gukosa oksida

download gukosa oksida

of 9

Transcript of gukosa oksida

  • 7/23/2019 gukosa oksida

    1/9

    Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7

    Surabaya, 25 Pebruari 2012

    D - 26

    PRODUKSI DAN PEMURNIAN ENZIM GLUKOSA

    OKSIDASE DARIASPERGILLUS NIGERISOLAT LOKAL

    (IPBCC.08.610)

    PRODUCTION AND PURIFICATION OF GLUCOSE

    OXIDASE FROMASPERGILLUS NIGERISOLATE

    (IPBCC.08.610)

    Popi Asri Kurniatin1, Laksmi Ambarsari

    1,2, , Restu Prianti Putri

    1

    1Departemen Biokimia FMIPA IPB

    2Corresponding author: [email protected]

    Abstrak. Glukosa oksidase (GOD) merupakan enzim yang mengkatalisis oksidasi

    -D-glukosa menjadi glukonolakton dan hidrogen peroksida, dengan molekul

    oksigen sebagai akseptor elektronnya.

    Glukosa oksidase diproduksi oleh banyakmikroorganisme seperti Penicillium notatum, Penicillium chrysosporium,Aspergillus niger, dan Botrytis cinerea. A. niger diketahui dapat menghasilkan

    enzim glukosa oksidase yang lebih stabil dibandingkan fungi lain. Penelitian inibertujuan menentukan waktu inkubasi optimum untuk produksi glukosa oksidase

    dari isolat A. niger (IPBCC.08.610), serta menentukan aktivitas spesifik dariekstrak kasar dan fraksi amonium sulfat enzim tersebut. Melalui data tersebut

    dapat diketahui fraksi terbaik enzim glukosa oksidase yang dapat digunakandalam aplikasi enzymatic fuel cell. Produksi glukosa oksidase di dalam media

    dilakukan dengan kecepatan aerasi 200 rpm, suhu 30oC dengan lima variasi

    waktu, yaitu 48 jam, 72 jam, 96 jam, 120 jam, dan 144 jam. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa glukosa oksidase pada isolat A.niger (IPBCC.08.610) lebih

    banyak diproduksi dalam bentuk enzim intraseluler daripada enzim ekstraseluler.Waktu inkubasi optimum untuk produksi glukosa oksidase ialah 72 jam dengan

    aktivitas spesifik enzim mencapai 2156.67 unit/mg. Nilai aktivitas spesifik enzimsemakin meningkat setelah dilakukan pemurnian dengan amonium sulfat 80%,

    yaitu menjadi sebesar 25369.46 unit/mg. Proses pemurnian tersebut berhasilmeningkatkan kemurnian enzim sampai 12 kali, dengan rendemen sebesar

    23.21%.

    Kata Kunci: Glukosa oksidase, Aspergillus niger, waktu inkubasi optimum,

    ammonium sulfat

    Abstract. Glucose oxidase (GOD) is an enzyme that catalyzes the oxidation of -

    D-glucose to gluconolacton and hydrogen peroxide, with oxygen molecule as anelectron acceptor. Glucose oxidase may be produced by Penicillium notatum,

    Penicillium chrysosporium, Aspergillus niger, dan Botrytis cinerea. A. niger

    produce more stable glucose oxidase than Penicillium sp. The aims of this

    research were to determine the optimum incubation time for the production of

    glucose oxidase from A. Niger isolate (IPBCC.08.610) and measure the specific

    activity of crude extracts and ammonium sulphate fraction of the enzyme. Thedata showed the best glucose oxidase fraction which can be used in enzymatic fuel

    POSTER

  • 7/23/2019 gukosa oksida

    2/9

    Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7

    Surabaya, 25 Pebruari 2012

    D - 27

    cell applications. Glucose oxidase was produced in the medium with 200 rpm

    aeration, 30 C temperature, and five time variations, ie 48 hours, 72 hours, 96hours, 120 hours, and 144 hours. The results showed that glucose oxidase in

    isolate A. niger (IPBCC.08.610) was expressed more intracellular enzyme thanextracellular enzyme. Optimum incubation time for glucose oxidase production is

    72 hours with a specific activity of the enzyme reached 1568.20 units/mg.Specific activity of the enzyme increased after purification using 80% ammonium

    sulphate to 12409.64 units/mg. Purification was successful for increasing thepurity of the enzyme up to 8 fold, with a yield of 23.21%.

    Keyword: Glucose oxidase, Aspergillus niger, optimum incubation time,

    ammonium sulphate

    PENDAHULUAN

    Glukosa oksidase (GOD) adalah enzim

    yang mengkatalisis oksidasi -D-glukosamenjadi glukonolakton dan hidrogen

    peroksida, dengan molekul oksigen sebagaiakseptor elektron (Sabir et al. 2007). Dalam

    aplikasi farmasi, glukosa oksidase biasadigunakan sebagai biosensor untuk penentuan

    kadar glukosa darah. Dalam bidang industrimakanan, enzim ini sering dimanfaatkan

    untuk menghilangkan glukosa dan oksigen

    dalam pengolahan suatu produk. Glukosa

    oksidase juga berperan menghilangkanbeberapa bakteri patogen pada makanan,seperti Salmonella infantis, Staphylococcus

    aureus, Clostridium perfringens, Bacillus

    cereus, Campylobacter jejuni, dan Listeriamonocytogens (Bankar et al. 2009). Saat ini

    glukosa oksidase banyak dikembangkan

    dalam sistem enzymatic fuel cell (Bhatti &

    Saleem 2009).Enzymatic fuel cell (EFC) adalah sistem

    elektrokimia yang bekerja denganmengkonversi energi kimia menjadi energi

    listrik. Sistem ini menggunakan enzim sebagaikatalisnya sehingga dapat menghasilkanefisiensi tinggi dan emisi polutan yang rendah

    (Neto et al. 2011; Steele 2001). Saat inipengembangan EFC banyak ditujukan untuk

    penggunaan aplikasi khusus seperti perangkat

    implan, sensor, penghantaran obat, kepingmikro, dan cadangan listrik portabel

    (Kim et al. 2006).Lee et al. (2011) menyatakan bahwa daya

    yang dapat dihasilkan oleh glukosa oksidase

    dalam sistemfuel cellmencapai 190 W/cm2.

    Angka ini cukup tinggi dibandingkan daya

    yang dihasilkan oleh enzim lain, misalnyaglukosa dehidrogenase yang hanya

    menghasilkan 9.3 W/cm2(Desriani et al.

    2010). Glukosa oksidase juga memiliki

    spesifitas tinggi terhadap glukosa (Ahmad etal. 2007). Hal ini sangat menguntungkan

    karena glukosa merupakan substrat yang

    jumlahnya melimpah serta aman untukdigunakan.

    Glukosa oksidase diproduksi oleh banyakmikroorganisme seperti Penicillium notatum,

    Penicillium chrysosporium, Aspergillus niger,dan Botrytis cinerea. Penapisan terhadap

    beberapa jenis fungi memperlihatkan bahwa

    A. nigermerupakan sumber glukosa oksidaseyang paling baik (Khurshid et al. 2011).

    Aspergillus niger menghasilkan glukosaoksidase yang bersifat lebih stabil

    dibandingkan hasil produksi Penicillium sp.Saat ini kebutuhan terhadap glukosa

    oksidase semakin meningkat sehubungan

    dengan pemanfaatannya dalam EFC danaplikasi lain. Pemanfaatan glukosa oksidase

    yang berasal dari isolat lokal A. nigersebagaikatalis dalam EFC belum dilakukan, padahal

    iklim tropis dengan tingkat kelembaban tinggi

    di Indonesia sangat mendukung pertumbuhanA. niger. Oleh karena itu diperlukan

    eksplorasi terhadap isolat lokal A. niger yangdapat menghasilkan glukosa oksidase dalam

    jumlah yang tinggi dan memiliki aktivitas

    spesifik tinggi.

    Pada penelitian ini dilakukan penentuanwaktu inkubasi optimum untuk produksi

    glukosa oksidase dari isolat lokal Aspergillus

    niger (IPBCC.08.610) serta penentuanaktivitas spesifik ekstrak kasar enzim dan

    ekstrak enzim hasil pemurnian

    BAHAN DAN METODE

    Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan adalah mortar,

    kertas saring, neraca analitik OHAUS

  • 7/23/2019 gukosa oksida

    3/9

    Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7

    Surabaya, 25 Pebruari 2012

    D - 28

    GA 200, autoklaf TOMY High PressureSteam SterilzerES-315, inkubator bergoyang,

    waterbath, pH meter, vortex, magnetic stirrer,

    spektrofotometer UV-Vis, Beckman High

    Speed Centrifuge,ultrasentrifus, dan peralatan

    laboratorium yang biasa digunakan di

    laboratorium analitik.Bahan yang digunakan ialah isolat lokal

    Aspergillus niger (IPBCC.08.610) koleksi

    Departemen Biologi IPB yang merupakan

    hasil isolasi dari tanah di daerah Tarakan,Kalimantan Timur. Media pertumbuhan terdiri

    atas 0.04% (NH4)2HPO4, 0.02% KH2PO4,

    0.02% MgSO4.7H2O, 1% pepton, dan 7%

    sukrosa. Media produksi terdiri atas 0.4%

    (NH4)2HPO4, 0.2% KH2PO4, 0.2%

    MgSO4.7H2O, 40% CaCO3, 33% sukrosa, dan

    0.35% glukosa. Bahan untuk isolasi glukosaoksidase ialah glassbead dan bufer fosfat

    0.1 M pH 6.0. Penentuan waktu awal,

    aktivitas enzim glukosa oksidase, analisiskadar protein, serta pemurnian enzim glukosa

    oksidase menggunakan bufer fosfat sitrat

    0.1 M pH 4.5, larutan glukosa 1 M,o-dianisidin 0.31 mM, enzim peroksidase

    60 U/mL, larutan standar Bovine Serum

    Albumin(BSA), reagen Lowry A (2% Na2CO3

    dalam NaOH 0.1 N), reagen Lowry B(0.5% CuSO4 dalam 1% NaK tartrat), reagen

    Folin Cioucalteau yang telah diencerkan dua

    kali, dan amonium sulfat 80% (561 g/L).

    METODE PENELITIAN

    Penentuan waktu produksi optimum

    (Jafari et al. 2007)

    Penentuan waktu produksi optimumdilakukan untuk mengetahui waktu inkubasi

    optimum Aspergillus niger yang dapatmenghasilkan enzim glukosa oksidase denganaktivitas yang tinggi. Tahap produksi

    biomassa dilakukan di Laboratorium

    Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan

    Indonesia (LIPI), Cibinong. Mediapertumbuhan disiapkan sebanyak 100 mL di

    dalam labu erlenmeyer 250 mL. Media diaturpada pH 5.5, kemudian disterilisasi. Isolat

    A. niger (IPBCC.08.610) diinokulasi dalam

    media tersebut kemudian diinkubasi selama24 jam dengan kecepatan 200 rpm dan suhu

    30

    o

    C.Sebanyak lima buah labu Erlenmeyer

    disiapkan, selanjutnya masing-masing diisidengan 200 mL media produksi. Media diatur

    pada pH 5.5. Suspensi spora dari isolat lokal

    Aspergillus niger yang berumur 24 jamdtumbuhkan dalam lima labu Erlenmeyer

    tersebut masing-masing sebanyak 10 mL.

    Kultur tersebut kemudian diinkubasi dengankecepatan aerasi 200 rpm suhu 30oC dengan

    lima variasi waktu, yaitu 48 jam, 72 jam,

    96 jam, 120 jam, dan 144 jam. Hal ini

    dilakukan untuk mengetahui waktu produksiyang paling optimum. Setelah inkubasi

    dilakukan, biomassa dipisahkan dari mediapertumbuhan dengan cara penyaringanmenggunakan kertas saring. Supernatan bebas

    sel disimpan sebagai ekstrak kasar enzim

    glukosa oksidase ekstraseluler. Berat basah

    biomassa yang dihasilkan ditimbang,kemudian rendemen biomassa masing-masing

    fraksi dihitung .

    Isolasi enzim glukosa oksidase intraseluler

    dari Aspergillus niger (Firman &

    Aryantha 2003)Biomassa hasil penyaringan digerus

    sampai halus menggunakan glassbeaddengan

    perbandingan 1:1. Sel yang telah lisisditambahkan dengan bufer natrium fosfat0.1 M pH 6.0 hingga larut semuanya. Sel yang

    telah ditambahkan bufer tersebut kemudian

    disentrifugasi pada kecepatan 12000 rpm

    selama 20 menit sebanyak dua kali.Supernatan yang dihasilkan merupakan enzim

    kasar glukosa oksidase intraseluler.

    Pemurnian enzim glukosa oksidase dengan

    amonium sulfat (Sherbeny et al.2005)

    Pemurnian enzim glukosa oksidase denganamonium sulfat dilakukan pada fraksi glukosa

    oksidase yang memiliki aktivitas spesifikpaling tinggi. Pemurnian dilakukan denganpenambahan amonium sulfat 80%. Amonium

    sulfat ditambahkan sedikit demi sedikit sambildiaduk menggunakan magnetic stirrer.

    Larutan didiamkan selama 24 jam pada suhu

    4oC, kemudian disentrifus pada kecepatan

    12000 rpm selama 15 menit. Fraksi yang

    terendapkan dilarutkan dalam bufer fosfat

    sitrat 0.1 M pH 4.5. Hasil pemurnian ini

    selanjutnya diukur kadar protein sertaaktivitasnya.

    Analisis kadar protein (Lowry et al. 1951)

    Analisis kadar protein dilakukan denganmetode Lowry, dan kurva standarmenggunakan larutanBovine serum albumine

    (BSA). Absorbansinya dibaca pada panjanggelombang 700 nm. Pengukuran kadar protein

    enzim glukosa oksidase dilakukan denganmetode yang sama untuk setiap fraksi.

  • 7/23/2019 gukosa oksida

    4/9

    Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7

    Surabaya, 25 Pebruari 2012

    D - 29

    Pengukuran laju awal dan aktivitas enzim

    glukosa oksidase (Kelley & Reddy 1986)

    Laju awal reaksi enzim glukosa oksidaseditentukan dengan mengukur aktivitas enzim

    glukosa oksidase hasil inkubasi 72 jam.Pengukuran aktivitas dilakukan dengan

    menggunakan assay enzim. Dua buah tabungdisiapkan untuk campuran assay glukosaoksidase. Tabung pertama berisi 1.5 mL bufer

    fosfat sitrat 0.1 M pH 4.5, 0.3 mL larutanglukosa 1 M, dan 0.1 mL larutan glukosa

    oksidase. Tabung kedua berisi 1 mL o-dianisidin 0.31 mM dan 0.1 mL horseradish

    peroksidase. Masing-masing tabung

    diinkubasi selama 5 menit pada suhu 30oC,

    kemudian dicampurkan. Pengukuran

    dilakukan setelah campuran diinkubasi

    terlebih dahulu selama 5 menit. Nilaiabsorbansi pada panjang gelombang 460 nm

    diukur dan dilihat setiap satu menit, hingga

    nilainya konstan. Laju awal ditentukan saatlaju linear maksimum tercapai. Waktutercapainya laju awal digunakan sebagai

    waktu pengukuran untuk fraksi enzim lainnya.Aktivitas glukosa oksidase ialah nilai

    mikromol substrat yang dioksidasi oleh enzim

    glukosa oksidase. Nilai aktivitas glukosa

    oksidase dihitung sebagai nilai absorbansi per

    waktu (A/t) dibagi dengan nilai absorbansisetimbang (As), kemudian dikalikan dengan

    mol substrat. Sedangkan penentuan aktivitas

    spesifik suatu enzim, dilakukan berdasarkannilai aktivitas serta kadar protein enzim

    tersebut. Jumlah unit enzim dibagi dengan

    miligram protein ialah nilai aktivitas spesifikenzim.

    Akt. (unit/mL) =As

    tA / x mol substrat x fp

    Keterangan:

    Fp = Faktor pengenceran

    As = ialah nilai absorbansi saat seluruhsubstrat telah dikatalisis oleh enzim,sehingga nilai absorbansi tidak

    meningkat lagi.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Rendemen BiomassaAspergillus niger(IPBCC.08.610)

    Proses pembentukan biomassa suatu

    mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapafaktor, yaitu jenis isolat yang digunakan, laju

    pertumbuhan, substrat, kelembapan, suhu, pHlingkungan, penambahan surfaktan serta

    polimer, gaya geser, aerasi, dan agitasi

    (El-Enshasy 1998).

    Isolat Aspergillus niger (IPBCC.08.610)ditumbuhkan dalam media yang mengandung

    sukrosa, glukosa, pepton, serta kalsium

    karbonat. Kalsium karbonat (CaCO3) yangditambahkan berperan sebagai penginduksi

    sintesis glukosa oksidase (Bankar et al.2009).

    Penambahan CaCO3 ke dalam mediafermentasi akan menjaga pH media pada

    pH 5.5 yang merupakan titik produksi

    optimum glukosa oksidase. CaCO3juga dapat

    mengubah jalur metabolik A. niger dariglikolisis menjadi jalur pentosa fosfat,

    sehingga dapat meningkatkan jumlah glukosa

    oksidase (Simpson 2005).Produksi glukosa oksidase dilakukan pada

    suhu 30oC dengan lima variasi waktu, yaitu

    48 jam, 72 jam, 96 jam, 120 jam, dan 144 jam.

    Media fermentasi A. niger digoyang padakecepatan aerasi 200 rpm untuk menyediakan

    kebutuhan oksigen. Oksigen digunakan untuk

    melakukan reaksi enzimatis dan respirasi yangdiperlukan untuk pertumbuhan A.nigersehingga dapat menghasilkan biomassa yanglebih banyak.

    Pemanenan biomassaA. nigerpada mediacair yang digoyang dilakukan melalui suatu

    penyaringan, sebab miselium tidak berada

    diatas permukaan seperti biomassa padamedia tanpa digoyang (Gandjar et al. 2006).

    Penyaringan dilakukan menggunakan kertassaring, kemudian bobotnya ditimbang untuk

    mengetahui pertumbuhan A. niger tersebut.

    Biomassa yang dihasilkan oleh A. nigerberupa sel bulat berukuran cukup besar

    sehingga diukur berdasarkan bobotnya. Selaindengan mengukur berat kering massa sel,

    penentuan pertumbuhan fungi juga dapatdilakukan dengan menentukan kadar total

    nitrogen massa sel, kadar total asam nukleat

    massa sel, maupun dengan mengukur optical

    density dari medium pertumbuhan

    (Gandjar et al.2006).Berdasarkan pengukuran, bobot biomassa

    yang dihasilkan semakin meningkat seiringpenambahan waktu inkubasi. Peningkatanbiomassa sel A.niger mengikuti kurva

    pertumbuhan diauxic. Kurva pertumbuhandiauxic menunjukkan terjadinya dua fase

    pertumbuhan dengan laju berbeda pada mediapertumbuhan suatu mikroorganisme. Hal ini

    disebabkan penggunaan dua jenis sumberkarbon (Lee & Lee 1996).

    Gambar 1 menunjukkan bahwa rendemen

    biomassa sel meningkat cukup signifikan dari32.6810 g/L pada waktu inkubasi 48 jam

    menjadi 78.1585 g/L setelah 72 jam.Keadaan ini memperlihatkan terjadinya fase

    pertumbuhan pertama, yaitu saat sel

  • 7/23/2019 gukosa oksida

    5/9

    Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7

    Surabaya, 25 Pebruari 2012

    D - 30

    menggunakan sumber karbon yang lebihsederhana, yaitu glukosa. Nilai rendemen

    biomassa hanya meningkat menjadi 83.2255

    g/L pada waktu inkubasi 96 jam. Hal inimenunjukkan bahwa glukosa sebagai sumber

    karbon utama A.niger telah habis digunakan.

    Mikroorganisme tersebut selanjutnyamemasuki fase lag untuk persiapan

    penggunaan sukrosa yang merupakan sumber

    karbon lainnya. Pada fase lag laju

    pertumbuhan cenderung konstan (Lee & Lee1996).

    Gambar 1 Rendemen biomassaAspergillus

    niger.

    Rendemen biomassa kembali meningkat

    pada waktu inkubasi 120 jam menjadi134.423 g/L, dan merupakan nilai rendemen

    biomassa paling tinggi yang dihasilkan oleh

    isolat A. niger(IPBCC.08.610). Nilai tersebut

    jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil

    rendemen biomassa yang diproduksi olehisolat lain, misalnya isolat A. niger

    PTTC 5012 yang hanya memiliki nilairendemen biomassa tertinggi sebesar 11,7 g/L(Jafari et al. 2007). Setelah inkubasi 120 jam

    jumlah nutrien mulai berkurang dan senyawatoksik mulai terakumulasi sehingga laju

    pertumbuhan sel mulai menurun. Selkemudian lisis dan mengalami kematian,

    sehingga pada waktu inkubasi 144 jamrendemen biomassa sel berkurang menjadi

    123.278 g/L.

    Glukosa Oksidase Intraseluler dan

    Ekstraseluler

    Glukosa oksidase yang dihasilkan oleh

    Aspergillus niger dapat berupa enzim

    ekstraseluler maupun enzim intraseluler

    (Simpson 2005). Enzim intraseluler bekerjadi dalam sel, sementara enzim ekstraselulerialah enzim yang disekresikan ke luar sel dan

    berdifusi di dalam media (Teal &

    Wymer 2001). Pengetahuan mengenai

    aktivitas spesifik enzim glukosa oksidasedapat menunjukkan apakah enzim tersebut

    banyak diproduksi sebagai enzim ekstraseluleratau intraseluler.

    Berdasarkan penentuan laju awal reaksienzim glukosa oksidase, diketahui bahwa laju

    awal reaksi enzim glukosa oksidase adalah

    sebesar 0.04 /menit, dan laju linear tertinggitercapai pada waktu 2.5 menit (vo). Penentuan

    aktivitas enzim selanjutkan dilakukan

    pengukuran pada menit ke 2.5. Inkubasidilakukan pada suhu 30 oC.

    Berdasarkan hasil pengamatan, ekstrak

    kasar enzim glukosa oksidase intraseluler

    menunjukkan aktivitas spesifik yang jauhlebih tinggi dibandingkan ekstrak kasar enzim

    glukosa oksidase ekstraseluler (Gambar 2).

    Pada waktu inkubasi yang sama, misalnya 72jam, enzim glukosa oksidase intraseluler

    memiliki aktivitas spesifik sebesar

    1568.30 unit/mg, sementara ekstrak kasar

    glukosa oksidase ektraseluler hanya memilikiaktivitas spesifik sebesar 21.70 unit/mg.

    Gambar 2 Aktivitas spesifik enzim glukosa

    Oksidase

    Ekstrak kasar enzim glukosa oksidase

    ekstraseluler memiliki aktivitas spesifiktertinggi pada enzim hasil inkubasi 144 jam,

    yaitu sebesar 39.14 unit/mg. Hasil ini beradajauh di bawah aktivitas spesifik glukosa

    oksidase intraseluler yang memiliki nilai

    aktivitas spesifik sedikitnya mencapai1019.05 unit/mg, yaitu enzim hasil inkubasi

    48 jam. Oleh karena itu dapat disimpulkanbahwa glukosa oksidase pada isolat A. niger

    (IPBCC.08.610) lebih banyak diproduksi

    sebagai enzim intraseluler. Hal ini sesuaidengan pernyataan Sabir et al.(2007) bahwa

    glukosa oksidase pada Aspergillus sp.

    merupakan enzim intraseluler, berbeda dengan

    glukosa oksidase pada Penicillium sp. yangbanyak ditemukan dalam bentuk enzim

    ektraseluler.

    Waktu Inkubasi Produksi Optimum Enzim

    Glukosa Oksidase

    Waktu inkubasi optimum produksi enzim

    glukosa oksidase bergantung pada karakterkhas masing-masing isolat, media produksi,

    nutrisi, dan kondisi fisiologis produksi

    0

    50

    100

    150

    0 24 48 72 96 120 144

    Rendemen

    biomassa

    Jam ke- 1019.05

    1568.2

    1239.

    1

    1538.18

    1184.

    98

    30.2821.721.9735.6739.14

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    48 72 96 120 144

    Akt.Spesifik

    (unit/mg)

    Jam ke-

    intra

    sel

  • 7/23/2019 gukosa oksida

    6/9

    Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7

    Surabaya, 25 Pebruari 2012

    D - 31

    (Sabir et al.2007). Penentuan waktu inkubasioptimum produksi enzim glukosa oksidase

    dari isolat Aspergillus niger (IPBCC.08.610)

    dilihat berdasarkan nilai aktivitas enzim yang

    paling tinggi diantara semua fraksi. Penentuan

    waktu inkubasi optimum dilakukan terhadap

    enzim intraseluler, karena glukosa oksidasepada isolat A. niger (IPBCC.08.610) lebihbanyak diproduksi sebagai enzim intraseluler.

    Gambar 3 Hubungan antara aktivitas glukosaoksidase dengan biomassa sel

    A. niger.

    Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa

    pada waktu inkubasi 48 jam, aktivitas glukosaoksidase intraseluler sebesar 743.9 g/mL.

    Aktivitas enzim glukosa oksidase semakinmeningkat seiring penambahan waktuinkubasi. Pada glukosa oksidase intraseluler,

    peningkatan nilai aktivitas setara denganpeningkatan nilai rendemen biomassa

    A. niger (Gambar 3). Hal ini menunjukkanbahwa glukosa oksidase merupakan metabolit

    primer dari Aspergillus niger. Glukosaoksidase hasil inkubasi 72 jam dan 96 jammemiliki aktivitas paling tinggi, yaitu masing-

    masing sebesar 2219 g/mL dan 2490.6 g/mL.

    Tingginya nilai aktivitas glukosa oksidase

    hasil inkubasi 72 jam dan 96 jammenunjukkan bahwa glukosa oksidase banyakdiproduksi oleh isolat A. niger

    (IPBCC.08.610) pada waktu inkubasi tersebut.Hal ini disebabkan pada waktu inkubasi

    72 jam dan 96 jam A. niger mulaimemanfaatkan sukrosa sebagai sumber

    karbonnya. Menurut Bankar et al. (2009)

    sukrosa merupakan substrat yang dapat

    memproduksi glukosa oksidase secara

    optimum.

    Waktu inkubasi optimum produksi enzimglukosa oksidase dari isolat A. niger(IPBCC.08.610) sama dengan waktu inkubasi

    produksi optimum yang dibutuhkan oleh isolat

    Aspergillus niger NCM 545 untukmenghasilkan glukosa oksidase

    (Bankar et al. 2009). Enzim glukosa oksidase

    yang masuk ke dalam tahap pemurnian pada

    penelitian ini ialah enzim glukosa oksidasehasil inkubasi 72 jam, bukan enzim glukosa

    oksidase hasil inkubasi 96 jam. Hal ini

    dilakukan karena waktu produksi enzim

    glukosa oksidase yang dibutuhkan lebih

    singkat. Selain itu, hal ini dilakukan untuk

    menghindari penurunan aktivitas yangmungkin saja terjadi pada inkubasi 96 jamakibat berkurangnya jumlah nutrisi dan

    terjadinya akumulasi autotoksik di dalam

    media (Bodade et al. 2010).Aktivitas enzim berhubungan dengan

    jumlah protein di dalam fraksi tersebut(GAC 2003). Penentuan aktivitas spesifik

    enzim glukosa oksidase perlu dilakukansebelum proses pemurnian dilakukan, sebab

    nilai aktivitas spesifik enzim glukosa oksidase

    dapat menunjukkan kemurnian enzim tersebut(Lehninger et al. 2004).

    Glukosa Oksidase Fraksi Amonium SulfatEkstrak kasar glukosa oksidase hasil

    inkubasi 72 jam yang memiliki aktivitas tinggiselanjutnya masuk ke dalam tahap pemurnian

    amonium sulfat. Tahap ini merupakan metodeawal pemurnian enzim yang berfungsimeningkatkan konsentrasi protein enzim,

    mereduksi volume larutan enzim, danmemisahkan protein target dari sebagian

    kontaminan yang tidak dikehendaki(Yuningtyas 2008).

    Masing-masing protein membutuhkankonsentrasi garam yang berbeda agar dapatmengendap (Berg et al. 2002). Amonium

    sulfat yang digunakan untuk pemurnian enzimglukosa oksidase memiliki tingkat kejenuhan

    80%, karena menurut Sherbeny et al. (2005)

    amonium sulfat dengan tingkat kejenuhan

    80% efektif dalam meningkatkan kemurnian

    glukosa oksidase. Konsentrasi yangdibutuhkan untuk mengendapkan glukosa

    oksidase secara optimum sangat tinggi karenaenzim ini banyak mengandung asam amino

    serin dan glisin. Keberadaan serin dan glisinmenyebabkan protein di dalam enzim glukosaoksidase bersifat hidrofilik

    (Lehninger et al. 2004). Konsentrasi amoniumsulfat yang dibutuhkan untuk mengendapkan

    0

    5000

    0

    200

    48 72 96 120 144

    Aktivitas

    (unit/mL)

    Rendemen

    Biomassa

    Waktu (Jam)

    Tabel 2 Hasil pemurnian enzim glukosa oksidase dengan amon

    Tahapan

    Total

    Protein(mg)

    Total

    Aktivitas(unit)

    Aktivitas

    Spesifik(unit/mg

    protein)

    Ekstrak kasar 1.4150 2219 1568.20

  • 7/23/2019 gukosa oksida

    7/9

    Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7

    Surabaya, 25 Pebruari 2012

    D - 32

    protein yang memiliki lebih banyak gugushidrofilik lebih tinggi dibandingkan dengan

    protein yang memiliki gugus hidrofilik sedikit

    (UCL 2006).Total aktivitas dan total protein glukosa

    oksidase hasil pemurnian ditunjukkan oleh

    Tabel 1 . Total aktivitas ialah jumlah unitenzim yang terdapat di dalam satu mililiter

    enzim, sementara total protein ialah jumlah

    miligram protein di dalam satu milliliter

    enzim. Total aktivitas dan total protein enzimmenurun seiring tahap pemurnian.

    Aktivitas enzim menurun karena terdapat

    beberapa substansi penting diluar gugusprostetik enzim yang hilang akibat pemurnian

    (Holme & Peck 1998). Total protein menurun

    karena beberapa protein yang tidak diinginkan

    atau non spesifik berhasil dihilangkan.Aktivitas spesifik glukosa oksidase hasil

    pengendapan amonium sulfat meningkat

    menjadi 12409.64 unit/mg. Hal inimenunjukkan proses pemurnian berjalandengan baik karena jumlah kehilangan proteinnon spesifik tersebut lebih besar daripada

    penurunan aktivitas enzim. Rendemen glukosaoksidase pada tahap pemurnian amonium

    sulfat sebesar 23.21%. Nilai rendemen

    tersebut sangat rendah dibandingkanrendemen glukosa oksidase hasil penelitian

    Bhatti & Saleem (2009), yang mencapai 88%.Hal ini dapat disebabkan oleh kurang

    homogennya penambahan amonium sulfat

    saat pemurnian. Tingkat kemurnian sementaraitu meningkat menjadi 8 kali, lebih tinggi

    dibandingkan hasil penelitian Bhatti & Saleem(2009) yang hanya mencapai 2 kali.

    KESIMPULAN

    Glukosa oksidase lebih banyak diproduksi

    dalam bentuk enzim intraseluler pada isolat

    Aspergillus niger (IPBCC.08.610). Produksi

    optimum enzim glukosa oksidase dari isolatlokal A.niger terjadi pada waktu inkubasi 72

    jam hingga 96 jam, yang ditunjukkan oleh

    aktivitas tertinggi yaitu masing-masingsebesar 2219 unit/mL dan 2490 unit/mL.

    Ekstrak kasar glukosa oksidase hasil inkubasi72 jam yang digunakan dalam tahap

    pemurnian memiliki aktivitas spesifik 1568.20unit/mg dan meningkat menjadi 12409.64unit/mg setelah dimunikan dengan amonium

    sulfat. Fraksi hasil pemurnian ini 8 kali lebih

    murni dibandingkan ekstrak kasar, dengannilai rendemen 23.21%.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad A, Syaiful A, Firman AP, Patong AR.2007. Imobilisasi enzim glukosaoksidase dari Penicillium sp-3 galur

    lokal.Indo. J. Chem. 7: 97 - 104.

    Anwar YAS. 2006. Produksi dan karakterisasienzim tanin asil hidrolase dari

    Aspergillus niger. [tesis]. Bogor:Sekolah Pascasarjana, IPB.

    Baker SE. 2006. Aspergillus niger genomics:

    Past, present and into the future.Medical Mycology44: 17 - 21.

    Bankar SB, Bule MV, Singhal RS,

    Ananthanarayan L. 2009. Optimizationof Aspergillus niger fermentation for

    the production of glucose oxidase.Food Bioprocess Technol2: 344 - 352.

    Berg JM, Tymoczko JL, Sttyrer L. 2002.Biochemistry 5

    th Ed. USA: WH.

    Freeman & Company.

    Bergmeyer HU, Gawehn K, Grassl M. 1974.

    Methods of Enzymatic Analysis. New

    York: Academic Press Inc.

    Bhatti HN, Saleem N. 2009. Characterizationof glucose oxidase from Penicilliumnotatum. Food Technol. Biotechnol47:

    331 - 335.

    Bodade RG, Chandarahas N, Khobragade,

    Arfeen S. 2010. Optimization of cultureconditions for glucose oxidase

    production by a Penicillium

    chrysogenum SRT 19 strain. Eng. Life

    Sci. 10: 3539.

    Chaplin M. 2004. Concentration byprecipitation. London South Bank

    University. [terhubung berkala].

    http://www. lsbu. ac. uk/ biology/

    enztech/ concentration. html. [29Desember 2011].

    Desriani, Hanashi T, Yamazaki T, Tsugawa

    W, Sode K. 2010. Enzyme fuel cell for

    cellulolytic sugar conversionemploying FAD glucose

    dehydrogenase and carbon cloth

    electrode based on direct electrontransfer principle. The Open

    Electrochemistry Journal2: 6 - 10.

  • 7/23/2019 gukosa oksida

    8/9

    Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7

    Surabaya, 25 Pebruari 2012

    D - 33

    El-Enshasy H. 1998. Optimization of glucoseoxidase production and excretion by

    recombinant Aspergillus niger.

    [disertasi]. Jerman: UniversitasBraunschweig.

    [EPA] Environmental Protection Agency.

    1997. Aspergillus niger final riskassessment. Biotechnology Program

    under the Toxic Substances Control Act

    (TSCA). [terhubung berkala].http://www.epa.gov/biotech_rule/pubs/fra/ fra006.htm [7 Maret 2011].

    Firman P, Aryantha INP. 2003. Eksplorasi dan

    isolasi enzim glukosa oksidase darifungi inperfekti (genus Penicilliumdan

    Aspergillus) indigenus. Pertemuan

    Ilmiah Tahunan (PIT) Perhimpunan

    Mikrobiologi Indonesia; Bandung,29 - 30 Agustus 2003.

    GAC [Gustavus Adolphus College]. 2003.Enzymes. Gustavus. [terhubung

    berkala]. http://homepages. gac. edu/~cellab/ chpts/ chpt5 /intro5. html. [18

    Januari 2012].

    Gandjar I, Samson RA, Tweel-Vermeulen K,

    Oetari A, Santoso I. 2000. Pengenalan

    Kapang Tropik Umum. Jakarta:

    Yayasan Obor Indonesia.

    Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A. 2006.Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta:

    Yayasan Obor Indonesia.

    Gautam AK, Sharma S, Avasthi S, BhadauriaR. 2011. Diversity, pathogenicity andtoxicology of A. niger: An important

    spoilage fungi. Res. J. Microbiol 6:

    270 - 280.

    Goodsel D. 2006. Glucose oxidase. RCSB

    Protein Data Bank. [terhubung

    berkala]. http://www. pdb. org/ pdb/101/ motm. do? momID=77. [13

    Desember 2011].

    Holme DJ, Peck H. 1998. AnalyticalBiochemistry 3rd Ed. London: PerasonEducation.

    Jafari AR, Sarrafzadeh MH, Alemzadeh I,Vosoughi M. 2007. Effect of stirrer

    speed and aeration rate on theproduction of glucose oxidase by

    Aspergillus niger. J. Bio. Sci 7:270 -275.

    Kelley RL, Reddy CA. 1986. Purification and

    characterization of glucose oxidase

    from ligninolytic cultures of

    Phanerochaete chrysosporium.Journalof Bacteriology166: 269 - 274.

    Khurshid S, Kashmiri MA, Quershi Z, AhmadW. 2011. Optimization of glucose

    oxidase production by Aspergillus

    niger. African Journal of

    Biotechnology10: 1674 - 1 678.

    Kim J, Jia H, Wang P. 2006. Challenges in

    biocatalysis for enzyme-based biofuel

    cells. Biotechnology Advances 24:

    296 - 308.

    Koolman J, Roehm KH. 2005. Color Atlas of

    Biochemistry. New York: ThiemeStuttgart.

    Lee TK, Lee WS. 1996. Diauxic growth

    carbon in rice suspension cells grown

    on mixed carbon sources of acetate and

    glucose. Plant Physiol110 : 465-470.

    Lee JY, Shin HY, Kang SW, Park C, KimSW. 2011. Application of an enzyme-

    based biofuel cell containing a

    bioelectrode modified withdeoxyribonucleic acid-wrapped single-walled carbon nanotubes to serum.

    Enzyme and Microbial Technology 48:80 - 84.

    Lehninger AL, Nelson DL, Cox MM. 2004.

    Principles of Biochemistry. USA: W

    H Freeman & Co Publication.

    Lowry OH, Roserbrough NJ, farr AL, RandallRJ. 1951. Protein measurement with

    the folin phenol reagent. J. Biol.Chem: 265 - 275.

    McDowall J. 2006. Glucose oxidase andbiosensors. European Bioinformatics

    Institute. [terhubung berkala].http://embl-ebi. org/ interpro/ potm/

    2006_5/ Page1. htm. [29 Desember

    2011].

    Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009.

    Biokimia Harper. Pendit BU,

    penerjemah. Jakarta: EGC.

    Nakamura S, Fujiki S. 1967. Comparativestudies on the glucose oxidases of

    Aspergillus niger and Penicilliumamagasakiense.J. Biochem63: 51-58.

    Neto SA, Forti JC, Zucolotto V, Ciancaglini

    P, Andrade de AR. 2011. Development

    of nanostructured bioanodes containingdendrimers and dehydrogenases

    enzymes dor application in ethanolbiofuel cells. Biosensors and

  • 7/23/2019 gukosa oksida

    9/9

    Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7

    Surabaya, 25 Pebruari 2012

    D - 34

    Bioelectronics26: 2922 - 2926.

    Ogawa A, Ando F. 2009. Sucrose

    metabolism for the development of

    seminal root in maize seedlings. J.Plant Production: 9 - 16.

    Poedjiadi A, Supriyantini FMT. 2007.Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UIPress.

    Sabir S, Bhatti HN, Zia MA, Sheikh MA.

    2007. Enhanced Production ofglucose oxidase using Penicilliumnotatum and rice polish. Biotechnol45: 443 - 446.

    Sherbeny El GA, Shindia AA, SheriffYMMM. 2005. Optimization of

    various factors affecting glucose

    oxidase activity produced byAspergillus niger.Int. J. Agri. Biol7:953 - 958.

    Simpson C. 2005. Isolation, purification and

    characterization of a novel glucoseoxidase from Penicillium canescens

    Tt42. [tesis]. Afrika: Rhodes

    University.

    Steele BCH, Heinzel A. 2001. Material forfuel-cell technologies. Nature 414:

    345 - 352.

    Teal AR, Wymer PEO. 2001. Enzymes andtheir role in biotechnology.

    Biochemistry. [terhubung berkala].

    http://www. biochemistry. org/Portals/ 0/ Education/ Docs/

    BASC03_full. pdf. [17 Januari 2012].

    [UCL] University College London. 2006.Ammonium sulphate fractionation.

    UCL. [terhubung berkala].

    http://www. ucl. ac. uk/ ~ucbcdab/enzpur/ amso4. htm. [15 Januari

    2012].

    Wilson K, Walker J. 2000. Principles andTechniques of Practical Biochemistry

    5th Ed. UK: Cambridge University

    Press.

    Wirakartakusumah et al. 1987. Isolasi dankarakterisasi enzim dari Aspergillus

    niger serta pemanfaatan dalampembangunan industri gula cair.

    [laporan penelitian].

    Wrolstad RE, Decker EA, Schwartz SJ.2005. Handbook of Food Analytical

    Chemistry: Water, Proteins, Enzymes,

    Lipids, and Carbohydrates. New

    York: Wiley - Interscience.

    Yamaguchi M, Tahara Y, Nakano A,

    Taniyama T. 2007. Secretory and

    continuous expression of Aspergillus

    nigerglucose oxidase gene in Pichia

    pastoris. Protein Expression and

    Purification55: 273 - 278.

    Yuningtyas S. 2008. Isolasi dan karakterisasi

    -Galaktosidase bakteri asam laktatdari makanan hasil fermentasi.

    [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika

    dan Ilmu Pengetahuan Alam, InstitutPertanian Bogor.