GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor...

51
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT PARU SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf r Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Peraturan Internal (Hospital By Laws) Rumah Sakit Paru Surabaya. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan- Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang

Transcript of GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor...

Page 1: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR

NOMOR 122 TAHUN 2016

TENTANG

PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS)

RUMAH SAKIT PARU SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (1)

huruf r Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang

Peraturan Internal (Hospital By Laws) Rumah Sakit Paru

Surabaya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan-

Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang

Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950

(Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4400);

5. Undang-Undang

Page 2: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 2 -

5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4431);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

1441, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5063);

8. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5072);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4502);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran

NegaraRepublik Indonesia Nomor 4593);

13. Peraturan

Page 3: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 3 -

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor

25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4614);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5135);

15. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

28 Tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah;

17. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

PER/02/M.PAN/1/2007 tentang Pedoman Organisasi

Satuan Kerja di Lingkungan Instansi Pemerintah Yang

Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007

tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan

Standar Pelayanan Minimal;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007

tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum Daerah;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian

Standar Pelayanan Minimal;

21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/

MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit;

22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/

MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit;

23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

755/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan

Komite Medis di Rumah Sakit;

24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228/

Menkes/SK/III/2002 tentang Pedoman Penyusunan

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib

Dilaksanakan Daerah;

25. Keputusan

Page 4: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 4 -

25. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan

Internal Rumah Sakit (Hospital by Laws);

26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/

II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

27. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

922/MENKES/SK/X/2008 tentang Pedoman Teknis

Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan antara

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota ;

28. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2013

tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai Badan

Layanan Umum Daerah Non PNS;

29. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 98 Tahun 2014

tentang Pedoman Penerapan Pengelolaan Badan Layanan

Umum Daerah Provinsi Jawa Timur sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2016

tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Timur

Nomor 98 Tahun 2014tentang Pedoman Penerapan

Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah Provinsi Jawa

Timur;

30. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 49 Tahun 2015

tentang Pedoman Teknis Penetapan Remunerasi Bagi

Pejabat Pengelola Pegawai dan Dewan Pengawas Badan

Layanan Umum Daerah Provinsi Jawa Timur;

31. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 48 Tahun 2016

tentang Tarif Layanan dan Pemakaian Kekayaan Daerah

pada BLUD Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Timur.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERATURAN INTERNAL

(HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT PARU SURABAYA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Jawa Timur.

2. Pemerintah

Page 5: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 5 -

2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Timur.

3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Timur.

5. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Paru Surabaya.

6. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT

adalah Unit Pelaksana Teknis Rumah Sakit Paru Surabaya

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

7. Direktur adalah Kepala UPT sekaligus Pemimpin BLUD

Rumah Sakit Paru Surabaya.

8. Unit Pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya

kesehatan yaitu rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,

rawat intensif, kamar operasi, radiologi, laboratorium,

rehabilitasi medis dan lain-lain.

9. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat

BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit

Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan

Pemerintah Daerah yang dibentuk untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari

keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas.

10. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

yang selanjutnya disingkat PPK-BLUD adalah pola

pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas

berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik

bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan

umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai

pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah

pada umumnya.

11. Tata Kelola adalah peraturan yang mengatur hubungan

antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai Pemilik,

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dengan Pejabat

PengelolaRumah Sakit Paru Surabaya, Staf Medis Rumah

Sakit Paru Surabaya beserta fungsi, tugas, tanggung

jawab, kewajiban, kewenangan dan haknya masing-

masing.

12. Jabatan

Page 6: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 6 -

12. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan

tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang

pegawai rumah sakit dalam satuan organisasi yang dalam

pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau

ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri.

13. Staf Medis adalah Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi

dan Dokter Gigi Spesialis yang bekerja purna waktu

maupun paruh waktu di unit pelayanan rumah sakit.

14. Kepala Sub Bagian Tata Usaha adalah pelaksana sebagian

tugas Kepala Rumah Sakit menyelenggarakan pengelolaan

ketatausahaan, administrasi dan keuangan dan

bertanggung jawab kepada Kepala Rumah Sakit.

15. Kepala Seksi adalah Kepala Seksi Pelayanan Medis dan

Kepala Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat dan Penelitian

dan Pengembangan yang melaksanakan sebagian tugas

Kepala Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan medis

dan keperawatan serta upaya kesehatan masyarakat,

penelitian dan pengembangan;

16. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat

UKM adalah setiap kegiatan pemerintah, masyarakat, dan

swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah

kesehatan di masyarakat.

17. Upaya Kesehatan Perorangan yang selanjutnya disingkat

UKP adalah setiap kegiatan oleh pemerintah, masyarakat

dan swasta, untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit

serta memulihkan kesehatan perorangan

18. Instalasi adalah unit terkecil kelompok jabatan fungsional

yang langsung memberikan pelayanan tertentu kepada

masyarakat secara berkesinambungan dan pada

tempat/lokasi yang relatif tetap.

19. Tata Kelola Klinis (clinical governance) adalah aturan untuk

menjaga profesionalisme staf medis fungsional di Rumah

Sakit.

20. Komite Medik adalah perangkat Rumah Sakit untuk

menerapkan tata kelola klinis (clinical governance) agar staf

medis di Rumah Sakit terjaga profesionalismenya melalui

mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis dan

pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.

21. Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus

seorang staf medis untuk melakukan sekelompok

pelayanan medis tertentu dalam lingkungan Rumah Sakit

untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan

berdasarkan penugasan klinis (clinical appointment).

22. Penugasan

Page 7: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 7 -

22. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan

Direktur Rumah Sakit kepada seorang staf medis untuk

melakukan sekelompok pelayanan medis di Rumah Sakit

tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah

ditetapkan baginya.

23. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis

yang telah memiliki kewenangan klinis (clinical privilege)

untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan

klinis tersebut.

24. Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional

terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada

pasien dengan menggunakan rekam medis yang

dilaksanakan oleh profesi medis.

25. Sub Komite adalah kelompok kerja di bawah Komite Medis

yang dibentuk untuk mengatasi masalah khusus, yang

anggotanya terdiri dari staf medis dan tenaga profesi

lainnya secara ex officio.

26. Dokter mitra adalah dokter yang direkrut oleh rumah sakit

karena keahliannya, berkedudukan sejajar dengan rumah

sakit, bertanggung jawab secara mandiri dan bertanggung

gugat secara proporsional sesuai kesepakatan atau

ketentuan yang berlaku di rumah sakit.

27. Mitra bestari (peergroup) adalah sekelompok staf medis

dengan reputasi dan kompetensi profesi yang baik untuk

menelaah segala hal yang terkait dengan profesi medis.

28. Dokter tamu adalah dokter yang karena keahlian atau

reputasiya diundang oleh rumah sakit untuk melakukan

suatu tindakan yang tidak atau belum dapat dilakukan

oleh staf medis yang ada di rumah sakit atau untuk

melakukan alih ilmu pengetahuan dan teknologi.

29. Tenaga administrasi adalah orang atau sekelompok orang

yang bertugas melaksanakan administrasi perkantoran

guna menunjang pelaksanaan tugas-tugas staf medis,

komite medis, dan sub komite khususnya yang terkait

dengan etik dan mutu medis.

30. Satuan Pengawas Internal yang selanjutnya disingkat SPI

adalah perangkat Rumah Sakit yang bertugas melakukan

pengawasan dan pengendalian internal dalam rangka

membantu Direktur Rumah Sakit guna meningkatkan

efektivitas dan efisiensi kinerja keuangan dan non

keuangan rumah sakit.

32. Pegawai

Page 8: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 8 -

31. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS

adalah Pegawai Negeri Sipil pada Rumah Sakit Paru

Surabaya yang ditetapkan berdasarkan peraturan

perundangan-undangan kepegawaian.

32. Tenaga Non PNS adalah tenaga yang berkedudukan bukan

pegawai negeri sipil yang direkrut Rumah Sakit Paru

Surabaya berdasarkan formasi kebutuhan.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

Peraturan Gubernur ini mengatur mengenai Tata Kelola Rumah

Sakit terdiri dari Tata Kelola Korporasi dan Tata Kelola Staf

Medis, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan Tata Kelola

Rumah Sakit.

Pasal3

(1) Tata Kelola Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 merupakan peraturan internal Rumah Sakit, yang

didalamnya memuat:

a. struktur organisasi;

b. prosedur kerja;

c. pengelompokan tugas dan fungsi-fungsi logis;

d. pengelolaan sumber daya manusia.

(3) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, menggambarkan posisi jabatan, pembagian tugas,

fungsi, tanggung jawab, kewenangan dan hak dalam

organisasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(4) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi

jabatan dan fungsi dalam organisasi.

(5) Pengelompokan fungsi logis sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf c, menggambarkan pembagian yang jelas dan

rasional antara fungsi pelayanan kesehatan dan fungsi

penunjang yang sesuai dengan prinsip pengendalian internal

dalam rangka efektifitas dan efisiensi pencapai tujuan

organisasi.

(6) Pengelolaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf d, merupakan pengaturan dan kebijakan

yang jelas mengenai sumber daya manusia yang berorientasi

pada pemenuhan secara kuantitas dan kompetensi untuk

mencapai tujuan organisasi secara efisien, efektif dan

produktif.

Pasal 4

Page 9: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 9 -

Pasal 4

(1) Tata Kelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)

menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. transparansi;

b. akuntabilitas;

c. responsibilitas; dan

d. independensi.

(2) Transparansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

merupakan asas keterbukaan yang dibangun atas dasar

kebebasan memperoleh informasi, yang secara langsung dapat

diterima bagi yang membutuhkan.

(3) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

merupakan pengelolaan organisasi yang diwujudkan dalam

perencanaan, pelaksanaan, laporan/pertanggungjawaban,

monitoring dan evaluasi dalam sistem pengelolaan keuangan,

sumber daya manusia, pengelolaan aset dan pelayanan.

(4) Responsibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,

merupakan kesesuaian dan kepatuhan di dalam pengelolaan

organisasi terhadap bisnis yang sehat sesuai dengan

perundang-undangan.

(5) Independensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,

merupakan kemandirian pengelolaan organisasi secara

profesional tanpa benturan kepentingan, pengaruh dan

tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan bisnis yang sehat.

BAB III

TATA KELOLA KORPORASI

Bagian Kesatu

Falsafah, Visi, Misi, Tujuan Strategis

Nilai-Nilai Dasar, Identitas dan Lambang

Pasal 5

(1) Dalam rangka mencapai pelayanan yang optimal dan

profesional, Rumah Sakit mempunyai falsafah “ramah dan

santun dalam pelayanan, jujur dalam bertindak, beretika

serta mempunyai kemampuan dalam bekerja”.

(2) Untuk mewujudkan falsafah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Rumah Sakit mempunyai visi “Menjadi Rumah Sakit

Paru Rujukan di Jawa Timur dengan pelayanan selangkah

lebih maju”.

(3) Untuk

Page 10: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 10 -

(3) Untuk mencapai visi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Rumah Sakit mempunyai misi:

a. mewujudkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit

paru yang berkualitas secara paripurna;

b. mengoptimalisasikan sumber daya rumah sakit sesuai

perkembangan teknologi; dan

c. mewujudkan jejaring dengan institusi terkait dalam rangka

pengembangan rumah sakit.

(4) Untuk mencapai visi dan misi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dan ayat (3), Rumah Sakit mempunyai tujuan

strategis yaitu :

a. meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit

paru yang berkualitas;

b. meningkatkan kualitas sumber daya Rumah Sakit; dan

c. meningkatkan koordinasi dalam rangka pencegahan dan

pengobatan penyakit paru dan pengembangan pelayanan

penyakit lainnya

(5) Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

Rumah Sakit dilandasi dengan nilai-nilai dasar yang meliputi :

a. profesionalisme

b. responsibility

c. transparansi

d. kejujuran;

e. kerja keras; dan

f. kebersamaan.

(6) Identitas dan Lambang Rumah Sakit sebagaimana tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Gubernur ini

Bagian Kedua

Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit

Pasal 6

(1) Rumah Sakit berkedudukan sebagai UPT dipimpin oleh

seorang Direktur yang bertanggung jawab kepada Kepala

Dinas.

(2) Rumah Sakit mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Dinas di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

penyakit paruserta melaksanakan upaya kesehatan

masyarakat strata II di wilayah kerjanya.

(3) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) Rumah Sakit mempunyai fungsi:

a. penyusunan

Page 11: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 11 -

a. penyusunan rencana dan program Rumah Sakit;

b. pengawasan dan pengendalian operasional Rumah Sakit;

c. pelayanan medisRumah Sakit;

d. penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non

medis;

e. pelaksanaan pelayanan kesehatan umum masyarakat;

f. penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan;

g. penyelenggaraan pelayanan rujukan pasien, spesimen, ilmu

pengetahuan dan teknologi dan program;

h. penyelenggaraan koordinasi dan kemitraan kegiatan Rumah

Sakit;

i. penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan diklat;

j. pelaksanaan monitoring dan evaluasi program;

k. pelaksanaan ketatausahaan;

l. pelaksanaan pembinaan wilayah di bidang teknis medis

tuberkulosis paru ;

m. pelaksanaan pelayanan kesehatan paru masyarakat yang

meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif baik

UKP maupun UKM di dalam gedung maupun di luar gedung

di wilayah kerjanya ; dan

n. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.

Bagian Ketiga

Kedudukan Pemerintah Povinsi

Pasal 7

(1) Pemerintah Provinsi dalam hal ini Gubernur sebagai pemilik

Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap kelangsungan

hidup, perkembangan dan kemajuan Rumah Sakit sesuai

tuntutan masyarakat.

(2) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) Pemerintah Provinsi berwenang:

a. menetapkan peraturan tentang Tata Kelola dan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit beserta perubahannya;

b. melakukan evaluasi dan/atau meminta laporan mengenai

kinerja Rumah Sakit baik menyangkut kinerja keuangan

maupun non keuangan; dan

c. menyetujui dan mengesahkan Rencana Bisnis Anggaran

dan Rencana Strategis Bisnis Rumah Sakit.

(3) Pemerintah Provinsi bertanggungjawab menutup defisit

anggaran Rumah Sakit yang bukan karena kesalahan dalam

pengelolaan dan setelah diaudit secara independen.

Bagian

Page 12: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 12 -

Bagian Keempat

Pejabat Pengelola

Paragraf 1

Susunan

Pasal 8

Pejabat Pengelola Rumah Sakit terdiri atas:

a. Direktur;

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha;

c. Kepala Seksi Pelayanan Medik; dan

d. Kepala Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat dan Penelitian dan

Pengembangan.

Paragraf 2

Direktur

Pasal 9

(1) Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a

bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Kepala Dinas

terhadap kinerja keuangan dan non keuangan Rumah Sakit

secara umum dan keseluruhan.

(2) Dalam melaksanakan tanggungjawab sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) Direktur mempunyai tugasmemimpin dan

membina, mengkoordinasikan, mengawasi serta

melaksanakan pengendalian terhadap pelaksanaan tugas

Rumah Sakit sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 10

Tugas Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)

dijabarkan sebagai berikut:

a. menyusun perencanaan, menggerakkan pelaksanaan,

memantau dan mengevaluasi program dan kegiatan Rumah

Sakit;

b. menyusun Rencana Strategi Bisnis (RSB) dan Rencana Bisnis

Anggaran (RBA) Rumah Sakit;

c. menyusun dan mempertanggungjawabkan kinerja keuangan

dan non keuangan Rumah Sakit;

d. memelihara, menjaga dan mengelola sumber daya Rumah

Sakit secara efektif dan efisien;

e. mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi

rumah sakit sesuai ketentuan yang berlaku;

f. menyusun laporan tahunan dan laporan berkala;

g. memimpin

Page 13: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 13 -

g. memimpin dan mengurus Rumah Sakit sesuai dengan tujuan

Rumah Sakit yang telah ditetapkan dengan senantiasa

berusaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi;

h. menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama kemitraan dalam

rangka pelaksanaan dan pengembangan program Rumah

Sakit;

i. mengambil keputusan serta kebijakan teknis dalam rangka

pelaksanaan program dan kegiatan Rumah Sakit sehari-hari;

dan

j. mewakili Rumah Sakit di dalam dan di luar pengadilan.

Pasal 11

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10, Direktur berwenang:

a. memberikan perlindungan kepada dokter dan tenaga

kesehatan lain dalam menjalankan pelayanan di Rumah Sakit;

b. menetapkan kebijakan operasional Rumah Sakit;

c. menetapkan peraturan, pedoman, petunjuk teknis dan

prosedur tetap Rumah Sakit;

d. menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan

kewajiban pegawai rumah sakit sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan;

e. memberikan penghargaan pegawai, karyawan dan profesional

yang berprestasi tanpa atau dengan sejumlah uang yang

besarnya tidak melebihi ketentuan yang berlaku;

f. memberikan sanksi yang bersifat mendidik sesuai dengan

peraturan yang berlaku;

g. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian koordinator

jabatan fungsional kepada Kepala Dinas;

h. mendatangkan ahli, profesional konsultan atau lembaga

independen apabila diperlukan;

i. menetapkan organisasi pelaksana, organisasi pendukung dan

unit tidak tetap dengan uraian tugas masing-masing;

j. menandatangani perjanjian dengan pihak lain untuk jenis

perjanjian yang bersifat teknis operasional pelayanan;

k. mendelegasikan sebagian kewenangan kepada jajaran di

bawahnya; dan

l. meminta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dari Kepala

Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi sesuai dengan

bidang tugas dan tanggung jawabnya.

Pasal 12

Page 14: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 14 -

Pasal 12

Dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangannya

Direktur bertanggung jawab atas:

a. kebenaran kebijaksanaan Rumah Sakit;

b. kelancaran, efektifitas dan efisiensi kegiatan Rumah Sakit;

c. kebenaran program kerja, pelaksanaan, pengendalian,

pengawasan dan laporan kegiatannya; dan

d. meningkatkan akses/keterjangkauan dan mutu pelayanan

Rumah Sakit.

Paragraf 3

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Pasal 13

(1) Kepala Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 huruf b merupakan pejabat struktural dibawah

Direktur bertindak sebagai Pejabat Keuangan.

(2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibantu oleh :

a. Koordinator Kelompok Kerja Keuangan;

b. Koordinator Kelompok Kerja Sumber Daya Manusia;

c. Koordinator Kelompok Kerja Humas; dan

d. Koordinator Kelompok Kerja Penyusunan Program.

Pasal 14

Kepala Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 mempunyai tugas sebagai berikut:

a. mengkoordinasikan penyusunan RBA;

b. menyiapkan DPA-BLUD;

c. melakukan pengelolaan pendapatan dan biaya;

d. menyelenggarakan pengelolaan kas;

e. melakukan pengelolaan utang-piutang;

f. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap dan

investasi;

g. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan;

dan

h. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan

keuangan.

Paragraf 4

Page 15: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 15 -

Paragraf 4

Kepala Seksi Pelayanan Medik

Pasal 15

(1) Kepala Seksi Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 huruf c merupakan pejabat struktural dibawah

Direktur bertindak sebagai Pejabat Teknis

(2) Kepala Seksi Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibantu oleh:

a. Koordinator Kelompok Kerja Pelayanan Medis dan

Keperawatan; dan

b. Koordinator Kelompok Kerja Pelayanan Penunjang;

Pasal 16

Kepala Seksi Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 mempunyai tugas:

a. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidang pelayanan

medis

b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai RBA; dan

c. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidang

pelayanan medis.

Paragraf 5

Kepala Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat dan

Penelitian dan Pengembangan

Pasal 17

(1) Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat dan Penelitian dan

Pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d

merupakan pejabat struktural dibawah Direktur bertindak

sebagai Pejabat Teknis.

(2) Kepala Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat dan Penelitian dan

Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu

oleh:

a. Koordinator Kelompok Kerja Upaya Kesehatan Masyarakat;

dan

b. Koordinator Kelompok Kerja Penelitian dan Pengembangan.

Pasal 18

Kepala Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat dan Penelitian dan

Pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,

mempunyai tugas :

a. menyusun

Page 16: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 16 -

a. menyusun perencanaan kegiatan teknis UKM dan Litbang

b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai RBA; dan

c. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidang UKM

di wilayah binaan

Pasal 19

(1) Koordinator Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (2), Pasal 15 ayat (2) dan Pasal 17 ayat (2)

diangkat dan diberhentikan oleh Direktur.

(2) Koordinator Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) mempunyai tugas dan fungsi sesuai dengan bidangnya dan

bertanggung jawab kepada Direktur melalui Kepala Sub

Bagian Tata Usaha atau Kepala Seksi.

Pasal 20

(1) Susunan Pejabat Pengelola sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 dapat dilakukan perubahan baik jumlah maupun

jenisnya, setelah melalui analisis organisasi guna memenuhi

tuntutan perubahan.

(2) Perubahan susunan Pejabat Pengelola sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur.

Paragraf 2

Pengangkatan

Pasal 21

(1) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan Pejabat

Pengelola Rumah Sakit ditetapkan berdasarkan kompetensi

dan kebutuhan praktik bisnis yang sehat.

(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

kualitas dan kualifikasi berupa prestasi, dedikasi, loyalitas

dan sikap perilaku tidak tercela yang diperlukan dalam tugas

jabatan.

(3) Kebutuhan praktik bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan kesesuaian antara kebutuhan

jabatan, kualitas dan kualifikasi sesuai kemampuan keuangan

Rumah Sakit.

(4) Direktur, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi

diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usulan Kepala

Dinas.

Paragraf 3

Page 17: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 17 -

Paragraf 3

Persyaratan

Pasal 22

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Direktur adalah:

a. seorang tenaga medis yang memenuhi kriteria keahlian,

integritas, kepemimpinan dan pengalaman di bidang

perumahsakitan;

b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk

mengembangkan usaha guna kemandirian Rumah Sakit;

c. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah

menjadi pemimpin perusahaan yang dinyatakan pailit;

d. berstatus PNS/Non PNS

e. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk

menjalankan praktik bisnis yang sehat di Rumah Sakit; dan

f. memenuhi syarat administrasi kepegawaian.

Pasal 23

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Sub Bagian Tata

Usaha adalah:

a. berstatus PNS;

b. berpendidikan minimal sarjana dan memenuhi kriteria

keahlian, integritas dan kepemimpinan;

c. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah

merugikan pemerintah dan/atau rumah sakit;

d. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk

menjalankan prinsip pengelolaan keuangan yang sehat di

Rumah Sakit;

e. mampu menjalankan ketatausahaan dan mengelola aset

secara efektif dan efisien; dan

f. memenuhi syarat administrasi kepegawaian.

Pasal 24

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Seksi Pelayanan

Medis adalah :

a. berstatus PNS;

b. berpendidikan minimal sarjana dan memenuhi kriteria

keahlian, integritas, kepemimpinan;

c. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah

merugikan pemerintah dan/atau rumah sakit;

d. bersedia

Page 18: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 18 -

d. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk

menjalankan program Pelayanan Medis, Keperawatan dan

Penunjang di rumah sakit;

e. mampu mengkoordinasi kegiatan peningkatan mutu

pelayanan medis, pelayanan keperawatan dan penunjang

f. memenuhi syarat administrasi kepegawaian.

Pasal 25

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Seksi Upaya

Kesehatan Masyarakat dan Penelitian dan Pengembangan

adalah :

a. berstatus PNS;

b. berpendidikan minimal sarjana dan memenuhi kriteria

keahlian, integritas, kepemimpinan;

c. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah

merugikan pemerintah dan/atau rumah sakit;

d. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk

menjalankan, mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan

UKM dan litbang di rumah sakit;

e. mampu menjalankan kegiatan UKM dan litbang serta

mengelola Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit;

f. memenuhi syarat administrasi kepegawaian.

Bagian Kelima

Organ Pelaksana Instalasi

Pasal 26

(1) Organ pelaksana pada Rumah Sakit adalah Instalasi yang

merupakan unit terkecil kelompok jabatan fungsional yang

langsung memberikan pelayanan tertentu kepada masyarakat

secara berkesinambungan dan pada tempat/lokasi yang relatif

tetap.

(2) Instalasi dikoordinasikan oleh seorang koordinator.

(3) Koordinator sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat

oleh Direktur.

Bagian Keenam

Organisasi Pendukung

Paragraf 1

Satuan Pengawas Internal

Pasal 27

(1) SPI merupakan perangkat Rumah Sakit yang bertugas

melakukan pengawasan dan pengendalian internal dalam

rangka membantu Direktur Rumah Sakit guna meningkatkan

efektivitas dan efisiensi kinerja keuangan dan non-keuangan

Rumah Sakit.

(2) Pengawasan

Page 19: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 19 -

(2) Pengawasan dan pengendalian internal sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) untuk mengawasi apakah kebijakan

pimpinan telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh

bawahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

untuk mencapai tujuan organisasi.

(3) SPI berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur.

(4) SPI dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

Paragraf 2

Komite Keperawatan

Pasal 28

Guna membantu Direktur dalam menyusun Standar Pelayanan

Keperawatan dan memantau pelaksanaannya, mengatur

kewenangan (previlege) perawat, mengembangkan pelayanan

keperawatan, program pendidikan, pelatihan dan penelitian serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan,

maka dibentuk Komite Keperawatan.

Pasal 29

(1) Komite Keperawatan merupakan organisasi non struktural

yang berada di bawah serta bertanggungjawab kepada

Direktur.

(2) Susunan Komite Keperawatan terdiri dari seorang Ketua

merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota,

seorang sekretaris merangkap anggota dan anggota sebanyak

5 orang.

(3) Komite Keperawatan dibentuk dan ditetapkan dengan

Keputusan Direktur dengan masa pengabdian 5 (lima) tahun.

(4) Pengurus Komite Keperawatan merupakan hasil pemilihan

yang dilakukan oleh para perawat di rumah sakit.

(5) Pengurus Komite Keperawatan yang telah mengakhiri masa

pengabdiannya dapat dipilih kembali.

Pasal 30

Dalam menjalankan tugasnya Komite Keperawatan wajib

menjalin kerjasama yang harmonis dengan Komite Medis,

Manajemen Keperawatan dan Instalasi terkait.

Paragraf 3

Komite Lain

Pasal 31

(1) Selain Komite Medis dan Komite Keperawatan pada dapat

dibentuk komite lain untuk penyelenggaraan fungsi tertentudi

Rumah Sakit sesuai kebutuhan dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan mutu

pelayanan dan keselamatan pasien.

(2) Komite

Page 20: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 20 -

(2) Komite lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

Komite:

a. Farmasi dan Terapi

b. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

c. Pengendalian resistensi antimikroba

d. Etika dan Hukum

e. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS);

f. Manajemen Resiko dan Keselamatan Pasien

g. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

(K3RS)

h. Penanggulangan HIV Rumah Sakit;

i. Penanggulangan TB dengan strategi DOTS;

j. Petugas Kesehatan lainnya; dan

k. Akreditasi.

BAB IV

TATA KELOLA STAF MEDIS

Bagian Kesatu

Kelompok Staf Medis

Paragraf 1

Umum

Pasal 32

(1) Staf Medis di Rumah Sakit terdiri dari Dokter Umum, Dokter

Gigi, Dokter Spesialis Paru, Dokter Subspesialis Paru, Dokter

Spesialis Radioterapi, Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis

Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Jantung, Dokter Spesialis

Bedah Thoraks, Dokter Spesialis Radiologi, Dokter Spesialis

Patologi Klinik, Dokter Spesialis Patologi Anatomi, Dokter

Spesialis Anestesi, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis dan

Dokter Spesialis/Sub Spesialis lainnya yang bekerja purna

waktu maupun paruh waktu di unit pelayanan Rumah Sakit.

(2) Dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis

yang bekerja purna waktu dan paruh waktu di unit pelayanan

Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

menjadi anggota Staf Medis, termasuk unit pelayanan yang

dilakukan kerja sama operasional (outsourcing) dengan rumah

sakit.

Pasal 33

(1) Dalam melaksanakan tugas Staf Medis dikelompokkan sesuai

spesialisasi atau keahliannya atau dengan cara lain dengan

pertimbangan khusus.

(2) Setiap Kelompok Staf Medis paling sedikit terdiri dari 2 (dua)

orang dokter.

(3) Pengelompokan

Page 21: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 21 -

(3) Pengelompokan Staf Medis sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berdasarkan spesialisasi/keahlian yang sama

dikelompokkan ke dalam 1 (satu) kelompok Staf Medis

(4) Penggabungan tenaga dokter spesialis dengan

spesialisasi/keahlian yang berbeda dapat dilakukan karena

jumlah dokter spesialis tersebut kurang dari 2 (dua) orang;

Pasal 34

(1) Untuk menjadi anggota Staf Medis, seorang dokter harus

memiliki :

a. Kompetensi yang dibutuhkan;

b. Surat Tanda Registrasi; dan

c. Surat Ijin Praktik di Rumah Sakit.

(2) Selain memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Staf Medis harus memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang

laik (fit) untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya

serta memiliki perilaku, moral dan etik yang baik.

Pasal 35

(1) Seorang dokter yang diterima sebagai anggota Staf Medis

mempunyai kewenangan klinis (clinical privilege) yang

ditetapkan oleh Direktur sesuai standar program setelah

mendapat rekomendasi dari Komite Medis.

(2) Kewenangan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diterbitkan oleh Direktur dalam bentuk surat penugasan

klinis.

(3) Surat penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diberikan kepada seorang staf sehingga dapat melakukan

pelayanan medis di Rumah Sakit.

Paragraf 2

Kewenangan dan Penugasan klinis

Pasal 36

(1) Kewenangan masing-masing anggota kelompok Staf Medis

disusun oleh Ketua kelompok dan kemudian diusulkan oleh

Ketua Komite Medis kepada Direktur RS untuk dibuatkan

surat keputusannya.

(2) Penugasan klinis (clinical appointment) diberikan oleh Direktur

kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok

pelayanan medis di Rumah Sakit berdasarkan daftar

kewenangan klinis yang telah ditetapkan Direktur.

Paragraf 3

Page 22: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 22 -

Paragraf 3

Tugas dan Fungsi

Pasal 37

Staf Medis mempunyai tugas sebagai pelaksana pelayanan medis,

pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di

bidang pelayanan medis.

Pasal 38

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

35, Staf Medis memiliki fungsi:

a. pelaksanaan kegiatan profesi yang komprehensif meliputi

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif;

b. pembuatan rekam medik sesuai fakta, tepat waktu, akurat

dan lengkap;

c. peningkatan kemampuan profesi melalui program

pendidikan/pelatihan berkelanjutan; dan

d. penjagaan kualitas pelayanan sesuai standar profesi, standar

pelayanan medis dan etika kedokteran yang sudah ditetapkan.

e. penyusunan, pengumpulan, penganalisaan dan pembuatan

laporan pemantauan indikator mutu klinik.

Paragraf 4

Masa Kerja

Pasal 39

(1) Masa kerja Staf Medis PNS sampai yang bersangkutan

memasuki masa pensiun sesuai peraturan perundang-

undangan.

(2) Masa kerja Staf Medis non-PNS sesuai dengan perjanjian

dan/atau Keputusan Direktur.

Pasal 40

Staf medis diberhentikan dengan hormat karena:

a. telah memasuki masa pensiun/telah selesai masa fungsinya;

b. permintaan sendiri;

c. tidak lagi memenuhi kualifikasi sebagai Staf Medis; dan

d. berhalangan tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.

Pasal 41

Page 23: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 23 -

Pasal 41

Staf Medis dapat diberhentikan tidak dengan hormat apabila

melakukan perbuatan melawan hukum dengan ancaman pidana

lebih dari 5 (lima) tahun.

Paragraf 5

Pembinaan dan Sanksi

Pasal 42

(1) Dalam hal Staf Medis dinilai kurang mampu dan/atau

melakukan tindakan klinik yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan sehingga menimbulkan kecacatan dan/atau

kematian maka Komite Medik dapat melakukan pemeriksaan.

(2) Bila hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

membuktikan bahwa Staf Medis melakukan tindakan yang

tidak sesuai dengan standar pelayanan, maka Komite Medik

dapat mengusulkan kepada Direktur agar Staf Medis yang

bersangkutan dikenai sanksi.

(3) Pemberlakuan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

harus dituangkan dalam bentuk Keputusan Direktur dan

disampaikan kepada Staf Medis yang bersangkutan dengan

tembusan kepada Komite Medik.

(4) Dalam hal Staf Medis yang bersangkutan tidak dapat

menerima sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat

mengajukan sanggahan secara tertulis dalam waktu paling

lama 15 (lima belas) hari sejak diterimanya Keputusan

Direktur.

(5) Dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari sejak

diterimanya surat sanggahan, Direktur harus menyelesaikan

secara adil dan seimbang dengan mengundang semua pihak

yang terkait.

(6) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersifat

final.

Pasal 43

(1) Seluruh Staf Medis, yang melakukan pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan, aturan Rumah Sakit,

klausul-klausul dalam perjanjian kerja atau etika diberikan

sanksi yang beratnya tergantung dari jenis dan berat

ringannya pelanggaran.

(2) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan oleh Direktur setelah mendengar pendapat Komite

Medik.

(3) Sanksi

Page 24: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 24 -

(3) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:

a. teguran lisan atau tertulis;

b. penghentian praktik untuk sementara waktu;

c. pemberhentian dengan tidak hormat bagi staf medis; atau

d. pemutusan perjanjian kerjasebagai staf medis bagi non-

PNS yang masih berada dalam masa kontrak.

Bagian Kedua

Komite Medik

Paragraf 1

Pembentukan

Pasal 44

(1) Komite Medik dibentuk oleh Direktur.

(2) Komite Medik merupakan organisasi yang dibentuk dengan

tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical

governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan

keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.

(3) Keanggotaan Komite Medik ditetapkan oleh Direktur dengan

mempertimbangkan sikap profesional, reputasi dan perilaku.

(4) Komite Medik mempunyai masa kerja 5 (lima) tahun.

Paragraf 2

Susunan Organisasi dan Keanggotaan

Pasal 45

Susunan organisasi Komite Medik sekurang-kurangnya terdiri

dari:

a. ketua;

b. sekretaris; dan

c. anggota.

Pasal 46

(1) Ketua Komite Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43

huruf a, ditetapkan oleh Direktur dengan memperhatikan

masukan dari staf medis.

(2) Sekretaris Komite Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal

43 huruf b,ditetapkan oleh Direktur berdasarkan rekomendasi

dari Ketua Komite Medik dengan memperhatikan masukan

dari staf medis.

(3) Struktur Organisasi Komite Medik disesuaikan dengan

jumlah staf medis di Rumah Sakit

Pasal 47

Page 25: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 25 -

Pasal 47

(1) Anggota Komite Medik terbagi ke dalam Subkomite.

(2) Subkomite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Subkomite Kredensial, bertugas menapis profesionalisme

staf medis;

b. Subkomite Mutu Profesi, bertugas mempertahankan

kompetensi dan profesionalisme staf medis; dan

c. Subkomite Etika dan Disiplin Profesi, bertugas menjaga

disiplin, etika dan perilaku profesi staf medis.

Paragraf 3

Tugas dan Fungsi

Pasal 48

(1) Komite Medik mempunyai tugas meningkatkan

profesionalisme staf medis yang bekerja di Rumah Sakit

dengan cara:

a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan

melakukan pelayanan medis di Rumah Sakit;

b. memelihara mutu profesi staf medis; dan

c. menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi staf medis.

(2) Dalam melaksanakan tugas kredensial sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a Komite Medik memiliki fungsi

sebagai berikut:

a. penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan

klinis sesuai dengan masukan dari kelompok staf medis

berdasarkan norma keprofesian yang berlaku;

b. penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:

1. kompetensi;

2. kesehatan fisik dan mental;

3. perilaku;

4. etika profesi.

c. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran;

d. wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;

e. penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.

f. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan

rekomendasi kewenangan klinis kepada Komite Medik;

g. melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya

masa berlaku surat penugasan klinis dan adanya

permintaan dari Komite Medik; dan

h. rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat

penugasan klinis.

(3) Dalam

Page 26: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 26 -

(3) Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf

medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb Komite

Medik memiliki fungsi sebagai berikut:

a. pelaksanaan audit medis;

b. rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka

pendidikan berkelanjutan bagi staf medis;

c. rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan

berkelanjutan bagi staf medis Rumah Sakit; dan

d. rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf

medis yang membutuhkan.

(4) Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan

perilaku profesi staf medis sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) hurufc Komite Medik memiliki fungsi sebagai berikut:

a. pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;

b. pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan

pelanggaran disiplin;

c. rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di Rumah

Sakit; dan

d. pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan

keputusan etis pada asuhan medis pasien.

Pasal 49

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

46 Komite Medik berwenang:

a. memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis

(delineation of clinical privilege);

b. memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical

appointment);

c. memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis

(clinical privilege) tertentu; dan

d. memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian

kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);

e. memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;

f. memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran

berkelanjutan;

g. memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan

h. memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

Paragraf 4

Panitia Adhoc

Pasal 50

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Medik

dapat dibantu oleh Panitia adhoc.

(2) Panitia

Page 27: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 27 -

(2) Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh Direktur berdasarkan usulan Ketua Komite Medik.

(3) Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal

dari staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari.

(4) Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dapat berasal dari rumah sakit lain,

perhimpunan dokter spesialis, kolegium dokter, kolegium

dokter spesialis dan/atau institusi pendidikan kedokteran.

Paragraf 5

Pembiayaan

Pasal 51

(1) Pengurus Komite Medik berhak memperoleh insentif sesuai

dengan kemampuan keuangan Rumah Sakit.

(2) Pelaksanaan kegiatan Komite Medik dibiayai dengan anggaran

Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Paragraf 6

Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 52

Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Komite Medik

dilakukan oleh Kepala Dinas, dan perhimpunan/asosiasi

perumahsakitan dengan melibatkan perhimpunan atau kolegium

profesi yang terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-

masing.

Pasal 53

(1) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 52 diarahkan untuk meningkatkan kinerja Komite

Medik dalam rangka menjamin mutu pelayanan medis dan

keselamatan pasien di Rumah Sakit.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan melalui:

a. advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis;

b. pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya

manusia; dan

c. monitoring dan evaluasi.

(3) Dalam rangka pembinaan Kepala Dinas dapat memberikan

sanksi administratif berupa teguran lisan dan teguran tertulis.

BAB V

Page 28: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 28 -

BAB V

TATA KERJA

Pasal 54

(1) Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan unit kerjadi

lingkungan Rumah Sakit wajib menerapkan prinsip

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi secara vertikal dan

horisontal sesuai tugas masing-masing.

(2) Dalam hal koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dilakukan

dengan instansi di luar Rumah Sakit, wajib sepengetahuan

dan/atau persetujuan Pejabat Pengelola.

Pasal 55

(1) Setiap pimpinan unit kerja wajib mengawasi bawahannya

masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan, wajib

mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

(2) Setiap pimpinan unit kerja bertanggung jawab memimpin dan

mengkoordinasikan bawahan, memberikan bimbingan dan

petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya serta wajib

menyusun rencana kerja tahunan.

(3) Setiap pimpinan unit kerja wajib mengikuti dan mematuhi

petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan serta

menyampaikan laporan berkala pada waktunya.

(4) Setiap laporan yang diterima oleh setiap pimpinan unit kerja

dari bawahan, wajib dianalisa untuk dipergunakan sebagai

bahan menyusun kebijakan lebih lanjut.

(5) Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan

laporan disampaikan kepada satuan unit kerja lain yang

secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

Pasal 56

(1) Kebijakan yang dibuat Direktur merupakan kebijakan yang

bersifat teknis operasional dan tertuang dalam Standard

Prosedur Operasional

(2) Standard Prosedur Operasional sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan serangkaian instruksi tertulis yang

dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan

aktivitas pelayanan, bagaimana dan kapan harus dilakukan,

di mana dan oleh siapa dilakukan.

BAB VI

Page 29: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 29 -

BAB VI

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

Bagian Kesatu

Status Pegawai

Pasal 57

(1) Penyelenggaraan pelayanan di Rumah Sakit dilaksanakan oleh

pegawai Rumah Sakit yang terdiri atas Pegawai dengan status

PNS dan pegawai dengan status Non PNS.

(2) Pegawai dengan status Non PNS sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berstatus tenaga kontrak merupakan pegawai BLUD

dan dapat diperbaharui apabila pegawai tersebut dibutuhkan

dan memenuhi syarat yang ditentukan BLUD.

(3) Pegawai BLUD Non PNS kontrak dapat diangkat menjadi

pegawai BLUD Non PNS tetap apabila memenuhi persyaratan:

a. mempunyai penilaian kinerja yang baik;

b. lulus seleksi oleh tim seleksi pegawai BLUD Non PNS;

c. formasi memungkinkan; dan

d. telah memperbaharui kontrak kerja 5 (lima) tahun

berturut-turut.

(4) Pegawai BLUD Non PNS yang berstatus tetap sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diangkat menjadi Pegawai

Negeri Sipil kecuali melalui seleksi penerimaan Calon Pegawai

Negeri Sipil sesuai peraturan perundang-undangan.

(5) Kriteria penilaian pengangkatan Pegawai BLUD Non PNS

tetap, diatur dengan Keputusan Pemimpin BLUD.

Bagian Kedua

Jenis Pegawai

Pasal 58

Jenispegawai Rumah Sakit terdiri dari :

a. tenaga kesehatan; dan

b. tenaga non-kesehatan.

Pasal 59

(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58

huruf a terdiri atas:

a. Staf Medis ;

b. tenaga keperawatan; dan

c. tenaga penunjang medik.

(2) Staf

Page 30: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 30 -

(2) Staf Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

merupakan kelompok profesi medik terdiri dari:

a. Dokter;

b. Dokter Gigi;

c. Dokter Spesialis Paru;

d. Dokter Subspesialis Paru;

e. Dokter Spesialis Radioterapi;

f. Dokter Spesialis Anak;

g. Dokter Spesialis Penyakit Dalam;

h. Dokter Spesialis Jantung;

i. Dokter Spesialis Bedah Thoraks;

j. Dokter Spesialis Radiologi;

k. Dokter Spesialis Patologi Klinik;

l. Dokter Spesialis Patologi Anatomi;

m. Dokter Spesialis Anestesi;

n. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis; dan

o. Dokter Spesialis/Sub Spesialis lainnya yang bekerja purna

waktu maupun paruh waktu yang melaksanakan tugas

profesi meliputi diagnosis, pengobatan, pencegahan akibat

penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan,

penyuluhan kesehatan, pendidikan dan latihan serta

penelitian dan pengembangan di instalasi dalam jabatan

fungsional.

(3) Tenaga keperawatan fungsional sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b merupakan kelompok profesi keperawatan

yang melaksanakan tugas profesinya dalam memberikan

asuhan keperawatan di ruang rawat inap, ruang rawat

intensif, ruang gawat darurat dan ruang rawat jalan.

(4) Tenaga penunjang medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c merupakan tenaga fungsional yang terdiri dari:

a. Apotiker;

b. Asisten Apotiker;

c. Radiografer

d. Perekam Medis,

e. Teknisi Elektro Medik;

f. Pranata Laboratorium;

g. Nutrisionist;

h. Sanitarian;

i. Fisioterapis; dan

j. Penyuluh Kesehatan.

Pasal 60

Page 31: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 31 -

Pasal 60

Tenaga non-kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58

huruf b merupakan tenaga yang bertugas selain sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 59.

Pasal 61

(1) Jumlah pegawai BLUD ditentukan berdasarkan kebutuhan

dan beban kerja yang ada. [

(2) Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai peraturan perundang-

undangan.

(3) Dalam melaksanakan tugas, jenis ketenagaan dikelompokkan

berdasarkan bidang keahliannya.

Bagian Ketiga

Pengangkatan Pegawai

Pasal 62

(1) Pengangkatan pegawai Rumah Sakit dilakukan berdasarkan

pada prinsip efisiensi, ekonomis dan produktif dalam rangka

peningkatan pelayanan.

(2) Mekanisme pengangkatan pegawai tetap berstatus Pegawai

Negeri Sipil dilakukan menurut ketentuan peraturan

perundangan-undangan.

(3) Ketentuan mengenai pengangkatan tenaga tetap berstatus

Non Pegawai Negeri Sipil dan tenaga tidak tetap berstatus

tenaga kontrak diatur dalam Peraturan Gubernur tersendiri.

Bagian Keempat

Penghargaan dan Sanksi

Pasal 63

Untuk mendorong motivasi kerja dan produktivitas, Rumah Sakit

memberikan penghargaan bagi pegawai Rumah Sakit yang

mempunyai kinerja baik dan sanksi bagi yang tidak memenuhi

atau melanggar peraturan perundang-undangan.

Pasal 64

(1) Penghargaan yang diberikan kepada pegawai Rumah Sakit

berstatus PNS dapat berupa:

a. kenaikan pangkat dengan sistem regular atau kenaikan

pangkat pilihan;

b. kenaikan gaji berkala;

c. mendapatkan kesempatan pendidikan yang lebih tinggi;

dan/atau remunerasi.

(2) Penghargaan

Page 32: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 32 -

(2) Penghargaan yang diberikan kepada pegawai berstatus Non

PNS dan tenaga kontrak dapat berupa:

a. kenaikan upah secara berkala; dan/atau

b. remunerasi.

Pasal 65

Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 diberikan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelima

Mutasi Pegawai

Pasal 66

(1) Mutasi pegawai Rumah Sakit dilaksanakan dengan tujuan

untuk peningkatan kinerja dan pengembangan karir.

(2) Mutasi pegawai Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan dengan mempertimbangkan:

a. penempatan seseorang pada pekerjaan yang sesuai dengan

pendidikan dan ketrampilannya;

b. masa kerja di unit kerja tertentu;

c. pengalaman pada bidang tugas tertentu;

d. manfaatnya dalam menunjang karir; dan/atau

e. kondisi fisik dan psikis pegawai.

Bagian Keenam

Disiplin Pegawai

Pasal 67

(1) Disiplin pegawai ditunjukkan melalui nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban yang

dituangkan dalam:

a. daftar hadir;

b. rekam jejak (track record);dan

c. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai.

(2) Pelanggaran terhadap disiplin pegawai sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diberikan hukuman sesuai tingkat dan jenis

pelanggarannya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk pegawai berstatus PNS sesuai peraturan perundang

undangan yang berlaku;

b. untuk pegawai berstatus Non PNS:

1. hukuman disiplin ringan terdiri dari:

a) teguran lisan; dan/atau

b) teguran tertulis;

2. hukuman

Page 33: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 33 -

2. hukuman disiplin sedang terdiri dari:

a) penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama

1 (satu) tahun; dan/atau

b) penurunan gaji sebesar satu kali gaji berkala untuk

paling lama 1 (satu) tahun.

3. hukuman disiplin berat berupa pemutusan hubungan

kerja.

Bagian Keenam

Pemberhentian Pegawai

Pasal 68

(1) Pemberhentian pegawai berstatus PNS dilakukan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemberhentian pegawai berstatus non PNS dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. mengundurkan diri;

b. mencapai usia 56 Tahun;

c. meninggal dunia;

d. melanggar perjanjian kerja;

e. masa perjanjian kerja habis;

f. melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman 4

tahun atau lebih;

g. tidak masuk kerja selama 45 hari kerja secara akumulatif

selama 1 tahun tanpa keterangan;

h. berhalangan tetap karena sakitnya sehingga tidak dapat

melaksanakan tugas; dan

i. penyederhanaan organisasi.

BAB VII

REMUNERASI

Pasal 69

(1) Remunerasi merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji,

tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi,

pesangon, dan/atau pensiun yang diberikan kepada Pejabat

Pengelola, pegawai Rumah Sakit dan Dewan Pengawas yang

ditetapkan oleh Gubernur.

(2) Pemberian remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

berdasarkan prinsip:

a. Proposionalitas, yaitu pertimbangan atas kelas Rumah

Sakit dan tingkat pelayanan;

b. Kesetaraan, yaitu dengan mempertimbangkan industri

pelayanan sejenis; dan

c. Kepatutan, yaitu menyesuaikan kemampuan pendapatan

fungsional Rumah Sakit.

(3) Semua

Page 34: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 34 -

(3) Semua biaya yang dikeluarkan untuk pemberian remunerasi

dianggarkan dalam DPA paling tinggi 44 % (empat puluh

empat persen) dari realisasi pendapatan rumah sakit.

Pasal 70

(1) Besaran remunerasi bagi pegawai didasarkan pada indikator

penilaian yang meliputi Indeks :

a. dasar;

b. tanggungjawab;

c. kinerja;

d. beban kerja rutin;

e. beban kerja tambahan;

f. risiko kerja;

g. kompensasi; dan

h. beban kerja yang segera (cito).

(2) Besaran Remunerasi bagi pegawai dan Dewan Pengawas

ditetapkan dengan keputusan Direktur.

(3) Perbandingan besaran remunerasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) mengacu rumusan dalam Peraturan Gubernur

Jawa Timur tentang Remunerasi

Pasal 71

(1) Pemberian gaji dan tunjangan bagi pegawai berstatus PNS

dialokasikan melalui Anggaran Belanja Tidak Langsung.

(2) Pemberian honorarium bagi pegawai berstatus Non PNS

dialokasikan melalui anggaran Belanja Langsung.

(3) Alokasi anggaran insentif, bonus dan honorarium bagi Pejabat

Pengelola, Pejabat Pelaksana Keuangan, Pejabat Pelaksana

Teknis, Pegawai, Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan

Pengawas dan Tim Pembina Rumah Sakit dianggarkan melalui

Anggaran Belanja Langsung.

BAB VIII

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Pasal 72

(1) Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas

pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Direktur

menetapkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

(2) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan,

dan kesetaraan layanan serta kemudahan untuk

mendapatkan layanan.

Pasal 73

Page 35: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 35 -

Pasal 73

Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal

72 harus memenuhi persyaratan:

a. fokus pada jenis pelayanan;

b. terukur;

c. dapat dicapai;

d. relevan dan dapat diandalkan; dan

e. tepat waktu.

Pasal 74

(1) Fokus pada jenis pelayanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 73 huruf a, yaitu mengutamakan kegiatan pelayanan

yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi Rumah Sakit.

(2) Terukur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 huruf b, yaitu

kegiatan yang dilaksanakan pencapaiannya dapat dinilai

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

(3) Dapat dicapai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 huruf c,

yaitu kegiatan yang dilakukan nyata, dapat dihitung tingkat

pencapaiannya, rasional, sesuai kemampuan dan tingkat

pemanfaatannya.

(4) Relevan dan dapat diandalkan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 73 huruf d, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan

dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi

Rumah Sakit.

(5) Tepat waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 huruf e,

yaitu terdapat kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang

telah ditetapkan.

Pasal 75

(3) Rumah Sakit wajib menyusun Laporan Pencapaian Kinerja

Pelayanan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali

(4) Laporan Pencapaian Kenerja sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disampaikan kepada Gubernur melalui Kepala Dinas.

BAB IX

PENGELOLAAN KEUANGAN

Bagian Kesatu

Prinsip

Pasal 76

(1) Pengelolaan keuangan Rumah Sakit berdasarkan pada prinsip

efektifitas, efisiensi dan produktivitas dengan berasaskan

akuntabilitas dan transparansi.

(2) Dalam

Page 36: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 36 -

(2) Dalam rangka penerapan prinsip sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Rumah Sakit menerapkan Sistem Akuntansi

berbasis Standar Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi

Pemerintahan dalam penatausahaan keuangan.

Bagian Kedua

Fleksibilitas

Pasal 77

(1) Dalam pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 76 Rumah Sakit dengan status BLUD penuh

memperoleh fleksibilitas berupa:

a. pengelolaan pendapatan dan biaya;

b. pengelolaan kas;

c. pengelolaan utang;

d. pengelolaan piutang;

e. pengelolaan investasi;

f. pengelolaan barang dan/atau jasa;

g. pengadaan barang;

h. penyusunan akuntansi, pelaporan dan

pertanggungjawaban;

i. pengelolaan surplus dan defisit;

j. pengelolaan dana secara langsung; dan

k. perumusan standar, kebijakan, sistem, dan prosedur

pengelolaan keuangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai fleksibilitas sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Gubernur

tersendiri.

Bagian Ketiga

Tarif Pelayanan

Pasal 78

(1) Rumah Sakit dapat memungut biaya kepada masyarakat

sebagai imbalan atas barang dan/atau jasa layanan yang

diberikan.

(2) Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dalam bentuk tarif yang

disusun atas dasar perhitungan biaya satuan per unit layanan

atau hasil per investasi dana.

(3) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), termasuk imbalan

hasil yang wajar dari investasi dana dan untuk menutup

seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan.

Pasal 79

Page 37: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 37 -

Pasal 79

(1) Tarif layanan rawat jalan, gawat darurat, rawat inap beserta

pelayanan penunjangnya ditetapkan dengan Peraturan

Gubernur atas usulan Direktur melalui Kepala Dinas

Kesehatan.

(3) Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2), mempertimbangkan kontinuitas dan

pengembangan layanan, daya beli masyarakat, serta kompetisi

yang sehat.

(4) Dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Gubernur dapat membentuk tim.

(5) Anggota Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat

berasal dari:

a. Perangkat Daerah Provinsi Jawa Timur yang membidang

urusan pemerintahan dibidang kesehatan;

b. Perangkat Daerah Provinsi Jawa Timur yang membidang

urusan pemerintahan dibidang Keuangan;

c. unsur perguruan tinggi;

d. organisasi profesi; dan

e. rumah sakit.

Pasal 80

(1) Peraturan Gubernur tentang tarif layanan Rumah Sakit dapat

dilakukan perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan

keadaan.

(2) Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat

dilakukan secara keseluruhan maupun per unit layanan.

(3) Proses perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan (2), berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 79.

Bagian Keempat

Perencanaan dan Penganggaran

Pasal 81

(1) Kepala Rumah Sakit wajib menetapkan Rencana Strategis

Rumah Sakit setiap 5 (lima) tahun sekali.

(2) Rencana Strategis Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus seusai dengan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah.

(3) Sebelum ditetapkan, Rancangan Rencana Strategis

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu

dikoordinasikan dengan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Provinsi untuk memastikan kesesuaian dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

Pasal 82

Page 38: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 38 -

Pasal 82

(1) Rencana Strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal

81 dijabarkan dalam rencana kerja dan RBA Rumah Sakit.

(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasar

prinsip anggaran berbasis kinerja, perhitungan akuntansi

biaya menurut jenis layanan, kebutuhan pendanaan dan

kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari

masyarakat, badan lain, APBD, APBN dan sumber-sumber

pendapatan BLUD lainnya.

(3) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat:

a. kinerja tahun berjalan;

b. asumsi makro dan mikro;

c. target kinerja;

d. analisis dan perkiraan biaya satuan;

e. perkiraan harga;

f. anggaran pendapatan dan biaya;

g. besaran persentase ambang batas;

h. prognose laporan keuangan;

i. perkiraan maju (forward estimate);

j. rencana pengeluaran investasi/modal; dan

k. ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan

RKA-SKPD/APBD.

(4) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disertai dengan

usulan program, kegiatan, standar pelayanan minimal dan

biaya dari keluaran yang akan dihasilkan.

Bagian Kelima

Pendapatan dan Biaya

Paragraf 1

Pendapatan

Pasal 83

Pendapatan Rumah Sakit dapat bersumber dari:

a. jasa layanan;

b. hibah;

c. hasil kerjasama dengan pihak lain;

d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

e. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan

f. lain-lain pendapatan Rumah Sakit yang sah.

Pasal 84

(1) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari jasa layanan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf a berupa

imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan

kepada masyarakat.

(2) Pendapatan

Page 39: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 39 -

(2) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari hibah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf b berupa hibah

terikat dan/atau hibah tidak terikat.

(3) Hasil kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 83 huruf c berupa perolehan dari kerjasama

operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang

mendukung tugas dan fungsi Rumah Sakit.

(4) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 83 huruf d merupakan pendapatan yang berasal

dari otorisasi kredit anggaran Pemerintah Daerah dan bukan

dari pendapatan pembiayaan APBD;

(5) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 83 huruf e berupa pendapatan yang berasal dari

pemerintah dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi

dan/atau tugas pembantuan dan lain-lain.

(6) Lain-lain pendapatan Rumah Sakit yang sah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 83 huruf f, antara lain:

a. hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;

b. hasil pemanfaatan kekayaan;

c. jasa giro;

d. pendapatan bunga;

e. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang

asing;

f. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh

Rumah Sakit; dan

g. hasil investasi.

Pasal 85

(1) Seluruh pendapatan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 83, kecuali yang berasal dari hibah terikat, dapat

dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran Rumah Sakit

berdasarkan RBA.

(2) Hibah terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

diperlakukan sesuai peruntukannya.

(3) Seluruh pendapatan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 83 dilaksanakan melalui rekening kas Rumah

Sakit dan dicatat dalam kode rekening kelompok pendapatan

asli daerah pada jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang

sah dengan obyek pendapatan Rumah Sakit.

(4) Seluruh

Page 40: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 40 -

(4) Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilaporkan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah setiap

triwulan.

(5) Format laporan pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(4), sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Paragraf 2

Biaya

Pasal 86

(1) Biaya Rumah Sakit terdiri dari:

a. biaya operasional; dan

b. biaya non operasional.

(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban Rumah Sakit

dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya.

(3) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban Rumah

Sakit dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan

fungsinya.

(4) Biaya Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dialokasikan untuk membiayai program peningkatan

pelayanan, kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung

pelayanan.

(5) Pembiayaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (4), dialokasikan sesuai dengan kelompok, jenis,

program dan kegiatan.

Pasal 87

(1) Biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat

(1) huruf a, terdiri dari:

a. biaya pelayanan; dan

b. biaya umum dan administrasi.

(2) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a, mencakup seluruh biaya operasional yang berhubungan

langsung dengan kegiatan pelayanan.

(3) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri

dari:

a. biaya pegawai;

b. biaya bahan;

c. biaya jasa pelayanan;

d. biaya pemeliharaan;

e. biaya

Page 41: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 41 -

e. biaya barang dan jasa; dan

f. biaya pelayanan lain-lain.

(4) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b, mencakup seluruh biaya operasional yang

tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan.

(5) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (4), terdiri dari:

a. biaya pegawai;

b. biaya administrasi kantor;

c. biaya pemeliharaan;

d. biaya barang dan jasa;

e. biaya promosi; dan

f. biaya umum dan administrasi lain-lain.

Pasal 88

Biaya non operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86

ayat (1) huruf b terdiri dari:

a. biaya bunga;

b. biaya administrasi bank;

c. biaya kerugian penjualan aset tetap;

d. biaya kerugian penurunan nilai; dan

e. biaya non operasional lain-lain.

Pasal 89

(1) Seluruh pengeluaran biaya Rumah Sakit yang bersumber dari

biaya operasional dan non operasional sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 86 dilaporkan kepada Pejabat Pengelola

Keuangan Daerah setiap triwulan.

(2) Seluruh pengeluaran biaya Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan menerbitkan Surat

Perintah Membayar Pengesahan yang dilampiri dengan Surat

Pernyataan Tanggungjawab.

Pasal 90

(1) Pengeluaran biaya Rumah Sakit diberikan fleksibilitas dengan

mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan.

(2) Fleksibilitas pengeluaran biaya Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), merupakan pengeluaran biaya yang

disesuaikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang

batas Rencana Bisnis Anggaran yang telah ditetapkan secara

definitif.

(3) Fleksibilitas

Page 42: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 42 -

(3) Fleksibilitas pengeluaran biaya rumah sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), hanya berlaku untuk biaya Rumah

Sakit yang berasal dari pendapatan selain dari APBN/APBD

dan hibah terikat.

(4) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, Direktur mengajukan

usulan tambahan anggaran dari APBD kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah.

Pasal 91

(1) Ambang batas RBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90

ayat (2), ditetapkan dengan besaran prosentase.

(2) Besaran prosentase sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan

operasional Rumah Sakit.

(3) Besaran prosentase sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

ditetapkan dalam RBA Rumah Sakit oleh Tim Anggaran

Pendapatan Daerah.

(4) Prosentase ambang batas tertentu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), merupakan kebutuhan yang dapat

diprediksi, dapat dicapai, terukur, rasional dan dapat

dipertanggungjawabkan.

(5) Besaran prosentase ambang batas dalam RBA dan DPA

Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sesuai

ketentuan yang berlaku.

BAB X

PENGELOLAAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

DAN SUMBER DAYA LAINNYA

Pasal 92

(1) Rumah Sakit wajib menjaga lingkungan, baik internal

maupun eksternal.

(2) Pengelolaan lingkungan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) untuk mendukung peningkatan mutu pelayanan

rumah sakit yang berorientasi kepada keamanan,

kenyamanan, kebersihan, kesehatan, kerapian,keindahan dan

keselamatan.

Pasal 93

(1) Pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

92 ayat (2) meliputi pengelolaan limbah,yang terdiri dari

limbah medik dan limbah non medik.

(2) Tata

Page 43: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 43 -

(2) Tata laksana pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mengacu pada ketentuan perundang-undangan.

Pasal 94

(1) Pengelolaan sumber daya lain terdiri dari sarana, prasarana,

gedung dan jalan dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pengelolaan sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan mutu

pelayanan dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi Rumah Sakit.

BAB XI

HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu

Hak dan Kewajiban Pasien

Pasal 95

(1) Hak pasien meliputi :

a. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan

tanpa diskriminasi;

b. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai

dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;

c. memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien sehingga

pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;

d. memilih Dokter serta kelas perawatan sesuai dengan

keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

e. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya

kepada Dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik

baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;

f. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang

diderita termasuk data-data medisnya;

g. mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata

cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif

tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan

prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta

perkiraan biaya pengobatan;

h. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang

akan dilakukan oleh Tenaga Kesehatan terhadap penyakit

yang dideritanya;

i. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

j. menjalankan

Page 44: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 44 -

j. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang

dianutnya selama hal tersebut tidak mengganggu pasien

lainnya;

k. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama

dalam perawatan di Rumah Sakit;

l. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah

Sakit terhadap dirinya;

m. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai

dengan agama dan kepercayaan yang dianut;

n. mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran

termasuk kerahasiaan rekam medik;

o. mendapatkan akses terhadap isi rekam medis;

p. memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi

bagian dalam suatu penelitian kesehatan;

q. menyampaikan keluhan atau pengaduan atas pelayanan

yang diterima;

r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai

standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

s. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila

Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak

sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun

pidana.

(2) Kewajiban Pasien:

a. mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

b. menggunakan fasilitas rumah sakit secara

bertanggungjawab;

c. menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak

Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di

rumah sakit ;

d. memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat

sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah

kesehatannya;

e. memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan

jaminan kesehatan yang dimilikinya;

f. mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh

Tenaga Kesehatan di rumah sakit dan disetujui oleh Pasien

yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai

ketentuan peraturan perundangundangan;

g. menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya

untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh

Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk

yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka

penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan

h. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Bagian

Page 45: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 45 -

Bagian Kedua

Hak dan Kewajiban Dokter

Pasal 96

(1) Dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai

hak :

a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang

melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan

standar prosedur operasional;

b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan

standar prosedur operasional

c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien

atau keluarganya; dan

d. menerima imbalan jasa.

(2) Dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai

kewajiban:

k. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar

profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan

medis pasien;

l. merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai keahlian

atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu

melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;

m. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;

n. melakukan pertolongan darurat atas dasar

perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang

bertugas dan mampu melakukannya; dan

o. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti

perkembangan ilmu kedokteran.

Bagian ketiga

Hak dan Kewajiban Rumah Sakit

Pasal 97

(1) Dalam rangka pemberian layanan kesehatan, Rumah Sakit

mempunyai hak:

a. menentukan jumlah, jenis dan kualifikasi sumber daya

manusia sesuai dengan kualifikasi rumah sakit;

b. menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan

renumerasi,insentif dan penghargaan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka

mengembangkan pelayanan;

d. menerima

Page 46: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 46 -

d. menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan;

e. menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;

f. mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan; dan

g. mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah

sakit sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

(2) Dalam rangka pemberian layanan kesehatan Rumah Sakit

berkewajiban :

a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan

Rumah Sakit kepada masyarakat;

b. memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,

antidiskriminasi dan efektif dengan mengutamakan

kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan

rumah sakit;

c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien

sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan

pada bencana sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak

mampu atau miskin;

f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan

memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak

mampu/miskin,pelayanan gawat darurat tanpa uang

muka,ambulance gratis,pelayanan korban bencana dan

kejadian luar biasa,atau bakti sosial bagi misi

kemanusiaan;

g. membuat, melaksanakan dan menjaga standar mutu

pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam

melayani pasien;

h. menyelenggarakan rekam medik;

i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak

antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu,sarana

untuk orang cacat, wanita menyusui,anak-anak, usia

lanjut;

j. melaksanakan sistem rujukan;

k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan

standar profesi dan etika serta peraturan perundang-

undangan;

l. memberikan informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai

hak dan kewajiban pasien;

m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;

n. melaksanakan

Page 47: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 47 -

n. melaksanakan etika Rumah Sakit;

o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan

penanggulangan bencana;

p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan

baik secara regional maupun nasional;

q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktek

kedokteran dan tenaga kesehatan lainnya;

r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah

Sakit (hospital by laws);

s. menjamin hak petugas yang bekerja di Rumah Sakit;

t. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua

petugas rumah sakit dalam melaksanakan tugas;

u. memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit sebagai

kawasan tanpa rokok; dan

v. mengupayakan keamanan pasien, pengunjung dan petugas

di Rumah Sakit.

BAB XII

KERAHASIAAN INFORMASI MEDIS

Pasal 98

(1) Informasi medis/rekam medis merupakan berkas yang

berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang

telah diberikan kepada pasien;

(2) Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit,

riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus

dijaga kerahasiaannya oleh dokter, tenaga kesehatan tertentu,

petugas pengelola dan pimpinan Rumah Sakit;

(3) Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit,

riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka

dalam hal :

a. untuk kepentingan kesehatan pasien

b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam

rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan;

c. permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;

d. permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan

perundang-undangan; dan

e. untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis

sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.

(4) Permintaan informasi medis untuk tujuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan tertulis kepada

Direktur.

(5) Penjelasan

Page 48: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 48 -

(5) Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan

oleh dokter yang merawat dengan izin tertulis pasien atau

berdasarkan peraturan perundang-undangan;

(6) Direktur dapat menjelaskan isi rekam medis secara tertulis

atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

BAB XIII

KONTRAK DAN KERJASAMA

Pasal 99

(1) Rumah Sakit dapat memberikan jasa layanan di bidang

kesehatan kepada pihak penjamin berdasarkan kebutuhan

dari pihak penjamin melalui kontrak kerjasama;

(2) Jasa layanan di bidang kesehatan dengan pihak penjamin

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain berupa

kerjasama layanan pasien Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan dan Asuransi Kesehatan lainnya;

(3) Rumah Sakit dapat melakukan Kerja Sama Operasional

dengan pihak lain untuk meningkatkan layanan di bidang

kesehatan

BAB XIV

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 100

(1) Dalam hal pegawai Rumah Sakit dituntut karena kesalahan

yang berkaitan dengan institusi, maka Rumah Sakit

bertanggungjawab selama kesalahan yang dilakukan masih

mengikuti aturan atau Standar Prosedur Operasional.

(2) Dalam hal tuntutan yang diajukan merupakan kesalahan

yang berkaitan dengan individu, maka Rumah Sakit tidak

bertanggung jawab selama kesalahan yang dilakukan tidak

mengikuti aturan atau Standar Prosedur Operasional yang

diberlakukan.

BAB XV

Page 49: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 49 -

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 101

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya

dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya

pada tanggal

GUBERNUR JAWA TIMUR

Dr. H. SOEKARWO

Page 50: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

- 50 -

Diundangkan di Surabaya

pada tanggal 1 Desember 2016

an. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI

JAWA TIMUR

Kepala Biro Hukum

Dr.HIMAWAN ESTU BAGIJO, SH.,MH

Pembina Utama Muda

NIP. 19640319 198903 1 00111 010

BERITA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 NOMOR 122

SERI E.

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR

NOMOR : 122 TAHUN 2016

TANGGAL : 1 DESEMBER 2016

Page 51: GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 122 TAHUN 2016 filegubernur jawa timur peraturan gubernur jawa timur nomor 122 tahun 2016 tentang peraturan internal (hospital by laws) rumah sakit paru surabaya

PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS)

RUMAH SAKIT PARU SURABAYA

A. IDENTITAS RUMAH SAKIT PARU SURABAYA

1. Nama rumah sakit : Rumah Sakit Paru Surabaya.

2. Jenis rumah sakit : Rumah Sakit Khusus Paru.

3. Kelas rumah sakit : Rumah Sakit Khusus Kelas C.

4. Alamat rumah sakit : Jl. Karang Tembok Nomor 39 Surabaya.

B. LAMBANG RUMAH SAKIT PARU SURABAYA

Keterangan:

1. Perisai Ungu :

Melambangkan kekuatan dan kesungguhan para karyawan Rumah Sakit

Paru Surabaya yang menjadi dasar Rumah Sakit dalam memberikan

pelayanan yang terbaik terhadap pasien.

2. Padi Hijau :

Melambangkan kesejahteraan dan kesehatan para pasien yang diberikan

melalui pelayanan di Rumah Sakit Paru Surabaya.

3. Pita emas bertuliskan Rumah Sakit Paru Surabaya:

melambangkan ikatan persatuan dan kesatuan para karyawan dalam

melayani pasien dengan sepenuh hati serta kesetiaan para karyawan untuk

mengabdi di Rumah Sakit Paru Surabaya.

4. Lingkaran putih dan hijau :

Melambangkan perlindungan/protektif dan pelayanan yang tak terbatas

kepada para pasien.

5. Palang Putih :

Sebagai tanda perlindungan yang akan diberikan oleh para karyawan

terhadap pasien yang berobat, dan dirawat di Rumah Sakit Paru Surabaya.

GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd.

Dr. H. SOEKARWO