Gunung Tilu

17
Gunung Tilu Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Gunung Tilu Gunung Tilu, dilihat dari Jabranti , Kuningan Ketinggian 1.076 meter (3.530 kaki) Lokasi Lokasi Jawa Barat , Jawa , Indonesia Gunung Tilu adalah gunung yang terletak dekat perbatasan Kabupaten Kuningan , Jawa Barat dan Kabupaten Brebes , Jawa Tengah . Secara administratif pemerintahan, Gunung Tilu termasuk ke dalam wilayah Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana dan Desa Cimara , KecamatanCibeureum , Kabupaten Kuningan . Gunung Tilu merupakan kelompok pegunungan yang setidaknya mempunyai tiga puncak tertinggi yaitu puncak Sukmana (1.154 m dpl), puncak Gunung Tilu (1.076 m dpl), dan puncak lainnya yang tidak diketahui namanya (1.112 m dpl). Masyarakat cukup beralasan menyebut kawasan gunung tersebut dengan Gunung Tilu, yang berarti tiga, karena dari setiap sudut, kawasan tersebut selalu memperlihatkan tiga gundukan gunung. Kawasan ini juga menjadi hulu bagi banyak sungai kecil yang

Transcript of Gunung Tilu

Page 1: Gunung Tilu

Gunung TiluDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Gunung Tilu

Gunung Tilu, dilihat dari Jabranti, Kuningan

Ketinggian 1.076 meter (3.530 kaki)

Lokasi

Lokasi Jawa Barat, Jawa, Indonesia

Gunung Tilu adalah gunung yang terletak dekat perbatasan Kabupaten Kuningan, Jawa

Barat dan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Secara administratif pemerintahan, Gunung Tilu termasuk ke

dalam wilayah Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana dan Desa Cimara,

KecamatanCibeureum, Kabupaten Kuningan.

Gunung Tilu merupakan kelompok pegunungan yang setidaknya mempunyai tiga puncak tertinggi yaitu

puncak Sukmana (1.154 m dpl), puncak Gunung Tilu (1.076 m dpl), dan puncak lainnya yang tidak

diketahui namanya (1.112 m dpl). Masyarakat cukup beralasan menyebut kawasan gunung tersebut

dengan Gunung Tilu, yang berarti tiga, karena dari setiap sudut, kawasan tersebut selalu memperlihatkan

tiga gundukan gunung. Kawasan ini juga menjadi hulu bagi banyak sungai kecil yang membentuk dua

sungai besar di Desa Jabranti dan Desa Cimara, yaitu sungai Citaal dan Cijangkelok.

Hutan-hutan di wilayah ini, meski bukan lagi hutan yang belum terjamah, kebanyakan masih berupa hutan

alam yang berstatus hutan lindung. Keanekaragaman hayati yang dikandungnya adalah luar biasa,

mengingat bahwa lingkungan di sekitarnya merupakan wilayah pemukiman yang relatif padat. Sebagian

areal merupakan kawasan hutan produksi yang ditanami jati dan pinus, bersisian dengan bagian-bagian

Page 2: Gunung Tilu

hutan yang telah dibuka untuk dijadikan kebun atau persawahan. Pengelola kawasan hutan ini adalah

Perum Perhutani KPH Kuningan.

Gunung Tilu, Kuningan, bukan merupakan gunung berapi.

http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Tilu

Bupati Kuningan Meminta Masyarakat Menjaga Keutuhan Situs Batu Naga

Kamis, 21/03/2013 - 20:17

NURYAMAN/"PRLM"TIGA orang perangkat Desa Jabranti, Kec. Karangkancana, Kab. Kuningan beristirahat sambil mengamati batu menhir berukirkan gambar diperkirakan buah karya budaya pada masa pra sejarah di puncak bukit Gunung Pojoktilu, sekitar desa tersebut, Selasa (21/3) yang baru lalu.

KUNINGAN, (PRLM).- Bupati Kuningan H. Aang Hamid Suganda meminta kepada pemerintah desa dan masyarakat sekitar Gunungtilu, menjaga keutuhan Situs Batu Naga di puncak bukit Pojok Tilu sebelah selatan Dusun Banjaran, Desa Jabranti, Kec. Karangkancana, Kab. Kuningan yang kini sedang diteliti oleh arkeolog. Pesan tersebut diungkapkan Aang kepada "PRLM" melalui telefon, Kamis (21/3/13) menanggapi adanya langkah penelitian arkeolog terhadap situs tersebut.

"Bapak (demikian Aang kerap menyebutkan dirinya-red.) sangat mendukung langkah penelitian arkeologi itu. Di samping itu, untuk mendukung proses penelitian serta

Page 3: Gunung Tilu

pelestarian situs di gunung itu, bapak meminta kepada pemerintah dan masyarakat desa sekitar membantu menjaga keutuhan setiap benda dan kekayaan alam yang ada di kawasan gunung itu," kata Aang.

Di balik itu, Aang mengharapkan penelitian arkelogi terhadap situs di puncak gunung sekitar perbatasan antara wilayah Kab. Kuningan, Jawa Barat dengan Kab. Brebes dan Cilacap, Jawa Tengah itu bisa mengungkap fakta-fakta sejarah dan budaya masyarakat masa lalu.

Sementara itu, arkeolog dari Universitas Indonesia yang juga pendiri Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) Dr. Ali Akbar, kepada "PR" menyebutkan, ukiran gambar ular naga dan gambar rupa lainnya pada batu menhir di puncak bukit tersebut, diperkirakan dibuat pada masa prasejarah. Ali Akbar yang baru-baru ini telah dua kali datang bersama tim arkeolog dari MARI ke lokasi tersebut, menyatakan batu menhir berukirkan gambar di gunung itu sangat berbeda dengan menhir-menhir yang telah ditemukan di Indonesia.

"Semua batu menhir yang telah ditemukan sebelumnya, biasanya dibentuk dulu dengan cara dipahat sesuai kebutuhan, lalu permukaannya dihiasi relief gambar atau tulisan. Sementara bentuk menhir yang ada di Gunung Pojok Tilu Kuningan itu, bukan hasil bentukan manusia tetapi bentukan alam," kata Ali Akbar.

Maksudnya, demikian Ali Akbar, batu bentukan alam yang dijadikan menhir itu dicari dan diperoleh manusia dari alam lalu dibawa dan ditempatkan di lokasi tersebut sesuai yang dibutuhkan.

"Saya yakin, dua batu menhir dengan bentuk hampir serupa yang terpasang berhadapan membentuk gapura atau gerbang di lokasi itu, bukan hasil bentukan manusia. Kecuali ukiran gambar-gambar pada batu menhir itu, jelas hasil karya manusia," tutur Ali Akbar, seraya menambahkan untuk mengungkap fakta-fakta arkelogi situs tersebut, pihaknya akhir-akhir ini tengah menghimpun referensi sejarah dan bertukar pendapat dengan sejumlah pakar budaya atau budayawan.

Di samping itu, untuk mengetahui pasti kapan situs di Gunung Pojok Tilu itu dibangun dan masa penggunannya, tim arkeolog dari MURI pada awal Maret 2013 telah mengambil sampel tanah dari kedalaman sekitar 50 cm di lokasi batu tersebut.

"Sampel tanah itu sekarang sedang diteliti di laboratorium Badan Tenaga Nuklir Nasional. Penelitian sampekl tanah itu, untuk mengetahui angka abstrak tahun berapa atau berapa tahun yang lalu menhir itu dipasang di tempat itu," kata Ali Akbar.(A-91/A-108)***

http://www.pikiran-rakyat.com/node/227882

Page 4: Gunung Tilu

Memangkas Jalur Emas di Cagar Alam Gunung Tilu

Laporan patroli tim gabungan Polhut BBKSDA bersama Relawan Aktivis Lingkungan

Lubang itu tampak menganga dari luar.Terletak pada dinding terjal di tengah kerimbunan semak dan pepohonan. Besarnya cukup untuk dimasuki tubuh orang dewasa,dengan cara membungkuk, dengan kedalaman mendatar sekira 5 meter.Sepintas serupa dengangua peninggalan Jepang.Tidak hanya satu, tapi masih banyak yang lain .Tapi lubang itu bukanlah gua.Lubang-lubang itu adalah bukti keserakahan manusia menguras alam.Sejak pagi, kami para relawan menunggu kabar dari BKSDA. Baru menjelang siang kepastian kabar itu datang, disusul kemudian mobil operasional BKSDA yang akan mengangkut seluruh tim menuju titik awal patroli, sekaligus tempat menginap tim, yaitu enclave perkebunan the Dewata. Perkebunan teh Dewata pada tahun 2010 pernah ditimpa musibah.Di pagi yang cerah ribuan metrik ton tanah yang berasal dari sebuah bukit meluncur deras menerjang komplek pabrik teh dan pemukiman karyawan.70 orang tewas tertimbun longsoran.

Tim tiba di perkebunan menjelang gelap.Disambut guyuran hujan yang menurut salah seorang staf perkebunan , itu adalah berkah, karena sudah lebih dari 2 minggu tidak turun hujan.Malam harinya dilakukan diskusi membahas strategi yang akan dipakai esok hari.Sementara itu, di luar, langit di atas mulai cerah. Sisa-sisa awan kelabu bergerak ke arah timur.Memberi ruang kepada bulan yang sudah bulat penuh untuk melukis permukaan daratan dengan cahayanya.Menghasilkan citra bayang

Page 5: Gunung Tilu

dan siluet rangkaian perbukitan.Esok harinya, tim berangkat pagi menuju enclave gunung Maud. Dari situ bergerak turun menembus lebatnya hutan Cagar Alam Gunung Tilu.Dengan berjalan beriringan tim menyusuri jalur setapak yang sudah tertutup semak. Sesekali ditemukan bekas aktivitas Macan Dahan (pantera pardhus), yaitu berupa bekas cakaran di batang pohon, bulu-bulu dari bangkai buruan, dan sisa kotoran.Jalur kali ini menyusuri sungai ke arah atas bukit. Selang sejam akhirnya tampak sisa-sisa dari usaha dan harapan manusia yang mendambakan kejayaan hidup. Mengorbankan segenap daya upaya bahkan darah sekalipun.

Sisa-sisa instalasi pengolahan batu yang mengandung emas pada sekitar tahun 2000-anKemurnian air sungai dan hutan terkoyak ganasnya air raksa.

Awalnya bangsa Belanda pada saat masa pendudukan di negeri ini melakukan eksplorasi emas di pedalaman hutan gunung Tilu. Kandungan emas berhasil ditemukan, namun masih berkadar sebagai emas muda, sehingga tidak berlanjut

Page 6: Gunung Tilu

ke eksploitasi. Kabar penemuan itu sampai juga ke telinga masyarakat.Sekitar tahun 2000-an, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil warga menambang secara liar. Tipikal penambangannya dilakukan dengan mengeruk batuan pada dinding bukit di dalam hutan hingga membentuk gua yang atapnya hanya ditunjang oleh beberapa bilah kayu. Sangat beresiko bagi para penambang. Instalasi pemisahan biji emas dibuat di atas aliran sungai, karena menggunakan kincir sebagai alat bantu penghancur batuan .Air sungai yang semula jernih, berubah menjadi lumpur dan tercemar parah oleh air raksa-cairan kimia yang kerap digunakan untuk memisahkan unsur emas.Konflik fisik perebutan area antar penambang pun terjadi.Hingga berujung kematian”Saat itu di sini ramai sekali, seperti pasar.Bayangkan, di dalam hutan bisa ada warung-warung,” ucap Uus, seorang relawan dari forum komunikasi kader konservasi .Pada akhirnya penambangan liar itu dibubarkan oleh pihak yang berwajib karena jelas melanggar undang-undang KSDA Hayati dan Konservasi. Namun secara diam-diam marak lagi di tahun 2010, ditambah adanya dukungan dari oknum penyandang dana. Karena itulah dilakukan patroli untuk menangkap dan menyadarkan para penambang.

Lorong gua itu hanya ditunjang oleh beberapa batang kayu.Faktor resiko menjadi prioritas kesekian

Page 7: Gunung Tilu

Jalur setapak menanjak curam.Di sebuah tikungan tim memergoki dua orang warga dari arah berlawanan. Interogasi dilakukan, dengan terlebih dahulu menggeledah barang bawaan dan melucuti senjata tajam yang mereka bawa. Walaupun berdalih tidak hendak menambang, namun terbukti mereka membawa pahat dan palu, perlengkapan yang biasa dipakai untuk mencongkel batuan. Kedua orang itu lalu digiring untuk diserahkan dan diproses secara hukum oleh pihak kepolisian. 

Page 8: Gunung Tilu

Setiap hari para penambang liar rela berjalan kaki naik turun bukit memanggul karung yang berisi batuan yang mengandung emas.Dari satu karung batuan hanya dihasilkan sekira 1 miligram biji emas muda

Selepas dari situ, tim bergerak ke aliran sungai Cibaliung di kaki gunung Maud. Menurut keterangan, di aliran sungai itulah batuan yang diambil dari dalam hutan diproses. Jadi telah terjadi perubahan pola, yang dulunya diproses di dalam hutan menjadi di luar kawasan.Tim berhasil menemukan tiga instalasi penyulingan emas di sepanjang aliran sungai Cibaliung. Salah satunya kebetulan sedang dioperasikan oleh seorang penambang.Sesuai prosedur tim langsung bertindak, namun kali ini tidak melakukan penangkapan. Hanya menyita peralatan, membongkar seluruh instalasi penyulingan, lalu beberapa anggota Polhut BKSDA menasehati dan memberikan penyadartahuan kepada si operator. “ Warga hanya sebagai pekerja. Kami harus mendapatkan pengakuan dari mereka siapa yang menyuruh. Dengan begitu kami memiliki bukti kuat, “ kata Agung, kepala resort BBKSDA.

Page 9: Gunung Tilu
Page 10: Gunung Tilu

Para penambang hanyalah pekerja yang bermodalkan niat dan nyali.Ada aktor utama yang menyokong tersedianya perlengkapan dan bertindak sebagai bandar emas

Sejak dulu emas dijadikan simbol kejayaan dan kemakmuran.Emas dijadikan logam mulia.Emas adalah alat tukar yang relatif abadi.Emas perlambang keindahan dan kemegahan.Emas merupakan investasi.Karena emas, manusia rela mempertaruhkan harga diri, kehormatan dan nyawa.

Page 11: Gunung Tilu

Ditempat tertentu di antara lebatnya hutan CA Gunung Tilu terkandung batuan emas muda.Segala bentuk kegiatan eksploitasi di kawasancagar alam adalah melanggar undang-undang KSDA Hayati dan Konservasi

http://nationalgeographic.co.id/forum/topic-1283.html

Curug Cimara Jumat, Mei 06, 2011   Nova Nurul Mustopa   6 comments

Page 12: Gunung Tilu

Curug Cimara adalah curug yang berada di dusun Purwasari Desa Cimara Kecamatan

Cibeureum Kabupaten Kuningan. Letaknya berada di pertengahan Gunung Tilu, dan berada pada

ketinggian diatas 1500 m diatas permukaan laut. Letak ketinggiannya menyebabkan kawasan curug

cimara menjadi sejuk, dan tetap dingin pada siang hari.

Keberadaanya masih berkaitan dengan kepercayaan-kepercayaan masyarakat akan hal-hal

ghaib. Oleh karena itu, biasanya pada hari jum’at kliwon Curug Cimara ini biasa dikunjungi oleh

Masyarakat yang percaya akan hal-hal ghaib itu. Namun, banyak pengunjung yang datang tidak

menetahui hal tersebut, sehingga Curug Cimara hanya dijadikan Tempat Pariwisata Biasa. Daya tarik

wisatanya berasal dari keaslian Curug, karena awalnya Curug Cimara ini bukan difungsikan sebagai

tempat wisata.

Berikut ini merupakat fasilitas wisata yang disediakan di sekitar Curug Cimara.

1. Jenis Curug

Desa Cimara memiliki banyak curug, diantaranya Curug 1 sampai Curug 7, curug Cipari, dan

sebagainya.

A. Curug 1 sampai Curug 7

Curug 1 sampai curug 7 berada pada satu aliran sungai, namun jarak antar curug sangatlah jauh.

Curug satu berada paling dekat, yakni dikenal sebagai Curug Cimara. Sedangkan curug 7 berada

paling jauh dan berada di atas Gunung Tilu.

Curug 2-7 amatlah jarang dikunjungi, hanya segelintir orang yang pergi kesana. Tujuannya pun

bukan untuk berwisata pada umumnya, melainkan berziarah ke curug-curug tersebut.

B. Curug Cipari

Page 13: Gunung Tilu

Selain Curug 1-7, di Desa Cimara juga terdapat Curug Cipari. Letaknya berada di sebelah timur

Curug 1. Masih mempunyai fungsi sebagai tempat wisata, namun kebanyakan pengunjung

bermaksud untuk menziarahi Curug tersebut.

2. Obyek Pariwisata Lainnya

Selain Tempat wisata berupa Curug, di sekitar Desa Cimara juga terdapat Obyek wisata

Seperti Dam Banyu Hurip, Gagajahan, Pangheotan, dan beberapa Leuwi.

A. Banyu Hurip

Banyu Hurip adalah nama sebuah bendungan di Dusun Purwasari. Berfungsi sebagai pengairan, dan

pelindung banjir. Bendungan ini dibangun sekitar tahun 1996, dengan pendanaan sekitar 1 Milyar.

Banyu Hurip Mempunyai lebar sekitar Bendungan ini difungsikan sebaga penampung air sungai,

untuk pengairan dan dialirkan ke sungai irigasi yang panjangnya sekitar 1,5 KM.

B. Gagajahan

Gagajahan adalah sebuah objek wisata berupa patung gajah. Selain itu, di Gagajahan ini khas dengan

buah Kupa atau pun buah juwet. Buah ini berwarna hijau kala mentah, kemudian menjadi merah

muda, kemudian ungu, dan ungu kehitaman saat matang. Keberadaan Gagajahan ini sangatlah

menarik sebagai tempat wisata, selain sebagai sarana refreshing, juga sebagai objek sejarah karena

patung gajah ini dibuat apa abad ke 19 M.

A. SEJARAH CURUG CIMARA (CURUG MANTENG)

Sejarah Curug cimara erat kaitannya dengan Hal-hal ghaib, dan masih dipersaya oleh

Masyarakat sekitar. Pada zaman dahulu, ketika masa Kepangeranan dan Karesidenan Cirebon masih

ada, sekitar abad ke 19 M, Para Wali dari Cirebon, dan Syekh Abdul Qadir Jaelani menyuruh seorang

pangeran bernama Ajar Sakti agar mengembara naik turun gunung menyusuri gunung-gunung di

Kuningan.

Pada suatu hari, Ajar Sakti Tiba di Gunung Tilu, yang berada di sebelahTenggara Kabupaten

kuningan kini. Kemudian Ajar Sakti Membuat Sebuah tungu Peringatan untuk memperingati

dedatangannya ke tempat tersebut. Setelah itu, Ajar Sakti memberitahu warga dusun Cilumpang

(sekarang menjadi Desa Purwasari) dengan berkata “ apabila ada musibah di Desa, silahkan ziarahi

tugu di sebelah utara desa pada hari jum’at kliwon, meminta kepada Allah SWt disana”. Kemudian

mereka juga bersama membuat sebuah Curug bernama Curug Manteng yuang tingginya 25 meter,

dan lebarnya sekitar 2,5 meter. Yang disuruh menunggunya adalah Dewi Mayang Arum Taneman

yang tempat kediamannya di debelah pohon kiara dan pohon beringin yang berada di tepi curug.

Page 14: Gunung Tilu

B. POTENSI CURUG

1. Keadaan Curug

A. Ketingian Obyek

Curug cimara berada pada ketinggian >1500 m diatas permukaan laut, sehingga bersuhu sejuk.

B. Suhu Curug

Suhu pada pagi hari berkisar antara 18-25 °C, pada siang hari mencapai 25-28 °C, sedangkan

pada sore hari bersuhu 24-22 °C.

C. Pemandangan Sekitar Curug

Pemandangan yang tersajikan dari perjalanan sampai ke tempat tujuan sangatla menyenangkan,

dari mulai gunung tilu yang masih rimbun oleh pohon hijau, sawah yang terhampar luas, leuwi batu,

leuwi cadas, sungai cijangkelok yang lebar dan memanjang, dan masih banyak yang lainnya.

D. Curug

Curug Menteng sendiri memiliki struktur yang unik, dengan dihiasi akar pohon beringin dan air

dingin asli pegunungan. Air Curug Berasal dari mata air Gunung Tilu dan masih jauh dari

pencemaran. Oleh kerena itu, air dari curug pun aman untuk diminum.

E. Potensi Lain

Selain sebagai Obyek Wisata, Curug Cimara ini masih erat kaitannya dengan kepercayaan-

kepercayaan masyarakat akan hal-hal ghaib. Misalnya dengan adanya Dewi Mayang Arum Taneman

yang tidak dapat dilihat wujudnya, namun keberadaannya disana masih dipercayai warga.

Oleh warga sekitar sendiri, curug cimara ini sering diziarahi pada hari jum’at kliwon, dengan

maksud agar dapat dikabulkan keinginannya, asalkan demi kebaikan.

Dikarenakan Curug Cimara ini masih erat dengan hal-hal ghaib, pengunjungpun tidak bisa

melakukan hal-hal yang tidak sopan, yang biasa disebut ‘pamali’ oleh orang-orang tua dulu. Misalnya

meludah sembarangan, buang air sembarangan, berkata yang tidak sepantasnya, dan lain lain.

C. TANAMAN YANG TUMBUH DI SEKITAR CURUG

Berikut ini merupakan macam-macam tanaman yang tumbuh di sekitar curug cimara :

Page 15: Gunung Tilu

1. Beringin

2. Jati

3. Picung

4. Mahoni

5. Gintung

6. Buah Naga

7. Rumput Liar

Selain itu ada beberapa tanaman yang diolah oleh masyarakat setempat,

sepertiPadi , Kopi, Nilam, dan Muncang.

D. PENGELOLAAN CURUG

Curug Cimara tidak difungsikan sebagai tempat wisata seperti obyek wisata lain. Curug

Cimara ini bebas dikunjungi oleh siapapun, dan tidak dikenakan biaya untuk wisata.

Cukup dengan memberi seikhlasnya atas penjagaan kendaraan. Dikarenakan akses menuju curug

tidak dapat dilalui kendaraan.

Pengelolaan Curug Cimara dilakukan pada Musim Kemarau oleh Msyarakat dan PEMDA

sekitar. Dikarenakan banyaknya kendala apabila dilakukan pada musim biasa.

Pasalnya, perbaian terhadap curug akan dilakukan musim kemarau mendatang, karena

PEMDA daerah telah melakukan survai pada bulan April lalu.

http://mudztova.blogspot.com/2011/05/curug-cimara.html