gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

55
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa hak-hak dasar tenaga kerja/buruh serta kesempatan dan perlakukan yang sama harus dilakukan secara terencana, terstruktur, dan terpadu guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Jawa Timur; b. bahwa tantangan pasar bebas khususnya dalam Masyarakat Ekonomi Asean harus dihadapi melalui perlindungan ketenagakerjaan dan peningkatan kualitas tenaga kerja baik yang bekerja pada sektor perusahaan publik maupun pada sektor perusahaan swasta; c. bahwa pengaturan ketenagakerjaan mencakup pembangunan sumberdaya manusia, peningkatan produktifitas dan daya saing tenaga kerja, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja, pengupahan dan pembinaan hubungan industrial; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan Ketenagakerjaan; Mengingat

Transcript of gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

Page 1: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR TAHUN 2016

TENTANG

PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : a. bahwa hak-hak dasar tenaga kerja/buruh serta

kesempatan dan perlakukan yang sama harus

dilakukan secara terencana, terstruktur, dan terpadu

guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

Provinsi Jawa Timur;

b. bahwa tantangan pasar bebas khususnya dalam

Masyarakat Ekonomi Asean harus dihadapi melalui

perlindungan ketenagakerjaan dan peningkatan

kualitas tenaga kerja baik yang bekerja pada sektor

perusahaan publik maupun pada sektor perusahaan

swasta;

c. bahwa pengaturan ketenagakerjaan mencakup

pembangunan sumberdaya manusia, peningkatan

produktifitas dan daya saing tenaga kerja, upaya

perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan

tenaga kerja, pengupahan dan pembinaan hubungan

industrial;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu

menetapkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan

Ketenagakerjaan;

Mengingat

Page 2: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 2 -

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan

Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun

1950 tentang Perubahan dalam Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan

Negara Tahun 1950);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja (Lambaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 2918);

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib

Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 39,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3201);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3502);

6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang

Penyandang Cacat (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3670);

7. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989);

8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4279);

9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4297);

10. Undang-Undang

Page 3: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 3 -

10. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4356);

11. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4445);

12. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik

Indonesia tahun 2004 Nomor 150, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

13. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik

Indonesia tahun 2007 Nomor 106, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

14. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 93, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234);

16. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);

17. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5679);

18. Undang-Undang

Page 4: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 4 -

18. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang

Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 69, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5871);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang

Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 67, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4637);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang

keselamatan dan kesehatan kerja (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 100, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5309);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 237, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5747);

22. Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2010 tentang

Pengawasan Ketenagakerjaan;

23. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia;

24. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor PER.22/MEN/IX/2009 tentang

Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri;

25. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor 11 Tahun 2013 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Pelatihan Kerja Nasional di

Daerah;

26. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pelatihan Berbasis Kompetensi;

27. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun

2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja

Asing, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Ketenagakerjaan Nomor 35 Tahun 2015

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata

Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 tahun 2015

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

29. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun

2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi

Pekerja/Buruh di Perusahaan;

30. Peraturan

Page 5: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 5 -

30. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 20 Tahun

2016 tentang Tata Cara Pemberian Sanksi

Administratif Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun

2015 tentang Pengupahan;

31. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun

2016 tentang Kebutuhan Hidup Layak;

32. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun

2015 tentang Pembentukan Peraturan Daerah

(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

Nomor 1 Seri D);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

dan

GUBERNUR JAWA TIMUR

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN

KETENAGAKERJAAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Daerah Provinsi Jawa Timur.

2. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Timur.

4. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab terhadap

urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.

5. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

6. Dinas adalah Perangkat Daerah Provinsi Jawa Timur

yang bertanggung jawab terhadap urusan pemerintahan

di bidang ketenagakerjaan.

7. Dinas Kabupaten/Kota adalah Perangkat Daerah

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap

urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.

7. Perusahaan

Page 6: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 6 -

8. Perusahaan adalah:

a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau

tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan,

atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun

milik negara, yang mempekerjakan pekerja/buruh

dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk

lain; atau

b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang

mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain

dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk

lain.

9. Pengusaha adalah:

a. orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum

yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum

yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan

bukan miliknya; atau

c. orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum

yang berada di Indonesia mewakili perusahaan

sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b,

yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

10. Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang

dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di

perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat

bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung

jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi

hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan

kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

11. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

untuk masyarakat.

12. Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disingkat TKA

adalah Warga Negara Asing pemegang visa kerja dengan

maksud bekerja di wilayah Indonesia.

13. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya

disingkat IMTA adalah izin tertulis yang diberikan oleh

Menteri atau pejabat yang ditunjuk kepada Pemberi Kerja

TKA.

13. Rencana

Page 7: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 7 -

14. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang

selanjutnya disingkat RPTKA adalah Rencana

Penggunaan TKA pada jabatan tertentu yang dibuat oleh

Pemberi kerja TKA untuk jangka waktu tertentu yang

disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

15. Antar Kerja Lokal yang selanjutnya disingkat AKL adalah

sistem penempatan tenaga kerja antar Kabupaten/Kota

dalam 1 (satu) provinsi.

16. Antar Kerja Antar Daerah yang selanjutnya disingkat

AKAD adalah penempatan tenaga kerja antar Provinsi di

wilayah Republik Indonesia.

17. Antar Kerja Antar Negara yang selanjutnya disingkat

AKAN adalah penempatan tenaga kerja di luar negeri.

18. Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan

menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

19. Tenaga Kerja Lokal adalah Tenaga Kerja yang berasal dari

Provinsi Jawa Timur atau dari daerah lain yang lahir di

Provinsi Jawa Timur secara turun temurun atau

berdomisili di Provinsi Jawa Timur yang dibuktikan

dengan Kartu Tanda Penduduk dan/atau Kartu

Keluarga.

20. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang

mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental,

dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam

berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami

hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara

penuh dan efektif dengan warga negara lainnya

berdasarkan kesamaan hak.

21. Warga sekitar adalah Masyarakat yang berdomisili di

sekitar perusahaan dalam jangka waktu paling sedikit

2 (dua) tahun yang dibuktikan dengan Kartu Tanda

Penduduk.

22. Lembaga Pelatihan Kerja yang selanjutnya disingkat LPK

adalah Instansi Pemerintah dan swasta yang memenuhi

persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan kerja.

23. Pelatihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk

memberi, memperoleh, meningkatkan serta

mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas,

disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan

dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan

kualifikasi jabatan atau pekerjaan.

23. Badan

Page 8: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 8 -

24. Badan Nasional Sertifikasi Profesi yang selanjutnya

disingkat BNSP adalah Lembaga mempunyai tugas

melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja, dan dapat

memberikan lisensi kepada Lembaga Sertifikasi Profesi

yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk

melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja.

25. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan

dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan

sesudah masa kerja.

26. Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja

yang diselenggarakan secara terpadu dan berjenjang

antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja

secara langsung dibawah bimbingan dan pengawasan

instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman, dalam

rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu.

27. Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan

yang terbentuk antara para pelaku dalam proses

produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur

pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah yang di

dasarkan pada Nilai-Nilai Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

28. Lembaga Kerjasama Tripartit adalah forum komunikasi,

konsultasi, dan musyawarah tentang masalah

ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur

organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan

pemerintah.

29. Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha

dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,

yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.

30. Malam hari adalah waktu antara pukul 23.00 WIB

sampai dengan pukul 07.00 WIB.

31. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan

dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh

yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu

perjanjian kerja, kesepakatan, atau, peraturan

perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi

pekerja/buruh dan keluarganya, atas suatu pekerjaan

dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

32. Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah minimum

yang berlaku di Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa

Timur.

32. Tunjangan

Page 9: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 9 -

33. Tunjangan Hari Raya Keagamaan yang selanjutnya

disebut THR adalah pendapatan pekerja yang wajib

dibayarkan oleh Pengusaha kepada pekerja atau

keluarganya menjelang Hari Raya Keagamaan yang

berupa uang atau bentuk lain.

34. Kesejahteraan Pekerja/Buruh adalah suatu pemenuhan

kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah

dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan

kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat

mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja

yang aman dan sehat.

35. Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh

dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat

syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

36. Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat

secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-

syarat kerja hak, dan kewajiban para pihak dan tata

tertib Perusahaan.

37. Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian yang

merupakan hasil perundingan antara serikat

pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat

pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang

bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dengan

pengusaha atau beberapa pengusaha, atau perkumpulan

pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan

kewajiban kedua belah pihak.

38. Mogok Kerja adalah tindakan pekerja/ buruh yang

direncanakan dan di laksanakan secara bersama-sama

dan/atau oleh Serikat Pekerja/ Serikat Buruh untuk

menghentikan atau memperlambat pekerjaan.

39. Pemutusan Hubungan Kerja yang selanjutnya disingkat

PHK adalah pengakhiran Hubungan Kerja karena suatu

hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan

kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Perlindungan ketenagakerjaan dilakukan berdasarkan asas:

a. keterpaduan;

b. persamaan hak;

c. demokrasi

Page 10: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 10 -

c. demokrasi;

d. keadilan sosial;

e. kesetaraan dan keadilan gender; dan

f. tanpa diskriminasi.

Pasal 3

Perlindungan ketenagakerjaan ini bertujuan untuk:

a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja

secara optimal dan manusiawi;

b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan

penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan

pembangunan nasional dan daerah;

c. menjamin perlakuan yang sama tanpa diskriminasi atas

dasar apapun bagi tenaga kerja/buruh;

d. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan

keluarganya;

e. meningkatkan kualitas tenaga kerja baik yang langsung

maupun yang tidak langsung berkaitan dengan pekerjaan;

dan

f. menjaga hubungan industrial yang harmonis.

BAB III

ARAH KEBIJAKAN

Pasal 4

Dalam rangka perlindungan ketenagakerjaan, Pemerintah

Daerah wajib:

a. menyusun perencanaan tenaga kerja yang meliputi

perencanaan tenaga kerja makro

b. menetapkan arah kebijakan di sektor-sektor unggulan

untuk memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja

di Daerah secara optimal;

c. menetapkan strategi kebijakan untuk pemerataan

kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang

sesuai dengan kebutuhan pembangunan di Daerah; dan

d. menetapkan kebijakan yang bertujuan memberikan

perlindungan ketenagakerjaan di Daerah.

Pasal 5

Page 11: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 11 -

Pasal 5

(1) Perencanaan tenaga kerja makro dan perencanaan tenaga

kerja mikro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a

disusun secara periodik dan sistematis.

(2) Penyusunan perencanaan tenaga kerja makro

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

pendayagunaan tenaga kerja secara optimal dan produktif

pada skala Daerah guna mendukung pertumbuhan

ekonomi Daerah.

(3) Penyusunan perencanaan tenaga kerja mikro sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) memuat pendayagunaan tenaga

kerja di lingkungan pemerintahan Daerah dan di

lingkungan internal perusahaan dengan

mempertimbangkan potensi Daerah.

(4) Perencanaan tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disusun sesuai dengan format yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

Dalam rangka menetapkan arah kebijakan di sektor-sektor

unggulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b,

Pemerintah Daerah harus mempertimbangkan;

a. rencana pembangunan jangka panjang Daerah dan

rencana pembangunan jangka menengah Daerah;

b. pertumbuhan ekonomi daerah;

c. sektor-sektor yang menopang pertumbuhan ekonomi

daerah; dan

d. rencana strategis peningkatan kesejahteraan daerah.

BAB IV

RUANG LINGKUP

Pasal 7

Ruang lingkup perlindungan ketenagakerjaan meliputi:

a. pelatihan dan pemagangan kerja;

b. penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja;

c. penggunaan TKA;

d. hubungan kerja;

e. perlindungan dan pengupahan;

f. jaminan sosial;

g. fasilitas kerja;

h. hubungan

Page 12: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 12 -

h. hubungan industrial;

i. pembinaan dan pengawasan; dan

j. sanksi.

BAB V

PELATIHAN DAN PEMAGANGAN KERJA

Bagian Kesatu

Pelatihan

Paragraf 1

Peserta Pelatihan

Pasal 8

(1) Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau

meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi

kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan melalui

pelatihan kerja.

(2) Untuk dapat mengikuti pelatihan kerja sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), peserta wajib memenuhi

persyaratan sesuai dengan jenis dan tingkat program yang

akan diikuti.

(3) Peserta pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) untuk penyandang disabilitas difasilitasi secara adil

dan tanpa diskriminasi.

(4) Peserta pelatihan kerja yang telah menyelesaikan program

pelatihan dan dinyatakan lulus berhak mendapatkan

sertifikat pelatihan atau sertifikat kompetensi kerja, bagi

yang lulus uji kompetensi yang dilaksanakan BNSP atau

Lembaga Sertifikasi Profesi.

Paragraf 2

Lembaga Pelatihan Kerja

Pasal 9

(1) LPK dapat diselenggarakan oleh:

a. LPK pemerintah; atau

b. LPK swasta.

(2) LPK swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

berbentuk badan hukum Indonesia.

Pasal 10

Page 13: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 13 -

Pasal 10

(1) Tenaga Kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi

kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang

diselenggarakan LPK pemerintah, LPK swasta atau

pelatihan di tempat kerja.

(2) Pengakuan kompetesi kerja sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi kompetensi kerja.

(3) Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dapat pula diikuti oleh tenaga kerja yang telah

berpengalaman.

Pasal 11

LPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dapat

memperoleh akreditasi dari Lembaga Akreditasi.

Bagian Kedua

Pemagangan

Paragraf I

Pemagangan

Pasal 12

(1) Pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian

pemagangan antara peserta pemagangan dengan

pengusaha tempat magang yang dibuat secara tertulis

yang diketahui dan disahkan oleh Dinas Kabupaten/Kota.

(2) Peserta pemagangan berasal dari:

a. pencari kerja;

b. siswa LPK; dan/atau

c. tenaga kerja yang akan ditingkatkan kompetensinya.

(3) Perjanjian pemagangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) paling sedikit memuat ketentuan hak dan kewajiban

peserta dan pengusaha tempat magang serta jangka waktu

pemagangan.

(4) Pemagangan yang diselenggarakan tidak melalui perjanjian

pemagangan sebagaimana dimaksud ayat (1) dianggap

tidak sah dan status peserta berubah menjadi

pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan.

Pasal 13

Page 14: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 14 -

Pasal 13

(1) Peserta pemagangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

12 ayat (1) berhak untuk:

a. memperoleh fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja

selama mengikuti pemagangan;

b. memperoleh uang saku dan/atau uang transpor;

c. memperoleh perlindungan dalam bentuk jaminan

kecelakaan kerja dan kematian; dan

d. memperoleh sertifikat pemagangan apabila dinyatakan

lulus.

(2) Uang saku dan/atau uang transpor sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit 60% (enam

puluh persen) dari besaran Upah Minimum

Kabupaten/Kota bagi peserta yang sudah bekerja pada

perusahaan yang bersangkutan.

(3) Pemenuhan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Peserta pemagangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

12 ayat (1) berkewajiban untuk:

a. mentaati perjanjian pemagangan;

b. mengikuti program pemagangan sampai selesai;

c. mentaati tata tertib yang berlaku di perusahaan

penyelenggara pemagangan; dan

d. menjaga nama baik perusahaan penyelenggara

pemagangan.

Pasal 14

(1) Penyelenggara pemagangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 12 ayat (1) berhak untuk:

a. memanfaatkan hasil kerja peserta pemagangan; dan

b. memberlakukan tata tertib dan perjanjian

pemagangan.

(2) Penyelenggara pemagangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 12 ayat (1) berkewajiban untuk:

a. membimbing peserta pemagangan sesuai dengan

program pemagangan;

b. memenuhi hak peserta pemagangan sesuai dengan

perjanjian pemagangan;

c. menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan

persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja (K3);

d. memberikan

Page 15: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 15 -

d. memberikan perlindungan dalam bentuk asuransi

kecelakaan kerja kepada peserta;

e. memberikan uang saku dan/atau uang transpor

peserta;

f. mengevaluasi peserta pemagangan; dan

g. memberikan sertifikat pemagangan bagi peserta yang

dinyatakan lulus

Pasal 15

(1) Penyelenggara pemagangan harus memiliki:

a. program pemagangan;

b. sarana prasarana;

c. tenaga pelatihan dan pembimbing pemagangan; dan

d. pendanaan.

(2) Program pemagangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a, paling sedikit memuat:

a. nama program;

b. tujuan program;

c. jenjang kualifikasi tertentu dan/atau kompetensi yang

akan dicapai pada jabatan tertentu;

d. uraian pekerjaan atau unit kompetensi yang akan

dipelajari;

e. jangka waktu pemagangan;

f. kurikulum dan silabus; dan

g. sertifikasi.

(3) Program pemagangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a, mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia, Standar Internasional, dan/atau

Standar khusus.

(4) Program pemagangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a, harus diketahui dan disahkan oleh Dinas

Kabupaten/Kota.

Pasal 16

Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15

ayat (1) huruf b harus memenuhi kebutuhan untuk

menyelenggarakan pelatihan:

a. teori;

b. simulasi/praktik;

c. bekerja

Page 16: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 16 -

c. bekerja secara langsung di bawah bimbingan pekerja yang

berpengalaman sesuai dengan program pemagangan; dan

d. keselamatan dan kesehatan kerja.

Pasal 17

Tenaga pelatihan dan pembimbing pemagangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf c dapat membimbing

peserta pemagangan sesuai dengan kebutuhan program

pemagangan.

Pasal 18

(1) Pemagangan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. jenis pekerjaan disesuaikan dengan bidang/kejuruan

atau jabatan yang dimagangkan di perusahaan;

b. waktu magang di perusahaan disesuaikan dengan jam

kerja yang diberlakukan di perusahaan dan/atau

sesuai perjanjian yang ditetapkan; dan

c. para pelaku pemagangan berkewajiban untuk

menunaikan seluruh kewajibannya sebagaimana yang

tercantum dalam perjanjian pemagangan dengan

penuh tanggung jawab sehingga berdampak positif bagi

perusahaan maupun peserta magang.

(2) Untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan

pemagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

perusahaan dapat berkoordinasi dengan forum

komunikasi jejaring pemagangan.

Pasal 19

Jangka waktu pemagangan dibatasi paling lama 6 (enam)

bulan dan tidak boleh diperpanjang.

BAB VI

PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN PERLUASAN

KESEMPATAN KERJA

Bagian Kesatu

Umum

Paragraf 1

Penempatan Tenaga Kerja

Pasal 20

Page 17: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 17 -

Pasal 20

Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang

sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan

dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau luar

negeri.

Pasal 21

(1) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas

terbuka, bebas, obyektif, serta adil dan setara tanpa

diskriminasi.

(2) Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan

tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai dengan

keahlian, keterampilan, bakat, minat dan kemampuan

dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi dan

perlindungan hukum.

(3) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan

memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan

penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 22

(1) Setiap perusahaan wajib melaporkan informasi lowongan

kerja kepada Dinas dan/atau Dinas Kabupaten/Kota.

(2) Persyaratan dan tata cara pelaporan informasi lowongan

kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh

Dinas.

(3) Dinas menyiapkan sistem teknologi informasi tenaga kerja

yang terintergrasi lintas sektoral yang mudah diakses oleh

masyarakat secara luas.

(4) Proses rekrutmen sampai penempatan tenaga kerja tidak

dipungut biaya kecuali golongan dan jabatan tertentu.

Pasal 23

(1) Pelayanan penempatan tenaga kerja menurut lokasi kerja

dibagi berdasarkan:

a. AKL;

b. AKAD; dan

c. AKAN.

(2) Pelaksana penempatan tenaga kerja terdiri atas:

a. Dinas dan Dinas Kabupaten/Kota; dan

b. lembaga swasta berbadan hukum.

(3) Lembaga

Page 18: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 18 -

(3) Lembaga swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b terdiri dari:

a. Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja;

b. Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta;

c. Bursa Kerja Khusus di satuan pendidikan menengah

dan pendidikan tinggi dan/atau lembaga pelatihan.

(4) Lembaga swasta berbadan hukum dimaksud pada ayat (3)

wajib memiliki izin tertulis dari Dinas dan/atau Dinas

Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan.

(5) Dinas dan Dinas Kabupaten/Kota dan Lembaga swasta

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b

wajib memberikan perlakuan sama bagi tenaga kerja

penyandang disabilitas.

(6) Prosedur dan tata cara untuk mendapatkan izin

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut

dalam Peraturan Gubernur.

Pasal 24

Penempatan tenaga kerja melalui mekanisme AKAD dan AKAN

wajib memiliki rekomendasi dari Dinas.

Pasal 25

(1) Setiap penyandang disabilitas mempunyai kesamaan

kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan secara adil

dan tanpa diskriminasi.

(2) Setiap perusahaan memberikan kesempatan dan

perlakuan yang sama kepada penyandang disabilitas

dengan mempekerjakan penyandang disabilitas di

perusahaan secara adil dan tanpa diskriminasi.

(3) Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik

Daerah yang berkedudukan di Daerah wajib

mempekerjakan paling sedikit 2% (dua persen)

Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.

(4) Perusahaan swasta yang berkedudukan di Daerah wajib

mempekerjakan paling sedikit 1% (satu persen)

Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.

(5) Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik

Daerah serta perusahaan swasta yang berkedudukan di

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)

wajib melaporkan penempatan tenaga kerja penyandang

disabilitas kepada Dinas.

Paragraf 2

Page 19: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 19 -

Paragraf 2

Penempatan Tenaga Kerja Lokal dan Warga Sekitar

Pasal 26

(1) Setiap perusahaan dapat melakukan hubungan kerjasama

dengan lembaga pendidikan di Daerah untuk menampung

Tenaga Kerja Lokal.

(2) Perusahaan lebih terbuka dalam pengembangan Pola

Kemitraaan sesuai dengan kondisi perusahaan dan budaya

masyarakat setempat.

(3) Mekanisme penyaluran tenaga kerja sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kompetensi

maupun keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Pasal 27

(1) Dalam penanganan pengangguran dan penerimaan tenaga

kerja, perusahaan memberikan kesempatan terhadap

Tenaga Kerja Lokal dengan lebih mengutamakan warga

sekitar sesuai dengan kebutuhan perusahan tanpa

mengesampingkan standar kompetensi tenaga kerja yang

dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

(2) Pelaksanaan dalam penyiapan dan penempatan tenaga

kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikoordinasikan dengan Dinas dan/atau Dinas

Kabupaten/Kota secara terbuka dan transparan.

(3) Lowongan pekerjaan dengan keahlian khusus apabila

tidak dapat diisi dengan Tenaga Kerja Lokal dan warga

sekitar dapat diisi oleh tenaga kerja dari luar Daerah.

(4) Keahlian khusus yang dimaksud pada ayat (3) dibuktikan

dengan sertifikat keahlian dan/atau ijazah.

Bagian Kedua

Perluasan Kesempatan Kerja

Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab melaksanakan

strategi perluasan kesempatan kerja baik di dalam

maupun di luar hubungan kerja sesuai dengan kebutuhan

pembangunan di Daerah.

(2) Perluasan

Page 20: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 20 -

(2) Perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

penciptaan kegiatan yang produktif dan berkelanjutan

dengan mendayagunakan potensi sumber daya alam,

sumberdaya manusia dan teknologi tepat guna.

(3) Penciptaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

dilakukan melalui pola:

a. pembentukan dan pembinaan tenaga kerja mandiri;

b. terapan teknologi tepat guna;

c. wirausaha baru;

d. perluasan kerja sistem padat karya;

e. alih profesi;

f. pendayagunaan tenaga kerja sukarela; atau

g. pola lain yang dapat mendorong terciptanya perluasan

kesempatan kerja.

(4) Pemerintah Daerah memfasilitasi terbukanya kesempatan

kerja dalam bentuk kegiatan produktif berupa pelatihan

berbasis kompetensi dan kewirausahaan.

(5) Masyarakat secara dinamis berupaya untuk

mengaktualisasikan diri sebagai individu mandiri yang

terampil, produktif, kreatif, dan inovatif.

Pasal 29

Pemerintah Daerah menfasilitasi pengusaha dan lembaga

keuangan baik perbankan maupun non perbankan, untuk

membantu dan memberikan kemudahan bagi setiap kegiatan

masyarakat yang dapat menciptakan atau mengembangkan

perluasan kesempatan kerja.

Pasal 30

(1) Dalam rangka melaksanakan strategi perluasan

kesempatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29

ayat (1), Pemerintah Daerah dapat membentuk forum

koordinasi.

(2) Pembentukan forum koordinasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dilakukan dengan melibatkan unsur

Pemerintah Daerah dan masyarakat yang terdiri dari:

a. unsur Pemerintah Daerah berasal dari perangkat

daerah yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan, bidang penanaman modal, dan

bidang perdagangan; dan

b. unsur

Page 21: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 21 -

b. unsur masyarakat berasal dari perwakilan asosiasi

pengusaha di Daerah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan forum

koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dalam Peraturan Gubernur.

BAB VII

PENGGUNAAN TKA

Pasal 31

(1) Perusahaan yang mempekerjakan TKA wajib:

a. memiliki RPTKA yang diterbitkan oleh Menteri sebelum

mempekerjakan TKA;

b. memiliki IMTA yang diterbitkan oleh Menteri;

c. mengutamakan tenaga kerja Indonesia pada semua

jenis jabatan yang tersedia;

d. menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai tenaga

pendamping dalam rangka alih teknologi dan alih

keahlian dari TKA; dan

e. melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi

tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi

jabatan yang diduduki oleh TKA.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku bagi perusahaan yang mempekerjkan TKA dalam

rangka penanaman modal.

(3) RPTKA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

diperpanjang dan tidak mengandung perubahan

diterbitkan oleh Gubernur.

(4) IMTA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yang

lokasi kerjanya lintas Kabupaten/Kota, perpanjangannya

diterbitkan oleh Gubernur.

(5) Tenaga kerja Indonesia yang telah mendapatkan

pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf e berhak mendapatkan sertifikat dari

Lembaga Sertifikasi Profesi.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai RPTKA dan IMTA

perpanjangan diatur dalam Peraturan Gubernur.

Pasal 32

(1) Perusahaan yang mempekerjakan TKA wajib melaporkan

penggunaan TKA kepada Dinas atau Dinas

Kabupaten/Kota sesuai kewenangan.

(2) Ketentuan

Page 22: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 22 -

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana

dimaksud ayat (1) diatur dalam Peraturan Gubernur.

Pasal 33

(1) TKA yang dipekerjakan di Daerah wajib:

a. mampu berbahasa Indonesia;

b. memiliki sertifikat kompetensi dari lembaga sertifikasi

profesi yang diakui secara internasional;

c. memiliki pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun; dan

d. tidak pernah dijatuhi sanksi pidana berdasarkan

putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku bagi TKA yang dipekerjakan oleh perusahaan

dalam rangka penanaman modal.

Pasal 34

Gubernur berwenang mencabut IMTA perpanjangan kepada

perusahaan yang mempekerjakan TKA lintas Kabupaten/Kota

yang tidak sesuai dengan IMTA.

Pasal 35

(1) Perusahaan dapat mempekerjakan TKA pada jenis

pekerjaan yang sudah diperjanjikan oleh Indonesia dalam

sebuah organisasi internasional.

(2) Perusahaan dilarang mempekerjakan TKA yang bukan

dalam rangka alih teknologi (transfer of technology) dan

alih pengetahuan (transfer of knowledge).

(3) Perusahaan dilarang mempekerjakan TKA pada jabatan

tertentu.

(4) Jabatan tertentu yang dimaksud pada ayat (3) adalah:

a. Direktur Personalia (Personnel Director);

b. Manajer Hubungan Industrial (Industrial Relation

Manager);

c. Manajer Personalia (Human Resource Manager);

d. Supervisor Pengembangan Personalia (Personnel

Development Supervisor);

e. Supervisor Perekrutan Personalia (Personnel

Recruitment Supervisor);

f. Supervisor Penempatan Personalia (Personnel Placement

Supervisor);

g. Supervisor

Page 23: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 23 -

g. Supervisor Pembinaan Karir Pegawai (Employee Career

Development Supervisor);

h. Penata Usaha Personalia (Personnel Declare

Administrator);

i. Kepala Eksekutif Kantor (Chief Executive Officer);

j. Ahli Pengembangan Personalia dan Karir (Personnel and

Careers Specialist);

k. Spesialis Personalia (Personnel Specialist);

l. Penasehat Karir (Career Advisor);

m. Penasehat Tenaga Kerja (Job Advisor);

n. Pembimbing dan Konseling Jabatan (Job Advisor and

Counseling);

o. Perantara Tenaga Kerja (Employee Mediator);

p. Pengadministrasi Pelatihan Pegawai (Job Training

Administrator);

q. Pewawancara Pegawai (Job Interviewer);

r. Analis Jabatan (Job Analyst);

s. Penyelenggara Keselamatan Kerja Pegawai (Occupational

Safety Specialist).

Pasal 36

(1) Besaran upah untuk TKA wajib mengacu pada aspek

keadilan terhadap Tenaga Kerja Lokal.

(2) Pemberi kerja wajib memulangkan TKA yang sudah

berakhir masa kerjanya

BAB VIII

HUBUNGAN KERJA

Pasal 37

(1) Hubungan Kerja terjadi karena adanya Perjanjian Kerja

antara pengusaha dan pekerja/buruh.

(2) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dibuat secara tertulis.

(3) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dibuat atas dasar :

a. kesepakatan kedua belah pihak;

b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan

hukum;

c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan

d. pekerjaan

Page 24: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 24 -

d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan

dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan

perundang-undangan.

(4) Isi perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 38

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu wajib dicatatkan

oleh pengusaha kepada Dinas Kabupaten/Kota paling

lambat 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan perjanjian

kerja.

(2) Pengusaha yang melakukan pengangkatan pekerja/buruh

sebagai pekerja tetap wajib memberikan surat keputusan

pengangkatan kepada pekerja/buruh paling lambat 7

(tujuh) hari setelah pengangkatan.

Pasal 39

(1) Pekerja dengan perjanjian kerja waktu tertentu berhak

diberikan hak normatif yang sama dengan Pekerja dengan

perjanjian kerja waktu tidak tertentu.

(2) Hak normatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 40

(1) Perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat diadakan

untuk pekerjaan yang bersifat tetap.

(2) Perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk

pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau

kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,

yaitu:

a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara

sifatnya;

b. perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas

jangka waktu tertentu dapat diadakan waktu paling

lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1

(satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)

tahun;

c. pekerjaan

Page 25: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 25 -

c. pekerjaan yang bersifat musiman; dan

d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,

kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih

dalam percobaan atau penjajakan.

(3) Pengusaha yang akan melaksanakan hubungan kerja

dengan sistem perjanjian kerja waktu tertentu wajib

memberitahukan secara tertulis kepada Dinas dan Dinas

Kabupaten/Kota paling lama 14 (empat belas) hari kerja

sebelum ditandatangani perjanjian.

(4) Dalam hal sistem perjanjian kerja waktu tertentu tidak

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), Dinas melakukan pemeriksaan lapangan paling lama

14 (empat belas) hari kerja sejak pemberitahuan diterima.

(5) Dalam hal hasil pemeriksaan lapangan terhadap sistem

perjanjian kerja waktu tertentu terbukti tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka

berubah menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.

(6) Pengusaha yang menerapkan sistem hubungan kerja

dengan perjanjian kerja waktu tertentu wajib membayar

Upah Minimum Kabupaten/Kota.

Pasal 41

(1) Perjanjian kerja berakhir apabila:

a. pekerja meninggal dunia;

b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;

c. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau

penetapan lembaga penyelesaian perselisihan

hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap;

d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang

dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan

perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat

menyebabkan berakhirnya hubungan kerja; atau

e. kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri

perjanjian kerja.

(2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya

pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan yang

disebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah.

(3) Dalam

Page 26: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 26 -

(3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak

pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru,

kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang

tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh.

(4) Dalam hal pengusaha, orang perseorangan, meninggal

dunia, ahli waris pengusaha dapat mengakhiri perjanjian

kerja setelah merundingkan dengan pekerja/buruh.

(5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris

pekerja/buruh berhak mendapatkan hak-haknya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan atau hak-hak

yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan

perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

Pasal 42

Pengusaha dilarang menahan atau menyimpan dokumen asli

yang sifatnya melekat pada pekerja sebagai jaminan.

BAB IX

PERLINDUNGAN DAN PENGUPAHAN

Bagian Kesatu

Perlindungan

Pasal 43

(1) Setiap pekerja/buruh berhak mendapatkan perlindungan

atas:

a. keselamatan dan kesehatan kerja ;

b. hygiene perusahaan dan lingkungan kerja;

c. moral dan kesusilaan; dan

d. perlakuan yang sesuai dengan harkat martabat

manusia serta nilai-nilai agama sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan.

(2) Selain bentuk perlindungan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) perusahaan juga berkewajiban untuk:

a. menyediakan antar jemput dari akses jalan raya

terdekat dengan tempat tinggal hingga ke perusahaan

bagi pekerja perempuan yang bekerja pada malam hari;

b. menerapkan

Page 27: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 27 -

b. menerapkan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem

manajemen perusahaan, yang dibuktikan dengan

sertifikat sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja sesuai dengan aturan perundang-

undangan;

c. memiliki tenaga kerja di bagian personalia yang telah

mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kader Norma

Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

d. memiliki paling sedikit 1 (satu) orang ahli keselamatan

dan kesehatan kerja umum sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;

e. menyediakan alat pelindung diri sesuai Standar

Nasional Indonesia secara cuma-cuma sesuai dengan

aturan perundang-undangan; dan

f. melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi setiap

pekerja paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.

(3) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi

pekerja/buruh yang memiliki hubungan perjanjian kerja

untuk waktu tertentu, mendapatkan perlindungan dan

syarat-syarat kerja yang sama dengan pekerja/buruh

perjanjian kerja waktu tidak tertentu.

Pasal 44

(1) Setiap sarana dan prasarana produksi, baik berdiri sendiri

maupun dalam satu kesatuan yang mempunyai potensi

kecelakaan, peledakan, kebakaran, keracunan, penyakit

akibat hubungan kerja dan timbulnya bahaya lingkungan

kerja wajib memenuhi syarat-syarat keselamatan dan

kesehatan kerja, higienis perusahaan, lingkungan kerja.

(2) Penerapan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja,

higienis perusahaan, lingkungan kerja berlaku untuk

setiap tahap pekerjaan perancangan, pembuatan,

pengujian, pemakaian atau penggunaan dan

pembongkaran atau pemusnahan dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Untuk

Page 28: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 28 -

(3) Untuk memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), harus dilakukan pemeriksaan administrasi

dan fisik, serta pengujian secara teknis oleh Pegawai

Pengawas Ketenagakerjaan atau Perusahaan Jasa

keselamatan dan kesehatan kerja yang ditunjuk sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Dalam hal peralatan yang telah dilakukan pemeriksaan

dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja

sesuai dengan tahapan pekerjaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), diberikan pengesahan pemakaian.

Pasal 45

(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu

kerja:

a. 7 (tujuh) jam dalam sehari atau 40 (empat puluh) jam

dalam seminggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam

seminggu; atau

b. 8 (delapan) jam dalam sehari atau 40 (empat puluh)

jam dalam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam

seminggu.

(2) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tidak berlaku bagi sektor pekerjaan/usaha tertentu

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

(3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi

waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib :

a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan;

b. paling banyak 3 (tiga) jam dalam sehari dan 14 (empat

belas) jam dalam seminggu;

c. membayar upah kerja lembur paling sedikit sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

d. memberikan waktu istirahat kepada pekerja/buruh

paling singkat 15 (lima belas) menit bagi pekerja/buruh

sebelum melaksanakan lembur 2 (dua) jam atau lebih.

(4) Pengusaha wajib memberikan istirahat dan cuti kepada

pekerja/buruh, yang meliputi:

a. istirahat antara jam kerja, paling sedikit 30 (tiga puluh)

menit setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus

menerus;

b. istirahat

Page 29: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 29 -

b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari

kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5

(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;

c. istirahat pada hari libur nasional yang ditetapkan

Pemerintah;

d. istirahat/cuti tahunan paling sedikit 12 (dua belas)

hari kerja setelah bekerja 12 (dua belas) bulan secara

terus menerus;

e. istirahat bagi pekerja/buruh perempuan yang

melahirkan selama 1,5 (satu koma lima) bulan sebelum

melahirkan dan 1,5 (satu koma lima) bulan sesudah

melahirkan;

f. istirahat selama 1,5 (satu koma lima) bulan bagi

pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran

kandungan atau sesuai dengan surat keterangan

dokter kandungan/bidan).

(5) Pengusaha wajib memberikan libur kepada pekerja/buruh

dengan tanpa mengurangi upah dan hak-haknya, pada

hari libur yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 46

Perusahaan dilarang:

a. mempekerjakan anak yang berumur di bawah 18 (delapan

belas) tahun; dan/atau

b. mempekerjakan pekerja/buruh perempuan pada malam

hari disaat masa menyusui sampai dengan bayi berusia 6

(enam) bulan.

Bagian Kedua

Pengupahan

Pasal 47

(1) Kebijakan pengupahan diarahkan untuk pencapaian

penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi

pekerja/buruh.

(2) Dalam rangka mewujudkan penghidupan yang layak bagi

pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perlu

ditetapkan upah minimum dengan mempertimbangkan

peningkatan kesejahteraan pekerja tanpa mengabaikan

peningkatan produktivitas dan kemajuan perusahaan

serta perkembangan perekonomian pada umumnya.

(3) Upah

Page 30: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 30 -

(3) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

hanya berlaku bagi pekerja lajang yang mempunyai masa

kerja kurang dari 1 (satu) tahun.

Pasal 48

(1) Pengusaha menetapkan besaran upah bagi pekerja/buruh

yang sudah memiliki masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih

dengan berpedoman pada struktur dan skala upah.

(2) Struktur dan skala upah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib disusun oleh pengusaha dengan

memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan

dan kompetensi, melalui mekanisme bipartit dengan

pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.

(3) Ketentuan struktur dan skala upah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) paling sedikit 5% (lima persen) dari

upah minimum yang dituangkan dalam Peraturan

Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 49

(1) Pemberlakuan kenaikan upah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 48 dilakukan bersamaan dengan kenaikan

Upah Minimum Kabupaten/Kota.

(2) Pengusaha yang melakukan pembayaran upah dibawah

Upah Minimum Kabupaten/Kota dikenakan sanksi

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Pasal 50

Pengusaha yang membayar upah pekerja/buruh dengan

sistem borongan, maka upah yang diterima pekerja/buruh

dalam 1 (satu) bulan paling sedikit sama dengan Upah

Minimum Kabupaten/Kota setempat.

Pasal 51

(1) Kekurangan atas pembayaran upah dan/atau tidak

dibayarkannya upah selama proses PHK merupakan utang

yang wajib dibayar oleh pengusaha pada pekerja/buruh.

(2) Tuntutan

Page 31: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 31 -

(2) Tuntutan atas kekurangan upah dan/atau tidak

dibayarkannya upah selama proses PHK sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), pekerja dapat mengajukan

gugatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga

THR

Pasal 52

(1) Pengusaha wajib memberikan THR kepada pekerja/buruh

yang telah mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan.

(2) THR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan 1

(satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

(3) Pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan

tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan diberikan secara

proporsional dengan masa kerja.

(4) Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas)

bulan atau lebih secara terus menerus mendapatkan THR

paling sedikit sebesar 1 (satu) bulan upah.

(5) Upah satu bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)

dan ayat (4) adalah upah pokok di tambah tunjangan-

tunjangan tetap.

(6) Waktu pembayaran THR diberikan paling lambat 7 (tujuh)

hari sebelum hari raya keagamaan.

BAB X

JAMINAN SOSIAL

Pasal 53

(1) Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk

memperoleh jaminan sosial pada lembaga yang telah

ditetapkan.

(2) Lembaga yang dimaksud pada ayat (1) adalah Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

(3) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyelenggarakan

program jaminan kesehatan.

(4) Badan

Page 32: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 32 -

(4) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyelenggarakan

program:

a. jaminan kecelakaan kerja;

b. jaminan kematian;

c. jaminan hari tua; dan

d. jaminan pensiun.

(5) Perusahaan wajib mengikutsertakan semua pekerja/buruh

dan keluarganya ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan.

(6) Pelaksanaan jaminan sosial diselenggarakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XI

FASILITAS KERJA

Bagian Kesatu

Kesempatan Beribadah

Pasal 54

(1) Pekerja/buruh memiliki hak dalam melaksanakan ibadah

dan keyakinannya.

(2) Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang cukup

kepada pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah dan

keyakinannya.

(3) Kesempatan yang cukup sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dengan menyediakan waktu, tempat dan prasarana

untuk melaksanakan ibadah dan keyakinannya.

Bagian Kedua

Fasilitas Kesejahteraan

Pasal 55

(1) Setiap Perusahaan menyelenggarakan atau menyediakan

fasilitas kesejahteraan pekerja/buruh, antara lain :

a. ruang laktasi (tempat/ruang ibu menyusui bayinya);

b. fasilitas seragam kerja beserta tempatnya;

c. fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja;

d. fasilitas

Page 33: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 33 -

d. fasilitas beribadah yang memadai dan representatif

sebanding dengan jumlah pekerja/buruh;

e. tempat olah raga yang memadai dan representatif;

f. kantin;

g. fasilitas kesehatan dan poliklinik;

h. fasilitas rekreasi paling sedikit 1 (satu) kali setiap

tahun;

i. fasilitas istirahat;

j. memfasilitasi terbentuknya koperasi; dan/atau

k. tempat parkir di area perusahaan yang memadai dan

representatif.

(2) Penyelenggaraan fasilitas kesejahteraan pekerja/buruh

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan

dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan

kemampuan perusahaan.

BAB XII

HUBUNGAN INDUSTRIAL

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 56

(1) Dalam melaksanakan Hubungan Industrial, Pemerintah

Daerah mempunyai fungsi:

a. menetapkan kebijakan;

b. memberikan pelayanan dan pembinaan;

c. melaksanakan pengawasan; dan

d. melakukan penindakan terhadap pelanggaran

peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam melaksanakan Hubungan Industrial,

pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh

mempunyai fungsi:

a. menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya;

b. menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi;

c. menyalurkan aspirasi secara demokratis;

d. mengembangkan keterampilan dan keahliannya;

e. ikut memajukan perusahaan; dan

f. memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta

keluarganya.

(3) Dalam

Page 34: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 34 -

(3) Dalam melaksanakan Hubungan Industrial, pengusaha

dan organisasi pengusaha mempunyai fungsi :

a. menciptakan kemitraan;

b. mengembangkan usaha;

c. memperluas lapangan kerja; dan

d. memberikan kesejahteraan pekerja/buruh secara

terbuka, demokratis, dan berkeadilan.

Bagian Kedua

Kelembagaan

Paragraf 1

Umum

Pasal 57

(1) Pemerintah Daerah wajib membentuk dan

mengoptimalkan Lembaga Kerjasama Tripartit dan Dewan

Pengupahan Daerah.

(2) Semua kegiatan operasional dan kegiatan lembaga-

Iembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Paragraf 2

Lembaga Kerjasama Tripartit

Pasal 58

(1) Lembaga Kerjasama Tripartit Provinsi/Kabupaten/Kota

memberikan pertimbangan, saran, masukan, maupun

rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam

penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah

ketenagakerjaan.

(2) Lembaga Kerjasama Tripartit Provinsi/Kabupaten/Kota

mengadakan rapat paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali.

Paragraf 3

Dewan Pengupahan

Pasal 59

(1) Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kota mendorong

optimalisasi dalam menganalisis sistem pengupahan.

(2) Dewan

Page 35: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 35 -

(2) Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kota

melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

(3) Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menfasilitasi

terbentuknya asosiasi sektor pengusaha dan/atau asosiasi

sektor pekerja.

(4) Dalam hal di Kabupaten/Kota tidak memiliki asosiasi

sektor pengusaha dan/atau asosiasi sektor pekerja, maka

penetapan Upah Minimum Sektoral ditetapkan oleh Dewan

Pengupahan Kabupaten/Kota.

Paragraf 4

Tim Unit Reaksi Cepat

Pasal 60

(1) Dalam rangka pencegahan, deteksi dini, monitoring, dan

pemeriksaan awal terhadap perusahaan yang berpotensi

atau di duga melakukan pelanggaran ketenagakerjaan

dapat dibentuk Tim Unit Reaksi Cepat.

(2) Tim Unit Reaksi Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri dari unsur:

a. Pemerintah Daerah;

b. Kepolisian;

c. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

d. perwakilan organisasi pengusaha; dan

e. perwakilan organisasi serikat pekerja/serikat buruh.

(3) Hasil kerja Tim Unit Reaksi Cepat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk Rekomendasi

untuk ditindaklanjuti oleh pegawai Pengawas dan/atau

Penyidik Pegawai Negeri Sipil ketenagakerjaan dalam

melakukan pemeriksaan maupun penyidikan.

(4) Pembentukan Tim Unit Reaksi Cepat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Keputusan

Gubernur.

Paragraf 5

Organisasi Pengusaha dan Serikat Pekerja/Serikat Buruh

Pasal 61

(1) Pengusaha/organisasi pengusaha, pekerja/buruh

dan/atau serikat pekerja/serikat buruh melaksanakan

pola kemitraan dalam hubungan industrial di perusahaan.

(2) Dalam

Page 36: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 36 -

(2) Dalam melaksanakan Hubungan Industrial dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan dengan saling menghormati

hak dan kewajiban masing-masing sehingga tercipta iklim

kerja yang harmonis dan dinamis.

Pasal 62

Pengusaha dapat membantu pembayaran iuran serikat

pekerja/serikat buruh melalui pemotongan upah tiap bulan

atas pengajuan serikat pekerja/serikat buruh sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 63

Pengusaha menfasilitasi penyediaan ruang untuk serikat

pekerja/serikat buruh yang ada di perusahaan sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan pengusaha.

Bagian Ketiga

Perselisihan

Paragraf 1

Mediasi

Pasal 64

(1) Dinas wajib melakukan fasilitasi/mediasi terkait

perselisihan yang terjadi di perusahaan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Jumlah pegawai mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) disesuaikan secara proporsional dengan jumlah

perusahaan yang ada secara bertahap.

Paragraf 2

Mogok Kerja

Pasal 65

(1) Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat

pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib, dan

damai sebagai akibat gagalnya perundingan.

(2) Pekerja/buruh

Page 37: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 37 -

(2) Pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib

memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan

Dinas dan/atau Dinas Kabupaten/Kota, paling lambat

dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja

dilaksanakan.

(3) Pemberitahuan sebagaimana pada ayat (2) paling sedikit

memuat:

a. waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri

mogok kerja;

b. tempat mogok kerja;

c. alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan

mogok kerja; dan

d. tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-

masing ketua dan sekretaris serikat pekerja/serikat

buruh sebagai penanggung jawab mogok kerja.

(4) Dalam hal mogok kerja akan dilakukan oleh

pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat

pekerja/serikat buruh maka pemberitahuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh perwakilan

pekerja/buruh yang ditunjuk sebagai koordinator

dan/atau penanggung jawab mogok kerja.

Pasal 66

(1) Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1), pengusaha dapat

mengambil tindakan sementara dengan cara:

a. melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada

di lokasi kegiatan proses produksi; atau

b. bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang

mogok kerja berada di lokasi perusahaan.

(2) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

demi menyelamatkan alat produksi dan aset perusahaan.

(3) Setiap orang dilarang melakukan tindakan intimidasi

dalam bentuk apapun kepada pekerja/buruh dan/atau

pengurus serikat pekerja/serikat buruh sebelum, selama

dan sesudah melakukan mogok kerja.

Pasal 67

Page 38: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 38 -

Pasal 67

Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja/buruh yang bekerja

pada perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/atau

perusahaan yang jenis kegiatannya membahayakan

keselamatan jiwa manusia, dilakukan oleh para

pekerja/buruh yang tidak sedang melaksanakan tugas.

Pasal 68

Dalam hal pekerja/buruh yang melakukan mogok kerja secara

sah dalam melakukan tuntutan hak normatif yang sungguh-

sungguh dilanggar oleh pengusaha maka pengusaha tetap

wajib membayar upah pekerja/buruh.

Pasal 69

(1) Dinas wajib melakukan upaya penyelesaian perselisihan

Hubungan Industrial sebelum terjadinya mogok kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65.

(2) Pada saat menerima pemberitahuan mogok kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) Dinas

wajib memeriksa isi surat pemberitahuan tersebut dan

memberikan bukti tanda terima, sebagai bukti bahwa

mogok kerja yang akan dilakukan oleh pekerja/buruh atau

serikat pekerja/serikat buruh telah sah dan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

(3) Dinas wajib melakukan pengawalan dan monitoring saat

berlangsungnya mogok kerja dan menjamin mogok kerja

dapat dilakukan dengan aman dan tertib sesuai dengan

yang direncanakan dalam surat pemberitahuan.

Bagian Keempat

Berakhirnya Hubungan Kerja

Paragraf 1

PHK

Pasal 70

(1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh,

dan Pemerintah Daerah, dengan segala upaya harus

mengusahakan agar tidak terjadi PHK.

(2) Dalam

Page 39: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 39 -

(2) Dalam hal PHK tidak dapat dihindari, maka wajib

dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat

buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh

yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat

pekerja/serikat buruh.

(3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya

dapat melakukan PHK kepada pekerja/buruh setelah

memperoleh penetapan dari Lembaga Penyelesaian

Hubungan Industrial.

(4) PHK tanpa penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) batal demi hukum.

(5) Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4).

Pasal 71

(1) Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan

hubungan industrial belum ditetapkan, baik pengusaha

maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala

kewajibannya.

(2) Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa

tindakan skorsing kepada pekerja/buruh yang sedang

dalam proses PHK dengan tetap wajib membayar upah

beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima

pekerja/buruh.

Pasal 72

(1) Pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan:

a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit

menurut dokter selama waktu tidak melampaui 12

(dua belas) bulan secara terus menerus;

b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya

karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang

diperintahkan oleh agamanya;

d. pekerja/buruh menikah;

e. pekerja/buruh

Page 40: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 40 -

e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur

kandungan, atau menyusui bayinya;

f. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau

ikatan perkawinan dengan pekerja/buruh lainnya di

dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam

perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau

perjanjian kerja sama;

g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau

pengurus serikat pekerja/serikat buruh,

pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat

pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam

jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau

berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian

kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja

bersama;

h. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada

yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang

melakukan tindak pidana kejahatan;

i. perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna

kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status

perkawinan;

j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat

kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja

yang menurut surat keterangan dokter yang jangka

waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan.

(2) Pengusaha yang melakukan PHK dengan alasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

mempekerjakan kembali pekerja/buruh yang

bersangkutan.

Pasal 73

Dalam hal putusan Pengadilan Hubungan Industrial dan/atau

Mahkamah Agung dan/atau Lembaga penyelesaian

perselisihan yang lain telah memutus dan memiliki kekuatan

hukum tetap (inkracht van gewijsde), yang menyatakan

pekerja/buruh bekerja kembali, maka pengusaha wajib

mempekerjakan kembali.

Paragraf 2

Page 41: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 41 -

Paragraf 2

Pensiun

Pasal 74

(1) Pekerja/buruh yang telah memasuki usia pensiun berhak

mengajukan pensiun secara tertulis kepada pengusaha.

(2) Pengusaha dapat menolak pekerja/buruh yang

mengajukan pensiun sebagaimana dimaksud ayat (1),

apabila masih membutuhkan pekerja/buruh tersebut.

(3) Pengusaha wajib memenuhi hak-hak pekerja/buruh yang

telah dinyatakan pensiun.

(4) Ketentuan usia pensiun dan pemenuhan hak-hak

Pekerja/buruh yang telah dinyatakan pensiun

sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (3) sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3

Meninggal Dunia

Pasal 75

Dalam hal hubungan kerja berakhir karena pekerja/buruh

meninggal dunia pengusaha wajib memberikan kepada ahli

waris pekerja/buruh bersangkutan uang dengan perhitungan:

a. 2 (dua) kali uang pesangon;

b. 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja; dan

c. uang penggantian hak sebagaimana yang telah diatur

dalam peraturan perundang-undangan.

BAB XIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 76

(1) Gubernur berwenang melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan

ketenagakerjaan di Daerah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan

pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dalam Peraturan Gubernur.

BAB XIV

Page 42: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 42 -

BAB XIV

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 77

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 22 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 23 Ayat (4) dan

ayat (5), Pasal 24, Pasal 25 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5),

Pasal 31 ayat (1), Pasal 32 ayat (1), Pasal 33 ayat (1),

Pasal 36, Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 43 ayat (2),

Pasal 45 ayat (1), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), Pasal 48

ayat (2), Pasal 51 ayat (1), Pasal 52 ayat (1), Pasal 53 ayat

(5), Pasal 54 ayat (2), Pasal 68, Pasal 70 ayat (5), Pasal 71

ayat (2), Pasal 72 ayat (2), Pasal 73, Pasal 74 ayat (3), dan

Pasal 75 dikenakan sanksi administrasi berupa:

a. teguran tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

c. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat

produksi;

d. pembekuan kegiatan usaha; dan/atau

e. pencabutan izin.

(2) Prosedur tata cara dan pelaksanaan sanksi administrasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dalam

Peraturan Gubernur.

BAB XV

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 78

(1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan

Pemerintah Daerah berwenang untuk melakukan

penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini.

(2) Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta

keterangan tentang pelanggaran ketentuan tentang

perlindungan ketenagakerjaan;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga

melakukan pelanggaran ketentuan tentang

perlindungan ketenagakerjaan;

c. meminta

Page 43: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 43 -

c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang

sehubungan dengan pelanggaran ketentuan tentang

perlindungan ketenagakerjaan;

d. melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau

dokumen lain tentang pelanggaran ketentuan tentang

perlindungan ketenagakerjaan;

e. melakukan pemeriksaan atau penyitaan terhadap

barang dan/atau surat dalam pelanggaran ketentuan

tentang perlindungan ketenagakerjaan;

f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan

tugas penyidikan pelanggaran ketentuan tentang

perlindungan ketenagakerjaan;

g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat

cukup bukti yang membuktikan tentang adanya

pelanggaran ketentuan tentang perlindungan

ketenagakerjaan.

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan

menyerahkan hasil penyidikan tersebut kepada Penuntut

Umum melalui Penyidik Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

(4) Dalam hal penyidik Pegawai Negeri Sipil mengetahui

bahwa perbuatan pidana yang sedang disidik juga diatur

dalam undang-undang, Penyidik Pegawai Negeri Sipil

segera menyerahkan kewenangan penyidikan kepada

Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

BAB XVI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 79

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 35 ayat (2)

dan ayat (3), Pasal 42, Pasal 46, Pasal 66 ayat (3), dan

Pasal 72 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling

lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) juga diatur dalam undang-undang, maka sanksi

pidana yang dikenakan ialah sanksi pidana menurut

undang-undang.

(3) Dalam

Page 44: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 44 -

(3) Dalam hal undang-undang mengatur tindak pidana yang

sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepolisian

Republik Indonesia berwenang melakukan penyidikan.

BAB XVII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 80

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:

a. semua perizinan yang telah diterbitkan sebelum

berlakunya Peraturan Daerah ini masih tetap berlaku

sampai dengan berakhirnya masa izin yang bersangkutan;

dan

b. semua yang terkait dengan penyelenggaraan

ketenagakerjaan selain perizinan sebagaimana dimaksud

pada huruf a, wajib menyesuaikan dengan Peraturan

Daerah ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan

Daerah ini diundangkan.

BAB XVIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 81

Peraturan Gubernur sebagai pelaksanaan dari Peraturan

Daerah ini ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan sejak

Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasal 82

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya

pada tanggal

GUBERNUR JAWA TIMUR

Dr. H. SOEKARWO

Page 45: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR TAHUN 2016

TENTANG

PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN

I. UMUM

Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan

masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat,

dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil,

makmur, dan merata, baik materiil maupun spiritual.

Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga

terpenuhi hak-hak dasar dan perlindungan bagi tenaga kerja dan

pekerja/buruh serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi

yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha. Pembangunan

ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan. Keterkaitan

itu tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja selama, sebelum dan

sesudah masa kerja tetapi juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha,

Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengaturan

yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain mencakup pengembangan

sumberdaya manusia, peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga

kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan

tenaga kerja, pengupahan, dan pembinaan hubungan industrial.

Pembinaan hubungan industrial sebagai bagian dari pembangunan

ketenagakerjaan harus diarahkan untuk terus mewujudkan hubungan

industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan. Untuk itu, pengakuan

dan penghargaan terhadap hak asasi manusia harus diwujudkan. Dalam

bidang ketenagakerjaan hal ini merupakan tonggak utama dalam

menegakkan demokrasi di tempat kerja. Penegakkan demokrasi di tempat

kerja diharapkan dapat mendorong partisipasi yang optimal dari seluruh

Page 46: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 2 -

tenaga kerja dan pekerja/buruh Indonesia untuk membangun negara

Indonesia yang dicita-citakan khususnya di wilayah Provinsi Jawa Timur.

II. PASAL

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah bahwa

penyelenggaraan perlindungan ketenagakerjaan dilakukan

dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan, antara lain

Pemerintah Daerah, pekerja/buruh, pengusaha dan masyarakat.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas persamaan hak” adalah bahwa

pemenuhan hak pekerja/buruh dilakukan dengan tidak

membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status

ekonomi.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas demokrasi” adalah bahwa

penyelenggaraan perlindungan ketenagakerjaan dilakukan

dengan sebesar mungkin mengikutsertakan dan meningkatkan

peran serta aktif pekerja/buruh, pengusaha dan masyarakat

secara merata.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas keadilan sosial” adalah bahwa

adanya perlakuan yang adil dan seimbang bagi pekerja/buruh,

baik secara materil maupun spiritual.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas kesetaraan dan keadilan gender”

adalah bahwa perlindungan ketenagakerjaan dilakukan tanpa

membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan.

Page 47: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 3 -

Huruf f

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas tanpa diskriminasi” adalah bahwa

perlindungan ketenagakerjaan dilakukan tanpa adanya

pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun

tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar

agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status

ekomomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik yang berakibat

pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan,

pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan

dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam

bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek

kehidupan lainnya.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Page 48: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 4 -

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Page 49: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 5 -

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 24

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Page 50: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 6 -

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan hak normatif berupa: hak cuti; hak

jaminan sosial; hak upah; hak upah lembur; syarat-syarat

keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dan hak normatifnya

lainnya yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Page 51: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 7 -

Pasal 42

Dokumen asli yang dimaksud adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP),

Surat Izin Mengemudi (SIM), akte kelahiran, kartu keluarga, paspor,

ijazah dan sertifikat

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Ayat (1)

Sarana dan prasarana produksi adalah mesin, pesawat, alat

perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Page 52: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 8 -

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Pasal 59

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Page 53: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 9 -

Yang dimaksud dengan Upah Minimum Sektoral adalah Upah

Minimum yang berlaku secara sektoral di wilayah

Kabupaten/Kota.

Yang dimaksud dengan sektoral di sini adalah kelompok

lapangan usaha beserta pembagiannya menurut Klasifikasi Baku

Lapangan usaha Indonesia.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Pasal 68

Cukup jelas.

Pasal 69

Page 54: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 10 -

Cukup jelas.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71

Cukup jelas.

Pasal 72

Cukup jelas.

Pasal 73

Cukup jelas.

Pasal 74

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78

Cukup jelas.

Pasal 79

Cukup jelas.

Pasal 80

Cukup jelas.

Pasal 81

Page 55: gubernur jawa timur peraturan daerah provinsi jawa timur nomor ...

- 11 -

Pasal 81

Cukup jelas.

Pasal 82

Cukup jelas.