GUARDRAIL.pdf

download GUARDRAIL.pdf

of 53

Transcript of GUARDRAIL.pdf

  • B.1 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

    B.1.1 TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA

    Berdasarkan isi dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) terhadap pekerjaan

    Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ

    Jember, maka tanggapan terhadap materi Kerangka Acuan Kerja antara lain

    sebagai berikut :

    a. Lokasi Pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman

    Jalan di UPT LLAJ Jember adalah pada wilayah kerja UPT LLAJ Jember;

    b. Tenaga ahli yang terlibat dalam pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan

    Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember ada 2 (dua) orang

    ahli dan dibantu dengan beberapa tenaga pendukung lainnya;

    c. Waktu Pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman

    Jalan di UPT LLAJ Jember adalah selama 1,5 (satu koma lima) bulan atau 45

    (empat puluh lima) hari;

    d. Biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan Perencanaan

    Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember

    adalah sebesar Rp. 114.298.000,00 (Seratus Empat Belas Juta Dua Ratus

    Sembilan Puluh Delapan Ribu Rupiah)

    1. Tanggapan Terhadap Latar Belakang

    Pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman

    Jalan di UPT LLAJ Jember ini dilatar belakangi oleh permasalahan transportasi di

    Kabupaten Jember yaitu semakin tingginya angka kecelakaan dari tahun ke

    tahun. Guardrail adalah alat kelengkapan pada jalan yang berfungsi sebagai

    pencegah pertama bagi kendaraan bermotor yang tidak dapat dikendalikan lagi

    agar tidak keluar dari jalur lalu lintas yang mengakibatkan kecelakaan fatal.

    Alat kelengkapan jalan ini berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari

    lempengan dan/atau batang besi, tiang penyangga dan pengikatnya yang

    dipasangkan pada tepi jalan.

    Fasilitas keselamatan LLAJ berupa perlengkapan jalan telah

    berkembang baik pada sisi jumlah maupun lokasi-lokasi ruas jalan dimana

    fasilitas tersebut terpasang. Pemenuhan terhadap jumlah fasilitas keselamatan

    lalu lintas dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Walaupun

    realisasi dari kebutuhan yang ada masih jauh dari harapan baik dari segi

    kuantitas maupun dari segi kualitas. Pemenuhan kebutuhan fasilitas dimaksud

    bersumber dari APBD Provinsi maupun APBN yang dipasang secara menyebar

    pada ruas-ruas jalan nasional maupun jalan provinsi di wilayah Provinsi Jawa

    Timur.

  • Pagar pengaman jalan (guardrail) adalah kelengkapan pada jalan yang

    berfungsi sebagai pencegah pertama bagi kendaraan bermotor yang tidak dapat

    dikendalikan lagi agar tidak keluar dari jalur lalu lintas yang mengakibatkan

    kecelakaan fatal. Kelengkapan ini berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari

    lempengan dan/atau batang besi, tiang penyangga dan pengikatnya yang

    dipasangan pada tepi jalan.

    Guna menunjang pertumbuhan lalu lintas yang cukup cepat terutama di

    wilayah Provinsi Jawa Timur, maka sangat dibutuhkan pembangunan fasilitas

    keselamatan jalan seperti pagar pengaman jalan (guardrail) ini. Pada

    hakekatnya kebutuhan prasarana fasilitas umum jalan raya ini akan

    mempengaruhi sistem transportasi yang ada. Perkembangan infrastruktur

    transportasi terutama jalan raya sangat membutuhkan fasilitas pagar pengaman

    jalan (guardrail) yang memadai. Rencana pembangunan fasilitas pagar

    pengaman jalan ini memerlukan perencanaan terlebih dahulu sehingga dapat

    diidentifikasi kebutuhan jumlah, biaya dan lokasi penempatan pagar pengaman

    jalan (guardrail).

    2. Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan

    Maksud pekerjaan perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar

    Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember adalah untuk meningkatkan keselamatan

    pengguna jalan dan mengurangi angka kecelakaan lalu lintas khususnya

    angka kecelakaan di wilayah Kabupaten Jember.

    Sedangkan tujuan dari pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan

    Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember ini yaitu :

    a) Analisis terhadap kebutuhan pembangunan Pagar Pengaman Jalan di

    wilayah UPT LLAJ Jember;

    b) Penentuan titik lokasi Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan

    sehingga pemanfaatan pembangunan dapat tepat sasaran ;

    c) Melakukan survey harga satuan bahan/material serta upah kerja yang

    dibutuhkan dalam pelaksanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar

    Pengaman Jalan;

    3. Tanggapan Terhadap Sasaran

    Sasaran yang ingin dicapai terkait dengan pekerjaan Perencanaan

    Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember adalah

    untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan sebagai upaya mengurangi

    angka kecelakaan di jalan khususnya di wilayah UPT LLAJ Jember serta

    terjadinya ketertiban di jalan dengan mematuhi Rambu - Rambu Lalu Lintas

    sehingga mengurangi resiko kecelakaan.

  • 4. Tanggapan Terhadap Lokasi Kegiatan

    Kegiatan Perencanaan Pembangunan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ

    Jember ini dilakukan pada wilayah UPT LLAJ Jember.

    5. Tanggapan Terhadap Sumber Pendanaan

    Sumber pendanaan yang digunakan dalam kegiatan Perencanaan

    Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember dalam

    kegiatan ini dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun

    Anggaran 2015 Satuan Kerja Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa

    Timur.

    6. Tanggapan Terhadap Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen

    Organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan pekerjaan

    Perencanaan Pembangunan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember, adalah

    Satuan Kerja Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Bidan Lalu

    Lintas Jalan dengan Nama Pejabat Pembuat Komitmen adalah Bapak Gatot

    Soebroto, A.Md, SE, M.PSDM

    7. Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup Kegiatan

    Penyelesaian pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar

    Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember diperlukan penjabaran lingkup kegiatan ke

    dalam langkah-langkah yang riil/nyata guna mencapai maksud dan tujuan

    pekerjaan. Identifikasi kegiatan dalam rangka penyelesaian kegiatan ini

    meliputi :

    a) Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pembangunan dan alokasi

    tenaga yang terlibat dalam pekerjaan tersebut;

    b) Pengumpulan data data dari lapangan berdasarkan kondisi eksisting saat

    ini serta data kondisi lingkungannya;

    c) Membuat rencana tampak dan perlekatannya, serta membantu hasil hasil

    penelitian dan pengujian anggaran untuk melaksanakan konstruksi fisik;

    d) Membuat rencana kerja dan syarat syarat

    e) Menyusun rencana volume dari setiap lokasi pembangunan pagar

    pengaman jalan;

    f) Menyusun kegiatan pelaksanaan Konstruksi fisik pada waktu

    penyelenggaraan proses pemilahan/lelang;

    g) Penyusunan dokumen pelaksanaan dan pengawasan fisik terhadap

    pembangunan pagar pengaman jalan di wilayah UPT LLAJ Jember.

  • 8. Tanggapan Terhadap Keluaran

    Hasil keluaran dari pekerjaan perencanaan pembangunan pagar

    pengaman jalan di UPT LLAJ Jember ini yaitu tercapainya tujuan melalui hasil

    keluaran sebagaimana diharapkan dalam pekerjaan ini. Hasil dari pekerjaan

    Perencanaan Pembangunan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember ini

    antara lain:

    a) Gambar detail perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di UPT

    LLAJ Jember;

    b) Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibutuhkan dalam pekerjaan

    perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di UPT LLAJ Jember;

    c) Syarat- Syarat Teknis yang digunakan sebagai acuan dalam pekerjaan

    perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di UPT LLAJ Jember;

    d) Dokumen gambar perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan dibuat

    dalam bentuk gambar Auto Cad.

    9. Tanggapan Terhadap Peralatan, Material dan Personil Dari Pejabat Pembuat

    Komitmen

    Mengenai peralatan, material dan personil dalam pekerjaan

    Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ

    disediakan oleh penyedia jasa. Terhadao kebutuhan peralatan, material dan

    personil dalam pekerjaan ini konsultan telah mempunyai peralatan, material

    dan personil yang dibutuhkan.

    10. Tanggapan Terhadap Peralatan dan Material Dari Penyedia Jasa Konsultansi

    Dalam hal peralatan dan material dari penyedia jasa konstruksi,

    penyedia barang/jasa wajib menyediakan peralatan yang digunakan dalam

    menunjang pekerjaan perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di

    UPT LLAJ Jember adalah sebagai berikut :

    a) Mobil dengan jumlah yang disyaratkan sebanyak 1 unit

    b) Komputer/Laptop dengan jumlah yang disyaratkan sebanyak 4 unit

    c) Printer/ploter dengan jumlah yang disyaratkan sebanyak 4 unit

    11. Tanggapan Terhadap Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa

    Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dijelaskan bahwa dalam

    pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di

    UPT LLAJ Jember penyedia jasa mempunyai lingkup kewenangan sesuai

    dengan lingkup pekerjaan dan penyusunan laporan.

  • 12. Tanggapan Terhadap Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan

    Jangka waktu penyelesaian kegiatan perencanaan pembangunan

    pagar pengaman jalan di UPT LLAJ Jember sesuai dengan yang telah di

    jelaskan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah selama 1,5 (satu koma

    lima) bulan berurutan atau 45 (empat puluh lima) hari kalender terhitung

    sejak dikeluarkannya SPMK.

    13. Tanggapan Terhadap Personil

    Dalam pekerjaan ini terhadap kebutuhan dan kualifikasi personil

    yang dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di

    UPT LLAJ Jember ini meliputi Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Lainnya

    yang meliputi :

    a) 1 (satu) orang Team Leader/Ahli Sipil dengan kualifikasi pendidikan

    Sarjana S-1 Jurusan Teknik Teknik Sipil lulusan Perguruan Tinggi Negeri

    atau Perguruan Tinggi Swasta yang telah lulus ujian negara atau yang

    telah diakreditasi, atau Perguruan Tinggi Luar Negeri yang telah

    diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah yang sah.

    b) 1 (satu) orang Ahli Cost Estimator dengan kualifikasi pendidikan Sarjana

    S-1 Jurusan Teknik Teknik Sipil, Lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau

    Perguruan Tinggi Swasta yang telah lulus ujian negara atau yang telah

    diakreditasi, atau Perguruan Tinggi Luar Negeri yang telah diakreditasi,

    dibuktikan dengan salinan ijazah yang sah. Ahli Jalan ini diutamakan

    berpengalaman melaksanakan pekerjaan di bidang Teknik Transportasi

    dengan pengalaman minimal3 tahun Memiliki SKA Muda Jalan.

    c) 1 (satu) orang Administrasi/Keuangan dengan kualifikasi pendidikan

    yang disyaratkan adalah seorang lulusan SMA/SMK sederajatyang telah

    lulus ujian negara atau yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan

    ijazah yang sah. Diutamakan berpengalaman sebagai administrasi /

    keuangan minimal 1 (satu) tahun.

    d) 1 (satu) orang Koordinator Survey dengan kualifikasi pendidikan yang

    disyaratkan adalah seorang lulusan D3/S1 sederajat yang telah lulus ujian

    negara atau yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah

    yang sah. Diutamakan berpengalaman sebagai koordinator survey

    minimal 1 (satu) tahun.

    e) 4 (empat) orang Tenaga Surveyor dengan kualifikasi pendidikan yang

    disyaratkan adalah seorang lulusan SMK sederajat yang telah lulus ujian

    negara atau yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah

    yang sah. Diutamakan berpengalaman sebagai surveyor minimal 1 (satu)

    tahun.

  • f) 2 (dua) orang drafter dengan kualifikasi pendidikan yang disyaratkan

    adalah seorang lulusan SMK sederajat yang telah lulus ujian negara atau

    yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah yang sah.

    Diutamakan berpengalaman sebagai surveyor minimal 1 (satu) tahun.

    g) 1 (satu) orang Office Boy dengan kualifikasi pendidikan yang disyaratkan

    adalah seorang SMA/SMK sederajat yang telah lulus ujian negara atau

    yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah yang sah.

    h) 2 (dua) orang Sopir/Driver dengan kualifikasi pendidikan yang

    disyaratkan adalah seorang SMA/SMK sederajat yang telah lulus ujian

    negara atau yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah

    yang sah.

    14. Tanggapan Terhadap Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

    Jadwal tahapan pelaksanaan kegiatan Perencanaan Pembangunan

    Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember adalah mulai dari pekerjaan

    pendahuluan yang meliputi studi literatur dan persiapan, tahap yang kedua

    yaitu menentukan titik lokasi yang akan dibangun pagar pengaman jalan,

    spesifikasi teknik dalam pekerjaan perencanaan pembangunan pagar

    pengaman jalan serta rencana anggaran biaya (RAB) yang dibutuhkan dalam

    kegiatan perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di UPT LLAJ

    Jember ini.

    15. Tanggapan Terhadap Laporan

    Hasil laporan dalam pekerjaan Perencanaan Pembangunan Pagar

    Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember, disampaikan dalam Rencana Kerja dan

    Syarat-syarat (RKS) sebanyak 10 (sepuluh) buku, Rencana Anggaran Biaya

    (RAB) sebanyak 5 (lima) buku dan Gambar Teknik sebanyak 10 (sepuluh)

    buku.

    16. Tanggapan Terhadap Persyaratan Kerjasama

    Dalam Kerangka Acuan Kerja dijelaskan bahwa Jika kerjasama dengan

    penyedia barang/jasa lain diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan

    perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di UPT LLAJ Jember, maka

    harus mematuhi persyaratan yang telah ditentukan.

    17. Tanggapan Terhadap Klausul Alih Pengetahuan

    Telah dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) Mengenai Alih

    Pengetahuan, Jika diperlukan Penyedia Jasa Konsultansi

    berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam

    rangka alih pengetahuan kepada personil proyek/ satuan kerja Pejabat

  • Pembuat Komitmen dan Konsultan memahami dan bersedia melakukan

    alih pengetahuan, sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja

    (KAK) dalam pekerjaan perencanaan pembangunan pagar pengaman jalan di

    UPT LLAJ Jember ini.

    B.1.2 MODIFIKASI ATAU INOVASI TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA

    Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), secara umum sudah memberikan

    penjelasan mengenai Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Hasil Keluaran,

    hingga Laporan yang dibutuhkan dalam pekerjaan perencanaan

    pembangunan pagar pengaman jalan di UPT LLAJ Jember ini. Namun Konsultan

    mengidentifikasi masih terdapat beberapa hal yang tidak dijelaskan, diperlukan

    modifikasi atau inovasi. Hal-hal yang belum dijelaskan dalam Kerangka

    Acuan Kerja adalah mengenai uraian mengenai tugas dan tanggung jawab

    Personil. Didalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) tidak dijelaskan mengenai

    tanggapan dan uraian terhadap pedoman pengumpulan data lapangan serta

    uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing Tenaga Ahli, maka Konsultan

    mencoba menguraikan hal ini dalam Data Teknis ini.

    B.2 URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA

    B.2.1 PENDEKATAN TEKNIS

    Dalam upaya penyelesaian permasalahan-permasalahan yang timbul pada

    pekerjaan ini dan berdasarkan Kerangka Tujuan dan Lingkup Kegiatan, maka

    konsultan melakukan pendekatan pendekatan teknis yang dimaksudkan

    untuk mengenal lebih mendalam kondisi wilayah, kondisi perekonomian serta

    kondisi geografis wilayah studi pada wilayah UPT LLAJ Jember yang meliputi

    Jember, Lumajang dan Bondowoso.

    1) PENDEKATAN WILAYAH KABUPATEN

    Kegiatan jasa konsultansi Perencanaan Pembangunan Pagar Pengaman Jalan ini

    dilakukan pada wilayah UPT LLAJ Jember yang meliputi Jember, Lumajang dan

    Bondowoso. Untuk itu, kami selaku konsultan mencoba menjelaskan mengenai

    wilayah-wilayah tersebut.

    A. DESKRIPSI WILAYAH KABUPATEN JEMBER

    Letak Kabupaten Jember berada pada 113 30 - 113 45 Bujur Timur dan

    8 30 Lintang Selatan sampai dengan luas wilayah 3.092,34 Km dengan kisaran

  • suhu antara 23 C 32 C Berikut ini merupakan batas-batas wilayah kabupaten

    Jember :

    Sebelah Utara : Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Bondowoso

    Sebelah Timur : Kabupaten Banyuwangi

    Sebelah Selatan : Samudera Hindia

    Sebelah Barat : Kabupaten Lumajang

    Kabupaten Jember terletak di bagian timur wilayah Provinsi Jawa

    Timur. Lokasi Kabupaten Jember sangat strategis, karena dilalui jalan arteri

    primer Surabaya Banyuwangi dengan karakter topografi berbukit hingga

    pegunungan di sisi utara dan timur serta dataran subur yang luas ke arah

    selatan. Luas wilayah Kabupaten Jember tercatat sebesar 3.092,34 Km. Secara

    administrasi pemerintahan Kabupaten Jember terdiri dari 31 Kecamatan, 22

    Kelurahan dan 245 Desa, kecamatan terluas adalah kecamatan Tempurejo

    dengan luas 524,46 Km atau 15,9% dari total luas wilayah kabupaten Jember,

    sedangkan kecamatan terkecil adalah kecamatan Kaliwates dengan luas 24,94

    Km atau 0,76%. Kabupaten Jember mempunyai perubahan iklim 2 jenis setiap

    tahunnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal,

    musim penghujan berada pada bulan Nopember hingga April, sedangkan

    musim kemarau berada pada bulan Mei hingga Oktober setiap tahunnya.

    Kawasan lindung di Kabupaten Jember terdiri atas : (1) Kawasan yang

    memberikan perlindungan di bawahnya yang berada di bagian timur; (2)

    Kawasan perlindungan setempat yang berada di sempadan pantai selatan

    Jember (100 m), sempadan sungai/kali di seluruh Jember, kawasan sekitar

    waduk, dan kawasan sekitar mata air; (3) Kawasan suaka alam berada di

    Wisata Pantai Watu Ulo, Gunung Watangan, Taman Nasional Meru Betiri dan

    Pegunungan Hyang; (4) Kawasan cagar budaya di Kecamatan Arjasa; (5)

    Kawasan rawan bencana alam karena erosi tinggi berada di Kecamatan Arjasa,

    Patrang, Sumberjambe, Mumbulsari, Kencong dan Wuluhan, dan kawasan

    rawan bencana alam karena hutan rusak berada di Kecamatan Silo dan

    Mumbulsari.

    Kawasan budidaya terdiri dari : (1) Pertanian Tanaman Pangan berada

    di seluruh kawasan kecuali pusat kota; (2) Perkebunan berada di lereng

    Gunung Argopuro dengan komoditi teh, kopi, kakao, karet; lereng Gunung

    Raung dengan komoditi kopi dan tembakau; kawasan tengah hingga selatan

    dengan komoditi tembakau, tebu dan kelapa; (3) Perikanan laut terdapat di

    Kecamatan Gumukmas, Puger, Ambulu, Wuluhan dan Kencong; perikanan

    darat terdapat di Kecamatan Rambipuji, Kalisat dan Bangsalsari; (4)

  • Pertambangan/Galian C berada di Kecamatan Puger, Pakusari, Sumbersari,

    Kalisat, Wuluhan, Arjasa, Ledokombo dan Rambipuji; (5) Hutan Produksi

    berada di kawasan perbatasan dengan Bondowoso dan Banyuwangi; (6)

    Industri kecil tersebar di setiap kecamatan, industri manufaktur berada di

    Kecamatan Rambipuji, Panti, Balung, Jenggawah, Sumbersari dan Arjasa; (7)

    Permukiman berada di Kawasan Pusat Kota dan setiap ibukota kecamatan.

    Secara umum, kondisi dan struktur tanah Kabupaten Jember cukup

    produktif untuk berbagai jenis tanaman. Hal ini banyak dipengaruhi oleh

    pengairan yang cukup, sehingga memungkinkan pengembangan lahan sawah

    untuk tanaman pangan maupun hortikultura.

    B. KONDISI SOSIAL MASYARAKAT KABUPATEN JEMBER

    Karakteristik sosial ini penduduk Kabupaten Jember dapat dilihat dari

    segi etnik dan budaya masyarakatnya. Masyarakat Jember dilihat dari sosial

    budaya sebagian berasal dari budaya agraris (petani dan nelayan) dan

    berkembang menjadi masyarakat urbanis. Sedangkan ditinjau dari suku,

    sebagian besar merupakan Suku Jawa dan Madura yang terkenal ulet, lugas,

    terbuka, dan kuat dalam mengarungi kehidupan (berjiwa wiraswasta tinggi).

    Selain itu perpaduan masyarakat dan budaya yang masih asli dicerminkan

    dengan gotong royong, dan adat budaya khas, serta diwarnai dengan unsur

    Islam. Hal ini dapat dipandang sebagai potensi masyarakat sehingga menjadi

    modal dalam peningkatan sumber daya manusia sehingga terbentuk suatu

    masyarakat yang handal dan berkembang dan mudah tanggap terhadap

    kemajuan. Lebih dari itu potensi-potensi yang ada menjadikan ketahanan sosial

    masyarakat akan mampu menangkal dan menyaring kemungkinan adanya

    pengaruh budaya luar yang negatif.

    C. KONDISI JALAN DI KABUPATEN JEMBER

    Panjang jalan kabupaten Jember pada tahun 2014 mencapai 2.032,43

    kilometer, Jalan Nasional 80,08 kilometer, Jalan Propinsi 82,20 kilometer, Jalan

    Desa/Lokal 445,95 kilometer.

    D. KONDISI GEOGRAFIS KABUPATEN JEMBER

    Bagian selatan wilayah Kabupaten Jember adalah dataran rendah

    dengan titik terluarnya adalah Pulau Barong. Pada kawasan ini terdapat Taman

    Nasional Meru Betiri yang berbatasan dengan wilayah administratif Kabupaten

    Banyuwangi. Bagian barat laut (berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo

    adalah pegunungan, bagian dari Pegunungan Iyang, dengan puncaknya Gunung

    Argopuro (3.088 m). Bagian timur merupakan bagian dari rangkaian Dataran

    Tinggi Ijen. Jember memiliki beberapa sungai antara lain Sungai Bedadung yang

  • bersumber dari Pegunungan Iyang di bagian Tengah, Sungai Mayang yang

    persumber dari Pegunungan Raung di bagian timur, dan Sungai Bondoyudo yang

    bersumber dari Pegunungan Semeru di bagian barat.

    E. PENDUDUK KABUPATEN JEMBER

    Mayoritas penduduk Kabupaten Jember terdiri atas suku Jawa dan suku

    Madura, dan sebagian besar beragama Islam. Selain itu terdapat warga Tionghoa

    dan Suku Osing. Rata rata penduduk Jember adalah masyarakat pendatang. Suku

    Madura dominan di daerah utara dan Suku Jawa di daerah selatan dan pesisir

    pantai. Bahasa Jawa dan Madura digunakan di banyak tempat, sehingga umum

    bagi masyarakat di Jember menguasai dua bahasa daerah tersebut dan juga saling

    pengaruh tersebut memunculkan beberapa ungkapan khas Jember.Percampuran

    kedua kebudayaan Jawa dan Madura di Kabupaten Jember melahirkan satu

    kebudayaan baru yang bernama budaya Pendalungan. Masyarakat Pendalungan

    di Jember mempunyai karakteristik yang unik sebagai hasil dari penetrasi kedua

    budaya tersebut. Kesenian Can Macanan Kaduk merupakan satu hasil budaya

    masyarakat Pendalungan yang masih bertahan sampai sekarang di kabupaten

    Jember. Jember berpenduduk 2.529.967 jiwa (JDA, BPS 2013) dengan kepadatan

    rata-rata 787,47 jiwa/km.

    F. PETA POTENSI WILAYAH KABUPATEN JEMBER

    Berikut ini merupakan gambar peta potensi wilayah Kabupaten Jember :

    Peta wilayah Kabupaten Jember

  • G. TRANSPORTASI DI KABUPATEN JEMBER

    Stasiun Jember merupakan stasiun terbesar di Kabupaten Jember, dan

    merupakan pusat dari Daops IX Jember yang mengatur stasiun dari Pasuruan

    hingga Banyuwangi. Di samping stasiun-stasiun kecil lainnya di Tanggul,

    Rambipuji, dan Kalisat. Jember dilintasi jalur kereta api, yang menghubungkan

    Jember dengan kota-kota lain di Pulau Jawa, yaitu Purwokerto, Yogyakarta, Solo,

    Madiun, Surabaya, Malang, Probolinggo dan Banyuwangi. Di Jember juga

    terdapat stasiun-stasiun kecil seperti Bangsalsari, Mangli, Arjasa, Kotok,

    Ledokombo, Sempolan, Garahan. Stasiun ini hanya digunakan ketika terjadi

    persilangan kereta api dan hanya digunakan oleh kereta api ekonomi seperti

    Probowangi (Surabaya-Barnyuwangi) dan kereta Pandanwangi (Jember -

    Banyuwangi). Jalur kereta api Kalisat-Situbondo kini tidak lagi beroperasi.

    Terminal bus Tawang Alun merupakan terminal utama yang melayani

    jalur Surabaya - Jember - Banyuwangi (lewat Tanggul), Surabaya - Jember -

    Banyuwangi (lewat Kencong - Balung dan atau Ambulu) yang juga melewati kota

    Lumajang. Terminal ini juga melayani jalur Bus Patas (cepat terbatas) Jember -

    Yogya, Jember - Surabaya, Jember - Malang, serta Jember - Denpasar. Untuk

    jalur Jember - Bondowoso - Situbondo dilayani oleh Terminal Bus "ARJASA" yang

    terletak di Kecamatan Arjasa. Baru-baru ini, di Kecamatan Ambulu yang terletak

    di Jember bagian selatan juga dibangun Terminal, yang menyediakan jalur

    Ambulu-Kencong-Lumajang-Pasuruan-Surabaya dan Malang. Selain itu terdapat

    pula terminal-terminal kecil yang dihubungkan oleh angkutan antar dalam kota

    (Lyn) seperti Terminal Ajung, Terminal Arjasa dan Terminal Pakusari. Bus Kota

    dapat ditemui di Kota Jember yang menghubungkan Terminal Tawang Alun -

    Terminal Arjasa (Kode Trayek "A" dan "B") dan Terminal Tawang Alun - Terminal

    Pakusari (Kode Trayek "D" dan "E"). Jasa taksi dengan Argometer juga banyak

    ditemui di Kota ini.

    Bandar Udara Notohadinegoro (JBB) terletak di Jl. Wirowongso Ajung.

    Garuda Indonesia adalah satu-satunya maskapai yang melayani penerbangan

    dengan rute Jember - Surabaya maupun sebaliknya dengan tipe pesawat ATR 72-

    600.

    H. PEREKONOMIAN DI KABUPATEN JEMBER

    Dengan sebagian besar penduduk masih bekerja sebagai petani,

    perekonomian Jember masih banyak ditunjang dari sektor pertanian. Di Jember

    terdapat banyak area perkebunan, sebagian besar peninggalan Belanda.

    Perkebunan yang ada dikelola oleh Perusahaan nasional PTP Nusantara,

    Tarutama Nusantara (TTN), dan Perusahaan daerah yaitu PDP (Perusahaan

    Daerah Perkebunan). Jember terkenal sebagai salah satu daerah penghasil

  • tembakau utama di Indonesia. Tembakau Jember adalah tembakau yang

    digunakan sebagai lapisan luar/kulit cerutu. Di pasaran dunia tembakau Jember

    sangat dikenal di Brehmen, Jerman dan Belanda.

    I. KONDISI GEOGRAFIS KABUPATEN LUMAJANG

    Letak Posisi Kabupaten Lumajang

    Secara geografis, Pemerintah Kabupaten Lumajang terletak antara 112o

    50-113o 22 Bujur Timur dan 7o 52 8o 23 Lintang Selatan. Kabupaten

    Lumajang terdiri dari 21 (dua puluh satu) kecamatan, yaitu: Yosowilangun,

    Kunir, Tempeh, Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, Tempursari, Rowokangkung,

    Tekung, Lumajang, Sumbersuko, Sukodono, Senduro, Pasrujambe, Padang,

    Gucialit, Jatiroto, Randuagung, Kedungjajang, Klakah dan Ranuyoso. Adapun

    batas batas administrasi Kabupaten Lumajang sebagai berikut :

    Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo;

    Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Jember;

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia;

    Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Malang;

    J. PETA ADMINISTRASI KABUPATEN LUMAJANG

    Gambar Peta Administrasi Kabupaten Lumajang

  • K. KONDISI TOPOGRAFI KABUPATEN LUMAJANG

    Secara topografis wilayah Kabupaten Lumajang terdiri dari daratan yang

    subur, karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 m),

    Gunung Bromo (3.292 m) dan Gunung Lamongan. Ketinggian daerah bervariasi

    dari 0 hingga 3.676 m diatas permukaan laut. Daerah terluas ada pada

    ketinggian 100 hingga 500 m diatas permukaan laut, yaitu seluas 63.405,50 Ha

    atau sebesar 35,88% dari luas wilayah Kabupaten Lumajang, sedangkan daerah

    tersempit ada pada ketinggian antara 0 hingga 25 km diatas permukaan laut

    yaitu seluas 19.775,45 Ha atau 11,45 % dari luas Kabupaten Lumajang.

    Gambaran Topografi Kabupaten Lumajang sebagaimana gambar berikut :

    Peta Topografi Kabupaten Lumajang

    L. KONDISI DEMOGRAFI KABUPATEN LUMAJANG

    Pertumbuhan penduduk ditentukan oleh 3 komponen demografi, yaitu:

    kelahiran, kematian dan migrasi. Perubahan ketiga komponen demografi

    tersebut dipengaruhi oleh hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.

    Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk telah

    mencapai 1.006.458 jiwa. Ini berarti secara rata-rata memiliki tingkat kepadatan

    sebesar 562 jiwa per kilometer persegi.Perkembangan jumlah dan pertumbuhan

    penduduk di Kabupaten Lumajang dapat dicermati pada Tabel berikut

  • No

    Nama

    Kecamatan

    Jumlah Penduduk

    (Jiwa)

    Luas

    (Km2)

    Kepadatan

    (jiwa/mm2)

    1 Tempursari 28,405 101.36 281

    2 Pronojiwo 31,630 38.74 819

    3 Candipuro 62,021 144.93 429

    4 Pasirian 83,405 183.91 455

    5 Tempeh 78,549 88.05 895

    6 Lumajang 80,423 30.26 2666

    7 Sumbersuko 33,804 26.54 1278

    8 Tekung 32,458 30.4 1071

    9 Kunir 51,512 50.18 1030

    10 Yosowilangun 56,364 81.3 696

    11 Rowokangkung 34,037 77.95 438

    12 Jatiroto 45,097 77.06 587

    13 Randuagung 60,653 103.41 588

    14 Sukodono 49,783 30.79 1622

    15 Padang 34,503 52.79 656

    16 Pasrujambe 34,802 97.3 359

    17 Senduro 42,749 228.68 188

    18 Gucialit 23,361 72.83 322

    19 Kedungjajang 43,362 92.33 471

    20 Klakah 50,953 83.67 611

    21 Ranuyoso 45,298 98.42 462

    Tabel 2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Lumajang Th. 2010

    Sumber : BPS, 2011

  • Laju pertumbuhan penduduk periode 1990-2000 diperkirakan sebesar

    0,42 persen pertahun, ini berarti penduduk Lumajang akan bertambah dengan

    Sex Ratio 94,31 dan Dependency Ratio 46,08 serta komposisi penduduk

    perkotaan sebesar 29,21 persen. Laju pertumbuhan penduduk dapat menjadi

    indikasi bahwa pengendalian jumlah penduduk di suatu wilayah akan menjadi

    sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

    M. PERSEBARAN DAN KEPADATAN PENDUDUK

    Pada awalnya penyebaran penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi

    oleh sumberdaya alam seperti ketersediaan tanah yang subur, sumber air yang

    cukup dan kondisi alam yang bisa memenuhi kebutuhan dasar manusia, namun

    pada perkembangan selanjutnya dengan semakin berkurangnya ketersediaan

    sumber daya alam maka potensi sumber daya alam buatan seperti kondisi

    perekonomian, sosial dan budaya suatu daerah sangat berpengaruh pada pola

    penyebaran penduduk.

    Kepadatan penduduk masing-masing kecamatan sangat bervariasi

    berkisar antara 188 s/d 2.666 jiwa per kilometer persegi. Faktor-faktor yang

    menyebabkan perbedaan kepadatan penduduk adalah kondisi topografi

    (kemiringan, pegunungan, hutan dan lain-lain), serta pertumbuhan ekonomi

    dan kondisi sosial budaya yang lain. Tingkat kepadatan terendah adalah

    Kecamatan Senduro yaitu 188 jiwa per kilometer persegi, kecamatan Tempursari

    281 jiwa dan kecamatan Gucialit 322 jiwa, sedangkan yang paling padat adalah

    Kecamatan Lumajang, Sukodono dan Sumbersuko dengan kepadatan masing-

    masing sebesar 2.666, 1.622 dan 1.278 jiwa per kilometer persegi.

    Rendahnya kepadatan penduduk di Kecamatan Senduro, Tempursari dan

    Gucialit adalah disamping pertumbuhan ekonominya relatif rendah dan

    wilayahnya cukup luas, juga dikarenakan kondisi alam yang berada di kaki

    Gunung Semeru yang berhutan, terjal, berjurang dan memiliki kemiringan yang

    cukup tinggi. Potensi alam yang dimiliki hanya bisa untuk pengembangan

    budidaya perkebunan, kehutanan dan hortikultura. Sedangkan Kecamatan

    Tempursari berada di wilayah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat kota

    dengan jarak tempuh sekitar 76 kilometer dari Kota Lumajang.

    Tingginya kepadatan di Kecamatan Lumajang, Sukodono dan

    Sumbersuko lebih dikerenakan berada di wilayah pusat pemerintahan,

    perekonomian, sosial budaya dan pusat kota. Namun secara keseluruhan, tingkat

    kepadatan penduduk masih tergolong rendah, oleh karena itu kurangnya sumber

    daya manusia secara kualitas merupakan salah satu masalah yang dihadapi

    dalam pembangunan di Kabupaten Lumajang.

  • N. KONDISI GEOGRAFIS KABUPATEN BONDOWOSO

    Kabupaten Bondowoso secara geografis berada di wilayah bagian timur

    Provinsi Jawa Timur dengan jarak dari ibu kota provinsi (Surabaya) sekitar 200

    km. Kabupaten Bondowoso dapat dibagi menjadi tiga wilayah: Wilayah barat

    merupakan pegunungan (bagian dari Pegunungan Iyang), bagian tengah berupa

    dataran tinggi dan bergelombang, sedang bagian timur berupa pegunungan

    (bagian dari Dataran Tinggi Ijen). Bondowoso merupakan satu-satunya

    kabupaten di daerah Tapal Kuda yang tidak memiliki garis pantaiKoordinat

    wilayah terletak antara 1134810 -1134826 BT dan antara 75010 -

    75641 LS dengan temperatur antara 25C - 15C. Kabupaten Bondowoso

    mempunyai batas-batas wilayah dengan kabupaten sekitarnya sebagai berikut:

    Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo

    Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi

    Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Jember

    Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Kabupaten

    Probolinggo.

    Wilayah Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalur utama Pantura yang

    menghubungkan Banyuwangi Situbondo Probolinggo Pasuruan Surabaya,

    juga tidak dilalui jalur selatan yang menghubungkan Banyuwangi Jember

    Lumajang Probolinggo Pasuruan Surabaya. Kabupaten Bondowoso hanya

    dilalui jalur provinsi antara Situbondo Bondowoso Jember atau sebaliknya.

    Demikian juga Kabupaten Bondowoso tidak memiliki laut. Luas wilayah

    Kabupaten Bondowoso mencapai 1.560,10 Km atau sekitar 3,26% dari luas total

    Provinsi Jawa Timur, yang terbagi menjadi 23 kecamatan, 10 kelurahan, 209

    desa dan 913 dusun.

    O. PEREKONOMIAN KABUPATEN BONDOWOSO

    Kondisi perekonomian Kabupaten Bondowoso, tergambar pada kondisi

    struktur perekonomian yang meliputi 3 unsur yaitu: primer (agriculture),

    sekunder (manufacture), dan tersier (service). Pengangkutan & Komunikasi dari

    tahun 2003 2008, sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB.

    Sektor primer mengalami penurunan, pada tahun 2003 sebesar 48,81%, pada

    tahun 2004 sebesar 47,84%, pada tahun 2005 sebesar 47,20%, dan pada tahun

    2006 sebesar 46,65%. Hal ini disebabkan terutama karena rendahnya harga jual

    komoditi pertanian, dan nilai produksi yang tidak signifikan dengan kenaikan

    biaya produksi. Sedangkan pada tahun 2007 sektor primer mengalami kenaikan

    sebesar 46,72% dan pada tahun 2008 sebesar 46,96%, disebabkan karena

    membaiknya harga jual komoditas pertanian terutama tanaman bahan makanan

    dan sub sektor peternakan.

  • P. TRANSPORTASI DI KABUPATEN BONDOWOSO

    Prasarana transportasi berupa terminal type C yang berada di Jalan Imam Bonjol.

    Terdapat pula Stasiun kereta api, namun sudah tidak beroperasi. Bondowoso juga

    tidak terdapat jembatan timbang. Sarana transportasi berupa bus umum yang

    terdiri dari bus antar kota dalam provinsi dan luar provinsi. MPU dan angkutan

    desa melayani trayek antar kota dan antar kecamatan. Di dalam kota sarana

    transportasi berupa becak dan dokar. Khusus untuk dokar beroperasi di

    pinggiran kota.

    2) PENDEKATAN TERHADAP TRANSPORTASI

    Transportasi merupakan urat nadi kehidupan sosial ekonomi suatu

    negara/daerah yang mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan

    penunjang pembangunan. Transportasi merupakan satu kesatuan sistem yang

    terdiri dari Sarana dan Prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber

    daya manusia membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan.

    Kondisi Transportasi yang baik tentunya adalah transportasi yang

    mampu mengakomodasi segala aktivitas masyarakatnya, juga transportasi yang

    efektif dan efisien. Kondisi transportasi disesuaikan dengan sasaran Sistranas

    yaitu menciptakan penyelenggaraan transportasi yang efektif dalam arti

    selamat, aksesbilitas tinggi, terpadu, kapasitar mencukupi, teratur, lancar dan

    cepat, mudah, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, rendah

    polusi, dan efisien yang berarti transportasi tersebut memiliki beban public

    yang rendah tetapi dengan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan

    transportasi nasional. Untuk mewujudkan system transportasi sesuai dengan

    tujuan, diperlukan pemetaan kondisi transportasi saat ini sebagai pijakan awal

    dalam menganalisis kondisi transportasi dan memprediksikan kondisi

    transportasi mendatang.

    Transportasi yang menyangkut pergerakan orang dan barang pada

    hakekatnya telah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada dibumi,

    meskipun pergerakan atau perpindahan itu masih dilakukan secara sederhana.

    Sepanjang sejarah, transportasi baik volume maupun teknologinya berkembang

    sangat pesat. Sebagai akibat dari adanya kebutuhan pergerakan manusia dan

    barang, maka timbullah tuntutan untuk menyediakan system, jaringan, sarana

    dan prasarana agar pergerakan tersebut bisa berlangsung dengan kondisi aman,

    nyaman dan lancar, serta ekonomis dari segi waktu dan biaya.

    Dalam penyediaan prasarana transportasi yakni bangunan-bangunan yang

    diperlukan tentunya disesuaikan dengan jenis sarana yakni kendaraan atau alat

    angkut yang digunakan. Penyediaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor

  • lain, yaitu : kondisi alam, kehidupan manusia dan teknologi bahan dan

    bangunan.

    Transportasi adalah kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari

    satu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi terdapat unsure pergerakan

    (movement), secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang atau

    penumpang dengan atau tanpa alat angkut ke tempat lain. Pejalan kaki adalah

    perpindahan orang tanpa alat angkut. System transportasi merupakan suatu

    bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan

    sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang

    tercakup dalam suatu tatanan, baik alami maupun buatan/rekayasa. Untuk

    mewujudkan system transportasi sesuai dengan tujuan, diperlukan pemetaan

    kondisi transportasi saat ini sebagai pijakan awal dalam menganalisis kondisi

    transportasi dan memprediksikan kondisi transportasi mendatang.

    Transportasi yang menyangkut pergerakan orang dan barang pada

    hakekatnya telah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada dibumi,

    meskipun pergerakan atau perpindahan itu masih dilakukan secara sederhana.

    Sepanjang sejarah, transportasi baik volume maupun teknologinya berkembang

    sangat pesat. Sebagai akibat dari adanya kebutuhan pergerakan manusia dan

    barang, maka timbullah tuntutan untuk menyediakan system, jaringan, sarana

    dan prasarana agar pergerakan tersebut bisa berlangsung dengan kondisi aman,

    nyaman dan lancar, serta ekonomis dari segi waktu dan biaya.

    Transportasi adalah kegiatan pemindahan penumpang dan barang

    dari satu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi terdapat unsure pergerakan

    (movement), secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang atau

    penumpang dengan atau tanpa alat angkut ke tempat lain. Pejalan kaki adalah

    perpindahan orang tanpa alat angkut. System transportasi merupakan suatu

    bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan

    sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang

    tercakup dalam suatu tatanan, baik alami maupun buatan/rekayasa.

    Pemanfaatan sumber daya alam (bahan baku) untuk bisa dikonsumsi secara

    proporsional diperlukan system transportasi. Dengan pemanfaatan tersebut

    akan menghasilkan peningkatan ekonomi masyarakat yang simultan dengan

    peningkatan social budaya dan social politiknya. Disini dapat disimpulkan

    bahwa system transportasi dapat mencerminkan tingkat kemakmuran dan

    kemajuan suatu wilayah. System transportasi yang berkembang hingga saat ini

    telah memberikan pelayanan berbagai macam bentuk pergerakan mekanis

    hamper ke semua wilayah yang merupakan pusat berbagai aktivitas masyarakat

    seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat beserta

    aktivitasnya.

  • 3) PENDEKATAN TERHADAP TRANSPORTASI JALAN

    Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting

    guna melancarkan mobilitas perekonomian di Provinsi Jawa Timur, dengan

    adanya jalan tersebut mobilitas penduduk maupun barang dan jasa dari tempat

    yang satu ke tempat yang lain dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Jalan

    sebagai salah satu prasarana perhubungan hakekatnya merupakan unsur

    penting dalam pembangunan suatu daerah. Jalan mempunyai peranan penting

    dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan serta

    dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Jalan mempunyai

    peranan untuk mendorong pengembangan semua satuan wilayah

    pengembangan, dalam usah mencapai tingkat perkembangan antar daerah

    yang semakin merata. Jalan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan jalan

    yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah

    yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarkhi.

    Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting

    guna melancarkan mobilitas perekonomian di Provinsi Jawa Timur, dengan

    adanya jalan tersebut mobilitas penduduk maupu barang dan jasa dari tempat

    yang satu ke tempat yang lain dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

    Definisi jalan berdasarkan UU 22 tahun 2009 adalah seluruh bagian Jalan,

    termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

    Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan

    tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,

    kecuali jalan rel dan jalan kabel. Jalan yang membentuk jaringan dapat disebut

    sebagai Jaringan Transportasi Jalan.

    Jaringan Transportasi Jalan adalah serangkaian simpul dan / atau

    ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk

    satu kesatuan sistem jaringan untuk penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan

    jalan. Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan

    lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan

    teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan moda transportasi lainnya,

    menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan,

    pertumbuhan dan stabilitas, sebagai pendorong, penggerak dan penunjang

    pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli

    masyarakat.

  • 4) PENDEKATAN TERHADAP KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG

    KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT

    Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 3

    Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang

    Keselamatan Transportasi Darat :

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

    1. Dana Alokasi Khusus Bidang Keselamatan Transportasi Darat yang selanjutnya

    disebut DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat, adalah dana yang

    bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan

    untuk membantu mendanai kegiatan yang merupakan urusan daerah dan sesuai

    dengan prioritas nasional khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan

    prasarana bidang keselamatan transportasi darat yang belum mencapai standar

    tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.

    2. Daerah otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat

    hukum yang mempunyai batas-batas wilayah berwenang mengatur dan

    mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut

    prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

    Republik Indonesia.

    3. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik

    Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

    sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar negara Republik

    Indonesia Tahun 1945.

    4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat

    daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

    Pasal 2

    Pemanfaatan, pelaksanaan, pemantauan, dan pembinaan teknis terhadap kegiatan

    yang dibiayai melalui DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat berpedoman

    pada Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Keselamatan

    Transportasi Darat.

    Pasal 3

    DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat hanya dapat digunakan untuk :

    a. pengadaan dan pemasangan marka jalan;

    b. pengadaan dan pemasangan rambu lalu lintas;

    c. pengadaan dan pemasangan pagar pengaman jalan;

    d. pengadaan dan pemasangan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL);

    e. pengadaan dan pemasangan delineator, dan / atau

    f. pengadaan dan pemasangan paku jalan.

    Pasal 4

  • Marka jalan, rambu lalu lintas, pagar pengaman jalan, Alat Pemberi Isyarat Lalu

    Lintas (APILL), delineator dan paku jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,

    harus sesuai dengan persyaratan teknis sebagaimana diatur dalam :

    1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 1993 tentang Marka

    Jalan;

    2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 61 Tahun 1993 tentang Rambu

    Lalu Lintas di Jalan sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

    Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 2006;

    3. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 3 Tahun 1994 tentang Alat

    Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan; dan

    4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 62 tahun 1993 tentang Alat

    Pemberi Isyarat Lalu Lintas.

    Pasal 5

    Pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 3, ditempatkan pada jalan Kabupaten/Kota dengan kriteria

    sebagai berikut:

    a. jalan yang memiliki potensi dan rawan kecelakaan;

    b. jalan yang rawan bencana

    c. jalan yang menuju lokasi pariwisata;

    d. jalan yang dilalui angkutan umum; dan/atau

    e. jalan yang memiliki potensi kemacetan.

    Pasal 6

    (1) Dalam pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pemerintah

    Daerah terlebih dahulu melakukan kajian dan peninjauan lapangan dalam

    rangka pengumpulan data dukung untuk penempatan kebutuhan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 3.

    (2) Berdasarkan hasil kajian dan peninjauan lapngan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1), ditetapkan program kegiatan yang paling sedikit memuat:

    a. peta dan gambar lokasi pemasangan;

    b. jumlah dan jenis kebutuhan;

    c. anggaran yang diperlukan.

    5) PENDEKATAN FASILITAS KESELAMATAN LLAJ

    KONSEP FASILITAS KESELAMATAN LLAJ

    Pergerakan kendaraan secara terintegrasi didalam sistem jaringan lalu lintas di

    jalan belum berada pada suatu sistem yang lengkap dan sempurna, meskipun telah

    direncanakan dengan perhitungan yang benar; dan dilalui oleh pengemudi

    kendaraan yang berkemampuan baik, serta kendaraan yang lewat telah dirancang

    dan diperiksa dengan sempurna.

  • Sistem jaringan jalan tersebut secara mendasar perlu dilengkapi alat kontrol

    terhadap seluruh lalu lintas kendaraan yang melaluinya dan pengguna jalan

    lainnya, berupa kesatuan jaringan Perlengkapan Jalan. Kendaraan bergerak dijalan

    maupun pejalan kaki harus diatur dan dikendalikan untuk memperkecil konflik

    dengan kendaraan-kendaraan lain baik searah maupun berlawanan arah; serta

    melindunginya dari keadaan geometri lapangan dan kondisi lingkungan. Gerakan

    arus lalu lintas kendaraan di jalan pada kondisi aliran normal harus tetap dijaga

    agar terpisah dari arus aliran kendaraan yang arahnya berlawanan.

    Para pengemudi kendaraan yang tidak berorientasi pada keadaan didepan

    maupun disekelilingnya akan menjadikan masalah yang membahayakan, baik

    pada dirinya maupun pada orang lain. Dibutuhkan informasi, seperti sistem

    penomoran, jenis komponen-komponen perlengkapan jalan, tandatanda

    geografis dan informasi kondisi jalan yang berkelanjutan, yang menghasilkan

    operasional yang efisien terhadap sistem jaringan ruas-ruas Jalan Nasional secara

    menyeluruh. Perlengkapan Jalan harus dapat memberikan peringatan, larangan,

    perintah dan petunjuk, maupun ketentuan lain yang harus dipatuhi dan

    dilaksanakan oleh para pengemudi kendaraan dan pengguna jalan lainnya.

    Perlengkapan jalan sebagai alat pengatur lalu lintas kendaraan, sesuai Undang-

    Undang RI No. 22 / 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terdiri atas :

    1. Rambu Lalu Lintas, meliputi Rambu Peringatan, Rambu Larangan, Rambu

    Perintah, Rambu Petunjuk, dan Papan Tambahan;

    2. Marka Jalan, meliputi Marka Membujur, Marka Melintang, Marka Serong

    , Marka Lambang, Marka Parkir, Marka Tempat Penyeberangan, Marka

    Larangan Parkir, Paku Jalan;

    3. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, meliputi Lampu Tiga Warna, Lampu Dua

    Warna, dan Lampu Satu Warna Kelap Kelip.

    4. Alat Penerangan Jalan

    5. Alat Pengawasan dan Pengamanan Pengguna Jalan, meliputi Pagar

    Pengaman (Guardrail), Patok, Delinator, Median, Pulau Lalu Lintas;

    6. Alat Pengawasan dan Pengaman Jalan, meliputi alat penimbangan;

    7. Fasilitas Pendukung, meliputi Trotoar, Tempat Penyeberangan, Tempat

    Parkir, Jembatan Penyeberangan, Halte, Tempat Istirahat.

    Agar berfungsi efektif menjaga keselamatan dan keamanan pergerakan

    kendaraan, komponen perlengkapan jalan Nasional haruslah :

    1. Memenuhi suatu kebutuhan pemakai jalan di setiap lokasi pada ruas

    Jalan Nasional;

    2. Ada perhatian oleh para pemakai jalan terhadap larangan, perintah,

    peringatan atau tanda-tanda perlengkapan jalan pada seluruh ruas jalan;

  • 3. Memberikan arti yang jelas dan sederhana bagi setiap pemakai jalan

    sehingga tidak membingungkan untuk mengambil keputusan;

    4. Para pemakai jalan akan hormat terhadap perintah / tanda yang

    diberikan oleh perlengkapan jalan tersebut;

    5. Komponen Perlengkapan Jalan ditempatkan pada lokasi yang dapat

    memberikan waktu cukup untuk tanggapan (ada waktu dan jarak cukup

    untuk reaksi oleh para pengemudi kendaraan);

    6. Diberikan sanksi hukum terhadap pelanggaran oleh pemakai jalan /

    pengemudi kendaraan.

    Beberapa prinsip dan pola dasar yang perlu diikuti pada perancangan,

    pemasangan, dan perawatan perlengkapan jalan, meliputi antara lain :

    1. Penafsiran / Interpretasi

    Perlengkapan jalan haruslah menampilkan arti yang bersifat sederhana

    serta jelas dan tidak membingungkan kepada para pengemudi kendaraan,

    sedangkan kata - kata serta simbol pada komponen perlengkapan jalan

    harus dirancang untuk memperkecil kemungkinan salah pengertian oleh

    para pengemudi kendaraan.

    2. Berkelanjutan

    Komponen perlengkapan jalan yang dipasang di suatu ruas jalan harus

    dirancang dan ditempatkan / dipasang didalam konteks dengan

    komponen perlengkapan pada ruas jalan lain, sedemikian rupa sehingga

    dicapai sistem yang berkelanjutan sepanjang jalur rute maupun jaringan

    jalan. Hal ini sebagai satu sistem arti tanda dan informasi yang

    menghasilkan rasa hormat para pengemudi terhadap pemasangan

    perlengkapan jalan yang tepat di tiap ruas rute tersebut.

    3. Petunjuk / Peringatan Awal

    Penempatan perlengkapan di jalan harus memberikan cukup waktu bagi

    pengemudi untuk menanggapi dengan mudah. Penempatan tersebut juga

    tergantung pada waktu tanggapan yang dibutuhkan oleh para

    pengemudi. Apabila elemen perlengkapan jalan tersebut sebagai

    peringatan awal terhadap adanya perlengkapan jalan yamg lain,

    pengemudi mungkin membutuhkan waktu untuk perlahan atau berhenti

    .Maksud tersebut membutuhkan jarak lebih besar untuk menanggapi dan

    memperlahan ataupun menghentikan kendaraannya.

    4. Keterpaduan

    Informasi perlengkapan jalan terutama petunjuk arah sebaiknya sama

    dengan informasi diperoleh dari peta atau sumber lain.

  • 5. Dikenal

    Elemen perlengkapan jalan harus memaksa perhatian pemakai jalan.

    Didalam daerah perkotaan perlengkapan jalan lintas harus bersaing

    dengan tanda papan reklame dan pengganggu tepi jalan yang lain,

    terutama oleh bangunan tetap.

    6. Gerakan / Manuver tidak biasa

    Perancangan elemen perlengkapan jalan tertentu mungkin diperlukan

    dipasang pada titik-titik dimana pengemudi sangat membutuhkan, yang

    menunjukkan efektifitasnya lewat perancangan yang benar dan seragam,

    lokasi dan titik penempatan yang tepat terutama terhadap sudut garis

    pandang pengemudi kendaraan, perawatan aplikasi yang benar dan

    kontinu , keseragaman pada sistem pengaturan, serta tujuan

    penggunaannya yang mengacu pada fungsi keselamatan para pemakai

    jalan.

    ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APILL)

    1. Jenis Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan

    Alat pengendali pemakai jalan yang digunakan untuk pengendalian atau

    pembatasan terhadap kecepatan, ukuran muatan kendaraan pada ruas-

    ruas jalan tertentu terdiri dari :

    a. Alat Pembatas Kecepatan;

    b. Alat Pembatas Tinggi dan Lebar.

    Alat pengaman pemakai jalan yang digunakan untuk pengaman terhadap

    pemakai jalan terdiri dari :

    a. pagar pengaman;

    b. cermin tikungan;

    c. delinator;

    d. pulau-pulau lalu lintas;

    e. pita penggaduh.

    2. Alat Pembatas Kecepatan

    Alat pembatas kecepatan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang

    berfungsi untuk membuat pengemudi kendaraan bermotor mengurangi

    kecepatan kendaraannya. Kelengkapan tambahan antara lain berupa

    peninggian sebagian badan jalan yang melintang terhadap sumbu jalan

    dengan lebar, tinggi, dan kelandaian tertentu. Alat pembatas kecepatan

    ditempatkan pada :

    a. jalan dilingkungan pemukiman;

    b. jalan lokal yang mempunyai kelas jalan III C;

    c. pada jalan-jalan yang sedang dilakukan pekerjaan konstruksi;

  • Penempatan dilakukan pada posisi melintang tegak lurus dengan jalur

    lalu lintas.

    Lokasi dan pengulangan penempatan alat pembatasan kecepatan,

    disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.

    Penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas dapat

    didahului dengan pemberian tanda dan pemasangan rambu-rambu

    lalu lintas sebagaimana dalam lampiran I Tabel 1 No. 6b Keputusan

    Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu-

    rambu Lalu Lintas di Jalan.

    Penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas harus diberi

    tanda berupa garis serong dari cat berwarna putih.

    Pemasangan rambu dan pemberian tanda, digunakan untuk memberi

    peringatan kepada pengemudi kendaraan bermotor tentang adanya

    alat pembatas kecepatan didepannya.

    Bentuk penampang melintang alat pembatas kecepatan menyerupai

    trapesium dan bagian yang menonjol di atas badan jalan maksimum 12

    cm.

    Penampang, kedua sisi miringnya mempunyai kelandaian yang sama

    maksimum 15%.

    Lebar mendatar bagian atas, proporsional dengan bagian menonjol di

    atas badan jalan dan minimum 15 cm.

    Bentuk dan ukuran alat pembatas kecepatan sebagaimana dalam

    Lampiran I gambar 1 keputusan ini.

    Alat pembatas kecepatan dapat dibuat dengan menggunakan bahan

    yang sesuai dengan bahan dari badan jalan, karet, atau bahan lainnya

    yang mempunyai pengaruh serupa.

    Pemilihan bahan, harus memperhatikan keselamatan pemakai jalan.

    3. Alat Pembatas Tinggi dan Lebar Kendaraan

    Alat Pembatas tinggi dan lebar adalah kelengkapan tambahan pada jalan

    yang berfungsi untuk membatasi tinggi dan lebar kendaraan beserta

    muatannya memasuki suatu ruas jalan tertentu.

    Kelengkapan tambahan, dapat berupa portal atau sepasang tiang yang

    ditempatkan sebelah sisi kiri dan sisi kanan jalur lalu lintas.

    Portal, ukuran lebar bagian dalam sekurang- kurangnya 2,00 meter

    dan tinggi bagian atas paling bawah sekurang-kurangnya 2,00 meter.

    Portal harus dilengkapi dengan pengunci yang dapat dibuka sewaktu-

    waktu bila dalam keadaan darurat. Tiang, ukuran lebar bagian dalam

  • sekurang- kurangnya 2,00 meter dan tinggi tiang sekurang-kurangnya

    1,50 meter diatas permukaan jalan.

    Alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan hanya dapat ditempatkan

    pada :

    a. jalan dilingkungan pemukiman;

    b. jalan lokal yang mempunyai kelas jalan IIIC.

    Penempatan dilakukan pada awal dan akhir dari ruas jalan yang

    dimaksudkan.

    Lokasi pemasangan alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan, harus

    didahului dengan Rambu

    Penempatan alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan harus dilengkapi

    dengan rambu lalu lintas.

    Pemasangan rambu digunakan untuk memberi peringatan kepada

    pengemudi kendaraan bermotor tentang ruang bebas pada bagian jalan

    didepannya.

    Pembuatan alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan dapat

    menggunakan bahan dari besi, kayu, atau bahan yang setara.

    4. Pagar Pengaman Jalan

    Pagar pengaman jalan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang

    berfungsi sebagai pencegah pertama bagi kendaran bermotor yang tidak

    dapat dikendalikan lagi agar tidak keluar dari jalur lalu lintas yang

    mengakibatkan kecelakaan fatal. Kelengkapan tambahan dapat berupa

    suatu unit konstruksi yang terdiri dari lempengan dan/atau batang besi,

    tiang penyangga dan pengikatnya yang dipasang pada tepi jalan.

    Pagar pengaman dipasang pada lokasi-lokasi yang mempunyai

    karakteristik sebagai berikut :

    a. sisi jalan yang kondisi geologinya sangat membahayakan;

    b. sisi jalan yang berdampingan dengan bagian jalan lainnya;

    c. sisi jalan yang membahayakan karena kondisi geometrinya;

    d. sisi jalan yang berdekatan dengan bangunan- bangunan lainnya.

    Pembuatan Pagar pengaman dapat menggunakan pipa dan/atau

    lempengan besi.

    Pipa dan lempengan sebagaimana dimaksud Pasal 16, masing-masing

    berdiameter 10 cm dan lebar 31 cm.

    Sifat mekanis dari bahan mempunyai tegangan leleh tidak kurang dari

    35 kg/mm2, tegangan tarik tidak kurang dari 49 kg/mm2, dan

    pemanjangan kurang dari 1,2% panjang total.

  • Tinggi bagian atas pagar pengaman dari permukaan jalan adalah 65

    cm.

    Panjang pagar pengaman disesuaikan dengan hasil manajemen dan

    rekayasa lalu lintas.

    Spesifikasi Pagar Pengaman Jalan berdasarkan Lampiran Surat Dirjen

    Perhubungan Darat Nomor : AJ.003/5/9/DRJD/2011, yaitu :

    1. Ukuran Pagar Pengaman Jalan

    Lempengan besi (beam) adalah merupakan suatu plat besi yang

    bergelombang dan memanjang dimana pada bagian ujungnya

    disambungkan dengan lempengan besi yang melengkung dan biasa

    disebut lempengan besi/terminal end. Lempengan besi mempunyai

    ukuran-ukuran minimal sebagai berikut :

    - Penampang Melintang

    Tebal : 2,67 mm

    Lebar : 312 mm

    Tebal lekukan : 83 mm

    Jari-jari lekukan : 240 mm

    - Panjang Lempengan

    Panjang total lempengan : 4.300 mm

    Panjang efektif lempengan : 4.000 mm

    - Lengan Lempengan Besi

    Penampangan melintang sesuai dengan ukuran lempengan besi

    (beam)

    Penampang melintang dengan ukuran minimal :

    Panjang total : 725 mm

    Panjang efektif : 540 mm

    Jari-jari lekukan luar : 240 mm

    Jari-jari lekukan dalam : 580 mm

    Tebal lekukan : 250 mm

    Tiang penyangga (post) adalah merupakan suatu tiang berbentuk

    letter U yang kokoh dengan ketebalan penampang plat 4.5 6

    mm dan berfungsi untuk menegakkan dan memperkokoh

    berdirinya lempengan besi. Tiang penyangga mempunyai ukuran

    minimal sebagai berikut :

    Lebar : 180 mm

    Ketebalan : 4,5 6 mm

  • Panjang total : 1.800 mm

    Tiang efektif diatas permukaan tanah terhadap lempengan besi :

    655 mm

    Besi Pengikat (blocking) adalah profil baja berbentuk letter U

    dengan ketebalan penampang plat minimal 6 mm, panjang 300

    mm, lebar 180 mm dan ketebalan blocking 6 mm, yang berfungsi

    sebagai pengikat antara tiang penyangga dengan lempengan besi

    (beam)

    5. Cermin Tikungan

    Cermin tikungan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi

    sebagai alat untuk menambah jarak pandang pengemudi kendaraan

    bermotor. Kelengkapan tambahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

    dapat berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari cermin, bingkai

    cermin, tiang penyangga dan pengikatnya yang dipasang pada tepi jalan.

    Cermin tikungan dipasang pada lokasi-lokasi dimana pandangan

    pengemudi kendaraan bermotor sangat terbatas atau terhalang seperti pada

    tikungan tajam dan persimpangan jalan.

    Pembuatan cermin tikungan dapat menggunakan cermin cembung

    dari bahan acrylic.

    Tebal dan diameter cermin sebagaimana dimaksud Pasal 20 adalah

    masing-masing sebesar 3 milimeter dan tidak kurang dari 60 cm.

    Cermin dilengkapi dengan tiang penyangga dari besi dengan diameter

    10 cm, bingkai dan topi cermin.

    Tinggi cermin, disesuaikan dengan manajemen dan rekayasa lalu

    lintas.

    6. Delinator

    Delinator dan/atau patok tanda tikungan adalah suatu unit konstruksi yang

    diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya (reflektif) berfungsi sebagai

    pengarah dan sebagai peringatan bagi pengemudi pada waktu malam hari,

    bahwa di sisi kiri atau kanan delinator adalah daerah berbahaya.

    Unit konstruksi dapat berupa pipa besi atau pipa plastik yang diberi

    tanda yang dapat memantulkan cahaya (reflektif).

    Pembuatan delinator dapat menggunakan bahan dari pipa besi atau

    pipa plastik yang dilengkapi dengan bahan bersifat reflektif.

  • Delinator Pipa Besi :

    Pipa besi berdiamater 10 cm, ketebalan 2 milimeter dengan panjang

    110 cm.

    Pipa dilengkapi dengan 2 macam reflektor berwarna putih dan merah.

    Letak pipa searah dengan lalu lintas dan warnanya disesuaikan dengan

    warna dan fungsi tersebut sebagaimana dalam Keputusan Menteri

    Perhubungan Nomor : 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan.

    Pipa harus dicat dengan warna hitam dan kuning bergantian warna

    hitam di ujung paling atas.

    Delinator Pipa Plastik :

    Pipa plastik mempunyai panjang 125 cm dan penampang menyerupai

    segitiga sama sisi dengan panjang sisi 15 cm.

    Pipa plastik dilengkapi dengan 2 macam reflektor berwarna putih dan

    merah.

    Letak pipa plastik searah dengan arus lalu lintas dan warnanya

    disesuaikan dengan warna dan fungsi sebagaimana dalam Keputusan

    Menteri Perhubungan Nomor: 60 tentang Marka Jalan.

    Pipa plastik harus dengan dicat warna hitam dan putih bergantian

    dengan warna hitam di ujung paling atas.

    Delinator dipasang pada bagian sisi kiri dan kanan jalan pada daerah-

    daerah yang berbahaya.

    Penempatan delinator, dilakukan sedemikian rupa sehingga reflektor

    berwarna merah akan kelihatan pada sebelah kiri dari arah lalu lintas

    dan yang berwarna putih akan terlihat pada sebelah kanan arah lalu

    lintas.

    Delinator di tempatkan sekurang - kurangnya 60 cm dari tepi jalan.

    Lokasi serta jarak pengulangan penempatan delinator disesuaikan

    dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.

    7. Pulau-Pulau Lalu Lintas

    Pulau lalu lintas adalah bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh

    kendaraan bermotor.

    Pulau lalu lintas ditempatkan pada bagian tengah dari suatu jalur lalu

    lintas atau persimpangan jalan.

    Penempatan pulau lalu lintas harus dilengkapi dengan rambu dan/atau

    marka sebagaimana dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM

  • 61 Tahun 1993 tentang Rambu-rambu Lalu Lintas Di Jalan dan No.

    KM 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan.

    Lokasi penempatan pulau lalu lintas disesuaikan dengan hasil

    manajemen dan rekayasa lalu lintas.

    Pulau, dapat berupa marka jalan atau bagian jalan yang ditinggikan.

    Marka jalan adalah sebagaimana dalam Keputusan Menteri

    Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan.

    Lebar, panjang, dan tinggi dari pulau lalu lintas disesuaikan dengan

    hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.

    Pembuatan pulau lalu lintas dapat menggunakan bahan yang

    digunakan untuk marka jalan atau suatu unit kontruksi dengan cara

    meninggikan bagian tertentu dari jalan.

    8. Pita Penggaduh

    Pita penggaduh adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi

    untuk membuat pengemudi lebih meningkatkan kewaspadaan.

    Kelengkapan tambahan, dapat berupa suatu marka jalan atau bahan lain

    yang dipasang melintang jalur lalu lintas dengan ketebalan maksimum 4

    cm.

    Pita Penggaduh dipasang pada bagian-bagian jalan dimana dipandang

    perlu untuk mengingatkan pengemudi untuk lebih berhati-hati.

    Pita penggaduh dipasang melintang jalur lalu lintas.

    Lokasi dan pengulangan penempatan pita penggaduh disesuaikan

    dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.

    Bagian pita penggaduh yang menonjol di atas badan jalan maksimum 4

    cm.

    Jumlah pita dalam satu kelompok dan jarak pengulangan kelompok

    pita penggaduh disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu

    lintas.

    Pembuatan pita penggaduh dapat menggunakan bahan dari

    thermoplastik atau bahan yang mempunyai pengaruh yang setara

    terhadap pengemudi.

    ALAT PENGAWASAN DAN PENGAMAN JALAN

    1. Pengertian

    Alat penimbangan adalah seperangkat alat untuk menimbang kendaraan

    bermotor yang dapat dipasang secara tetap atau alat yang dapat dipindah-

    pindahkan yang digunakan untuk mengetahui berat kendaraan beserta

    muatannya.

  • 2. Penentuan Lokasi Alat Penimbangan

    Penentuan lokasi alat penimbangan yang dipasang secara tetap harus

    memperhatikan :

    a. Rencana umum tata ruang;

    b. Jaringan transportasi jalan;

    c. Volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk angkutan barang;

    d. Kelancaran arus lalu lintas;

    e. Kelas jalan;

    f. Kondisi topografi lokasi;

    g. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4.000 (empat ribu) m;

    h. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta muatannya.

    3. Alat Penimbangan Yang Dipasang Secara Tetap

    Alat penimbangan yang dipasang secara tetap dilengkapi dengan fasilitas

    penunjang. Fasilitas penunjang, terdiri dari :

    a. gedung operasional;

    b. lapangan parkir kendaraan;

    c. fasilitas jalan keluar masuk kendaraan;

    d. gudang penyimpanan barang;

    e. lapangan penumpukan barang;

    f. bangunan gedung untuk generator set;

    g. pagar;

    h. perambuan untuk maksud pengoperasian.

    4. Alat Penimbangan Yang Dapat Dipindah-Pindahkan

    Alat penimbangan yang dapat dipindah-pindahkan, harus memenuhi

    persyaratan teknis meliputi :

    a. alat penimbangan elektronis yang dapat mengumpulkan, mengolah,

    dan mencetak data hasil penimbangan;

    b. mampu mendukung berat kendaraan beserta muatan pada setiap roda

    sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) ton dan/atau setiap sumbu

    sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) ton.

    5. Tata Cara Penimbangan

    Penimbangan kendaraan beserta muatannya dilakukan dengan tata cara

    sebagai berikut :

    a. penimbangan kendaraan beserta muatannya dan penimbangan

    terhadap masing-masing sumbu;

  • b. perhitungan berat muatan dilakukan dengan cara mengurangi hasil

    penimbangan kendaraan beserta muatannya dengan berat kendaraan

    yang telah ditetapkan dalam buku uji;

    c. kelebihan berat muatan dapat diketahui dengan cara membandingkan

    berat muatan yang ditimbang dengan daya angkut yang diizinkan

    dalam buku uji atau pelat samping kendaraan bermotor;

    d. kelebihan muatan pada tiap-tiap sumbu dapat diketahui dengan cara

    membandingkan hasil penimbangan setiap sumbu dengan muatan

    sumbu terberat pada kelas jalan yang dilalui.

    e. kelebihan berat muatan atau muatan pada tiap-tiap sumbu sebesar 5 %

    (lima prosen) dari yang ditetapkan dalam buku uji, tidak dinyatakan

    sebagai pelanggaran.

    Apabila terjadi pelanggaran kelebihan berat muatan atau kelebihan muatan

    pada tiap-tiap sumbu, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat

    berita acara pelanggaran.

    a. Dalam hal petugas penimbangan bukan Pejabat Penyidik Pegawai

    Negeri Sipil, petugas penimbangan melaporkan kepada Pejabat Penyidik

    Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan pada Kantor Wilayah setempat.

    b. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan/atau petugas penimbangan

    melarang pengemudi meneruskan perjalanan, apabila pelanggaran

    berat muatan melebihi 5 % (lima prosen) dari daya angkut yang

    ditetapkan dalam buku uji.

    c. Pengemudi dapat meneruskan perjalanan setelah menurunkan

    kelebihan muatan.

    d. Kegiatan membongkar dan/atau memuat kelebihan muatan dilakukan

    pada tempat yang ditentukan oleh pejabat dan/atau petugas.

    e. Resiko kehilangan dan/atau kerusakan sebagai akibat kegiatan, menjadi

    tanggung jawab pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang

    yang bersangkutan.

    f. Pengemudi dan/atau pengusaha angkutan barang dapat menggunakan

    fasilitas gudang dan/atau lapangan penumpukan yang telah tersedia

    pada unit pelaksana penimbangan.

    g. Penggunaan fasilitas gudang dan/atau lapangan penumpukan,

    dilakukan dengan berita acara yang dibuat oleh petugas.

    h. Kehilangan atau kerusakan barang yang dititipkan pada gudang

    dan/atau lapangan penumpukan menjadi tanggung jawab pengemudi

    dan/atau pengusaha angkutan barang yang bersangkutan.

    i. Mobil barang yang tidak bermuatan, mobil barang pengangkut peti

    kemas, alat berat, bahan berbahaya, dan mobil barang yang

  • mengangkut barang dengan menggunakan tangki tidak diwajibkan

    untuk dilakukan penimbangan.

    j. Pengoperasian alat penimbangan yang dipasang secara tetap di jalan

    penghubung, dilaksanakan oleh penyelenggara jalan tol untuk

    memeriksa berat kendaraan beserta muatannya yang diizinkan

    memasuki jalan tol.

    k. Kegiatan penimbangan hanya untuk menyeleksi kendaraan yang

    diizinkan memasuki jalan tol.

    l. Pelaksanaan penimbangan kendaraan bermotor oleh Unit Pelaksana

    Penimbangan tidak dipungut biaya.

    ALAT PENGAWASAN DAN PENGAMAN JALAN

    1. Pengertian

    Pemakai Jalan adalah pengemudi kendaraan dan atau pejalan kaki.

    Pejalan kaki adalah orang yang melakukan aktifitas berjalan kaki dan

    merupakan salah satu unsur pengguna jalan.

    Daerah Manfaat Jalan untuk selanjutnya disebut DAMAJA adalah

    ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman

    ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan; ruang

    tersebut hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, lereng,

    trotoar, rentang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong,

    perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya.

    Daerah Milik Jalan untuk selanjutnya disebut DAMIJA adalah ruang

    sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang

    dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan

    peraturan perundang undangan yang berlaku; Daerah Milik Jalan

    diperuntukkan bagi Daerah Manfaat Jalan dan pelaksanaan jalan

    maupun penambahan jalur lalu lintas dikemudian hari serta

    kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.

    Trotoar adalah bagian dari Daerah Manfaat Jalan yang khusus

    disediakan bagi pejalan kaki.

    Tempat penyeberangan adalah fasilitas pejalan kaki untuk

    menyeberang jalan.

    Zebra cross adalah tempat penyeberangan jalan yang diperuntukkan

    bagi pejalan kaki yang dinyatakan dengan marka jalan berbentuk garis

    membujur.

    Jembatan penyeberangan adalah fasilitas pejalan kaki untuk

    menyeberang jalan berupa bangunan tidak sebidang diatas jalan.

  • Terowongan penyeberangan adalah fasilitas pejalan kaki untuk

    menyeberang jalan berupa bangunan tidak sebidang diatas jalan.

    Garis henti adalah marka berupa garis utuh yang melintas jalur lalu

    lintas dan berfungsi menunjukkan dimana kendaraan harus berhenti.

    Lampu penyeberangan jalan atau pelikan adalah alat pemberi isyarat

    yang bergambar pejalan kaki yang mengisyaratkan orang dapat

    menyeberang jalan.

    Alat pemberi isyarat lalu lintas untuk selanjutnya disebit APILL adalah

    perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk

    mengatur lalu lintas orang dan / atau kendaraan di persimpangan atau

    pada ruas jaalan.

    Guardrail

    Aplikasi/Penerapan Guardrail

    Guardrail dapat digunakan dimana perlindungan jiwa maupun properti

    diperlukan. Pada jalur-jalur cepat guardrail melindungi titik-titik bahaya agar

    kendaraan-kendaraan tidak melampaui jalur-jalurnya. Sebagai barrier median

    guardrail berfungsi untuk mencegah tabrakan. Karena dengan mudah terlihat,

    penampilannya yang menarik membuatnya cocok dipakai sebagai marka

    pembatas dan sebagai pembatas dan pelindung di daerah-daerah parkir.

    Fungsi Guardrail

    Untuk mengurangi kerusakan, sesuai fungsinya guardrail sebagai pagar

    pengguna jalan, daapt dipasang pada titik rawan atau sebagai barrier serta cocok

    juga dipakai marka pembatas perlindungan daerah parkir.

    Sebagai Ketahanan

    Guardrail di-galvanize dengan system hot dip galvanizing setelah di fabrikasi

    untuk memastikan resistensi terhadap korosi. Galvanize tersebut sesuai dengan

    spesifikasi standart SNI, Baut, Mur, Washer, dan semua asesori di-galvanize.

  • Gambar Pemasangan Guardrail

    Penentuan Dimensi Guardrail

  • Kalkulasi Kuantiti Guardrail

    Bagi panjang barrier (m) dengan 4 untuk menentukan jumlah beam yang

    dibutuhkan.

    Mur dan Baut

    Dalam keperluan Mur dan Baut dibutuhkan untuk merakit elemen-elemen sesuai

    dengan spesifikasi international mengharuskan pemakaian baut yang berbentuk

    kepala payung yang akan menngunci ke dalam lubang setiap elemen beam

  • penyambung. Hal-hal yang harus diperhatikan pengencangan mur dan baut,

    bahwa karakteristik/sifat pengunci bawah ini :

    Tata cara yang baik perlu untuk mengencangkan mur dalam urutan yang

    sistematis yang akan membuat elemen-elemen sambungan menjadi satu

    dengan baik. Pengencangan baut akan menarik elemen-elemen tersebut

    ke suatu sisi dan mencegah gelombang agar tidak menumpuk. Baut-baut

    selanjutnya akan masuk ke lubang-lubangnya sehingga alat pengunci

    dapat dipergunakan dengan baik. Tidak ada variasi torsi, kencangkan

    pengunci, kencangkan mur bagian luar, sebagian saja. Kemudian

    kencangkan mur bagian dalam dengan baik dan kembali ke mur-mur

    bagian luar untuk pengencangan terakhir.

    Perbaikan Coating

    Jika pengelasan, pemotongan atau perbaikan diperlukan pada saat perakitan,

    pelapisan dengan hot dip galvanizing dibutuhkan dan harus dilakukan sesuai

    dengan AS 1650, ASTM A-123.

    Pemasangan Beam

    Semua pemasangan beam harus dimulai dari ujung jalan dari arah mobil datang

    untuk memastikan agar overlap beam tidak terbalik terhadap arah lalu lintas.

    Secara langsung menekan lengkungan sehingga lengkungan otomatis akan

    terbentuk.

  • Pemasangan Tiang

    Kebanyakn dari post-post guardrail jalan-jalan tol dipasang dengan

    pemancangan dan bukan dengan penggalian dan penimbunan kembali dan

    harus diarahkan agar ujung dari beam membelakangi arah lalu lintas yang

    datang. Instalasi beam dan post terlihat pada gambar berikut ini :

  • Lengkungan Guardrail

    Untuk standart lengkungan guardrail, ada dua situasi yang akan terjadi. Jika

    radius pada lengkungan kurang dari 45m. Dalam hal ini akan mudah untuk

    menempatkan post-post tersebut. Bagi radius lebih dari 45m, lengkungan akan

    dilakukan di lokasi. Post-post diletakkan sepanjang garis lengkung dan kemudian

    beam-beam standart akan dipasang. Jika garis vertikal sudah terbentuk,

    kencangkan semua splice baut dan mur. Flexbeam akan secara langsung

    menekan lengkungan sehingga otomatis akan terbentuk.

  • Spesifikasi Guardrail

    Gambar Guardrail

  • Gambar Post Blocking

    Gambar Terminal End

  • Gambar Post Blocking

    B.2.1 METODOLOGI DAN RENCANA KERJA

    Metodologi atau Metode Pelaksanaan dari pekerjaan Perencanaan

    Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ Jember

    merupakan pengembangan terhadap Kerangka Acuan Kerja dan memberi arah

    terhadap pelaksanaan pekerjaan untuk memenuhi sasaran dan menghasilkan

    keluaran sebagaimana diharapkan. Secara Umum Pekerjaan ini dilaksanakan

    dengan tahapan :

    1. Persiapan untuk melakukan kegiatan awal

    2. Studi Literatur dan kajian pustaka

    3. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder yang diperoleh dari survey

    lapangan

    4. Pengolahan Data Hasil Dari Data Primer dan Sekunder

    5. Analisis dan Evaluasi Data

    6. Penyusunan Rancangan Kebutuhan Pagar Pengaman Jalan (Guardrail)

    7. Revisi dan Penyempurnaan Hasil Laporan Rancangan

    8. Laporan Akhir

  • Diagram Alir Kegiatan Perencanaan Pembangunan Pagar Pengaman Jalan di UPT LLAJ

    Jember

    Persiapan Untuk Melakukan Kegiatan Awal

    Pengumpulan Data Primer dan

    Sekunder

    Pengolahan Data Hasil dari Survey Primer dan

    Sekunder

    Analisis dan Evaluasi Data

    Penyusunan Rancangan Kebutuhan

    Pagar Pengaman Jalan

    Revisi dan Penyempurnaan Hasil Laporan

    Rancangan

    Laporan Akhir

  • Penjelasan Metodologi Kerja

    1. Persiapan Untuk Melakukan Kegiatan Awal

    Pada tahap awal pekerjaan, dilakukan langkah Persiapan untuk

    melaksanakan pekerjaan, Persiapan ini meliputi :

    a. Mobilisasi Tenaga Ahli, Asisten dan Tenaga Penunjang yang terlibat

    dalam pekerjaan ini

    b. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan penunjang dalam kegiatan ini

    c. Penyusunan Rencana Kerja

    2. Studi Literatur dan Kajian Pustaka

    Studi Literatur dan kajian pustka dilaksanakan dengan

    mengumpulkan dan mengkaji dokumen-dokumen yang terkait dengan

    Pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan

    di UPT LLAJ Jember ini. Antara lain kajian pustaka tentang alat pengaman

    jalan (guardrail). Peraturan Meneteri Perhubungan Republik Indonesia

    Nomor PM. 3 Tahun 2012 Tentang petunjuk teknis penggunaan dana

    alokasi khusus bidang keselamatan transportasi darat. Kemudian Juga

    dilakukan Kajian terhadap pekerjaan sejenis dengan pekerjaan perencanaan

    pembangunan pagar pengaman jalan yang telah dilaksanakan baik oleh

    Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi maupun Dinas

    Perhubungan Kabupaten / Kota di wilayah Kabupaten yang bersangkutan.

    Data kondisi wilayah yang dilakukan studi dan kondisi transportasi di

    wilayah studi.

    3. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder

    Data Primer merupakan data utama yang diperlukan dalam

    menyusun Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan

    di UPT LLAJ Jember yang meliputi Kabupaten Jember, Lumajang, dan

    Bondowoso. Data Primer diperoleh melalui Survey Lapangan pada Ruas

    Jalan Provinsi di wilayah kerja UPT LLAJ Jember. Melalui Survey, Data

    Primer didapatkan data jumlah dan lokasi dari Perlengkapan Jalan yang

    merupakan data eksisting. Data survey yang diambil yaitu :

    a) Ruas jalan, yaitu panjang jalan, lebar jalan, median, pergerakan arus lalu

    lintas, kapasitas jalan dan hambatan samping, pembagian lajur atau jalur,

    kondisi perlengkapan jalan.

    b) Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan metode

    pengamatan/pencacahan langsung di lapangan. yang kemudian dianalisis

    untuk mendapatkan gambaran secara umum kebutuhan perlengkapan

    jalan kedepannya.

  • 4. Pengolahan Data Hasil Dari Survey Primer dan Sekunder

    Data Primer dan Data Sekunder yang telah diperoleh berdasarkan

    hasil survey kemudian diolah sebagai bahan dalam analisis dan evaluasi.

    Pengolahan data dimaksud adalah hasil pengumpulan data survey lapangan

    diproses sebagai data bagi perencanaan transportasi dan prediksi kebutuhan

    kedepan.

    5. Analisis dan Evaluasi Data

    Analisis dan Evaluasi data yang dilakukan dalam Penyusunan

    Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di UPT

    LLAJ Jember meliputi :

    a. Analisis Tata Guna Lahan (land use) dan Kondisi Demografi Pada

    wilayah studi di UPT LLAJ Jember yang meliputi kabupaten Jember,

    Lumajang dan Bondowoso serta analisis terhadap data pendukung lain di

    wilayah tersebut.

    b. Analisis Transportasi dan Jaringan Jalan di wilayah UPT LLAJ Jember

    yang meliputi kabupaten Jember, Lumajang dan Bondowoso.

    6. Penyusunan Rancangan Kebutuhan Pagar Pengaman Jalan

    Hasil dari pekerjaan Perencanaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar

    Pengaman Jalan ini adalah disusunnya Kebutuhan Pagar Pengaman Jalan

    dapat teridentifikasi untuk dapat mengurangi angka kecelakaan khususnya

    pada ruas jalan di wilayah UPT LLAJ Jember yang meliputi kabupaten

    Jember, Lumajang dan Bondowoso serta terselenggaranya transportasi jalan

    yang aman bagi pengendara. Pada tahapan penyusunan rancangan

    kebutuhan pagar pengaman jalan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut :

    a. membuat peramalan (forecasting) tentang kebutuhan pagar pengaman

    jalan pada wilayah UPT LLAJ Jember.

    b. melakukan evaluasi dan analisis data berdasarkan hasil pengamatan di

    lapangan secara empiris dengan melakukan komparasi serta

    implementasi dengan menggunakan standar keselamatan yang ada.

    c. membuat rancangan kebutuhan fasilitas pagar pengaman jalan setelah

    melakukan perbandingan, evaluasi serta analisa pada wilayah UPT LLAJ

    Jember yang meliputi wilayah kabupaten Jember, Lumajang dan

    Bondowoso.

    d. membuat rencana anggaran biaya untuk pelaksanaan Perencanaan

    Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan di wilayah UPT LLAJ

    Jember.

  • 7. Revisi dan Penyempurnaan Hasil Laporan Rancangan

    Revisi terhadap hasil akhir laporan dilakukan agar hasil rancangan

    tersebut dapat memenuhi tujuan dalam pekerjaan ini serta berfungsi dengan

    optimal dan tepat pada sasaran.

    8. Laporan Akhir

    Laporan akhir ini dilakukan setelah revisi dan penyempurnaan hasil

    laporan rancangan akhir kebutuhan pagar pengaman jalan dalam pekerjaan

    ini.

  • B.3 TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

    PAGAR PENGAMAN JALAN

    No Tahap-tahap Kegiatan Bulan Kegiatan

    1 2

    Minggu Minggu

    1 2 3 4 1 2

    1. Persiapan Untuk Melakukan

    Kegiatan Awal

    2. Studi Literatur dan Kajian Pustaka

    3. Pengumpulan Data Primer dan

    Sekunder yang diperoleh Dari

    Hasil Survey Lapangan

    4. Pengolahan Data Hasil Dari Survei

    Primer dan Sekunder

    5. Analisis dan Evaluasi Data

    6. Penyusunan Rancangan

    Kebutuhan Pagar Pengaman Jalan

    (Guardrail)

    7. Revisi dan Penyempurnaan Hasil

    Laporan Rancangan

    8. Rancangan Akhir Kebutuhan

    Pagar Pengaman Jalan

  • B.4 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN

    Nama Personil Perusahaan Tenaga Ahli Lokal/Asing

    Lingkup Keahlian

    Posisi Diusulkan

    Uraian Pekerjaan Jumlah Orang Bulan

    Budi Agus Setiawan, ST PT. Bangun Sejajar Prima

    Lokal Ahli Sipil Team Leader Memberikan koordinasi, arahan, serta bimbingan secara umum dalam pelaksanaan pekerjaan Perencanaan ini.

    1

    Bertanggung jawab pada teknis pekerjaan pekerjaan Perencanaan dan seluruh pelaporannya

    Bekerja sama dengan tenaga ahli dan asisten ahli dalam penyelesaian keseluruhan proses pekerjaan

    Mengkoordinasikan semua aktifitas, baik secara lisan maupun tertulis dengan Tim Teknis sehubungan dengan spesifikasi teknis yang berkaitan

    Berkoordinasi dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) demi kelancaran pekerjaan

  • Bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan

    Saiful Anam, ST PT. Bangun Sejajar Prima

    Lokal Ahli Sipil Ahli Cost Estimator

    Menyusun waktu pelaksanaan pekerjaan fisik

    1

    Menyusun RAB Proyek

    Menyusun analisa upah dan bahan

    Membuat bill of quantity yang akan dipakai didalam pelelangan pekerjaan oleh kontraktor.

    Yus Eny Hayati, S.Si PT. Bangun Sejajar Prima

    Lokal Administrasi/ Keuangan

    Administrasi/ Keuangan

    Bertanggungjawab terhadap surat menyurat yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini

    1

    Achmad Jalaluddin, S.Si PT. Bangun Sejajar Prima

    Lokal Koordinator Survey

    Koordinator Survey

    Bertanggungjawab dan mengkoordinasi surveyor dalam pekerjaan ini.

    1

    1. Dwi Indra Kusuma, SE 2. I Putu Arta Kristiwan, S.Kom 3. Wahyu Pratondo Wibowo, ST 4. Agung Bayu Murti, SE

    PT. Bangun Sejajar Prima

    Lokal Surveyor/Drafter

    Surveyor/ Drafter

    Melakukan survei primer di lapangan serta bertanggungjawab terhadap data hasil survey

    4

    Warji, ST PT. Bangun Sejajar Prima

    Lokal Office boy Office Boy Bertanggungjawab terhadap kebersihan selama kegiatan pekerjaan mulai dari awal sampai akhir pekerjaan

    1

    1. Agoes Tinus Lis Indrianto, S.S

    PT. Bangun Sejajar Prima

    Lokal Sopir/Driver Sopir/Driver Mengakomodasi tenaga ahli dan tenaga penunjang selama kegiatan

    2

  • 2. Andi Sidharta, ST berlangsung

  • B.5 JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI PADA PEKERJAAN

    PERENCANAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN PAGAR PENGAMAN JALAN DI UPT LLAJ JEMBER

    No Nama Personil MINGGU KE

    Orang/Bulan 1 2 3 4 5 6

    Tenaga Ahli

    1 Budi Agus Setiawan, ST 1,5

    2 Saiful Anam, ST 1,5