Guru Berhati Emas

3
Guru Berhati Emas, Suatu Harapan Oleh Musa Ismail *) ’’Berdirilah untuk menghormati guru dan agungkanlah dia. Guru itu hampir-hampir seperti seorang nabi’’— Ahmad Syauqi, penyair Mesir. Lua sny a lautan pen didika n ber dampak pad a ben tangan aktivi tas gur u. Seseorang yang su dah mengikat ha ti nya pada pr of esi pendidik ini, akan men day ung dan menemp uh tantangan lautan ters ebu t unt uk mer epi h tuj uan. Lautan pendidikan yang terus pasang-surut sangat bergantung pada profesi guru. Dalam hal ini, guru bukanlah ujung tombak, tetapi berperan sebagai penombak untuk membidikkan siswanya pada suatu pretensi nyata. Kealpaan guru sedikit saja akan berdampak buruk bagi kehidupan generasi suatu bangsa. Menili k peran an agung guru bagi masa depan bangs a dan negara, memang sepatutny a mereka memper oleh apresi asi dari ber bag ai pih ak, bukan cuma  pemerintah. Penghargaan dari berbagai kalangan terhadap guru akan memberikan angin segar sehingga karakter guru secara menyeluruh bisa terangkat. Apresiasi sep erti ini buk anl ah suatu mimpi, tet api tak jug a cuk up han ya dengan suatu kemauan. Secara internal pula, guru yang eksis akan mampu mengangkat prestise dan marwahnya di tengah satuan pendidikan, masyarakat, bahkan ke tingkat yang lebih gemilang. Di sinilah, letaknya suatu keagungan. Se ja k 20 07 (wal aupu n ba ru se ba gi an ke ci l) , se ju ml ah gu ru ba ga i memp eroleh injek si vi tamin. Mereka me mpero leh vi tamin sertifikasi dari  pemerintah. Meskipun janji tersebut tidak terpenuhi seratus persen (khususnya tahun 200 8, janji awal ser tifi kas i guru dib aya rka n sej ak Jan uar i, tet api tid ak demikian) namun napas guru begitu lempang. Tunjangan sertifikasi ini merupakan suatu harapan yang sudah begitu lama dipendam. Bentuk penghargaan demikian, sedikit-banyak, akan memicu kreativitas dan kinerja guru untuk lebih bermutu. Adanya insentif dari daerah dan tunjangan profesi, disadari atau tidak, telah  berhasil menaikkan po sisi profesi guru. Bahkan, profesi ini mulai diincar. Tidak cuma itu, beberapa profesi ini bisa menimbulkan sifat iri dari profesi lain. Dalam keadaan begitu, kita mengharapkan akan terjadi persaingan mutu dalam merekrut mahasiswa calon guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Selanjutnya, profesi guru bukan lagi profesi yang bisa diremehkan, baik dari segi finansial maupun mutu. Generasi bangsa lahir dari rahim pendidikan. Baik buruknya suatu generasi,  bergantung pada elok-tidaknya ketika dalam kandungan pendidikan. Tentu bangsa ini memimpikan akan dipegang oleh generasi emas. Untuk melahirkan generasi emas, maka diperlukan guru-guru berhati emas pula. Pada dasarnya, hati emas gur u Ind onesia, tert uan g dal am  Ko de Etik Gur u Indon esi a sebag ai kons ep

Transcript of Guru Berhati Emas

5/6/2018 Guru Berhati Emas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/guru-berhati-emas 1/3

 

Guru Berhati Emas, Suatu Harapan

Oleh Musa Ismail *)

’’Berdirilah untuk menghormati guru dan agungkanlah dia. Guru itu

hampir-hampir seperti seorang nabi’’— Ahmad Syauqi, penyair Mesir.

Luasnya lautan pendidikan berdampak pada bentangan aktivitas guru.

Seseorang yang sudah mengikat hatinya pada profesi pendidik ini, akan

mendayung dan menempuh tantangan lautan tersebut untuk merepih tujuan.

Lautan pendidikan yang terus pasang-surut sangat bergantung pada profesi guru.

Dalam hal ini, guru bukanlah ujung tombak, tetapi berperan sebagai penombak 

untuk membidikkan siswanya pada suatu pretensi nyata. Kealpaan guru sedikitsaja akan berdampak buruk bagi kehidupan generasi suatu bangsa.

Menilik peranan agung guru bagi masa depan bangsa dan negara, memang

sepatutnya mereka memperoleh apresiasi dari berbagai pihak, bukan cuma

 pemerintah. Penghargaan dari berbagai kalangan terhadap guru akan memberikan

angin segar sehingga karakter guru secara menyeluruh bisa terangkat. Apresiasi

seperti ini bukanlah suatu mimpi, tetapi tak juga cukup hanya dengan suatu

kemauan. Secara internal pula, guru yang eksis akan mampu mengangkat prestise

dan marwahnya di tengah satuan pendidikan, masyarakat, bahkan ke tingkat yang

lebih gemilang. Di sinilah, letaknya suatu keagungan.

Sejak 2007 (walaupun baru sebagian kecil), sejumlah guru bagai

memperoleh injeksi vitamin. Mereka memperoleh vitamin sertifikasi dari

 pemerintah. Meskipun janji tersebut tidak terpenuhi seratus persen (khususnya

tahun 2008, janji awal sertifikasi guru dibayarkan sejak Januari, tetapi tidak 

demikian) namun napas guru begitu lempang. Tunjangan sertifikasi ini merupakan

suatu harapan yang sudah begitu lama dipendam. Bentuk penghargaan demikian,

sedikit-banyak, akan memicu kreativitas dan kinerja guru untuk lebih bermutu.

Adanya insentif dari daerah dan tunjangan profesi, disadari atau tidak, telah

 berhasil menaikkan posisi profesi guru. Bahkan, profesi ini mulai diincar. Tidak 

cuma itu, beberapa profesi ini bisa menimbulkan sifat iri dari profesi lain. Dalam

keadaan begitu, kita mengharapkan akan terjadi persaingan mutu dalam merekrut

mahasiswa calon guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

Selanjutnya, profesi guru bukan lagi profesi yang bisa diremehkan, baik dari segi

finansial maupun mutu.

Generasi bangsa lahir dari rahim pendidikan. Baik buruknya suatu generasi,

 bergantung pada elok-tidaknya ketika dalam kandungan pendidikan. Tentu bangsa

ini memimpikan akan dipegang oleh generasi emas. Untuk melahirkan generasi

emas, maka diperlukan guru-guru berhati emas pula. Pada dasarnya, hati emas

guru Indonesia, tertuang dalam   Kode Etik Guru Indonesia sebagai konsep

5/6/2018 Guru Berhati Emas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/guru-berhati-emas 2/3

 

 profesional melalui pendekatan karakteristik . Berkaitan hal ini, sebagian kalangan

masih meragukan tentang pemahaman guru-guru Indonesia terhadap  Kode Etik-

nya. Keraguan dari pihak luar merupakan suatu kewajaran untuk menjadi bahan

refleksi bagi guru.

Berdasarkan pendekatan karakteristik ini, menurut saya, ada beberapa

 persoalan yang mesti difokuskan agar bangsa dan negara ini bisa dibela oleh

generasi emas. Supaya pendidikan bisa melahirkan generasi emas, maka guru

  berhak meluahkan hati emasnya.  Hati emas pertama, menanamkan kejujuran.

Apapun alasannya, pendidikan mesti dibangun dengan suatu kejujuran. Rekayasa,

 pengelabuan, laporan fiktif, dan sikap setengah hati yang masih mendera para

sebagian guru/elemen satuan pendidikan akan membentuk karakter emas sepuhan.

Kita tidak perlu menepis kalau dikatakan bahwa bangsa ini merupakan cerminandari dunia pendidikan yang sudah kita bangun selama ini. Mari kita perhatikan

 pengalaman Indonesia. Indikasi demoralisasi, inkoherensi politisi atas retorika

 politik, dan maraknya penipuan merupakan gambaran nyata ketidakjujuran. Hal

ini berarti eksistensi kejujuran belum berakar budaya yang kokoh di tengah-

tegnah kehidupan bangsa ini. Ketidakjujuran guru dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya, sedikit-banyak, akan mewarnai karakter generasi yang dilahirkan

dari lembaga pendidikan. Peranan guru untuk mengokohkan akar kejujuran sangat

vital dalam hal ini.

  Hati emas kedua, senantiasa kreatif dan inovatif. Wajah pendidikan

konvensional bagai manusia renta yang keriput. Sementara itu, generasi baru

terlahir dalam bentuk dan kondisi zaman yang modern. Bagaimanapun usaha

keras dilakukan, wajah pendidikan konvensional yang usang itu tidak bisa

dijadikan bagai pinang dibelah dua dengan perubahan zaman (modernisasi).

Kemajuan yang terjadi menuntut jiwa-jiwa kreatif dan inovatif dari para guru.

Bentuk-bentuk kreativitas dan inovasi sangat membantu dalam hal pembentukan

watak generasi bangsa. Guru-guru kreatif dan inovatif akan memberikan

  pencerahan dan berperan sebagai inspirator bagi anak-anak bangsa. William

ArthurWard mengatakan, guru yang luar biasa adalah mengilhami atau

memberikan inspirasi. Guru-guru kreatif dan inovatif akan melahirkan generasi-

generasi yang kreatif dan inovatif pula. Dalam hal ini, guru kreatif dan inovatif 

akan senantiasa memperbarui dan mempertajam keilmuannya.

 Hati emas ketiga, menyemai kesabaran. Bukan masanya lagi guru main

tangan alias main pukul ketika memberikan sanksi kepada siswa. Tidak pantas

 pula jika lepas tangan dalam menghadapi tingkah-polah siswa yang mengalami

 penyimpangan. Menjadi seorang guru, tidak akan pernah bebas dari persoalan-

  persoalan tersebut. Persoalan-persoalan inilah yang menuntut suatu kesabaran

sangat tinggi. Salah sekali kalau masih ada guru berpandangan bahwa kesabaran

ada batasnya. Salah seratus persen. Kesabaran yang kita miliki tidak seharusnya

5/6/2018 Guru Berhati Emas - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/guru-berhati-emas 3/3

 

dibatasi. Kesabaran merupakan faktor penting dalam proses pendidikan. Kata

Hillel, ’’Orang yang tidak sabar, tidak bisa menjadi guru’’. Kesabaran yang tak 

 bertepi akan mengangkat derajat keagungan guru.

  Hati emas keempat, menunjukkan keteladanan. Keteladanan dari guru

sangat penting bagi siswa. Berbagai aura karakteristik guru, merupakan sumber 

 belajar bagi siswanya. Bukan cuma penampilan luar, aspek kepribadian pun akan

menjadi santapan belajar bagi siswa. Dalam dunia pendidikan sesungguhnya,

yang dikehendaki siswa bukanlah banyak bicara, tetapi keteladanan. Para audiens,

masyarakat, dan siswa memerlukan model terbaik untuk ditiru dalam menjalani

dan mempelajari kehidupan.

 Hati emas kelima, memosisikan siswa sebagai manusia. Kurang etis dan

kurang bijaksana kalau siswa dipaksa memasuki kehendak guru. Lebih arif jikaguru menyelami psikis siswa dalam berinteraksi. Simpati dan empati guru

terhadap siswa akan memosisikan dirinya menjadi sosok yang memanusiakan

manusia. Rasa peduli, kedekatan, keharmonisan, kerjasama, persahabatan, dan

norma-norma kehidupan bermasyarakat akan tertanam dengan cara memosisikan

siswa sebagai manusia. Beranggapan siswa sebagai pesalah jika mereka

melakukan penyimpangan merupakan suatu kekeliruan yang fatal. Aspek 

kepribadian positif yang telah dimiliki siswa akan terputus dan hancur. Karena itu,

  perlu pendekatan humanisme kepada para siswa, termasuklah menghargai

kebebasan siswa dalam arti konstruktif.

Guru memang bukan malaikat. Sebagai manusia, guru diciptakan Tuhan

 bisa melebihi derajat malaikat. Sebaliknya, sebagai manusia, guru bisa lebih

rendah daripada binatang. Karakter-karakter dasar guru berhati emas di atas akan

menggugah kepribadian para siswa. Karakter-karakter demikian sangat perlu

dalam rangka memulihkan kondisi bangsa yang semakin kacau saat ini.

Memunculkan karakter-karakter berhati emas, terutama dalam berinteraksi

dengan siswa, baik di dalam maupun di luar sekolah, akan mampu meredam atau

meminimalisasi karakter-karakter negatif yang tidak diperlukan dalam proses dan

hasil pendidikan. Jika sudah demikian, guru memang patut dihargai dan

diagungkan, seperti kata penyair di awal tulisan ini. Selamat Hari Guru!***

*) Musa Ismail adalah guru SMAN 3 Bengkalis.