Guru Profesional.docx

5
Guru Profesional Sebagian orang berpendapat, bahwa mengajar adalah proses penyampaian atau mentransfer ilmu dari seorang pendidik kepada peserta didik. Tetapi tampaknya pendapat ini harus jauh-jauh ditinggalkan, karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Kini mengajar harus kita maknai sebagai sebuah kegiatan yang komplek, yaitu penggunaan secara integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan ilmu. Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud di sini harus dilandasi dengan seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu pengetahuan/wawasan. Sedangkan penearapannya akan menjadi unik bila dipengaruhi oleh semua komponen belajar mengajar. Komponen yang dimaksud adalah tujuan yang hendak digapai, ilmu yang ingin disampaikan, seubjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, dan yang tidak kalah penting adalah keterampilan, kebiasaan dan wawasan guru tentang dunia pendidikan dan misinya sebagai pendidik. Jika mengajar dipahami sebagai kegiatan mentransfer ilmu kepada siswa, maka mengajar itu sendiri hanya akan terbatas pada penyampaian ilmu itu saja. Guru di pihak pertama menyampaiakan ilmu dan siswa di pihak kedua akan menerima secara pasif. Prosesnya pun bisa diketahui, pembelajaran akan berjalan secara membosankan. Karena yang mendominasi pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa hanya sebagai penerima. Namun, apabila mengajar dimaknai sebagai segala upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk menciptakan proses belajara pada siswa dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka jelas bahwa yang menjadi sasaran akhir dari proses pengajaran itu ialah siswa belajar. Artinya dalam hal ini segala upaya apapun dapat dilakukan selagi bisa dipertanggungjawabkan, dan bisa menghantarkan siswa menuju pencapaian tujuan belajar yang telah dicanangkan, artinya siswa belajar secara aktif, dan yang mendominasi dikelas adalah siswa. Kesimpulannya, hakekat menjajar itu merupakan usaha guru menciptakan dan mendesain proses belajar pada siswa. Jadi yang terpenting dalam belajar mengajar itu bukanlah bahan yang disampaikan oleh guru, akan tetapi proses siswa dalam mempelajari bahan tersebut (guru lebih menghargai proses dari pada hasil). Sekali lagi peranan yang menonjol dalam belajar mengajar ada pada siswa, ini bukan berarti bahwa peranan guru tersisihkan, hanya diubah saja. Jadi, guru yang profesional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik melalui keterampilan-keterampilan khusus agar tercipta sebuah pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan meyenangkan.

Transcript of Guru Profesional.docx

Guru ProfesionalSebagian orang berpendapat, bahwa mengajar adalah proses penyampaian atau mentransfer ilmu dari seorang pendidik kepada peserta didik. Tetapi tampaknya pendapat ini harus jauh-jauh ditinggalkan, karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Kini mengajar harus kita maknai sebagai sebuah kegiatan yang komplek, yaitu penggunaan secara integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan ilmu. Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud di sini harus dilandasi dengan seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu pengetahuan/wawasan. Sedangkan penearapannya akan menjadi unik bila dipengaruhi oleh semua komponen belajar mengajar. Komponen yang dimaksud adalah tujuan yang hendak digapai, ilmu yang ingin disampaikan, seubjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, dan yang tidak kalah penting adalah keterampilan, kebiasaan dan wawasan guru tentang dunia pendidikan dan misinya sebagai pendidik.

Jika mengajar dipahami sebagai kegiatan mentransfer ilmu kepada siswa, maka mengajar itu sendiri hanya akan terbatas pada penyampaian ilmu itu saja. Guru di pihak pertama menyampaiakan ilmu dan siswa di pihak kedua akan menerima secara pasif. Prosesnya pun bisa diketahui, pembelajaran akan berjalan secara membosankan. Karena yang mendominasi pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa hanya sebagai penerima.

Namun, apabila mengajar dimaknai sebagai segala upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk menciptakan proses belajara pada siswa dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka jelas bahwa yang menjadi sasaran akhir dari proses pengajaran itu ialah siswa belajar. Artinya dalam hal ini segala upaya apapun dapat dilakukan selagi bisa dipertanggungjawabkan, dan bisa menghantarkan siswa menuju pencapaian tujuan belajar yang telah dicanangkan, artinya siswa belajar secara aktif, dan yang mendominasi dikelas adalah siswa.

Kesimpulannya, hakekat menjajar itu merupakan usaha guru menciptakan dan mendesain proses belajar pada siswa. Jadi yang terpenting dalam belajar mengajar itu bukanlah bahan yang disampaikan oleh guru, akan tetapi proses siswa dalam mempelajari bahan tersebut (guru lebih menghargai proses dari pada hasil). Sekali lagi peranan yang menonjol dalam belajar mengajar ada pada siswa, ini bukan berarti bahwa peranan guru tersisihkan, hanya diubah saja.

Jadi, guru yang profesional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik melalui keterampilan-keterampilan khusus agar tercipta sebuah pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan meyenangkan.

Top of FormBottom of FormB. J. HabibiePresident of IndonesiaB. J. Habibieresident of Indonesia

B.J. Habibie,in fullBacharuddin Jusuf Habibie (bornJune 25, 1936,Parepare, Indonesia),Indonesian aircraft engineer and politician who was president ofIndonesia(199899) and a leader in the countrys technological and economic development in the late 20th and early 21st centuries.Brilliant in science and mathematics from childhood, Habibie received his postsecondary education at the Bandung Institute of Technology in Bandung, Indonesia, and furthered his studies at the Institute of Technology of North RhineWestphalia in Aachen, West Germany. After graduating in 1960, he remained in West Germany as an aeronautics researcher and production supervisor.Suhartotook power as Indonesias second president in 1966, and in 1974 he asked Habibiewhom he had known for 25 yearsto return to the country to help build advanced industries. Suharto assured him that he could do whatever was needed to accomplish that goal. Initially assigned to the state oil company, Pertamina, Habibie became a government adviser and chief of a new aerospace company in 1976. Two years later he became research minister and head of the Agency for Technology Evaluation and Application. In these roles he oversaw a number of ventures involving the production and transportation of heavy machinery, steel, electronics and telecommunications equipment, and arms and ammunition.Habibie believed his enterprises ultimately would spawn high-tech ventures in the private sector and allow the country to climb the technology ladder. In 1993 he unveiled the first Indonesian-developed plane, which he helped design, and in the following year he launched a plan to refurbish more than three dozen vessels bought from the former East German navy at his initiative. The Finance Ministry balked at the cost of the latter endeavour, while the armed forces thought that its turf had been violated. Nevertheless, Habibie got more than $400 million for refurbishing.Meanwhile, in 1990 Habibie was appointed head of the Indonesian Muslim Intellectuals Association, and during the 1993 central-board elections of the countrys ruling party,Golkar, Habibie helped the children and allies of President Suharto rise to top positions, easing out long-standing military-backed power brokers. By the late 1990s Habibie was viewed as one of several possible successors to the aging Suharto.In March 1998 Suharto appointed Habibie to the vice presidency, and two months later, in the wake of large-scale violence in Jakarta, Suharto announced his resignation. Thrust unexpectedly into the countrys top position, Habibie immediately began to implement major reforms. He appointed a new cabinet; fired Suhartos eldest daughter as social affairs minister as well as his longtime friend as trade and industry minister; named a committee to draft less-restrictive political laws; allowed a free press; arranged for free parliamentary and presidential elections the following year; and agreed to presidential term limits (two five-year terms). He also granted amnesty to more than 100 political prisoners.In 1999 Habibie announced thatEast Timor, a former Portuguese colony that had been invaded by Indonesia in 1975, could choose between special autonomy and independence; the territory chose independence. Indonesia held free general elections (the first since 1955) in June, as promised. Later that year Habibie ran for president, but he withdrew his candidacy shortly before the October election, which was won byAbdurrahman Wahid. After Wahid took office, Habibie essentially stepped out of politics, although in 2000 he established the Habibie Center, a political research institute.

BJ Habibie, secara penuh Bacharuddin Jusuf Habibie (lahir 25 Juni 1936, Parepare, Indonesia), insinyur pesawat terbang Indonesia dan politikus yang adalah presiden dari Indonesia (1998-1999) dan pemimpin dalam pengembangan teknologi dan ekonomi negara di akhir 20 dan abad ke-21 awal. Brilian dalam sains dan matematika sejak kecil, Habibie menerima pendidikan postsecondary nya di Institut Teknologi Bandung di Bandung, Indonesia, dan ditindaklanjuti studinya di Institut Teknologi Rhine-Westphalia di Aachen, Jerman Barat. Setelah lulus pada tahun 1960, ia tetap di Jerman Barat sebagai peneliti aeronautika dan produksi supervisor.Suharto mengambil alih kekuasaan sebagai presiden kedua Indonesia pada tahun 1966, dan pada tahun 1974 ia meminta Habibie-yang mengenalnya selama 25 tahun-untuk kembali ke negara itu untuk membantu membangun industri maju. Suharto meyakinkannya bahwa dia bisa melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Awalnya ditugaskan untuk perusahaan minyak negara, Pertamina, Habibie menjadi penasihat pemerintah dan kepala sebuah perusahaan kedirgantaraan baru pada tahun 1976. Dua tahun kemudian ia menjadi menteri riset dan kepala Badan Evaluasi dan Penerapan Teknologi. Dalam peran ini ia mengawasi sejumlah usaha yang melibatkan produksi dan transportasi dari mesin-mesin berat, baja, elektronik dan peralatan telekomunikasi, dan senjata dan amunisi. Habibie yakin perusahaan itu akhirnya akan menelurkan usaha berteknologi tinggi di sektor swasta dan memungkinkan negara untuk menaiki tangga teknologi. Pada tahun 1993 ia meluncurkan Indonesia-dikembangkan pesawat pertama, yang ia membantu desain, dan pada tahun berikutnya ia meluncurkan sebuah rencana untuk menggunakan lebih dari tiga lusin kapal yang dibeli dari bekas angkatan laut Jerman Timur pada inisiatifnya. Kementerian Keuangan menolak keras biaya usaha terakhir, sementara angkatan bersenjata berpikir bahwa rumput yang telah dilanggar. Namun demikian, Habibie mendapat lebih dari $ 400 juta untuk refurbishing.Meanwhile, pada tahun 1990 Habibie diangkat kepala Asosiasi Cendekiawan Muslim Indonesia, dan selama tahun 1993 pemilihan pusat-dewan partai yang berkuasa di negara itu, Golkar, Habibie membantu anak-anak dan sekutu Presiden Suharto naik ke posisi teratas, mengurangi keluar lama pialang kekuasaan yang didukung militer. Pada akhir 1990-an Habibie dipandang sebagai salah satu dari beberapa calon pengganti Suharto penuaan.