GUIDED TEACHING DALAM MENGORGANISASIKAN …lib.unnes.ac.id/2799/1/3485.pdf · Contoh lembar kerja...

112
i rgrege GUIDED TEACHING DALAM MENGORGANISASIKAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH DI MAN 1 SEMARANG Skripsi disusun untuk sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Oleh Didi Nur Jamaludin 4401406591 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Transcript of GUIDED TEACHING DALAM MENGORGANISASIKAN …lib.unnes.ac.id/2799/1/3485.pdf · Contoh lembar kerja...

i

rgrege

GUIDED TEACHING DALAM MENGORGANISASIKAN KONSEP

PADA PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH

DI MAN 1 SEMARANG

Skripsi

disusun untuk sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh

Didi Nur Jamaludin

4401406591

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang

berjudul ’’Guided Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada

Pembelajaran Sistem Peredaran Darah di MAN 1 Semarang’’ disusun berdasarkan

hasil penelitian saya dengan arahan dari dosen pembimbing. Sumber informasi atau

kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Skripsi ini belum pernah

diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi manapun.

Semarang Februari 2011

Didi Nur Jamaludin 4401406591

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul:

Guided Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem

Peredaran Darah di MAN 1 Semarang

disusun oleh:

nama : Didi Nur Jamaludin

NIM : 4401406591

telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada

tanggal 18 Februari 2011

Panitia.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Kasmadi Imam S, M.S Dra. Aditya Marianti, M.Si NIP 195111151979031001 NIP 19671217 199303 2001

Ketua Penguji

Parmin, S.Pd, M.Pd NIP 197901232006041003

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/ Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Dr. Lisdiana, M.Si Dra. Aditya Marianti, M.Si NIP 195911191986032001 NIP 19671217 199303 2001

iv

ABSTRAK

Jamaludin, Didi Nur. 2011. Guided Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem Peredaran Darah di MAN 1 Semarang. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Lisdiana, M.Si dan Dra. Aditya Marianti, M.Si.

Pembelajaran Biologi membutuhkan pemahaman konsep yang baik. Hasil obeservasi di MAN 1 Semarang, menunjukan ketuntasan belajar siswa klasikal pada materi sistem peredaran darah 67,5%. Pemanfaatan media pembelajaran terus diupayakan, namun hasilnya belum memuaskan, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui efektifitas metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang.

Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Semarang semester gasal Tahun Pelajaran 2010/ 2011 dengan pre eksperimental design tipe one shot case study. Data penelitian ini meliputi aktifitas belajar siswa, hasil belajar, tanggapan siswa dan tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian diketahui bahwa rerata aktifitas belajar siswa kelas eksperimen 90,81% dan tingkat persentase ketuntasan kelas eksperimen mencapai 85%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep efektif dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar pada materi sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang. Kata Kunci: Guided Teaching, organisasi konsep, sistem peredaran darah

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan karunia rahmat-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ’’ Guided

Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem Peredaran

Darah di MAN 1 Semarang’’.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari

bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

merasa perlu menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk

menyelesaikan studi strata 1 Pendidikan Biologi FMIPA Unnes.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran

administrasi dalam penyusunan skripsi.

4. Parmin, S.Pd, M. Pd, dosen penguji yang telah memberikan arahan, bimbingan

serta motivasi dengan penuh kesabaran.

5. Dr. Lisdiana, M. Si, dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan,

bimbingan serta motivasi dengan penuh kesabaran.

6. Dra. Aditya Marianti, M. Si, dosen pembimbing II serta dosen wali, yang telah

memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dengan penuh kesabaran.

7. Drs. Syaefudin, M. Pd Kepala MAN 1 Semarang, yang telah yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

8. Drs. Budi Santoso, Drs. Sutarno dan Dra. Sih Hartini, M.Si, guru Biologi MAN

1 Semarang yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian.

9. Ayahanda H. Sobirin, Ibunda Junaenah, kedua adik Muhammad Faqih Irsyad

dan Muhammad Yanuar Ibrahim yang selalu memberikan do’a, dukungan

serta motivasi dengan penuh kasih sayang yang tiada henti.

10. Sahabat-sahabatku di Biologi, mahasiswa Unnes, Hima Biologi, Familia, FMI,

UKKI, Puskomda, Pesantren Basmala Indonesia dan alumni SMA N1

Pemalang serta MTs N Pemalang yang telah memberikan inspirasi dan

semangat.

vi

11. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan

penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak

kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan, oleh karena itu penulis

mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun bagi pembaca. Akhirnya

dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini, dapat

memberikan tambahan ilmu bagi pembaca untuk meningkatkan wawasan

pengetahuan. Syukron jazakumullah ahsanuljaza.

Semarang, Februari 2011

Penulis

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... ii

PENGESAHAN .............................................................................................. iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 3

C. Penegasan Istilah ...................................................................... 3

D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 6

B. Hipotesis Penelitan .................................................................. 19

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 20

B. Populasi dan Sampel ............................................................... 20

C. Variabel Penelitian .................................................................. 20

D. Rancangan Penelitian .............................................................. 20

E. Alat dan Bahan Penelitian........................................................ 20

F. Prosedur Penelitian ................................................................. 21

G. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 27

H. Metode Analisis Data ............................................................. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................... 30

B. Pembahasan ............................................................................. 34

viii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................. 48

B. Saran ....................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49

LAMPIRAN. ................................................................................................... 52

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenjang kognitif Bloom…………….………………………………………. 17

2. Hasil analisis validitas butir soal uji coba………………………….………. 22

3. Interval reliabilitas…………….……………………………………………. 23

4. Interval daya pembeda…………….………………………………………... 23

5. Hasil analisis daya beda soal uji coba…………….………………….…….. 24

6. Interval tingkat kesukaran…………….……………………………………. 24

7. Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba…………….…………...…… 24

8. Soal yang digunakan untuk postes materi sistem peredaran darah……….... 25

9. Aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen…………….……...………. 30

10. Hasil belajar siswa kelas eksperimen………………… …….….....………. 31

11. Tanggapan siswa pada kelas eksperimen………………….……….………. 32

12. Tanggapan guru pada kelas eksperimen…………………..……….…….…. 33

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka berfikir Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah ………….…….………..………….…. 19

2. Skema prosedur penelitian………………………….…………………….... 26

3. Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen.……………………..... 30

4. Persentase ketuntasan belajar kelas eksperimen……..…………………….. 31

5. Aktifitas siswa sedang memberikan pendapat dan mendengarkan penjelas dari siswa. (b). Hasil pengorganisasian konsep atas penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.……….….… 38

6. Hasil pengorganisasian konsep dari siswa dalam kegiatan proses belajar di kelas eksperimen………………………………………………………… 42

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus…………………………………………………………….…..…… 53

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen…….…….…. 56

3. Lembar soal post test……………………………………………………… 67

4. Kunci jawaban soal post test …………………….………………………... 70

5. Kisi-kisi soal soal post test ……………………………………………..... . 71

6. Distribusi jenjang kognitif bloom pada soal post test…………………..… 72

7. Contoh lembar kerja siswa (LKS) kelas eksperimen pada praktikum uji golongan darah……………………………………………………..……... 73

8. Dokumen foto proses belajar mengajar (PBM) di kelas eksperimen….….. 75

9. Contoh lembar jawab post test materi sistem peredaran darah……..….…. 77

10. Hasil belajar siswa kelas eksperimen………………..…………...…..…... . 78

11. Hasil mid semester gasal kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3…………………... 79

12. Contoh lembar observasi aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen…. 80

13. Rekapitulasi aktifitas belajar siswa kelas eksperimen…………………...... 81

14. Contoh lembar tanggapan siswa kelas eksperimen………………………… 89

15. Contoh lembar tanggapan guru terhadap kelas eksperimen……...…….….. 91

16. Uji validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran pada soal uji coba.….. 93

17. Uji reliabilitas pada soal uji coba materi ……………………….……….... 95

18. Uji homogenitas populasi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 ........................... 96

19. Uji normalitas hasil belajar kelas eksperimen……………………….…..… 98

20. Surat penetapan dosen pembimbing……………………………………..... 99

21. Surat permohonan ijin observasi……………………………………….….. 100

22. Surat keterangan penelitian……………………………………………….... 101

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar menjadi salah satu bagian yang mendapat perhatian

serius dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, karena didalamnya

mengandung kegiatan interaksi antara guru dan siswa serta komunikasi timbal balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Guru dalam

interaksi proses belajar, perlu menanamkan suatu sikap dan nilai dalam membangun

pengetahuan dan tidak hanya sebagai pusat penyampaian materi melainkan guru

memberikan arahan dan bimbingan agar siswa dapat mandiri dalam mencari dan

membangun pemahaman materi, karena proses belajar yang baik, tidak lagi berpusat

pada guru (teacher centered learning), guru semestinya tidak hanya sebatas

memberikan pengetahuan kepada siswa melainkan berfungsi sebagai motivator

terhadap siswa, agar bisa mandiri dan semangat dalam belajar. Peran guru juga

sebagai evaluator terhadap penguasaan materi yang dipahami siswa sekaligus

memunculkan guru sebagai pembimbing terhadap siswa yang mengalami kesulitan

terhadap materi maupun memberikan bimbingan pengayaan lebih lanjut terhadap

siswa yang sudah menguasai materi, sehingga peran siswa menjadi sentral dalam

pembelajaran (student centered learning).

Melibatkan siswa dapat aktif belajar mandiri, perlu pemahaman karakteristik

suatu materi pengetahuan, salah satu karakteristik materi Biologi adalah

mempunyai obyek pembelajaran yang bersifat fakta-fakta yang memberikan

kumpulan konsep. Pada materi sistem peredaran darah, banyak dijumpai konsep-

konsep Biologi yang bersifat abstrak dan hubungan antar konsep mempunyai saling

keterkaitan.

Hasil obeservasi di MAN 1 Semarang, sesuai standar kriteria ketuntasan

minimal (KKM) pada materi sistem peredaran darah, ketuntasan belajar yang

ditetapkan secara individual > 66, siswa yang tuntas belajar secara klasikal 67,5%,

meskipun pemanfaatan media pembelajaran sudah diupayakan, namun hasilnya

belum memuaskan. Kesulitan siswa dalam memahami materi sistem peredaran

darah, dikarenakan materi tersebut ada beberapa yang bersifat abstrak dan tingkat

1

2

keaktifan siswa yang kurang dalam proses belajar mengajar, sehingga ini menjadi

kendala dalam pencapaian ketuntasan belajar (Hartini, 22 Juli 2009, Wawancara).

Oleh karena itu, pengembangan inovasi pembelajaran menjadi hal yang diperlukan

bagi guru, untuk meningkatan kualitas belajar siswa.

Upaya mengintegrasikan pemahaman konsep struktur, fungsi dan proses

sistem peredaran darah manusia yang saling berhubungan dengan realitas kehidupan

serta memiliki korelasi dengan materi Biologi lainnya, sehingga diperlukan

formulasi membangun konsep yang dapat mengaitkan hubungan antar konsep

dengan realita kehidupan. Strategi yang diharapkan dapat membantu siswa dalam

memahami konsep-konsep abstrak salah satunya dengan latihan mengorganisasikan

konsep (Erman 2006). Siswa dalam kegiatan tersebut, dilatih mengidentifikasi

konsep, sehingga siswa diharapkan dapat memahami materi secara terstruktur dan

menyeluruh.

Metode pembelajaran yang dapat membantu dalam mengorganisasikan

konsep salah satunya dengan Guided Teaching, metode tersebut merupakan suatu

metode berupa pertanyaan terstruktur yang diberikan guru kepada siswa yang

dijadikan panduan dalam proses belajar mengajar. Keunggulan metode Guided

Teaching diantaranya, untuk mendiagnosa tingkat pemahaman awal siswa serta

mengetahui kesulitan siswa dalam memahami materi dan tepat untuk materi-materi

yang bersifat abstrak. Pemberian materi ajar oleh guru mengacu pada pemahaman

siswa, sehingga guru dapat memetakan pemahaman siswa. Siswa terlatih mandiri

dalam membangun pemahaman materi (membangun pengatahuan), melalui mereka

menjawab pertanyaan dari guru. Siswa semakin aktif dalam belajar, karena dalam

proses belajar mereka terpacu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru,

disamping itu juga dapat mengakomodir penerapan media pembelajaran sehingga

mudah dalam pelaksanannya, guru diberi kesempatan untuk melakukan bimbingan

dalam bentuk memberikan pertanyaan yang telah disesuaikan, dengan tujuan dari

standar kompetensi (SK) maupun kompetensi dasar (KD) materi dan siswa diberikan

kesempatan untuk interaktif mengkomunikasikan pemahaman yang dimilikinya.

Sehingga dalam proses pembelajaran tersebut siswa melakukan proses konstruksi

pemahaman materi dan guru berperan sebagai pembimbing materi sekaligus

fasilitator. Disamping itu metode Guided Teaching sebagai pendukung dalam

3

mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah manusia, dengan

demikian diharapkan siswa dapat interaktif dalam proses belajara mengajar.

Menurut Trianto (2007), siswa dapat membangun pengetahuan melalui keterlibatan

aktif dalam proses belajar mengajar, kemudian pengetahuan dibangun sedikit demi

sedikit.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru ketika menerapkan metode

Guided Teaching diantaranya saat guru membuat pertanyaan harus memperhatikan

efektifitas waktu dalam jam pelajaran, mengingat metode tersebut memerlukan

ketepatan jumlah pertanyaan dengan kemampuan siswa dalam menjawab dan siswa

harus memiliki buku ajar yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan

guru. Untuk membuktikan apakah Guided Teaching dalam mengorganisasikan

konsep, efektif pada pembelajaran materi sistem peredaran darah, maka penelitian

ini perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka rumusan masalahnya,

apakah Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif pada

pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang?

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu

diberikan penegasan istilah, untuk memberikan gambaran yang sama terhadap

judul penelitian dan pengertian-pengertian yang terdapat dalam skripsi ini, sehingga

perlu penegasan istilah sebagai berikut.

1. Guided Teaching merupakan metode yang dilakukan dengan cara guru

menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pengetahuan mata

pelajaran atau mendapatkan hipotesis atau kesimpulan siswa dan kemudian

memilahnya ke dalam kategori-kategori (Silberman 2009). Dalam pelaksanaan

metode Guided Teaching, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa,

untuk dijadikan panduan dalam proses belajar mengajar, kemudian siswa diberi

kesempatan untuk membangun pengetahuan yang ada secara mandiri maupun

4

bekerjasama, melalui mengkomunikasikan jawaban atas pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

2. Mengorganisasikan konsep merupakan strategi pembelajaran yang melatih

siswa mengorganisasi konsep yang memerlukan kemampuan memahami konsep

(Erman 2006), dalam penelitian tersebut siswa mengorganisasikan konsep

dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru (Guided Teaching)

dengan membentuk peta konsep.

3. Pembelajaran sistem peredaran darah pada penelitian ini, menggunakan metode

Guided Teaching dilengkapi dengan strategi mengorganisasikan konsep.

4. Materi sistem peredaran darah diajarkan pada kelas XI IPA semester gasal,

materi tersebut menjelaskan tentang struktur, fungsi dan proses sistem

peredaran darah serta kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta

implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat

(salingtemas).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Guided Teaching

dalam mengorganisasikan konsep pada pembelajaran sistem peredaran darah di

MAN 1 Semarang.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Siswa

a. Mendorong dan memberi rangsangan kepada siswa untuk aktif dalam proses

belajar.

b. Membantu siswa dalam memahami materi sistem peredaran darah.

2. Guru

a. Mengetahui pandangan siswa terhadap pengajaran menggunakan metode

Guided Teaching dalam mengorgansiasikan konsep pada sistem peredaran

darah baik kelebihan dan kelemahannya.

b. Mendorong untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam

mengadakan pembelajaran yang menarik.

5

c. Meningkatkan pengetahuan guru tentang strategi dan metode pembelajaran

yang tepat.

3. Madrasah

a. Bahan masukan tentang metode/ strategi yang kreatif dan inovatif dalam

proses belajar mengajar yang berlangsung di madrasah.

b. Mendorong madrasah untuk selalu mengevalusi tingkat keefektifan

pembelajaran.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Guided Teaching

Guided Teaching merupakan metode yang dilakukan dengan cara guru

menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pengetahuan mata

pelajaran atau mendapatkan hipotesis atau kesimpulan siswa dan kemudian

memilahnya ke dalam kategori-kategori. Kategori-kategori atau konsep yang

tercatat, menjadi acuan untuk diajarkan. Guided Teaching dalam pembelajaran di

perguruan tinggi disebut sebagai pengajaran terbimbing melalui dosen bertanya

kepada mahasiswa satu atau lebih pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman

mahasiswa atau untuk memperoleh hipotesis atau kesimpulan kemudian

membaginya kepada kategori, metode tersebut merupakan pembelajaran

kooperatif (cooperative learning) yang berbasis pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan (PAIKEM) serta berguna pada pengajaran konsep-

konsep abstrak (Silberman 2009, Suprijono 2007, Zaini 2002).

Pembelajaran dengan menggunakan metode Guided Teaching urutan

langkahnya sebagai berikut.

1. Menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran

dan kemampuan yang mereka miliki.

2. Memberikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada siswa

untuk menjawab pertanyaan.

3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil jawaban mereka

dan catat jawaban-jawaban yang mereka sampaikan. Jika memungkinkan tulis

di papan tulis dengan mengelompokan jawaban siswa dalam kategori-kategori

yang nantinya akan disampaikan dalam pembelajaran.

4. Menyampaikan poin-poin (konsep) utama dari materi yang disampaikan guru

dengan ceramah intreraktif.

5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawaban mereka

dengan poin-poin (konsep) yang guru sampaikan (Suprijono 2007).

6

7

Cothran dan Kulinna (2008) berpendapat agar dapat mendorong partisipasi

siswa aktif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara memberikan

pertanyaan serta menanggapi respon siswa secara positif, menggunakan

pengalaman terstruktur, menggunakan beberapa instrumen dan metode variatif yang

dapat melibatkan siswa lebih aktif. Hartono (2007) menyampaikan bahwa keaktifan

siswa dalam menjawab pertanyaan, memberikan pengaruh terhadap otak untuk

terlatih dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga keterlibatan siswa secara

aktif dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan daya ingat yang lebih, bila

dibandingkan siswa hanya membaca teks atau mengingat sementara Pembelajaran

konstruktivisme dapat dilakukan dengan menggunakan pengalaman dan

merefleksikan pengalaman tersebut menjadi pengetahuan yang baru (Nurohman

2008).

Ausubel (Dahar 1988, dalam Trianto 2007), berpendapat dalam membantu

siswa menanamkan pengetahuan baru dalam suatu materi, sangat diperlukan konsep-

konsep awal yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan

dipelajari, itulah suatu proses belajar bermakna. Jeromer Burner (Dahar 1988, dalam

Trianto 2007) dalam teori belajar penemuan (discovery learning) menyarankan agar

siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan

prinsisp-prinsip agar mereka memperoleh pengalaman dan dapat pula melakukan

eksperimen-eksperimen yang dapat memberikan prinsip-prinsip secara mandiri.

Soeparwoto et al. (2006) menyampaikan bahwa usia 11 tahun ke atas

merupakan tahapan formal operasional yakni pada tahap ini tiap individu dapat

mengembangkan pikiran formalnya, mereka dapat menggunakan logika, rasio dan

kemampuan abstraksinya, dengan melibatkan dalam suatu kegiatan akan

memberikan pengaruh lebih positif dari pada sekedar menonton. Kegiatan praktik

lebih baik dari pada kegiatan teori, namun demikian keduanya semestinya saling

beriringan antara penguasaan praktik dan teori.

Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dalam metode Guided

Teaching, dapat menjadi salah satu teknik efektif untuk menjadikan siswa dapat

belajar. Pertanyaan interaktif menjadi dasar semua strategi pembelajaran dan dapat

menjadi pertimbangan dalam proses pembalajaran. Anni et al. (2006) mengingatkan

guru dalam memberikan tugas, hendaknya memperhatikan jangkauan kemampuan

8

siswa dalam menyelesaikan tugas, jangan sampai menimbulkan titik balik yang

menimbulkan efek negatif dalam pembelajaran, semestinya tugas-tugas yang

diberikan, mendukung antara penguasaan materi dan tingkat perkembangannya.

Fungsi pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa, menurut Kauchak dan Eggen

(1998) sebagai berikut.

a. Menilai pemahaman yang dimiliki (assessing current understanding)

Pertanyaan interaktif menjadi strategi alat evaluasi pemahaman informal

yang dimiliki dalam topik yang dipelajari, pertanyaan guru juga dapat menjadi

sumber informasi apakah siswa mengetahui atau tidak mengetahui, bagaimana

mereka berfikir dalam suatu topik dan apakah mereka memiliki salah konsep.

Pembelajaran yang efektif dapat disimpulkan melalui pemahaman siswa yang

mengacu kepada respon atas pertanyaan yang dibuat guru.

b. Meningkatkan motivasi pembelajar (increasing learner motivation)

pertanyaan efektif dapat melatih siswa untuk berfikir penuh tantangan dan

menyikapi masalah dengan penuh percaya diri. Pertanyaan yang telah didesain

tujuanya akan memberikan kondisi efek meningkatkan motivasi pembelajar (siswa).

c. Membimbing pembelajaran baru (guided new learning)

Pertanyaan guru sebagai aturan instruksional dapat membantu siswa untuk

menghubungkan ide baru dan mengintegrasikan pembelajaran baru dengan

pemahaman yang dimiliki. Strategi pertanyaan guru untuk menjadi efektif, harus

dapat membuat siswa berfikir, sehingga harus dibuat perencanaan yang terbaik dan

dalam pelaksanannya menjadi kurang bernilai jika tidak membuat siswa berfikir.

2. Konsep dan pengorganisasian konsep

Konsep dapat diartikan sebagai suatu jaringan hubungan dalam objek,

kejadian dan lain-lain yang mempunyai ciri tetap sehingga konsep merupakan kata

kunci. Siswa dapat membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan stimulus-

stimulus dengan cara tertentu serta pengalaman-pengalamanya masing-masing dan

berkaitan dengan konsep dapat disimpulkan bahwa definisi tentang konsep selalu

berkembang sesuai dengan persepsi personal (Rustaman et al. 2003).

Pemahaman konsep memberikan pengaruh terhadap hasil belajar (Herunata

2006) dan hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar

9

setelah mengalami aktifitas belajar/ pembelajaran (Anni et al. 2006). Materi

pelajaran yang memperhatikan aspek-aspek pembentukan konsep, serta

memperhatikan aspek-aspek pembentukan konsep, serta memperhatikan hubungan

antar konsep-konsepnya sejara jelas agar proses belajar yang terjadi menjadi

bermakna bagi siswa. Hubungan antar konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran

dapat diwujudkan dalam bentuk rumus-rumus untuk memecahkan masalah, grafik,

bagan, poster, tabel dan bentuk hubungan lainnya, hal ini dapat menimbulkan belajar

penemuan terpimpin (Rustaman et al. 2003).

Kegiatan belajar konsep adalah belajar mengembangkan inferensi logika atau

membuat generlisasi logika atau membuat generalisasi fakta ke konsep dan belajar

konsep juga memberikan represantasi internal seseorang (Suprijono 2007)

(Nasution 2009). Guru dalam menjabarkan konsep materi, dikaitkan dengan

pemahaman awal siswa, melalui keaktifan dalam memberikan contoh konsep dan

melakukan penilaian terhadap kemajuan pemahaman konsep, sehingga siswa dapat

terhindar dari konsep yang keliru dan belajar konsep hendaknya dapat memperbaiki

konsep yang salah (ill defined concept) (Magliaro et al. 2005, Mulyati 2005). John et

al (2004) menyampaikan dalam mengkonstruksi konsep dapat dilakukan dengan

membaca secara komprehensip, melalui strategi: 1) mengaktifkan pengetahuan

awal, 2) membuat pertanyaan, 3) mencari informasi, 4) meringkas, 5)

mengorganisasikan grafik/ tulisan dan 6) identifikasi struktur cerita.

Pembelajaran menggunakan konsep mempunyai manfaat antara lain:

a. mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam

mengategorisasikan beberapa stimulus terbatas.

b. merupakan unsur-unsur pembangun berpikir

c. merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi

d. diperlukan untuk memecah masalah (Suprijono 2007).

Bull dan Ma (2001) berpendapat menggunakan strategi pembelajaran yang

tepat dapat menjadikan konsep yang rumit menjadi lebih mudah, dapat

menghubungkan petunjuk konsep secara jelas dan pengajaran guru yang

menjemukan menjadi pengajaran menyenangan.

10

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran konsep (Hamalik

2003), diantaranya:

1) menetapkan tujuan pembelajaran.

tujuan pembelajaran ditetapkan, untuk menjadi pedoman keberhasilan belajar

siswa setelah mempelajari konsep.

2) mengurangi atribut konsep yang komplek menjadi atribut-atribut penting

dominan.

3) menyediakan mediator verbal.

guru mempunyai peranan sebagai mediator dalam memberikan stimulus kata-

kata (verbal) dalam mendukung atribut konsep yang dimiliki siswa.

4) memberikan contoh positif dan negatif mengenai konsep.

guru memberikan contoh positif yakni sesuatu yang berisikan atribut-atribut

suatu konsep, sedangkan contoh negatif yakni sesuatu yang tidak berisikan

atribut suatu konsep.

5) guru mengkomunikasikan contoh-contoh konsep.

6) siswa mengkomunikasikan dan menguatan (reinforcemen) konsep.

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan atribut-

atrtibut konsep serta hubungan antar konsep lainnya dan memberikan penguatan

suatu konsep.

7) menilai belajar konsep

guru memberikan penyimpulan (generalisasi) terhadap siswa dalam pemahaman

konsep suatu materi.

Organisasi secara harfiah diartikan kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian

dalam perkumpulan untuk tujuan tertentu dan mengorganisasikan dapat diartikan

mengatur dan menyusun bagian-bagian sehingga seluruhnya menjadi satu kesatuan

yang teratur (Depdiknas 2003). Organisasi konsep dalam struktur materi dapat

menggambarkan hierarki suatu konsep dan hubungan antar konsep-konsep, baik

secara hubungan vertikal (konsep-konsep besar dan konsep-konsep yang lebih

kecil dari padanya) maupun hubungan horizonatal yang menggambarkan kesetaraan

tingkatannya (Rustaman et al. 2003). Mengorganisasikan konsep merupakan

strategi pembelajaran yang melatih siswa mengorganisasi konsep yang memerlukan

11

kemampuan memahami konsep. Langkah-langkah dalam mengorganisasikan konsep

dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi konsep dalam suatu pokok bahasan.

2) Melengkapi setiap konsep yang identifikasi dengan atribut atau ciri-ciri yang

karakteristik untuk setiap konsep.

3) Mengelompokan konsep berdasarkan hubungan fungsional antara konsep-

konsep.

4) Mengurutkan konsep dalam suatu kelompok dari yang paling inklusif sampai

dengan konsep yang lebih spesifik.

5) Menghubungkan konsep-konsep yang telah diurutkan dengan mengunakan

proporsi-proporsi hingga menyerupai peta konsep (Erman 2006).

Nur (2000) dalam Trianto (2007) membagi peta konsep terdiri dari empat

jenis yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (event chain), peta konsep

siklus (cycle concept map) dan peta konsep laba-laba (spider concept map).

Kemampuan pengorganisasian konsep, dapat dilakukan melalui penempatan

konsep secara herarki dengan proposi-proporsi yang menghubungkan konsep yang

berkaitan secara benar. Organisasi konsep yang baik akan sangat membantu seorang

dalam belajar bermakna, bahkan akan sangat membantu siswa dalam melakukan

analisis dan sintesis serta mengembangkan pemahamannya.

Pengorganisasian konsep bagi siswa mempunyai manfaat dalam penigkatan

keaktifan pembelajaran, dengan melibatkan siswa dalam pengorganisasian konsep

dapat mengurangi kepasifan siswa dan memacu minat serta partisipasi mereka dalam

proses belajar mengajar secara bermakna. pengorganisasian konsep juga dapat

melatih siswa untuk belajar efektif dan efisien. Melalui pengorganisasian konsep,

siswa menjadi lebih proaktif dalam mengorganisasikan pengetahuan dan siswa

berusaha membangun pengetahuannya secara mandiri (Erman 2006).

Manfaat bagi guru dapat pengorganisasian konsep seperti peta konsep dapat

menjadi alat diagnosis dimana letak kesulitan siswa dalam memahami konsep pada

suatu hirarki konsep. Melalui pengorganisasian konsep, guru dapat mengetahui

konsep-konsep yang tidak atau belum dipahami siswa dengan benar, selain itu guru

juga dapat mengetahui letak terputusnya rantai pemahaman siswa dalam suatu

hirarki konsep yang saling berkaitan, dengan demikian, guru dapat merumuskan

12

tindakan yang efektif untuk membantu siswa dalam belajar bermakna (Erman dan

Wismanadi dalam Erman 2006).

Kelemahan pembelajaran dengan mengorganisasikan konsep, siswa

kesulitan memahami konsep termasuk menidentifikasi sifat-sifat atau atributnya,

sehingga mereka menjadi kesulitan dalam membuat proporsi untuk memberikan

hubungan antar konsep yang saling berkaitan, disamping itu mengorganisasikan

konsep memerlukan waktu yang relatif lama, karena siswa masih merasa kesulitan

dalam mengindetifikasi konsep. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan

kemampuan guru dalam mengarahkan siswa dalam pembelajaran atau melalui

diskusi kelompok, bahkan guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan

singkat untuk memberikan arah kepada siswa tentang suatu konsep yang belum

teridentifikasi oleh siswa, dengan cara ini siswa menjadi lebih mudah dalam

memahami suatu konsep, sehubungan dengan hal itu, siswa harus terlebih dahulu

mengetahui karakteristik setiap konsep dan hubungan saling keterkaitan antara satu

konsep dengan konsep lainnya, dengan kata lain siswa harus menguasai materi

tersebut dengan baik terlebih dahulu atau mengetahui langkah-langkah dalam

mengorganisasikan konsep. Kesulitan-kesulitan yang ada dalam pembelajaran, guru

dituntut proaktif dalam memberikan bimbingan (Erman 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan Erman (2006) di SMUN 5 and SMUN 8

Kediri pada materi kimia dengan menggunakan strategi latihan mengorganisasikan

konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep abstrak siswa. Herunata et al.

(2006) melakukan penelitian tentang pemahaman konsep elektrokimia di SMA I Al

Ma’arif Singosari dengan Learning Cycle 5 fase berbantuan bahan ajar terpadu

berbasis pendekatan makroskopis-mikroskopis, menunjukan hasil belajar yang lebih

baik. Azis dan Jair (2009) juga melakukan penelitian tentang penggunaan peta

konsep di sekolah Selangor Malaysia, pada mata pelajaran Sejarah, hasilnya

menunjukan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar. Berdasarkan tiga

sumber penelitian tentang konsep menunjukan, bahwa pemahaman konsep materi

dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktifitas siswa, hal tersebut tentunya

didukung oleh strategi, model, metode serta pendekatan pembelajaran yang tepat.

13

Rustaman et al. (2003) bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh

dimensi, yaitu konsep sebagai berikut:

1) atribut

konsep tersebut merupakan tanda atau ciri atau sifat-sifat dari suatu konsep

yang membedakan dengan konsep lainnya.

2) stuktur

struktur menyatakan cara tegabungnya atribut-atribut suatu konsep. berdasarkan

strukturnya konsep dapat dikelompokan sebagai berikut:

a) konjugatif adalah konsep yang menampilkan dua atau lebih sifat sehingga

memenuhi syarat.

b) disjunktif adalah konsep yang menampilkan satu dari dua atau lebih sifat-

sifat harus ada.

c) rasional adalah konsep yang menyatakan hubungan tertentu dengan atribut-

atributnya.

d) keabstrakan

konsep yang memiliki keabstrakan jika gejala konsepnya tidak dapat dilihat

dengan mata.

3) keinklusifan

bahwa setiap konsep memiliki kekhasan identitas atau karakteristik yang

berhubungan dengan konsep lainnya.

4) generalitas

bahwa konsep memiliki karakteristik umum yang berhubungan dengan konsep

lainnya.

5) ketepatan

konsep mempunyai kaitan dengan aturan-aturan yang berlaku.

6) kekuatan

Konsep yang dipelajari mengandung kekuatan materi esensial.

Usaha untuk melakukan analisis dan menetapkan bahwa konsep itu

merupakan materi esensial sedikitnya memenuhi enam kriteria konsep dari sebelas

kriteria antara lain:

a) menunjang tercapainya tujuan.

b) merupakan konsep dasar.

14

c) mengandung aplikasi tinggi

d) sebagai syarat materi berikutnya.

e) memberikan motivasi baru.

f) terkait dengan mata pelajaran lain.

g) mengandung unsur pengembangan IPTEK.

h) terkait lingkungan.

i) mudah dilaksankan untuk proses belajar mengajar (PBM).

j) menunjang kebutuhan masyarakat luas.

k) sebagai tuntunan pembangunan.

Pembelajaran menggunakan peta konsep mempunyai dua tipe. Tipe pertama,

peta konsep dibentuk melalui identifikasi konsep yang dilakukan siswa berdasarkan

topik yang diberikan guru. Tipe kedua, pembelajaran peta konsep hanya sebagai

media pembelajaran untuk melengkapi metode ceramah serta siswa hanya

dikondisikan untuk aktif mendengarkan (Aziz dan Jair 2009, Erman dan Sukirman

2002 dalam Erman 2006, Trianto 2007). Guru dapat berinisiatif untuk

menggunakan teknik pengajaran peta konsep pada semua mata pelajaran sebagai

satu cara untuk meningkatkan minat dan pencapaian hasil belajar siswa (Aziz dan

Jair 2009).

3. Pengaruh aktifitas siswa terhadap hasil belajar

Perhatian siswa terhadap materi pelajaran dalam proses belajar mengajar

sangat dituntut, karena akan mempengaruhi pencapaiaan tujuan pendidikan,

tercapainya tujuan pembelajaran manakala siswa menacapai penguasaan materi yang

diberikan dalam pertemuan kelas (Djamarah dan Zain 2002). Hasil belajar siswa

merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami

aktifitas belajar (Anni et al. 2006). Proses belajar juga akan berjalan efektif jika

pengalaman, bahan-bahan dan hasil-hasil yang diharapkan sesuai dengan tingkat

kematangan dan pengalaman siswa (Rosyada 2007). Keberhasilan suatu proses

belajar mengajar memberikan acuan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil

dan berkualitas apabila minimal 75% siswa terlibat secara aktif, baik fisik mental,

maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping itu siswa menunjukan

kegairahan belajar besar, mempunyai semangat belajar tinggi dan percaya pada diri

15

sendir, sedangkan hasil belajar belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan

perilaku yang positif, pada diri siswa minimal 75% (Mulyasa 2006).

Penelitian antara aktifitas siswa dan hasil belajar dilakukan oleh Kustanti

(2005) dalam penerapan strategi Jigsaw pada konsep sistem saraf di MTs N Parakan

Temanggung, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan

siswa dan ketuntasan belajar, yakni pada siklus I keaktifan siswa 50% dan

ketuntasan belajar 58,90%, siklus II keaktifan siswa 60,20% dan ketuntasan belajar

76,90% kemudian siklus III keaktifan siswa 87,10% dan ketuntasan belajar 89,70%,

sehubungan dengan penelitian diatas, menunjukan semakin tinggi aktifivitas siswa

dalam belajar akan mempengaruhi tingginya ketuntasan belajar. Penelitian hasil

belajar yang dipengaruhi aktifitas juga dilakukan oleh Markhamah (2007), pada

pokok bahasan lingkaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching di SMPN

15 Semarang, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan

siswa dan ketuntasan belajar, yakni pada siklus I keaktifan siswa 42,10% dan

ketuntasan belajar 71,73%, siklus II keaktifan siswa 85,55% dan ketuntasan belajar

93,80%, sehingga ada kecenderungan siswa yang aktif dalam proses belajar, akan

memperoleh hasil belajar yang baik.

Anni et al (2006) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses

belajar mengajar, bersumber dari kontribusi internal dan eksternal.

a) Kondisi internal

Kondisi internal mencakup kesehatan organ tubuh, kondisi psikis; seperti

kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial; seperti kondisi

bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal

siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar, siswa yang

bermotivasi rendah akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar

maupun proses belajar

b) Kondisi ekternal

Kondisi eksternal berasal dari lingkungan siswa. Beberapa faktor yang

mempepengaruhi tingkat kesulitan yang dipelajari, iklim, suasana lingkungan

dan budaya belajar malasyarakat dengan lingkungan, akan berpengaruh

terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar.

16

Belajar Biologi sebagai upaya untuk mengenali proses kehidupan nyata di

lingkungan, atau belajar Biologi dari aspek empiris (purpose in empirical avidence).

Belajar Biologi berarti upaya untuk mengenali diri sendiri sebagai makhluk (purpose

in human institution. Belajar Biologi diharapkan bermanfaat untuk peningkatan

kualitas dan kehidupan manusia dan lingkungannya (purpose in human life)

(Rustaman et al. 2003). Teori pembelajaran berbasis kognitif menekankan agar

siswa dapat menyimpan pengetahuan melalui memori jangka panjang. Jika siswa

dapat menggunakan memori jangka panjang, maka siswa dapat menghubungakan

pengetahuan secara terstruktur dan pengetahuan tersebut dapat digunakan ketika

suatu saat diperlukan (Jamudin 2002, dalam Aziz dan Jair 2009).

Motivasi mempunyai peranan yang besar dalam membuat siswa melakukan

aktifitas belajar dan dapat juga menentukan berapa banyak siswa dapat belajar dari

aktifitas yang dilakukan atau informasi yang dihadapi. Motivasi dapat berasal dari

faktor ekstrinsik berupa apresiatif lingkungan luar berupa penilaian yang diharapkan

dan faktor intrinsik dari karakteristik disiplin ilmu yang dipelajari maupaun dari

individu yang didukung oleh minat yang cukup siap (Anni et al. 2006). Siswa yang

menunjukan minat belajar, akan mempunyai keinginan untuk diajar atau belajar

mandiri dan kecenderugan anak yang siap belajar, minat mereka tetap walaupun

akan menghadapi hambatan maupun kesulitan, sehingga kesiapan belajar yang

dimilki akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan walaupun sedikit demi

sedikit dan bertahap (Soeparwoto et al. 2006).

4. Pembelajaran sistem peredaran darah

Pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran dapat memberikan

pengalaman baru dan membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke

tujuan yang ingin dicapai secara optimal (Mulyasa 2006). Tujuan pembelajaran

merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara

menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri pembelajar yakni pernyataan

tentang apa yang diinginkan pada diri pembelajar setelah menyelesaikan

pengalaman belajar (Rustaman et al. 2003). Maka dalam mencapai suatu arahan

tujuan pembelajaran disusunlah strategi pembelajaran yang didalamnya terdapat

metode dan model pembelajaran (Sanjaya 2006).

17

Bloom (dalam Rustaman et al. 2003) menyampaikan ada tiga ranah

pencapaian pengetahuan meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Penguasaan

materi pelajaran dikategorikan menggunakan jenjang kognitif Bloom meliputi enam

jenjang yaitu hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi atau

sering disebut jenjang C1, C2, C3, C4,C5 dan C6. Rincian kemampuan masing-

masing jenjang dinyatakan dalam indikator pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Indikator menurut jenjang kognitif Bloom

* Diadaptasi dari Rustaman et al. (2003)

Pengetahuan dalam ranah afektif meliputi pandangan/ pendapat (opinion)

dan sikap atau nilai (attitude, value) serta ranah psikomotor ketrampilan (skills) dan

kemampuan (ability) (Arikunto 2006). Untuk pengkuran ranah afektif dan

psikomotorik dapat dilakukan dengan metode langsung berupa observasi terhadap

siswa yang sedang memperlihatkan ketrampilan-ketrampilan yang menjadi hasil

proses belajar dan metode tidak langsung berupa tes tertulis (Rustaman et al. 2003).

Kemampuan Indikator

Hafalan Kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, posedur yang telah dipelajari.

Pemahaman Kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, menterjamahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematika atau sebaliknya, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (mengekstrapolasikan), mengungkapkan konsep dengan kata sendiri.

Penerapan Kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang telah dipelajari, pada situasi baru atau pada situasi kongkrit.

Analisis Kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponen, sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

Sintesis Kemampuan untuk mengitegerasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. termasuk kedalamnya kemampuan merancanakan eksperimen, menyusun karangan (laporan artikel) cara baru untuk mengklasifikasikan objek, peristiwa dan informasi-informasi lainnya.

Evaluasi Kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. contohnya ialah kemampuan memilih rumusan kesimpulan yang didukung oleh data serta menilai suatu karangan berdasarkan kriteria penilaian tertentu.

18

Pembelajaran sistem peredaran darah mengacu pada standar kompetensi

(SK) dan kompetensi dasar (KD) yang ditetapkan oleh Badan Nasional Standar

Pendidikan (BNSP) sebagai berikut.

a. Standar kompetensi: menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan

tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya

salingtemas.

b. Kompetensi dasar: menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses

serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah.

Materi sistem peredaran darah diajarkan pada kelas IPA XI semester I,

materi tersebut menjelaskan tentang struktur, fungsi dan proses sistem peredaran

darah serta kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya terhadap

sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (salingtemas).

Pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah, terdiri atas empat

konsep utama.

a. Sistem peredaran darah manusia, meliuputi sub konsep darah, penggolongan

darah, alat-alat peredaran darah dan proses peredaran darah.

b. Sistem limfe.

c. Kelainan serta gangguan sistem peredaran darah dan implikasinya terhadap

sains, teknologi lingkungan dan masyarakat (salingtemas).

d. Sistem peredaran darah pada hewan avertebrata dan vertebrata.

19

Mengacu pada uraian tinjauan pustaka, dapat dibuat kerangka berfikir

sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka berfikir Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada meteri sistem peredaran darah.

B. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut: Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif

diterapkan pada pembelajaran peredaran darah di MAN 1 Semarang.

Perlu upaya peningkatan efektifitas proses belajar mengajar (PBM)

Penerapan metode Guided Teaching, tepat untuk materi yang berifat abstrak, dapat memetakan pemahaman siswa, siswa terlatih mandiri dalam membangun pengetahuan,

mengakomodir penerapan media pembelajaran, meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa

Dikombinasikan dengan strategi mengorganisasikan konsep

Diharapkan Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif pada pembelajaran materi sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang

Pembelajaran sistem peredaran darah menjadi kendala siswa dalam pencapaian KKM di MAN 1 Semarang, karena prosesnya tidak dapat diamati secara langsung,

kesulian dalam meintegrasikan antar konsep dan aktifitas belajar siswa kurang.

Diperlukan inovasi pembelajaran

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di MAN 1 Semarang, dengan alokasi waktu semester gasal

tahun pelajaran 2010/ 2011 bulan Juli-Nopember 2010

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 3

dengan jumlah 80 siswa. Sampel penelitian terdiri dari satu kelas XI IPA yang

diambil secara acak (random sampling).

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Guide Teaching dalam

mengorganisasikan konsep pada sistem peredaran darah.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan aktifitas siswa.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini, merupakan penelitian pre eksperimental design tipe one shot

case study dengan rancangan random sebagai berikut.

Keterangan: X = perlakuan (treatment) O = hasil observasi setelah treatmen (Arikunto 2006)

E. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan penelitian sebagai berikut.

1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

X O

20

21

2. Lembar observasi siswa.

3. Lembar tanggapan guru dan siswa.

4. Soal postes siswa

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yakni tahap persiapan

penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada masing-

masing tahap terdiri dari:

a. Tahap persiapan penelitian

Tahap persiapan penelitian meliputi:

1. melakukan observasi awal untuk analisis penyebab masalah.

2. pemilihan strategi dan metode pembelajaran yang akan diujikan.

3. penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi

aktifitas siswa dan tanggapan siswa serta lembar tanggapan guru terhadap

pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep pada sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang.

4. Melakukan uji homogenitas pada dua sampel kelas.

5. Memilih satu sampel kelas secara acak (random) sebagai kelas eksperimen

yang diberikan treatmen pembelajaran metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep.

6. melaksanakan uji instrumen (soal) penilaian, dengan mengujicobakan

instrtumen di kelas lain (kelas diluar sampel).

7. setelah diuji cobakan, maka hasil dari uji coba dianalisis tentang:

a) validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Sebuah tes dikatakan valid apabila

mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk mengetahui

validitas item soal digunakan rumus sebagai berikut:

22

( )[ ] ( )[ ]2222 ∑∑∑∑∑∑∑

−−

−=

YYNXXN

YXXYNrXY

Keterangan: rxy = koefisien korelasi tiap item N = banyaknya subjek uji coba Σ X = jumlah skor item ΣY = jumlah skor total Σ X2 = jumlah kuadrat skor item Σ Y2 = jumlah kuadrat skor total Σ XY = jumlah perkalian skor item dan skor total Hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan α=5%. Jika rxy >

rtabel maka alat ukur dikatakan valid. Untuk mengukur validitas pengukuran

keterampilan kooperatif dilakukan dengan uji korelasi spearman rho. Bila hasil

korelasi menghasilkan signifikansi ≤ 0,05 maka terdapat kesesuaian yang

signifikan (Sugiyono 2007). Berikut ini hasil analisis validitas buti soal dari 30

soal yang diuji cobakan pada tebel 2 dibawah ini.

Tabel 2 Hasil analisis validitas butir soal uji coba Kriteria Nomor Soal Valid 2, 4, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 23, 24, 28, 29, 30

Tidak valid 1, 3, 5, 6, 7, 12, 14, 18, 21, 22, 25, 26, 27

* data selengkapnya pada lampiran 18.

b) reliabilitas

Realibilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi dalam

mengukur. Analisis realibilitas bentuk tes pilihan ganda menggunakan KR-20

yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson.

−= ∑

2

2

11 1 S

pqS

n

nr

Keterangan: r11 = reabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah (q =1 – p) Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item S = standar deviasi dari tes.

Kriteria reliabel tidaknya soal tes dapat dianalisis dengan cara membandingkan

r11 dengan harga rtabel yang sesuai pada tabel harga produk moment maka

23

dikatakan soal yang diujikan reliabel. Harga r11 yang diperoleh diinterpretasikan

dengan derajat reabilitas pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3 Interval reliabilias (r11)

* Diadaptasi dari Arikunto (2006)

Hasil analisis uji reliabilitas soal diperoleh r11 = 0, 50, kemudian dibandingkan

dengan nilai r tabel pada α = 5% dengan n= 38 diperoleh r tabel = 0,32,

sehingga nilai r11 > nilai rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen

tersebut reliabel. Nilai r11 diinterpretasikan dengan derajat reabilitas pada

interval 0,4-0,6 dikategorikan cukup reliabel.

c) daya pembeda

Keterangan: DP = daya pembeda JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 4 Interval daya pembeda

Interval DP Kriteria 0,00≤ DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali

* Diadaptasi dari Arikunto (2006).

Interval r11 Kriteria 0,00 < r11 < 0,20 sangat rendah 0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah 0,40 < r11≤ 0,60 Cukup 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,80 < r11< 0,10 sangat tinggi

DP PBPA JB

BB

JA

BA −= − =

24

Berikut ini hasil analisis daya beda uji coba soal pada tabel 5, dibawah ini.

Tabel 5 Hasil analisis daya beda soal uji coba

Kriteria Nomor Soal

Jelek 1, 2, 3, 5, 7, 11, 12, 14, 15, 21, 22, 25,27, 29,30

cukup 4, 6, 8, 10, 13, 18, 19, 23, 24, 26, 28

Baik 9, 16,17

* Data selengkapnya pada lampiran 18.

d) tingkat kesukaran

Keterangan: B = banyaknya siswa yang menjawab benar. JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Tingkat kesukaran diinterpretasikan pada tabel 6, dibawah ini.

Tabel 6 Interval tingkat kesukaran

* Diadaptasi dari Arikunto (2006).

Berdasarkan analisis tingkat kesukaran soal uji coba pada tabel 7, dibawah ini.

Tabel 7 Hasil analisis daya beda soal uji coba

Kriteria Nomor Soal

Mudah 1, 2, 8, 11, 12, 14, 20, 21, 22, 27, 28, 29,30

Sedang 3, 4, 6, 7, 9, 10, 13, 15,16,17,18, 19, 24, 26

Sukar 5, 23, 25

* Data selengkapnya pada lampiran

e) memilih item soal yang sudah diuji berdasarkan analsisis yang dilakukan.

Berdasarkan analsisis valisitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.

Soal yang digunakan penelitian ini adalah beberapa soal dalam kategori valid,

dengan memperhatikan reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran dari mulai

mudah sedang dan sulit, adapun soal yang digunakan dan tidak digunakan pada

tabel 8 dibawah ini.

Interval P Kriteria

0,00≤ P ≤ 0,30 Sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

JS

BP =

25

Tabel 8 Soal yang digunakan untuk postes materi sistem peredaran darah

Kriteria Nomor Butir Soal

Digunakan Tidak digunakan

Pilihan

Ganda

2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13, 15, 16, 17, 19, 20, 22,

23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30.

1, 6, 14, 18,21

Jumlah 25 soal 5 soal

Soal yang digunakan untuk postes, ada beberapa soal yang belum valid. Hal

tersebut tetap digunakan untuk tes dengan memperhatikan jumlah soal yang

valid lebih dominan ada 68 % dan dari beberapa soal sebagian sudah mewakili

ketercapaian indikator pembelajaran.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

Memberikan treatmen pada satu kelas sebagai kelas eksperimen dengan

menggunakan metode Guide Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada

materi sistem peredaran darah selama 6 pertemuan (12 jam pelajaran), masing-

masing terdiri atas 4 pertemuan berupa terori, 1 pertemuan berupa praktikum dan 1

pertemuan berupa postes. Urutan langkah pembelajaran di kelas eksperimen

dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep

sebagai berikut:

1) membagi siswa menjadi dalam kelompok kecil yang masing-masing kelompok

terdiri dari 2 orang.

2) memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran dan

kemampuan yang mereka miliki.

3) memberikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada siswa

untuk menjawab pertanyaan dengan mengorganisasikan konsep seperti

membentuk peta konsep.

4) memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil jawaban pada

siswa pada buku catatan dan dari beberapa siswa diminta mengkomunikasikan

baik langsung meupun tertulis didepan siswa.

5) memberikan penilaian terhadap jawaban siswa

26

6) menyampaikan poin-poin (konsep) utama dari materi yang disampaikan guru

dengan ceramah intreraktif.

7) memberi kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawaban mereka

dengan poin-poin (konsep) yang guru sampaikan.

8) Setelah pembelajaran selesai, siswa diberi kesempatan memberi tanggapan dan

atau pertanyaan kemudian guru memberikan evaluasi dan penguatan terhadap

pemahaman konsep materi.

Evaluasi proses belajar mengajar (PBM) melalui pengambilan data kelas

eksperimen dengan postes, aktifitas siswa dievaluasi melalui lembar observasi

selama PBM berlangsung, serta tanggapan siswa dan tangggapan guru. Untuk lebih

mempermudah alur prosedur peneletian, dijelaskan dengan skema pada gambar 2

dibawah ini.

random sampling

Gambar 2. Skema prosedur penelitian

Populasi (Kelas XI IPA terdiri dari dua kelas dengan jumlah 80 siswa)

Proses belajar mengajar dengan metode Guide Teaching dalam mengorgonisasikan konsep pada

materi sistem peredaran darah

pengambilan data meliputi: 1. hasil belajar 2. aktifitas siswa 3. tanggapan guru serta siswa

Analisis data meliputi: 1. hasil belajar dengan uji t-test 2. aktifitas siswa dengan deskriptif persentatif 3. tanggapan guru serta siswa dengan deskriptif kualitatif

Kelas Eksperimen (Kelas XI IPA 2 diberi treatmen)

27

G. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa.

2. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. hasil belajar siswa.

b. aktifitas siwa selama pembelajaran.

c. tanggapan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

d. tanggapan guru selama proses pembelajaran.

3. Cara pengambilan data

a. data hasil belajar siswa diambil melalui postes.

b. data tentang aktifitas siswa selama proses pembelajaran diambil dengan

mengunakan lembar observasi aktifitas siswa

c. data tentang tanggapan siswa selama proses pembelajaran diambil dengan

lembar angket.

d. data tentang tanggapan guru diambil dengan lembar angket.

H. Metode Analisis Data

1. Uji homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kelas mempunyai varians

yang sama atau tidak. Jika kelas mempunyai varians yang sama maka kelompok

tersebut dikatakan homogen.

Untuk menguji homogenitas k buah (k ≥ 2) maka digunakan uji bartlett.

Hipotesis statistik yang diuji adalah :

Ho:

Ha : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.

Adapun langkah-langkah pengujiannya sabagai berikut.

a. menentukan varians gabungan dari setiap kelas

( )( )∑

∑−

−=

1

1 2

2

i

ii

n

snS

b. menentukan harga satuan B

( ) ( )∑ −= 1log 2inSB

23

22

21 σσσ ==

28

c. menentukan statistik chi kuadrat (2x )

( ) ( ){ }∑ −−= 22 log110ln ii snBx

Berdasarkan uji homogenitas diperoleh uji chi kuadrat diperoleh chi

hitung=13,10 dan untuk α = 5% dan dk = 1 harga chi tabel = 7,19. Nilai x2 hitung

< nilai chi tabel, sehingga Ho diterima. Maka kelas kelas XI IPA 2 dan kelas

XI IPA 3 dalam keadaan homogen (sama), sehingga dapat dilakukan

pemilihan secara random sampling.

2. Uji normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa

berdistribusi normal atau tidak pada kelas eksperimen. Untuk menghitung

normalitas hasil belajar siswa digunakan rumus chi kuadrat, sebagai berikut:

Keterangan: k = jumlah kelas interval O = frekuensi hasil pengamatan E = frekuensi yang diharapkan

Berdasarkan hasil uji normalitas untuk kelas eksperimen diperoleh X2 hitung

=34,05, untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh X² tabel = 7,81.

Sehingga nilai X2 hitung > nilai X2 tabel, maka Ho ditolak. Hasil post test pada

kelas eksperimen berdistribusi tidak normal (Sudjana 2002).

3. Ketuntasan klasikal

Ketuntasan klasikal diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut;

Ketuntasan klasikal = jumlah siswa yang tuntas x 100% jumlah siswa keseluruhan

Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 2010 di MAN 1 Semarang

pada materi sistem peredaran darah manusia, ketuntasan belajar individual yang

ditetapkan > 68.

( )∑

=

−=k

i I

II

E

EOx

1

22

29

4. Aktifitas siswa individual

Data aktifitas siswa selama selama pembelajaran diperoleh melalui lembar

observasi dengan skala likert. Rentangan skor (rating scale) yang digunakan

adalah 1-4. Apabila dibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:

Skor 16 – 20 = Sangat aktif

Skor 11 – 15 = Aktif

Skor 6 – 10 = Kurang aktif

Skor 1 – 5 = Tidak aktif

5. Aktifitas siswa klasikal

Aktifitas siswa klasikal dibuat dalam bentuk persentasi, melalui rumus berikut:

aktifitas siswa klasikal = jumlah aktifitas siswa individual x 100% jumlah siswa seluruhnya

Jenis aktifitas siswa klasikal terdiri dari siswa sangat aktif, aktif, kurang aktif

dan tidak aktif. Persentase tingkat aktifitas siswa diperoleh dari data aktifitas

siswa individual meliputi siswa sangat aktif dan aktif.

6. Analisis efektifitas pembelajaran

Pembelajaran dikatakan efektif jika hasil pembelajaran pada kelas eksperimen

minimal 75% siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan

minimal 75% telah mencapai ketuntasan belajar > 68.

7. Data tanggapan guru dan siswa dalam pembelajaran sistem peredarah darah

manusia dengan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep di

MAN 1 Semarang diolah secara deskriptif kualitatif.

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini meliputi aktifitas siswa, hasil belajar, tanggapan siswa

dan guru terhadap pembelajaran yang diterapkan.

1. Aktifitas belajar siswa kelas eksperimen

Hasil aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen, diperoleh melalui lembar

observasi selama 5 kali pertemuan, pada tabel 9 berikut.

Tabel 9 Aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen.

Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen dibuat dalam bentuk grafik,

pada gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen.

No Kriteria aktifitas pembelajaran

Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen pada pembelajaran ke

1 2 3 4 5

1 Sangat aktif 30% 32,5% 12,82% 17,95% 25%

2 Aktif 62,5% 67,5% 53,75% 79,44% 72,5%

3 Kurang aktif 7,50% 0% 33,33% 2,56% 2,5%

4 Tidak aktif 0% 0% 0% 0% 0%

Persentase siswa sangat aktif dan aktif

92,5% 100% 66,57% 97,49% 97,5%

Jumlah siswa 40 40 39 39 40

Persentase rata-rata siswa aktif dan sangat aktif = 90,81 %

30

31

2. Hasil belajar siswa kelas eksperimen

Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, diperoleh melalui postes pada tabel

10 berikut.

Tabel 10 Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen NO Komponen Hasil belajar 1 Jumlah Siswa 40 2 Nilai Tertinggi 88 3 Nilai Terendah 28 4 Range nilai 60 5 Rata-Rata 71, 82 6 Persentasi Ketuntasan 85%

* Data selengkapnya pada lampiran 10.

Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen dibuat dalam bentuk grafik,

pada gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Persentase ketuntasan belajar kelas eksperimen.

32

3. Tanggapan siswa kelas eksperimen

Tanggapan siswa terhadap pembelajaran metode Guided Teaching (GT) dalam

mengorganisasikan konsep di kelas eksperimen melalui lembar angket dari 21

siswa sebagai responden, diperoleh data pada tabel 11 berikut.

Tabel 11 Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran di kelas eksperimen.

No Pertanyaan responden

Persentase jawaban Ya Tidak Abstein

1

Metode Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep membantu dalam memahami materi/konsep

100% 0% 0%

2

Metode GT dalam mengorganisasikan konsep membantu menghubungkan antar sub materi peredaran darah atau materi Biologi lainnya

95,42% 4,58% 0%

3 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan semangat belajar

85,72% 14,28% 0%

4 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan belajar

100% 0% 0%

5 Ada manfaat pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep

100% 0% 0%

6 Ada kendala pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep

42,86% 57,14% 0%

33

4. Tanggapan guru pada kelas eksperimen

Tanggapan guru terhadap pembelajaran Guided Teaching (GT) dalam

mengorganisasikan konsep di kelas eksperimen melalui lembar angket.,

diperoleh data pada tabel 12 berikut.

Tabel 12 Hasil angket tanggapan guru terhadap pembelajaran di kelas eksperimen.

No Pertanyaan responden

Jawaban

Ya Tidak Abstein

1 Metode Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep sesuai dengan RPP

V - -

2 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep membantu dalam pemahaman siswa

V - -

3 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan semangat belajar

V

- -

4 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan belajar

V

- -

5 Ada kendala pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep

-

V -

6 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat diterapkan pada materi yang lain

V

-

-

34

B. Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode

Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. Pembelajaran sistem

peredaran darah dilaksanakan selama 6 kali pertemuan, masing-masing

pembelajaran terdiri dari 4 kali pertemuan untuk teori, 1 kali untuk praktikum dan 1

kali pertemuan untuk tes. Data yang akan dibahas meliputi aktifitas belajar siswa,

hasil belajar, tanggapan siswa dan tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran.

Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan aktifitas belajar siswa

melalui lembar observasi skala likert dengan kriteria sangat aktif, aktif, kurang aktif

dan tidak aktif. Pada kelas eksperimen keaktifan belajar siswa dari pembelajaran

pertama sampai dengan pembelajaran kelima menunjukan tingkat keaktifan belajar

siswa yang fluktuatif.

Pertemuan pertama dan kedua menunjukan tingkat persentasi keaktifan

tinggi dalam kategori sangat aktif dan aktif bila dibandingkan dengan pertemuan

ketiga. Hal tersebut dikarenakan banyak siswa aktif melakukan studi pustaka,

mencatat materi/konsep, berdiskusi, bertanya, dan berpendapat baik kepada guru

maupun antar siswa bahkan pertemuan kedua mengalami peningkatan aktifitas

belajar siswa. Pertemuan ketiga mengalami penurunan, hal itu dikarenakan guru

pada pertemuan tersebut belum optimal dalam memberikan bimbingan dalam

memberikan kesempatan diskusi, berpendapat, bertanya maupun membantu dalam

mengorganisasikan konsep.

Siswa pada pertemuan keempat mengalami peningkatan, karena kegiatan

pembelajaran berupa praktikum yang ditunjang dengan metode Guided Teaching

dalam mengorganisasikan konsep yang memberikan pertanyaan kepada siswa,

sehingga menjadi stimulus untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan praktikum.

Pertemuan kelima mengalami kenaikan tingkat aktifitas belajar siswa sangat aktif

dikarenakan mereka terlibat aktif melakukan studi pustaka, mencatat materi/konsep,

berdiskusi, bertanya, dan berpendapat baik kepada guru maupun antar siswa.

Adapun untuk persentase siswa kategori aktif pada pertemuan keempat dan

pertemuan kelima mengalami penurunan dikarenakan ada perubahan persentase

siswa sangat aktif pada pertemuan kelima mengalami peningkatan.

35

Kegiatan praktikum uji golongan darah dengan metode Guided Teaching

dalam mengorganisasikan konsep, telah memberikan motivasi siswa untuk belajar

yang ditandai dengan peningkatan aktifitas diskusi, bertanya, berpendapat dan

mentelaah studi pustaka. Pembelajaran melalui kegiatan praktikum sebagai upaya

untuk memadukan pemahaman materi dengan studi kasus golongan darah di tiap

individu siswa, sehingga belajar Biologi tidak sebatas bersumber pada buku (the

biology in books) melainkan upaya untuk mengenali proses kehidupan nyata di

lingkungan, atau belajar Biologi dari aspek empiris (purpose in empirical avidence).

Belajar Biologi berarti upaya untuk mengenali diri sendiri sebagai makhluk (purpose

in human institution). Belajar Biologi diharapkan bermanfaat untuk peningkatan

kualitas dan kehidupan manusia dan lingkungannya (purpose in human life)

(Rustaman et al. 2003).

Aktifitas belajar siswa yang kurang aktif terjadi pada pada pembelajaran

pertama, disebabkan sebagian siswa belum bisa mengikuti pembelajaran secara

maksimal, dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep. Pertemuan kedua aktifitas belajar siswa lebih aktif bila

dibandingkan dengan pertemua pertama, hal tersebut disebabkan mereka sudah

memahami metode yang diterapkan. Berdasarkan hasil tanggapan siswa juga

berpendapat bahwa penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan

konsep dapat meningkatkan keaktifan siswa maupun semangat dalam proses belajar

mengajar.

Pertemuan ketiga aktifitas siswa kurang aktif mengalami peningkatan,

disebabkan oleh kondisi internal baik dalam hal belum optimalnya kesiapan siswa

dalam menerima materi maupun kesemangatan dalam mengikuti pembelajaran dan

faktor eksternal lainnya termasuk belum optimalnya guru dalam memberikan

pembelajaran, sehingga terjadi penurunan aktifitas siswa dalam hal pengkajian studi

pustaka, pencatatan konsep, diskusi, bertanya maupun berpendapat, kemudian

pertemuan keempat dan kelima aktifitas siswa kurang aktif mengalami penurunan,

hal itu dikarenakan pembelajaran berupa praktikum menjadikan semangat untuk

belajar lebih aktif ditunjang dengan pertanyaan yang diberikan guru pada Guided

Teaching memberikan sikap proaktif dalam mengkonstruksi jawaban dengan

organisasi konsep yang dimiliki siswa melalui kajian buku referensi, diskusi,

36

bertanya maupun berpendapat, kesemangatan tersebut memberikan pengaruh pada

pertemuan terakhir.

Siswa yang belum menunjukan keaktifan belajar yang lebih baik,

dipengaruhi oleh kesemangatan belajar kurang. Hal tersebut ditunjukan hasil

tanggapan siswa 14,28% (tabel 11) kesemangatan belajar kurang pada pembelajaran

menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.

Kesemangatan dalam mengikuti proses belajar mengajar bersumber dari faktor

internal dan eksternal dari diri siswa. Anni et al. (2006) berpendapat faktor-faktor

yang mempengaruhi proses belajar mengajar, bersumber dari kontribusi internal

dan eksternal.

1. kondisi internal

Kondisi internal mencakup kesehatan organ tubuh, kondisi psikis; seperti

kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial; seperti kondisi bersosialisasi

dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal siswa akan

berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar, siswa yang bermotivasi

rendah akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar maupun proses

belajar.

2. kondisi ekternal

Kondisi eksternal berasal dari lingkungan siswa. Beberapa faktor yang

mempepengaruhi tingkat kesulitan yang dipelajari, iklim, suasana lingkungan dan

budaya belajar malasyarakat dengan lingkungan, akan berpengaruh terhadap

kesiapan, proses dan hasil belajar.

Tanggapan siswa secara umum mengemukakan bahwa penggunaan metode

Guided Teaching dalam mengorganisasikan dapat meningkatkan kesemangatan dan

keaktifan siswa dalam belajar. Kesemangatan dan keaktifan di pengaruhi oleh

motivasi siswa dalam belajar. Anni et al. (2006) menyampaikan tentang motivasi,

bahwa motivasi mempunyai peranan yang besar dalam membuat siswa melakukan

aktifitas belajar dan dapat juga menentukan berapa banyak siswa dapat belajar dari

aktifitas yang dilakukan atau informasi yang dihadapi. Motivasi dapat berasal dari

faktor ekstrinsik berupa apresiatif lingkungan luar berupa penilaian yang diharapkan

dan faktor intrinsik dari karakteristik disiplin ilmu yang dipelajari maupaun dari

individu yang didukung oleh minat yang cukup siap. Motivasi yang kuat dapat

37

ditunjukan dengan kesungguhan siswa dalam belajar, Soeparwoto et al (2006)

menegaskan siswa yang menunjukan minat belajar, akan mempunyai keinginan

mereka tetap walaupun akan menghadapi hambatan maupun kesulitan, sehingga

kesiapan belajar yang dimilki akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan

walaupun sedikit demi sedikit dan bertahap

Partisipasi siswa aktif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara

memberikan pertanyaan serta menanggapi respon siswa secara positif,

menggunakan pengalaman terstruktur, menggunakan beberapa instrumen dan

metode variatif yang dapat melibatkan siswa lebih aktif (Cothran dan Kulinna

2008). Pembelajaran konsep juga memberikan represantasi internal seseorang

(Nasution 2009). Keaktifan siswa dalam belajar, sebagai upaya untuk meningkatkan

perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan. Siswa dapat belajar, aktif, inovatif

kreatif dan menyenangan menjadi harapan dalam proses belajar mengajar. Menurut

Djamarah dan Zain (2002) menuturkan, dalam proses belajar mengajar perhatian

siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Perhatian siswa

akan mempengaruhi pencapaiaan tujuan pendidikan, tercapainya tujuan

pembelajaran manakala siswa menacapai penguasaan materi yang diberikan dalam

pertemuan kelas.

Pengaruh metode pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan

metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, aktifitas siswa lebih

banyak aktif mengerjakan jawaban soal yang diberikan guru melalui referensi studi

pustaka, telah memberikan peluang siswa lebih aktif mandiri, baik dalam

mengindentifikasikan konsep maupun diskusi untuk menyelesaikan jawaban atas

pertanyaan yang diberikan oleh guru serta mendengarkan penjelasan guru maupun

siswa, dari proses belajar tersebut telah memberikan penguatan pemahaman yang

lebih. Trianto (2007) menuturkan pemahaman materi yang diperoleh hanya dengan

sikap perhatian saja tanpa adanya proses pengulangan, proses masuknya informasi

lebih bersifat jangka pendek, sehingga usaha yang dilakukan siswa dalam

memahami materi agar dapat tersimpan dalam memori jangka pajang, mereka harus

ada usaha mandiri melalui proses pengulangan materi secara terus menerus. Berikut

ini dokumentasi aktifitas belajar siswa menggunakan metode Guided Teaching

dalam mengorganisasikan konsep pada gambar 5 dibawah ini.

38

Gambar 5. (a). Aktifitas siswa sedang memberikan pendapat dan mendengarkan

penjelasan dari siswa. (b). Hasil pengorganisasian konsep atas penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.

Kriteria siswa yang tidak aktif, pada kelas eksperimen tidak ada, dikarenakan

siswa secara umum melakukan aktifitas belajar minimal memperoleh skor 6 dalam

aktifitas belajarnya, sehingga interpretasi aktifitasnya terendah kategori kurang aktif.

Tanggapam guru juga menunjukan penggunaaan metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan membantu siswa dalam meningkatkan keaktifan dan

kesemangatan belajar. pembelajaran dengan metode tersebut rata-rata keaktifan

siswa klasikal, menunjukan keaktifan siswa kelas eksperimen 90,81% (tabel 9).

Dari keaktifan siswa belajar pada kelas eksperimen, pembelajaran dengan metode

Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep termasuk kategori pembelajaran

efektif, karena lebih dari 75% telah menjadikan siswa aktif dalam belajar.

Mulyasa (2006) berpendapat bahwa keberhasilan suatu proses belajar

mengajar memberikan acuan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil dan

berkualitas apabila minimal 75% siswa terlibat secara aktif, baik fisik mental,

maupun sosial dalam proses pembelajaran. Pertanyaan yang diberiakan guru dalam

metode Guided Teaching dapat menjadi salah satu teknik efektif untuk menjadikan

siswa untuk belajar, sesuai dengan tanggapan guru berasal dari lembar angket yang

diberikan kepada guru, sebagai respon timbal balik terhadap pembelajaran. Bahwa

pelaksanaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada

materi sistem peredaran darah dapat membantu pemahaman siswa, meningkatkan

(a) (b)

39

semangat belajar siswa tentang konsep, meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal

tersebut menunjukan kesesuaian dalam aktifitas belajar siswa.

Aktifitas belajar siswa memberikan pengaruh besar terhadap penguasaan

pemahaman materi. Penelitian antara aktifitas siswa dan hasil belajar dilakukan

oleh Kustanti (2005) dalam penerapan strategi Jigsaw pada konsep sistem saraf di

MTs N Parakan Temanggung, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus

antara keaktifan siswa dan ketuntasan belajar. Penelitian hasil belajar terhadap

aktifitas juga dilakukan oleh Markhamah (2007), pada pokok bahasan lingkaran

dengan model pembelajaran Quantum Teaching di SMP N 15 Semarang,

menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan siswa dan

ketuntasan belajar. Sehingga data tersebut menunjukan adanya hubungan korelasi

antara aktifitas belajar dengan ketuntasan belajar.

Hasil belajar menjadi alat untuk mengetahui pencapaian siswa dalam

menguasai materi yang menjadi tujuan pembelajaran sekaligus menjadi indikator

efektif atau tidaknya suatu strategi, metode maupun pendekatan pembelajaran.

Pada penelitian ini untuk mengetahui tingkat keefektifan metode Guided Teaching

dalam mengorganisasikan konsep, maka dilakukan postes sebagai alat ukur

efektifitas pembelajaran. Anni et al. (2006) berpendapat hasil belajar siswa sebagai

indikator merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktifitas

belajar.

Keberhasilan pembelajaran yang diterapkan di MAN 1 Semarang diukur

melalui ketuntasan penguasaan materi, yang ditandai melalui tes dengan perolehan

nilai > 68, diharapkan dalam suatu kelas minimal 75% siswanya tuntas dalam

penguasaan materi. Berdasarkan hasil postes pada kelas eksperimen menunjukan

tingkat persentase ketuntasan kelas eksperimen mencapai 85% (tabel 10).

Ketuntasan belajar siswa di kelas eksperimen menunjukan peningkatan yang lebih

baik jika dibandingkan dengan hasil nilai ujian mid sebelumnya baik di kelas XI

IPA 2 sebagai kelas eksperimen maupun di kelas XI IPA 3, sehingga hipotesis

penelitian menunjukan bahwa Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep

diterapkan efektif pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang

dan mengacu pada pendapat Mulyasa (2006) pembelajaran dikatakan berhasil

40

apabila terjadi perubahan perilaku yang positif, pada diri siswa minimal 75% yang

ditandai dengan ketuntasan hasil belajar siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan organisasi konsep diteliti oleh Erman

(2006) di SMUN 5 and SMUN 8 Kediri pada materi kimia dengan menggunakan

strategi latihan mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep

abstrak siswa. Herunata et al. (2006) melakukan penelitian tentang pemahaman

konsep elektrokimia di SMA I Al Ma’arif Singosari dengan Learning Cycle 5 fase

berbantuan bahan ajar terpadu berbasis pendekatan makroskopis-mikroskopis,

menunjukan hasil belajar yang lebih baik. Azis dan Jair (2009) juga melakukan

penelitian tentang penggunaan peta konsep di sekolah Selangor Malaysia, pada

mata pelajaran Sejarah, hasilnya menunjukan dapat meningkatkan pencapaian hasil

belajar. Berdasarkan tiga sumber penelitian tentang konsep menunjukan, bahwa

pemahaman konsep materi dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktifitas siswa, hal

tersebut tentunya didukung oleh strategi, model, metode serta pendekatan

pembelajaran yang tepat.

Metode Guided Teaching dalam mengorganisisikan konsep, telah

mendorong keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, memberikan pengaruh

terhadap otak untuk terlatih dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga

keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan daya

ingat yang lebih, bila dibandingkan siswa hanya membaca teks atau mengingat

sementara (Hartono 2007). Melalui metode tersebut, siswa merefleksikan

pengalaman pembelajaran menjadi pengetahuan yang baru. Trianto (2007)

menyampaikan sebagai upaya dalam memasukan pemahaman materi kedalam

memori jangka panjang, maka dapat dilakukan dengan cara latihan pengulangan

organisasi informasi. Tingkat pemrosesan informasi, semakin banyak proses mental

yang harus dilakukan terhadap stimulus, maka semakin banyak mengingat stimulus.

Ausubel (Dahar 1988, dalam Trianto 2007), berpendapat dalam membantu

siswa menanamkan pengetahuan baru dalam suatu materi, sangat diperlukan konsep-

konsep awal yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan

dipelajari, itulah suatu proses belajar bermakna. Jeromer Burner (Dahar 1988, dalam

Trianto 2007) dalam teori belajar penemuan (discovery learning) menyarankan agar

siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan

41

prinsisp-prinsip agar mereka memperoleh pengalaman dan dapat pula melakukan

eksperimen-eksperimen yang dapat memberikan prinsip-prinsip secara mandiri.

John et al (2004) menyampaikan dalam mengkonstruksi konsep dapat dilakukan

dengan membaca secara komprehensip, melalui strategi: 1) mengaktifkan

pengetahuan awal, 2) membuat pertanyaan, 3) mencari informasi, 4) meringkas, 5)

mengorganisasikan grafik/ tulisan dan 6) identifikasi struktur cerita.

Hasil tanggapan siswa terhadap pembelajaran Guided Teaching dalam

mengorganisisikan konsep, berpendapat metode tersebut membantu dalam hal;

pemahaman materi, menghubungkan antar materi, meningkatkan motivasi serta

meningkatkan aktifitasnya. Melalui kegiatan belajar konsep ada beberapa

manfaatyang diperoleh siswa sebagai berikut:

1. mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam

mengategorisasikan beberapa stimulus terbatas.

2. merupakan unsur-unsur pembangun berpikir

3. merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi

4. diperlukan untuk memecah masalah (Suprijono 2007).

Bull dan Ma (2001) berpendapat penggunaan strategi pembelajaran yang

tepat dapat menjadikan konsep yang rumit menjadi lebih mudah, dapat

menghubungkan petunjuk konsep secara jelas dan pengajaran guru yang

menjemukan menjadi pengajaran menyenangan. Aziz dan Jair (2009) mengatakan

bahwa guru dapat berinisiatif untuk menggunakan teknik pengajaran peta konsep

pada semua mata pelajaran sebagai satu cara untuk meningkatkan minat dan

pencapaian hasil belajar siswa, senada dengan hal tersebut, guru menyampaikan

bahwa pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep dapat diterapkan dalam pembelajaran pada materi yang

lain.

Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru pada penerapan metode Guided

Teaching dalam mengorganisasikan konsep, dapat menjadi salah satu teknik efektif

untuk menjadikan siswa dapat belajar. Pertanyaan interaktif menjadi dasar semua

strategi pembelajaran dan dapat menjadi pertimbangan dalam proses pembelajaran.

Fungsi pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa, menurut Kauchak dan Eggen

(1998) diantaranya sebagai berikut.

42

a) Menilai pemahaman yang dimiliki (assessing current understanding)

Pertanyaan interaktif menjadi strategi alat evaluasi pemahaman informal

yang dimiliki dalam topik yang dipelajari, pertanyaan guru juga dapat menjadi

sumber informasi apakah siswa mengetahui atau tidak mengetahui, bagaimana

mereka berfikir dalam suatu topik dan apakah mereka memiliki salah konsep.

Pembelajaran yang efektif dapat disimpulkan melalui pemahaman siswa yang

mengacu kepada respon atas pertanyaan yang dibuat guru. Berikut ini studi kasus

pada proses belajar mengajar dalam menggunakan metode Guided Teaching dalam

pengorganisasian konsep yang dilakukan siswa pada kelas eksperimen pada

gambar 6 dibawah ini.

Gambar 6. Hasil pengorganisasian konsep dari siswa dalam

kegiatan proses belajar di kelas eksperimen

Berdasarkan gambar diatas menunjukan pengorganisasian konsep yang

dilakukan oleh siswa dalam materi komponen darah. Pembagian komponen darah

dengan model jaringan (network tree) dari konsep general ke konsep spesifik (Nur

2000, dalam Trianto 2007), namun ada beberapa konsep yang menjadi kesulitan

siswa dalam memahaminya. Terlihat pada gambar, konsep berupa bentuk dan

fungsi antara sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) terjadi

kekeliruan. Pada gambar tampak bentuk antara sel eritrosit dan sel leukosit tampak

sama berupa bikonkaf dan bentuknyapun belum jelas karakteristiknya. Penjelasan

konsep sel eritrosit berentuk bikonkaf tanpa inti pada mamalia harus jelas dan begitu

juga dengan konsep pada jenis sel leukosit yang berinti dengan bentuk granula

(granulosit) berupa basofil, eosinofil maupun neutrofil serta sel leukosit yang tidak

43

bergranula (agranulosit) berupa monosit dan limfosit. Siswa mengalami kesulitatan

untuk memahami konsep materi tersebut dan siswa kesulitan menghubungkan antar

satu kesatuan konsep dalam komponen darah pada sistem peredaran darah.

Siswa yang mengalami kendala pembelajaran dengan menggunakan metode

Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran

darah, tanggapannya cukup tinggi berkisar 42,86% (tebel 11). Kesulitan mereka

umumnya dalam mengidentifikasikan konsep ataupun memahami suatu konsep pada

materi, dari tanggapan siswa menunjukan beberapa siswa mengalami kesulitan

dalam menghubungkan konsep yang satu dengan yang lain, hal tersebut memberikan

peran bagi guru sangat besar dan harus lebih proaktif dalam membimbing konsep

dan memberikan contoh konsep yang benar kepada siswa. Penggunaan metode pada

kelas eksperimen secara umum 95,42% (tabel 11) siswa berpendapat dapat

membantu menghubungkan antar sub materi peredaran darah atau materi Biologi

lainnya.

Erman (2006) menuturkan kesulitan yang dialami siswa dalam

pengorganisasian konsep seringkali siswa belum bisa mengindentifikasi konsep

dalam suatu kalimat sampai paragrap. Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan

kemampuan guru dalam mengarahkan siswa dalam pembelajaran atau melalui

diskusi kelompok, bahkan guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan

singkat untuk memberikan arah kepada siswa tentang suatu konsep yang belum

teridentifikasi oleh siswa, dengan cara demikian siswa menjadi lebih mudah dalam

memahami suatu konsep.

Peran guru dalam menerapkan metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep memiliki peran yang besar sebagai evaluator terhadap

konsep yang dimiliki siswa. Dari evaluasi tersebut guru dapat memberikan

bimbingan dan penguatan akan konsep-konsep yang benar, dengan cara demikian

siswa bisa lebih memberikan pesan lebih kuat dalam memorinya, karena

pemahaman yang mereka miliki berdasarkan, pada konsep yang mereka pahami

secara mandiri. Hal tersebut dapat memberikan manfaat sikap mandiri, kritis dan

menstimulus untuk terbukanya diskusi ilmiah, dari tanggapan siswa menguatkan

bahwa penggunaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep

44

pada sistem peredaran darah, dapat membantu menghubungkan antar sub materi

sistem peredaran darah atau dengan materi Biologi lainnya.

Magliaro et al. (2005) berpendapat guru dalam menjabarkan konsep materi,

perlu dikaitkan dengan pemahaman awal siswa, melalui keaktifan dalam

memberikan contoh konsep dan melakukan penilaian terhadap kemajuan

pemahaman konsep. Sehingga siswa dapat terhindar dari konsep yang keliru

Menurut Mulyati (2005) belajar konsep hendaknya dapat memperbaiki konsep yang

salah (ill defined concept). Teori pembelajaran berbasis kognitif menekankan agar

siswa dapat menyimpan pengetahuan melalui memori jangka panjang. Jika siswa

dapat menggunakan memori jangka panjang, maka siswa dapat menghubungakan

pengetahuan secara terstruktur dan pengetahuan tersebut dapat digunakan ketika

suatu saat diperlukan (Jamudin 2002, dalam Aziz dan Jair 2009).

Pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep pada sistem peredaran darah sudah tepat diterapkan

pada siswa jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau setara dengan Madrasah

Aliyah (MA). Soeparwoto et al. (2006) menyampaikan bahwa usia 11 tahun ke atas

merupakan tahapan formal operasional yakni pada tahap ini tiap individu dapat

mengembangkan pikiran formalnya, mereka dapat menggunakan logika, rasio dan

kemampuan abstraksinya, dengan melibatkan dalam suatu kegiatan akan

memberikan pengaruh lebih positif dari pada sekedar menonton. Kegiatan praktik

lebih baik dari pada kegiatan teori, namun demikian keduanya semestinya saling

beriringan antara penguasaan praktik dan teori.

b). Meningkatkan motivasi pembelajar (increasing learner motivation)

Pertanyaan efektif dapat melatih siswa untuk berfikir penuh tantangan dan

menyikapi masalah dengan penuh percaya diri. Pertanyaan yang telah didesain

tujuannya akan memberikan kondisi efek meningkatkan motivasi siswa. Disamping

itu, pertanyaan yang diberikan oleh guru, menjadikan siswa dapat mengukur tingkat

penguasaan materi secara mandiri, sehingga mereka dapat mendiagnosa kesulitan

materi, sekaligus dapat mengatur strategi fokus materi yang harus dipelajari secara

mendalam, begitu juga dengan pembelajaran menggunakan metode Guided

Teaching dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan motivasi siswa

untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

45

c). Membimbing pembelajaran baru (guided new learning)

Pertanyaan guru sebagai aturan instruksional dapat membantu siswa untuk

menghubungkan ide baru dan mengintegrasikan pembelajaran baru dengan

pemahaman yang dimiliki. Pertanyaan pada metode Guided Teaching dalam

mengorgaisasikan konsep memberikan pengaruh terhadap penguasaan materi lebih

bersifat berkesan, karena dibangun atas pengetahuan lama yang dimiliki siswa dan

diperbaharuhi dengan pengetahuan baru. Strategi pertanyaan guru untuk menjadi

efektif, harus dapat membuat siswa berfikir, sehingga harus dibuat perencanaan

yang terbaik dan dalam pelaksanannya menjadi kurang bernilai jika tidak membuat

siswa berfikir.

Guru dan siswa berpendapat ada manfaat penggunaan metode Guided

Teaching dengan mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah

diantaranya dalam peningkatan pemahaman materi, aktifitas belajar dan motivasi

belajar. Erman (2006) berpendapat melibatkan siswa dalam pengorganisasian

konsep dapat mengurangi kepasifan siswa dan memacu minat serta partisipasi

mereka dalam proses belajar mengajar secara bermakna. Pengorganisasian konsep

juga dapat melatih siswa untuk belajar efektif dan efisien. Melalui pengorganisasian

konsep, siswa menjadi lebih proaktif dalam mengorganisasikan pengetahuan dan

siswa berusaha mengkonstruk pengetahuannya.

Manfaat pengorganisasian konsep, bagi guru dapat menjadi alat diagnosis

letak kesulitan siswa dalam memahami konsep pada suatu hirarki konsep. Melalui

pengorganisasian konsep, guru dapat mengetahui konsep-konsep yang tidak atau

belum dipahami siswa dengan benar, selain itu guru juga dapat mengetahui letak

terputusnya rantai pemahaman siswa dalam suatu hirarki konsep yang saling

berkaitan. Dengan demikian, guru dapat merumuskan tindakan yang efektif untuk

membantu siswa dalam belajar bermakna (Erman dan Wismana dalam Erman

(2006). Anni et al. (2006) mengingatkan bahwa guru dalam memberikan tugas

hendaknya memperhatikan jangkauan kemampuan siswa dalam menyelesaikan

tugas, jangan sampai menimbulkan titik balik yang menimbulkan efek negatif dalam

46

pembelajaran, semestinya tugas-tugas yang diberikan, mendukung antara

penguasaan materi dan tingkat perkembangannya.

Erman (2006) berpendapat dalam pembelajaran mengorganisasikan konsep,

siswa harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik setiap konsep dan hubungan

saling keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya, dengan kata lain siswa

harus menguasai materi tersebut dengan baik terlebih dahulu atau mengetahui

langkah-langkah dalam mengorganisasikan konsep. Kesulitan-kesulitan yang ada

dalam pembelajaran, guru dituntut proaktif dalam memberikan bimbingan, namun

demikian penerapan metode tersebut sebetulnya lebih mudah dalam pelaksanaannya

karena guru memberikan materi sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki siswa,

sehingga ini lebih efisien dan efektif, senada dengan itu, guru juga berpendapat

tentang metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep bahwa

penerapannya lebih mudah, karena guru memberikan materi sesuai dengan

kebutuhan yang dikehendaki siswa, sehingga ini lebih efisien dan efektif.

Penggunaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep,

jika dibandingkan peta konsep, sebetulnya kedua metode tersebut mempunyai

kesamaan dalam pembentukan identifikasi konsep, namun ada beberapa perbedaan.

Pembelajaran metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep,

identifikasi konsep dilakukan oleh siswa, berdasarkan pertanyaan yang diberikan

guru untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa. Pembelajaran

menggunakan peta konsep mempunyai dua tipe. Tipe pertama, peta konsep

dibentuk melalui identifikasi konsep yang dilakukan siswa berdasarkan topik yang

diberikan guru. Tipe kedua, pembelajaran peta konsep hanya sebagai media

pembelajaran untuk melengkapi metode ceramah serta siswa hanya dikondisikan

untuk aktif mendengarkan (Aziz dan Jair 2009, Erman dan Sukirman 2002 dalam

Erman 2006), sehingga dapat dikatakan bahwa metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep merupakan pengembangan dari metode peta konsep.

Hasil tanggapan guru maupun siswa terhadap penggunaan metode Guided

Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada pembelajaran sistem peredaran

darah, berpendapat metode tersebut dapat diterapkan pada materi Biologi yang lain

ataupun materi pelajaran selain Biologi. Silberman (2009) metode Guided Teaching

sangat tepat diterapkan pada materi khususnya yang bersifat abstrak. Hal itu perlu

47

diupayakan, mengingat metode tersebut inovatif serta efektif dalam meningkatkan

pemahaman siswa yang ditunjukan dengan hasil belajar dan aktifitas siswa, oleh

karenanya dalam rangka peningkatan kualitas proses belajar mengajar metode

tersebut sangat tepat dikombinasikan dengan metode, strategi ataupun model

pembelajaran lainnya.

48

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

disimpulkan metode bahwa melalui penerapan metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep, efektif dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dan

ketuntasan hasil belajar pada materi sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang.

B. Saran

Penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep,

pada penelitian yang lain, perlu persiapan lebih optimal dalam penerapan metode

tersebut antara kesesuaian alokasi waktu pembelajaran dan ketepatan soal yang

diberikan kepeda siswa sesuai dengan referensi yang dimilikinya. Penerapan metode

tersebut disarankan tidak dalam pembelajaran pada frekuensi yang lama, hal itu

untuk menghindari kejenuhan siswa, sehingga metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep, dapat menjadi inovasi dan kolaborasi pembelajaran

yang efektif.

48

49

DAFTAR PUSTAKA

Anni, C.T. Rifa’i RC, A. Purwanto, E. Purnomo, D. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT

Bumi Aksara. ________________. 2008. Penilitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aziz, Z & Jair N. 2009. Penggunaan peta konsep untuk meningkatkan pencapaian

mata pelajaran sejarah bagi pelajar tingkatan dua (the use of concept maps in improving achievement in the subject of history for form two students). Jurnal Pendidikan Malaysia. 34 (1): 3–15. On line at. http://www.pdfchaser.com. [diakses 21 Januari 2011].

(BNSP) Badan Nasional Standar Pendidikan. 2007. Silabus untuk SMA/ MA.

Jakarta: Badan Nasional Standar Pendidikan. Bu ll, S & Ma, Y. 2001. Raising learner awareness of language learning strategies in

situations of limited resources. Interactive Learning Environments 9 (2): 171-200. On line at. http://www.ingentanconnect.com. [diakses 27 Mei 2009].

Cothran, D.J. & Kulinna P.H. 2008. Teachers' knowledge about and use ofteaching models. Education Periodicals 65 (3): 122. On line at. http://www.findarticles.com. [diakses 27 Mei 2009].

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, S.B & Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Erman. 2006. Latihan mengorganisasi konsep untuk meningkatkan kemampuan

siswa berpikir konkrit memahami konsep abstrak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 13, ( 1):45-53

Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. ______________2007. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta: PT Bumi Aksara. Hartono, J. 2007. Filosofi, Pendekatan dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus

untuk Dosen dan Mahasiswa. Yogyakarta: Andi.

49

50

Herunata, O. Laurent. Sulistina,O. 2006. Upaya pemahaman konsep elektrokimia di SMA I Al Ma’arif Singosari dengan learning cycle 5 (LC-5E) fase berbantuan bahan ajar terpadu berbasis pendekatan makroskopis-mikroskopis. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 13, (1): 86-96.

John T. Guthrie, Allan W, Pedro B, Kathleen C. Perencevich, Ana T, Marcia H.

Davis, Nicole T. Scafiddi, Stephen T. 2004. Increasing Reading Comprehension and Engagement Through Concept-Oriented Reading Instruction. Journal of Educational Psychology, 96 (3): 403–423. On line at. http://www.cori.umd.edu. [diakses Januari 2011].

Kauchak, D.P & Eggen, P. 1998. Learning Teaching Reseach-Based Methode.

United States of America (USA): A Viacom Company. Kustanti, E.H. 2005. Penerapan Strategi Jigsaw untuk Meningkatkan Keaktifan dan

Hasil Belajar Siswa Kelas II MTs N Parakan Temanggung pada Konsep Sistem Saraf. Skripsi. Semarang: Unnes

Nasution S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:

PT Bumi Aksara. Nurohman, S. 2008. Peningkatan thinking skills melalui pembelajaran IPA berbasis

konstruktivisme di sekolah alam. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 11 (1): 121-136.

Magliaro, S.G. Lockee, B.B. Burton, J.K. 2005. direct instruction revisited: a key

model for instructional technology. Education Periodicals. 53 (4): 41. On line at. http://www.pdfchaser.com. [diakses 27 Mei 2009].

Markhamah. S. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Pembelajaran Quantum Teaching pada Pokok Bahasan Lingkaran Siswa Kelas VIII A Semester II SMP N 15 Semarang. Skripsi. Semarang: Unnes.

Mulyasa, E. 2006. Kurukulum yang Disempurnakan pengembangan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakata: Andi. Rustaman, N.Y. Dirdjosoemarto, S.Yudianto. S. A. Achmad, Y. Subekti, R.

Rochintaniawati, D. Nurjhani, K. M. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurs. Pendidikan Biologi FMIPA UPI.

Rosyada, D. 2007. Paradigma Pendidikan Demokrasi sebuah Model Pelibatan

Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Silberman, M. 2009. Acive Learning 101 Strategi Pembelajarn Aktif. Bandung:

Pustaka Insan Mandiri.

51

Soeparwoto. Hendriyani, R. Litfiah. 2006. Psikologi Perkembangan. Semarang: Unnes press.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suprijono, A. 2007. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Zaini, H. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: IAIN

Sunan Kalijaga.

52

LAMPIRAN-LAMPIRAN

53

SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Tingkat Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri I Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas /Semester : XI (sebelas) IPA / I Standar kompetensi : 3. menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang

mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas Alokasi waktu : 12 x 45 menit

Kompetensi Dasar

Indikator Pembelajaran Materi Pembelajaran Kegiatan

Pembelajaran Penilaian

Alokasi

Waktu

Sumber Belajar

3.1 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah

a. Menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan fungsinya.

b. Membuat skema proses pembekuan darah.

c. Menjelaskan hubungan struktur jantung dan fungsinya.

d. Menjelaskan

• Komponen penyusun sistem peredaran darah manusia: 1. Darah 2. Jantung 3. Pembuluh darah

• Jantung, pembuluh darah dan peredaran darah.

• Penggolongan darah

• Studi membaca untuk mengidentifikasi konsep sistem peredaran darah.

• Guided Teaching Mengorganisasikan konsep

• Menguji golongan darah

1. Postes

2. aktifitas siswa

Instrumen penilaian:

1. Soal postes

12x45 menit

1. Biologi untuk SMA kelas XI.

2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1

3. Darah

Lampiran 1. Silabus

54

hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya.

e. Menjelaskan proses peredaran darah manusia.

f. Menentukan golongan darah

g. Menjelaskan sistem limfe

h. Mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan sistem limfe

i. Mendiskripsikan gangguan/penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia serta implikasinya terhadp Sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat.

j. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata.

k. Mendiskripsikan

• Sistem limfe. • Gangguan/

penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia.

• Teknologi pada sistem peredaran darah.

• Sistem peredaran darah hewan invertebrata dan vertebrata.

2. Lembar observasi siswa

3. Lembar tanggapan Siswa dan guru

55

Semarang, September 2010

Mengetahui, Kepala MAN I Semarang Guru Biologi, Peneliti,

Drs. Syaefudin, M. Pd Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 19651015 199203 1 003 NIP 195906231985008 NIM 4401406591

sistem peredaran darah pada hewan vertebrata.

56

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN

Sekolah : MAN 1 Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : XI IPA/ I Standar Kompetensi : 3.Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan

tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas.

Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah.

Indikator : 1. Menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan fungsinya. 2. Membuat skema proses pembekuan darah.

Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 1)

A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan

fungsinya 2. Siswa dapat menjelaskan skema proses pembekuan darah.

B. Materi Pembelajaran Komponen sistem peredaran darah

C. Metode Pembelajaran Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.

D. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (15menit)

1. Guru membuka pelajaran 2. Guru memberikan motivasi dan apersepsi tentang darah. 3. Guru memberikan penjelasan penerapan metode Guided Teaching dalam

mengorganisasikan konsep. b. Kegiatan Inti (65 menit)

1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. a. Jelaskan dengan skema pembagian darah (beri keterangan gambar

struktur dan fungsinya masing-masing? b. Jelaskan dengan skema/ bagan mekanisme penggumpalan darah? c. Jelaskan penggolongan darah dengan kolom?

2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama

membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan

konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa /

dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.

c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi. 2. Guru menutup pelajaran.

Lampiran 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen

57

E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 80-101. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1. Hal 127-157

F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda.

Semarang, September 2010

Guru Biologi Peneliti, Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 195906231985008 NIM 4401406591

Mengetahui, Kepala MAN I Semarang

Drs. Syaefudin, M.Pd. NIP 19651015 199203 1 003

58

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN

Sekolah : MAN 1 Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : XI IPA/ I Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan

hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas.

Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah.

Indikator : 1.Menjelaska hubungan bagian-bagian jantung dan fungsinya. 2. Menjelaskan hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya. 3. Menggambarkan proses peredaran darah manusia.

Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 2)

A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan hubungan bagian-bagian jantung dan fungsinya. 2. Siswa dapat menjelaskan hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya. 3. Siswa dapat menjelaskan proses peredaran darah manusia.

B. Materi Pembelajaran Jantung, pembuluh darah dan peredaran darah.

C. Metode Pembelajaran Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.

D. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (15menit)

1. Guru membuka pelajaran 2. Guru memberikan motivasi dan apersepsi peran jantung. 3. Siswa duduk berkelompok 2 orang.

b. Kegiatan Inti (65 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa.

a. Gambarkan struktur jantung beserta fungsinya? b. Jelaskan jenis pembagian pembuluh darah dalam bentuk skema? c. Jelaskan dengan skema proses peredaran darah?

2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama

membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan

konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa

dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.

c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi 2. Guru menutup pelajaran 3.

59

E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 80-101. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1. Hal 127-157

F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda.

Semarang, 10 September 2010 Guru Biologi Peneliti, Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 195906231985008 NIM 4401406591

NIM 4401406591

Mengetahui, Kepala MAN I Semarang

Drs. Syaefudin, M.Pd. NIP 19651015 199203 1 003

60

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN

Sekolah : MAN 1 Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : XI IPA/ I Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan

hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas.

Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah

Indikator : 1. Siswa dapat menjelaskan sistem limfe 2. Mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan

sistem limfe 3. Menjelaskan gangguan/penyakit yang terjadi pada

sistem peredaran darah manusia serta implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 3)

A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan sistem limfe 2. Siswa dapat mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan sistem

limfe 3. Siswa dapat menjelaskan gangguan/penyakit yang terjadi pada sistem

peredaran darah manusia serta implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

B. Materi Pembelajaran a. Sistem limfe. b. Gangguan/ penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah c. Penerapan teknologi pada sistem peredaran darah.

C. Metode Pembelajaran Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.

D. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

1. Guru membuka pelajaran 2. Guru memberikan motivasi dan apersepsi tentang kelainanan sistem

peredaran darah. 3. Siswa duduk berkelompok 2 orang

b. Kegiatan Inti (70 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa.

a. Deskripsikan hubungan peran sistem limfe dan sistem peredaran darah?

b. Jelaskan dengan skematis sistem peredaran sistem limfe? c. Jelaskan organ penghasil kelenjar limfe? d. Jelaskan contoh gangguan/penyakit sistem peredaran darah hubungan

keterkaitan sains lingkungan, teknologi dan masyarakat pada sistem peredaran darah?

61

Contoh:

2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama

membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan

konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa

dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya dan berpendapat kepada siswa.

c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi dan

memberikan motivasi 2. Guru menutup pelajaran

E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 80-101. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1. Hal 127-157

F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda.

Semarang, September 2010 Guru Biologi Peneliti, Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 195906231985008 NIM 4401406591

Mengetahui, Kepala MAN I Semarang

Drs. Syaefudin, M.Pd.

NIP 19651015 199203 1 003

Masyarakat; 1. penderita hipertensi 2. penderita stroke 3. Leukimia 4. Malaria

Teknologi; a. tensimeter darah

(Sphygmomanometer) b. operasi jantung dan

pembuluh darah (operasi bypass)

c. Kemoterapi

Lingkungan: 1. pola makan yang

tidak baik 2. Parasit

Sains; sistem peredaran darah

Salingtemas

62

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN

Sekolah : MAN 1 Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : XI IPA/ I Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan

hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas.

Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah

Indikator : Menentukan golongan darah Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 4)

A. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mengetahui cara menentukan golongan darah B. Materi Pembelajaran

Praktikum penentuan golongan darah C. Metode Pembelajaran

1. Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. 2. Praktikum

D. Langkah-langkah Pembelajaran b. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

1. Guru membuka pelajaran. 2. Guru memberikan motivasi dan mengingatkan materi sebelumnya. 3. Siswa duduk berkelompok (4-5 orang)

c. Kegiatan Inti (35 menit) 1. Guru menjelaskan petunjuk praktikum uji golongan darah. 2. Guru meminta tiap kelompok melakukan uji golongan darah. 3. Siswa melakukan praktikum uji golongan darah. 4. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa. 5. Tiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil praktikumnya. 6. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan

konsep. 7. Guru membuka kesempatan bertanya kepada siswa.

d. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru memberikan motivasi. 2. Guru menutup pelajaran.

E. Sumber Belajar 1 Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 186-196 2 Biologi untuk SMA kelas XI Semester 2. Hal 117-126. 3 Darah.

F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda

63

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRAKTIKUM UJI GOLONGAN DARAH

MAN 1 SEMARANG Nama Kelompok : Anggota Kelompok : 1…………. dst 1. Tujuan Praktikum

1. Siswa mengetahui cara penentuan golongan darah 2. Siswa mengetahui golongan darah probandus.

2. Alat dan Bahan Alat: Bahan: 1. blood shet 1. alkohol 70% 2. plat tetes/ gelas benda 2. darah 3. tisue 3. Serum anti A, serum anti B 4. kertas label

3. Cara Kerja 1. ambil darah probandus bagaian jari manis atau tengah bagian kiri pada

tangan kiri dalam keadaan steril dengan menggunakan blood shet 2. teteskan darah yang telah diambil pada plat tetes ± 1 tetes, sebanyak tiga

tempat. 3. teteskan serum anti A (kode A), serum anti B (kode B) dan serum anti AB

(kode C) ± 1 tetes pada plat tetes yang ada darahnya. 4. amati ada dan tidak adanya aglutinasi/ penggumpalan

4. Data Pengamatan Nama Probandus:……………………..

Jenis S Serum Darah Probandus

Keterangan A

(1 tetes serum Anti A) B

(1 tetes serum Anti B) C

(1 tetes serum anti AB)

Darah

Keterangan: + = ada aglutinasi (menggumpal) - = tidak ada aglutinasi

5. Pertanyaan Jelaskan mengapa terjadi aglutinasi/tidak aglutinasi pada darah probandus? ..........................................................................................................................................................................................................................................................

6. Kesimpulan .............................................................................................................................

64

Keterangan:

1. Plus (+) anti A menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah A

2. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah B

3. Plus anti A menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah AB

4. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah O

Semarang, September 2010 Guru Biologi Peneliti, Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 195906231985008 NIM 4401406591

Mengetahui, Kepala MAN I Semarang

Drs. Syaefudin, M.Pd.

NIP 19651015 199203 1 003

65

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN

Sekolah : MAN 1 Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : XI IPA/ I Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan

hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas.

Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah

Indikator : 1. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata.

2. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan vertebrata.

Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 5) A. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata.

2. Siswa dapat mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan vertebrata. B. Materi Pembelajaran

Sistem peredaran darah hewan invertebrata dan vertebrata. C. Metde Pembelajaran

Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. D. Langkah-langkah Pembelajaran

a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1. Guru membuka pelajaran. 2. Guru memberikan apersepsi tentang contoh peredaran darah pada hewan

invertebrata. 3. Siswa duduk berkelompok 2 orang.

b. Kegiatan Inti (70 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa.

a. Jelaskan ciri khas struktur jantung pada hewan avertebrata (serangga, cacing) dan vertebrata?

2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama

membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan

konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa

dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.

c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi. 2. Guru menutup pelajaran.

66

E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 186-196. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 2. Hal 117-126.

F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda

Semarang, September 2010 Guru Biologi Peneliti, Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 195906231985008 NIM 4401406591

Mengetahui,

Kepala MAN I Semarang

Drs. Syaefudin, MPd. NIP 19651015 199203 1 003

67

1. Bagian komponen darah yang berfungsi mengangkut oksigen adalah... A. albumin B. fibrinogen C. serum D. hemoglobin E. leukosit

2. Eritrosit mamalia berbeda dengan leukosit dalam hal... A. eritrosit tidak mempunyai

membran sel B. eritrosit mempunyai nukleus C. eritrosit tidak mempunyai

nukleus D. eritrosit tidak mempunyai

sitoplasma E. eritrosit jumlahnya relatif sedikit

3. Serum darah merupakan bagian dari... A. trombosit B. leukosit C. eritrosit D. monosit E. plasma darah

4. Gambar X adalah sel... A. eritrosit B. leukosit

C. neutrofil D. limfosit E. monosit

5. Pada skema diatas gambar yang ditunjukan kode X adalah... A. fibrin B. eritrosit C. protombin D. keping darah E. thrombin

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembekuan darah, Kecuali... A. Tromboplastin B. Trombokinase C. Ion Ca D. Vitamin K E. Ion K

7. Antigen-antigen dalam eritrosit yang membuat peka terhadap penggumpalan darah disebut... A. aglutinogen B. sistem imun C. aglutinin D. antibodi E. aglutinasi

X

X ...........

fibrino .........

Luka

LEMBAR SOAL POST TEST SISTEM PEREDARAN DARAH MAN 1 SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Petunjuk : 1. Tulis identitas diri pada lembar jawab post test

2. Pilihlah jawaban pada huruf A, B, C, D, atau E yang paling tepat dengan tanda silang (X) di lembar jawab

3. Apabila melakukan perbaikan (revisi) jawaban, maka pilihan jawaban revisi ditulis garis dua sejajar secara mendatar.

Misal jawaban A diganti jawaban D A

B C D E

Lampiran 3. Lembar soal postest

68

8. Golongan darah yang tidak mempunyai aglutinin... A. A D. O B. B E. AB C. AB dan O

9. Pernyataan yang benar tentang gol darah B... A. ada aglutinogen A B. tidak ada aglutinogen B C. ada serum anti A D. tidak ada seum anti A E. ada antigen A dan B

10. Jika darah seorang ditetesi serum anti A tidak menggumpal dan ditetesi serum anti B menggumpal, kemungkinan golongan darahnya... A. A B. AB C. A dan AB D. O E. B

11. Valvula trikuspidalis terletak diantara… A. serambi kanan dan bilik kanan B. bilik kanan dan bilik kiri C. bilik dan aorta D. serambi kanan dan bilik kanan E. serambi kiri dan bilik kir

Gambar untuk soal no 12

12. Bagian yang ditunjuk Y adalah... A. katup trikuspidalis B. katup aortik C. katup bikuspidalis D. katup pulmonari E. sekat antar bilik

13. Darah dari bilik kanan akan di pompa lewat... A. aorta B. vena kava superior C. arteri pulmonalis D. vena kava inperior E. vena pulmonalis

14. Pada saat sistol, darah aerasi (darah bersih) dipompa melalui... A. serambi kiri B. bilik kiri C. bilik kanan D. serambi kanan E. vena cava pulmonalis

15. Berikut ini perbedaan pembuluh arteri dengan pembuluh vena yang tepat...

Pembuluh arteri Pembuluh Vena A Tidak elastic Elastis B Dinding

pembuluh tebal Dinding

pembuluh tipis C Umumnya

mengandung CO2 Umumnya

mengandung O2 D Letak

dipermukaan Letak didalam

tubuh E Tekanan rendah Tekanan tinggi

16. Secara umum tekanan darah

manusia normal sebesar... A. 160/30 mmHg B. 120/80 mmHg C. 100/20 mmHg D. 150/30 mmHg E. 90/60 mmHg

17. Sifat pembuluh getah bening (limfa) adalah berikut ini, kecuali… A. mekanisme pengedaran

dipengaruhi oleh otot rangka B. berwarna kuning C. memproduksi limfosit D. mengedarkan oksigen dan

karbondioksida E. mampu mengangkut lemak

Y

69

18. Pembuluh limfa dada (ductus limfatikus toraksikus) merupakan muara dari cairan limfa yang berasal dari... A. kepala B. leher C. paru-paru D. lengan kanan E. kaki

19. Kelainan sistem peredaran darah yang menyebabkan darah sukar membeku... A. anemia B. varises C. leukimia D. talasemia E. hemofilia

20. Leukemia dapat disembuhkan melalui....

A. tensimeter (sphymomanometer)

B. transfusi darah C. kemoterapi D. operasi E. pola makan yang baik

21. Malaria dan demam berdarah dapat menyebabkan anemia yang disebabkan oleh faktor... A. gizi B. parasit C. keturunan (genetis) D. umur E. usia

22. Hewan berikut yang sistem peredaran darahnya terbuka adalah...

A. pisces B. amphibian C. belalang D. Annelida E. Reptilia

23. Pada sistem peredaran darah ikan, darah dari seluruh tubuh di pompa ke jantung melalui vena berkumpul pada… A. konus arteriosus B. vena cardinalis posterior C. sinus venosus D. vena porta renalis E. vena cardinalis anteriol

24. Foramen panizze terdapat pada sebagian kelompok hewan… A. mamalia B. pisces C. reptilia D. amphibi E. aves

25. Berikut ini pernyataan yang benar tentang sistem peredaran darah vertebrata... A. jantung ikan hanya terdiri dari

satu ruang B. jantung katak terbagi menjadi

tiga ruang C. foramen panizze terdapat pada

aves D. aves mempunyai sistem

peredaran darah tunggal dan tertutup

E. reptil mempunyai peredaran darah tunggal

70

KUNCI JAWABAN SOAL POST TEST

1. D 2. C 3. E 4. C 5. C 6. E 7. A 8. E 9. C 10. B 11. C 12. A 13. C 14. B 15. B 16. B 17. D 18. E 19. E 20. C 21. B 22. C 23. C 24. C 25. B

Lampiran 4. Kunci jawaban soal postest

71

KISI-KISI SOAL MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Tingkat Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri I Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas /Semester : XI (sebelas) IPA / I Standar kompetensi : 3. menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang

mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas Alokasi waktu : 12 x 45 menit

Kompetensi Dasar

Indikator Pembelajaran Nomor Soal

3.2 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah

1. Menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan fungsinya. 1,2, 3,4

2. Membuat skema proses pembekuan darah 5, 6

3. Menjelaskan hubungan struktur jantung dan fungsinya. 11, 12 4. Menjelaskan hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya. 13, 14, 15, 16 5. Menjelaskan proses peredaran darah manusia 27, 28 6. Menentukan golongan darah. 7, 8, 9, 10 7. Menjelaskan sistem limfe 18 8. Mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan sistem limfe 17 9. Mendiskripsikan gangguan/penyakit serta implikasinya terhadap sains,

lingkungan, teknologi dan masyarakat. 19, 21

10. Menjelaskan penerapan teknologi pada sistem peredaran darah 20 11. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata 22 12. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan vertebrata 23, 24, 25

Lampiran 5. Kisi-kisi soal postest

72

JENJANG KOGNITIF BLOOM SOAL POSTES

MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH KELAS XI IPA MAN 1 SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Keterangan: C1 = Hafalan C2 = Pemahaman C3 = Penerapan C4 = Analisis C5 = Sintesis C6 = Evaluasi

Distribusi Jenjang Kognitif Bloom pada Nomor Soal Postes

C1 C2 C3 C4 C5 C6

1, 3, 7, 16, 18, 19, 22 2, 6, 11, 13, 14, 17, 23, 24

8, 20 4, 12 5, 9, 15, 21 10,25

Lampiran 6. Distribusi jenjang kognitif Bloom pada soal postest

73

Keterangan: 1. Plus (+) anti A menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal,

maka golongan darah A 2. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B menggumpal,

maka golongan darah B 3. Plus anti A menggumpal dan plus anti B menggumpal,

maka golongan darah AB 4. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal,

maka golongan darah O

Lampiran 7. Contoh lembar kerja siswa (LKS) kelas eksperimen pada praktikum uji golongan darah

74

Keterangan:

5. Plus (+) anti A menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah A

6. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah B

7. Plus anti A menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah AB

8. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah O

75

DOKUMEN FOTO PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS EKSPERIMEN

Lampiran 8. Dokumen foto proses belajar (PBM) mengajar di kelas eksperimen

Foto 1. Peneliti sedang memberikan penjelasan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep

Foto 2. Guru sedang memberikan penjelasan konsep materi pada siswa

Foto 4. Siswa menuliskan jawaban soal yang diberikan guru dengan cara mengorganisasikan konsep

Foto 3. Aktifitas siswa dalam menjawab soal yang diberikan guru

76

Foto 5. Hasil belajar siswa dalam mengorganisasikan konsep

Foto 6. Hasil belajar siswa dalam mengorganisasikan konsep

Foto 7. Kegiatan siswa dalam praktikum uji golongan darah

Foto 8. Observer sedang melakukan penilaian terhadap aktifitas belajar siswa

77

Lampiran 10. Contoh lembar jawab posttest materi sistem peredaran darah

78

HASIL BELAJAR SISWA KELAS EKSPERIMEN

No Kode Siswa Nama siswa Nilai Ketuntasan

1 E-04 Ade Yayang Yuliawan 44 Tidak Tuntas

2 E-12 Ahmad Sakirin 80 Tuntas

3 E-28 Aida Retnosari 68 Tuntas

4 E-40 Alfatur Rohmaniyah 88 Tuntas

5 E-16 Alifa Sandra Rahmawati 76 Tuntas

6 E-24 Amida Amalia 72 Tuntas

7 E-29 Amirotul Chamidah 84 Tuntas

8 E-37 Anisun Yumiaspi 88 Tuntas

9 E39 Anna Mila 88 Tuntas

10 E-06 Arfan Lubis Jilani 76 Tuntas

11 E-02 Ary Farida Cahyaningtyas 72 Tuntas

12 E-25 Dewi Sri Wahyuni 76 Tuntas

13 E-17 Dian nur Khayutullah 76 Tuntas

14 E-07 Eko budi Susilo 76 Tuntas

15 E-09 Fad Ulil Albab 84 Tuntas

16 E-08 Fatma Fauziyah 80 Tuntas

17 E-30 Fitri Rahayu 56 Tidak Tuntas

18 E-13 Ika Aprliyani 77 Tuntas

19 E-27 Imam Sofwan Zuhri 84 Tuntas

20 E-02 Lina Fathma 72 Tuntas

21 E-22 M Choirul Fajar 80 Tuntas

22 E-10 M Dzihni Ashfahani Zain 76 Tuntas

23 E-01 M Syaiful Bahri 88 Tuntas

24 E-35 Maulida Nailul Muna 76 Tuntas

25 E-36 Nailil Amania 76 Tuntas

26 E-15 Nailin Nur Diana 80 Tuntas

27 E-21 Niswatun Najikhah 72 Tuntas

28 E-34 Nurul Azizatun N 76 Tuntas

29 E-23 Nurul Hidayati 76 Tuntas

30 E-38 Nurul Hikmah 88 Tuntas

31 E-19 Nurul Novitas sari 56 Tidak Tuntas

32 E-20 Puryanti 48 Tidak Tuntas

33 E-26 Risma nur apriliyani 72 Tuntas

34 E-06 Riza Yusus Isnando 72 Tuntas

35 E-18 Rizka noviana 68 Tuntas

36 E-14 Rofiud darojah 36 Tidak Tuntas

37 E-32 Siti Nurul Taufiqi R 28 Tidak Tuntas

38 E-31 Syafaatun 32 Tidak Tuntas

39 E-05 Wiji Santoso 84 Tuntas

40 E-33 Zalussy Deby S 72 Tuntas

Rata-Rata 71.825

Nilai Tertinggi 88

Nilai Terendah 28

Persentasi Kelulusan 85%

Lampiran 10. Hasil belajar siswa kelas eksperimen.

79

No XI IPA 2 Ketuntasan XI IPA 3 Ketuntasan 1 50 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas

2 60 Tidak Tuntas 40 Tidak Tuntas

3 60 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas

4 50 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas

5 64 Tidak Tuntas 64 Tidak Tuntas

6 50 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas

7 40 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas

8 55 Tidak Tuntas 70 Tuntas

9 70 Tuntas 50 Tidak Tuntas

10 70 Tuntas 60 Tidak Tuntas

11 60 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas

12 70 Tuntas 70 Tuntas

13 68 Tuntas 68 Tuntas

14 70 Tuntas 60 Tidak Tuntas

15 70 Tuntas 60 Tidak Tuntas

16 70 Tuntas 50 Tidak Tuntas

17 65 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas

18 70 Tuntas 50 Tidak Tuntas

19 68 Tuntas 50 Tidak Tuntas

20 60 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas

21 70 Tuntas 65 Tidak Tuntas

22 68 Tuntas 60 Tidak Tuntas

23 68 Tuntas 68 Tuntas

24 60 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas

25 60 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas

26 76 Tuntas 60 Tidak Tuntas

27 70 Tuntas 60 Tidak Tuntas

28 60 Tidak Tuntas 55 Tidak Tuntas

29 60 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas

30 60 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas

31 50 Tidak Tuntas 55 Tidak Tuntas

32 60 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas

33 60 Tidak Tuntas 68 Tuntas

34 50 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas

35 60 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas

36 30 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas

37 30 Tidak Tuntas 70 Tuntas

38 55 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas

39 68 Tuntas 60 Tidak Tuntas

40 60 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas

Rata-rata 60 57 Ketuntasan 37,50% 15%

Lampiran 11. Hasil mid semester kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 HASIL MID SEMESTER GASAL KELAS XI IPA 2 DAN XI IPA 3

80

Lampiran 12. Contoh lembar observasi aktifitas belajar pada siswa kelas eksperimen

81

Kode siswa Aspek penilaian

Pembelajaran pada pertemuan I II III IV V

1

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 2 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 1 3 Berdiskusi 4 3 2 3 4 Mengungkapkan pertanyaaan 3 1 1 1 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 3 2 1 2 1 JUMLAH SKOR 17 13 11 9 12 KATEGORI SA A A KA A

2

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 2 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 3 3 1 3 Berdiskusi 4 3 2 3 3 Mengungkapkan pertanyaaan 2 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 2 3 1 2 1 JUMLAH SKOR 16 14 11 11 12

KATEGORI SA A A A A

3

Mengkaji studi pustaka (buku) 3 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 3 3 2 3 Berdiskusi 4 3 2 3 3 Mengungkapkan pertanyaaan 2 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 2 2 4 2 1 JUMLAH SKOR 15 13 14 13 12 KATEGORI A A A A A

4

Mengkaji studi pustaka (buku) 3 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 4 3 1 3 Berdiskusi 4 3 2 3 3 Mengungkapkan pertanyaaan 4 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 4 3 4 1 1 JUMLAH SKOR 19 15 14 11 12 KATEGORI SA A A A A

Mengkaji studi pustaka (buku) 3 3 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 2 3 Berdiskusi 3 3 2 3 3 Mengungkapkan pertanyaaan 2 4 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 2 4 4 3 1 JUMLAH SKOR 13 17 14 14 12

Lampiran 13. Rekapitulasi aktifitas belajar siswa kelas eksperimen.

REKAPITULASI AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS EKSPERIMEN

82

KATEGORI A SA A A A

6

Mengkaji studi pustaka (buku) 3 3 1 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 2 3 3 Berdiskusi 3 3 2 2 3 Mengungkapkan pertanyaaan 2 1 1 2 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 2 3 1 3 1 JUMLAH SKOR 13 14 7 13 12 KATEGORI A A KA A A

7

Mengkaji studi pustaka (buku) 3 3 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 3 2 3 2 Berdiskusi 3 3 4 3 3 Mengungkapkan pertanyaaan 2 1 4 2 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 2 2 1 3 1 JUMLAH SKOR 14 12 15 14 11 KATEGORI A A A A A

8 9

Mengkaji studi pustaka (buku) 3 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 1 2 2 Berdiskusi 4 3 4 2 3 Mengungkapkan pertanyaaan 2 1 4 2 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 2 2 4 2 1 JUMLAH SKOR 14 13 17 11 11 KATEGORI A A SA A A Mengkaji studi pustaka (buku) 3 3 absen 3 4

Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 2 Berdiskusi 3 3 3 2 Mengungkapkan pertanyaaan 4 4 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 4 4 1 1 JUMLAH SKOR 17 17 0 13 10 KATEGORI SA SA A KA

10

Mengkaji studi pustaka (buku) 3 4 4 4 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 1 3 3 Berdiskusi 3 3 2 4 2 Mengungkapkan pertanyaaan 2 1 1 4 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 2 2 1 2 1 JUMLAH SKOR 13 13 9 17 11 KATEGORI A A KA SA A

11 Mengkaji studi pustaka (buku) 3 4 1 4 3

83

Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 4 1 4 3 Berdiskusi 4 3 2 3 2 Mengungkapkan pertanyaaan 2 4 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 2 4 1 2 1 JUMLAH SKOR 15 19 6 16 10 KATEGORI A SA KA SA A

12

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 4 3 3 Berdiskusi 4 4 2 3 3 Mengungkapkan pertanyaaan 4 2 1 2 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 4 3 1 3 1 JUMLAH SKOR 20 17 11 14 12 KATEGORI SA SA A A A

13

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 4 3 3 3 Berdiskusi 4 3 2 3 3 Mengungkapkan pertanyaaan 2 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 2 3 1 2 1 JUMLAH SKOR 16 15 11 14 12 KATEGORI SA A A A A

14

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 4 3 3 3 Berdiskusi 4 3 2 3 3 Mengungkapkan pertanyaaan 2 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 2 2 1 1 1 JUMLAH SKOR 16 14 11 13 12 KATEGORI SA A A A A

15

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 absen 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 4 3 3 Berdiskusi 4 4 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 2 1 1 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 2 2 1 1 JUMLAH SKOR 16 15 13 12 KATEGORI SA A A A

16

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 1 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 2 4 4 1 3

84

Berdiskusi 3 4 4 3 3 Mengungkapkan pertanyaaan 4 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 3 4 3 4 JUMLAH SKOR 14 16 17 11 15 KATEGORI A SA SA A SA

17

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 3 3 Berdiskusi 3 3 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 3 3 1 4 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 1 1 1 1 JUMLAH SKOR 14 14 9 13 12 KATEGORI A A KA A A

18

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 4 3 3 Berdiskusi 3 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 4 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 3 1 1 1 JUMLAH SKOR 12 16 10 13 12 KATEGORI A SA KA A A

19

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 2 1 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 4 3 4 Berdiskusi 4 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 4 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 2 1 JUMLAH SKOR 13 14 9 14 13 KATEGORI A A KA A A

20

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 2 1 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 4 3 3 Berdiskusi 3 4 2 4 4 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 4 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 3 4 1 1 JUMLAH SKOR 12 16 13 13 12 KATEGORI A SA A A A

21

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 4 4 3 4 Berdiskusi 4 4 2 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 4 1 4 4 4

85

Menjawab pertanyaan/ berpendapat 4 3 4 1 1 JUMLAH SKOR 20 16 17 13 15 KATEGORI SA SA SA A SA

22

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 4 3 4 Berdiskusi 4 4 2 4 4 Mengungkapkan pertanyaaan 3 1 1 4 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 3 3 4 1 1 JUMLAH SKOR 17 16 14 13 16 KATEGORI SA SA A A SA

23

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 4 1 4 Berdiskusi 4 4 2 4 4 Mengungkapkan pertanyaaan 3 1 4 4 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 3 4 4 1 JUMLAH SKOR 15 16 17 14 17 KATEGORI A SA SA A SA

24

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 2 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 4 3 4 Berdiskusi 4 4 1 4 4 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 1 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 4 2 4 JUMLAH SKOR 13 15 13 12 20 KATEGORI A A A A SA

25

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 4 1 4 Berdiskusi 4 4 2 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 4 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 4 1 2 JUMLAH SKOR 13 15 14 11 17 KATEGORI A A A A SA

26

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 4 1 4 Berdiskusi 4 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 2 1 1 4 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 2 1

86

JUMLAH SKOR 14 15 10 12 13

27

KATEGORI A A KA A A Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 3 2 4 Berdiskusi 3 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 4 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 1 1 JUMLAH SKOR 12 15 9 12 12 KATEGORI A A KA A A

28

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 3 3 3 Berdiskusi 3 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 1 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 1 1 JUMLAH SKOR 12 15 9 10 11 KATEGORI A A KA A A

29

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 1 4 1 1 4 Berdiskusi 3 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 4 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 3 1 1 1 JUMLAH SKOR 10 16 7 11 12 KATEGORI A SA KA A A

30

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 2 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 2 4 3 1 3 Berdiskusi 3 4 1 4 4 Mengungkapkan pertanyaaan 4 1 1 4 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 4 3 1 1 1 JUMLAH SKOR 17 16 9 12 15 KATEGORI SA SA KA A SA

31

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 3 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 1 4 3 4 3 Berdiskusi 2 4 1 3 1 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 2 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 3 1 JUMLAH SKOR 9 15 9 15 12 KATEGORI KA A KA A A

87

32

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 3 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 1 4 3 2 3 Berdiskusi 2 4 1 4 1 Mengungkapkan pertanyaaan 1 4 1 1 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 4 4 2 4 JUMLAH SKOR 9 20 12 12 12 KATEGORI KA SA A A A

33

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 3 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 2 4 3 2 3 Berdiskusi 1 2 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 3 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 3 1 JUMLAH SKOR 9 13 9 15 14 KATEGORI KA A KA A A

34

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 2 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 2 3 4 2 4 Berdiskusi 1 3 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 2 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 2 1 JUMLAH SKOR 9 13 10 12 15 KATEGORI KA A KA A SA

35

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 2 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 4 4 Berdiskusi 1 4 2 3 4 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 3 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 3 1 JUMLAH SKOR 10 14 10 15 16 KATEGORI KA A KA SA SA

36

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 4 4 3 3 Berdiskusi 4 4 4 4 4 Mengungkapkan pertanyaaan 4 4 4 4 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 4 4 4 2 1 JUMLAH SKOR 20 20 19 16 16 KATEGORI SA SA SA SA SA

37

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 3 3 Membuat catatan belajar/ peta 3 4 3 3 3

88

\

konsep

Berdiskusi 1 4 1 3 4 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 2 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 2 1 JUMLAH SKOR 10 15 9 13 12 KATEGORI A A A A A

38

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 3 3 Berdiskusi 2 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 3 1 JUMLAH SKOR 11 14 10 16 12 KATEGORI A A KA SA A

39

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 3 4 Berdiskusi 2 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 3 1 JUMLAH SKOR 11 14 10 16 13 KATEGORI A A KA SA A

40

Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 3 4 Berdiskusi 2 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 4 3 1 JUMLAH SKOR 11 14 13 16 13 KATEGORI A A A SA A

PERSENTASE KEAKTIFAN 92,5% 100% 66,57% 97,49% 97,5%

Keterangan: 1. pertemuan I, pokok bahasan materi tentang komponen darah 2. pertemuan II, pokok bahasan materi tentang peredaran darah 3. pertemuan III, pokok bahasan materi tentang sistem limfe 4. pertemuan IV, pokok bahasan materi tentang praktikum uji golongan darah 5. pertemuan V, pokok bahasan materi tentang sistem peredaran darah pada hewan 6. SA = sangat aktif 7. A = aktif 8. KA = kurang aktif 9. TA = tidak aktif

88

89

Lembar 14. Contoh lembar tanggapan siswa kelas eksperimen

90

91

Lembar 15. Contoh lembar tanggapan guru terhadap kelas eksperimen

92

93

No Kode NOMOR SOAL Y

Y2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 UC-04 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27 729

2 UC-03 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 25 625

3 UC-01 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 25 625

4 UC-08 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 625

5 UC-13 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 25 625

6 UC-11 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 625

7 UC-19 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 24 576

8 UC-23 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 24 576

9 UC-33 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 23 529

10 UC-24 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 23 529

11 UC-06 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 23 529

12 UC-16 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 23 529

13 UC-17 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 22 484

14 UC-05 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 22 484

15 UC-12 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 22 484

16 UC-20 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 22 484

17 UC-27 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 21 441

18 UC-18 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 21 441

19 UC-15 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 21 441

20 UC-09 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 20 400

21 UC-28 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 20 400

22 UC-35 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 20 400

23 UC-02 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 20 400

24 UC-10 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 19 361

25 UC-07 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 19 361

26 UC-31 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 18 324

27 UC-30 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 18 324

28 UC-37 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 18 324

29 UC-36 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 18 324

Lampiran 16. Uji validitas, daya beda dan tingkat kesukaran pada soal uji coba. 93

UJI VALIDITAS, DAYA PEMBEDA DAN TINGKAT KESUKARAN SOAL UJI COBA POST TEST MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH

94

30 UC-29 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 289

31 UC-14 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 17 289

32 UC-25 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 16 256

33 UC-26 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 16 256

34 UC-32 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 16 256

35 UC-22 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 14 196

36 UC-21 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 14 196

37 UC-38 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 14 196

38 UC-39 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 14 196

Jumlah 34 37 12 21 10 19 26 28 26 23 31 35 22 27 17 26 22 17 23 33 38 30 10 31 11 24 34 32 35 37 771 16129

Val

idita

s

Mp 20.53 6.70 63.08 21.29 21.20 27.74 15.50 21.18 21.54 21.26 22.97 18.40 21.73 20.74 21.88 21.65 22.27 20.94 21.17 21.06 20.29 20.20 65.70 7.32 63.64 9.50 14.79 20.81 20.66 20.46

Mt 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29 20.29

p 0.89 0.97 0.32 0.55 0.26 0.50 0.68 0.74 0.68 0.61 0.82 0.92 0.58 0.71 0.45 0.68 0.58 0.45 0.61 0.87 1.00 0.79 0.26 0.82 0.29 0.63 0.89 0.84 0.92 0.97

q 0.11 0.03 0.68 0.45 0.74 0.50 0.32 0.26 0.32 0.39 0.18 0.08 0.42 0.29 0.55 0.32 0.42 0.55 0.39 0.13 0.00 0.21 0.74 0.18 0.71 0.37 0.11 0.16 0.08 0.03

pq 0.09 0.0 0.2161 0.2472 0.1939 0.2500 0.2161 0.1939 0.2161 0.2389 0.1503 0.0727 0.2438 0.2057 0.23 0.2161 0.2438 0.2472 0.2389 0.1143 0.0000 0.1662 0.1939 0.1503 0.20 0.23 0.09 0.1330 0.0727 0.0256

St 3.57 3.57 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576 3.576

rpbis 0.196 -23.11 8.131 0.310 0.152 2.083 -1.972 0.416 0.514 0.336 1.576 -1.805 0.472 0.198 0.401 0.562 0.650 0.164 0.306 0.554 #DIV/0! -0.048 7.590 -7.632 7.738 -3.951 -4.481 0.338 0.351 0.289

thitung 1.95 #NUM! #NUM! 1.95411 0.92387 #NUM! #NUM! 2.74547 3.59694 2.1434 #NUM! #NUM! 3.2082 1.21028 2.63 4.07327 5.1376 0.99745 1.93057 3.99334 #DIV/0! -

0.3068 #NUM! #NUM! #NUM! #NUM! #NUM! 2.26 2.3725 1.91057

ttabel 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688 1.688

Kriteria Tidak #NUM! #NUM! Valid Tidak #NUM! #NUM! Valid Valid Valid #NUM! #NUM! Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid #DIV/0! Tidak #NUM! #NUM! #NUM! #NUM! #NUM! Valid Valid Valid

Day

a P

embe

da

JBA 18 19 6 13 5 12 13 17 17 15 17 19 14 15 10 18 17 9 14 19 19 15 8 19 6 15 18 18 19 19

JBB 16 18 6 8 5 7 13 11 9 8 14 16 8 12 7 8 5 8 9 14 19 15 2 12 5 9 16 14 16 18

JSA 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

JSB 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

DP 0.11 0.05 0.00 0.26 0.00 0.26 0.00 0.32 0.42 0.37 0.16 0.16 0.32 0.16 0.16 0.53 0.63 0.05 0.26 0.26 0.00 0.00 0.32 0.37 0.05 0.32 0.11 0.21 0.16 0.05

Kriteria Jelek Jelek Jelek Cukup Jelek Cukup Jelek Cukup Baik Cukup Jelek Jelek Cukup Jelek Jelek Baik Baik Jelek Cukup Cukup Jelek Jelek Cukup Cukup Jelek Cukup Jelek Cukup Jelek Jelek

Tin

gkat

Kes

ukar

an

JBA + JBB 34 37 12 21 10 19 26 28 26 23 31 35 22 27 17 26 22 17 23 33 34 30 10 31 11 24 34 32 35 37

2JSA 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

IK 0.89 0.97 0.32 0.55 0.26 0.50 0.68 0.74 0.68 0.61 0.82 0.92 0.58 0.71 0.45 0.68 0.58 0.45 0.61 0.87 0.89 0.79 0.26 0.82 0.29 0.63 0.89 0.84 0.92 0.97

Kriteria Mudah Mudah Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Mudah Sukar Mudah Sukar Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah

95

Perhitungan Reliabilitas Instrumen

Rumus:

Keterangan: K : Banyaknya butir soal Spq : Jumlah dari pq s2 : Varians total

Kriteria Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel.

Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh: K = 30 M = 20.2895

Vt = 16129

771

2 = 12.7846

38 38

r11

=

30

1 - 20.289 30 - 20.29

30 1 30 12.785

= 0.32

Hasil analisis uji reliabilitas soal diperoleh r11 = 0, 50, kemudian dibandingkan dengan

nilai r tabel pada α = 5% dengan n= 38 diperoleh r tabel = 0,32, sehingga nilai r11 > nilai

rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel. Nilai r11

diinterpretasikan dengan derajat reabilitas pada interval 0,4-0,6 dikategorikan cukup

reliabel.

=kVt

MM(k

1-k

k r11

Lampiran 17. Uji reliabilitas soal Uji coba postest

UJI RELIABILITAS SOAL UJI COBA POST TEST

.

96

No Kelas

XI IPA 2

XI IPA 2

1 50 50

2 60 40

3 60 60

4 50 60

Kelas dk=n-

1 1/dk Si2 Log Si2

dkl log Si2

5 64 64

XI IPA 2 39

0,03

109,26

2,04

79,50

6 50 50

XI IPA 3 39

0,03 53,76

1,73

67,49

7 40 50

Jumlah 78 0,05

163,03

3,77

146,99

8 55 70 9 70 50

10 70 60 11 60 50 Varian gabungan dari semua kelas

12 70 70

S2 = 64,79

13 68 68

Log S2 = 1,81

14 70 60 B = log S x jumlah dk

15 70 60

B = 141,30

16 70 50 χ² = (ln 10)(B-jumlah dk log si^2) 17 65 50 ln 10 2,30 18 70 50 χ² hitung - -13,10 19 68 50 dk = k-1 1 20 60 50 χ² tabel dengan dk 1 dan 1- α = 5%, 21 70 65 χ² hitung (-13,10) < χ² tabel (7,19) = Ho diterima

berarti kelima kelompok perlakuan mempunyai

keadaan awal yang sama, sehingga proses

pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak (random).

22 68 60 23 68 68 24 60 60

25 60 60

26 76 60 27 70 60 28 60 55 29 60 60 30 60 60 31 50 55 32 60 60 33 60 68 34 50 50 35 60 50

Lampiran 18. Uji homogenitas populasi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3

UJI HOMOGENITAS POPULASI KELAS XI IPA 2 DAN KELAS XI IPA 3

97

36 30 50 37 30 70 38 55 50 39 68 60

40 60 60

∑ 2415 2293

98

UJI NORMALITAS

DATA HASIL BELAJAR SISWA KELAS EKSPERIMEN

Hipotesis Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan:

Kriteria yang digunakan Ho diterima jika χ² hitung < χ² table

Pengujian Hipotesis Nilai maksimal = 88,00 Panjang kelas = 10

Nilai minimal = 28,00 Rata-rata ( x ) = 71,53

Rentang = 60,00 S = 15,218 Banyak kelas = 6 N = 40

Kelas Interval Batas Kelas

Z untuk batas kls.

Peluang untuk Z

Luas Kls. Untuk Z

Ei Oi

(Oi-Ei)²

Ei

28,00 - 38,00 27,50 -2,89 0,4981 0,0131 0,5232 3 11,7257 39,00 - 49,00 38,50 -2,17 0,4850 0,0589 2,3549 2 0,0535 50,00 - 60,00 49,50 -1,45 0,4261 0,1604 6,4171 2 3,0404 61,00 - 71,00 60,50 -0,72 0,2657 0,2649 10,5971 2 6,9746 72,00 - 82,00 71,50 0,00 0,0008 0,2653 10,6116 22 12,2221 83,00 - 93,00 82,50 0,72 0,2645 0,2355 9,4198 9 0,0187

-4,70 0,5000 40 χ² 34,0350

Untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh χ² tabel = 7,81

7,81 34,035 Karena χ² hitung berada pada daerah penolakan Ho, maka data tersebut berdistribusi

tidak normal. Jadi hasil belajar siswa kelas eksperimen berdistribusi tidak normal.

( )∑

=

−=χ

k

1i i

2ii2

E

EO

Lampiran 19. Uji normalitas hasil belajar kelas eksperimen.

99

Lampiran 20. Surat permohonan ijin observasi

100

Lampiran 21. Surat penetapan dosen pembimbing

101

Lampiran 22. Surat keterangan penelitian