedjarah. Bagian ini sebenarnja merupakan sanggahan jang m> suk akal terhadap pendapa;t umum jang menganggap bahwa kapak2 batu dan djaman neolithikum jang terupam halus itu adalah produk dari alam (thutv derbolts) dan bukan hasil kebudajaan manusia.

Setelah tulisan Rumphius itu, boleh dikatakan perhatian terhadap benda2 prasedjarah lenjap lagi. Setelah kira2 djangka waktu satu setengah abad lama- nja, barulah muntjul karangan-karangan beberapa orang sardjana seperti : Cornelis Swaving dan W. Vrolik (1850) dan C. Lcemans (1852). Karangan

Page 10: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

C. Leemans jang terbit pack 1852 itu merupakan karangan jang pertama kali memberikan tjara penelitian jang sjstimatis terhadap alat2 batu prasedjarah di Indonesia. Pada ketika i,tu ia mendjabat Direktur Museum of Antiquities di Leiden. Kerdjanja. didasarkan atas koleksi benda2 prasedjarah jang dikiirim- kan dari Indonesia oleh Cornells Swaving.

Hal seperti itu dilakukan djuga oleh ].}. van Limburg Brower pada ko­leksi prasedjarah di Museum Batavia jang terbit pada 1872. Lima tahun ke­mudian (1887)( terbitlah karangan C.H. Pleyte dalam Bijclragen Kon. Instituul v. tiaal, LanJ en Volkenkunde. Karangan C.H. Pleyte itu pada dasarnja mem­ber ikm ichtisar tentang djaman baft u (stone age) di Indonesia serta pada po- koknja telah merintis kearah pelaksanaan klasifikasi dan distribusi alat2 ba^u neolithis di Indonesia. Dasar2 fikiran inilah rupa2nja meng-ilhami karja dua orang sardjana terkenal P.V. van Stein Callenfels dan Robert von Heine *Geldern didalajn pembahasannja tentang distribusi dan kronologi &lai2 baru neolithis di Kepulauan Indonesia jang dimulai sedjak 1926.

Sangat disajangkan landasan kerdja jang dilakukan oleh C.H. Pleyte dan sardjana2 sebelumnja tidak didasarkan atas hasil penggalian jang method* s arkeologis. Pembahasan hanja didasarkan atas bendii? jang dijtemukan setjara kebetulan (accidental finds). Hal tersebut dapat kita maklumi karena masa2 itu merupakan periode awai dari perkembangan ilmu prasejarah (prehistory) di Indoesia.

Selandjujtnja berkembagnlah penjelidikan2 berupa ponggalian2 jang lebih intensif berkat djasa mendiang P.V. van Stein Callenfels.

Sehubungan dengan d judul tulisan ini, maka perlu disebutkan beberapa penggalian neolithik di Indonesia. Penggalian2 hanja dilakukan di Sulawe i dan Pulau Djawa. Penggalian di Sulawesi dilakukain ofeh A.A. Cense pada 1933 di Sikendeng, sebuah tempat jang terletak dipinggir kanan sungai K* rama (Sulawesi Tengah Barat). Penggalian diteruskan oleh van Stein Callen-

Page 11: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

fels. Hasil penelitian ini baru terbit pada 1951 dengan djudul Prehistoric sites on the Karama river West Toradja Land, Central Celebes.

Pada 1933 van Stein Callenfels mengadakan penggalian di Kalupang Ji- atas sebuah bukit ketjil Kamasi ditepi sungai Karama. Penggalian ditempat jang sama oleh H.R. van Heekeren pada 1949. Laporan2nja terbit da lam Oudheidkundig Verslag pada 1950.

Penggalian neolithik di Pulau Djawa untuk pertama kali dilakukan di Kendenglembu (Djember) oleh H.R. van Heekeren pada 1941 dan kemudian diadakan penggalian ulangan pada tempat jang sama pada 1969 oleh R.P. Soejono Prehistorikus pada Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Djakarta.

Penjelidikan selandjutnja hanja bersifat survey di Leles (Garut) dan achir2 ini sedjak 1967 telah diadakan survey terhadap sisa2 kebudajaan neo­lithik ditepi sungai Tjiliwung didesa Klapadua (Bogor).

Koleksi alat2 baitu neolithik terachir jang kini tersimpan di Lembaga Purbakala dan Museum Pusat Djakarta hanja berasal dari pembelian dan

kolektor2 benda kuna jang berpengalaman. Betapapun banjak djumlahnja benda2 koleksi hasil pembelian, tidaklah dapat disamakan nilainja dengaa hasil penggalian. Oleh karena itu serta mengingat terba.tasnja data2 kebuda­jaan neolithis untuk mengungkapkan kembali masjarakat dan kebudajaan neolithis, maka terasa perlu diadakan penggalian prasedjarah didesa Klapadua (Bogor).

Sebagai follow-up dari survey2 jang dilakukan sedjak 1967 oleh Lemb.i ga Purbakala dan pemetaan wilajah (areal napping) pada bulan Oktober 1969 oleh Lembaga Purbakala dan Museum Djakarta (Pemerintah D.C.T. Djaya), maka sedjak tanggai 22 sampai dengan 31 Djanuari 1971 dilakukan penggali' an sclektif jang bertudjuan mengungkapkan peninggalan prasedjarah jang ter-

Page 12: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

timbun pada sebuali bukit ketjil dipinggir sungai Tjiliwung didesa Klapadu’ , Ke tj amatan Tj i manggis Kabupaten Bogor.

Penggalian dipimpin oleh Teguh Asmar M.A. seorang prehistorikus pada Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Djakarta.

Disamping itu turut pula seorang sardjana geografi Drs. P. Bonar Huta- galung dari Museum Djakarta dan beberapa orang sardjana Purbakala lainnja.

Lokasi. aituasi dan hasil survey.

Bukit ketjil tersebut terletak ditepi sungai Tjiliwung kira2 34 km. dari Djakarta didaerah perbatasan Djakarta — Bogor. Sedjak 1950 administratif daerah penggalian itu termasuk desa Klapadua Kulon, Kelurahan Tugu, Ke- tj amatan Tjimanggis, Kabupaten Bogor.

Bukit itu berdasarkan triangulasi peta sheet 37 /XXXVIII-A mempuniai tinggi 63,98 M. diatas, permukaan air laut atau kira 29 M. diatas permukaan air sungai. (Lihat Gambar 2).

Liku2 jang am t tadjam dari sungai Tjiliwung menjebabkan terdjadi pro­ses pengikisan dan pengendapan disebelah menjebelah aliran sungai itu. Bu- kit2 ketjil jang ada sekarang kemungkinan bukrt2 alam (natural hills) jang selalu mengalami perubahan bentuk akibat gedjala pengikisan, pengendapan dan erosi. Gedjaja tersebui merupakan pegnhantjur utama dari sisa2 kebuda- jaan prasedjarah jang terpendam didalamnja.

Ratusan petjahan2 tembikar prasedjarah ditemukan bermuntjulan dile- reng bukit ber|tj;mpur dengan fragmen kapak2 neolithis pada wakiu dilaku- kan survey'; Selain itu kegiatan pertanian dan penggalian2 pasir oleh pendu­duk setempat djuga tidak disadari telah turut mempertjepat penghantjuran sisa2 kebudajaan prasedjarah dan sitenja sekaligus. Penemuan2 lain diatas permukaan tanah jang perlu disebutkan ialah ba*u asahan berfaset (facetted

Page 13: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

— 7 —

grinding stone) dan beberapa mute (glass-beads) berwarna mcrah, bim dan

kuning.

Muntjulnja benda2 tersebut akibat eros,i air hudjan jang terus menerus mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem­pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2 pasir.

Penggalian penjelidikan (excavation)*

Berdasarkan atas hasil survey diatas, maka penggalian dilakukan setjara selektif (selective excavation) dengan method© kotak (box system). Tiap kotak dinamakan sektor dan tiap sektor diberi nomor dengan angka Romawi. Se­lama waktu penggalian telah tergali 14 sektor (sektor I sampai dengan XI 'J)

(lihat Gambar 1). Sebelum penggalian sektor2, maka telah digali pada pun-

tjak bukit sebuah penggalian vertikal (vertical digging) jang disingkat-dengan

VD atau TP (Trial Pit). Penggalian veritkal itu dilakukan dipuntjak bukit

agar susunan lapisan tanah (geological stratigrahy) dan lapisan kebudajaan

(culturl stratification) dapat diketahui dengan lengkap.

Penggalian vertikal jang dalamnja 41/2 meter telah, mentjatat lapisan tanah

sebagai berikuf : (lihat Gambar 6).

1). humus (5 cm.) dan tapisan tanah liat gembur tjoklat tua (40 cm.) jang

mengandung sisa2, kebudajaan prasedjarah.

2). lapisan sterial (tidak mengandung sisa2 kebudajaan) jang terdiri a Us lapisan tanah liat (clay, lapisan lateralisasi jang tidak kompak dan jang

paling bawah lapisan batu pad as.

Keempat belas sektor jang .telah tergali itu jakni, 10 sektor pada bagi. i puntjak jang landai (sektor 1 sampai dengan IV dan IX sampai dengan XFVl

Page 14: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

— 8 ~

tidak banjak dipengaruhi erosi, sedangkan empat sektor (sektor V sampai de­ngan VIII) pada bagian lereng jang telah terkupas erosi.

Sektor penggalian berukuran 3 X 3 M, ketjuali sektor VI (1 X 1 M), sefctor VII (2 X 1 M) dan sektor VIII ( 6 X 3 M) dari sektor IX (5 X 3 M). Dalamnja (depth) penggalian tergantung kepada bertemunja lapisan steriaL Paftokan duga tentang hal ini telah ditundjukkan oleh vertical digging.

(profil penggalian sektor2 : lihat Gambar 3 — 5).

Hasil2 penemuan ;

Empat buah sektor bagian lereng sama sekali tidak menghasilkan apa?, ketjuali diatas permukaan tanah ditemukan kreweng2 (potsherds) atau pe- tjahan2 kapak batu neolithis jang amat fragmentaris. Lapisan jang mengan­dung sisa2 kebudajaan telah hanjut terkupas erosi mengingat lereng2 bukit tersebut amat gundul keadaannja.

Sepuluh sektor pada puntjak bukit rata2 pada kedalaman 5 -— 50 cm. ditemukan sisa2 kebudajaan prasedjarah sebagai berikut :

a). Kapuk persegi (qaiidrangular adzcs) jang masih utuh ditemukan sebanjak 6 buah pada sektor2 : VD (1 buah : 8,1 X 4,1 X 1,2 cm), I (l buah :1.2 X 1,9 X 1,5 cm. pada kedalaman 15 cm. dibawah permukaan tanah), II (1 buah: 7,4 X 3,6 X 1,2 cm. kedalaman 10 cm). III (1 buah:9.3 X 4,6 X 1,8 cm. kedalaman 10 cm), XII (1 buah : 5,6 X 3,5 X 1,3 cm. kedalaman 40 cm.) dan XIII (1 buah : 5,9 X 2,6 X 1 cm.) kedalam­an 40 cm)). Kapak persegi tipe beliung (plck-adze) ditemukan 2 buah di

- sektor XII 50 cm. dibawah permukaan /tanah jang berukuran 21 X 6 X

3,6 cm. dan 15,2 X 6,2 X 3 cm. Disamping itu ditemukan djuga frag­men neolithis.

Page 15: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

— 9 —

b). Kreweng tak berhias (undercorated poisherds) (Gambar 7). Ditemukan hampir disemua sektor penggalian dan memusat pada sektor IX. Sajang sekali kreweng2 tersebut petjahannja ketjil2 sekali s.ehingga sulit dire kontruksi bentuk utuhnja. Jang djela-s mengenai kreweng2 itu ialah ba­gian bibir (rim) dari sedjenis periuk (pot) jang tebalnja antara 1 - 3 Mn,. berwarna tjoklat muda dan bagian alais (ring bottom) dari sedjenu: tja- wan (bowl). Pada sektor XIII djuga ditemukan kreweng berwarna k > liitam2aau dan agak tebal (4 - 4 Mm.), mungkm a*erupakan petiahau tempajan (urn). Semua kreweng2 itu tidak mengenakan hiasan.

c). Serpihan batu (chips) (Gambar 8).

Serpihan batu jang sedjenis dengan bahan kapak2 persegi itu banjak di­temukan. Suatu hal jang lebih menarik diantar a batu serpih itu ada jang dari batu obsidian. Sedangkan bahan obsidian itu belum pernah dibuat

sebagai bahan kapak2 persegi. Kalau seandainja serpihan obsidian i^i dipergunakan sebagai alat, maka djelas, bahwa dHsamping kapak2 persegi, dipergunakan djuga alat2 obsidian jang berasal dari periode sebelumnja.

Mengenai hal ini perlu diadakan penelitian iang lebih teliti serta data2

jang Iengkap.

1). Mute (beads) dan gelang.

Petjahan mute berpenampang Jintan g (cros section) segi enam berwarna ungu-muda dibuat dari semat jam batu kalsedon (cbalce-'on) ditemukan disektor XII dan sepotong petjahan gelang berwarna b- w.

e). Batu asahan berfaset (facetted grinding-stone),

Batu asahan hanja ditemukan pada lereng2 bukit terutama lereng Utara dan ada djuga ditemukan beberapa buah pada sektor VI. Penggalian di ,sektor2 pada puntjak bukit tidak ditemukan sama sekali.

Page 16: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

— 10 -

Unsur2 kebudajaan prasedjarah (a — d) diatas ditemukan bertjampur aduk satu dengan jang lain./ Hantjurnja kreweng2 tersebut mungkin akib.it kegiatan pertanian dalam waktu jang lama diatas bukit tersebut.

Kesimpulan sementara;

Mengingat iterbatasnja d^ta2 jang diperoleh dari penggalian terhadap»

bukift Klapadua ini, maka kesimpulan jang diperoleh hanja bersifat sementara, dengan tjatatan akan mengalami perkembangan berupa penambahan atau pe­ngurangan atau pula penguatan sesuai dengan perkembangan penelitian kelak-

a). Klapadua merupakan site neolithis jang menghasilkan kapak2 persegi dan sub tipenja berupa beliung (pick-adzes), adalah hasil kebudajaan neo!i)thik jang paling pending.

b). Dengan ditemukannja batu2 serpih dan sedjumlah besar batu2 asahanr maka kemungkinan Klapadua merupakan salah satu pusat perbengkelan (neolithic-workshop) di Djawa Barat jang menghasilkan kapak2 djads

(finished axes).

c). Dengan ditemukannja banjak kreweng (potsherds), mungkin sekali Kla­padua pada djaman prasedjarah merupakan Syuafti tempat menetap (sett­

lement), Tetapi, karena kreweng2 jang ditemukan itu belum djelas tjo- raknja, maka belumlah berarti perkampungan Klapadua itu perkampung­an neolithik (neolithic settlement). Hal ini dapat sad j a terdj adi setelah

djaman neolithic, mengingat tek nik pembuatan bagian bibir (rim> kreweng itu sudah madju (roda putaran).

------ -0O0——

Page 17: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2
Page 18: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

JL

Page 19: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

K E L A P A — D U A skala I : 4.000.

lobang penggalian

.

GB

"

Page 20: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

DIAGRAM LAPISAN TANAH V. D. PENGGALIAN DIKELAPA DUA 0 2,5m

G B -3

C Z J

/q/i iSo/j A u/n u /- 11- /| 'p /- • - Joftbo/l J<2St

- », - &o4(s /i o£> a j

Page 21: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

DIAGRAM LAPIS/N TANAH SEKTOR2 PENGGALIAN DI KELAPA DUA

S IA- S. 2Q ..

-SO..

-M

- m

f , u

S.IB.

' 1

-m':

*/SC

-J*

•II

Ù

-

- /J f-

S 3 .

; » - " l' M"* I 1,1,v L *’-v- • v \v ■:vv7-»v ;r; j

t !

-aw --

S .4 A S 4 9

|T?:n‘^ ‘..!,.v:v..'.vv,»>r .v .....W— mmmmmm —— m m mmmmmr m±mm ' • • « • ’ ' V

■- «

- f t l

- i0§' *

-/**<>

[7; ^^1 « & *****

f-------- 1 . U/lU4>*\ ¿ • » « t /•'*<

GB. 4

Page 22: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

DIAGRAM LAPISAN TANAH SEKTOR2 PENGGALIAN DI KELAPA DUA

5 S

600.

6sa

jno.

-750

- 3*o

/o 00 ..

/O so

f'° o

S 7

S 6 A S SB

f o o

t A 50

Jc /ajfo r\

t'SOo

'h $ o

j 4oo

. 5o

/$oo y7\ri

S. 0 A

W#*- __________ _ _

S BB

8SO~

ys*i. 550-.

r " ::i -A' , • 9°°-‘ •;•* -j r' \ to *n m f

| | „ /c*y+ < /rg /«***<*/{ /iwt

• h O f u c r-o \

• Zo/r^yxrn /<7 t*rm/fA*u -*'0VC

* °/r iS*/i & a^is f* a c/c /

S - f iC

<£><* t Ji si ¿3 C> A o ^

o O i o ¿i

GB- 5

Page 23: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2

DIAGRAM LAPISAN TANAH SEKTOR2 PENGGALIAN DI KELAPA DUA

S 9A 5. 10

JO-

•oo

JlSl

S n

S i J i! *0

5 i?

♦ $So ■

♦ 509

, V > |

S 13

Si fl & c*r<j(

♦ 400

♦ JSO-

> 3o o -

**T—r' "yi»>! S _ _ 3

5 U+ 400

♦ 350-. *■»*. ' ••

3004. — — --------- — - - -Si ji

EZZ3j ] - . . . tanoA Atrt

GB- 6

Page 24: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2
Page 25: gwapsp ÆI - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia...mengikis lereng2 bukit dan akibat kegiatan pertanian oleh penduduk setem pat. Disamping itu sering pula ditemukan oleh penggali2